1 PB

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

NASKAH DRAMA “JENGGIT CEMBENG” KARYA TRISNO

SANTOSO SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR TELAAH


NASKAH SANDIWARA PADA SISWA SMP (ANALISIS
STRUKTURAL DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER)

Bagus Wahyu Setyawan1), Edy Suryanto2), dan Favorita Kurwidaria3)


1)Mahasiswa Pendidikan Bahasa Jawa, FKIP UNS
2,3)Dosen Pendidikan Bahasa Jawa

Email: baguswahyusetyawan@rocketmail.com

Abstract
This research have purposes for describe (1) drama text structure of “Jenggit Cembeng” creation of
Trisno Santoso, (2) character education values on “Jenggit Cembeng” creation of Trisno Santoso, and
(3) compatibility drama text “Jenggit Cembeng” creation of Trisno Santoso as alternative learning
material on drama text study on Lower Secondary School students. Method of this research is
descriptive qualitative research. Data resource on this research is document and informan. Content
analysis and interview technical is using for collected data. Furthermore, data is ben analysis and then
checked using resource and theory triangulation. Result of this research is: (1) structural result analysis
is theme on this text is about human capability to manage egoistic. Theme of the text is related with
chracters, that is the main or protagonist characters (Pak Wida and Bima) which have function to bring
theme of story. Except protagonist characters, there are antagonist characters (Bu Mahanani and
Panjang), tritagonist characters (Senen, Arum, Si Mul, and Palupi), and accomplice characters (Polisi,
Tiar, and his friends). This text is using progressive plot and settle, based from time setting. Dialogue
is using Javanese language register. Dialog have function to explain conflict, is talk about family and
teenager conflict. Technical direction is written using capital letter and put on brackets sign.
Furthermore, command from this text is context with theme of this text, that is importance to manage
egoistic on our self so that can live in harmonious; (2) There are character education values including
on this text. The most dominant is value about responsibility and hardworking based from the main
characters; (3) Furthermore, this text will gived for teacher to conclude as alternative learning material
on drama text study on SMP students, because have completed learning material criteria based from
language, story, and character education values in this text.
Keyword: drama text, structural analysis, character education value, learning material

A. PENDAHULUAN dimensi seni pertunjukan. Adapun


yang menjadi fokus dalam
Pembelajaran drama di sekolah pembelajaran drama di sekolah, yaitu
termasuk ke dalam ranah pembelajaran mengenai drama sebagai teks karya
sastra, karena drama merupakan salah sastra, dalam hal ini naskah drama.
satu jenis karya sastra. Drama memiliki Praktik pembelajaran naskah drama di
dua sudut pandang, yaitu drama sekolah dirasa kurang efektif dan
sebagai suatu teks karya sastra dan masih banyak kendala. Guru masih
drama sebagai seni pertunjukan. Hal sebatas mengajarkan teori-teori
tersebut senada dengan pendapat berkaitan dengan naskah drama. Hal
Hasanudin (dalam Dewojati, 2012: 8) ini jelas tidak sependapat dengan
yang mengatakan bahwa drama adalah pendapat Waluyo (2002: 188-189)
karya yang memiliki dua dimensi bahwa salah satu metode mengajar
sastra (sebagai genre sastra) dan
Sabdasastra 25
drama, yaitu melalui teknik role playing pendapat Endraswara (2006: 40) bahwa
(bermain peran). Selain itu, masih melalui unggah-ungguh basa yang tepat,
kurangnya penguasaan materi drama akan dapat diketahui pula budi pekerti
oleh guru. Dalam hal pemilihan naskah seseorang. Dari segi penceritaan,
drama sebagai bahan ajar, guru belum naskah ini membahas mengenai
mempertimbangkan aspek kelayakan konflik yang terjadi di kalangan
naskah. Kriteria kelayakan naskah remaja, khususnya sebagai seorang
antara lain mengenai jalan cerita, pelajar. Mengenai kualitas, naskah ini
kesesuaian bahasa yang digunakan, pernah menjadi naskah terbaik dalam
serta dari segi nilai yang terkandung. Lomba Drama Berbahasa Jawa tingkat
Selain itu, pemillihan bahan ajar juga SLTA se-Jawa Tengah. Trisno Santoso
harus disesuaikan dengan tujuan akhir selaku pengarang naskah merupakan
pembelajaran. kalangan akademisi, yaitu dosen Prodi
Dalam hal pemilihan naskah Teater ISI Surakarta. Selain itu, ia juga
drama berbahasa Jawa, guru juga harus merupakan aktivis teater yang sudah
memperhatikan muatan budaya Jawa banyak malang melintang di dunia
yang terkandung di dalamnya. perteateran Solo. Baik sebagai pemain,
Pertimbangan seperti muatan unggah- sutradara, maupun dalam hal
ungguh basa Jawa, pitutur luhur, dan penulisan naskah.
keraifan lokal Jawa yang terdapat Adapun yang akan di analisis
dalam naskah yang dijadikan sebagai dalam penelitian ini, yaitu mengenai
bahan ajar harus menjadi perhatian struktur atau unsur pembangun dalam
utama. Selain itu, naskah drama harus naskah drama. Naskah drama
memuat nilai pendidikan karakter merupakan unsur utama dalam
seperti yang dicanangkan oleh pementasan drama. Oleh karena itu,
pemerintah. Hal ini seperti acuan analisis atau penafsiran mengenai
Kemendiknas (2011: 11) bahwa naskah drama sangatlah penting.
pendidik dan satuan pendidikan perlu Adapun struktur dalam naskah drama
mengintegrasikan nilai-nilai yang menurut Waluyo (2006: 6 – 8) membagi
dikembangkan dalam pendidikan menjadi enam unsur dalam naskah
karakter ke dalam Kurikulum, silabus drama, yakni (1) alur; (2) penokohan;
yang sudah ada. (3) dialog; (4) setting; (5) tema; dan (6)
Naskah drama Jenggit Cembeng amanat. Adapun Satoto (2012: 38)
karya Trisno Santoso dianggap layak menyatakan bahwa unsur penting
untuk dijadikan alternatif bahan ajar. yang membina struktur sebuah drama
Hal ini karena didasarkan oleh dapat dirumuskan sebagai berikut: (1)
beberapa aspek, diantaranya bahasa tema dan amanat, (2) penokohan
cenderung menggunakan bahasa (karakterisasi, perwatakan), (3) alur
sehari-hari yang tidak terlalu rumit. (plot), (4) setting (latar) mencakup
Terdapat pula penggunaan ragam aspek ruang dan aspek waktu, (5)
bahasa Jawa yang baik dan benar, serta tikaian atau konflik, dan (6) cakapan
dapat digunakan untuk melatih siswa (dialog, monolog). Mengacu kepada
untuk menggunakannya. Hal ini kedua pendapat di atas maka yang
dikarenakan sifat dan karakter dalam penelitian ini akan dianalisis
manusia dapat dilihat dari cara dia mengenai unsur tema, penokohan,
bertutur kata, yang senada dengan

26 Bagus Wahyu Setyawan, Edy Suryanto, dan Favorita Kurwidaria


alur, setting, dialog, konflik, petunjuk Kuncoroningrum, mahasiswa
teknis, dan amanat. Pendidikan Bahasa dan Sastra
Adapun unsur-unsur dalam Indonesia, FKIP, UNS. Kedua
naskah drama tersebut dianalisis penelitian di atas adalah penelitian
menggunakan pendekatan struktural. yang menggunakan pendekatan
Pendekatan strukural menurut struktural untuk menganalisi objek
Nurgiyantoro (2012: 37), yaitu analisis penelitian. Penelitian di atas relevan
yang dapat dilakukan dengan dengan penelitian penulis karena
mengidentifikasi, mengkaji, dan menggunakan pendekatan struktural
mendeskripsikan fungsi dan hubungan dalam menganalisis objek penelitian.
antarunsur intrinsic fiksi yang berbeda. Akan tetapi, kedua penelitian di atas
Jadi, selain mengidentifikasi mengenai memiliki perbedaan dengan penelitian
unsur pembangun naskah, penelitian penulis, yaitu dalam hal objek
ini juga menganalisis mengenai penelitian. Objek penelitian dalam
hubungan antarunsur intrinsik naskah. penelian yang dilakukan penulis
Hal ini digunakan untuk memberikan menggunakan naskah berbahasa Jawa.
gambaran yang jelas mengenai naskah Selain itu, penelitian yang dilakukan
drama. Pernyataan tersebut diperkuat penulis meninjau kelayakan naskah
dengan pendapat Szilas (2002: 26) yang drama untuk dijadikan sebagai
mengatakan bahwa analisis struktural alternatif bahan ajar pembelajaran
memberikan gambaran yang jelas drama di sekolah.
mengenai struktur dan elemen dari Selanjutnya diadakan analisis
naskah drama, seperti termuat dalam mengenai nilai pendidikan karakter
kutipan berikut: dalam naskah Jenggit Cembeng. Elkind
Thus, the structural analysis gives dan Sweet (dalam Gunawan, 2012: 23),
us tools for writing stories in terms yaitu upaya yang disengaja untuk
of structural, non temporal membantu memahami manusia,
elements and provides basic units peduli, dan inti atas nilai-nilai
that must be assembled to etis/susila. Adapun menurut Panduan
constitute a narrative. Pelaksanaan Pendidikan Karakter yang
Terdapat beberapa penelitian dikeluarkan oleh Kemendiknas pada
terdahulu dan relevan dengan tahun 2011, terdapat 18 pilar nilai
penelitian yang dilakukan oleh penulis pendidikan karakter yang harus
antara lain: (a) Skripsi “Naskah Drama dikembangkan dan terintegrasi dalam
Pelacur dan Sang Presiden Karya Ratna bahan ajar. Pilar nilai pendidikan
Sarumpaet (Analisis Struktur, Gender, karakter tersebut meliputi: (1) Religius,
dan Nilai Pendidikan)”. Penelitian (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5)
yang dilakukan oleh Devi Cintia Kerja Keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8)
Kasimbara, mahasiswa Program Studi Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10)
Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Semangat Kebangsaan, (11) Cinta
UNS. (b) “Naskah Drama Kapai-Kapai Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi,
Karya Arifin C. Noer (Tinjauan (13) Bersahabat/Komunikatif, (14)
Struktural, Nilai Edukatif, dan Cinta Damai, (15) Gemar Membaca,
Relevansinya terhadap Pembelajaran (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli
Apresiasi Drama di SMA)”, penelitian Sosial, (18) Tanggung Jawab.
ini dilakukan oleh Niken Yunindar

Sabdasastra 27
Naskah Jenggit Cembeng karya siswa, baik kemampuan bahasa
Trisno Santoso ini selanjutnya akan maupun perkembangan psikisnya.
dijadikan alternatif bahan ajar telaah B. METODE PENELITIAN
naskah sandiwara pada siswa SMP.
Hal ini diakarekan guru masih kurang Penelitian mengenai naskah
memiliki referensi mengenai kriteria drama Jenggit Cembeng karya Trisno
naskah yang baik sebagai bahan ajar. Santoso ini tidak terikat tempat
Kalin (dalam Mazgon & Stefanc, 2012: penelitian. Hal ini dikarenakan
176) mengemukakan beberapa faktor kegiatan wawancara yang dilakukan
yang harus diperhatikan dalam dengan narasumber yang berbeda dan
pemilihan bahan ajar yang mengacu di tempat yang berbeda pula. Bentuk
beberapa aspek. Aspek tersebut seperti penelitian ini adalah penelitian
tujuan pembelajaran, karakter siswa, kualitatif deskriptif. Adapun strategi
dan strategi pembelajaran yang yang digunakan adalah strategi
digunakan oleh guru. Hal ini bisa tunggal terpancang yang
dilihat dalam kutipan jurnal berikut: memfokuskan mengenai analisis
To summarize, the following factors struktural dan nilai pendidikan
should be taken into account when karakter yang terdapat dalam naskah
deciding on the use of educational drama Jenggit Cembeng karya Trisno
materials in the teaching process: Santoso.
the objectives and goals of Sumber data dalam penelitian ini
instruction, the characteristics of adalah dokumen dan narasumber
educational contents, the intended seperti pengarang, ahli bidang naskah,
didactic strategies, the dan guru mata pelajaran Bahasa Jawa.
characteristics of the social Mengacu pada sumber data maka
environment, the characteristics of teknik pengumpulan data yang
students and teachers, and the digunakan meliputi teknik analisis
characteristics of the materials dokumen (content analysis) dan teknik
themselves (cf. also Kalin, 2004, pp. wawancara. Untuk menguji keabsahan
213–214). digunakan triangulasi sumber data dan
teori.
Mengacu pendapat di atas maka
Adapun mengenai teknik analisis
untuk memilih bahan ajar harus
data menggunakan model analisis
disesuaikan dengan tujuan
jalinan atau mengalir (flow model of
pembelajaran, karakter siswa, dan
analysis) dari Miles dan Huberman
strategi pembelajarn. Dalam hal
(dalam Sugiyono, 2014: 94). Analisis
pembelajaran sastra khususnya naskah
data dalam penelitian ini meliputi tiga
drama. Rahmanto (2005: 26-27)
komponen, yaitu reduksi data, sajian
berpendapat bahwa salah satu prinsip
data, dan penarikan simpulan.
penting dalam pengajaran sastra
Mengenai prosedur penelitian dibagi
adalah pemilihan bahan ajar yang
menjadi empat tahap berikut: 1) tahap
disesuaikan dengan kemampuan
persiapan; 2) tahap pengumpulan data;
siswanya pada suatu tahapan
3) tahap analisis data; 4) tahap akhir.
pengajaran tertentu. Jadi, naskah
drama yang digunakan harus
disesuaikan dengan kemampuan

28 Bagus Wahyu Setyawan, Edy Suryanto, dan Favorita Kurwidaria


C. HASIL DAN sebelum membahas unsur lain,
karena tema akan selalu terkait
PEMBAHASAN langsung secara komprehensif dengan
1. Struktur Naskah Drama Jenggit unsur lain. Unsur tema dalam naskah
Cembeng karya Trisno Santoso ini juga terkait dengan amanat dan
Naskah drama Jenggit Cembeng konflik cerita. Tokoh-tokoh dalam
karya Trisno Santoso menceritakan naskah Jenggit Cembeng karya Trisno
mengenai dua kehidupan yang sangat Santoso masing-masing memiliki ego.
bertolakbelakang, yaitu antara Akan tetapi, masing-masing dari
kehidupan keluarga Pak Wida dan tokoh memiliki kemampuan
Bima. Pak Wida yang seorang direktur mengendalikan ego yang berbeda.
utama pabrik gula memiliki Penokohan dibagi menjadi empat,
kehidupan yang serba mewah dan yaitu tokoh protagonis (Pak Wida dan
kaya. Hal ini berbeda dengan Bima Bima), tokoh antagonis (Bu Mahanani
yang harus berjualan warung dan Panjang), tokoh tritagonis (Senen,
angkringan untuk membiayai Arum, Si Mul, dan Palupi) dan tokoh
sekolahnya. Akan tetapi, kehidupan peran pembantu (Polisi, Tiar, dan
yang mewah tidak membawa ke arah teman-temannya). Pembagian tokoh
kebahagiaan. Masalah sering terjadi dalam analisis penokohan didasarkan
antara Pak Wida dan Bu Mahanani kepada pendapat Satoto (2012: 43)
yang berujung pecahnya hubungan yang membagi tokoh menjadi empat
rumah tangga. Masalah semakin jenis berdasarkan peran watak dan
bertambah dengan terjadinya tawuran merupakan anasir keharusan
di pabrik tempat Pak Wida bekerja kejiwaan, yaitu: (1) Tokoh protagonis:
dan semakin rumit ketika anaknya peran utama merupakan pusat atau
Tiar tertangkap sedang berpesta sentral cerita. (2) Tokoh antagonis:
narkoba dan harus berurusan dengan peran lawan, dia suka menjadi musuh
Polisi. atau penghalang tokoh protagonis
Hasil analisis struktural dalam yang menyebabkan timbulnya konfik.
naskah Jenggit Cembeng karya Trisno (3) Tokoh tritagonis: tokoh penengah,
Santoso meliputi tema, penokohan, bertugas menjadi pelerai, pendamai
alur, setting, dialog, konflik, petunjuk atau pengantar protagonis dan
teknis, dan amanat. Adapun selain antagonis. dan (4) Tokoh peran
mengungkapkan unsur-unsur pembantu: peran yang tidak secara
pembangun, juga akan diungkapkan langsung terlibat dalam konflik
mengenai keterkaitan antarunsur (tikaian) yang terjadi; tetapi dia
pembangun dalam naskah. Tema diperlukan untuk membantu
dalam naskah ini mengenai menyelesaikan cerita.
kemampuan seseorang dalam Naskah ini menggunakan alur
mengendalikan ego dalam dirinya. maju dan teratur. Dikatakan alur maju
Hal memiliki hubungan dengan karena adegan dalam naskah terjadi
pemaparan sifat dan karakter dari dalam satuan waktu yang sama, yaitu
setiap tokoh dalam cerita. Hal ini juga mulai dari sore menjelang petang
sependapat dengan Endraswara (2011: sampai dini hari. Hal ini mengacu
52) yang mengatakan bahwa unsur pendapat Esten (1990: 26) yang
tema sebaikanya terlebih dahulu menyatakan bahwa Alur maju

Sabdasastra 29
(Konvensional Progresif) adalah malam hari, karena peristiwa dalam
teknik pengaluran di mana jalan naskah dimulai sejak sore menjelang
peristriwanya dimulai dari petang sampai dini hari. Dari aspek
melukiskan keadaan hingga suasana, naskah Jenggit Cembeng
penyelesaian. Selain itu, dikatakan terjadi di lingkungan masyarakat yang
memiliki alur maju karena mengacu memiliki latar belakang sosial budaya
kepada setting waktu dalam naskah, Jawa.
jadi antara alur dan setting memiliki Dialog yang digunakan dalam
keterkaitan. Dikatakan memiliki alur naskah ini adalah dialog dengan
yang teratur karena antara adegan ragam bahasa Jawa. Adapun dialog
satu dengan adegan lainnya memiliki dalam naskah Jenggit Cembeng
hubungan sebab-akibat. Alur sangat terdapat informasi yag akan
erat kaitannya dengan penokohan, disampaikan kepada penonton. Hal
seperti yang dijelaskan Dewojati ini sependapat dengan Yudiaryani
(2010: 169) bahwa unsur karakter (2002: 362) yang mengatakan bahwa
(characters) yang dalam drama biasa salah satu fungsi dialog, yaitu harus
disebut tokoh, adalah bahan yang bisa menyajikan informasi dan harus
paling aktif untuk menggerakkan alur. mengungkapkan fakta, ide, dan emosi.
Alur merupakan jalinan peristiwa Adapun konflik yang dibicarakan
yang mengungkapkan jalinan konflik mengenai konflik keluarga, yaitu
dalam tokoh setiap adegannya. Hal ini keluarga Pak Wida. Selain itu juga
diperkuat pendapat Wellek & Warren membicarakan mengenai konflik
(2014: 262) yang mengungkapkan dikalangan remaja antara Bima,
bahwa semua alur terdiri dari konflik Panjang, Arum, dan Palupi.
(manusia melawan alam, manusia Keterkaitan antara unsur konflik dan
melawan manusia lainnya, manusia dialog dalam naskah drama Jenggit
menghadapi dirinya sendiri), tetapi Cembeng, yaitu bahwa
istilah konflik juga perlu diperluas penggambaran konflik dalam cerita
pengertiannya. digambarkan melalui dialog-dialog
Kajian mengenai setting meliputi antartokohnya. Hal ini sesuai dengan
tiga aspek, yang didasarkan pada pendapat Yudiaryani (2002: 362) yang
pembagian latar menurut Satoto (2012: mengatakan bahwa salah satu fungsi
55) yang memngungkapkan bahwa dialog harus bisa mewujudkan
latar atau setting mencakup dua aspek karakter, yaitu bisa mewujudkan
penting, yaitu aspek ruang dan aspek emosi dan pikiran dalam setiap
waktu. Di samping dua aspek situasi. Selain dengan dialog, Petunjuk
tersebut, ada satu aspek lagi yang teknis ditulis oleh pengarang
perlu dipertimbangkan, yaitu aspek menggunakan huruf kapital dan
suasana. Aspek ruang dalam naskah diberi tanda kurung. Hal ini
ialah tempat kejadian dalam naskah digunakan pengarang untuk
yang mencakup di ruang tamu memberikan instruksi mengenai
keluarga Pak Wida, warung pergantian setting tempat kejadian.
angkringan Bima, dan tempat Selain itu, petunjuk teknis digunakan
penangkapan Tiar beserta kawan- oleh pengarang untuk
kawannya. Waktu terjadinya menginstruksikan pemain supaya
peristiwa kebanyakan terjadi di berdialog menggunakan nada atau

30 Bagus Wahyu Setyawan, Edy Suryanto, dan Favorita Kurwidaria


intonasi khusus. Terlihat pada saat satu sama lain. Hal ini yang
Bima akan menembangkan tembang diungkapkan Winarni (2013: 104)
macapat dan pada saat dialog Si Mul bahwa kajian strukturalisme dapat
yang menirukan suluk dalang pada dipahami sebagai suatu cara melihat
saat pementasan wayang. Jadi, karya sastra sebagai suatu sistem yang
petunjuk teknis dalam naskah Jenggit mempunyai unsur-unsur yang saling
Cembeng karya Trisno Santoso berhubungan.
berkaitan dengan unsur setting cerita 2. Nilai Pendidikan Karakter dalam
dan dialog tokoh. Mengenai Naskah Jenggit Cembeng karya
keterkaitan petunjuk teknis dengan Trisno Santoso
unsur setting dan dialog tokoh, Nilai pendidikan karakter yang
Rahmanto (2005: 30) mendefinisikan terdapat dalam naskah antara lain,
bahwa teks samping memberikan religius, jujur, disiplin, kerja keras,
petunjuk teknis tentang tokoh, waktu, mandiri, bersahabat atau komunikatif,
suasana pentas, suara, musik, keluar cinta damai, peduli sosial, dan
masuknya aktor atau aktris, keras tanggung jawab. Adapun penjelasan
lemahnya dialog, warna suara, mengenai dari nilai pendidikan
perasaan yang mendasari dialog, dan karakter di atas sudah dijabarkan
sebagainya. secara lebih mendalam mengacu
Selanjutya amanat yang dapat kepada aturan dari Kemendiknas
dipetik, yaitu pentingnya yang disusun oleh Badan Penelitian
mengendalikan ego dalam diri supaya dan Pengembangan Pusat Kurikulum,
dapat hidup berdampingan dengan (lihat Suyadi: 2013). Penggambaran
selaras. Amanat dalam naskah ini nilai pendidikan karakter kebanyakan
mengacu kepada konflik yang terjadi terlihat dari tokoh penting pembawa
dalam naskah, yaitu mengenai konflik cerita, yaitu Bima. Sifat dan karakter
keluarga dan remaja. Jadi, melalui Bima mencerminkan karakter nilai
amanat yang dipetik diharapkan religius, jujur, disiplin, kerja keras,
terjadi perubahan sikap, pemikiran, mandiri, bersahabat atau komunikatif,
dan pandangan hidup dari pembaca. cinta damai, peduli sosial, dan
Hal ini seperti pendapat Endraswara tanggung jawab. Akan tetapi dalam
(2006: 151) mengatakan bahwa sastra tokoh lain juga dapat dilihat sifat yang
pada dasarnya merupakan karya yang mencerminkan nilai pendidikan
memuat daya profetik dan melalui karakter. Tokoh Pak Wida misalnya
pembacaan karya sastra yang memuat dapat dilihat nilai karakter tanggung
profetik, sadar atau tidak pembaca jawab dan tokoh Palupi yang
akan diajak bertamasya ke arah budi mencerminkan karakter disiplin dan
pekerti mulia. Sastra merupakan peduli sosial.
karya yang multitafsir, oleh karena itu Dari beberapa nilai pendidikan
apabila pembaca menemukan amanat karakter yang ditemukan dalam
lain dari naskah Jenggit Cembeng hal naskah drama Jenggit Cembeng karya
ini dinyatakan sah-sah saja. Mengacu Trisno Santoso terdapat nilai yang
kepada keterangan di atas maka dapat lebih dominan. Nilai yang lebih
dikatakan bahwa antarunsur dominan dalam naskah, yaitu nilai
pembangun dalam naskah drama karakter tanggung jawab dan kerja
Jenggit Cembeng memiliki keterkaitan keras. Hal ini mengacu kepada tema

Sabdasastra 31
dan jalan cerita naskah. Selain itu, dalam dagelan atau yang berhubugan
karakter sifat tanggung jawab dan dengan masalah dialek.
kerja keras oleh pengarang Dari segi konflik cerita dalam
digambarkan melalui tokoh utama, naskah ini membicarakan mengenai
yaitu Pak Wida dan Bima. Dari dua masalah yang kontekstual dengan
tokoh tersebut dapat dilihat mengenai kehidupan remaja yang sesuai dengan
tanggung jawab dan kerja keras yang perkembangan psikologis dan
dimiliki seseorang itu berbeda-beda. pemikiran siswa. Sesuai pendapat
3. Naskah Drama Jenggit Cembeng Rahmanto (2005: 26-27) bahwa salah
karya Trisno Santoso sebagai satu prinsip penting dalam pengajaran
Alternatif Bahan Ajar Telaah sastra adalah pemilihan bahan ajar
Naskah Sandiwara pada Siswa yang disesuaikan dengan kemampuan
SMP siswanya pada suatu tahapan
Mengacu kepada silabus mata pengajaran tertentu. Dalam naskah
pelajaran Bahasa Jawa SMP dan teori Jenggit Cembeng yang terpenting juga
mengenai bahan ajar, naskah ini terdapat beberapa contoh penerapan
selanjutnya diajukan kepada guru nilai pendidikan karakter. Pendidikan
Bahasa Jawa untuk dijadikan alternatif karakter yang sekarang baru gencar
bahan ajar telaah naskah sandiwara dicanangkan oleh pemerintah harus
pada siswa SMP. Hal tersebut dapat dipahami oleh siswa. Hal ini
didasarkan bahwa naskah Jenggit senada dengan pendapat
Cembeng karya Trisno Santos Iskandarwassid & Dadang Sunendar
dipandang bisa dijadikan alternatif (dalam Rahmat, 2013: 87) yang
bahan ajar, karena memenuhi mengatakan bahwa haluan untuk
beberapa kriteria aspek kelayakan memilih bahan ajar harus
naskah drama yang baik. Kriteria memperhatikan mengeni materi yang
kelayakan tersebut dilihat dari segi diberikan bermakna bagi para peserta
bahasa, cerita, dan nilai pendidikan didik dan merupakan bahan yang
karakter yang terdapat di dalam betul-betul penting, baik dilihat dari
naskah. Dari segi bahasa yang tujuan-tujuan yang ingin dicapai
digunakan dalam naskah tidak terlalu maupun fungsinya untuk
sulit bagi siswa SMP. Selain itu, mempelajari bahan berikutnya.
bahasa yang digunakan dalam naskah Mengacu pendapat di atas maka dapat
ini adalah bahasa sehari-hari yang dikatakan bahwa naskah Jenggit
memiliki contoh penggunaan ragam Cembeng sudah masuk kriteria bahan
bahasa yang baik. Hal ini senada ajar yang memenuhi haluan karena
dengan pendapat Be Kim Nio (dalam sesuai dengan tujuan yang ingin
Waluyo, 2006: 180) yang mengatakan dicapai, yaitu penerapan nilai
bahwa bahasa dalam naskah harus pendidika karakter. Selain itu, yang
disesuaikan dengan tingkat kesukaran menjadi pertimbangan ialah muatan
yang sesuai dengan kemampuan bentuk kearifan lokal budaya Jawa
bahasa siswa yang membaca yang terdapat dalam naskah Jenggit
(menonton). Selanjutnya dia juga Cembeng karya Trisno Santoso.
menambahkan bahwa bahasanya
sebaiknya bahasa standar, kecuali

32 Bagus Wahyu Setyawan, Edy Suryanto, dan Favorita Kurwidaria


D. SIMPULAN siswa SMP. Hal ini dikarenakan sesuai
dengan silabus mata pelajaran Bahasa
Berdasarkan pembahasan dan Jawa Kompetensi Dasar menelaah
hasil analisis data tersebut di atas, naskah sandiwara Jawa yang memiliki
dapat ditarik simpulan mengenai materi ajar naskah berbahasa Jawa.
penelitan yang bertujuan menganalisis Naskah ini juga sudah memenuhi
struktural dan nilai pendidikan kriteria kelayakan naskah drama
karakter dalam naskah drama Jenggit sebagai bahan ajar apabila ditinjau dari
Cembeng karya Trisno Santoso yang segi bahasa, segi unsur pembangun,
akan dijadikan alternatif bahan ajar nilai pendidikan karakter, dan muatan
telaah naskah sandiwara siswa SMP. budaya Jawa.
Adapun simpulan yang ditemukan Saran yang diberikan penulis dari
bahwa naskah drama Jenggit Cembeng hasil penelitian ini, naskah Jenggit
karya Trisno Santoso memiliki struktur Cembeng dapat digunakan sebagai
yang lengkap meliputi tema, referensi mengenai naskah berbahasa
penokohan, alur, setting, dialog, Jawa. Bagi guru, naskah ini bisa juga
konflik, petunjuk teknis dan amanat. dimanfaatkan dalam pengajaran drama
Selain itu, terdapat pula keterkaitan sebagai bahan ajar. Penelitian ini juga
antarunsur pembangun dalam naskah. memberikan gambaran kepada guru
Dalam naskah juga terdapat nilai mengenai kriteria bahan ajar yang baik
pendidikan karakter, akan tetapi tidak dan cara memilih bahan ajar. Bagi
semua mencakup 18 pilar nilai pembaca diharapkan setelah membaca
pendidikan karakter. Nilai pendidikan penelitian memiliki ketertarikan untuk
karakter yang terdapat dalam naskah belajar dan meneliti lebih dalam
antara lain, religius, jujur, disiplin, mengenai naskah drama. Bagi peneliti
kerja keras, mandiri, bersahabat atau lain, diharapkan dapat memicu
komunikatif, cinta damai, peduli sosial, semangat untuk meneliti naskah drama
dan tanggung jawab. Naskah drama Jenggit Cembeng secara lebih mendalam
Jenggit Cembeng karya Trisno Santoso dengan desain dan konsep penelitian
juga dapat dijadikan alternatif bahan yang berbeda.
ajar telaah naskah sandiwara pada

DAFTAR PUSTAKA
Dewojati, Cahyaningrum. (2010). Drama: Sejarah, Teori, dan Penerapannya. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Endraswara, Suwardi. (2011). Metodologi Penelitian Sastra Epistemologi, Model, Teori, dan
Aplikasi. Yogyakarta: Caps.
Esten, Mursal. (1990). Kesusastraan: Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: Angkasa
Gunawan, Hery. (2012). Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.
Kasimbara, Devi Cintia. (2014). “Naskah Drama Pelacur dan Sang Presiden Karya Ratna
Sarumpaet (Analisis Struktur, Gender, dan Nilai Pendidikan)” Skripsi tidak
dipublikasikan, FKIP Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Kemendiknas. (2011). Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum dan Pebukuan, Kementerian Pendidikan Nasional.
Kuncoroningrum, Niken Yunindar. (2012). “Naskah Drama Kapai-Kapai Karya Arifin C.
Noer (Tinjauan Struktural, Nilai Edukatif, dan Relevansinya Terhadap Pembelajaran

Sabdasastra 33
Apresiasi Drama di SMA)” Skripsi tidak dipublikasikan, FKIP Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
Mazgon, Jasna & Stefanc, Damijan. (2012). “Importance of The Various Characteristics of
Educational Materials: Different Opinions, Different Perspectives” dalam The Turkish
Online Journal of Educational Technology, volume 11 Issue 3. University of Ljubljana,
Faculty of Arts, Department of Educational Sciences, Slovenia
Nurgiyantoro, Burhan. (2012). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta. : Gajah Mada University
Press.
Rahmat. (2013). “Kriteria Pemilihan Bahan Ajar” dalam Jurnal Fenolingua FKIP UNWIDA,
Tim Pengembang Jurnal Universitas Widya Dharma, Klaten.
Rahmanto, B.. (2005). Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Satoto, Soediro. (2012). Analisis Drama & Teater Jilid I. Yogyakarta: Ombak.
Sugiyono. (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suyadi. (2013). Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Szilas, Nicolas. (2002). “Structural Model for Interactive Drama” dalam COSIGN Jurnal,
University of Ausburg, Germany.
Waluyo, Herman J. (2002). Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Graha
Widya.
Waluyo, Herman J. (2006). Drama: Naskah, Pementasan, dan Pengajarannya. Surakarta: LPP
UNS dan UNS Press.
Wellek, Rene & Warren, Austin. (2014) Teori Kesusastraan. Terj. Melani Budianta. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Winarni, Retno. (2013). Kajian Sastra. Salatiga: Widya Sari Press.
Yudiaryani. (2002). Panggung Teater Dunia: Perkembangan dan Perubahan Konvensi.
Jogjakarta: Pustaka Gondho Suli.

34 Bagus Wahyu Setyawan, Edy Suryanto, dan Favorita Kurwidaria

You might also like