Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

KOMUNIKASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK

DI SEKOLAH DASAR

Isparwoto

Universitas PGRI Banyuwangi, Jl. Ikan Tongkol 22 Banyuwangi


e-mail: isparwoto1951@yahoo.co.id

Abstract: Communication in the Conflict Resolution at Elementary School. Communication in


the resolution of conflicts at elementary school is a process of transferring-understanding meanings,
ideas, and information from a sender to a receiver which can create, maintain, and change the
institution of basic education in order to solve all the inconformity effectively with a resolution
strategy. The objective of the research was to describe the role of communication in the resolution
of conflicts at three Elementary Schools (SDN 4 Penganjuran, SDK Santa Maria, and SDU
Habibulloh). The research applied qualitative approach with a multi-case study. The informants
were determined purposively by selecting the key informants. The data gathering was conducted by
using deep interview technique, participant observation, and document study. Finally, the data
collected were organized, interpreted, and analyzed several times through intra-case and inter-case
analysis. The research results were that communication could solve the conflicts occurred at
elementary school in certain conditions: (1) the communication process ran effectively,
respectfully, and interestingly, (2) the climate of communication was conducive, and (3) the steps
of conflict resolution were done through an effective planning, conducting, and evaluating as well.

Abstrak: Komunikasi dalam Penyelesaian Konflik di Sekolah Dasar. Tujuan penelitian ini
adalah mendiskripsikan peran komunikasi dalam penyelesaian konflik di SD yang memiliki latar
belakang yang berbeda penyelenggaraannya di Kabupaten Banyuwangi, yaitu SDN 4 Penganjuran,
SDK Santa Maria dan SDU Habibulloh. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
rancangan studi multikasus, informan ditetapkan secara purposif dengan terlebih dulu menentukan
informan kunci, pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi
partisipan, dan studi dokumen. Data yang terkumpul tersebut diorganisir, ditafsir dan dianalisis
secara berulang-ulang melalui analisis dalam kasus dan lintas kasus. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa komunikasi dapat menyelesaikan konflik di Sekolah Dasar, yaitu melalui: (1) proses
komunikasi yang berlangsung secara efektif, santun dan menarik,(2) iklim komunikasi yang
berlangsung secara kondusif, dan (3) langkah-langkah penyelesaian konflik melalui perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi penyelesaian konflik yang efektif..

Kata-kata Kunci: komunikasi, penyelesaian konflik, sekolah dasar

Globalisasi telah menimbulkan kaburnya batas- yasa, 2007: 3). Perubahan dan tantangan masa
batas antar negara, sehingga dunia menjadi depan mengisyaratkan organisasi untuk selalu
terbuka dan transparan. Globalisasi terjadi antara melakukan penyesuaian dalam berbagai aspek.
lain disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan Organisasi yang mampu beradaptasi dengan
dan teknologi terutama teknologi informasi yang tuntutan perubahan dan mengisi peluang yang
semakin hari semakin pesat perkembangannya, ada akan mampu bertahan hidup (survive) dan
sehingga menuntut perubahan mandasar dalam berkembang ke arah yang lebih baik. (Gito-
berbagai bidang kehidupan, ekonomi, politik, sudarmo & Sudita, 2000: 281).
sosial dan budaya, termasuk pendidikan (Mul-

272
Isparwoto, Komunikasi dalam Penyelesaian Konflik.…273

Teori sistem yang umum mengatakan yang diawali: siapa, menyampaikan apa, dengan
bahwa organisasi sebagai suatu set bagian-bagian cara apa atau melalui apa, kepada siapa dan
yang kompleks yang saling berhubungan dan berakibat apa (Ardana, dkk., 2008: 57). Proses
berinteraksi untuk menyesuaikan diri dengan komunikasi adalah proses penyampaian pikiran
lingkungan yang selalu berubah agar dapat atau perasaan seseorang (komunikator) kepada
mencapai tujuannya (Muhammad, 2005: 47). orang lain (komunikan). Proses komunikasi
Komunikasi pendidikan digunakan untuk meme- terdiri dan tujuh unsur utama, yaitu; (1) pengi-
cahkan berbagai persoalan yang berkaitan de- rim informasi, (2) proses penyandian, (3) pesan,
ngan masalah-masalah dalam dunia pendidikan (4) saluran, (5) proses penafsiran, (6) penerima,
(Naim, 2011: 22). dan (7) umpan balik. Model komunikasi ini ba-
Komunikasi efektif penting bagi manajer, nyak dipergunakan dalam organisasi untuk
karena dua alasan Pertama, komunkasi adalah menganalisis komunikasi (Gitosudarmo & Sudi-
proses dengan mana fungsi-fungsi manajemen, ta, 2000: 198).
merencanakan, mengorganisasikan, memimpin Iklim komunikasi sebuah organisasi sangat
dan mengendalikan dilaksanakan: Kedua komu- penting karena mempengaruhi cara hidup kita:
nikasi adalah kegiatan dimana manajer mencu- kepada siapa kita bicara, siapa yang kita sukai,
rahkan sebagian besar dari waktunya. (Stoner, bagaimana perasaan kita, bagaimana kegiatan
1992: 144). Profil komunikasi organisasi dipusat- kerja kita, bagaimana perkembangan kita, apa
kan pada aspek-aspek seperti iklim komunikasi, yang ingin kita capai dan bagaimana cara kita
kepuasan organisasi, kualitas media, ketersediaan menyesuaikan diri dengan organisasi (Pace &
informasi, beban informasi budaya organisasi, Faules, 2006:148).
penyebaran informasi, ketepatan pesan(Pace & Menurut Pace dan Faules (2006:147),
Faules, 2006 : 553). Menurut Rochaety, dkk. iklim komunikasi merupakan gabungan dari
(2008: 143), untuk menciptakan hubungan yang persepsi-persepsi (suatu evaluasi makro) menge-
harmonis di antara anggota lembaga pendidikan nai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, res-
perlu mengubah pola pendekatan dari pende- pon pegawai terhadap pegawai lainnya, harapan-
katan kontrol ke pendekatan komitmen. Kedua, harapan, konflik-konflik antar personal, dan ke-
untuk menciptakan hubungan yang harmonis sempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi
dalam sebuah lembaga pendidikan antara lain tersebut, dalam arti iklim komunikasi meliputi
dapat dilakukan dengan menciptakan komunikasi persepsi-persepsi mengenai pesan dan peristiwa
dua arah. Hubungan yang harmonis akan tercer- yang berhubungan dengan pesan yang terjadi
min dari kualitas proses komunikasi di dalam dalam organisasi. Pace dan Faules (2006, 159)
dan antar lembaga pendidikan. mengatakan paling sedikit ada 6 faktor besar
Dalam hal ini penulis membatasi diri yang mempengaruhi iklim komunikasi organisasi
hanya membahas proses komunikasi dan iklim yaitu: kepercayaan, pembuatan keputusan bersa-
komunikasi saja, karena dipandang cukup pen- ma, kejujuran, keterbukaan dalam komunikasi ke
ting untuk membahas adanya benang merah bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas
dengan konflik di sekolah. Proses komunikasi dan perhatian pada tujuan berkinerja tinggi.
terdiri dari beberapa komponen dan masing- Dalam mendorong visi, misi dan me-
masing komponen tersebut mempunyai tugasnya lakukan inovasi di sekolah, kepala sekolah akan
masing-masing. Tugas dari masing-masing kom- dihadapkan pada berbagai masalah termasuk
ponen itu berhubungan satu sama lain untuk konflik yang timbul sebagai akibat dari ba-
menghasilkan suatu komunikasi (Muhammad, nyaknya permasalahan dan perubahan di sekolah.
2005: 20). Semakin maju dan berkembang suatu sekolah,
Proses komunikasi sangat berkaitan de- semakin banyak masalah yang harus dipecahkan.
ngan bagaimana komunikasi itu berlangsung Begitu juga dalam kehidupan di sekolah, seluruh
274 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 45, Nomor 3, Oktober 2012, hlm.271-283

warga sekolah senantiasa dihadapkan pada kon- yang sama, (3) konflik antara individu dan
flik. Perubahan atau inovasi baru sangat rentan kelompok, (d) konflik antar kelompok dalam
menimbulkan konflik, apalagi jika tidak disertai organisasi-organisasi yang sama (4) ,dan (5)
pemahaman yang memadai terhadap ide-ide konflik antar organisasi. Wahyudi (2008: 104)
yang berkembang (Mulyasa, 2007: 237). berpendapat penyebab konflik yang bersumber
Konflik organisasi (organizational con- dari dalam organisasi adalah ; (1) keterbatasan
flict) adalah ketidaksesuaian antara dua atau le- sumber daya, (2) kegagalan komunikasi, (3)
bih anggota-anggota atau kelompok-kelompok perbedaan sifat, nilai-nilai dan persepsi, (4)
organisasi yang timbul karena adanya kenyataan saling ketergantungan tugas (5) sistem peng-
bahwa mereka harus membagi sumber daya- gajian, dan (6) human relation yang kurang
sumber daya yang terbatas atau kegiatan-kegia- harmonis. Sedangkan penyebab konflik yang
tan kerja dan/atau karena kenyataan bahwa me- bersumber dari luar organisasi adalah: (1)
reka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai perkembangan iptek, (2) peningkatan kebutuhan
atau persepsi (Handoko, 1999: 346). masyarakat, (3) regulasi dan kebijakan pem-
Konflik merupakan suatu peristiwa yang erintah, (4) munculnya kompetitor baru, (5) kea-
tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan ber- daan politik dan keamanan, (6) keadaan ekonomi
organisasi, bahkan konflik selalu hadir dalam masyarakat.
setiap hubungan kerjasama antar individu, ke- Hendricks (2008: 47-55) menawarkan lima
lompok atau organisasi. Konflik selalu meli- gaya dalam menyelesaikan konflik, yaitu: (1) ga-
batkan orang, pihak atau kelompok orang, ya penyelesaian konflik dengan mempersatukan
menyangkut masalah yang menjadi inti, mem- (integrating), (2) gaya penyelesaian konflik de-
punyai proses perkembangan, kondisi yang ngan kerelaan untuk membantu (obliging), (3)
menjadi latar belakang, sebab-sebab dan pemi- gaya penyelesaian konflik dengan mendominasi
cunya (Hardjana, 1994:34). (dominating), (4) gaya penyelesaian konflik de-
Dalam organisasi, meskipun kehadiran ngan menghindari (avoiding), dan (5) gaya pe-
konflik sering menimbulkan ketegangan, tetap nyelesaian konflik dengan kompromis (com-
diperlukan untuk kemajuan dan perkembangan promising). Kecenderungan ini disusun berda-
organisasi konflik dapat menjadi energi yang sarkan derajat kemampuan untuk memuaskan
dahsyat jika dikelola dengan baik, bahkan dapat kepentingan orang lain dan diri sendiri. Stoner
dijadikan sebagai alat untuk melakukan peru- (1992: 51) berpendapat bahwa metode-metode
bahan, tetapi dapat menurunkan kinerja jika tidak dominasi, kompromi, dan pemecahan problem
dapat dikendalikan (Mulyasa, 2007:239). Penye- secara integratif merupakan metode yang paling
lesaian konflik merupakan suatu strategi resolusi banyak digunakan dalam penyelesaian konflik.
yang digunakan untuk mencegah konflik agar Tidak ada pendekatan yang paling tepat yang
tidak menjadi destruktif melainkan dapat men- dapat digunakan untuk semua situasi, karena
jadi suatu keadaan yang konstruktif dalam masing-masing metode resolusi konflik mem-
mencapai tujuan organisasi. Terdapat tiga taha- punyai kelebihan di samping kekurangannya,
pan dalam penyelesaian konflik yang ditawarkan beberapa metode resolusi konflik antara lain
untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas metode kerjasama, menghindar, kompetisi,
organisasi yaitu: 1) perencanaan konflik, 2) pe- kompromi, penyesuaian, dominasi, kolaborasi,
laksanaan konflik, dan 3) evaluasi konflik (Wah- pemecahan masalah, mendesain ulang organisasi
yudi, 2008: 111). (Wahyudi, 2008: 65-67). Manajemen konflik
Menurut pendapat Handoko (1999: 349), yang berhasil akan meningkatkan kinerja indi-
dalam kehidupan organisasi terdapat 5 (lima) vidu yang ditunjuk dalam perilaku kerja dan
jenis konflik, yaitu: (1) konflik dalam diri indi- hasil kerja. Performasi kerja yang dimaksud
vidu, (2) konflik antar individu dalam organisasi dalam hal ini diartikan sebagai perilaku kerja dan
Isparwoto, Komunikasi dalam Penyelesaian Konflik.…275

hasil kerja yang telah dilakukan di dalam orga- Pengumpulan data dalam penelitian ini
nisasi (Wahyudi, 2008: 114). menggunakan tiga teknik yaitu wawancara men-
Hasil penelitian mengenai iklim organisasi dalam, observasi partisipan, dan studi dokumen.
cenderung mendukung kesimpulan bahwa lebih Data yang terkumpul melalui ketiga teknik terse-
positif iklim lebih produktif organisasi. Iklim but diorganisir, ditafsir, dan dianalisis secara ber-
yang positif ini tidak hanya menguntungkan ulang-ulang melalui analisis dalam kasus yang
organisasi, tetapi juga penting bagi kehidupan dilanjutkan dengan analisis lintas kasus guna me-
manusia dalam organisasi. (Campbell dalam Mu- nyusun konsep dan teori susbtansif sebagai te-
hammad, 2005: 85). Menurut Hoy dan Miskel muan penelitian. Untuk pengecekan kesahihan
(1990), organisasi yang memiliki situasi kerja data digunakan teknik observasi terus menerus,
dan iklim yang terbuka menunjukkan tingkat ke- triangulasi sumber data, metode dan penelitian
percayaan dan keefektifan lebih tinggi daripada lain, pengecekan anggota, diskusi dengan teman
yang menggunakan iklim tertutup. sejawat, dan pengecekan ketercukupan referensi.
Berdasarkan uraian di atas, maka fokus
penelitian ini adalah bagaimana peran komu- HASIL DAN PEMBAHASAN
nikasi dalam penyelesaian konflik di sekolah
dasar yang selanjutnya fokus tersebut dipilah Hasil
menjadi subfokus penelitian: (1) bagamana peran Penelitian ini menghasilkan beberapa
proses komunikasi dalam penyelesaian konflik di temuan: Pertama, proses komunikasi berlang-
SD, (2) bagaimana peran iklim komunikasi sung dengan efektif, santun dan menarik sehing-
dalam penyelesaian konflik di SD, dan (3) bagai- ga penyelesaian konflik di SD dapat terwujud,
mana langkah-langkah dalam penyelesaian kon- Komunikasi yang efektif diperoleh dari empat
flik di SD. Adapun tujuan penelitian ini adalah aspek, yaitu: (1) kepala sekolah sebagai sumber,
mendeskripsikan peran komunikasi dalam pe- (2) informasi yang disampaikan, (3) saluran in-
nyelesaian konflik di sekolah dasar. formasi, dan (4) guru sebagai penerima infor-
masi. Dari aspek Kepala Sekolah sebagai sum-
METODE ber: (1) menguasai informasi yang dikirim, salu-
ran informasi yang digunakan dan situasi kondisi
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Ju-
penerima informasi, (2) dalam penyampaian sis-
li 2010 sampai dengan Juni 2011. Penelitian
tematis, kreatif, inovatif, santun, menarik dan
menggunakan rancangan studi multi kasus kare-
segera disampaikan kepada penerima informasi,
na berkenaan dengan pertanyaan bagaimana dan
dan (3) ada pemahaman yang sama dengan pe-
mengapa, serta berkenaan dengan lebih dari satu
nerima informasi. Dari aspek informasi yang
kasus yang punya latar belakang yang berbeda,
disampaikan: (1) informasi menggunakan bahasa
yaitu: SDN 4 Penganjuran, SDK Santa Maria dan
verbal lisan dan bahasa verbal tulis yang siste-
SDU Habibulloh. Penelitian ini menggunakan
matis, jelas dan tegas, disertai bahasa non verbal
metode komparatif konstan (The Constant Com-
yang meyakinkan, (2) informasi yang disam-
parative Method), yang menurut Bogdan dan
paikan terbaru, asli, objektif, dapat dipercaya,
Biklen (1998:72), peneliti membandingkan dan
relevan, mengandung kebenaran, (3) isi infor-
mempertentangkan temuan konseptual pada
masi yang disampaikan sesuai dengan tingkat
masing-masing kasus individu untuk menyusun
pemahaman, kepentingan dan kebutuhan komu-
pernyataan konseptual atau proposisi lintas kasus
nikan. Dari aspek saluran informasi: (1) keba-
dan teori substansif sebagai temuan akhir pene-
nyakan menggunakan indera penglihatan dan
litian. Penentuan informan dipilih secara purposif
indera pendengaran, selain indera pengecap, pe-
dengan menetapkan ketiga kepala Sekolah SD
raba dan penciuman, (2) saluran informasi meng-
sebagai informan kunci.
gunakan berbagai media/alat informasi seperti
276 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 45, Nomor 3, Oktober 2012, hlm.271-283

telepon, handphone, SMS, buku, maupun tekno- informasi dari guru dipandang cukup penting
logi berbantuan komputer (seperti internet, e- oleh kepala sekolah untuk dilaksanakan, kecuali
mail, facebook, walaupun belum maksimal), (3) ada petunjuk yang berlawanan. Adanya perhatian
saluran informasi dalam penggunaannya ada pada tujuan berkinerja tinggi dapat dilihat dari:
kesamaan keterampilan, pengalaman, dan penge- (1) Kepala Sekolah dan semua guru dalam
tahuan antara komunikator dengan komunikan. sekolah menunjukkan suatu komitmen terhadap
Dari aspek guru sebagai penerima informasi: (1) tujuan berkinerja tinggi yaitu pada produktivitas
memahami maknanya, meyakini kebenarannya, tinggi, kualitas tinggi dan biaya rendah, dan (2)
merata penyebarannya, dan mencukupi kebu- Kepala Sekolah dan warga sekolah menunjukkan
tuhan informasinya, (2) merespon dengan segera perhatian yang besar kepada kesejahteraan se-
terhadap komunikator, (3) dalam menginter- mua guru, sama besar seperti perhatian pada
pretasi dan menganalisis isi informasi yang dite- tujuan berkinerja tinggi.
rima relatif sama dengan komunikator. Ketiga, langkah-langkah penyelesaian
Kedua, iklim komunikasi berlangsung konflik di SD dapat terwujud. Langkah-langkah
kon-dusif sehingga dalam penyelesaian konflik penyelesaian konflik dapat dipilah menjadi tiga
di SD dapat terwujud. Berlangsungnya komu- aspek, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan eva-
nikasi yang kondusif diperoleh dari empat aspek, luasi. Dalam perencanaan penyelesaian kon-flik:
yaitu (1) partisipasi guru dalam pengambilan (1) kepala sekolah dan guru dapat mengiden-
keputusan, (2) keterbukaan dalam komunikasi ke tifikasi sumber penyebab konflik, yaitu perbe-
bawah, (3) kesediaan mendengarkan komunikasi daan pendapat, persepsi, nilai dan tujuan, saling
ke atas, dan (4) perhatian pada tujuan berkinerja ketergantungan dalam tugas, sumber daya yang
tinggi. Adanya partisipasi guru dalam pengam- terbatas, sistem penggajian yang kurang adil dan
bilan keputusan bisa dilihat dari: (1) semua guru komunikasi yang kurang harmonis; (2) kepala
di sekolah diajak berkomunikasi dan berkon- sekolah dan guru dapat mengidentifikasi jenis-
sultasi mengenai semua masalah dan semua jenis konflik, yaitu konflik antar individu, kon-
wilayah kebijakan sekolah yang relevan dengan flik antara individu dengan kelompok, dan kon-
kedudukan guru, dan (2) semua guru diberi flik antar kelompok; (3) kepala sekolah dan guru
kesempatan berkomunikasi dan berkonsultasi dapat mengklasifikasi konflik, yaitu antara kon-
dengan Kepala Sekolah untuk berpartisipasi flik yang fungsional dengan konflik yang dis-
dalam proses pembuatan keputusan dan penen- fungsional; dan (4) kepala sekolah dan guru
tuan tujuan sekolah. Adanya keterbukaan dalam dapat menganalisis konflik yang segera harus
komunikasi ke bawah dapat dilihat dari: (1) diselesaikan dan konflik yang masih dapat di-
semua guru relatif mudah memperoleh informasi tunda penyelesaiannya atas dasar dampak yang
yang berhubungan langsung dengan tugas guru ditimbulkan dan banyaknya personal yang terli-
pada saat itu, kecuali untuk keperluan informasi bat. Dalam pelaksanaan penyelesaian konflik:
rahasia, dan (2) semua guru menerima informasi (1) untuk konflik antar guru, pendekatan yang
yang meningkatkan kewenangan mereka untuk digunakan adalah kolaborasi, kompromi, dan
mengkoordinasikan pekerjaannya dengan guru kompetisi; (2) untuk konflik antara guru dengan
lain, berhubungan luas dengan sekolah, kepala kepala sekolah, pendekatan yang digunakan oleh
sekolah dan program kerja sekolah. Adanya Kepala Sekolah adalah rela membantu dan
kesediaan mendengarkan komunikasi ke atas dominasi; (3) untuk konflik antara guru dengan
dapat dilihat dari: (1) Kepala Sekolah bersedia kelompok guru, pendekatan yang digunakan
mendengarkan saran-saran, laporan-laporan, adalah kompromi dan kolaborasi; dan (4) untuk
masalah yang dikemukakan oleh guru di setiap konflik antar kelompok guru, pendekatan yang
tingkatan kelas dalam sekolah secara berkesi- digunakan adalah integrasi. Dalam evaluasi
nambungan dan berpikiran terbuka, dan (2) penyelesaian konflik: (1) kepala sekolah dan
Isparwoto, Komunikasi dalam Penyelesaian Konflik.…277

guru dapat menekan dampak negatif konflik, terpercaya dengan menggunakan bahasa yang
yaitu tingkat konflik yang terlalu tinggi, dan santun dan menarik. Bagi komunikator isi
tingkat konflik yang terlalu rendah; (2) kepala informasi harus jelas, tepat dan dikuasai. Kalau
sekolah dan guru dapat meningkatkan dampak tidak, bisa menjadi penyebab awal gagalnya
positif konflik, yaitu tingkat konflik yang opti- komunikasi (Soetopo, 2004: 180). Pengirim
mal; (3) sikap dan perilaku kerja guru mening- berita seharusnya tidak hanya memikirkan apa
kat; dan (4) hasil kerja guru meningkat. yang akan dikatakan tetapi juga bagaimana hal
itu akan disajikan agar pengaruh yang diinginkan
Pembahasan oleh penerima terpenuhi. Jadi informasi harus
disesuaikan dengan tingkat pemahaman, kepen-
Pertama, Kepala sekolah sebagai komu-
tingan dan kebutuhan penerima untuk mencapai
nikator menguasai informasi yang dikirim, salu-
konsekuensi yang diinginkan (Handoko, 1999:
ran yang digunakan, dan situasi kondisi guru
275).
sebagai komunikan. Kepala Sekolah dalam pe-
Ada sembilan hal yang patut diper-
nyampaian informasi sistematis menggunakan
timbangkan dalam menyampaikan pesan yaitu:
intonasi yang jelas dan tegas dan bahasa tubuh
(1) pesan itu harus cukup jelas, bahasanya mudah
yang meyakinkan. Sumber informasi merupakan
dipahami, tidak berbelit-belit, dan tuntas; (2)
pihak yang mempunyai kebutuhan dan keinginan
mengandung kebenaran yang sudah diuji, ber-
untuk mengkomunikasikan suatu gagasan, pemi-
dasarkan fakta; (3) ringkas dan padat; (4) men-
kiran, informasi dan sebagainya kepada pihak
cakup keseluruhan; (5) nyata dapat dipertang-
lain (Handoko, 1999: 274). Modal utama komu-
gungjawabkan berdasarkan data dan fakta yang
nikator (sumber informasi) adalah penguasaan
ada; (6) lengkap dan disusun secara sistematis;
informasi yang akan dikirimkan, penguasaan alat
(7) pesan itu menarik dan meyakinkan; (8) di-
komunikasi dan penguasaan medan komunikasi
sampaikan dengan sopan; dan (9) nilai pesan itu
(Soetopo, 2004: 180). Problematik komunikasi
sangat mantap, tidak mengandung pertentangan
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni
isinya (Siahaan, 1990:63)
problematik yang bersumber dari komunika-
Saluran informasi yang digunakan Kepala
tornya yang bersumber dari pesannya, dan yang
Sekolah menggunakan bahasa lisan dan tertulis
bersumber dari komunikannya (Asmani, 2009:
yang sistematis dan bahasa tubuh yang meya-
62-64).
kinkan melalui berbagai media yang disepakati
Ada faktor penting pada diri komunikator
dan ada kesamaan pemahaman dalam penggu-
bila ingin melancarkan komunikasi, yaitu: (1)
naanya. Komunikator perlu memperhatikan ke-
daya tarik sumber, yaitu seorang sumber akan
masan message, waktu, dan tempat yang tepat
berhasil dalam berkomunikasi, akan mampu
yang sangat menentukan apakah komunikasi
mengubah sikap, opini dan perilaku komunikan
dapat intune (suasana akrab, hangat dan mesra).
melalui mekanisme daya tarik; (2) kredibilitas
Sesuatu rangsangan untuk mencapai sasaran
sumber, yaitu komunikasi bisa berhasil bila ko-
komunikasi diusahakan memakai bahasa, simbol,
munikan percaya terhadap komunikator, keper-
atau lambang yang sudah dipahami oleh komu-
cayaan ini banyak bersangkutan dengan profesi
nikan maupun komunikator sendiri sehingga
dan keahlian yang dimiliki oleh seorang komu-
salah pengertian dapat dihindari. (Siahaan, 1990:
nikator; dan (3) komunikator harus bersikap
11-12). Pada dasarnya, orang-orang menerima
empati ketika berkomunikasi dengan komunikan
berita melalui kelima pengindra mereka, yaitu
yang sedang sibuk, marah, bingung, sedih, sakit,
penglihatan, pendengaran, pengecapan, pera-
kecewa dan sebagainya (Effendi, 2009: 40).
baan, dan penciuman. Pengiriman berita belum
Informasi yang disampaikan Kepala Seko-
lengkap atau tidak terjadi bila satu pihak belum
lah bersifat orsinil, terbaru, obyektif, benar dan
menerima berita. Banyak komunikasi penting
278 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 45, Nomor 3, Oktober 2012, hlm.271-283

gagal karena seseorang tidak pernah menerima ngan, gangguan, dan pesan. (Muhammad, 2005:
berita (Handoko, 1999: 276). 15).
Komunikasi non verbal meliputi gerakan Kedua, kepala sekolah dapat menciptakan
tubuh, intonasi (tekanan kata), mimik wajah, dan iklim komunikasi yang harmonis dan kondusif di
gerak fisik antara pengirim dan penerima pesan sekolah. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya
(Robbins & Judge, 2008: 11). Untuk mencapai pemberian kesempatan kepada guru untuk
sasaran komunikasi dapat memilih salah satu berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
atau gabungan dari beberapa media bergantung bersama yang menyangkut pemecahan masalah/
pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan konflik yang terjadi di sekolah dalam penyu-
disampaikan, dan teknik yang akan digunakan. sunan program kerja dan kebijakan sekolah,
Media mana yang terbaik dari sekian banyak maupun dalam mengawal proses dan hasil ke-
media komunikasi itu tidak dapat ditegaskan putusan bersama. Komponen iklim organisasi
dengan pasti sebab masing-masing mempunyai menurut Owens (1991) sekurang-kurangnya me-
kelebihan dan kekurangan (Effendi, 2009:37). liputi: (1) keintiman antar individu, (2) keter-
Akibat komunikasi berbantuan komputer, bata- libatan mereka dalam kegiatan pengambilan
san-batasan organisasional menjadi tidak terlalu keputusan, (3) persepsi guru terhadap guru lain
relevan, jaringan komputer memungkinkan kar- sebagai anggota kelompok, (4) moral, (5) kelan-
yawan untuk melampaui tingkat-tingkat vertikal caran komunikasi, (6) keterbukaan, (7) peraturan,
organisasi dan dapat berkomunikasi terus mene- (8) beban tugas, (9) perlakukan secara kema-
rus (Robbins & Judge, 2008: 16-22). nusiaan, (10) kesejawatan dan kesetiakawanan,
Guru sebagai penerima informasi mema- (11) keakraban atau kehangatan, dan (12) peng-
hami maknanya, meyakini kebenarannya, men- hargaan terhadap prestasi yang telah dicapai.
cukupi kebutuhan informasinya, dan merata serta Ada keterbukaan Kepala Sekolah dalam
segera merespon informasi yang diperoleh kepa- komunikasi ke bawah yang dapat dilihat dari
da komunikator. Schramm (dalam Effendi, 2009: adanya kemudahan bagi guru untuk mengakses
13) menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil informasi yang berhubungan dengan peker-
apabila pesan yang disampaikan oleh komuni- jaannya, program kerja dan kebijakan sekolah.
kator cocok dengan kerangka acuan (frame of Arus komunikasi dari atasan kepada bawahan
reference and meanings), yakni paduan penga- tidaklah selalu lancar, tetapi dipengaruhi oleh
laman dan pengertian (collection of reference) berbagai faktor antara lain: (1) keterbukaan an-
yang pernah diperoleh komunikan. Jika bidang tara pimpinan dan karyawan, (2) kepercayaan
pengalaman komunikator dan komunikan sama, pada pesan tulisan, (3) pesan yang berlebihan
maka komunikasi berlangsung lancar. membebani karyawan, (4) ketetapan waktu pe-
Pada umumnya, semakin tepat penafsiran ngiriman pesan, dan (5) penyaringan pesan yang
penerima terhadap pesan yang dimaksud oleh dikirim kepada bawahan (Muhammad, 2005:
pengirim, semakin efektif komunikasi yang 110-112).
terjadi (Stoner, 1992: 150). Penerima pesan Efektivitas komunikasi, komunikasi yang
mempunyai peranan tertentu dalam komunikasi, baik, dipengaruhi oleh iklim di dalam sekolah.
yaitu: (1) menerima pesan yang dapat dilakukan Kepala sekolah harus menciptakan iklim sekolah
dengan mendengarkan, melihat, meraba, menci- yang hangat (terbuka). Dikatakan terbuka, sebab
um, dan merasakan; (2) mengikuti pesan yang setiap orang diberi kesempatan cukup longgar
dimaksudkan untuk mereka; (3) menginterpre- untuk menemui siapa saja, kapan saja, untuk
tasikan dan menganalisis pesan; (4) menyimpan, membicarakan apa saja, kecuali hal-hal yang
mengingat kembali pesan; dan (5) memberi res- memang dirahasiakan. Iklim yang terbuka me-
pon terhadap pengirim pesan, saluran, lingku- mungkinkan terjadinya komunikasi secara inten-
sif tanpa adanya sebuah hambatan. Kepala seko-
Isparwoto, Komunikasi dalam Penyelesaian Konflik.…279

lah atau pemimpin lembaga pendidikan seyog- visor tidak tertarik kepada masalah mereka. (3)
yanya membangun iklim dan metode komunikasi kurangnya penghargaan terhadap karyawan
yang tepat sehingga memungkinkan bagi tum- yang berkomunikasi ke atas, (4) perasaan karya-
buhnya kesadaran bersama untuk membangun wan bahwa supervisor dan pimpinan tidak dapat
kemajuan organisasi sekolah. Dalam iklim yang menerima dan merespon apa yang dikatakan oleh
terbuka, para guru dan karyawan, termasuk siswa karyawan (Sharma dalam Muhammad, 2005:
memiliki keberanian untuk menyampaikan ide 118).
dan beragam pemikiran mereka. Berbagai per- Ada komitmen dari warga sekolah ter-
soalan yang ada pun lebih terbuka kemung- hadap tujuan berkinerja tinggi dengan cara me-
kinannya untuk diselesaikan karena terciptanya ningkatkan produktifitas, kualitas dengan tetap
komunikasi yang efektif dalam manajemen pen- memperhatikan biaya yang rendah. Kepala Seko-
didikan (Naim, 2011:86-88). lah menunjukan perhatian yang besar untuk me-
Kepala Sekolah bersedia mendengarkan ningkatkan kesejahteraan semua guru, sama
saran, laporan dan masalah yang dikemukakan besar seperti perhatian pada tujuan berkinerja
guru yang disampaikan secara berkesinambu- tinggi. Warga sekolah bersikap jujur dalam be-
ngan dan terbuka. Kepala Sekolah menganggap kerja untuk (1) meraih kesempatan dalam orga-
setiap informasi yang disampaikan guru cukup nisasi secara bersemangat, (2) mendukung para
penting untuk dilaksanakan, kecuali ada petunjuk rekan dan anggota organisasi lainnya, untuk me-
lain yang berlawanan. Personel di setiap tingkat laksanakan tugas secara kreatif, dan (3) mena-
dalam organisasi harus mendengarkan saran- warkan gagasan-gagasan inovatif bagi penyem-
saran, masalah yang dikemukakan personel di purnaan organisasi dan operasinya. Semua ini
setiap tingkat bawahan dalam organisasi secara terjadi disebabkan oleh dukungan iklim komu-
berkesinambungan dengan pikiran terbuka. In- nikasi. Semua tingkat dalam organisasi harus
formasi dari bawahan harus dipandang cukup menunjukkan suatu komitmen terhadap tujuan-
penting untuk dilaksanakan kecuali ada petunjuk tujuan berkinerja tinggi, produktivitas tinggi,
yang berlawanan. (Pace & Faules, 2006:160). kualitas tinggi, biaya rendah, demikian pula me-
Peran komunikasi ke atas sebagai alat nunjukkan perhatian besar pada anggota orga-
kontrol dan pengarahan dijelaskan oleh Planty nisasi lainnya (Pace & Faules, 2006: 180).
dan Machaver (dalam Susanto, 1986 : 86) bahwa Ketiga, kepala sekolah dalam menye-
(1) komunikasi ke atas apabila didengar dengan lesaikan konflik menggunakan langkah-langkah
bijaksana dapat menjelaskan kepada atasan sebe- sebagai berikut. Langkah perencanaan penye-
rapa jauh informasi atau instruksi yang diberikan lesaian konflik melalui tahapan mengidentifikasi
telah diwarnai dengan nilai dan prasangka oleh sumber penyebab konflik, mengidentifikasi je-
bawahan, serta berapa persen informasi tidak nis-jenis konflik, mengklasifikasi konflik dan
tertangkap oleh bawahan; (2) informasi yang menganalisi konflik. Menurut pendapat Wahyudi
diperoleh melalui komunikasi ke atas memung- (2008: 96-97), penyebab konflik yang bersumber
kinkan atasan untuk memberikan penunjang dari dalam organisasi adalah (1) keterbatasan
terhadap kebijaksanaan maupun keputusannya sumber daya; (2) kegagalan komunikasi; (3) per-
karena atasan mengetahui faktor yang kadang bedaan sifat, nilai-nilai dan persepsi; (4) saling
dipahami ataupun yang kurang disukai bawa- ketergantungan tugas; dan (5) sistem penggan-
hannya. jaran dan human relation yang kurang harmonis.
Banyak kesulitan untuk mendapatkan Gitosudarmo dan Sudita (2000: 103) membe-
informasi dari bawahan karena beberapa hal, dakan jenis-jenis konflik yang terjadi dalam
antara lain (1) kecenderungan karyawan me- organisasi menjadi enam macam, yaitu: (1) kon-
nyembunyikan perasaan dan pikirannya, (2) flik dalam diri seseorang, (2) konflik antar
perasaan bawahan bahwa pimpinan dan super- individu, (3) konflik antar anggota kelompok, (4)
280 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 45, Nomor 3, Oktober 2012, hlm.271-283

konflik antar kelompok, (5) konflik intra orga- Kompetisi merupakan pendekatan terhadap kon-
nisasi, dan (6) konflik antar organisasi. flik yang berciri menang kalah (win-lose app-
Selain pengelompokan jenis-jenis konflik roach). Salah satu pihak memperjuangkan ke-
dan sumber-sumber konflik juga perlu dilakukan pentingannya dengan mengorbankan kepen-
klasifikasi konflik yang bersifat fungsional dan tingan pihak lain, sedangkan tujuannya men-
disfungsional. Konflik fungsional berasal dari dapatkan yang diperjuangkan dan mengalahkan
perbedaan pemikiran, inisiatif atau pertentangan pihak lain (Hardjana, 1994: 46-47).
antar individu atau kelompok yang mengkritisi Kepala Sekolah dalam penyelesaian kon-
persoalan-persoalan yang menghambat penca- fliknya dengan guru menggunakan pendekatan
paian tujuan. Konflik disfungsional berasal dari dominasi dan rela membantu. Mendominasi atau
pertentangan, perselisihan, atau perbedaan per- menguasai, cara ini merupakan pendekatan
sepsi antar individu atau kelompok dalam alokasi terhadap konflik yang bercirikan menang-kalah,
sumber daya organisasi atau perbedaan pema- satu pihak memperjuangkan kepentingannya
haman dalam menerjemahkan program yang dengan mengorbankan pribadi dan kepentingan
berlangsung dalam jangka waktu lama sehingga pihak lain (Hardjana, 1994:46). Strategi kerelaan
mengganggu target organisasi. Setelah dilakukan untuk membantu (oblinging) berperan untuk
pengelompokan penyebab terjadinya konflik, se- mengurangi perbedaan antar kelompok dan
lanjutnya dilakukan analisis terhadap masalah/ mendorong pihak-pihak yang terlibat konflik
sumber konflik yang muncul. Analisis dilakukan untuk mencari persamaan-persamaan. Perhatian
untuk mengetahui apakah konflik termasuk kate- pada orang/kelompok lain tinggi menyebabkan
gori penting dan mendesak untuk diselesaikan seseorang merasa puas karena keinginannya
atau dapat ditunda dengan memperhatikan ke- dipenuhi oleh pihak lain, walaupun salah satu
mampuan organisasi (Wahyudi, 2008: 112). pihak harus mengorbankan sesuatu yang penting
Langkah pelaksanaan penyelesaian konflik bagi dirinya. Gaya semacam ini dapat digunakan
yang dilakukan kepala sekolah tergantung jenis sebagai strategi yang sengaja untuk mengangkat
konflik yang terjadi. Jika terjadi konflik antar atau menghargai orang lain, membuat pihak lain
guru maka penyelesaianya menggunakan cara merasa lebih baik dan senang terhadap suatu isu
kolaborasi, kompromi, dan kompetisi. Cara kola- (Hendriks 2008:61).
borasi memungkinkan kedua belah pihak yang Kepala Sekolah dalam penyelesaian kon-
terlibat konflik bekerja sama dan mencari peme- flik antara guru dengan kelompok guru meng-
cahan secara tuntas dan memuaskan. Tujuan ko- gunakan pendekatan kompomi dan kolaborasi.
laborasi adalah untuk mendapatkan keinginan Pada pendekatan kompromi, manajer mencoba
dari masing-masing kelompok sehingga kedua menyelesaikan konflik melalui pencarian jalan
belah pihak menang dan tidak ada yang dika- tengah yang dapat diterima oleh pihak yang
lahkan. Karena itu dapat memperkuat hubungan bersangkutan. Bentuk kompromi meliputi: (1)
dan menimbulkan rasa saling menghormati pada pemisahan (separation), (2) perwasitan (arbi-
kedua belah pihak (Tosi, dkk., 1990: 531). Kom- tration), (3) kembali kepada peraturan-peraturan
promi (compromise) tepat dijadikan teknik pe- yang berlaku, (4) penyuapan (bribing) (Handoko,
ngelolaan konflik apa bila: (1) pihak-pihak yang 1999: 352). Pada pendekatan kerjasama (colla-
terlibat konflik mempunyai kekuatan yang seim- borating), kedua belah pihak yang terlibat kon-
bang, (2) sebagai alternatif penyelesaian konflik flik bekerjasama dan mencari pemecahan konflik
jika metode kompetisi tidak berhasil, (3) isu-isu yang dapat memuaskan kedua belah pihak. Pe-
yang dijadikan konflik sangat kompleks, (4) un- ngelolaan konflik menggunakan teknik kerjasa-
tuk mencapai penyelesaian sementara atas masa- ma ini merupakan pendekatan menang-menang
lah yang komplek, dan (5) masing-masing pihak (win-win solution) tujuan pendekatan ini masing-
tidak ingin dirugikan (Wahyudi, 2008: 66).
Isparwoto, Komunikasi dalam Penyelesaian Konflik.…281

masing mendapatkan yang diinginkan, (Harjana, kemampuan instropeksi diri, (2) meningkatkan
1994: 47) kinerja, (3) pendekatan yang lebih baik, dan (4)
Kepala Sekolah dalam penyelesaian mengembangkan alternatif yang lebih baik (Mul-
konflik antar kelompok guru menggunakan yasa, 2007: 245). Dampak positif (fungsional)
pendekan integrasi. Pada pendekatan ini, konflik dari konflik adalah (1) mencari pemecahan masa-
antar kelompok diubah menjadi situasi lah, (2) sadar adanya masalah, (3) perubahan dan
pemecahan masalah bersama yang dapat penyesuaian, (4) evaluasi kinerja, (5) orientasi
diselesaikan melalui teknik pemecahan masalah. pada tugas, (6) kinerja meningkat, dan (7) moti-
Secara bersama pihak-pihak yang bertentangan vasi kerja meningkat (Mulyasa, 2007:246).
mencoba memecahkan masalah yang timbul Tanda-tanda keberhasilan kinerja guru
antara mereka, semua pihak secara terbuka terlihat pada perilaku kerja dan hasil kerja yang
mencoba menemukan penyelesaian yang dapat meningkat yang pada gilirannya dapat mening-
diterima semua pihak didorong bekerjasama katkan efektivitas sekolah. Penyelesaian konflik
untuk mencapai tujuan bersama, melakukan di SD yang berhasil dapat meningkatkan kinerja
pertukaran gagasan secara bebas dan individu yang ditunjukkan dalam perilaku kerja
menekankan pada pencarian penyelesaian dan hasil kerja. Performansi kerja yang dimaksud
optimum (Handoko, 1999: 352-353). dalam hal ini diartikan sebagai perilaku kerja dan
Langkah evaluasi penyelesaian konflik hasil kerja yang telah dilakukan di sekolah dasar.
ditinjau dari tiga aspek yaitu dampak negatif Perilaku kerja terlihat dari cara kerja yang penuh
konflik, dampak positif konflik, dan tanda-tanda semangat, disiplin, bertanggungjawab, melak-
peningkatan kinerja pasca konflik. Langkah sanakan tugas sesuai standar yang ditetapkan,
Kepala Sekolah dalam menekan dampak negatif memiliki motivasi dan kemampuan kerja yang
konflik melalui menurunkan tingkat konflik yang tinggi dan terarah pada pencapaian tujuan
terlau tinggi dan menaikan tingkat konflik yang organisasi. Hasil kerja merupakan proses akhir
terlalu rendah. Adapun dampak negatif dari suatu kegiatan yang dilakukan anggota
(disfungsional) dari konflik adalah (1) agresivitas organisasi yang berupa barang yang dibuat/
individu, (2) muncul sikap otoritarian, (3) diciptakan, banyaknya dan meningkatnya laya-
pertentangan yang berlarut-larut, (4) tindakan nan yang telah diberikan, dan informasi yang
yang destruktif, (5) timbul rasa benci, (6) berguna bagi peningkatan keterampilan/penge-
egosektoral dan tujuan kelompok dianggap tahuan masyarakat. Kinerja individu secara kese-
penting (Wahyudi, 2008: 105). Dampak negatif luruhan dapat berpengaruh pada kinerja organi-
konflik antara lain (1) menciptakan suasana tidak sasi yang dapat diukur dari efisiensi organisasi,
nyaman dan tidak kondusif sehingga yaitu perbandingan antara jumlah yang diha-
menghambat komunikasi dan bahkan silkan dengan masukan/sumber yang digunakan.
menimbulkan ketegangan, (2) menimbulkan Produktivitas organisasi tidak hanya dilihat seca-
perpecahan dalam sekolah yang dapat ra kuantitatif, akan tetapi juga dikaji secara kuali-
mengganggu perhatian guru dan tenaga tatif yaitu komitmen terhadap tugas, sikap kom-
kependidikan terhadap program sekolah petitif, dan bertambahnya pengalaman individu
(Mulyasa, 2007: 246). (Wahyudi, 2008: 114).
Langkah kepala sekolah dalam
meningkatkan dampak positif konflik melalui SIMPULAN
mengoptimalkan sikap dan perilaku guru dalam
menjalankan tugas-tugasnya di sekolah sehingga Proses komunikasi memegang peran pen-
ting dalam penyelesaian konflik di SD. Proses
terjadi peningkatan produktivitas dan kualitas
komunikasi yang efektif dan harmonis harus
kerja. Konflik dapat berakibat positif atau
didukung dengan iklim komunikasi yang kondu-
menguntungkan, yaitu: (1) menimbulkan
282 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 45, Nomor 3, Oktober 2012, hlm.271-283

sif. Komunikasi yang efektif dan harmonis diin- guru, selain perhatian yang besar pada terca-
dikasikan oleh proses komunikasi yang ber- painya tujuan berkinerja tinggi.
langsung secara timbal balik, santun dan menarik Langkah-langkah penyelesaian konflik di
yang didukung oleh (1) sumber informasi me- SD yang efektif adalah: Pada tahap perencanan
nguasai informasi, saluran informasi yang digu- penyelesaian konflik, kepala sekolah dan guru-
nakan, dan situasi kondisi penerima informasi; guru (1) mengidentifikasi sumber dan jenis kon-
(2) informasi yang disampaikan menggunakan flik, (2) mengklasifikasi konflik yang fungsional
bahasa verbal lisan dan tulis yang sistematis, (positif) dan yang disfungsional (negatif), dan (3)
jelas dan tegas, serta bahasa non verbal yang menganalisis konflik yang segera diselesaikan
meyakinkan; (3) ada kesamaan keterampilan, ataupun yang ditunda penyelesaiannya. Pada ta-
pengalaman dan pengetahuan antara komuni- hap pelaksanaan penyelesaian konlik (1) antar
kator dengan komunikan dalam penggunaan guru menggunakan pendekatan kolaborasi, kom-
saluran informasi, dan (4) penerima informasi promi dan kompetisi, (2) antara guru dengan
memahami makna, meyakini kebenaran, cukup kepala sekolah menggunakan pendekatan rela
kebutuhan informasinya, dan segera merespon membantu dan dominasi, (3) antara guru dengan
kepada komunikator. Iklim komunikasi di SD kelompok guru menggunakan pendekatan kom-
berlansung kondusif apabila (1) semua guru promi dan kolaborasi, dan (4) antar kelompok
diberi kesempatan berpartisipasi dalam mengam- guru menggunakan pendekatan intergrasi. Pada
bil keputusan, (2) ada keterbukaan komunikasi tahap evaluasi penyelesaian konlik, kepala seko-
oleh kepala sekolah kepada guru untuk mempe- lah dan guru (1) dapat menekan dampak negatif
roleh informasi yang berhubungan langsung konflik, yaitu tingkat konflik yang terlalu tinggi
dengan tugasnya, (3) ada kesediaan kepala seko- dan tingkat konflik yang terlalu rendah, dan (2)
lah untuk mendengarkan saran dan masalah yang dapat meningkatkan dampak positif konflik, (3)
dikemukakan guru secara berkesinambungan dan meningkatkan keberhasilan kinerja, seperti sikap
terbuka, (4) menganggap setiap informasi yang dan perilaku kerja, serta hasil kerja yang pada
disampaikan guru penting untuk dilaksanakan, gilirannya dapat meningkatkan efektivitas orga-
dan (5) kepala sekolah dan guru menunjukkan nisasi sekolah.
perhatian yang besar pada kesejahteraan semua

Handoko, T.H. 1999. Manajemen, Yogyakarta:


DAFTAR RUJUKAN
BPFE.
Ardana, K., Mujiati N.W., & Ayusriati A.G. Hardjana, A.M. 1994. Konflik di Tempat Kerja.
2008. Perilaku Keorganisasian. Yogya- Yogyakarta: Kanisius.
karta: Graha Ilmu.
Hendricks, W. 2008. Bagaimana Mengelola
Asmani, J. M. 2009. Manajeman Pengelolan dan Konflik, Petunjuk Praktis untuk Mana-
Kepemimpinan Pendidikan Profesional. jemen Konflik yang Efektif (alih bahasa
Yogyakarta: Diva Press. Arif Santoso). Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Bogdan, R., & Biklen, S.K. 1998. Qualitative Hoy, W.K. & Miskel, C.G. 1990. Educational
Research for Education An Introduction to Administration Theory Research and
Theory and Methods. Boston: Allyn & Practice (3rd edition). New York: Ran-
Bacon. Inc. dom House.
Effendi, O.U. 2009. Ilmu Komunikasi, Teori dan Muhammad, A. 2005. Komunikasi Organisasi,
Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya. Jakarta: Bumi Aksara.
Gitosudarmo, I. & Sudita, I. N. 2000. Perilaku Mulyasa, E. 2007. Menjadi Kepala Sekolah
Keorganisasian, Yogyakarta: BPFE. Profesional. Bandung: Rosdakarya.
Isparwoto, Komunikasi dalam Penyelesaian Konflik.…283

Naim, N. 2011. Dasar-Dasar Komunikasi Soetopo, H. 2004. Perilaku Organisasi (Teori


Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. dan Praktek dibidang Pendidikan), Ma-
lang: Program Pascasarjana Universitas
Owens. R.G. 1991. Organizational Behavior in
Negeri Malang.
Education. Boston: Allyn & Bacon. Inc.
Stoner J.A.F.1992. Manajemen, (alih bahasa
Pace, R.W., & Faules, D.F. 2006. Komunikasi
Agus Maulana). Jakarta: Erlangga.
Organisasi, Strategi Meningkatkan Kiner-
ja Perusahaan, (alih bahasa Deddy Mul- Susanto A.S. 1986. Komunikasi dalam Teori dan
yana). Bandung: Remaja Rosda Karya. Praktek. Bandung: Bina Cipta.
Robbins, S.P & Judge T.A. 2008. Perilaku Tosi, H.L., Rizzo, J.L. & Carroll, S.J. 1990.
Organisasi (alih bahasa Diana Angelica). Managing Organizational Behavior. (2nd
Jakarta: Salemba Empat. Ed.) New York: Harper Collins Publishers.
Rochaety, E., Rahayuningsih, P. & Gusti, P.Y. Wahyudi. 2008. Manajemen Konflik dalam Or-
2008. Sistem Informasi Manajemen Pendi- ganisasi, Pedoman Praktis bagi Pemimpin
dikan. Jakarta: Bumi Aksara. Visioner. Pontianak: Alfabeta.
Siahaan, S.M. 1990. Komunikasi, Pemahaman
dan Penerapannya. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.

You might also like