Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Jurnal Mutiara Ners, 50-56

STADIUM HIV/AIDS DAN TINGKAT STRES: KORELASI KEDUANYA

Ahmad Ikhlasul Amal1, Retno Setyawati2


1
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Islam Sultan Agung
Email: ahmad.ikhlasul@unissula.ac.id
2
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Islam Sultan Agung
email: retno.fik@gmail.com

ABSTRACT

Infectious diseases that are still of concern to many circles, namely HIV / AIDS. There is still an
increase in some cases. Besides, this disease makes sufferers or people who are often known as
people living with HIV / AIDS (PLWHA) experience both physical and psychological problems. The
physical problems experienced by PLWHA, of course, depend on the stage of the patient's
disease. PLWHA who experience physical problems may experience stress due to their illness. The
purpose of this study was to find the relationship between HIV stage and stress levels. This type of
research is a quantitative observational study with a correlation analytic design with a consecutive
sampling technique. Data collection using a questionnaire with several respondents as many as 38
people. The data were analysed statistically using the Spearmen Rho statistical test. Based on the
data, it was found that from 38 research respondents, most of them were 20-60 years old (76.3%). The
majority of people with HIV / AIDS were male, namely 23 people (60.5%) with most of the
occupations of HIV / AIDS sufferers being private (63.2%). Respondents' HIV was at stage II (50%)
and III (50%). The level of stress experienced by HIV / AIDS sufferers is quite good, namely: at a
level I (31.57) and II (68.43). r = -174, p-value = 0.283, there is no correlation between HIV stage
and stress level.
Keywords : HIV/AIDS, Stadium, Stress Level

1. PENDAHULUAN
Penyakit infeksi yang masih menjadi Kejadian HIV di Indonesia masih
perhatian banyak kalangan yaitu mengalami peningkatan. Data tahun 2006
HIV/AIDS. Hal ini dikuatkan dengan menunjukkan 7000 kasus dan meningkat
alasan karena masih adanya peningkatan menjadi 48.000 pada 2017 (Riono &
jumlah kasus. Selain itu penyakit ini Challacombe, 2020). Jumlah kasus
membuat penderitanya atau yang sering HIV/AIDS di Jawa Tengah menempati
dikenal dengan Orang dengan HIV/AIDS urutan ke lima terbanyak se Indonesia.
(ODHA) mengalami masalah baik fisik Kasus terbanyak kedua di provinsi Jawa
maupun psikologis. Penting bagi tenaga Tengah ditemukan di Kota Semarang.
kesehatan untuk memberikan perawatan Peningkatan tersebut ditemukan pada
yang komprehensif pada penyakit kronis beberapa kelompok rentan diantaranya
ini agar mencegah kondisi perburukan penyukas sesama jenis, pekerja seks
pasien (Ledda et al., 2017). Masalah komersial dan beberapa lainnya ditemukan
tersebut tentunya perlu ditangani pada ibu rumah tangga (Noffritasari,
mengingat kasus kejadian penyakit ini 2020).
masih mengalami peningkatan.

50
DOI: https://doi.org/10.51544/jmn.v4i1.1344 Januari – Juni 2021, Vol.4 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 50-56

Peningkatan yang terjadi pada kasus yang muncul pada ODHA akan
HIV/AIDS, secara umum akan membuat berdampak pada masalah yang
stigma yang saat ini masih melekat berhubungan dengan kesehatan,
dimasyarakat menjadi hal yang semakin psikologi dan interaksi interpersonal.
penting untuk ditangani. Penderita
Penelitian terkait tentang respons
HIV/AIDS dimungkinkan akan mengalami
penderita HIV/AIDS pernah dilakukan
diskriminasi, stigma, dari keluarga
Juwita (2008), penelitian tersebut berjudul
maupun masyarakat. (Wahyuni, 2018)
sindrom depresif pada penderita
mengutarakan bahwa stigma yang dialami
HIV/AIDS di RSUP Haji Adam Malik
justru akan memperlambat perubahan
Medan. Meneliti berjumlah 100 orang
perilaku penderita HIV-AIDS untuk
datang ke poliklinik posyansus dan
menjadi lebih baik dalam menjalani hidup.
menjalani rawat inap di RSUP Adam
Alangkah baiknya apabila keluarga dan
Malik Medan penelitian dilakukan dari
masyarakat memberikan dukungan dan
bulan Juli sampai Oktober 2008. Sindrom
motivasi kepada penderita HIV-AIDS. Hal
depresif paling banyak terjadi pada
tersebut dimaksud agar penderita tidak
penderita HIV/AIDS (34%), diikuti
mengalami masalah fisik dan psikologis
sindrom depersif ringan (28%), tidak
yang berkepanjangan.
depresif (26%), depresif berat (12%).
Gangguan fisik yang dialami oleh Namun belum ada yang meneliti tentang
ODHA tentunya tergantung dari stadium hubungan antara stadium HIV/AIDS pada
penyakit penderita tersebut. Stadium HIV tingkatan stress, hal ini menjadi
dibagi kedalam empat kategori. Keempat keterbaruan dibandingkan dengan
kategori tersebut didapatkan atas dasar penelitian yang telah ada sebelumnya.
kumulatif dari Cluster of Differentiation 4
Berdasarkan uraian latarbelakang
(CD4). Ini menjadi salah satu hal utama
tersebut, penulis ingin menyampaikan
dalam peran dan fungsi kekebalan dari sel
bahwa tujuan dari penelitian ini adalah
darah putihuntuk melawan patogen yang
untuk mengetahui apakah terdapat
menyebabkan munculnya tanda gejala atau
hubungan antara stadium HIV dengan
gangguan fisik pada ODHA. Hal ini juga
tingkat stress penderita HIV/AIDS.
akan mempengaruhi peningkatan resiko
terjangkitnya infeksi oportunistik (Asis et
al., 2018).
2. METODE PENELITIAN
Respon psikologis (penerimaan diri) Penelitian kuantitatif ini menggunakan
pada ODHA biasanya muncul akibat desain analitik korelasi dengan pendekatan
stigma karena ketidaktahuan masyarakat cross sectional. Tempat pengambilan data
atau keluarga tentang penyakit tersebut. penelitian dilakukan di Balai Kesehatan
ODHA dapat menunjukkan perilaku Masyarakat Wilayah Semarang.
pengingkaran, apabila pengingkaran tidak
dapat dipertahankan maka akan berubah Populasi terjangkau pada penelitian ini
menjadi marah dan memarahi segala adalah 94 pasien HIV. Sampel pada
sesuatu yang ada disekitarnya. (Cahyono penelitian ini adalah sejumlah 38
& Sony, 2017). Hal tersebut dapat responden yang sebelumnya telah
dikategorikan dalam kondisi psikologis ditentukan berdasarkan kriteria inklusi dan
yang tidak stabil atau depresi sehingga eksklusi, dengan teknik consecutive
akan berisko menimbulkan stress. Stres sampling. Instrumen penelitian yang

51
DOI: https://doi.org/10.51544/jmn.v4i1.1344 Januari – Juni 2021, Vol.4 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 50-56

digunakan yaitu rekam medis untuk Tabel 2. Distribusi Frekuensi Partisipan


menunjukkan stadium HIV-AIDS serta Berdasarkan Stadium HIV/AIDS
kuesioner The Depression Anxiety Stress
Stadium HIV/AIDS n %
Scale 42 (DASS).
Stadium I 0 0
Analisis data yang digunakan dalam Stadium II 19 50
penelitian ini meliputi uji univariat dan Stadium III 19 50
bivariat. Uji univariat menggunakan Stadium IV 0 0
distribusi frekuensi, sedangkan uji Total 38 100
bivariate untuk mengetahui korelasi kedua Berdasarkan tabel 2 didapatkan bahwa
variabel digunakan uji spearman rho. stadium II dan III ditemukan dalam jumlah
yang sama dalam keseluruhan partisipan.

3. HASIL Tabel 3. Distribusi Frekuensi Partisipan


Berdasarkan Tingkat Stress HIV/AIDS
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Partisipan Tingkat Stress n %
Berdasarkan Karakteristik di Balai Normal 12 31,57
Kesehatan Masyarakat Wilayah Semarang Ringan 27 68,43
Sedang 0 0
No Usia n % Berat 0 0
1 11-19 9 23,7 Sangat Berat 0 0
2 20-60 29 76,3 Total 38 100
Total 38 100 Berdasarkan tabel 3 didapatkan bahwa
No Jenis Kelamin n % tingkatan stress ditemukan mayoritas
1 Perempuan 15 39,5 kategori mengalami tingkat stress ringan.
2 Laki-laki 23 60,5
Total 38 100 Tabel 4. Hubungan Stadium HIV/AIDS
No Pendidikan n % dengan Tingkatan Stress Pada Responden
Terakhir di Balai Kesehatan Masyarakat Wilayah
1 SD 9 23,7 Semarang
2 SMP 9 23,7
3 SMA 20 52,6 Variabel Tingkat Stress r p
Total 38 100 Stadium Normal Ringan
Stadium 4 15 -174 0,283
II
Berdasarakan tabel 1 memperlihatkan Stadium 7 12
III
bahwa mayoritas partisipan termasuk Total 38
dalam kategori usia dewasa. Sedangkan
untuk variabel jenis kelamin ditemukan Berdasarkan tabel 4 ditemukan nilai p-
mayoritas laki-laki. Adapun untuk variabel value (0,283) yang bermakna bahwa tidak
pendidikan terakhir didapatkan mayoritas terdapat hubungan antara stadium dengan
partisipan adalah lulusan SMA. tingkat stress pasien HIV/AIDS

52
DOI: https://doi.org/10.51544/jmn.v4i1.1344 Januari – Juni 2021, Vol.4 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 50-56

4. PEMBAHASAN d. Stadium HIV/AIDS


a. Usia Data temuan studi menunjukkan
besaran jumlah yang sama antara stadium
Tabel 1 menunjukan dominasi usia II & III. Hal ini dikarenakan responden
respoonden pada kategori dewasa yang diambil datanya adalah pasien yang
sedangkan minoritas pada usia remaja. datang pada acara kelompok dukungan
Hasil tersebut selaras dengan penelitan sebaya dan bersedia menjadi responden.
(Ilham, Triliana, & Tilaqza, 2020) yang
menunjukkan bahwa kelompok dewasa Empat stadium klinis HIV/AIDS pada
rentan untuk mengalami infeksi HIV. Hal dasarnya akan menunjukkan penurunan
tersbut dikarenakan peningkatan usia akan jumalh CD4, yang berarti bahwa jumlah
membuat perubahan fungsi dalam daya virus atau viral load dalam tubuh penderita
tahan tubuh. Cell Mediated Immunity tersebut mengalami peningkatan. Pasien
(CMI) akan menurun pada penambahan yang mengalami penurunaan CD4 akan
usia. Penderita HIV yang berada pada usia mudah mengalami infeksi sekunder
dewasa hingga bertambahnya dewasa juga ditambah pula jika pasien tersebut telah
akan beresiko menderita infeksi berstatus AIDS (CD4 kurang dari 200
oportunistik, ditambahpula dengan sel/mm3) maka dapat meningkatkan risiko
maslaah imunodefisiensi dari penyakit kematian. Penderita HIV/AIDS dengan
HIV. Hal tersbut dapat dicegah dengan CD4 100 sel/mm3 atau kurang ketika
melakukan upaya perbaikan hidup dan mereka mulai ARV, secara bermakna
tentunya menjaga stabilitas respon meningkatkan resiko mortalitas. Penderita
psikologis. HIV/AIDS yang memulai terapi ketika
jumlah CD4 antara 200-350 lebih dapat
b. Jenis Kelamin mnurunkan resiko mortalitas (Asis et al.,
Data yang ditemukan menunjukkan 2018).
dominasi laki-laki pada penelitian ini. Meskipun penderita HIV/AIDS dengan
(Manalu, Harahap, & Sinurat, 2019) stadium lanjut dan memiliki jumlah CD4
menemukan data yang selaras, bahwa laki- diatas 350 dapat bertahan hidup, namun
laki lebih dominan dalam kasus belum tentu selaras dengan kuaitas
HIV/AIDS. Data penderita laki-laki diduga hidupnya. Menurut (Wiyati, 2019) lama
lebih banyak diasumsikan karena beberapa terdiagnosis HIV/AIDS belum dapat
alas an. Alasan tersebut diataranya mempengaruhi kualitas hidup ODHA jika
meningkatnya kasus HIV pada kelompok faktor eksternal lainnya tidak diperbaiki.
lelaki suka lelaki, pengguna jasa seks Faktor tersebut diantaranya dukungan
komersial yang didominasi laki-laki dan sosial dan msalah psikologis lainnya.
beberapa penyebab lainnya adalah obat
terlarang atau pengguna jarum suntik. e. Tingkat stress
c. Pendidikan Terakhir Temuan data studi ini dengan
menggunakan kuesioner DASS didapatkan
Hasil penelitian yang menunjukkan responden mayoritas berada pada stress
mayotitas reponden adalah lulusan sekolah ringan. Peneliti berasumsi bahwa
menengah atas (SMA). Hal ini serupa responden yang diambil datanya saat
dengan penelitian dari (Surya Antara, pertemuan kelompok dukungan sebaya
2019) yang juga mendapatkan data telah saling berbagi informasi dan
terbanyak pasien HIV dalam penelitiannya pengalaman sehingga telah beradaptasi
di klinik Voluntary Counselling Testing dengan cukup baik terhadap stress sebagai
(VCT) RSUP Sanglah adalah lulusan seorang ODHA.
SMA.

53
DOI: https://doi.org/10.51544/jmn.v4i1.1344 Januari – Juni 2021, Vol.4 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 50-56

Penderita HIV/AIDS di stadium II dan f. Hubungan Antara Stadium dengan


III memiliki tingkat stress rendah, mereka Tingkat Stress pada HIV/AIDS
tidak fokus pada kematian maupun masa
depannya lagi. Mereka dapat lebih baik Tabel 4 menunjukkan tidak adanya
dalam menghadapi penyakitnya, hubungan antara stadium HIV dengan
diskriminasi dan stigma yang diterima di tingkat stress. Ini berarti bahw Peneliti
masyarakat. Penerimaan diri seluruh berasumsi bahwa responden yang diambil
penderita mengalami perbaikan yang datanya telah melewati lima fase reaksi
efektif, sehingga seluruh KDS menerima emosi sampai tahap acceptance paska
diri apa adanya sebagai pengidap terdiagnosis HIV/AIDS. Hal tersebut
HIV/AIDS. ditunjang dengan kehadiran para
responden yang rutin mengikuti kegiatan
Roy dalam teorinya mengenai adaptasi kelompok dukungan sebaya antar sesama
menyatakan bahwa adaptasi dari sel imun ODHA. Dalam kelompok tersebut diyakini
yang mempunyai hormon kortisol dapat menjadi salah satu koping adaptif dari
tercipta apabila dalam waktu lain ODHA untuk menghadapi masalah
menderita stres atau yang biasa dikenal psikososial seperti stigma masyarakat atau
dengan mekanisme regulator. Faktor keluarga.
pemahaman tentang cara penularan HIV &
AIDS oleh individu turut memengaruhi Faktor psikososial mungkin
tingkat stress yang dialami pasien. memainkan peran penting dalam
Respons adaptasi psikologis terhadap perkembangan infeksi HIV. Morbiditas
stresor menurut Kubler Ross (1974) dalam psikologis dan koping disfungsional
Potter & Perry (2005) menguraikan lima merupakan bagian dari psikososial
tahap reaksi emosi seseorang terhadap pengaruh yang berkaitan dengan
stresor yakni 1) pengingkaran; 2) marah; perkembangan penyakit atau stadium HIV
3) tawar menawar; 4) depresi; dan 5) (Ezeh & Ezeh, 2019)
menerima (Nursalam, Ninuk, Bakar, Asumsi peneliti mengenai stadium
Purwaningsih, & Candra, 2014). HIV yang tidak berkorelasi dengan tingkat
SelaIn telah beradaptasi dengan stress stress selaras dengan pendapat (Utomo,
tentunya mekanisme koping juga berperan 2008) ada tahapan stress yang disebut
dalam penangan stress pasien HIV/AIDS. optimum stress, yaitu seseorang
Hal ini seperti disampaikan oleh mengalami kehidupan membaik akibat
(Mukherjee, Lahiry, Mukherjee, proses manajemen yang baik oleh dirinya.
Choudhury, & Sinha, 2017) yang Selain itu penelitian oleh (Wulandari,
menyampaikan mengingat situasi stress Lestari & Herani, 2013) disampaikan
yang dialami oleh ODHA, dalam banyak bahwa pasien penyakit kronis yang
hal ODHA harus mengadopsi strategi memiliki persepsi positif terhapad
pertahanan untuk mengatasi stres yang penyakitnya cenderung memiliki tingkat
melekat terkait dengan stigmatisasi. Freud stress yang rendah. Proses adaptasi
dalam teori psikoanalitiknya terhadap penyakit menjadi penting untuk
mendefinisikan mekanisme pertahanan dilakukan oleh pasien.
sebagai strategi psikologis bawah sadar
yang dimainkan oleh berbagai entitas
untuk menghadapi kenyataan dan untuk
mempertahankan citra diri.

54
DOI: https://doi.org/10.51544/jmn.v4i1.1344 Januari – Juni 2021, Vol.4 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 50-56

5. KESIMPULAN workers (HCWs) toward patients


Hasil penelitian menyimpulkan bahwa affected by HIV/AIDS and drug
tidak terdapat korelasi antara stadium users: A cross-sectional study.
HIV/AIDS dengan tingkat stress penderita International Journal of
Environmental Research and Public
HIV/AIDS. Peneliti menyarankan untuk
Health, 14(3).
dilakukan penelitian dengan jumlah
https://doi.org/10.3390/ijerph1403028
sampel yang lebih besar. Selain itu 4
penelitian perihal faktor yang
mempengaruhi stress pada pasien Manalu, R. M., Harahap, S. Y., & Sinurat,
HIV/AIDS juga perlu dilakukan. I. (2019). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kejadian Infeksi Hiv
6. REFERENSI Pada Usia Produktif Di Komite Aids
Hkbp Balige. Indonesian Trust
Asis, N. P., Tilaqza, A., Airlangga, H.,
Health Journal, 2(2), 190–198.
Asis, N. P., Tilaqza, A., & Airlangga,
https://doi.org/10.37104/ithj.v2i2.35
H. (2018). Pengaruh Stadium HIV
terhadap Infeksi Oportunistik , Mukherjee, A., Lahiry, S., Mukherjee, A.,
Penggunaan Antiretroviral dan Choudhury, S., & Sinha, R. (2017).
Antibiotik pada Pasien HIV di Rumah Study on Defense Mechanisms to
Sakit X Kota Malang The Effect of Cope With Stress Due to Stigma
HIV Stadium on Opportunistic Among People Living With
Infection , Antiretroviral and HIV/AIDS Reported in Eastern India:
Antibiotic Use in HIV Patients at X A Single Center Experience.
Hospit. (0341), 8–18. Integrative Medicine Insights, 8.
https://doi.org/10.1177/11799161177
Cahyono, W., & Sony, P. I. (2017).
42919
Gambaran Pengaruh Stigma Negatif
Pada Penderita HIV Positif Di Noffritasari, B. (2020). Human
Nganjuk. Jurnal Ilmu Keperawatan Immunodeficiency Virus (Hiv)
Dan Kebidanan., 8(2), 72–78. Prevention Program Among Men
Who Have Sex With Men (Msm) in
Ezeh, O. H., & Ezeh, C. C. (2019).
Semarang City. Jurnal Administrasi
Correlates and Predictors of
Kesehatan Indonesia, 8(1), 91.
Psychological Morbidity in HIV-
https://doi.org/10.20473/jaki.v8i1.202
Infected Persons: A Cross Sectional
0.91-106
Study. Open Journal of Medical
Psychology, 08(04), 57–65. Nursalam, Ninuk, Bakar, A.,
https://doi.org/10.4236/ojmp.2019.84 Purwaningsih, & Candra. (2014).
006 Respons Bio-Psiko-Sosio-Spiritual
Pada Keluarga Tenaga Kerja
Ilham, M., Triliana, R., & Tilaqza, A.
Indonesia Yang Terinfeksi Hiv.
(2020). the Role of Age , Gender ,
Jurnal Ners, 9(2), 209–216.
Job , and Health Financing To
Hospitalization and Secondary Riono, P., & Challacombe, S. J. (2020).
Infection in Hiv Patients in Malang HIV in Indonesia and in neighbouring
Hospital. Jurnal Bio Komplementer countries and its social impact. Oral
Medicine, 7(1), 1–9. Diseases, 26(S1), 28–33.
https://doi.org/10.1111/odi.13560
Ledda, C., Cicciù, F., Puglisi, B., Ramaci,
T., Nunnari, G., & Rapisarda, V. Surya Antara, I. N. B. (2019). Profil
(2017). Attitude of health care Gangguan Fungsi Kognitif Pasien

55
DOI: https://doi.org/10.51544/jmn.v4i1.1344 Januari – Juni 2021, Vol.4 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 50-56

HIV/AIDS di Klinik VCT RSUP


Sanglah. Medicina, 50(1), 104–108.
https://doi.org/10.15562/medicina.v5
0i1.289 Wiyati, T. G. K. (2019). Hubungan Antara
Utomo, U. (2008). Hubungan Antara Lama Terdiagnosa Dengan Kualitas
Model-Model Coping Stres Hidup Orang Dengan Hiv / Aids Di
(Universitas Islam Negeri Maulana Yayasan Victory Plus Tahun 2019
Malik Ibrahim). Retrieved from Hubungan Antara Lama Terdiagnosa
http://etheses.uin- Dengan Kualitas Hidup Orang
malang.ac.id/4372/1/04410005.pdf Dengan Hiv / Aids Di Yayasan
Victory Plus Tahun 2019. Skripsi.
Wahyuni, A. (2018). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perubahan Perilaku
Pasien Hiv/Aids. Human Care
Journal, 1(2), 1–10.
https://doi.org/10.32883/hcj.v1i2.5

56
DOI: https://doi.org/10.51544/jmn.v4i1.1344 Januari – Juni 2021, Vol.4 No.1

You might also like