Professional Documents
Culture Documents
1 PB
1 PB
1 PB
Email: baguswahyusetyawan@rocketmail.com
Abstract
This research have purposes for describe (1) drama text structure of “Jenggit Cembeng” creation of
Trisno Santoso, (2) character education values on “Jenggit Cembeng” creation of Trisno Santoso, and
(3) compatibility drama text “Jenggit Cembeng” creation of Trisno Santoso as alternative learning
material on drama text study on Lower Secondary School students. Method of this research is
descriptive qualitative research. Data resource on this research is document and informan. Content
analysis and interview technical is using for collected data. Furthermore, data is ben analysis and then
checked using resource and theory triangulation. Result of this research is: (1) structural result analysis
is theme on this text is about human capability to manage egoistic. Theme of the text is related with
chracters, that is the main or protagonist characters (Pak Wida and Bima) which have function to bring
theme of story. Except protagonist characters, there are antagonist characters (Bu Mahanani and
Panjang), tritagonist characters (Senen, Arum, Si Mul, and Palupi), and accomplice characters (Polisi,
Tiar, and his friends). This text is using progressive plot and settle, based from time setting. Dialogue
is using Javanese language register. Dialog have function to explain conflict, is talk about family and
teenager conflict. Technical direction is written using capital letter and put on brackets sign.
Furthermore, command from this text is context with theme of this text, that is importance to manage
egoistic on our self so that can live in harmonious; (2) There are character education values including
on this text. The most dominant is value about responsibility and hardworking based from the main
characters; (3) Furthermore, this text will gived for teacher to conclude as alternative learning material
on drama text study on SMP students, because have completed learning material criteria based from
language, story, and character education values in this text.
Keyword: drama text, structural analysis, character education value, learning material
Sabdasastra 27
Naskah Jenggit Cembeng karya siswa, baik kemampuan bahasa
Trisno Santoso ini selanjutnya akan maupun perkembangan psikisnya.
dijadikan alternatif bahan ajar telaah B. METODE PENELITIAN
naskah sandiwara pada siswa SMP.
Hal ini diakarekan guru masih kurang Penelitian mengenai naskah
memiliki referensi mengenai kriteria drama Jenggit Cembeng karya Trisno
naskah yang baik sebagai bahan ajar. Santoso ini tidak terikat tempat
Kalin (dalam Mazgon & Stefanc, 2012: penelitian. Hal ini dikarenakan
176) mengemukakan beberapa faktor kegiatan wawancara yang dilakukan
yang harus diperhatikan dalam dengan narasumber yang berbeda dan
pemilihan bahan ajar yang mengacu di tempat yang berbeda pula. Bentuk
beberapa aspek. Aspek tersebut seperti penelitian ini adalah penelitian
tujuan pembelajaran, karakter siswa, kualitatif deskriptif. Adapun strategi
dan strategi pembelajaran yang yang digunakan adalah strategi
digunakan oleh guru. Hal ini bisa tunggal terpancang yang
dilihat dalam kutipan jurnal berikut: memfokuskan mengenai analisis
To summarize, the following factors struktural dan nilai pendidikan
should be taken into account when karakter yang terdapat dalam naskah
deciding on the use of educational drama Jenggit Cembeng karya Trisno
materials in the teaching process: Santoso.
the objectives and goals of Sumber data dalam penelitian ini
instruction, the characteristics of adalah dokumen dan narasumber
educational contents, the intended seperti pengarang, ahli bidang naskah,
didactic strategies, the dan guru mata pelajaran Bahasa Jawa.
characteristics of the social Mengacu pada sumber data maka
environment, the characteristics of teknik pengumpulan data yang
students and teachers, and the digunakan meliputi teknik analisis
characteristics of the materials dokumen (content analysis) dan teknik
themselves (cf. also Kalin, 2004, pp. wawancara. Untuk menguji keabsahan
213–214). digunakan triangulasi sumber data dan
teori.
Mengacu pendapat di atas maka
Adapun mengenai teknik analisis
untuk memilih bahan ajar harus
data menggunakan model analisis
disesuaikan dengan tujuan
jalinan atau mengalir (flow model of
pembelajaran, karakter siswa, dan
analysis) dari Miles dan Huberman
strategi pembelajarn. Dalam hal
(dalam Sugiyono, 2014: 94). Analisis
pembelajaran sastra khususnya naskah
data dalam penelitian ini meliputi tiga
drama. Rahmanto (2005: 26-27)
komponen, yaitu reduksi data, sajian
berpendapat bahwa salah satu prinsip
data, dan penarikan simpulan.
penting dalam pengajaran sastra
Mengenai prosedur penelitian dibagi
adalah pemilihan bahan ajar yang
menjadi empat tahap berikut: 1) tahap
disesuaikan dengan kemampuan
persiapan; 2) tahap pengumpulan data;
siswanya pada suatu tahapan
3) tahap analisis data; 4) tahap akhir.
pengajaran tertentu. Jadi, naskah
drama yang digunakan harus
disesuaikan dengan kemampuan
Sabdasastra 29
(Konvensional Progresif) adalah malam hari, karena peristiwa dalam
teknik pengaluran di mana jalan naskah dimulai sejak sore menjelang
peristriwanya dimulai dari petang sampai dini hari. Dari aspek
melukiskan keadaan hingga suasana, naskah Jenggit Cembeng
penyelesaian. Selain itu, dikatakan terjadi di lingkungan masyarakat yang
memiliki alur maju karena mengacu memiliki latar belakang sosial budaya
kepada setting waktu dalam naskah, Jawa.
jadi antara alur dan setting memiliki Dialog yang digunakan dalam
keterkaitan. Dikatakan memiliki alur naskah ini adalah dialog dengan
yang teratur karena antara adegan ragam bahasa Jawa. Adapun dialog
satu dengan adegan lainnya memiliki dalam naskah Jenggit Cembeng
hubungan sebab-akibat. Alur sangat terdapat informasi yag akan
erat kaitannya dengan penokohan, disampaikan kepada penonton. Hal
seperti yang dijelaskan Dewojati ini sependapat dengan Yudiaryani
(2010: 169) bahwa unsur karakter (2002: 362) yang mengatakan bahwa
(characters) yang dalam drama biasa salah satu fungsi dialog, yaitu harus
disebut tokoh, adalah bahan yang bisa menyajikan informasi dan harus
paling aktif untuk menggerakkan alur. mengungkapkan fakta, ide, dan emosi.
Alur merupakan jalinan peristiwa Adapun konflik yang dibicarakan
yang mengungkapkan jalinan konflik mengenai konflik keluarga, yaitu
dalam tokoh setiap adegannya. Hal ini keluarga Pak Wida. Selain itu juga
diperkuat pendapat Wellek & Warren membicarakan mengenai konflik
(2014: 262) yang mengungkapkan dikalangan remaja antara Bima,
bahwa semua alur terdiri dari konflik Panjang, Arum, dan Palupi.
(manusia melawan alam, manusia Keterkaitan antara unsur konflik dan
melawan manusia lainnya, manusia dialog dalam naskah drama Jenggit
menghadapi dirinya sendiri), tetapi Cembeng, yaitu bahwa
istilah konflik juga perlu diperluas penggambaran konflik dalam cerita
pengertiannya. digambarkan melalui dialog-dialog
Kajian mengenai setting meliputi antartokohnya. Hal ini sesuai dengan
tiga aspek, yang didasarkan pada pendapat Yudiaryani (2002: 362) yang
pembagian latar menurut Satoto (2012: mengatakan bahwa salah satu fungsi
55) yang memngungkapkan bahwa dialog harus bisa mewujudkan
latar atau setting mencakup dua aspek karakter, yaitu bisa mewujudkan
penting, yaitu aspek ruang dan aspek emosi dan pikiran dalam setiap
waktu. Di samping dua aspek situasi. Selain dengan dialog, Petunjuk
tersebut, ada satu aspek lagi yang teknis ditulis oleh pengarang
perlu dipertimbangkan, yaitu aspek menggunakan huruf kapital dan
suasana. Aspek ruang dalam naskah diberi tanda kurung. Hal ini
ialah tempat kejadian dalam naskah digunakan pengarang untuk
yang mencakup di ruang tamu memberikan instruksi mengenai
keluarga Pak Wida, warung pergantian setting tempat kejadian.
angkringan Bima, dan tempat Selain itu, petunjuk teknis digunakan
penangkapan Tiar beserta kawan- oleh pengarang untuk
kawannya. Waktu terjadinya menginstruksikan pemain supaya
peristiwa kebanyakan terjadi di berdialog menggunakan nada atau
Sabdasastra 31
dan jalan cerita naskah. Selain itu, dalam dagelan atau yang berhubugan
karakter sifat tanggung jawab dan dengan masalah dialek.
kerja keras oleh pengarang Dari segi konflik cerita dalam
digambarkan melalui tokoh utama, naskah ini membicarakan mengenai
yaitu Pak Wida dan Bima. Dari dua masalah yang kontekstual dengan
tokoh tersebut dapat dilihat mengenai kehidupan remaja yang sesuai dengan
tanggung jawab dan kerja keras yang perkembangan psikologis dan
dimiliki seseorang itu berbeda-beda. pemikiran siswa. Sesuai pendapat
3. Naskah Drama Jenggit Cembeng Rahmanto (2005: 26-27) bahwa salah
karya Trisno Santoso sebagai satu prinsip penting dalam pengajaran
Alternatif Bahan Ajar Telaah sastra adalah pemilihan bahan ajar
Naskah Sandiwara pada Siswa yang disesuaikan dengan kemampuan
SMP siswanya pada suatu tahapan
Mengacu kepada silabus mata pengajaran tertentu. Dalam naskah
pelajaran Bahasa Jawa SMP dan teori Jenggit Cembeng yang terpenting juga
mengenai bahan ajar, naskah ini terdapat beberapa contoh penerapan
selanjutnya diajukan kepada guru nilai pendidikan karakter. Pendidikan
Bahasa Jawa untuk dijadikan alternatif karakter yang sekarang baru gencar
bahan ajar telaah naskah sandiwara dicanangkan oleh pemerintah harus
pada siswa SMP. Hal tersebut dapat dipahami oleh siswa. Hal ini
didasarkan bahwa naskah Jenggit senada dengan pendapat
Cembeng karya Trisno Santos Iskandarwassid & Dadang Sunendar
dipandang bisa dijadikan alternatif (dalam Rahmat, 2013: 87) yang
bahan ajar, karena memenuhi mengatakan bahwa haluan untuk
beberapa kriteria aspek kelayakan memilih bahan ajar harus
naskah drama yang baik. Kriteria memperhatikan mengeni materi yang
kelayakan tersebut dilihat dari segi diberikan bermakna bagi para peserta
bahasa, cerita, dan nilai pendidikan didik dan merupakan bahan yang
karakter yang terdapat di dalam betul-betul penting, baik dilihat dari
naskah. Dari segi bahasa yang tujuan-tujuan yang ingin dicapai
digunakan dalam naskah tidak terlalu maupun fungsinya untuk
sulit bagi siswa SMP. Selain itu, mempelajari bahan berikutnya.
bahasa yang digunakan dalam naskah Mengacu pendapat di atas maka dapat
ini adalah bahasa sehari-hari yang dikatakan bahwa naskah Jenggit
memiliki contoh penggunaan ragam Cembeng sudah masuk kriteria bahan
bahasa yang baik. Hal ini senada ajar yang memenuhi haluan karena
dengan pendapat Be Kim Nio (dalam sesuai dengan tujuan yang ingin
Waluyo, 2006: 180) yang mengatakan dicapai, yaitu penerapan nilai
bahwa bahasa dalam naskah harus pendidika karakter. Selain itu, yang
disesuaikan dengan tingkat kesukaran menjadi pertimbangan ialah muatan
yang sesuai dengan kemampuan bentuk kearifan lokal budaya Jawa
bahasa siswa yang membaca yang terdapat dalam naskah Jenggit
(menonton). Selanjutnya dia juga Cembeng karya Trisno Santoso.
menambahkan bahwa bahasanya
sebaiknya bahasa standar, kecuali
DAFTAR PUSTAKA
Dewojati, Cahyaningrum. (2010). Drama: Sejarah, Teori, dan Penerapannya. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Endraswara, Suwardi. (2011). Metodologi Penelitian Sastra Epistemologi, Model, Teori, dan
Aplikasi. Yogyakarta: Caps.
Esten, Mursal. (1990). Kesusastraan: Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: Angkasa
Gunawan, Hery. (2012). Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.
Kasimbara, Devi Cintia. (2014). “Naskah Drama Pelacur dan Sang Presiden Karya Ratna
Sarumpaet (Analisis Struktur, Gender, dan Nilai Pendidikan)” Skripsi tidak
dipublikasikan, FKIP Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Kemendiknas. (2011). Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum dan Pebukuan, Kementerian Pendidikan Nasional.
Kuncoroningrum, Niken Yunindar. (2012). “Naskah Drama Kapai-Kapai Karya Arifin C.
Noer (Tinjauan Struktural, Nilai Edukatif, dan Relevansinya Terhadap Pembelajaran
Sabdasastra 33
Apresiasi Drama di SMA)” Skripsi tidak dipublikasikan, FKIP Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
Mazgon, Jasna & Stefanc, Damijan. (2012). “Importance of The Various Characteristics of
Educational Materials: Different Opinions, Different Perspectives” dalam The Turkish
Online Journal of Educational Technology, volume 11 Issue 3. University of Ljubljana,
Faculty of Arts, Department of Educational Sciences, Slovenia
Nurgiyantoro, Burhan. (2012). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta. : Gajah Mada University
Press.
Rahmat. (2013). “Kriteria Pemilihan Bahan Ajar” dalam Jurnal Fenolingua FKIP UNWIDA,
Tim Pengembang Jurnal Universitas Widya Dharma, Klaten.
Rahmanto, B.. (2005). Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Satoto, Soediro. (2012). Analisis Drama & Teater Jilid I. Yogyakarta: Ombak.
Sugiyono. (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suyadi. (2013). Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Szilas, Nicolas. (2002). “Structural Model for Interactive Drama” dalam COSIGN Jurnal,
University of Ausburg, Germany.
Waluyo, Herman J. (2002). Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Graha
Widya.
Waluyo, Herman J. (2006). Drama: Naskah, Pementasan, dan Pengajarannya. Surakarta: LPP
UNS dan UNS Press.
Wellek, Rene & Warren, Austin. (2014) Teori Kesusastraan. Terj. Melani Budianta. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Winarni, Retno. (2013). Kajian Sastra. Salatiga: Widya Sari Press.
Yudiaryani. (2002). Panggung Teater Dunia: Perkembangan dan Perubahan Konvensi.
Jogjakarta: Pustaka Gondho Suli.