Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

ISOLASI BAKTERI PENGHASIL SELULOSA DARI TANAH

GAMBUT RIAU, BUAH JERUK DAN BUAH ANGGUR: APLIKASI


DALAM INDUSTRI SERAT TEKSTIL

Asido Silitonga1), Delita Zul2)

1)
Mahasiswa Program S1 Biologi
2)
Bidang Mikrobiologi Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Kampus Bina Widya Pekanbaru, 28293, Indonesia
asidosilitonga05@gmail.com

ABSTRACT

Efforts to obtain plant cellulose require energy and can damage the environment,
so an alternative source of cellulose that can be renewed with a more efficient result is
bacterial cellulose. For this reason, this study aims to obtain bacterial isolates that have the
potential to produce cellulose pellicles which can be applied in the textile fiber industry.
The sample was grown on hestrin-schramm medium and incubated. The cellulose mat
formed was then gradually diluted and inoculated into the glucose ethanol and yeast extract
medium. The isolates that produced the clear zone were then purified on glucose ethanol
and yeast extract medium to measure the Z/K ratio. Then the production is carried out using
a modified production medium with the addition of coconut water. The cellulose pellicle
formed was then purified and the dry weight and moisture content were calculated. At the
time of isolation, only grape and orange samples could produce cellulose mats, while peat
soil samples were unable to form cellulose mats and cellulose pellicles. At the time of
selection, 8 isolates were obtained from grapes and 5 isolates from citrus fruits that
produced clear zones. However, at the time of production, only A8 isolates from grapes
were able to produce cellulose pellicles. The resulting cellulose pellicle is thick, dense and
white in color.

Keywords : Hestrin-schramm medium, glucose ethanol and yeast extract medium,


cellulose pellicle, cellulose, clear zone

1
ABSTRAK

Upaya untuk memperoleh selulosa tanaman sangat membutuhkan energi dan dapat
merusak lingkungan, sehingga diperlukan alternatif sumber selulosa yang dapat
diperbaharui dengan hasil yang lebih efisien yaitu selulosa bakteri. Untuk itu penelitian ini
bertujuan mendapatkan isolat bakteri yang berpotensi dalam menghasilkan pelikel selulosa
yang dapat diapikasikan di bidang industri serat tekstil. Metode yang digunakan adalah
sampel ditumbuhkan pada medium hestrin-schramm dan diinkubasi. Tikar selulosa yang
terbentuk kemudian dilakukan pengenceran bertahap dan diinokulasi ke dalam medium
glucose ethanol dan yeast extract. Isolat yang menghasilkan zona bening kemudian
dimurnikan pada medium glucose ethanol dan yeast extract untuk diukur rasio Z/K.
Kemudian dilakukan produksi menggunakan medium produksi yang dimodifikasi dengan
penambahan air kelapa. Pelikel selulosa yang terbentuk kemudian dipurifikasi dan dihitung
berat kering serta kadar airnya. Pada saat isolasi hanya sampel anggur dan jeruk yang dapat
menghasilkan tikar selulosa sedangkan sampel tanah gambut tidak dapat membentuk tikar
selulosa dan pelikel selulosa. Pada saat seleksi dari buah anggur didapatkan 8 isolat dan
dari buah jeruk 5 isolat yang menghasilkan zona bening. Namun pada saat produksi hanya
isolat A8 yang berasal dari buah anggur yang mampu menghasilkan pelikel selulosa.
Pelikel selulosa yang dihasilkan tebal, padat dan bewarna putih.
Keywords : Medium hestrin-schramm, medium glucose ethanol dan yeast extract, pelikel
selulosa, selulosa, zona bening

2
PENDAHULUAN
Selulosa merupakan salah satu yaitu bakteri (Jahan et al. 2012). Selulosa
polimer yang tersedia melimpah di alam yang dihasilkan oleh bakteri disebut
(Kontturi 2005). Sejauh ini telah sebagai bacterial cellulose (BC) atau
dihasilkan sekitar 100 milyar ton selulosa selulosa baktreri. Selulosa bakteri
per tahun yang diekstrak dari tanaman merupakan polimer ekstraseluler yang
(Fessenden dan Fessenden 1982). Salah dieksresikan oleh bakteri ke luar sel
satu aplikasi kegunaan selulosa adalah ketika ditumbuhkan pada media yang
bidang industri serat tekstil. Serat tekstil mengandung glukosa. Menurut Singh et
merupakan serat yang digunakan untuk al. (2017) beberapa bakteri yang dapat
pembuatan benang, tali dan kain. Untuk menghasilkan selulosa adalah spesies dari
memenuhi kebutuhan serat tekstil, bakteri gram negatif yaitu Pseudomonas,
perusahaaan-perusahaan tekstil Indonesia Salmonella, Agrobacterium, Azotobacter,
memperoleh bahan baku selulosa dengan Rhizobium, Sarcina, Gluconacetobacter
cara mengekstrak selulosa dari tanaman. (Aydin dan Nuran 2009),
Hal ini menyebabkan deplesi dalam Komagateibacter hansenii (Lima et al.
sumber daya hutan yang menimbulkan 2017) dan Gluconacetobacter xylinus
banyak masalah lingkungan. (Singh et al. 2017).
Oleh karena itu, sangat penting Menurut Neera et al. (2014) ada
untuk mencari alternatif lain pengganti enam isolat bakteri penghasil selulosa
selulosa dari tanaman. Salah satu yang berhasil diisolasi dari buah-buahan
pendekatan untuk mengurangi produksi (apel, pisang, mangga, jeruk dan
selulosa dari tanaman adalah produksi semangka) dan teh kombucha (minuman
selulosa menggunakan sistem mikroba fermentasi). Jahan et al. (2012) berhasil
mengisolasi 10 isolat penghasil selulosa dan yang terutama untuk industri serat
dari buah-buahan dan satu isolat tekstil. Kriteria selulosa untuk aplikasi
diantaranya yaitu isolat F6 asal buah apel pada industri serat tekstil harus memiliki
mampu menghasilkan selulosa dalam panjang serat dan kekuatan tarik yang
jumlah banyak. Penelitian Singh et al. tinggi (Novarini dan Mochammad 2015).
(2017) berhasil mengisolasi 34 isolat dari Berdasarkan kriteria tersebut, selulosa
anggur busuk dan salah satu isolat bakteri memiliki keunggulan yang sesuai
Gluconacetobacter xylinus berpotensi yaitu tingkat kemurnian yang tinggi,
menghasilkan selulosa dalam jumlah kristalinitas yang tinggi, sifat mekanik
melimpah. yang sangat baik dan kapasitas menahan
Selulosa untuk diaplikasikan ke air yang tinggi, kekuatan tarik tinggi,
dunia industri harus memiliki kriteria mudah terurai, nontoksik dan
tertentu, baik di bidang industri pulp dan nonalergenik (Suryanto 2017).
kertas, insulator panas bangunan, mesin

3
METODE PENELITIAN tahun) dan yang paling tua (15 tahun),
tanah gambut yang ditanami karet
Waktu dan Tempat
berumur 5-6 tahun dan tanah gambut
Penelitian dilakukan pada bulan
yang ditanami buah-buahan (rambutan,
Oktober 2019 sampai dengan Agustus
nenas, jambu, mangga, dan lain-lain).
2020 di Laboratorium Mikrobiologi
Tanah gambut diambil dengan cara
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan
menentukan tempat yang sesuai,
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
kemudian diambil dari 5 titik yang
Riau.
berbeda secukupnya dan dikompositkan
Alat dan Bahan dan dilakukan hingga 3 kali ulangan.
Alat-alat yang digunakan dalam Sampel tanah gambut yang sudah diambil
penelitian ini adalah timbangan analitik, dibawa ke laboratorium. Sampel buah
tabung reaksi (Pyrex), autoklaf (Model jeruk dan anggur diambil dari pedagang
25X-2), mikropipet, blue tip atau yellow yang berjualan di sekitar Jl. Tuanku
tip, cawan petri, jarum ose, beaker glass, Tambusai. Berdasarkan informasi dari
microwave (Samsung), rak tabung reaksi, pedagang buah jeruk diambil dari kebun
oven sterilisasi (Cosmos), lampu spiritus, jeruk yang ada di Taluk Kuantan dan
hot plate magnetic stirrer, jangka sorong, buah anggur dikirim dari Aceh.
sprayer, dryglasky, erlenmeyer dan vortex
Pembuatan Garam Fisiologis
(Fision; Whirli Mixer), shaker inkubator,
Sebanyak 0,85 g NaCl dilarutkan
botol selai, pH meter, oven inkubator dan
dalam 100 ml akuades, sehingga
soil tester.
menghasilkan larutan garam fisiologis
Bahan-bahan yang digunakan
0,85% dan disterilisasi menggunakan
dalam penelitian ini adalah tali plastik,
autoklaf dengan suhu 121oC, tekanan 15
plastik sampel zip lock, alumunium foil,
psi dan waktu 15-20 menit.
NaCl 0,85%, spiritus, akuades, larutan
NaOH, larutan HCl, alkohol 70%, Pembuatan Medium
spiritus, glukosa, ekstrak yeast, etanol
absolut, CaCO3, agar bacto, pepton, Medium Hestrin-Schramm (HS)
Na2HPO4, asam sitrat monohidrat, air Medium HS dengan komposisi
kelapa muda, asam asetat, buah jeruk sebanyak 5 gr pepton, 5 gr ekstrak yeast,
Taluk Kuantan, buah anggur Aceh dan 2,7 gr Na2HPO4, 2 gr asam sitrat
tanah gambut Riau. monohidrat, 20 gr glukosa, 2 gr asam
asetat dan 50 ml etanol dilarutkan ke
Pengambilan Sampel Tanah Gambut, dalam 1000 ml Aquades menggunakan
Buah Jeruk dan Buah Anggur erlenmeyer dengan pH medium 6,5 dan
Sampel tanah gambut disampling dipanaskan menggunakan microwave
dari Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit serta disterilisasi menggunakan autoklaf
Batu, Provinsi Riau. Sampel tanah dengan suhu 121oC, tekanan 15 psi dan
gambut diambil di dari 4 lokasi yang waktu 15-20 menit (Singh et al. 2017).
berbeda, yaitu: sampel tanah gambut yang
ditanami kelapa sawit terdiri dari 2 jenis
kelapa sawit yaitu berumur tua (9-10

4
Medium Glucose Ethanol and Yeast adalah 36, buah jeruk 9 dan buah anggur
Extract (GEY) 9.
Medium GEY dengan komposisi
sebanyak 50 ml etanol, 3 gr CaCO3, 20 gr Seleksi Bakteri Penghasil Selulosa
glukosa, 10 gr ekstrak yeast dan 20 gr Biang atau tikar selulosa yang
agar dilarutkan ke dalam 1000 ml terbentuk pada medium HS diencerkan
akuades menggunakan erlenmeyer hingga pengenceran 10 -4 menggunakan
dengan pH medium 6,5 dan dipanaskan garam fisiologis. Sebanyak 0,1 ml dari
menggunakan microwave dan disterilisasi pengenceran 10-4 diinokulasikan pada
menggunakan autoklaf dengan suhu medium GEY agar secara spread plate.
121oC, tekanan 15 psi dan waktu 15-20 Selanjutnya, diinkubasi pada suhu
menit (Singh et al. 2017). ruangan selama 48 jam pada suhu ruang.
Isolat bakteri yang positif menghasilkan
Medium Produksi (Hestrin-Schramm + selulosa ditandai dengan terbentuknya
Air Kelapa Muda) zona bening disekitar koloni. Isolat yang
Medium HS dengan komposisi menghasilkan zona bening kemudian
500 ml ditambah dengan air kelapa muda dimurnikan dengan cara masing-masing
sebanyak 500 ml, sehingga perbandingan ditumbuhkan pada media GEY dengan
medium produksi adalah 1:1. Selanjutnya cara ditotol dan diinkubasi selama 48 jam.
dimasukkan secara merata ke dalam botol Zona bening yang terbentuk diamati dan
selai sebanyak 100 ml dan disterilisasi diukur diameternya menggunakan jangka
menggunakan autoklaf dengan suhu sorong (Singh et al. 2017). Semua isolat
121oC, tekanan 15 psi dan waktu 15-20 yang menghasilkan zona bening
menit. disubkultur pada media GEY miring.
Rumus untuk meghitung rasio diameter
Isolasi Bakteri Penghasil Selulosa zona bening dengan diameter koloni
adalah:
Tanah gambut ditimbang
sebanyak 1 gr menggunakan alumunium Rasio =
𝑍
=
𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑧𝑜𝑛𝑎 𝑏𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔 (𝑐𝑚)

foil pada timbangan analitik. Selanjutnya 𝐾 𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 (𝑐𝑚)

bagian dalam buah jeruk dan buah anggur Keterangan:


diambil menggunakan skalpel steril. Z= Diameter zona bening
Tanah, buah jeruk dan buah anggur yang K= Diameter koloni
sudah ditimbang dan diambil masing-
masing diinokulasi ke dalam 100 ml Produksi dan Purifikasi Selulosa dari
medium HS cair yang ada di botol selai Isolat Terpilih
dengan tiga kali ulangan dan diinkubasi
selama 5-7 hari pada suhu ruang dalam Pembuatan Starter
kondisi statis hingga biang atau tikar Isolat bakteri yang sudah
pelikel selulosa terbentuk (Singh et al. disubkultur diambil menggunakan jarum
2017). Semua sampel dilakukan uji ose bulat, 1 ose bakteri diinokulasi pada
isolasi dengan tiga kali ulangan. Total tabung reaksi yang berisi 3 ml medium
sampel yang diuji dari tanah gambut HS dan diinkubasi dalam shaker

5
inkubator pada suhu 28oC selama 18 jam menghitung jumlah produksi selulosa
dengan kecepatan 150 rpm. menggunakan rumus:
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 (𝑔𝑟)
Produksi Selulosa = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑚𝑙)
Produksi Selulosa
Sebanyak 2 ml (2%) starter
diinokulasi kedalam medium produksi. Analisis Data
Kultur produksi diinkubasi selama 5-7 Data hasil isolasi, seleksi dan
hari pada suhu ruang secara statis. penentuan berat kering dan kadar air
Produksi selulosa ditandai dengan pelikel selulosa dianalisis secara
terbentuknya pelikel pada permukaan atas deskriptif.
medium. Perlakuan diulang sebanyak 3 HASIL DAN PEMBAHASAN
kali (Singh et al. 2017).
Isolasi Bakteri Penghasil Selulosa pada
Purifikasi Selulosa Medium HS
Pelikel selulosa yang terbentuk Hasil isolasi pada lima puluh
dari masing-masing sumber isolat empat sampel menunjukkan tidak semua
kemudian dicuci menggunakan etanol dan sampel yang diuji berhasil membentuk
akuades, lalu dipanaskan di atas hot plate pelikel selulosa, tetapi berbentuk tikar
magnetic stirrer selama 40 menit dengan selulosa yang berada di atas permukaan
akuades untuk menghilangkan residu gula medium. Semua sampel buah anggur dan
dan dicuci kembali menggunakan larutan jeruk berhasil membentuk tikar selulosa
NaOH selama 20 menit. Kemudian dan semua sampel tanah gambut tidak
dinetralkan kembali dengan akuades. berhasil membentuk tikar selulosa. Hasil
Penentuan Kadar Air Pelikel Selulosa isolasi berupa tikar selulosa yang
Pelikel selulosa yang sudah murni terbentuk dinyatakan sebagai kandidat
kemudian diukur berat basahnya bakteri selulosa dan dilakukan uji seleksi.
menggunakan timbangan analitik. Sampel tanah gambut tidak dapat
Kemudian pelikel dikeringkan menghasilkan tikar selulosa disebabkan
menggunakan oven inkubator dengan tidak terdapat isolat bakteri yang
suhu 1050C hingga berat pelikel konstan berpotensi menghasilkan pelikel selulosa,
(Widiyaningrum et al. 2017). Untuk sedangkan sampel buah anggur dan jeruk
menghitung kadar air pelikel selulosa menghasilkan tikar selulosa karena
menggunakan rumus: terdapat isolat yang diduga berpotensi
menghasilkan pelikel selulosa sehingga
Kadar air (%) =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ (𝑔𝑟)−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 (𝑔𝑟)
x 100% dilakukan uji seleksi. Tikar selulosa
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ (𝑔𝑟)
adalah lembaran tipis yang gagal
membentuk pelikel selulosa yang berada
Penentuan Produksi Selulosa di atas permukaan medium.
Pelikel selulosa yang didapat Tikar selulosa terbentuk karena
kemudian dilakukan penentuan produksi adanya proses fermentasi yang dihasilkan
selulosa (Awang et al. 2018). Untuk oleh bakteri penghasil selulosa, sub unit
selulosa akan berikatan dengan sub unit
selulosa lain untuk membentuk tikar

6
selulosa. Tikar selulosa tersebut akan membentuk serat-serat selulosa (Sanjaya
terapung di permukaan medium agar 2001).
oksigen dapat berdifusi ke dalam
medium. Tujuan pembentukan tikar Seleksi Bakteri Penghasil Selulosa pada
selulosa ini adalah melindungi bakteri Medium GEY
dari sinar ultraviolet, predator dan Pada tahap seleksi didapatkan
kompetitor (Iguchi et al. 2000). koloni bakteri yang menghasilkan zona
Proses pembentukan selulosa bening di sekeliling koloni. Pada tahap
bakteri diawali dengan ±10.000 monomer seleksi awal, sebanyak delapan isolat
glukosa yang diikat dengan ikatan yang diisolasi dari buah anggur dan lima
glukosida β-1,4. Setiap monomer glukosa isolat yang diisolasi dari buah jeruk
memiliki tiga gugus hidroksi (-OH). berhasil membentuk zona bening. Tiga
Sebanyak 36 molekul selulosa terikat belas isolat yang menghasilkan zona
bersama-sama oleh ikatan hidrogen bening tersebut, kemudian disubkultur
membentuk seberkas fibril elementer. ulang ke medium GEY untuk diukur zona
Fibril elementer bergabung membentuk bening yang terbentuk. Tabel 1
mikrofibril, kemudian mikrofibril menyajikan rasio Z/K dari masing-masing
bergabung membentuk fibril dan akhirnya isolat.

Tabel 1. Rasio Z/K 13 isolat yang berhasil diseleksi


Isolat Rasio Z/K
A1 2,56
A2 6
A3 4,1
A4 4,31
A5 2,03
A6 2,83
A7 2,38
A8 2,11
JTK 1 3,8
JTK2 5,92
JTK3 5,63
JTK4 6,99
JTK 5 5,33
Keterangan: A (Anggur), JTK (Jeruk Taluk Kuantan)

Rasio Z/K tertinggi yang bening yang berbeda-beda. Zona bening


dihasilkan isolat yang berasal dari buah terbentuk akibat dari proses pemecahan
anggur adalah 6, sedangkan yang terkecil molekul glukosa yang telah dilakukan
adalah 2,03. Sedangkan untuk isolat yang oleh bakteri akibat dari proses
berasal dari buah jeruk, rasio Z/K terbesar metabolisme sel bakteri secara
adalah 6,99 dan yang terkecil adalah 3,8. ekstraseluler. Adanya perbedaan ukuran
Zona bening yang dihasilkan bakteri yang zona bening yang berbeda-beda yang
berhasil diisolasi memiliki ukuran zona dihasilkan oleh masing-masing isolat

7
menunjukkan adanya keberagaman tiga isolat yang menghasilkan zona
spesies bakteri yang telah diisolasi. Zona bening terbesar kemudian dilakukan uji
bening yang terbentuk berkorelasi positif produksi pelikel selulosa. Gambar 1
dengan kemampuan isolat dalam menunjukan zona bening yang terbentuk
memproduksi suatu senyawa. Untuk itu dari isolat anggur dan jeruk.

a b

Zona bening

Koloni

Gambar 1. Rasio Z/K tertinggi: (a) isolat A3, (b) isolat JTK 5

Produksi Selulosa Bakteri Secara Statis pelikel selulosa seperti yang disajikan
Menggunakan Medium Produksi pada Gambar 2 dan isolat lainnya hanya
Hasil produksi menunjukkan membentuk tikar selulosa.
hanya isolat A8 yang berhasil membentuk

Pelikel selulosa

Gambar 2. Pelikel selulosa isolat A8 pada medium HS ditambah air kelapa muda inkubasi
selama tujuh hari

8
Pelikel selulosa yang terbentuk sebagai sumber nitrogen, yeast ekstrak
yang dihasilkan isolat A8 menunjukkan sebagai sumber nitrogen, Na2HPO4
karakteristik morfologi pelikel selulosa sebagai larutan penyangga, asam sitrat
yaitu tebal dan bewarna putih serta dan asam asetat sebagai pengatur pH,
kenyal. Menurut Esa et al. (2014) pelikel etanol sebagai pelarut bahan serta
selulosa terbentuk karena adanya aktivitas akuades sebagai pelarut dan sumber
bakteri dan biasanya pelikel tersebut mineral bagi bakteri. Sedangkan nutrisi
diproduksi oleh kelompok bakteri asam yang terkandung dalam air kelapa adalah
asetat dalam medium sintetik maupun gula sukrosa 1,28%, sumber mineral yang
non sintetik melalui proses fermentasi. beragam antara lain Mg2+ 3,54 gr/l
Menurut Suwannapinunt et al. (2007) (Pracaya 1982), serta adanya faktor
selulosa yang dihasilkan dengan pendukung pertumbuhan merupakan
menggunakan metode fermentasi statis senyawa yang mampu meningkatkan
berbentuk lembaran selulosa yang tebal pertumbuhan bakteri penghasil pelikel
Menurut Krystynowicz et al. (2002) pada selulosa.
kultur statis akan terbentuk lembaran Adanya sukrosa dalam air kelapa
selulosa bertekstur seperti gelatin di akan dimanfaatkan oleh bakteri sebagai
permukaan media biakan cair yang di sumber energi, maupun sumber karbon
dalamnya terdapat sel-sel bakteri yang untuk membentuk senyawa metabolit
terperangkap dalam jaringan serat diantaranya adalah selulosa. Sedangkan
selulosa. Menurut Zhou et al. (2007), adanya mineral dalam substrat akan
pada saat produksi selulosa menggunakan membantu meningkatkan aktifitas enzim
metode kultur statis, pelikel selulosa yang kinase dalam metabolisme di dalam sel
dihasilkan yaitu selulosa I alpha, dimana bakteri untuk menghasilkan material
selulosa I alpha merupakan kualitas selulosa bakteri (Lapuz et al. 1967).
selulosa yang paling tinggi (murni).
Isolat yang tidak dapat Purifikasi Selulosa Bakteri
menghasilkan pelikel selulosa, dilakukan Pelikel selulosa yang didapatkan
uji produksi berulang kali dengan dari isolat A8 kemudian dipurifikasi.
berbagai ukuran pH medium produksi, Purifkasi menggunakan etanol bertujuan
jumlah medium produksi, hingga untuk menghilangkan sisa medium
mencoba dengan berbagai pH akan tetapi maupun koloni bakteri yang lengket pada
tetap tidak berhasil memicu pembentukan pelikel selulosa, sedangkan pencucian
pelikel selulosa. menggunakan akuades steril bertujuan
Medium produksi yang digunakan untuk membilas dan menetralkan kembali
dalam penelitian ini adalah medium HS pelikel selulosa. Tujuan dipanaskan diatas
yang dimodifikasi dengan air kelapa. hot plate magnetic stirrer selama 40
Medium HS merupakan medium produksi menit menggunakan akuades adalah
yang mengandung nutrisi yang dapat untuk menghilangkan residu gula dan
memicu pertumbuhan sel bakteri yang asam, sedangkan dicuci menggunakan
dapat menghasilkan selulosa. Dimana larutan basa NaOH selama 20 menit
komposisi dari medium ini adalah berfungsi untuk menaikkan pH pelikel
glukosa sebagai sumber karbon, pepton karena kandungan asam yang sudah

9
keluar dari pelikel, selanjutnya Penentuan Kadar Air Pelikel Selulosa
dinetralkan kembali menggunakan Berat basah yang didapatkan
akuades steril. sebelum pelikel dikeringkan adalah 4,52
gr. Berat kering yang didapatkan adalah
0,36 gr (Gambar 3). Sehingga kadar air
pelikel selulosa adalah 92%.

a b

Gambar 3. Pelikel selulosa: (a) berat basah, (b) berat kering


Kadar air pelikel selulosa mengisolasi strain bakteri asam asetat dari
merupakan persentase air yang cairan fermentasi nata dan buah tropis.
terperangkap dalam selulosa, dimana Salah satu isolat yang berpotensi
kemampuan bakteri dalam mengkonversi menghasilkan selulosa adalah isolat
gula dengan baik menjadi selulosa SLK1 yang diisolasi dari buah salak dan
menyebabkan air pada media fermentasi menghasilkan produksi selulosa sebesar
berkurang karena selama pembentukan 2,99 g/L. Sedangkan Korusumi et al.
lapisan pelikel selulosa, rongga-rongga (2009) berhasil mengisolasi isolat yang
yang terdapat dalam pelikel selulosa akan berpotensi dalam menghasilkan selulosa,
terisi oleh air sehingga selulosa menjadi dimana sampel yang digunakan adalah jus
tebal dan mengandung air (Chawla et al. buah. Produksi selulosa tertinggi berasal
2009). Menurut Widyaningrum et al. dari jus jeruk dengan produksi selulosa
(2017) kualitas pelikel selulosa dikatakan sebesar 6,9±0,2 %. Menurut Kongruang
baik apabila mengandung kadar air lebih (2008) isolat A. xylinum TISTR 998, A.
dari 85%. Pelikel selulosa yang xylinum TISTR 893, A. xylinum TISTR
dihasilkan isolat A8 berkualitas baik, 975 berhasil memproduksi selulosa
karena memiliki kadar air sebesar 92%. sebesar 520 g/L, 576,66 gr/L, 546,66 gr/L
menggunakan medium jus nenas dan
Penentuan Produksi Selulosa berhasil memproduksi selulosa sebesar
Produksi selulosa yang diperoleh 553,33 g/L, 453,33 gr/L, 243,33 gr/L
dari isolat A8 adalah sebanyak 3,6 gr/L. menggunakan medium air kelapa.
Menurut Sarkono (2010) berhasil

10
KESIMPULAN Capsule Application. Advanced
Berdasarkan hasil yang diperoleh Science Engineering Information
maka dapat disimpulkan bahwa dari 54 Technology 8(4-2): 1591-1596.
sampel yang diuji, tidak ada kultur yang
berhasil membentuk pelikel selulosa. Chawla PR, Bajaj IB, Survase SA,
Akan tetapi, kultur sampel dari buah Singhal RS. 2009. Microbial
anggur dan jeruk hanya membentuk tikar Cellulose: Fermentative
selulosa. Terdapat 13 isolat yang berhasil Production and Applications.
diseleksi dari buah anggur dan buah jeruk Food Technology and
dan diduga berpotensi dalam Biotechnology 47(2): 107-124.
menghasilkan pelikel selulosa. Kisaran
Esa F, Tasirin ST, Rahman NA. 2014.
rasio Z/K yang didapatkan dari isolat
Overviev of Bacterial Cellulose
anggur adalah 2,03-6 dan isolat jeruk
Production and Aplication.
adalah 3,8-6,99. Pelikel selulosa yang
Agriculture and Agricultural
dihasilkan dari isolat A8 mempunyai
Science Procedia 2: 113-119.
tekstur kenyal, tebal dan bewarna putih.
Produksi selulosa dari isolat A8 adalah Fessenden RJ, Fessenden JS. 1982. Kimia
3,6 gr/L dan kadar air 92%. Organik. Penerbit Erlangga.
Jakarta.
SARAN
Perlu dilakukan penelitian Iguchi M, Yamanaka S, Budhiono A.
kembali tentang identifikasi spesies 2000. Bacterial cellulose a
bakteri isolat A8, serta dilakukan masterpiece of nature ’ s arts.
karakterisasi pelikel selulosa yang Journal of Mater Science 35:
dihasilkan isolat tersebut seperti berat 261–270.
kering selulosa, rendemen pelikel
selulosa, morfologi struktur selulosa dan Jahan F, Vinod K, Garima R, Saxena RK.
uji kekuatan tarik pelikel selulosa. 2012. Produksi Mikroba Selulosa
Oleh Bakteri Yang Diisolasi Dari
DAFTAR PUSTAKA Buah. Appl Biochem Biotechnol
Aydin YA, Nuran DA. 2009. Isolation of 167: 1157-1171.
Cellulose Producing Bacteria
from Wastes of Vinegar Kongruang S. 2008. Bakteri Selulosa
Fermentation. Proceedings of the Produksi oleh Acetobacter
World Congress on Engineering xylinum Regangan dari Limbah
and Computer Science 1:20-22. Produk Pertanian. Appl. Biochem,
Biotechnol 148: 245-256.
Awang AN, Azura A, Mohamad H,
Mahamad M, Dzun NJ. 2018. Kontturi EJ. 2005. Chemistry of
Isolation and Identification of Cellulose: from Natural Fibres to
Bacteria-producing Cellulose Model Surfaces Proefschrif
from Topical Fruit for Halal

11
Technische. Universiteit Novarini E, Mochammad DS. 2015.
Eindhoven. Finland. Potensi Serat Rami (Boehmeria
nivea) Sebagai Bahan Baku
Korusumi A, Sasaki C, Yamashita Y, Industri Tekstil Dan Produk
Nakamura Y. 2009. Utilization of Tekstil Dan Tekstil Teknik.
various fruit juices for production Jurnal Ilmiah Arena Tekstil 30(2).
of bacterial cellulose by
Gluconacetobacter xylinus NBRC Pracaya. 1982. Bertanam Tebu. Penebar
13693. Carbohydrate Polymers Swadaya. Jakarta.
76: 333-335.
Sarkono. 2010. Seleksi dan Identifikasi
Krystynowicz AW, Czaja W, Romanovic
Strain Bakteri Gluconacetobacter
D, Brown RM. 2002. Factors berkemampuan unggul dalam
Affecting the Yield and Properties
menghasilkan Selulosa dari
of Bacterial Cellulose. Journal of Cairan Sisa Fermentasi Nata De
Industrial Microbiology and
Coco. Laporan Akhir Hibah
Biotechnology 29: 189-195. Penelitian Disertasi Doktor,
Lapuz MM, Gallardo EG, Palo. 1967. Lembaga Penelitian dan
The Nata Otrganism-cultural Pengabdian Masyarakat UGM.
requirements, Characteristics and Yogyakarta.
Identify. The Philippine Journal
of Science 96(2): 91-107 Singh O, Parmjit SP, Harish KC. 2017.
Isolation and Characterization of
Lima HLS, Nascimento ES, Andrade FK, Cellulose Producing Bacterial
Brigida AIS, Borges MF, Cassales Isolate from Rotten Grapes.
AR, Muniz CR, Souza Filho Biosciences Biotechnology
MdeSM, Morais JPS, Rosa MdeF. Research Asia 14(1):373-380.
2017. Bacterial Cellulose
Production By Komagataeibacter Suryanto H. 2017. Analisis Struktur Serat
hansenii ATCC 23769 Using Sisal Selulosa Dari Bakteri. Prosiding
Juice - An Agroindustry Waste. 3: 2476-9983.
Brazillian Journal of Chemical Suwannapinunt N, Burakorn J,
Engineering 34(3):671-680. Thaenthanee S. 2007. Effect of
Neera, Karna VR, Harsh VB. Produksi Culture (BC) Production from A.
Selulosa oleh Gluconacetobacter xylinum TISTR976 and Physical
pada Sampel Buah dan Teh Properties of BC Parchment
Kombuca. Appl Biochem Paper. Suranaree Journal of
Biotechnol 176:1162-1173. Science and Technology 14(4):
357-365.
Sanjaya. 2001. Pengaruh Anhidrasetat
terhadap Struktur Molekuler Kayu

12
dalam Stabilisasi Dimensi Kayu Zhou L, Sun L, Wu DPQH, Yang JZ,
Pinus merkusii. JMS 6(1): 21-32. Yang SL. 2007. Influence of
culture mode on bacterial
Widyaningrum P, Dewi M, Bambang P. cellulose production and its
2017. Evaluasi Sifat Fisik Nata de structure and property. Wei Sheng
coco dengan Ekstrak Kecambah Wu Xue Bao 47: 7-914.
sebagai Sumber Nitrogen. ISBN
978-602-61599-6-0.

13
14

You might also like