Pemaknaan Terhadap Fashion Style Remaja Di Bandung

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 5

Jurnal Komunikasi, Volume VIII Nomor 3, September 2017

PEMAKNAAN TERHADAP FASHION STYLE REMAJA


DI BANDUNG
Baruna Tyaswara1, Reza Rizkina Taufik2, Mahardiansyah Suhadi3, Ratna Danyati4
1
Universitas BSI Bandung
baruna.bnr@bsi.ac.id
2
Universitas BSI Bandung
reza.rrk@bsi.ac.id
3
Universitas BSI
mahardiansyah.mdh@bsi.ac.id
4
Akademi Bahasa Asing BSI Jakarta
ratna@bsi.ac.id

Absttract
Fashion in Indonesia has grown rapidly, such as technological developments that are increasingly growing
days. Fashion is growing especially in the city of Bandung the more outlets, and clothing that was built in the
city of Bandung. Teen styles can also reflect the attitude and behavior of the teenager. Fashion style among
teenagers has become a culturally adaptation of western culture and not a bit of Bandung teenagers who
love fashion style of western countries. The purpose of this study to know the meaning of the development of
fashion and the meaning of how to fashion by teenagers in Bandung. The main informant in this research is
adolescent in Bandung city. This study uses qualitative approach with study of phenomenology. The
technique of data collection uses interview, observation and documentation. The finding result shows that
The development of fashion with its existence in the present especially among teenagers in the city of
Bandung which has a fashion trend can be regarded as a fashion barometer in major cities in Indonesia.
Fashion is also an expression of self that allows everyone to try various roles in life.

Keywords: fashion, social status, youth

I. PENDAHULUAN hidup. Karena adanya perbedaan budaya inilah


Fashion di Indonesia telah berkembang banyak style remaja yang bertolak belakang
pesat, seperti perkembangan teknologi yang dengan kebudayaan Indonesia khususnya di
semakin hari semakin berkembang. Fashion ikut Bandung.
berkembang khususnya di kota Bandung karena Alasan peneliti tertarik membahas
banyaknya outlet, dan clothing yang di bangun di permasalahan ini karena style remaja dapat
kota bandung, sehingga bandung di juluki sebagai mencerminkan sikap dan tingkah laku remaja
kota Paris Van Java. Dalam hal ini, tersebut. Di samping itu style remaja yang
berkembangnya fashion tidak luput dari peran diadaptasi dari negara barat juga banyak
media, karena di Bandung media telah menjadi mengadaptasikan life style dan musik dari budaya
alat interaksi yang mudah untuk digunakan barat. Jika remaja tidak mengenakan pakaian
sehingga masyarakat Bandung khususnya para terbaru yang bermerk mahal dan terkenal, mereka
remaja dapat melihat perkembangan fashion di akan dianggap sebagai remaja yang tidak “up to
dunia. date” alias ketinggalan zaman. Selain itu, mereka
Dalam penelitian ini peneliti akan lebih mungkin saja akan di jauhi bahkan ditinggalkan.
meneliti tentang pemaknaan fashion style dan Hal tersebut akan mengakibatkan remaja menjadi
sikap remaja di Bandung. Fashion style di rendah diri dan bahkan depresi.
kalangan remaja telah menjadi sebuah Peneliti akan menggunakan metode
kebudayaan yang di adaptasi dari kebudayaan pendekatan kualitatif, menurut definisi Kirk dan
barat dan tidak sedikit remaja Bandung yang Miller (1986:9) mendefinisikan bahwa
menggandrungi fashion style dari negara barat, pendekatan kualitatif adalah tradisi tertentu dalam
sehingga banyak culture dari negara barat yang ilmu pengetahuan secara fundamental bergantung
masuk ke Indonesia seperti life style atau gaya

2579-3292 293
Jurnal Komunikasi, Volume VIII Nomor 3, September 2017

dari pengamatan pada manusia baik dalam Jaringan, dan Majalah Runway, yang dipimpin
kawasannya maupun dalam perisitilahannya. oleh Nole Marin dari Amerika Next Top Model,
Dari definisi di atas mengenai mulai mendominasi pasar dengan salinan digital
pendekatan kualitatif peneliti juga akan memaknai untuk komputer, iPhone, dan iPads. Contoh
dari fenomena yang terjadi dalam fashion style platform termasuk Apple dan Android untuk
dan sikap reamaja di Bandung dengan paradigma aplikasi tersebut.
konstruktivis, dan studi fenomenologi dari Dari penjelasaan yang telah di jelaskan di
fenomena yang terjadi. Menurut Edmund Husserl atas, peneliti mendapatkan sebuah rumusan
(1859-1938) fenomenologi di artikan sebagai: 1) masalah yang dapat diangkat yaitu “Bagaimana
pengalaman subjektif atau pengalaman Pemaknaan Terhadap Fashion Style Remaja di
fenomenologikal; 2) suatu studi tentang kesadaran Bandung?”
dari perspektif pokok dari seseorang. Istilah
fenomenologi sering digunakan sebagai anggapan II. KAJIAN LITERATUR
umum untuk menunjuk pada pengalaman Fashion
subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang Istilah fashion atau mode sebenarnya
ditemui. Dalam arti yang lebih khusus, istilah ini telah ada sejak manusia pertama kali
mengacu pada penelitian terdisiplin tentang menggunakan kulit hewan untuk menutupi
kesadaran dari perspektif pertama seseorang. tubuhnya. Sedangkan rancangan pakaian ada
Pengertian Fashion sendiri berawal dari sejak berabad-abad yang lalu, biasanya raja dan
bahasa inggris yang artinya adalah cara, kebiasaan ratu memiliki penjahit pribadi untuk membuat
atau mode. Polhemus dan Procter menunjukan pakaian terbaik dan bahan terbaik pula. Setelah
bahwa "dalam masyarakat kontemporer barat, beberapa waktu, manusia mulai menggunaka
istilah fashion kerap digunakan sebagai sinonim pakaian sebagai media komunikasi, bukan hanya
dari istilah dandanan, gaya dan busana" (Malcolm pelindung atau penghangat tubuh saja. Pada
Barnard, Fashion sebagai komunikasi). Namun zaman Renaissans di Eropa, pakaian merupakan
pada dasarnya fashion adalah berfungsi sebagai bentuk seni tingkat tinggi dan simbol status.
penutup perlindungan, kesopanan dan daya tarik. Korset yang rumit, pakaian yang ketat, dan sepatu
Tahun 1920 adalah abad baru ketika dunia fashion berhak tinggi dengan jelas dapat menggambarkan
terlahir kembali setelah sebelumnya baju-baju ala status sosial pemakainya (Lee, 2003: xv-xvi).
Cinderella yang menguasai dunia fashion. Selama beranad-abad, individu atau
Media memainkan peran yang sangat kelompok masyarakat menggunakan pakaian
penting ketika datang ke fashion. Misalnya, sebagai alat komunikasi nonverbal untuk
bagian penting dari fashion adalah jurnalisme menjelaskan pekerjaan, strata sosial, status
mode. Editorial kritik, pedoman dan komentar perkawinan, bahkan kekayaan mereka. Fashion
dapat ditemukan di majalah, koran, di televisi, adalah media untuk kebebasan berekspresi. Bukan
website fashion, jaringan sosial dan blog fashion . hanya pakaian melainkan aksesoris, perhiasan,
Dalam beberapa tahun terakhir, fashion blogging tata rambut, dan kecantikan. Apa yang dipakai
dan YouTube video telah menjadi outlet utama dan bagaimana memakainya menjadi kunci untuk
untuk menyebarkan tren dan tips fashion. Melalui secara mudah melihat situasi social yang dialami
media-media, pembaca dan pemirsa di seluruh seseorang.
dunia dapat belajar tentang fashion, yang Mengapa fashion menjadi sangat
membuatnya sangat mudah. penting? Fashion adalah sebuah ekspresi diri yang
Pada awal abad ke-20, majalah mode memungkinkan setiap orang mencoba berbagai
mulai memasukkan foto-foto berbagai desain peran dalam hidup. Fashion adalah perubahan
fashion dan bahkan menjadi lebih berpengaruh penting agar hidup dapat selalu menyenangkan.
pada orang-orang daripada di masa lalu. Di kota- Fashion juga merupakan cermin yang dapat
kota di seluruh dunia majalah ini adalah sangat menjadi alat ukur situasi sikap dan perasaan
dicari dan memiliki efek mendalam pada selera seseorang.
pakaian publik. Berbakat ilustrator menarik piring Definisi fashion sangat beragam,
busana indah untuk publikasi yang mencakup masing-masing tergantung pada fakta yang biasa
perkembangan terbaru di dunia fashion dan ditimbukan. Namun ada benang merah yang dapat
kecantikan . Mungkin yang paling terkenal dari ditarik dari berbagai macam definisi itu. Fashion
majalah ini adalah La Gazette du Bon Ton yang secara umum dapat diklasifikasikan menurut
didirikan pada tahun 1912 oleh Lucien Vogel dan sifatnya yang tidak tahan lama dan perubahan
teratur diterbitkan sampai 1925 (dengan gaya yang berlangsung secara terus-menerus yang
pengecualian dari tahun perang). menurut beberapa orang didikte oleh desainer dan
Namun, selama beberapa tahun terakhir, situs industry (Newman, 2001: 29).
mode telah dikembangkan yang menggabungkan
menulis editorial tradisional dengan user-
generated content Majalah online seperti iFashion

294 2579-329
Jurnal Komunikasi, Volume VIII Nomor 3, September 2017

Fashion sebagai Alat Ukur Perubahan Sosial bergengsi tentu tidak sesuai jika menggunakan
Kelompok afiliasi adalah hal yang paling stelan kerja yang dibeli dari pasar loak.
utama dalam fashion. Sebuah kelompok Cara orang berpakaian sangat
mengidentifikasikan dirinya dengan sebuah gaya berhubungan dengan bagaimana ia menghargai
fashion tertentu yang sesuai dengan budayanya. dirinya sendiri dan orang lain. Pakaian juga
Maka demikian fashion dapat menjadi menjadi sebuah symbol status social, bagaimana
penghubung antar budaya yang memiliki seseorang dalam sebuah kelas social
kesamaan. menghabiskan waktu dan uangnya.
Bagaimana seseorang mengukur Thorstein Veblen seorang pakar ekonomi
kecantikan atau keburukan dari tubuhnya dari Amerika Serikat dalam bukunya “The Theory
bergantung pada kebudayaan yang biasa Of The Leisure Class” (1899) menyebutkan
diterimanya. Wanita yang dianggap cantik di bahwa berpakaian adalah cara paling mudah
suatu daerah belum tentu dianggap cantik di untuk mengekspresikan kekayaan bahkan dengan
daerah lainnya. Atau apa yang dianggap cantik di menunjukkan bahwa mereka membayar orang
masa lalu belum tentu berlaku di masa sekarang. lain hanya untuk merawat baju-baju mereka.
Pada awal abad 19 orang tua di China membebat Perilaku fashion ini menjadi sebuah lambing
kaki bayi perempuannya karena pada masa itu, kekayaan yang paling menonjol.
semakin kecil kaki seorang wanita, semakin ia Salah satu hal yang menyebabkan
dianggap cantik. Namun, sejalan dengan fashion menjadi sangat popular adalah karena
modernisasi, anggapan itupun mulai memudar pakaian yang modis, aksesoris, dan benda-benda
karena kaki yang terlalu kecil dapat menyebabkan mode lainnya sangat mudah terlihat walaupun
kesulitan berjalan. hanya sekilas. Sebuah tas bermerek, sepatu mahal,
Di abad 21 ini, anggapan cantik adalah perhiasan mewah, dan tata rambut model terbaru
tubuh yang kurus. Semua orang berpacu untuk bisa dengan cepat menunjukan status social
mendapatkan tubuh kurus yang mereka inginkan, seseorang.
apapun dilakukan, diet, latihan beban, menuruti Maka mode terus berubah dari waktu ke
berbagai pantangan, sampai operasi plastic. Dan waktu dan tentu saja membutuhkan biaya yang
kebanyakan dari orang-orang tersebut melakukan sangat besar. Pada remaja, mode merupakan cara
segalanya karena selalu merasa tidak cukup dan untuk menunjukan eksistensi. Mereka pun
tidak sempurna di mata fashion style. Sehingga berlomba untuk selalu mengikuti tren atau bahkan
mereka terus-menerus berusaha untuk berusaha menjadi trendsetter. Padahal tren
memuaskan ambisi mereka agar merasa lebih memang dirancang untuk selalu berubah dan ini
baik. memicu pola hidup konsumtif (Pauline Weston
Thomas, Fashion-Era.com).
Fashion dan Status Sosial
Peran dan kegiatan seseorang dalam Remaja
kesehariannya sangat berkaitan dengan pakaian Kata “remaja” berasal dari bahasa latin
apa yang dipakainya. Setiap orang dipengaruhi yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow
oleh status peranannya, apakah sebagai teman, maturity. Banyak tokoh yang mendefinisikan
kakak, adik, suami, istri, ayah, ibu, kakek, nenek, tentang remaja, DeBrun mendefinisikan remaja
kerabat, karyawan, konsumen, rekan kerja, kolega sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-
bisnis, dan lainnya. kanak dan masa dewasa (Rice, 1990).
Orang sangat peduli pada penilaian Sedangkan Papalia dan Olds (2001) tidak
orang lain terhadap baju apa yang mereka pakai, memberikan pengertian remaja (adolescent)
dan beberapa banyaj aksesoris yang mereka secara eksplisit melainkan implisit melalui
punya. Fashion digunakan sebagai tanda-tanda pengertian masa remaja (adolescence).
dan symbol yang berfungsi sebagai pusat Menurut Papalia dan Olds, masa remaja
informasi dari status peranan. Orang yang daya adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan
belinya tinggi, bukan hanya menerjemahkan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada
fashion dengan pakaian yang modis atau aksesoris usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada akhir
semata, namun mulai beralih pada pemilihan belasan tahun atau awal puluhan tahun.
mobil dan alat-alat elektronik. Sedangkan Hurlock (1990) membagi
Kepedulian ini akhirnya malah masa remaja menjadi membagi masa remaja awal
menyebabkan pengeluaran gaya hidup yang (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja
sangat besar. Hanya sedikitorang-orang yang kuat akhir (16 atau 17 tahung hingga 18 tahun).
pendirian dan tidak peduli yang bisa berkomitmen Keduanya dibedakan karena pada masa remaja
untuk berpakaian tanpa mengikuti mode. akhir individu telah mencapai transisi
Pekerjaan juga menuntut seseorang perkembangan yang lebih mendekati masa
untuk berpakaian seperti orang lain pikirkan dewasa.
tentang pekerjaan itu. Sebuah pekerjaan yang

2579-3292 295
Jurnal Komunikasi, Volume VIII Nomor 3, September 2017

III. METODE PENELITIAN ini membuat sebuah analisa baru dari peneliti
Dalam penelitian ini peneliti mengenai perkembangan fashion pada masa
menggunakan pendekatan kualitatif yang artinya sekarang. Analisa peneliti mengenai peran media
adalah metode penelitian yang meneliti pada terhadap keberadaan fashion mendapat sebuah
kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya temuan-temuan baru dilapangan banyak
adalah eksperimen) dimana peneliti adalah responden-responden yang mengakui ada dan
sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan pentingnya keberadaan tersebut. Itu menunjukan
data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), akan pentingnya peran media yang menjadi
analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian elemen penting terhadap keberadaan fashion.
lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Berdasarkan Teori komunikasi Massa
Obyek dalam penelitian kualitatif adalah obyek (Mass Comunication) yang menyatakan bahwa
yang alamiah, atau natural setting, sehingga orang yang menunjukan prilaku massa (Mass
metode penelitian ini sering disebut sebagai Behavior) dapat dinyatakan sebagai komunikasi
metode naturalistik. Obyek yang alamiah adalah massa karena telah melakukan interaksi terhadap
obyek yang apa adanya, tidak di manipulasi oleh khalayak. Secara tidak langsung fashion dapat
peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti dinyatakan sebagai alat komunikasi karena
memasuki obyek, setelah berada di obyek dan fashion dapat menyampaikan apresiasi dan
setelah keluar dari obyek relatif tidak berubah. pendapat kepada khalayak.
Sebagai lawannya dari metode ini adalah metode Analisa mengenai norma/nilai yang peneliti
eksperimen di mana peneliti dalam melakukan dapat dilapangan, memiliki suatu pemikiran
penelitian tempatnya berada di laboratorium yang bahwa semakin kurangnya remaja yang masih
merupakan kondisi buatan, dan peneliti menghargai akan imej warga negara Indonesia
melakukan manipulasi terhadap variabel. Dengan dengan pemilik kepercayaan di dunia.
demikian terjadi bias antara hasil penelitian di
laboratorium dengan keadaan di luar laboratorium Pemaknaan cara berfashion oleh remaja di
atau keadaan sesungguhnya. Bandung
Penelitian ini menggunakan studi Fashion adalah sebuah ekspresi diri yang
fenomenologi. Fenomenologi Schutz adalah memungkinkan setiap orang mencoba berbagai
pemahaman atas tindakan, ucapan, dan interaksi peran dalam hidup. Fashion adalah perubahan
yang merupakan prasyarat bagi eksistensi sosial penting agar hidup dapat selalu menyenangkan.
siapapun. Dalam setiap situasi fenomenologis, Fashion dapat berbicara apa saja, dari bisikan
waktu dan historis yang secara unik menempatkan halus sampai teriakan yang menguraas tenaga,
individu, kita memiliki dan menerapkan persedian atau bahkan sebuah kerlingan atau senyuman,
pengetahuan (stock knowledge) yang terdiri dari mengubah kepercayaan diri dalam sebuah gaya
semua fakta, kepercayaan, keinginan, prasangka, berpakaian.
dan aturan yang kita pelajari dari pengalaman Peran dan kegiatan seseorang dalam
pribadi dan pengetahuan siap pakai yang tersedia kesehariannya sangat berkaitan dengan pakaian
nagi kita di dunia yang kedalamnya kita lahir. apa yang dipakainya. Setiap orang dipengaruhi
oleh status peranannya, apakah sebagai teman,
IV. PEMBAHASAN kakak, adik, suami, istri, ayah, ibu, kakek, nenek,
Pemaknaan Perkembangan Fashion Style kerabat, karyawan, konsumen, rekan kerja, kolega
Perkembangan fashion dengan bisnis, dan lainnya. Pekerjaan juga menuntut
keberadaannya pada masa sekarang khususnya seseorang untuk berpakaian seperti orang lain
dikalangan remaja di kota Bandung yang pikirkan tentang pekerjaan itu. Sebuah pekerjaan
memiliki trend fashion yang cukup dapat yang bergengsi tentu tidak sesuai jika
dikatakan sebagai barometer fashion di kota-kota menggunakan stelan kerja yang dibeli dari pasar
besar di Indonesia, terbukti dengan penelitian loak. Hal ini menyatakan bahwa fashion style bisa
yang peneliti lakukan dengan observasi di memperlihatkan status sosial dari penggunanya.
beberapa distro, factory outlet, dan pusat-pusat Kelompok afiliasi adalah hal yang paling
perbelanjaan di kota Bandung yang semakin utama dalam fashion. Sebuah kelompok
menjamur dan banyak dikunjungi para wisatawan mengidentifikasikan dirinya dengan sebuah gaya
domestik dari berbagai kota. Sejarah fashion yang fashion tertentu yang sesuai dengan budayanya.
sudah peneliti uraikan pada bab sebelumnya, Maka demikian fashion dapat menjadi
sudah ada sejak jaman manusia purba dengan penghubung antar budaya yang memiliki
menutupi tubuh mereka dengan kulit hewan, dan kesamaan. Hal ini mengakibatkan fashion
berkembangan pada masa raja-raja sebagai simbol menjadi alat ukur perubahan sosial.
kewibaan. Peneliti menemukan bahwa cara
Peran media tidak luput dari keberadaan berfashion dapat mencerminkan sikap para remaja
perkembangan fashion. Peran media sangat di kota Bandung, karena cara berpakaian kita
memegang penting menganai keberadaan fashion, akan menimbulkan suatu image atau pandangan

296 2579-329
Jurnal Komunikasi, Volume VIII Nomor 3, September 2017

dari orang lain yang melihat cara kita berfashion elegan, dan glamour. Hal ini membuktikan ukuran
dan pasti fashion yang kita sukai terpengaruhi gaya berfashion itu akan selalu dinamis.
dengan sikap kita. sebuah pencitraan atau image
dalam berfashion, bagaimana kita berfashion kita
bisa menciptakan sebuah image buat diri kita REFERENSI
sendiri. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta.
V. PENUTUP Barnard, Malcolm. 2007. Fashion sebagai
Perkembangan fashion style di kalangan komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra.
remaja kota Bandung telah berkembang pesat Effendy, Onong Uchjana. 2002. Ilmu Komunikasi
mengikuti modernisasi. Tidak sedikit remaja di Teori dan Praktek. Bandung:
kota Bandung yang sangat mempedulikan fashion Rosdakarya.
style di Bandung dengan kepentingan sekolah. Ernawati, dkk. 2008. Tata Busana. Klaten : PT.
Hal ini menyatakan bahwa fashion style untuk Macanan Jaya Cemerlang.
kalangan remaja sangat lah penting. Dengan Kriantono, Rachmat. 2010. Teori Praktis Riset
didukungnya peran media, fashion style menjadi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada
suatu kebutuhan sekunder bagi para remaja di Media Group
kota Bandung. Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian
Fashion style yang pada jaman dahulu Kualitatif. Bandung: Remaja
hanya berfungsi sekedar cara berpakaian telah Rosdakarya.
berrevolusi menjadi salah satu alat kamunikasi Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu
tidak langsung untuk memperlihatkan status sosial Pengantar. Bandung: Remaja
dan perubahan sosial terhadap kalangan remaja. Rosdakarya.
Hal ini mendapkan point positif untuk kalangan Rakhmat, Jalaludin. 2001. Metode Penelitian
remaja agar dapat lebih percaya diri karena adan- Komunikasi. Bandung: Remaja
ya fashion style. Cara berfashion dan pilihan jenis Rosdakarya.
berfashion saat ini dapat menjadi tolak ukur untuk Riyanto, Afifa. 2003. Desain Busana.
melihat sikap dan prilaku para remaja di kota Bandung: Yapemdo.
Bandung. Trend fashion style di kota-kota besar Sugiyono. 2012. Metode Penelitian kuantitatif
termasuk Bandung, saat ini di dominasi oleh jenis Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta.
fashion hijabers, mulai dari yang cassual, formal,

2579-3292 297

You might also like