Professional Documents
Culture Documents
8054-Article Text-22031-1-10-20191027
8054-Article Text-22031-1-10-20191027
Abstract
The purpose of this research is to know and analyze the implementation process of Regional
Regulation Number 6 of 2013 in Makassar about the fulfillment of the rights of people with
disability in Makassar city, and also factors that influence the process of implementation of the
regulation. The method used is a qualitative research method, that is giving description or
explanation about data acquisition research procedure, data obtained from interview,
observation, and archive. Based on the results of the research, the role of Makassar city
government in giving protection rights and the right of empowerment of women and children
with disability has been implemented by the regional work units into the sample in the research,
namely the Social Department of Makassar, empowerment implemented through
empowerment program for women with disability, skills such as sewing, baking and crafting.
The process of protecting women and children with disabilities is implemented by the Center for
Integrated Women Empowerment and Children of Makassar (P2TP2A), protection is provided
through the process of assistance and handling cases of violence, exploitation, discrimination
and neglect. Overall implementation of the policy of fulfilling the right of empowerment and the
protection of its implementation has not been maximally due to several factors. The supporting
and inhibiting factors; First, the supporting factors are communication factor, resource (staff)
and disposition; Secondly, inhibiting factors are Bureaucracy Structure (SOP and
Fragmentation), resources (budget) and external factors (social environment).
Keywords: bureaucracy structure, resources, social environment
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis proses pelaksanaan Peraturan
Daerah No.6 Tahun 2013 di Kota Makassar tentang Pemenuhan hak-hak Penyandang
disabilitas di kota Makassar, serta faktor-faktor yang memepengaruhi proses pelaksanaan
peraturan daerah tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatif yaitu memberikan gambaran atau penjelasan tentang prosedur perolehan data
penelitian, data diperoleh dari wawancara, observasi, dan arsip. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan, peran pemerintah kota Makassar dalam memberikan hak perlindungan dan
hak pemberdayaan perempuan dan anak penyandang disabilitas telah dilaksanakan oleh Dinas
Sosial kota Makassar, terkait dengan pemenuhan hak pemberdayaan, pemberdayaan
dilaksanakan melalui program kerja Pemberdayaan Bagi Penyandang Disabilitas Wanita,
dengan memberikan pelatihan keterampilan seperti menjahit, membuat kue dan membuat
kerajinan tangan. Proses perlindungan perempuan dan anak penyandang disabilitas
dilaksanakan oleh Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak kota
Makassar (P2TP2A), perlindungan diberikan melalui proses pendampingan dan penanganan
kasus kekerasan, eksploitasi, diskriminasi dan penalantaran. Secara keseluruhan pelaksanaan
86
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 11, Nomor 2, Juli 2018
87
Implementasi Kebijakan… (Muhammad Afdal Karim)
(Convention on The Rights of Persons with Penyandang Disabilitas (Bab 10,pasal 50)
Disabilities,Un.org). seperti yang dijelaskan dalam peraturan
Hal ini menjadikan Indonesia sebagai daerah tersebut.
bagian dari masyarakat dunia yang Unsur lain yang mempunyai
berkomitmen melalui yuridis formal untuk kewajiban dalam pemenuhan hak-hak
mengambil segala upaya dalam mewujudkan Penyandang Disabilitas di kota Makassar
secara optimal segala bentuk nilai yakni Pemerintah pusat, Pemerintah provinsi,
kehormatan, perlindungan dan pemenuhan Pemerintah kabupaten/kota, lembaga-
hak Penyandang Disabilitas sebagaimana lembaga masyarakat, perusahaan swasta dan
yang tercantum dalam konvensi tersebut. kelompok-kelompok masyarakat, dalam
Di Indonesia, berdasarkan Undang- bentuk kerjasama dan kemitraan guna
Undang No. 8 Tahun 2016 tentang mencapai tujuan pemenuhan hak-hak
Penyandang Disabilitas, jelaslah bahwa Penyandang Disabilitas di kota Makassar.
kesetaraan dan non-diskriminasi merupakan Namun realisasi peraturan daerah ini
salah satu syarat dari terbukanya berbagai masih ditemukan beberapa permasalahan
akses bagi orang dengan disabilitas (Pasal 2, seperti pada sektor pemberdayaan
Bab 1). penyandang disabilitas, isu disabilitas sangat
Pemerintah kota Makassar sebagai pelaksana jarang untuk menjadi pembahasan di setiap
jalannya Pemerintahan berkeingan untuk lini penghidupan, penyandang disabilitas
secara terus menerus menegakkan dan hanya dipandang melalui sudut pandang
memajukan perlindungan dan jaminan Hak proyek bantuan dan pemberian jaminan
Asasi Manusia (HAM) dalam kehidupan bukan pada pemberdayaan potensi-potensi
bermasyarakat. Pada tataran yuridis formal, yang dimilikinya, hal ini yang menyebabkan
langkah awal untuk pemenuhan hak asasi penyandang disabilitas sangat tergantung
Penyandang Disabilitas harus dimulai dari pada orang lain.
adanya Peraturan Daerah (Perda) yang Jumlah Penyandang disabilitas di kota
menjamin pemenuhan hak asasi Penyandang Makassar sebanyak 1.715 orang (Data Dinas
Disabilitas. Sosial kota Makassar, Tahun 2017) mayoritas
Pemerintah kota Makassar menggantungkan hidupnya dengan
mengeluarkan Peraturan Daerah No. 6 Tahun pekerjaan-pekerjaan yang tidak layak seperti
2013 tentang Pemenuhan Hak-Hak fenomena pengemis eks-kusta dan penjual
Penyandang Disabilitas di kota Makassar yang kaki lima yang tuna netra, mata pencaharian
menjamin kesamaan dan kesempatan dalam tersebut bahkan hanya menambah masalah
bidang Pendidikan, Kesehatan, Olahraga, Seni sosial dan permasalahan terhadap
Budaya, Ketenagakerjaan, Berusaha, penyandang disabilitas tersebut.
Pelayanan Umum, Politik, Bantuan Hukum Penyandang disabilitas kerap
dan Informasi (Bab 4, Pasal 10). disandingkan dengan kemiskinan dikarenakan
Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota keterbatasan fisik dan kemampuan yang
Makassar No 6 Tahun 2013 tentang menjadikan potensi terhadap penyandang
Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas disabilitas tidak mampu diaktualisasikan.
di kota Makassar. Masyarakat kota Makassar Maka pemerintah dalam artian Pemerintah
berkewajiban dan bertanggung jawab dalam kota Makassar wajib untuk memperhatikan
segala bentuk pemberian bantuan, saran, penyandang disabilitas yang tergolong
kesempatan kepada Pemerintah kota selaku kelompok yang sangat rentan diantara
pelaksana teknis dan Penyandang Disabilitas kelompok rentan yang ada.
serta pengadaan sarana penunjang untuk
88
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 11, Nomor 2, Juli 2018
Perlakuan diskriminatif dan kekerasan dan Anak kota Makassar serta Himpunan
juga sangat beresiko diterima oleh Anak Wanita Disabilitas Indonesia Sulawesi selatan.
dengan disabilitas. Anak dengan disabilitas di Pemilihan lokasi tersebut dikarenakan objek
jadikan objek bullying, objek perlakuan tidak tersebut merupakan instansi dan organisasi
sepantasnya oleh orang-orang disekitarnya, yang bertanggung jawab dalam hal
maka sepantasnya pun perlindungan dan terselenggaranya atau tidaknya pemenuhan
perlakuan khusus sangat dibutuhkan oleh hak permberdayaan dan perlindungan
Anak penyandang disabilitas. Anak perempuan dan anak penyandang disabilitas
penyandang disabilitas juga dianggap “aib” di kota Makassar.
oleh keluarganya, “aib” yang tereduksi dan Pendekatan penelitian yang
melembaga di persepsi masyarakat dan digunakan adalah kualitatif dengan tipe
menjadi indikator penyebab perlakuan penelitian deskriptif. Metode penelitian
diskriminatif yang diterima penyandang deskriptif yaitu mendeskripsikan atau
disabilitas, dengan alasan perbedaan fisik dan menggambarkan dan melukiskan hubungan
mentalitas dengan anak-anak lain pada antara fenomena yang diteliti. Penelitian
umumnya, tak pelik hal ini mengakibatkan ke kualitatif adalah penelitian yang
eksklusifitasan yang dibangun oleh keluarga menghasilkan prosedur analisis yang tidak
mengakibatkan anak penyandang disabilitas menggunakan prosedur analisis statistik atau
termarginalisasikan pada lingkungan cara kuantifikasi lainnya.
sosialnya, dan hal ini menjadi salah satu Penelitian kualitatif memiliki
sumbangan terbesar perlakuan diskriminatif, karakteristik dengan mendeskripsikan suatu
kekerasan yang diterima oleh penyandang keadaan yang sebenarnya, tetapi laporannya
disabiltas. bukan sekedar bentuk laporan suatu kejadian
Tingkat penegetahuan keluarga yang tanpa suatu interpretasi ilmiah serta
rendah dalam memperlakukan anggota memahami atau memperoleh pemahaman
keluarganya yang disabilitas pun menjadi mengenai fenomena atau gejala yang
penyebab tindak kekerasan seksual dan diangkat untuk diteliti secara mendalam. Tipe
semacamnya diterima oleh penyandang penelitian ini menyajikan satu gambar yang
disabilitas. Oleh karena itu alas hukum terperincil tentang satu situasi khusus, setting
Peraturan Daerah No.6 tahun 2013 kota sosial atau hubungan yang digunakan jika ada
Makassar tentang Pemenuhan hak-hak pengetahuan atau informasi tentang gejala
Penyandang Disabilitas perlu diukur yang akan di selidiki atau di permasalahkan.
pelaksanaannya dalam menjamin
perlindungan dan pemberdayaan perempuan Adapun dalam penelitian ini, penulis
dan anak penyandang disabilitas. memperoleh data dari dua jenis data
Berdasarkan penjelasan diatas, maka judul penelitian, yakni data primer dan data
dari penelitian ini adalah “Implementasi sekunder. Adapun beberapa metode
Kebijakan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang pengumpulan data yang akan dilakukan
Disabilitas di Kota Makassar.” dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
hasil atau data yang valid dari informan HASIL DAN PEMBAHASAN
secara langsung agar dalam menggambarkan
hasil penelitian lebih mudah. Implementasi Kebijakan Pemenuhan Hak
Perlindungan dan Pemberdayaan
Data Sekunder Perempuan dan Anak Penyandang
Data sekunder merupakan data yang Disabilitas di Kota Makassar
relevan yang berasal dari buku-buku, dan Orang berkebutuhan khusus
bahan referensi lainnya yang berkaitan (disabilitas) adalah orang yang hidup dengan
dengan pelayanan publik. Data sekunder karakteristik khusus dan memiliki perbedaan
merupakan data yang sudah diolah dalam dengan orang pada umumnya. Karena
bentuk naskah tertulis atau dokumen. Data karakteristik yang berbeda inilah memerlukan
sekunder dalam penelitian ini dapat berasal pelayanan khusus agar dia mendapatkan hak-
dari penelitian sebelumnya yang terkait haknya sebagai manusia yang hidup di muka
dengan masalah penelitian serta penelusuran bumi ini.Orang berkebutuhan khusus
data online atau dengan menggunakan memiliki defenisi yang sangat luas, mencakup
fasilitas internet. orang-orang yang memiliki cacat fisik, atau
Adapun informan dalam penelitian ini kemampuan IQ (Intelligence Quotient)
sebagai berikut: rendah, serta orang dengan permasalahan
1. Dinas Sosial kota Makassar, Bidang sangat kompleks, sehingga fungsi-fungsi
Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat kognitifnya mengalami gangguan.
(Kepala Seksi Rehabilitasi Penyandang Berdasarkan data Dinas Sosial Kota Makassar
Cacat) jumlah Penyandang Disabilitas dari tahun
2. Pusat Pelayanan Tepadu Perlindungan 2016 hingga tahun 2017, mengalami
dan pemberdayaan Perempuan dan peningkatan sebesar 30%, dari total
Anak kota Makassar (Kepala Bidang Penyandang Disabilitas tahun 2016 sebesar
Perlindungan Perempuan dan Anak) 1.390 orang menjadi 1.715 orang di tahun
3. Himpunan Wanita Disabilitas 2017.
Indonesia Sulawesi Selatan (Ketua Masalah fenomena sosial yang timbul
Himpunan Wanita Disabilitas Sulawesi terkhusus bagi para Penyandang Disabilitas
Selatan) yang tingkat pendidikannya rendah, sarana
pendidikan yang sangat terbatas dan jauh
Analisis data dilakukan secara dari pendidikan inklusif mengakibatkan
kualitatif yaitu analisis data berdasarkan kata- banyaknya Penyandang Disabilitas yang
kata yang disusun dalam bentuk teks yang hanya mengenyam pendidikan hingga jenjang
diperluas. Data yang dianalisis adalah data Sekolah Menengah Luar Biasa dan tak sedikit
dari situasi-situasi atau peristiwa yang terjadi dari mereka yang tidak bersekolah karena
di lapangan dan juga didukung dengan sarana dan prasarana yang tidak aksesibel
bantuan data primer yang berasal dari hasil dan tidak ramah untuk Penyandang
wawancara, pertanyaan-pertanyaan, Disabilitas. Kurangnya pendidikan dan
tanggapan-tanggapan dari para informan dan keterampilan menyebabkan terjadinya
studi kepustakaan berdasarkan indikator masalah sosial untuk Penyandang Disabilitas
yang ditentukan dalam penelitian. seperti kebiasaan hidup bergelandangan,
mengemis di jalan raya dan tempat-tempat
ibadah, dan ketergantungan sosial lainnya.
Salah satu permasalahan yang serius
dihadapi Pemerintahan Kota Makassar adalah
90
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 11, Nomor 2, Juli 2018
korban kemudian korban siap untuk melapor Hal ini bertujuan untuk
maka HWDI Sul-Sel bersama P2TP2A kota memaksimalkan pendampingan korban
Makassar juga mendampingi proses BAP, terkait kebutuhan-kebutuhan korban, dengan
pemeriksaan saksi dan saat persidangan serta membentuk tim P2TP2A kota Makassar ini
pembuatan gugatan baik di pengadilan negeri bertujuan untuk mengefektifkan dan
maupun pengadilan Agama Kota Makassar menefesiensikan koordinasi dengan badan-
dengan berkoordinasi pada pihak Hakim dan badan lain yang mempunyai keterkaitan
Jaksa Penuntut untuk mendapatkan informasi dalam proses penanganan kasus di P2TP2A
akurat seputar proses persidangan, namun kota Makassar. Tim koordinasi ini pun
sebelumnya proses penggalian informasi mampu menghindari struktur-struktur
tidak dapat dilaksanakan sebelum korban organisasi yang berbelit-belit panjang dan
sudah difasilitasi kebutuhan khususnya kompleks dalam menjalankan koordinasi.
Struktur P2TP2A kota Makassar yang di
Struktur Birokrasi desain ringkas dan fleksibel ini menghindari
Birokrasi merupakan salah satu badan “Virus Weberian” yang kaku, terlalu hirarkis
yang paling sering bahkan secara keseluruhan dan birokratis.
menjadi pelaksana kebijakan. Struktur
birokrasi menjadi penting dalam Standar Operasional Prosedur pada P2TP2A
implementasi kebijakan. Aspek struktur kota Makassar
birokrasi ini mencakup 2 hal penting, Standar Operasional Prosedur yang
pertama adalah mekanisme, dan struktur baik mencantumkan kerangka kerja yang
organisasi pelaksana itu sendiri. Mekanisme jelas, sistematis dan tidak berbelit-belit dan
implementasi biasanya sudah ditetapkan mudah dipahami oleh siapapun, sejauh ini
melalui SOP (Standar Operasional Prosedur). SOP yang diterapkan oleh P2TP2A kota
Kemudian sifat kedua dari struktur birokrasi Makassar sangat memperhatikan kebutuhan-
adalah Fragmentasi, fragmentasi mampu kebutuhan khusus penyandang disabilitas,
mempengaruhi pelaksanaa organisasi, mulai dari tahapan proses pengaduan dan
tanggung jawab bagi suatu bidang kebijakan pelaporan, pencatatan kasus dan assessment
sering tersebar diantara beberapa organisasi korban hingga pada proses pendampingan
diakibatkan oleh sifat multi dimensi dari hukum, rehabilitasi dan pemulangan korban.
banyak kebijakan. Ketersedian SOP pada setiap
mekanisme penangan kasus korban,
Efektivitas Struktur Birokrasi memudahkan para pelaksana yang ada pada
Struktur Pusat Pelayanan Terpadu P2TP2A kota Makassar dalam melakukan
Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan pendampingan korban, ada 16 Mekanisme
dan Anak kota Makassar memiliki 4 Divisi yang memiliki Standar Operasional prosedur
diantaranya Divisi Pengaduan dan Reaksi dalam memberikan perlindungan dan
Cepat, Divisi Pelayanan Kesehatan dan pendampingan pada korban.
Rujukan Konseling, Divisi Bantuan Hukum dan
Pendampingan dan Divisi Rehabilitasi Sosial, Analisis Aspek Eksternal (Lingkungan Sosial)
Pemulangan, Reintegrasi dan Pemberdayaan. Hal terakhir yang perlu diperhatikan
Struktur birokrasi yang ada pada gugus kerja guna menilai kinerja implementasi kebijakan
P2TP2A kota Makassar terdiri dari berbagai adalah sejauh mana lingkungan eksternal
pihak lintas sektoral seperti dinas-dinas di turut mendorong keberhasilan kebijakan
kota Makassar, organisasi masyarakat, publik. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik
psikolog, LSM, Kepolisian dan lembaga yang tidak kondusif dapat menjadi sumber
bantuan hukum. masalah dari kegagalan kinerja implementasi
94
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 11, Nomor 2, Juli 2018
96
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 11, Nomor 2, Juli 2018
dengan masyarakat yang lain. Maka jalan mengawal kasus dengan memperhatikan
yang biasanya dipilih oleh Penyandang kebutuhan-kebutuhan spesifik dari korban
Disabilitas adalah menjadi pengemis di yang ditangani P2TP2A kota Makassar.
jalanan. Maka pemberian jaminan berupa
bantuan dianggap tepat oleh Pemerintah Faktor Disposisi
kota Makassar. Beberapa poin yang menjadi tolak
ukur dari hasil pembahasan diatas dalam
Faktor Komunikasi melihat tingkat komitmen dan konsistensi
Sejauh ini Dinas Sosial kota Makassar pelaksana dalam menjalankan dan
dan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan memahami maksud dan tujuan dari
Perempuan dan Perlindungan Anak (P2TP2A) kebijakan. Pertama, langkah yang diambil
kota Makassar menjalin hubungan oleh para pelaksana program Pemberdayaan
komunikasi dengan baik dengan organisasi Bagi Penyandang Disabilitas Wanita di Dinas
Penyandang Disabilitas. Komunikasi tersebut Sosial dengan mengganti peserta pelatihan
diwujudkan melalui hubungan kooperatif dan setiap kali pelatihan di adakan hal tersebut
konsultatif antar 2 (dua) elemen tersebut, diharapkan agar potensi-potensi penyandang
komunikasi yang baik akan menghasilkan disabilitas yang lain dapat disamaratakan dan
kejelasan-kejelasan seputar program dan hal ini berkaitan sikap demokratis dan adil
upaya Pemerintah dalam melaksanakan yang dimiliki oleh para pelaksana, kedua,
kebijakan daerah tentang Penyandang target pelaksanaan program kerja
Disabilitas di kota Makassar. pemberdayaan memiliki jumlah presentase
besar dibandingkan dengan program-
Faktor Sumber Daya (Staf Pelaksana) program khusus penyandang disabilitas di
Staf pelaksana yang ada di Dinas Dinas Sosial kota Makassar, hal ini menjadi
Sosial kota Makassar dan Pusat Pelayanan tolak ukur perhatian lebih yang diberikan
Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Dinas Sosial kepada perempuan penyandang
Anak kota Makassar berjalan sesuai dengan disabilitas dan ketiga, pembagian
porsi-porsi kerjanya. Pada Dinas Sosial penyandang disabilitas potensial untuk
adanya tim pelaksanaan program yang mengikuti pelatihan keterampilan
membagi tugas dalam setiap tahapan berdasarkan beberapa pertimbangan menjadi
didalam program menjadi salah satu bentuk poin penting dalam mengefektifkan jalannya
pembagian tugas yang optimal dan efektif, program.
kemudian adanya tim Reaksi Cepat Tanggap Komitmen Pemerintah kota Makassar
pada kedua instansi Dinas Sosial dan P2TP2A dalam mewujudkan hak perlindungan
kota Makassar sekiranya menjadi salah satu perempuan penyandang disabilitas, dilakukan
keseriusan Pemerintah Kota dalam merespon melalui peran P2TP2A kota Makassar dalam
informasi-informasi terkait Penyandang merespon setiap kasus yang dialami oleh
Disabilitas. perempuan dan anak penyandang disabilitas.
Adanya hubungan kooperatif yang Komitmen tersebut terlihat dari kepatuhan
dibangun P2TP2A kota Makassar dengan para pelaksana dalam menjalan segala
elemen-elemen lain seperti kepolisian, prosedur dalam memberikan perlindungan
dokter, psikologi dan beberapa LSM seperti terhadap korban dengan memperhatikan
LBH, HWDI Sul-Sel, Pemerhati perempuan kebutuhan khusus penyandang disabilitas.
untuk tergabung dalam tim penanganan
korban menjadi wujud nyata bekerjanya Faktor Struktur Birokrasi (Fragmentasi)
struktur birokrasi yang dianggap cukup Faktor fragmentasi menjadi
maksimal dalam memberikan perhatian dan permasalahan dalam pelaksanaan kebijakan
98
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 11, Nomor 2, Juli 2018
ini disebabkan oleh pemerintah secara persoalan disabilitas hanya diurus oleh Dinas
keseluruhan, Satuan Perangkat Kerja Daerah Sosial saja. Persoalan disabilitas merupakan
di kota Makassar belum mampu persoalan yang multisektor dan
mengintegrasikan kebutuhan-kebutuhan membutuhkan kordinasi lintas instansi untuk
penyandang disabilitas ke dalam ruang menyelesaikannya.
lingkup kerja mereka, jika mendengar istilah
disabilitas maka yang dikaitkan adalah Dinas Faktor Struktur Birokrasi (Standar
Sosial saja, padahal jika berbicara tentang Operasional Prosedur)
penyandang disabilitas maka yang harus Ketidakjelasan Standar Operasional
terkait adalah peran serta masyarakat di Prosedur terkait waktu pelaksanaan program
segala sektor penghidupan. Pemberdayaan Bagi Perempuan Penyandang
Ada berbagai macam peraturan serta Disabilitas Wanita mengakibatkan program
kebijakan yang memayungi hak-hak tidak berjalan dengan efesien, hal ini
penyandang disabilitas, namun hasilnya akan dipengaruhi oleh ketetapan terkait alokasi
tidak optimal apabila tidak disertai dengan anggaran program yang belum dapat
dukungan dari seluruh Satuan Perangkat diprediksi dengan jelas.
Kerja Daerah kota Makassar.
Beberapa SKPD di kota makassar Faktor Sumber Daya (Anggaran)
belum mampu memposisikan kebutuhan Sumber daya di sini berkaitan dengan
penyandang disabilitas tersebut disetiap segala sumber yang dapat digunakan untuk
porsi-porsi kerja mereka, pembahasan mendukung keberhasilan implementasi
tentang kebutuhan penyandang disabilitas kebijakan. Sumber daya ini mencakup
belum mampu menjadi salah satu arus beberapa bagian yakni sumber daya manusia
utama, padahal jumlah penyandang dan sumber daya non manusia. Sumber daya
disabilitas di kota Makassar terbilang cukup yang menjadi penghambat dalam
besar, belum lagi keterbatasan yang dimiliki implementasi kebijakan pemenuhan hak-hak
oleh penyandang disabilitas yang memang penyandang disabilitas di kota Makassar,
dianggap perlu menjadi perhatian khusus yang peneliti temukan yakni sumber daya
oleh pemerintah. (anggaran) dan data yang akurat tentang
Sikap pemerintah terhadap disabilitas keberadaan penyandang disabilitas di kota
pun masih mendua. Di satu sisi diakui adanya Makassar.
kesamaan hak antara disabilitas dan non Anggaran yang minim dan tidak sesuai
disabilitas namun di sisi lain masih dengan porsi kebutuhan akan mampu
menempatkan disabilitas sebagai bagian dari menghambat bahkan membuat jalannya
PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan kebijakan tersebut berjalan tidak efektif,
Sosial). Difabilitas masih dianggap sebagai salah satu dampak yang penulis temukan
masalah kesejahteraan belaka sehingga isu- yakni proses pelaksanaan program yang
isu disabilitas masih menjadi porsi dinas berjalan dengan lama dan pemerataan proses
sosial saja. Padahal secara tegas dan jelas pelaksanaan yang terhambat.
disebutkan dalam undang-undang yang ada
Aspek Eksternal (Kondisi Lingkungan Sosial)
bahwa masalah disabilitas bukan hanya
Saat ini penyandang disabilitas
masalah disabilitas dan kesejahteraan tetapi
menghadapi persoalan pelik yang sejauh ini
disabilitas juga membutuhkan pendidikan,
dianggap indikator penting terhambatnya
pekerjaan, kesehatan, kehidupan sosial, dan
pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas,
juga kemandirian. Semua kebutuhan
hal tersebut salah satunya adalah proses
disabilitas tidak akan pernah bisa selesai jika
stigmasisasi yang berkembang di masyarakat,
99
Implementasi Kebijakan… (Muhammad Afdal Karim)
100
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 11, Nomor 2, Juli 2018
101
Implementasi Kebijakan… (Muhammad Afdal Karim)
102