Professional Documents
Culture Documents
Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Konsumsi Buah-Sayur Pada Remaja Di Daerah Rural-Urban, Yogyakarta
Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Konsumsi Buah-Sayur Pada Remaja Di Daerah Rural-Urban, Yogyakarta
Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Konsumsi Buah-Sayur Pada Remaja Di Daerah Rural-Urban, Yogyakarta
Abstract
Vegetable consumption of the Indonesian population is still low in the teen age group both in rural
and urban areas. Consumption of fruits and vegetables in adolescents is important for preventing
degenerative diseases. The aim of the study was to determine the factors associated with fruit and
vegetable consumption in adolescents in rural-urban areas. This study used a cross-sectional
research design in Yogyakarta with 196 rural-urban teens. The analysis used was univariate,
bivariate, analysis. The results showed that teenagers in urban areas ate less vegetables. Whereas in
teenagers in rural areas, they consume less fruit. There is a significant relationship between vegetable
consumption in adolescents in rural areas with father's education level (p = 0.031) and self-image
perception (p = 0.041), while in urban areas there is a significant relationship between vegetable
consumption and self-image perception (p = 0.049) and education in adolescents (p = 0.047). Fruit
consumption in adolescents in rural areas that are significantly related is the perception of body
image (p = 0.016), while in adolescents in urban areas that are significantly related is monthly money
(p = 0.003). Suggestions that can be given are provide health education about the importance of the
benefits of vegetables and fruit.
Abstrak
Konsumsi sayur-buah penduduk Indonesia masih rendah pada kelompok usia remaja baik di daerah
rural dan urban. Konsumsi buah dan sayur pada remaja adalah hal yang penting untuk mencegah
munculnya penyakit degeneratif. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan konsumsi buah dan sayur pada remaja di daerah rural dan urban. Penelitian ini menggunakan
desain penelitian cross sectional di Yogyakarta dengan jumlah 196 remaja rural dan urban. Uji
Statistik yang digunakan adalah dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan remaja di
daerah urban frekuensikonsumsi sayuran kurang dari 3 kali/hari, sedangkan pada remaja di daerah
rural, frekuensi konsumsi buah kurang dari 3 kali/hari. Terdapat hubungan yang signifikan antara
konsumsi sayuran pada remaja didaerah rural dengan tingkat pendidikan ayah (p=0,031) dan persepsi
citra diri (p=0,041), adapun di daerah urban ada hubungan yang signifikan antara konsumsi sayuran
dengan persepsi citra diri (p=0,049) dan pendidikan pada remaja (p=0,047). Konsumsi buah pada
remaja di daerah rural yang berhubungan signifikan adalah persepsi citra tubuh (p= 0,016), sedangkan
pada remaja di daerah urban yang berhubungan secara signifikan adalah uang bulanan (p=0,003).
Saran yang dapat diberikan yaitu perawat bekerjasama dengan institusi pendidikan memberikan
pendidikan kesehatan kepada remaja tentang pentingnya manfaat sayur dan buah.
METODE HASIL
Tabel 3. Hubungan Faktor individu dan Tabel 4. menunjukkan hasil uji statistik
lingkungan dengan Konsumsi Sayuran di persepsi citra tubuh diperoleh nilai p-value
Daerah Urban tahun 2017 (n = 98)
0,016 yang artinya ada hubungan persepsi
Konsumsi Sayuran citra tubuh dengan konsumsi buah di
Variabel kurang cukup Total p- daerah rural. Tidak ada hubungan yang
Indepen- n % n % n % value OR
den
signifikan Jenis kelamin (p=0,131),
Pengetahuan Pengetahuan (p=0,745), Kesukaaan
Rendah 12 42,9 16 57,1 28 100 (p=1,000), Uang Bulanan (p=0,231),
Sedang 34 69,4 15 30,6 49 100 0,047
Tinggi 10 47,6 11 52,4 21 100 * Kepercayaan Diri (p=0,173), Pendidikan
Persepsi Ayah (p=0,181) Ketersediaan (p=0,367),
Citra Tubuh Keterpaparan Informasi (p=1,000),
Kurang 17 85 3 25 20 100
Normal 21 48,8 22 51,2 43 100 0,049 Dukungan Teman (p=0,481) dengan
Gemuk 18 51,4 17 48,6 35 100 * konsumsi buah di daerah Rural.
dan urban, dalam penelitian ini melibatkan luar kampus. Dalam peneltian sebelumnya
98 responden dari daerah rural dan 98 tidak melakukan peneltian dalam factor
responden dari daerah urban didapatkan individu mapun faktor lingkungan. Dalam
hasil frekuensi konsumsi sayur yang kurang penelitian ini faktor individu dan faktor
dari 3x per hari berada di daerah urban lingkungan yang diteliti adalah jenis
sebesar 57,1% lebih tinggi daripada di kelamin, kesukaan, keyakinan
daerah rural sebesar 48%, adapun frekuensi diri,pengetahuan gizi, dukungan teman,
konsumsi buah diukur dengan FFQ berbeda ketersediaan buah dan sayur, persepsi citra
dengan penelitian sebelumnya yang tubuh.
menggunakan Recall 24 jam. Hasil
pengukurang frekuensi yang kurang dari 2x Hasil analisis hubungan jenis kelamin
per hari di daerah rural sebesar 85,7% dengan konsumsi sayuran dan buah
lebih tinggi daripada di daerah urban didaerah rural dan urban menunjukkan
sebesar 39,8%. Konsumsi sayur lebih tidak ada hubungan yang signifikan, hal
tinggi pada responden di daerah rural tersebut dikarenakan jumlah responden
dikarenakan sebagian besar responden laki-laki lebih sedikit baik di daerah rural
tinggal bersama keluarga, sehingga dalam dan urban dibandingkan jumlah responden
pengaturan menu masih melibatkan orang perempuan, sehingga proporsi pada tabulasi
tua terutama ibu, selain itu masyarakat di silang tidak menunjukkan adanya hubungan
kabupaten Kulon Progo memiliki yang bermakna. Meskipun begitu
pekarangan yang bisa ditanam sayuran responden laki-laki baik yang tinggal di
tertentu, sehingga kebutuhan sayuran dapat daerah rural dan urban cenderung lebih
tercukupi. sedikit mengkonsumsi buah dan sayur
dibandingkan responden perempuan.
Konsumsi buah cenderung lebih tinggi di Penelitian ini didukung (Wind, 2010) lebih
daerah Urban yaitu di wilayah pusat kota sedikit anak dilaporkan mengkonsumsi
Daerah Istimewa Yogyakarta hal ini sayuran setiap hari dibandingkan buah.
dikarenakan ketersediaan buah yang dapat Untuk frekuensi perbedaan gender
dijangkau dengan mudah. Meskipun ditemukan, dengan lebih banyak anak
mahasiswa mengonsumsi buah seperti perempuan daripada anak laki-laki yang
rujak, lotis dan buah potong, oleh karena dilaporkan makan buah (p <0,05) dan
itu konsumsi buah lebih tinggi pada sayuran (p <0,001) setiap hari.
responden di daerah urban. Selain itu buah
dan sayur seringkali dianggap sebagai Ada hubungan pengetahuan tentang buah
bahan makanan yang tidak bergengsi untuk dan sayuran dengan konsumsi sayuran di
dikonsumsi sehingga remaja cenderung daerah urban. Hal ini dikarenakan sebagian
tidak mengkonsumsi buah dan sayur justru besar skor pengetahuan tentang gizi sayur
remaja lebih memilih bahan makanan yang dan buah termasuk dalam kategori sedang
lainnya seperti makanan cepat saji. Dari di daerah rural sebesar 55(56,1%) dan
segi kepraktisan remaja akan lebih memilih urban 49(50%). Pengetahuan merupakan
mengkonsumsi fast food dibanding buah suatu landasan kognitif untuk terbentuknya
dan sayur karena terbatasnya waktu dan sikap, termasuk sikap dan perilaku
tingginya tingkat kesibukan yang mereka seseorang dalam pemilihan makanan, selain
miliki seperti kegiatan di kampus dan di itu responden yang berpengetahuan gizi
Oktavia, dkk, Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Buah-Sayur ... | 39
lebih baik lebih mudah dalam memilih dan Uji statistik menunjukkan ada hubungan
mengolah makanan yang sesuai uang bulanan dengan konsumsi buah di
kebutuhannya. Menurut Jane(2015) daerah urban diperoleh nilai p-value 0,003.
kecenderungan responden dengan Konsumsi buah yang cukup lebih banyak
pengetahuan buah dan sayur yang tinggi pada responden yang uang bulananya lebih
mengonsumsi buah dan sayur lebih banyak dari Rp.600.000,-. Apabila terjadi kenaikan
1,282 kali daripada responden dengan pengeluaran maka konsumsi buah oleh
pengetahuan buah dan sayur yang rendah responden juga akan meningkat. Hal
tersebut sejalan dengan penelitian
Hasil uji chi-square menunjukkan tidak ada Azagba(2011) pada remaja dan orang
hubungan kesukaan dengan konsumsusi dewasa di Australia dikatakan ada
buah dan sayur baik didaerah rural maupun hubungan yang positif antara pendapatan
urban. Dalam penelitian ini responden di dengan konsumsi buah dan sayur.
wilayah rural yang menyatakan kesukaan
terhadap buah sebesar 87,8% sedangkan Ada hubungan persepsi citra tubuh dengan
yang tidak suka sebesar 12,2%.Dari 12 konsumsi sayuran di daerah rural maupun
responden yang menyatakan tidak suka urban, selain itu ditemukan hubungan yang
terhadap buah, paling banyak tidak suka signifikan antara persepsi citra tubuh
buah karena mahal (41.7%). Dari 86 dengan konsumsi buah di daerah rural.
responden yang menyatakan suka terhadap Hasil penelitian tersebut sesuai dengan
buah, alasan paling banyak konsumsi buah penelitian Ham dan Kim (2014) dimana
karena sumber vitamin (54.7%). Adapun jumlah asupan buah ketika malam hari
konsumsi buah didaerah urban hasilnya memiliki hubungan signifikan dengan berat
yang menyatakan suka sebesar 79,6% dari badan dan BMI. Remaja yang memiliki
76 responden yang menyatakan suka persepsi status gizi gemuk menginginkan
terhadap buah, alasan paling banyak bentuk tubuh yang lebih langsing. Remaja
konsumsi buah karena rasanya yang berstatus gizi gemuk atau obes sedang
segar(51.3%), dan yang tidak menyukai menjalani pengurangan konsumsi makan
sebesar 20,4% dari 20 responden yang untuk mengurangi berat badan. Adapun
menyatakan tidak suka terhadap buah, remaja yang persepsi dirinya sedang atau
paling banyak tidak suka buah karena normal menyatakan menghindari atau
malas membeli (45.0%). Kesukaan sayuran mengurangi untuk mengonsumsi makanan
pada responden yang tinggal di daerah rural berminyak, berlemak dan daging untuk
sebesar 83,7% dengan alasan karena menjaga bentuk tubuh yang diinginkan. Hal
sayuran merupakan sumber serat yang berkebalikan terjadi pada beberapa remaja
penting bagi tubuh untuk mencegah yang berstatus gizi gemuk, mereka tetap
penyakit. Responden yang tidak suka memilki persepsi positif terhadap makanan
sayuran sebesar 16,3% dengan alasan dan mersa tidak perlu untuk menghindari
mereka tidak menyukai sayuran karena mengkonsumsi sesuatu untuk mendapatkan
rasanya yang tidak enak (62,5%). Alasan bentuk tubuh yang diinginkan , selama
tersebut serupa dengan responden yang mengkonsumsi makanan tidak berlebihan
tinggal didaerah urban. (Desita, 2013).
40 | Jurnal Keperawatan Raflesia, Volume 1 Nomor 1, Mei 2019
Tidak ada hubungan yang siginifikan dalam unsur pekerjaan kepala keluarga, jumlah
kepercayaan diri pada remaja baik di anak, pendidikan, dan sebaginya. Tingkat
daerah rural maupun di daerah urban dapat pendidikan dalam penelitian ini yang
diakibatkan sebagian besar responden diteliti adalah tingkat pendidikan ayah,
memiliki kepercayaan diri yang negatif karena di dalam budaya Jawa masih
dalam mengonsumsi buah dan sayur memegang budaya Patriarkhi, dimana
sehingga hasilnya tidak signifikan dalam Ayah berperan sebagai pengambil
penelitian ini. Individu yang memiliki keputusan dalam kehidupan berumah
kepercayaan diri negatif akan mempercayai tangga. Pengambilan keputusan terutama
bahwa mereka tidak mampu melakukan dalam perilaku makan dapat dipengaruhi
apapun, akibatnya mereka memiliki oleh tingkat pendidikan ayah dimana
kemampuan yang rendah untuk mengatasi semakin tinggi tingkat pendidikan ayah
masalah. Individu yang memilki akan menentukan pendapatan keluarga.
kepercayaan diri yang tinggi akan segera Dengan meningkatnya pendapatan
mengambil inisiatif untuk mengadopsi seseorang maka terjadilah perubahan-
perilaku hidup sehat. Misalnya masalah perubahan dalam susunan makanan. Begitu
kegemukan menimbulkan pengambilan pula dengan kebiasaan makan yang
keputusan yang berkaitan dengan perilaku cenderung berubah bersama dengan
hidup sehat ataupun perilaku ketaan naiknya pendapatan. Hasil penelitian diatas
menjalankan program diet. Berdasarkan sejalan dengan hasil penelitian McKinney
data pengukuran IMT pada responden (2013) pengetahuan gizi dan pendidikan
sebagian besar responden baik di daerah secara keseluruhan menunjukkan secara
rural maupun urban termasuk dalam positif dalam memberikan pengaruh pada
rentang normal/sedang sehingga kebiasaan makan, misalnya, orang dewasa
berpengaruh dalam kepercayaan diri dengan gelar sarjana lebih tinggi maka
responden karena merasa berat badannya asupan buah dan sayuran lebih daripada
normal sehingga tidak perlu untuk diet individu tanpa gelar sarjana.
tinggi sayur dan buah.
Tidak terdapat hubungan yang signifikan
Ada hubungan tingkat pendidikan orang tua ketersediaan sayur dan buah dengan
dengan konsumsi sayuran. Hal ini konsumsi buah dan sayur didaerah rural
disebabkan karena berdasarkan data maupun urban. Hal tersebut dapat terjadi
distribusi frekuensi responden yang karena ada faktor lain yang mempengaruhi
memilki ayah dengan pendidikan tinggi ketersediaan buah dan sayur. Dari hasil
lebih banyak di daerah rural sebesar 76% tabulasi silang pendidikan tinggi pada
didaerah rural dan 72% di daerah urban. orang tua dan uang bulanan responden
Hasil penelitian ini didukung penelitian tinggi. Hasilnya pendapatan tinggi dapat
Pearson (2010) ada hubungan positif antara meningkatkan daya beli keluarga
status pekerjaan orang tua dan konsumsi khususnya dalam membeli buah dan sayur
buah remaja dan antara pendidikan orang sehingga dapat mendukung ketersediaan
tua dan konsumsi buah dan sayur pada buah dan sayur pada remaja di daerah rural
remaja. Beberapa variabel yang kuat dalam dan urban. Hasil penelitian diatas berbeda
mempengaruhi perilaku makan dalam dengan penelitian Rakhshanderou (2014)
keluarga atau rumah tangga meliputi unsur- dalam tinjauan literatur factor penentu yang
Oktavia, dkk, Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Buah-Sayur ... | 41
utama asupan buah dan sayuran pada anak- Hasil uji statistik menunjukkan ada
anak dan remaja dilaporkan bahwa dua dari hubungan dukungan teman dengan
tiga makalah mengidentifikasi hubungan konsumsi buah didaerah urban . Hal
positif antara ketersediaan buah dan tersebut dikarenakan remaja di daerah
sayuran. Dari semua faktor penentu dalam urban mendapat dukungan baik dari teman
penelitian yang dilakukan oleh Blanchette sebesar 73% . Responden yang kurang
dan Brug (2010), ketersediaan dan mendapat dukungan teman berisiko 2,4 kali
aksesibilitas buah dan sayuran paling mengkonsumsi buah kurang dari 2x per
konsisten dan memiliki hubungan yang hari. Pengaruh rekan atau kelompok sebaya
positif terkait dengan konsumsi. sangat kuat. Ketika anak mulai sekolah
Ketersediaan buah dan sayuran di rumah tekanan teman sebaya mulai mempengaruhi
tergantung pada beberapa faktor misalnya, pemilihan makanan yang menyebabkan
Status keuangan, waktu, dan pentingnya pengabaian terhadap kebutuhan gizi.
kesehatan remaja, dari sudut pandang orang Remaja mulai peduli terhadap
tua). Aksesibilitas merupakan faktor yang penampilan fisik dan perilaku sosial, serta
lebih penting daripada ketersediaan, karena berusaha untuk mendapatkan penerimaan
menyiapkan buah dan sayuran untuk dari teman sebayanya. Pemilihan makanan
digunakan (mencuci, mengiris, dll.) adalah menjadi penting supaya mereka diterima
penghalang utama yang telah disebutkan oleh teman sebayanya. Teman sebaya
oleh remaja. Secara umum, terlepas dari berpengaruh secara signifikan terhadap
ketersediaan, remaja dapat menahan diri perilaku konsumsi individu, yaitu dalam
dari mengkonsumsi buah dan sayuran memilih jenis makanan, seseorang akan
karena kurangnya keterampilan mengikuti teman sebayanya (Savitri,
menyiapkan buah dan sayur 2009). Hal tersebut didukung dalam
(Rakhshanderou, 2014). penelitian Bruening (2012), ada hubungan
yang signifikan kebiasaan konsumsi sayur
Tidak terdapat hubungan keterpaparan antara remaja dan sahabatnya (p= 0,038).
media dengan konsumsi buah dan sayur Konsumsi buah dan sayuran pada saat
baik di daerah rural maupun urban. Hal persiapan makan malam diasosiasikan
tersebut dikarenakan remaja yang kurang dengan kebiasaan melihat dari teman (p <
terpapar informasi mengenai konsumsi 0.001) (Pelletier, 2014).
buah dan sayur di daerah rural lebih tinggi
77,6% dibandingkan dengan remaja yang KESIMPULAN
tinggal di daerah urban 70,4%. Dalam 1. Frekuensi konsumsi sayuran yang
penelitian ini responden menyatakan bahwa kurang dari 3x per hari di daerah urban
media yang paling sering terpapar oleh sebesar 57,1% lebih tinggi daripada di
responden adalah media internet. Hasil daerah rural sebesar 48%. Sedangkan
penelitian di atas sejalan dengan penelitian responden yang mengkonsumsi buah
lain, ditemukan bahwa iklan/media massa kurang dari 2x per hari di daerah rural
tidak berpengaruh secara signifikan sebesar 85,7% lebih tinggi daripada di
terhadap perilaku konsumsi individu daerah urban sebesar 39,8%.
(Srimaryani, 2010). 2. Terdapat hubungan yang signifikan
antara konsumsi sayuran pada remaja
didaerah rural dengan tingkat
42 | Jurnal Keperawatan Raflesia, Volume 1 Nomor 1, Mei 2019