Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan

Volume 11, Nomor 2, Juli 2018 (86-102)


ISSN 1979-5645, e-ISSN 2503-4952

Implementasi Kebijakan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas


di Kota Makassar

Muhammad Afdal Karim


(Mahasiswa Pascasarjana STIA LAN Makassar)
Email: afdalkarim@gmail.com

Abstract
The purpose of this research is to know and analyze the implementation process of Regional
Regulation Number 6 of 2013 in Makassar about the fulfillment of the rights of people with
disability in Makassar city, and also factors that influence the process of implementation of the
regulation. The method used is a qualitative research method, that is giving description or
explanation about data acquisition research procedure, data obtained from interview,
observation, and archive. Based on the results of the research, the role of Makassar city
government in giving protection rights and the right of empowerment of women and children
with disability has been implemented by the regional work units into the sample in the research,
namely the Social Department of Makassar, empowerment implemented through
empowerment program for women with disability, skills such as sewing, baking and crafting.
The process of protecting women and children with disabilities is implemented by the Center for
Integrated Women Empowerment and Children of Makassar (P2TP2A), protection is provided
through the process of assistance and handling cases of violence, exploitation, discrimination
and neglect. Overall implementation of the policy of fulfilling the right of empowerment and the
protection of its implementation has not been maximally due to several factors. The supporting
and inhibiting factors; First, the supporting factors are communication factor, resource (staff)
and disposition; Secondly, inhibiting factors are Bureaucracy Structure (SOP and
Fragmentation), resources (budget) and external factors (social environment).
Keywords: bureaucracy structure, resources, social environment

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis proses pelaksanaan Peraturan
Daerah No.6 Tahun 2013 di Kota Makassar tentang Pemenuhan hak-hak Penyandang
disabilitas di kota Makassar, serta faktor-faktor yang memepengaruhi proses pelaksanaan
peraturan daerah tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatif yaitu memberikan gambaran atau penjelasan tentang prosedur perolehan data
penelitian, data diperoleh dari wawancara, observasi, dan arsip. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan, peran pemerintah kota Makassar dalam memberikan hak perlindungan dan
hak pemberdayaan perempuan dan anak penyandang disabilitas telah dilaksanakan oleh Dinas
Sosial kota Makassar, terkait dengan pemenuhan hak pemberdayaan, pemberdayaan
dilaksanakan melalui program kerja Pemberdayaan Bagi Penyandang Disabilitas Wanita,
dengan memberikan pelatihan keterampilan seperti menjahit, membuat kue dan membuat
kerajinan tangan. Proses perlindungan perempuan dan anak penyandang disabilitas
dilaksanakan oleh Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak kota
Makassar (P2TP2A), perlindungan diberikan melalui proses pendampingan dan penanganan
kasus kekerasan, eksploitasi, diskriminasi dan penalantaran. Secara keseluruhan pelaksanaan

86
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 11, Nomor 2, Juli 2018

kebijakan pemenuhan hak pemberdayaan dan perlindungan pelaksanaannya belum maksimal


dikarenakan beberapa faktor. Adapun faktor pendukung dan penghambat; Pertama, faktor
pendukung adalah faktor komunikasi, sumber daya (staf) dan disposisi, Kedua, faktor
penghambat adalah faktor Struktur Birokrasi (SOP dan Fragmentasi), sumber daya (anggaran)
dan faktor eksternal (lingkungan sosial)
Kata kunci: struktur birokrasi, sumber daya, lingkungan sosial

PENDAHULUAN belum dapat diimplementasikan) karena


dihadapkan dengan berbagai kesulitan atau
Pemerintah merupakan instrumen hambatan. Pelaksanaan kebijakan yang sama
penting dalam mewujudkan tujuan bernegara pun ditemukan dalam merealisasikan hak-
diantaranya mensejahterakan dan hak.
memakmurkan kehidupan bangsa, tujuan Hak asasi bagi penyandang disabilitas
tersebut sejatinya dapat terwujud apabila masih kerap diabaikan, bahkan dilanggar.
pondasi bernegara dapat dijaga dan Pelanggaran terjadi karena Penyandang
dijalankan dengan baik, sesuai yang telah Disabilitas tidak dianggap sebagai bagian dari
diatur oleh Undang-Undang Dasar negara warga negara, bahkan juga tidak dianggap
Republik Indonesia. Pemerintah mengatur manusia. Penyandang Disabilitas mengalami
jalannya proses berkehidupan sesuai dengan hambatan fisik, mental, intelektual, atau
amanat konstitusi yang ada tanpa membeda- sensorik dalam waktu lama yang dapat
bedakan hak-hak warga negara yang satu menghalangi partisipasi mereka secara penuh
dengan yang lainnya. Hak-hak warga negara dan efektif dalam masyarakat berdasarkan
merupakan hal yang sangat vital untuk pada asas kesetaraan dengan warga Negara
diperhatikan, negara menjamin hak-hak pada umumnya.
warga negara melalui kebijakan-kebijakan Perempuan dan anak penyandang
yang telah diatur atau pun di perjelas oleh disabilitas sangat beresiko menerima
pemerintah pusat maupun pemerintah perlakuan diskriminatif dan perlakuan
daerah. krimininalisasi dikarenakan keterbatasan
Suatu kebijakan akan dipahami benar, fisiknya dan identitas perempuan yang
bahwa bukan persoalan yang mudah untuk melekat mengakibatkan perempuan
melahirkan satu kebijakan bahkan untuk penyandang disabilitas sangat rentan menjadi
kebijakan pada tingkatan lokal, apalagi objek kekerasan. Hal di atas cukup jelas untuk
kebijakan yang memiliki cakupan serta menggambarkan bahwa penyandang
pengaruh luas, menyangkut kelompok disabilitas dimanapun di tempatkan harusnya
sasaran serta daerah atau wilayah yang memperoleh perlakuan khusus, tetapi lagi
besar. lagi hal ini ternyata tidak sesuai dengan
Persoalan pada tatanan implementasi pun realita. Bagi Penyandang Disabilitas nyatanya
sama terjadi, bahkan menjadi lebih rumit lagi tidak memperoleh pelayanan khusus, bahkan
karena dalam melaksanakan satu kebijakan seringkali termarginalkan.
selalu terkait dengan kelompok sasaran dan Indonesia telah meratifikasi
birokrat itu sendiri, dengan kompleksitasnya Convention on the Rights of Persons with
masing-masing. Tidak saja dalam proses Disabilities (CRPD), Bersama dengan 146
implementasi, dalam realitas ditemukan juga negara yang menanda tangani Konvensi Hak
walaupun kebijakan dengan tujuan yang jelas Orang dengan Disabilitas. Convention on the
telah dikeluarkan tetapi mengalami Rights of Persons with Disabilities (CRPD)
hambatan dalam implementasi (tidak atau diratifikasi melalui UU Nomor 19 tahun 2011

87
Implementasi Kebijakan… (Muhammad Afdal Karim)

(Convention on The Rights of Persons with Penyandang Disabilitas (Bab 10,pasal 50)
Disabilities,Un.org). seperti yang dijelaskan dalam peraturan
Hal ini menjadikan Indonesia sebagai daerah tersebut.
bagian dari masyarakat dunia yang Unsur lain yang mempunyai
berkomitmen melalui yuridis formal untuk kewajiban dalam pemenuhan hak-hak
mengambil segala upaya dalam mewujudkan Penyandang Disabilitas di kota Makassar
secara optimal segala bentuk nilai yakni Pemerintah pusat, Pemerintah provinsi,
kehormatan, perlindungan dan pemenuhan Pemerintah kabupaten/kota, lembaga-
hak Penyandang Disabilitas sebagaimana lembaga masyarakat, perusahaan swasta dan
yang tercantum dalam konvensi tersebut. kelompok-kelompok masyarakat, dalam
Di Indonesia, berdasarkan Undang- bentuk kerjasama dan kemitraan guna
Undang No. 8 Tahun 2016 tentang mencapai tujuan pemenuhan hak-hak
Penyandang Disabilitas, jelaslah bahwa Penyandang Disabilitas di kota Makassar.
kesetaraan dan non-diskriminasi merupakan Namun realisasi peraturan daerah ini
salah satu syarat dari terbukanya berbagai masih ditemukan beberapa permasalahan
akses bagi orang dengan disabilitas (Pasal 2, seperti pada sektor pemberdayaan
Bab 1). penyandang disabilitas, isu disabilitas sangat
Pemerintah kota Makassar sebagai pelaksana jarang untuk menjadi pembahasan di setiap
jalannya Pemerintahan berkeingan untuk lini penghidupan, penyandang disabilitas
secara terus menerus menegakkan dan hanya dipandang melalui sudut pandang
memajukan perlindungan dan jaminan Hak proyek bantuan dan pemberian jaminan
Asasi Manusia (HAM) dalam kehidupan bukan pada pemberdayaan potensi-potensi
bermasyarakat. Pada tataran yuridis formal, yang dimilikinya, hal ini yang menyebabkan
langkah awal untuk pemenuhan hak asasi penyandang disabilitas sangat tergantung
Penyandang Disabilitas harus dimulai dari pada orang lain.
adanya Peraturan Daerah (Perda) yang Jumlah Penyandang disabilitas di kota
menjamin pemenuhan hak asasi Penyandang Makassar sebanyak 1.715 orang (Data Dinas
Disabilitas. Sosial kota Makassar, Tahun 2017) mayoritas
Pemerintah kota Makassar menggantungkan hidupnya dengan
mengeluarkan Peraturan Daerah No. 6 Tahun pekerjaan-pekerjaan yang tidak layak seperti
2013 tentang Pemenuhan Hak-Hak fenomena pengemis eks-kusta dan penjual
Penyandang Disabilitas di kota Makassar yang kaki lima yang tuna netra, mata pencaharian
menjamin kesamaan dan kesempatan dalam tersebut bahkan hanya menambah masalah
bidang Pendidikan, Kesehatan, Olahraga, Seni sosial dan permasalahan terhadap
Budaya, Ketenagakerjaan, Berusaha, penyandang disabilitas tersebut.
Pelayanan Umum, Politik, Bantuan Hukum Penyandang disabilitas kerap
dan Informasi (Bab 4, Pasal 10). disandingkan dengan kemiskinan dikarenakan
Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota keterbatasan fisik dan kemampuan yang
Makassar No 6 Tahun 2013 tentang menjadikan potensi terhadap penyandang
Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas disabilitas tidak mampu diaktualisasikan.
di kota Makassar. Masyarakat kota Makassar Maka pemerintah dalam artian Pemerintah
berkewajiban dan bertanggung jawab dalam kota Makassar wajib untuk memperhatikan
segala bentuk pemberian bantuan, saran, penyandang disabilitas yang tergolong
kesempatan kepada Pemerintah kota selaku kelompok yang sangat rentan diantara
pelaksana teknis dan Penyandang Disabilitas kelompok rentan yang ada.
serta pengadaan sarana penunjang untuk

88
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 11, Nomor 2, Juli 2018

Perlakuan diskriminatif dan kekerasan dan Anak kota Makassar serta Himpunan
juga sangat beresiko diterima oleh Anak Wanita Disabilitas Indonesia Sulawesi selatan.
dengan disabilitas. Anak dengan disabilitas di Pemilihan lokasi tersebut dikarenakan objek
jadikan objek bullying, objek perlakuan tidak tersebut merupakan instansi dan organisasi
sepantasnya oleh orang-orang disekitarnya, yang bertanggung jawab dalam hal
maka sepantasnya pun perlindungan dan terselenggaranya atau tidaknya pemenuhan
perlakuan khusus sangat dibutuhkan oleh hak permberdayaan dan perlindungan
Anak penyandang disabilitas. Anak perempuan dan anak penyandang disabilitas
penyandang disabilitas juga dianggap “aib” di kota Makassar.
oleh keluarganya, “aib” yang tereduksi dan Pendekatan penelitian yang
melembaga di persepsi masyarakat dan digunakan adalah kualitatif dengan tipe
menjadi indikator penyebab perlakuan penelitian deskriptif. Metode penelitian
diskriminatif yang diterima penyandang deskriptif yaitu mendeskripsikan atau
disabilitas, dengan alasan perbedaan fisik dan menggambarkan dan melukiskan hubungan
mentalitas dengan anak-anak lain pada antara fenomena yang diteliti. Penelitian
umumnya, tak pelik hal ini mengakibatkan ke kualitatif adalah penelitian yang
eksklusifitasan yang dibangun oleh keluarga menghasilkan prosedur analisis yang tidak
mengakibatkan anak penyandang disabilitas menggunakan prosedur analisis statistik atau
termarginalisasikan pada lingkungan cara kuantifikasi lainnya.
sosialnya, dan hal ini menjadi salah satu Penelitian kualitatif memiliki
sumbangan terbesar perlakuan diskriminatif, karakteristik dengan mendeskripsikan suatu
kekerasan yang diterima oleh penyandang keadaan yang sebenarnya, tetapi laporannya
disabiltas. bukan sekedar bentuk laporan suatu kejadian
Tingkat penegetahuan keluarga yang tanpa suatu interpretasi ilmiah serta
rendah dalam memperlakukan anggota memahami atau memperoleh pemahaman
keluarganya yang disabilitas pun menjadi mengenai fenomena atau gejala yang
penyebab tindak kekerasan seksual dan diangkat untuk diteliti secara mendalam. Tipe
semacamnya diterima oleh penyandang penelitian ini menyajikan satu gambar yang
disabilitas. Oleh karena itu alas hukum terperincil tentang satu situasi khusus, setting
Peraturan Daerah No.6 tahun 2013 kota sosial atau hubungan yang digunakan jika ada
Makassar tentang Pemenuhan hak-hak pengetahuan atau informasi tentang gejala
Penyandang Disabilitas perlu diukur yang akan di selidiki atau di permasalahkan.
pelaksanaannya dalam menjamin
perlindungan dan pemberdayaan perempuan Adapun dalam penelitian ini, penulis
dan anak penyandang disabilitas. memperoleh data dari dua jenis data
Berdasarkan penjelasan diatas, maka judul penelitian, yakni data primer dan data
dari penelitian ini adalah “Implementasi sekunder. Adapun beberapa metode
Kebijakan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang pengumpulan data yang akan dilakukan
Disabilitas di Kota Makassar.” dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

METODE PENELITIAN Data Primer


Data Primer adalah data peneliti yang di
Dalam penelitian ini penulis dapat secara langsung dari sumbernya yaitu
melakukan penelitan pada, Dinas Sosial kota para informan yang menjadi objek penelitian
Makassar, Pusat Pelayanan Terpadu peneliti. Dimana pun para informan ini
Perlindungan dan pemberdayaan Perempuan berada, peneliti mendatangi dan melakukan
wawancara face to face untuk mendapatkan
89
Implementasi Kebijakan… (Muhammad Afdal Karim)

hasil atau data yang valid dari informan HASIL DAN PEMBAHASAN
secara langsung agar dalam menggambarkan
hasil penelitian lebih mudah. Implementasi Kebijakan Pemenuhan Hak
Perlindungan dan Pemberdayaan
Data Sekunder Perempuan dan Anak Penyandang
Data sekunder merupakan data yang Disabilitas di Kota Makassar
relevan yang berasal dari buku-buku, dan Orang berkebutuhan khusus
bahan referensi lainnya yang berkaitan (disabilitas) adalah orang yang hidup dengan
dengan pelayanan publik. Data sekunder karakteristik khusus dan memiliki perbedaan
merupakan data yang sudah diolah dalam dengan orang pada umumnya. Karena
bentuk naskah tertulis atau dokumen. Data karakteristik yang berbeda inilah memerlukan
sekunder dalam penelitian ini dapat berasal pelayanan khusus agar dia mendapatkan hak-
dari penelitian sebelumnya yang terkait haknya sebagai manusia yang hidup di muka
dengan masalah penelitian serta penelusuran bumi ini.Orang berkebutuhan khusus
data online atau dengan menggunakan memiliki defenisi yang sangat luas, mencakup
fasilitas internet. orang-orang yang memiliki cacat fisik, atau
Adapun informan dalam penelitian ini kemampuan IQ (Intelligence Quotient)
sebagai berikut: rendah, serta orang dengan permasalahan
1. Dinas Sosial kota Makassar, Bidang sangat kompleks, sehingga fungsi-fungsi
Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat kognitifnya mengalami gangguan.
(Kepala Seksi Rehabilitasi Penyandang Berdasarkan data Dinas Sosial Kota Makassar
Cacat) jumlah Penyandang Disabilitas dari tahun
2. Pusat Pelayanan Tepadu Perlindungan 2016 hingga tahun 2017, mengalami
dan pemberdayaan Perempuan dan peningkatan sebesar 30%, dari total
Anak kota Makassar (Kepala Bidang Penyandang Disabilitas tahun 2016 sebesar
Perlindungan Perempuan dan Anak) 1.390 orang menjadi 1.715 orang di tahun
3. Himpunan Wanita Disabilitas 2017.
Indonesia Sulawesi Selatan (Ketua Masalah fenomena sosial yang timbul
Himpunan Wanita Disabilitas Sulawesi terkhusus bagi para Penyandang Disabilitas
Selatan) yang tingkat pendidikannya rendah, sarana
pendidikan yang sangat terbatas dan jauh
Analisis data dilakukan secara dari pendidikan inklusif mengakibatkan
kualitatif yaitu analisis data berdasarkan kata- banyaknya Penyandang Disabilitas yang
kata yang disusun dalam bentuk teks yang hanya mengenyam pendidikan hingga jenjang
diperluas. Data yang dianalisis adalah data Sekolah Menengah Luar Biasa dan tak sedikit
dari situasi-situasi atau peristiwa yang terjadi dari mereka yang tidak bersekolah karena
di lapangan dan juga didukung dengan sarana dan prasarana yang tidak aksesibel
bantuan data primer yang berasal dari hasil dan tidak ramah untuk Penyandang
wawancara, pertanyaan-pertanyaan, Disabilitas. Kurangnya pendidikan dan
tanggapan-tanggapan dari para informan dan keterampilan menyebabkan terjadinya
studi kepustakaan berdasarkan indikator masalah sosial untuk Penyandang Disabilitas
yang ditentukan dalam penelitian. seperti kebiasaan hidup bergelandangan,
mengemis di jalan raya dan tempat-tempat
ibadah, dan ketergantungan sosial lainnya.
Salah satu permasalahan yang serius
dihadapi Pemerintahan Kota Makassar adalah

90
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 11, Nomor 2, Juli 2018

pendataan tentang jumlah Penyandang Habilitasi & Rehabilitasi, Pemeliharaan taraf


Disabilitas yang tersebar di Kota Makassar. kesejahteraan, Perlindungan khusus,
Sejauh ini ada 2 versi yang ditemukan terkait Perlindungan dan pemberdayaan pe empuan
jumlah Penyandang Disabilitas yakni versi Penyandang Disabilitas dan anak Penyandang
dari Instansi Pemerintah yang dimaksudkan Disabilitas;
Dinas Sosial Kota Makassar dan versi Persoalan Penyandang Disabilitas
Organisasi Masyarakat yang dimaksudkan bukan hanya menjadi permasalahan di sektor
yakni Persatuan Penyandang Disabilitas sosial saja melainkan hal ini menjadi
Indonesia Sulawesi Selatan. Permasalahan persoalan multi sektor baik pendidikan,
Pendataan ini berdampak pada tidak kesehatan, hukum, ekonomi dan berbagai
terjangkaunya Penyandang Disabilitas yang macam sektor penghidupan lainnya,
seharusnya mendapatkan bantuan khusus termasuk hal yang sangat rentan terjadi yaitu
oleh Pemerintah Kota. perlakuan tindak kekerasan terhadap
Implementasi kebijakan merupakan disabilitas Perempuan dan Anak dengan
tahapan yang krusial dalam proses kebijakan kedisabilatasannya. Perlakuan yang kerap
publik. Jika suatu kebijakan telah ditetapkan, terjadi yakni kekerasaan seksual, penyiksaan,
kebijakan tersebut tidak akan berhasil dan dan perlakuan diskriminatif seperti bullying
terwujud bilamana tidak diimplementasikan. yang sering dialami oleh anak Penyandang
Suatu program kebijakan harus Disabilitas, maka dari itu peneltian ini
diimplementasikan agar mempunyai dampak memfokuskan pada poin Perlindungan dan
dan tujuan sesuai yang diinginkan. Pemberdayaan Perempuan Penyandang
Penyandang Disabilitas merupakan Disabilitas dan Anak Penyandang Disabilitas.
bagian dari warga negara Indonesia yang
memiliki kedudukan, hak, kewajiban, dan Perlindungan Perempuan dan Anak
peran yang sama dengan warga negara Penyandang Disabilitas di Kota Makassar
lainnya. Oleh karena itu, peningkatan peran Sebagai ibukota Provinsi Sulawesi
para Penyandang Disabilitas dalam Selatan, kota Makassar sebagai daerah
pembangunan nasional sangat penting untuk dengan komposisi jumlah penduduk yang
mendapat perhatian khusus dari Pemerintah beragam, menyangga persoalan sosial yang
karena negara berkewajiban dalam menjamin tidak sederhana. Perempuan yang
dan melindungi kesejahteraan hidup warga menempati setengah dari jumlah
negaranya. penduduknya memiliki masalah spesifik yang
Upaya Pemerintah kota Makassar beragam. Salah satu masalah yang menjadi
dalam memperhatikan Penyandang keperihatinan Pemerintah adalah maraknya
Disabilitas Kota Makassar telah terlihat kasus kekerasan Perempuan dan Anak. Faktor
dengan adanya Peraturan Daerah No. 6 kemiskinan, beragamnya pendidikan,
Tahun 2013 Tentang Pemenuhan Hak-Hak pergeseran nilai moral, masalah sosial
Penyandang Disabilitas di Kota Makassar. budaya, gaya hidup dan makin besarnya
Negara melalui Peraturan Daerah kota jumlah penduduk yang mempersempit
Makassar telah memberikan tanggung jawab lapangan pekerjaan, membuat Perempuan
kepada Pemerintah kota Makassar untuk dan Anak rentan terhadap permasalahan
menjamin terwujudnya hak-hak Penyandang traficking dan kekerasan lainnya.
Disabilitas agar setara dengan orang-orang Perempuan yang hidup dengan
lainnya. Hak-Hak yang dimaksudkan di dalam disabilitas, bentuk diskriminasi dan kekerasan
Peraturan Daerah tersebut ialah Hak; yang mereka alami menjadi berlapis. Artinya
Kesamaan dan Kesempatan, Aksesibiltas, diskriminasi dan kekerasan yang mereka
alami tidak hanya karena mereka adalah
91
Implementasi Kebijakan… (Muhammad Afdal Karim)

Penyandang Disabilitas, tapi juga karena Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan


identitas mereka sebagai perempuan, yang Perempuan dan Anak yang disingkat P2TP2A.
sebagian besar dari mereka hidup dengan Metode diatas menunjukkan adanya
kemiskinan. komunikasi yang baik dilakukan oleh P2TP2A
Upaya Pemerintah Kota Makassar kota Makassar dangan HWDI Sul-Sel terkait
dalam memberikan perlindungan kepada informasi dan laporan kasus penyandang
Perempuan dan Anak Penyandang Disabilitas disabilitas yang masuk. Keseriusan P2TP2A
diwujudkan melalui pembentukan Pusat kota Makassar dalam memperhatikan
Pelayanan Terpadu Pemberdayaan perempuan dan Anak Penyandang Disabilitas
Perempuan dan Anak (P2TP2A) sejak tahun terbukti dengan tergabungnya HWDI Sul-Sel
2010 dibawah Badan Perlindungan dan dalam gugus kerja P2TP2A kota Makassar,
pemberdayaan Perempuan dan Anak kota kecenderungan yang biasanya dilakukan para
Makassar. Pusat Pelayanan Terpadu pelaksana kebijakan dalam mengirimkan
Pemberdayaan Perempuan dan Anak komunikasi-komunikasi implementasi yang
(P2TP2A) adalah Pusat Pelayanan yang jelas, dilakukan dengan usaha menghindari
terintegrasi dalam upaya pemberdayaan kelompok-kelompok yang menentang dalam
perempuan di berbagai bidang masyarakat, termasuk kelompok penyandang
pembangunan, serta perlindungan disabilitas, namun dari hasil wawancara
Perempuan dan Anak dari berbagai jenis tersebut tidak menunjukkan hal yang seperti
diskriminasi dan tindak kekerasan, termasuk dikatakan oleh Edward III tersebut.
perdagangan orang yang dibentuk
Pemerintah atau berbasis masyarakat. Pusat Sumber Daya
Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Sumber-sumber menurut Edward III
Perempuan dan Anak (P2TP2A) kota terdiri dari berbagai komponen yakni staf,
Makassar mempunyai peran, sebagai pusat Informasi, wewenang dan fasilitas, ruang
pelayanan bagi Perempuan dan Anak korban lingkup sumber-sumber ini bergantung pada
kekerasan, sebagai pusat data dan informasi kemampuan implementor terkait
tentang kekerasan terhadap Perempuan dan pemahaman terhadap tujuan program,
Anak dan sebagai pusat koordinasi lintas kemampuan menyampaikan dan
sektor terkait pemberian layanan bagi mengarahkan, kemudian ketersedian dana,
Perempuan dan Anak korban kekerasan fasilitas, serta informasi-informasi yang
Sejak Oktober 2016 sampai dengan mendukung terealisasinya program.
April tahun 2017 jumlah kasus yang berhasil
dicatat dan didampingi P2TP2A kota Fasilitasi Khusus Perlindungan Perempuan
Makassar sebanyak 128 kasus dan 2 kasus dan Anak di P2TP2A kota Makassar.
diantaranya dialami oleh perempuan dan Implementasi kebijakan perlindungan
anak penyandang disabilitas yang terjadi penyandang disabilitas ini sangat bergantung
diranah domestik dan publik dengan berbagai kepada sumber-sumber yang menyokong
jenis kekerasan dengan rincian dan jenis pelaksanaan program dikarenakan, tiap
penanganan layanan psikologis bantuan kebutuhan ragam penyandang disabilitas
hukum serta penguatan ekonomi. Hal ini berbeda, seperti staf pendamping khusus dan
mendorong Pemerintah kota Makassar agar fasilitas yang diperlukan pada proses
terus berupaya untuk melindungi Perempuan pendampingan kasus korban.
dan Anak serta memenuhi hak-hak mereka Selama proses pemeriksaan dan
yang menjadi korban dengan membentuk jalannya kasus berlangsung untuk
memberikan rasa aman terhadap korban dari
intimidasi dari luar, pihak P2TP2A kota
92
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 11, Nomor 2, Juli 2018

Makassar memberikan perlindungan kepada tidak dapat dipenuhi karena keterbatasan


korban di Rumah Aman, akses dari Rumah anggaran yang di miliki oleh P2TP2A kota
Aman ini sangat dirahasiakan oleh pihak Makassar, melihat faktor dari persoalan ini
P2TP2A kota Makassar, dan informasi kadang kala suatu program kebijakan
mengenai Rumah Aman inipun tertutup dari seringkali di prakarsai oleh badan-badan
media legislatif dan pembiayaan mengenai program
Fasilitas yang mendukung juga diserahkan kepada eksekutif. Akibatnya, para
disediakan P2TP2A kota Makassar pada tahap administrator kebijakan seringkali tidak
rehabilitasi dan pemulangan korban, layanan menerima dana yang memadai untuk
rehabilitasi sosialisasi yang dilakukan P2TP2A mengalokasikan kebutuhan dalam
adalah dengan menyediakan shelter warga melaksanakan kebijakan tersebut.
untuk korban baik perempuan maupun anak.
Shelter warga ini merupakan program inovasi Disposisi
P2TP2A kota Makassar yang memudahkan Komitmen Pemerintah kota Makassar
korban untuk menjangkau dan mencegah dalam memberikan perlindungan terhadap
kasus yang dialami, tugas shelter ini Perempuan dan Anak terlihat dengan
memberikan rehabilitasi sosial juga digandengnya beberapa elemen-elemen
memberikan pelayanan psikologis untuk masyarakat seperti organisasi masyarakat,
pemulihan kepada korban, dengan harapan lembaga bantuan hukum, psikolog, kepolisian
korban bisa kembali atau pulih seperti dan ahli medis dalam memberikan pelayanan
semula. dan pendampingan korban tindak kekerasan,
hubungan kerjasama tersebut diikat kedalam
Sumber Informasi Pada Perlindungan sebuah tim gugus kerja P2TP2A kota
Perempuan dan Anak di P2TP2A kota Makassar seperti yang disampaikan oleh Ibu
Makassar Maria Un, yang juga masuk dalam tim gugus
Sulitnya mendapatkan informasi- kerja P2TP2A kota Makassar.
informasi terkait kasus yang dialami oleh komitmen para pelaksana kebijakan
penyandang disabilitas perempuan dan anak diantaranya P2TP2A kota Makassar dengan
menjadi salah satu kendala yang kerap kelompok masyarakat penyandang disabilitas
ditemui dalam proses pelaksanaan kebijakan HWDI Sulawesi Selatan memiliki komitmen
perlindungan penyandang disabilitas, hal ini erat guna memperhatikan hak perlindungan
membuat P2TP2A kota Makassar dan HWDI penyandang disabilitas perempuan dan anak
Sulawesi Selatan membangun komunikasi di kota makassar, terbukti sejak tahun 2012
yang intensif untuk merespon laporan- komunikasi intensif tersebut telah dibangun.
laporan yang mereka dapatkan, sejauh ini Dengan menggandeng elemen-
kasus-kasus terkait penyandang disabilitas elemen yang mampu menunjang kinerja
didapatkan melalui media yang P2TP2A kota Makassar tersebut diharapkan
memberitakan kasus tersebut dan ditanggapi kinerja P2TP2A kota Makassar mampu
dengan cepat oleh HWDI dan P2TP2A kota berjalan dengan optimal dengan
Makassar memperhatikan kebutuhan korban selama
pengawalan kasus-kasus korban yang masuk.
Anggaran Pelaksanaan Proses Perlindungan HWDI Sulawesi Selatan memiliki
di P2TP2A kota Makassar. konsitensi dalam memperhatikan kebutuhan
Anggaran pengoperasian pada dan kondisi psikologi korban dalam
pendampingan dan perlindungan korban mendampingi proses hukum korban, terlihat
belum maksimal dikarenakan ada beberapa melalui tahapan proses hukum dan
kebutuhan-kebutuhan khusus korban yang pendampingan korban, Setelah pra kondisi
93
Implementasi Kebijakan… (Muhammad Afdal Karim)

korban kemudian korban siap untuk melapor Hal ini bertujuan untuk
maka HWDI Sul-Sel bersama P2TP2A kota memaksimalkan pendampingan korban
Makassar juga mendampingi proses BAP, terkait kebutuhan-kebutuhan korban, dengan
pemeriksaan saksi dan saat persidangan serta membentuk tim P2TP2A kota Makassar ini
pembuatan gugatan baik di pengadilan negeri bertujuan untuk mengefektifkan dan
maupun pengadilan Agama Kota Makassar menefesiensikan koordinasi dengan badan-
dengan berkoordinasi pada pihak Hakim dan badan lain yang mempunyai keterkaitan
Jaksa Penuntut untuk mendapatkan informasi dalam proses penanganan kasus di P2TP2A
akurat seputar proses persidangan, namun kota Makassar. Tim koordinasi ini pun
sebelumnya proses penggalian informasi mampu menghindari struktur-struktur
tidak dapat dilaksanakan sebelum korban organisasi yang berbelit-belit panjang dan
sudah difasilitasi kebutuhan khususnya kompleks dalam menjalankan koordinasi.
Struktur P2TP2A kota Makassar yang di
Struktur Birokrasi desain ringkas dan fleksibel ini menghindari
Birokrasi merupakan salah satu badan “Virus Weberian” yang kaku, terlalu hirarkis
yang paling sering bahkan secara keseluruhan dan birokratis.
menjadi pelaksana kebijakan. Struktur
birokrasi menjadi penting dalam Standar Operasional Prosedur pada P2TP2A
implementasi kebijakan. Aspek struktur kota Makassar
birokrasi ini mencakup 2 hal penting, Standar Operasional Prosedur yang
pertama adalah mekanisme, dan struktur baik mencantumkan kerangka kerja yang
organisasi pelaksana itu sendiri. Mekanisme jelas, sistematis dan tidak berbelit-belit dan
implementasi biasanya sudah ditetapkan mudah dipahami oleh siapapun, sejauh ini
melalui SOP (Standar Operasional Prosedur). SOP yang diterapkan oleh P2TP2A kota
Kemudian sifat kedua dari struktur birokrasi Makassar sangat memperhatikan kebutuhan-
adalah Fragmentasi, fragmentasi mampu kebutuhan khusus penyandang disabilitas,
mempengaruhi pelaksanaa organisasi, mulai dari tahapan proses pengaduan dan
tanggung jawab bagi suatu bidang kebijakan pelaporan, pencatatan kasus dan assessment
sering tersebar diantara beberapa organisasi korban hingga pada proses pendampingan
diakibatkan oleh sifat multi dimensi dari hukum, rehabilitasi dan pemulangan korban.
banyak kebijakan. Ketersedian SOP pada setiap
mekanisme penangan kasus korban,
Efektivitas Struktur Birokrasi memudahkan para pelaksana yang ada pada
Struktur Pusat Pelayanan Terpadu P2TP2A kota Makassar dalam melakukan
Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan pendampingan korban, ada 16 Mekanisme
dan Anak kota Makassar memiliki 4 Divisi yang memiliki Standar Operasional prosedur
diantaranya Divisi Pengaduan dan Reaksi dalam memberikan perlindungan dan
Cepat, Divisi Pelayanan Kesehatan dan pendampingan pada korban.
Rujukan Konseling, Divisi Bantuan Hukum dan
Pendampingan dan Divisi Rehabilitasi Sosial, Analisis Aspek Eksternal (Lingkungan Sosial)
Pemulangan, Reintegrasi dan Pemberdayaan. Hal terakhir yang perlu diperhatikan
Struktur birokrasi yang ada pada gugus kerja guna menilai kinerja implementasi kebijakan
P2TP2A kota Makassar terdiri dari berbagai adalah sejauh mana lingkungan eksternal
pihak lintas sektoral seperti dinas-dinas di turut mendorong keberhasilan kebijakan
kota Makassar, organisasi masyarakat, publik. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik
psikolog, LSM, Kepolisian dan lembaga yang tidak kondusif dapat menjadi sumber
bantuan hukum. masalah dari kegagalan kinerja implementasi
94
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 11, Nomor 2, Juli 2018

kebijakan. Karena itu, upaya implementasi Dalam pemberdayaan Penyandang Disabilitas


kebijakan mensyaratkan kondisi lingkungan peran Pemerintah dan lembaga sosial sangat
eksternal yang kondusif. diperlukan, demikian juga dalam
Ada beberapa hal yang menjadi bahan pemberdayaan disabilitas. Pemberdayaan
perhatian terkait dengan faktor eksternal disabilitas akan lebih efektif jika dilakukan
seperti kondisi lingkungan, sosial dan oleh tenaga atau komunitas bukan oleh
ekonomi penyandang disabilitas yang individu tertentu. Pemberdayaan disabilitas
mempengaruhi proses perlindungan dititik beratkan kepada penguatan dan
penyandang disabilitas. pengembangan potensi atau daya yang
Berdasarkan data jumlah kasus dimiliki oleh disabilitas sehingga disabilitas
penyandang disabilitas yang ditangani pada dapat mengaktualisasikan dirinya didalam
tahun 2017 hanya sebanyak 2 kasus. Ada masyarakat, minimal mereka tetap eksis
indikasi yang mencul melihat angka kasus ditengah-tengah persaingan yang makin kuat.
kekersan yang minim, faktor pelaku yang Penduduk Disabilitas adalah salah
biasanya adalah anggota keluarga atau orang satu yang termiskin dari yang miskin, tanpa
terdekat dari korban, menjadi kunci pemenuhan kebutuhan dasar yang memadai,
banyaknya keluarga korban yang tidak ingin Penyandang Disabilitas tidak memiliki posisi
melaporkan kasusnya ke P2TP2A kota tawar yang memadai untuk membantu
Makassar. mereka keluar dari kemiskinannya. Jumlah
Anak penyandang disabilitas lebih Penyandang Disabilitas di kota Makassar yang
berisiko terhadap kekerasan, beberapa begitu banyak berbanding lurus dengan
penjelasan telah dicoba untuk dikemukakan: banyaknya jumlah Penyandang Disabilitas
Pertama, mengasuh anak penyandang yang tidak mempunyai pekerjaan dan hidup
disabilitas memberikan tekanan tambahan dengan bergantung pada bantuan
bagi pengasuh, sehingga meningkatkan risiko Pemerintah saja, berikut data presentase
penyalahgunaan. Kedua, sejumlah anak Penyandang Disabilitas yang bekerja dan
penyandang disabilitas masih ditempatkan di tidak bekerja.
pengasuhan rumah, yang merupakan faktor Program pemberdayaan bagi
risiko utama untuk penyalahgunaan seksual perempuan penyandang disabilitas yang
dan fisik. Terakhir, kecacatan yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial kota Makassar,
mempengaruhi komunikasi membuat ini merupakan program yang dibuat dan
beberapa anak jadi sangat rentan, karena didesain untuk penyandang disabilitas agar
mereka mungkin tidak akan bisa mampu mengoptimalkan kemampuannya
mengungkapkan tentang pengalaman yang dari segi kemandirian ekonomi dan
abusif. kapabilitas potensi-potensi untuk
peningkatan taraf kesejahteraan hidup para
Pemberdayaan Perempuan Penyandang perempuan penyandang disabilitas.
Disabilitas di kota Makassar.
Pemberdayaan yang dimaksudkan Analisis Komunikasi
selalu merujuk pada pemberdayaan Sejauh ini Dinas Sosial berupaya untuk
kelompok-kelompok rentan, dimana mengefektifkan proses komunikasi terkait
Penyandang Disabilitas menjadi salah satu Program Pemberdayaan Penyandang
kelompok yang sangat rentan dan sangat Disabilitas Wanita baik itu berupa hal-hal
perlu diberdayakan. Selanjutnya upaya yang terkait perencanaan pelaksanaan hingga
pemberdayaan tersebut diikuti dengan terlaksananya program tersebut.
memperkuat potensi atau daya yang dimiliki Dinas Sosial kota Makassar menjalin
oleh Penyandang Disabilitas itu sendiri. hubungan kemitraan yang bersifat konsultatif
95
Implementasi Kebijakan… (Muhammad Afdal Karim)

dengan Persatuan Penyandang Disabilitas keterbatasan anggaran misalnya, kemudian


Indonesia Sulawesi selatan (PPDI Sul-Sel) dan Guideline Standar Operasional Prosedur yang
Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia tidak sesuai dengan kondisi sumber daya
Sulawesi Selatan (HWDI Sul-Sel) terkait ataupun pentransmisian komunikasi akibat
kepersertaan dalam pelatihan keterampilan. staf pelaksana yang belum mampu
Hubungan komunikasi yang bersifat mengetahui maksud dari kebijakan.
konsultatif pada tahap perencanaan Berikut beberapa hal yang ditemukan
pelaksanaan biasanya berkaitan dengan dari proses penelitian berdasarkan variable
peserta yang nantinya akan mengikuti sumber daya pada tahap perencanaan
pelatihan keterampilan. Himpunan Wanita pelaksanaan program Pemberdayaan
Disabilitas Indonesia Sulawesi Selatan Penyandang Disabilitas Wanita pada Dinas
memberikan saran dan nama-nama yang Sosial kota Makassar
mampu mengikuti pelatihan keterampilan
tersebut. Data
Terlihat hubungan kooperatif terkait Data menjadi salah satu acuan
kepersertaan yang dilakukan oleh Himpunan penting dalam proses merencanakan
Wanita Disabilitas Indonesia Sulawesi Selatan program kerja, sejauh ini HWDI Sulawesi
dianggap menjadi langkah efektif dalam Selatan menganggap bahwa data yang
mengoptimalkan dan mengefektifkan upaya dimiliki pemerintah saat ini belum akurat,
Pemerintah Kota dalam melaksanakan sehingga hal tersebut berdampak pada
program pemberdayaan perempuan pelaksanaan program yang menimbulkan
penyandang disabilitas dengan ketidaksesuai program yang ditujukan
memperhatikan jenis keterampilan yang terhadap kelompok sasaran kebijakan yang
dibutuhkan dan peserta-peserta yang dianggap belum efektif.
dianggap layak untuk diikutsertakan dalam
pelatihan. Anggaran
Program-program pemberdayaan Dari total jumlah keseluruhan
yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Penyandang Disabilitas di Kota Makassar
Makassar di upayakan sesuai dengan yakni sebesar 1.715 orang hanya sekitar 70
kebutuhan Penyandang Disabilitas, sejauh ini orang yang biasanya mampu diikutkan dalam
Dinas Sosial Kota Makassar merumuskan Pelatihan Keterampilan tersebut, hal ini
program – program yang memang menjadi disebabkan oleh keterbatasan anggaran yang
kebutuhan Penyandang Disabilitas dan sesuai dimiliki oleh Dinas Sosial Kota Makassar.
dengan kemampuan Penyandang Disabilitas.
Analisis Disposisi
Analisis Sumber Daya Pelaksana program pemberdayaan di
Sumber-sumber yang menjadi pusat Dinas Sosial kota Makassar, mengutamakan
perhatian dalam melaksanakan tahap penyandang disabilitas yang mempunyai
perencanaan Program Pemberdayaan Bagi tingkat kemampuan ekonomi rendah. Hal ini
Penyandang Disabilitas ini mampu menunjukkan bahwa implementor pun di
mempengaruhi variable-variable lain dalam harapkan mampu mengambil keputusan-
mengimplementasikan suatu program atau keputusan yang dinilai baik dalam
kebijakan, seperti bagaimana sumber daya menjalankan program, jika suatu badan
mampu mempengaruhi sikap para mempunyai fleksibilitas yang rendah dalam
implementor dalam mengambil suatu misi-misinya, maka badan tersebut akan
keputusan berdasarkan interpretasi- mendapatkan hambatan-hambatan dalam
interpretasi para pelaksana karena pelaksanaan, dan hal tersebut akan

96
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 11, Nomor 2, Juli 2018

menimbulkan pandangan parokial dalam dimana organisasi-organisasi yang


suatu perangkat kerja. mempunyai prosedur yang luwes dan jelas
Komitmen implementor terhadap sasarannya akan mampu menyesuaikan
pelaksanaan program pemberdayaan tanggung jawabnya.
perempuan di Dinas Sosial kota Makassar Berdasarkan tahap perencanaan
terlihat dari keputusan-keputusan yang pelaksanaan program pemberdayaan terlihat
diambil kemudian tidak bertentangan dengan ketidakjelasan waktu pelaksanaan program.
SOP program pemberdayaan. Ketidakjelasan waktu pelaksanaan ini
Proses pelaksanaan kegiatan dipengaruhi oleh faktor lain diluar prosedur
pemberdayaan yang diawali dengan prosedur yang ada, yakni anggaran yang terlalu lama
pendataan dan pemilihan Penyandang teralokasikan.
Disabilitas yang masih potensial dilakukan
berdasarkan jenis kedisabilitasan dan Aspek Eksternal (Lingkungan Sosial)
keterampilan yang dapat diberikan kepada Kondisi lingkungan sosial, ekonomi
penyandang disabilitas. dan politik menjadi faktor yang mampu
mempengaruhi pelaksanaan kebijakan, Van
Analisis Struktur Birokrasi Meter dan Horn (1975) mengaitkan antara
Ada beberapa hal yang perlu di variabel lingkungan sosial, ekonomi dan
pertimbangkan dalam perumusan program politik terhadap kinerja kebijakan, kondisi
kerja untuk Penyandang Disabilitas. Tidak yang dialami oleh penyandang disabilitas
serta merta segala program yang dibuat oleh yang sangat bergantung pada akses
Dinas Sosial tersebut sesuai dengan lingkungan dan respon masyarakat terhadap
kebutuhan Penyandang Disabilitas tertentu, penyandang disabilitas menjadi salah satu
perbedaan kedisabilitasannya akan sejalan faktor dalam menjalankan kebijakan
dengan perbedaan kebutuhan khususnya, hal tersebut, pemerintah atau pelaksana
tersebut sesuai yang dikemukakan oleh kebijakan disini mempunyai peranan penting
Kepala Seksi Rehabilitasi Penyandang Cacat dalam menginformasikan peran masyarakat
bahwa ada 2 kategori Penyandang Disabilitas terhadap penyandang disabilitas bukan
yang ditangani oleh Dinas Sosial yakni bergantung pada simpati yang kerap labil
Penyandang Disabilitas yang dapat pada masyarakat. Persoalan stigma dan cara
diberdayakan (potensial) dan tidak dapat pandang masyarakat terhadap penyandang
diberdayakan. disabilitas menjadi hal yang pelik dalam
Pembagian tersebut tidak dijelaskan memperoleh keberhasilan dari capaian
di dalam SOP pelaksanaan Program program pemberdayaan bagi penyandang
Pemberdayaan Bagi Penyandang Disabilitas disabilitas. Stigma terburuk dialami oleh
Wanita, berbeda dengan kelompok-kelompok penyandang disabilitas eks-kusta.
sasaran pada program yang lain, penyandang Fenomena Penyandang Eks-Kusta di
disabilitas diperhadapkan pada kondisi yang Kota Makassar belakangan ini memang cukup
satu sama lainnya berbeda-beda, ada banyak mengambil perhatian Dinas Sosial, hal ini
hal dan kebutuhan yang kompleks yang perlu dikarenakan ada permasalahan yang dialami
diperhatikan, misalnya beda kebutuhan oleh Penyandang Disabilitas Eks-Kusta selain
penyandang disabilitas daksa dan netra keterbatasan fisiknya dan keterbatasan
begitupun yang lumpuh layu dan penyandang kemampuannya, stigma yang melekat kepada
yang masih mampu mengoptimalkan Penyandang Kusta mengakibatkan
kemampuannya. Penyandang kusta terkadang sulit diterima di
Aspek Standar Operasional Prosedur masyarakat, baik dalam melakukan aktifitas
menjadi bagian dari struktur organisasi sehari-hari, bekerja hingga bersosialisasi
97
Implementasi Kebijakan… (Muhammad Afdal Karim)

dengan masyarakat yang lain. Maka jalan mengawal kasus dengan memperhatikan
yang biasanya dipilih oleh Penyandang kebutuhan-kebutuhan spesifik dari korban
Disabilitas adalah menjadi pengemis di yang ditangani P2TP2A kota Makassar.
jalanan. Maka pemberian jaminan berupa
bantuan dianggap tepat oleh Pemerintah Faktor Disposisi
kota Makassar. Beberapa poin yang menjadi tolak
ukur dari hasil pembahasan diatas dalam
Faktor Komunikasi melihat tingkat komitmen dan konsistensi
Sejauh ini Dinas Sosial kota Makassar pelaksana dalam menjalankan dan
dan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan memahami maksud dan tujuan dari
Perempuan dan Perlindungan Anak (P2TP2A) kebijakan. Pertama, langkah yang diambil
kota Makassar menjalin hubungan oleh para pelaksana program Pemberdayaan
komunikasi dengan baik dengan organisasi Bagi Penyandang Disabilitas Wanita di Dinas
Penyandang Disabilitas. Komunikasi tersebut Sosial dengan mengganti peserta pelatihan
diwujudkan melalui hubungan kooperatif dan setiap kali pelatihan di adakan hal tersebut
konsultatif antar 2 (dua) elemen tersebut, diharapkan agar potensi-potensi penyandang
komunikasi yang baik akan menghasilkan disabilitas yang lain dapat disamaratakan dan
kejelasan-kejelasan seputar program dan hal ini berkaitan sikap demokratis dan adil
upaya Pemerintah dalam melaksanakan yang dimiliki oleh para pelaksana, kedua,
kebijakan daerah tentang Penyandang target pelaksanaan program kerja
Disabilitas di kota Makassar. pemberdayaan memiliki jumlah presentase
besar dibandingkan dengan program-
Faktor Sumber Daya (Staf Pelaksana) program khusus penyandang disabilitas di
Staf pelaksana yang ada di Dinas Dinas Sosial kota Makassar, hal ini menjadi
Sosial kota Makassar dan Pusat Pelayanan tolak ukur perhatian lebih yang diberikan
Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Dinas Sosial kepada perempuan penyandang
Anak kota Makassar berjalan sesuai dengan disabilitas dan ketiga, pembagian
porsi-porsi kerjanya. Pada Dinas Sosial penyandang disabilitas potensial untuk
adanya tim pelaksanaan program yang mengikuti pelatihan keterampilan
membagi tugas dalam setiap tahapan berdasarkan beberapa pertimbangan menjadi
didalam program menjadi salah satu bentuk poin penting dalam mengefektifkan jalannya
pembagian tugas yang optimal dan efektif, program.
kemudian adanya tim Reaksi Cepat Tanggap Komitmen Pemerintah kota Makassar
pada kedua instansi Dinas Sosial dan P2TP2A dalam mewujudkan hak perlindungan
kota Makassar sekiranya menjadi salah satu perempuan penyandang disabilitas, dilakukan
keseriusan Pemerintah Kota dalam merespon melalui peran P2TP2A kota Makassar dalam
informasi-informasi terkait Penyandang merespon setiap kasus yang dialami oleh
Disabilitas. perempuan dan anak penyandang disabilitas.
Adanya hubungan kooperatif yang Komitmen tersebut terlihat dari kepatuhan
dibangun P2TP2A kota Makassar dengan para pelaksana dalam menjalan segala
elemen-elemen lain seperti kepolisian, prosedur dalam memberikan perlindungan
dokter, psikologi dan beberapa LSM seperti terhadap korban dengan memperhatikan
LBH, HWDI Sul-Sel, Pemerhati perempuan kebutuhan khusus penyandang disabilitas.
untuk tergabung dalam tim penanganan
korban menjadi wujud nyata bekerjanya Faktor Struktur Birokrasi (Fragmentasi)
struktur birokrasi yang dianggap cukup Faktor fragmentasi menjadi
maksimal dalam memberikan perhatian dan permasalahan dalam pelaksanaan kebijakan
98
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 11, Nomor 2, Juli 2018

ini disebabkan oleh pemerintah secara persoalan disabilitas hanya diurus oleh Dinas
keseluruhan, Satuan Perangkat Kerja Daerah Sosial saja. Persoalan disabilitas merupakan
di kota Makassar belum mampu persoalan yang multisektor dan
mengintegrasikan kebutuhan-kebutuhan membutuhkan kordinasi lintas instansi untuk
penyandang disabilitas ke dalam ruang menyelesaikannya.
lingkup kerja mereka, jika mendengar istilah
disabilitas maka yang dikaitkan adalah Dinas Faktor Struktur Birokrasi (Standar
Sosial saja, padahal jika berbicara tentang Operasional Prosedur)
penyandang disabilitas maka yang harus Ketidakjelasan Standar Operasional
terkait adalah peran serta masyarakat di Prosedur terkait waktu pelaksanaan program
segala sektor penghidupan. Pemberdayaan Bagi Perempuan Penyandang
Ada berbagai macam peraturan serta Disabilitas Wanita mengakibatkan program
kebijakan yang memayungi hak-hak tidak berjalan dengan efesien, hal ini
penyandang disabilitas, namun hasilnya akan dipengaruhi oleh ketetapan terkait alokasi
tidak optimal apabila tidak disertai dengan anggaran program yang belum dapat
dukungan dari seluruh Satuan Perangkat diprediksi dengan jelas.
Kerja Daerah kota Makassar.
Beberapa SKPD di kota makassar Faktor Sumber Daya (Anggaran)
belum mampu memposisikan kebutuhan Sumber daya di sini berkaitan dengan
penyandang disabilitas tersebut disetiap segala sumber yang dapat digunakan untuk
porsi-porsi kerja mereka, pembahasan mendukung keberhasilan implementasi
tentang kebutuhan penyandang disabilitas kebijakan. Sumber daya ini mencakup
belum mampu menjadi salah satu arus beberapa bagian yakni sumber daya manusia
utama, padahal jumlah penyandang dan sumber daya non manusia. Sumber daya
disabilitas di kota Makassar terbilang cukup yang menjadi penghambat dalam
besar, belum lagi keterbatasan yang dimiliki implementasi kebijakan pemenuhan hak-hak
oleh penyandang disabilitas yang memang penyandang disabilitas di kota Makassar,
dianggap perlu menjadi perhatian khusus yang peneliti temukan yakni sumber daya
oleh pemerintah. (anggaran) dan data yang akurat tentang
Sikap pemerintah terhadap disabilitas keberadaan penyandang disabilitas di kota
pun masih mendua. Di satu sisi diakui adanya Makassar.
kesamaan hak antara disabilitas dan non Anggaran yang minim dan tidak sesuai
disabilitas namun di sisi lain masih dengan porsi kebutuhan akan mampu
menempatkan disabilitas sebagai bagian dari menghambat bahkan membuat jalannya
PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan kebijakan tersebut berjalan tidak efektif,
Sosial). Difabilitas masih dianggap sebagai salah satu dampak yang penulis temukan
masalah kesejahteraan belaka sehingga isu- yakni proses pelaksanaan program yang
isu disabilitas masih menjadi porsi dinas berjalan dengan lama dan pemerataan proses
sosial saja. Padahal secara tegas dan jelas pelaksanaan yang terhambat.
disebutkan dalam undang-undang yang ada
Aspek Eksternal (Kondisi Lingkungan Sosial)
bahwa masalah disabilitas bukan hanya
Saat ini penyandang disabilitas
masalah disabilitas dan kesejahteraan tetapi
menghadapi persoalan pelik yang sejauh ini
disabilitas juga membutuhkan pendidikan,
dianggap indikator penting terhambatnya
pekerjaan, kesehatan, kehidupan sosial, dan
pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas,
juga kemandirian. Semua kebutuhan
hal tersebut salah satunya adalah proses
disabilitas tidak akan pernah bisa selesai jika
stigmasisasi yang berkembang di masyarakat,

99
Implementasi Kebijakan… (Muhammad Afdal Karim)

berdasarkan temuan peneliti dilapangan kecil kemungkinan untuk mendapatkan


beberapa orang masih menganggap pendidikan, mendapatkan pelatihan kerja
penyandang disabilitas sebagai salah satu atau mendapatkan pekerjaan dibandingkan
masalah sosial tanpa memperhatikan dengan anak laki-laki dengan disabilitas atau
potensi-potensi yang dimiliki oleh anak perempuan tanpa disabilitas.
penyandang disabilitas tersebut, kemudian Anak-anak penyandang disabilitas
banyak masyarakat yang belum memahami seringkali dianggap rendah, dan ini
bahwa penyandang disabilitas tersebut menyebabkan mereka menjadi lebih rentan.
adalah bagian dari keragaman dan Diskriminasi karena disabilitas berujung pada
keberagaman masyarakat. Stigmasisasi yang marginalisasi dari sumber daya dan
lahir kemudian berdampak pada kurang pembuatan keputusan, dan bahkan pada
diperhatikannya kemampuan penyandang kematian anak. Pengucilan seringkali muncul
disabilitas, yang berujung pada menjamurnya dari invisibilitas. Tidak banyak negara yang
penyandang disabilitas yang memiliki informasi yang bisa diandalkan
menggantungkan hidupnya di jalanan, tanpa tentang berapa banyak warganya yang
perhatian pemerintah penyandang disabilitas merupakan anak-anak penyandang
hanya akan menambah daftar panjang disabilitas, disabilitas macam apa yang
persoalan kesejahteraan masyarakat. mereka alami atau bagaimana disabilitas ini
Istilah penyandang cacat dulu mempengaruhi kehidupan mereka. Dengan
disematkan bagi orang-orang yang demikian, anak-anak yang dikucilkan tidak
mempunyai perbedaan dan kelainan fisik, tahu dan oleh sebab itu terputus dari
cacat selalu di identikkan dengan barang dan pelayanan publik yang sebenarnya mereka
sesuatu yang tidak sempurna, namun secara berhak untuk mendapatkannya. Pembatasan
lahiriah penyandang disabilitas adalah bukan ini bisa memiliki efek yang panjang – yang
persoalan yang menjadi kehendak person membatasi akses mereka ada pekerjaan atau
tersebut, akibat dari stigma negatif tersebut, partisipasi mereka dalam masalah-masalah
penyandang disabilitas mendapatkan kemasyarakatan di kemudian hari.
penilaian dan penerunan derajat dan
kesetaraan hak nya dalam berkehidupan. KESIMPULAN
Terlebih lagi stigma tersebut telah tereduksi
menjadi sebuah “aib” anggota keluarga Upaya pemerintah dalam
penyandang disabilitas tersebut. Mempunyai memberdayakan perempuan penyandang
keluarga seorang penyandang disabilitas disabilitas di wujudkan melalui Program
dianggap hal yang memalukan bagi keluarga Pemberdayaan Wanita Penyandang
dan karena hal tersebut, banyak penyandang Disabilitas berupa pelatihan keterampilan
disabilitas di pisahkan dari lingkungannya dan seperti pelatihan menjahit, membuat kue,
mempertambah parah kondisi dari membuat bros dan pemberian bantuan
penyandang disabilitas tersebut. modal usaha berupa paket yang sesuai
Anak-anak penyandang disabilitas dengan jenis pelatihan yang di ikuti. Program
menghadapi berbagai bentuk pengucilan dan ini ditujukan untuk penyandang Disabilitas
itu mempengaruhi mereka dalam berbagai yang masih potensial dan masih mampu
tingkatan tergantung dari jenis disabilitas untuk diberdayakan.
yang mereka alami, di mana mereka tinggal Implementasi Kebijakan Pemenuhan
dan budaya serta kelas sosial mereka. Gender hak dalam Perlindungan Penyandang
juga merupakan sebuah faktor penting. Anak- Disabilitas Perempuan dan Anak di kota
anak perempuan penyandang disabilitas juga Makassar. Upaya pemerintah dalam

100
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 11, Nomor 2, Juli 2018

memberikan perlindungan kepada Sosial kota Makassar dan P2TP2A kota


penyandang disabilitas melalui pembentukan Makassar, komitmen penuh yang diberikan
Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan dan terhadap pemenuhan hak perlindungan dan
pemberdayaan Perempuan dan Anak kota pemberdayaan perempuan penyandang
Makassar (P2TP2A kota Makassar), P2TP2A disabilitas di kota Makassar
kota Makassar, bekerja memberikan Faktor Penghambat, ada beberapa
perlindungan kepada penyandang disabilitas catatan penting yang menjadi faktor
yang menjadi korban tindak kekerasan, penghambat proses pelaksanaan kebijakan
melalui P2TP2A kota Makassar pelayanan dan ini, diantaranya. Faktor sumber daya
pendampingan dalam mengawal korban (Anggaran). Anggaran yang terabatas menjadi
kekerasan penyandang disabilitas bekerja hambatan dalam memberikan pemberdayaan
sama dan bermitra dengan Himpunan Wanita yang sesuai dan tepat untuk penyandang
Disabilitas Indonesia Sulawesi Selatan dalam disabilitas, faktor pengahambat terakhir
memberikan kebutuhan-kebutuhan khusus adalah data yang valid yang tidak dimiliki oleh
penyandang disabilitas seperti interpreter pemerintah kota dan mengakibatkan ada
dan psikolog melalui koordinasi dengan beberapa penyandang disabilitas yang tidak
P2TP2A kota Makassar. tersentuh oleh kebijakan tersebut.
Faktor Pendukung dan Penghambat Faktor Struktur Birokrasi, faktor yang
Implementasi Kebijakan Pemenuhan hak dimaksud adalah Standar Operasional
Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan Prosedur dan Fragmentasi birokrasi,
dan Anak Penyandang Disabilitas di kota Penentuan waktu pelaksanaan dalam
Makassar. Faktor Pendukung, faktor prosedur pelaksanaan program berdampak
pendukung implementasi kebijakan ini adalah pada ketidak efisienan pelaksanaan program
faktor komunikasi. pemberdayaan, kemudian dukungan
Komunikasi yang berjalan antara terhadap program pemenuhan hak
struktur Dinas Sosial kota Makassar dan perlindungan dan pemberdayaan belum
P2TP2A kota Makassar dengang HWDI sepenuhnya diberikan oleh Pemerintah kota
Sulawesi Selatan berjalan cukup baik, hal Makassar dengan melihat keterkaitan Satuan
tersebut terbukti dengan adanya rapat Perangkat Kerja Daerah lain terhadap proses
koordisi yang selalu diibangun oleh pihak pengimplementasian kebijakan untuk setiap
P2TP2A kota Makassar dalam menangani sektor penghidupan.
kasus-kasus yang masuk di P2TP2A kota Kondisi Lingkungan Sosial dan
Makassar, begitupun sebaliknya, Dinas Sosial Ekonomi. Hal ini meliputi stigma masyarakat
kota Makassar kerap berkonsultasi dengan dalam melihat perempuan penyandang
HWDI Sulawesi Selatan terkait kebutuhan- disabilitas yang mendiskreditkan keberadaan
kebutuhan dan saran-saran untuk jenis penyandang disabilitas, kemudian tingkat
pelatihan yang akan dilaksanakan. Kemudian pengetahuan masyrakata yang masih minim
faktor berikutnya adalah dalam memberikan perlakuan khusus
Faktor Sumber Daya (Staf Pelaksana), terhadap penyandang disabilitas.
struktur birokrasi yang ada pada kedua
struktur tersebut berjalan cukup baik sesuai
dengan porsi-porsi kerja yang ditugaskan
masing-masing.
Faktor Disposisi, faktor ini terkait
dengan tingkat kepatuhan para pelaksana
terhadap kebijakan yang ada pada Dinas

101
Implementasi Kebijakan… (Muhammad Afdal Karim)

DAFTAR PUSTAKA Juliartha, Edward. (2009). Model


Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: Trio
Arinanto, Satya, (2008). Hak Asasi Manusia Rimba Persada
dan Transisi Politik di Indonesia, Jakarta:
Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas
Hukum Universitas Indonesia.

Maria, Farida, (2007). Ilmu Perundang-


Undangan: Jenis, Fungsi dan Materi Muatan,
Yogyakarta: Kanisius.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur


Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.

Wahab, Solichin Abdul, (2002). Analisis


Kebijaksanaan dari Formulasi ke
Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta:
Sinar Grafika.

Parsons, Wayne. (2005). Public Policy:


Pengantar Teori dan Praktik Analisis
Kebijakan. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada
Media Grup.

Ali, Faried, Samsu Alam dan Sastro M.Wantu.


(2012). Studi Analisa Kebijakan. Refika
Aditama: Bandung.

Winarno, Budi. (2002). Teori dan Proses


kebijakan Publik. Yogyakarta: Media
Pressindo.

Tangkilisan, Hesel Nogi. (2003). Implementasi


Kebijakan Publik: Transformasi Pikiran

Dunn, William N. (1998). Analisa Kebijakan


Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Subarsono, AG. (2005). Analisis Kebijakan


Publik; Konsep, Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

102

You might also like