Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

TUGAS

ILMU BEDAH KHUSUS LANJUTAN


“INTESTINAL FOREIGN BODIES”

DISUSUN OLEH
RAI JAINE DARMANTA
21/476172/PKH/00751

DOSEN PENGAMPU

DRH. RADEN RARA DEVITA ANGGRAENI, M.P., PH.D.

PROGRAM STUDI
MAGISTER SAINS VETERINER
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
Intestinal Foreign Bodies
Benda Asing pada Usus
Rai Jaine Darmanta1
1
Mahasiswa Magister Sains Veteriner, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Email : raijainedarmanta@mail.ugm.com

ABSTRACT
The presence of foreign objects in the animal's body is a problem that is often
experienced due to lack of owner supervision. However, this can also occur due to chronic
diseases suffered by animals so that they desire to eat objects that are not their normal food.
History taking, observing clinical signs with physical examination, laboratory tests in the form of
radiography, ultrasonography, CT-scan and MRI can help support the diagnosis. There are three
ways to remove foreign bodies from the animal's body, namely: expelled naturally orally by
stimulating vomiting or through bowel defecation, enterotomy/enterectomy surgery with
laparoscopy. and enterotomy/enterectomy surgery by opening the abdomen (laparotomy). Giving
analgesics and antibiotics can help reduce pain and speed up the wound healing process. The
veterinarian will recommend giving wet feed to help ease the work of the intestines in digesting
food. The use of an Elisabeth collar can help reduce animals licking stitches so they dry faster.
Reducing activities that can shake the abdomen is also something the owner needs to pay
attention to to support the patient's recovery
Keywords: intestine, foreign body, surgical management, postoperative care

ABSTRAK

Adanya benda asing didalam tubuh hewan merupakan masalah yang sering dialami
akibat kurangnya pengawasan pemilik. Namun hal ini juga dapat terjadi akibat penyakit kronis
yang diderita hewan sehingga berkeinginan untuk memakan benda yang bukan merupakan
pangan normal mereka. Anamnesa, mengamati tanda klinis dengan pemeriksaan fisik, test
laboratorium berupa radiography, ultrasonography, CT-scan dan MRI dapat membantu
menunjang diagnose. Ada tiga cara untuk mengeluarkan benda asing dari dalam tubuh hewan,
yaitu: dikeluarkan secara alami melalui oral dengan merangsang muntah atau melalui defekasi
usus, operasi enterotomi/enterectomi dengan laparoskopi. dan operasi enterotomi/enterectomi
dengan membuka abdomen (laparotomy). Pemberian analgesic dan antibiotic dapat membantu
mengurangi rasa sakit serta mempercepat proses kesembuhan luka. Dokter hewan akan
menyarankan untuk memberikan pakan basah untuk membantu meringankan kerja usus dalam
mencerna makanan. Pemakaian Elisabeth collar dapat membantu mengurangi hewan menjilat
luka jahitan sehingga lebih cepat kering. Mengurangi aktivitas yang dapat mengguncang
abdomen jg menjadi hal yang perlu diperhatikan pemilik untuk menunjang kesembuhan pasien

Kata Kunci: usus, benda asing, manajemen bedah, perawatan pasca operasi
ETIOPATOGENESIS

Pengangkatan benda asing dari saluran pencernaan hewan menjadi indikasi yang paling
umum dilakukannya operasi usus (Burton dkk 2017). Berbagai benda asing dapat tertelan oleh
hewan. Pemilik yang memiliki kecenderungan membiarkan hewan bermain tanpa ada
pengawasan juga menjadi salah satu faktor terjadinya obstruksi usus akibat benda asing yang
termakan dan tidak dapat dicerna oleh usus. Pemberian pakan keras seperti tulang kepada hewan
menjadi kebiasaan yang sering dilakukan pemilik karena kurangnya edukasi tentang bahaya dari
tindakan tersebut. Menurut. Hayes, G. (2009), kasus obstruksi usus pada anjing akibat
mengkonsumsi pakan yang keras menunjukkan peningkatan. Hewan muda dengan keinginan
tinggi untuk bermain serta memiliki sifat penasaran menjadi faktor resiko. Ras predisposisi:
terrier, spaniel dan collie. Hewan tua dengan penyakit tumor usus, radang usus, ginjal kronis dan
chusing menyebabkan adanya kecenderungan untuk memakan benda yang bukan pakan normal
yang biasa disebut dengan kondisi pica. Ini merupakan kelainan psikologi hewan, namun hal ini
juga bisa diakibatkan dari rendahnya nutrisi didalam tubuh hewan.

DIAGNOSA
Peneguhan diagnosa dilakukan dengan melakukan anamnesa kepada pemilik hewan.
Melihat tanda klinis dan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium
seperti: radiography, ultrasonography, CT-Scan, MRI dan uji darah jika ada arahan akan
dilakukan operasi (Thomas W. G. Gibson, 2020). Penelitian yang dilakukan oleh Hobday dkk
(2014)., tanda-tanda klinis obstruksi meliputi dehidrasi, muntah, anoreksia, penurunan berat
badan, lesu dan terkadang sakit perut dan diare . Obstruksi yang lebih proksimal akan
menyebabkan muntah yang lebih persisten, dengan dehidrasi yang cepat dan kehilangan
elektrolit. Pasien dengan benda asing distal menunjukkan muntah yang lebih sedikit, lebih
banyak cairan usus dan penyerapan gas, pertumbuhan bakteri yang berlebihan dan penurunan
status keseluruhan yang lebih lambat. Palpasi dapat mengungkapkan nyeri perut, massa (dalam
kasus obstruksi usus oleh benda yang cukup besar) atau penggumpalan loop usus (dalam kasus
benda asing linier). Anjing dengan benda asing linier paling sering memiliki tanda klinis yang
lebih parah.
PENANGANAN

Kasus intestinal foreign body dapat ditangani dengan 3 cara, yaitu: 1) Mengeluarkan
benda asing secara alami melalui muntah atau feses. Dengan indikasi, kondisi hewan harus
dalam keadaan sehat. Pemeriksaan fisik normal, tidak menunjukan tanda klinis, dan benda asing
yang termakan tidak tajam. Tindakan ini hanya dapat dilakukan 12-24 jam setelah benda tertelan.
Dalam webinar yang dilakukan Singh Ameet. (2020), tindakan laparoskopi dapat menjadi
alternatif lain bila pemilik memiliki “budget” yang mencukupi. Laparoskopi memiliki
keuntungan seperti: waktu pemulihan lebih cepat, karena insisi operasi tidak lebar. Mengurangi
rasa sakit dan perdarahan setelah operasi, dan mencegah timbulnya jaringan parut. Langkah-
langkah melakukan tindakan laparoskopi sebagai berikut: a). Insisi bagian abdomen di bagian
caudal sampai dengan umbilicus dengan lebar torehan 1-2cm dan 2.5cm bila menggunakan sils
port. Sils port merupakan alat bantuan berbahan karet elastis dan aman untuk penggunaan
operasi. Sils port digunakan untuk mengurangi jumlah insisi dalam tindakan laparoskopi. Namun
penggunaan sils port akan menjadi kendala untuk surgeon pemula, karena harus menstabilkan
alat laparoskopi yang jaraknya berdekatan di dalam abdomen. Bila tanpa sils port, surgeon harus
membuat dua atau lebih lubang di bagian abdomen kiri dan kanan menyesuaikan dengan
kebutuhan tindakan operasi. Kedua lubang ini nantinya akan digunakan sebagai tempat
memasukan alat-alat laparoskopi kedalam abdomen. b) Masukkan kamera laparoskopi diposisi
central secara perlahan sehingga tidak mengenai organ. Dilanjutkan dengan penempatan alat
surgery untuk tindakan laparoskopi di bagian abdomen dekat dengan bagian intestinal yang
dicurigai terdapat benda asing. c) Lakukan insisi secara vertikal pada usus menyesuaikan dengan
ukuran benda asing. d) Angkat benda asing dari usus, hati-hati dalam mengeluarkan benda
sehingga cairan dalam usus tidak ikut mengenai organ sekitar, dan pastikan semua benda asing
sudah dikeluarkan. e) Jahit insisi dengan benang absorbable multifilament dengan pola jahitan
dua lapis menerus, untuk mencegah kebocoran usus. Lakukan pengecekan kebocoran usus
dengan cara menekan-nekan usus di bagian dekat jahitan. f) Cabut perlengkapan laparoskopi lalu
jahit insisi di bagian luar abdomen dengan benang non absorbable dengan pola jahitan terputus.
Gambar 1. Insisi abdominal
Gambar 2. Penggunaan Sils Port

Gambar 3. Posisi laparoskopi dengan sils port


Gambar 4. Posisi laparoskopi tanpa sils
port

Tindakan ketiga yang dapat dilakukan untuk mengeluarkan benda asing dari tubuh hewan
adalah dengan operasi enterectomy dan enterotomy. Tindakan enterotomi adalah suatu
tindakan penyayatan usus baik usus halus maupun usus besar yang mengalami obstruksi atau
karena adanya benda asing berupa tulang yang keras, kaca, kawat, besi, seng dan rambut
sedangkan enterectomi adalah suatu tindakan pemotongan sebagian usus karena kemungkinan
adanya gangrene pada usus (Fossum, 2019; Guiffrida dan Brown, 2018). Langkah-langkah
melakukan enterotomi dan enterectomi: a.) insisi abdomen dengan teknik laparotomi. b)
keluarkan usus dari abdomen, letakkan kasa steril dibawah usus lalu lakukan eksplorasi usus
untuk mencari posisi benda asing sesuai dengan hasil radiography. Siram usus dengan cairan
infus hangat bila terlihat kondisi usus menjadi kering. c) jepit sisi dorsal dan caudal usus dengan
penjepit khusus, lalu insisi secara vertical maupun horizontal, sesuai dengan ukuran benda lalu
keluarkan. Jahit dengan pola terputus. Bila usus sudah dalam kondisi nekrosis dan tidak dapat
berfungsi, lakukan tindakan enterectomi dengan memotong bagian usus tersebut. Lalu satukan
sisa usus dengan jahitan terputus. Pastikan posisi usus yang disambungkan sudah benar. d) uji
kebocoran jahitan dengan menyuntikkan cairan infus dibagian central dari antara penjepit usus.
Bila cairan keluar, lakukan penjahitan dibagian tersebut. Ulangi hingga tidak ada kebocoran. e)
masukkan kembali usus lalu jahit lapisan peritoneum dan musculus dengan benang absorbable
pola terputus dan bagian subcutan dengan benang non-absorable pola terputus.

Gambar 5. Insisi abdominal untuk


laparotomi Gambar 6. Insisi pada usus

Gambar 7. Pola jahitan terputus pada Gambar 8. Uji kebocoran pada operasi
operasi enterotomi enterotomi
Gambar 9. Tahapan operasi enterectomi

PROSES KESEMBUHAN
Tindakan mengeluarkan benda asing secara alami tidak memerlukan waktu lama dalam
kesembuhannya. Setelah benda keluar, pemilik hanya perlu mengamati tanda klinis yang
muncul. Pasien yang menjalani operasi laparoskopi sudah boleh pulang 3-4jam pasca operasi.
Akan muncul rasa sakit dibagian insisi, dokter hewan akan meresepkan analgesic serta antibiotik
oral dan salep/serbuk. Luka insisi dibersihkan dua hari sekali dengan cairan infus dan kasa steril,
pakaikan salep/serbuk antibiotic lalu tutup luka dengan kasa steril kering. 7 hari setelah operasi
benang jahitan sudah dapat dilepas. Sedangkan untuk pasien dengan tindakan operasi
enterotomi/enterectomi dengan membuka abdomen, disarankan menjalani rawat inap hingga
bagian jahitan kering. Pemberian obat selain analgesic dan antibiotic disesuaikan dengan kondisi
pasien selama menjalani rawat inap. Proses kesembuhan pasien laparoskopi akan lebih cepat
dibanding pasien dengan tindakan enterectomi/enterotomi dengan membuka abdomen. Dokter
hewan akan menyarankan kepada pemilik untuk memberikan pakan basah dan lembut untuk
mengurangi kerja usus. Pemakaian Elisabeth collar sangat dianjurkan untuk mengurangi hewan
menggaruk luka jahitan. Mengurangi aktivitas bermain serta pergerakan yang keras juga
membantu mempercepat proses kesembuhan.

Daftar Pustaka

Burton AG, Talbot CT, Kent MS. 2017. Risk factors for death in dogs treated for
esophageal foreign body obstruction: A Retrospective Cohort Study of 222 Cases (1998-2017).
Journal of Veterinary Internal Medicine 31: 1686-1690
Hayes, G. (2009). Gastrointestinal foreign bodies in dogs and cats: a retrospective study
of 208 cases. Journal of Small Animal Practice, 50(11), 576–583.
Thomas W. G. Gibson . (2020, Juni). Gastrointestinal Obstruction in Small Animals. Diakses pada 5
Oktober pada laman https://www.msdvetmanual.com/digestive-system/diseases-of-the-stomach-and-intestines-in-
small-animals/gastrointestinal-obstruction-in-small-animals
Hobday, M. M., Pachtinger, G. E., Drobatz, K. J., & Syring, R. S.
(2014). Linearversusnon-linear gastrointestinal foreign bodies in 499 dogs: clinical
presentation, management and short-term outcome. Journal of Small Animal Practice, 55(11),
560–565.
Singh Ameet. 2020. Veterinary Laparoscopy Basics: Access and Approaches. Diakses
pada 5 Oktober pada laman: https://www.youtube.com/watch?v=arA_XaXW2jk&t=1924s

Fossum, T.W. 2019. Small Animal Surgery, Fifth Edition. Elsevier, pp: 432-481; 365-
398.

You might also like