Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

VOLUME 6 NOMOR 2 DESEMBER 2019 ISSN 2548–611X

JURNAL
BIOTEKNOLOGI & BIOSAINS INDONESIA

Homepage Jurnal:http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JBBI

IDENTIFIKASI BAKTERI PATOGEN PENYEBAB PENYAKIT PURPLE


SYNDROME PADA KARANG FUNGIA DI PULAU HARI
SULAWESI TENGGARA

Identification of Pathogenic Bacteria as Purple Syndrome Causative Agent in


Fungia Corals on Hari Island, Southeast Sulawesi

Ratna Diyah Palupi, Baru Sadarun, Paiga Hanurin Sawonua*


Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo Kampus Hijau Bumi
Tridharma Anduonohu, Kendari 93232
*Email: paiga_sawonua@uho.ac.id

ABSTRACT
Nowadays coral disease is one of the causes of damage to coral reefs in Indonesia. Causative
agents were found for some types of coral disease. This study aims to identify the type of
pathogenic bacteria that cause purple syndrome which attacks Fungia corals. The study was
conducted using descriptive exploratory methods. Corals infected with purple syndrome were
collected on Pulau Hari, Southeast Sulawesi, through scuba diving. Then, microbiological
analysis was carried out which included isolation using the scatter method, purification using
a scratch method, a challenge test (antagonistic), a Koch Postulate test, and DNA analysis of
putative bacterial isolates. Results showed that 5 bacterial isolates lived in symbiosis with the
corals infected with purple syndrome (PSMH1, PSMH2, PSMH3, PSMH4, and PSMH5).
Based on the Koch postulate test, 2 bacterial isolates which were pathogenic were obtained,
namely PSHM2 and PSHM4 isolates. These bacteria infected the test corals with the
characteristics of coral skeleton damage and coral bleaching (dead). Based on biomolecular
testing, the two isolates were members of Enterobacter cloacae with a 99% similarity level.

Keywords: Coral disease, Enterobacter cloacae, Fungia coral, Hari island, Purple syndrome

ABSTRAK
Saat ini penyakit karang menjadi salah satu penyebab kerusakan terumbu karang di Indonesia.
Penyebab pembawa untuk beberapa jenis penyakit karang sudah ditemukan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi jenis bakteri patogen penyebab penyakit purple syndrome yang
menyerang karang Fungia. Penelitian dilakukan menggunakan metode deskriptif eksploratif.
Sampel karang yang terinfeksi purple syndrome diambil di Pulau Hari, Sulawesi Tenggara,
melalui scuba diving. Selanjutnya, analisis mikrobiologi dilakukan yang meliputi isolasi
menggunakan metode sebar, purifikasi menggunakan metode gores, uji tantang (antagonistik),
uji Postulat Koch, dan analisa DNA isolat bakteri yang diduga bersifat patogen. Hasil penelitian
menemukan 5 isolat bakteri yang bersimbiosis dengan karang yang terinfeksi penyakit purple
syndrome (PSMH1, PSMH2, PSMH3, PSMH4, dan PSMH5). Berdasarkan uji postulat Koch, 2
isolat bakteri yang bersifat patogen didapatkan, yaitu isolat PSHM2 dan PSHM4. Bakteri
tersebut menginfeksi karang uji dengan ciri kerusakan skeleton karang dan pemutihan karang
(mati). Berdasarkan uji biomolekuler kedua isolat tersebut merupakan anggota Enterobacter
cloacae dengan tingkat kemiripan 99%.

Kata Kunci: Enterobacter cloacae, karang Fungia, penyakit Karang, pulau Hari, Purple syndrome

Received: 20 December 2018 Accepted: 20 September 2019 Published: 13 December 2019

198
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 6 No 2 Thn 2019

PENDAHULUAN Banyak faktor yang dapat memicu


keberadaan bakteri patogen yang
Ekosistem terumbu karang merupakan bersimbiosis dengan hewan karang. Faktor
ekosistem yang memiliki tingkat asosiasi tersebut antara lain faktor lingkungan
paling kompleks diantara dua ekosistem (kenaikan suhu, pengkayaan nutrien, polusi
lainnya, yaitu padang lamun dan hutan dari sampah plastik, limbah industri, maupun
mangrove. Beberapa hewan, baik itu hewan limbah rumah tangga), keberadaan bakteri di
tingkat rendah maupun tingkat tinggi perairan laut, serta imunitas dari biota karang
berinteraksi membentuk sebuah ekosistem dalam menghadapi serangan patogenitas
yang stabil dan seimbang. Akan tetapi jika bakteri (Randall et al, 2016; Chávez et al.,
ekosistem biota karang tersebut mengalami 2018). Salah satu mikroorganisme yang telah
ketidakseimbangan maka dapat menurunkan diidentifikasi sebagai penyebab penyakit
kualitas sumber daya yang ada pada habitat karang pada pertumbuhan karang jenis
tersebut. Terumbu karang merupakan rumah Fungia, yaitu Rhytisma acernium yang
bagi hewan-hewan laut yang secara ekonomi diisolasi dari karang yang terinfeksi penyakit
bernilai tinggi. Kerusakan pada terumbu karang dark spot disease (Sweet et al. 2013).
tersebut menyebabkan kehidupan biota laut Mikroorganisme dalam bentuk virus juga
ikut terganggu. Salah satu kerusakan yang diketahui memiliki peran menyebabkan
dapat terjadi pada hewan karang adalah penyakit white plague (Soffer et al. 2013).
penyakit karang yang ditimbulkan oleh Beberapa jenis penyakit tersebut
mikroorganisme, baik itu bakteri, virus, maupun disebabkan oleh bakteri yang bersifat
jamur (de Castro et al. 2010). patogen yang bersimbiosis di dalam jaringan
Selama ini sebagian besar kerusakan karang. Carter (2013) menyebutkan bahwa
terumbu karang disebabkan oleh faktor selain algae hijau zooxanthelae, biota
antropogenik yang didominasi oleh kegiatan karang juga bersimbiosis dengan bakteri
perikanan yang tidak ramah lingkungan (bom, yang terdapat di dalam jaringan tubuhnya
bius, serta metode penangkapan ikan yang maupun pada lingkungan perairan. Lebih
salah). Timbulnya penyakit karang juga harus dari 10.000 jenis bakteri diketahui
diwaspadai sebagai penyebab kerusakan bersimbiosis dalam sedimen, terumbu,
terumbu karang pada suatu perairan dan maupun di dalam jaringan karang itu sendiri
harus diwaspadai sebagai sumber degradasi (coral tissue) (Carter 2013). Sebagai contoh
terumbu karang (Sabdono et al. 2014; bakteri Alteromanadaceae, Amoebophilus,
Kellogg et al. 2014; Randal et al. 2016). Endozoicomonas, Flavobacteriaceae,
Beberapa peneliti menemukan bahwa Cryomorphaceae, dan Methylobacteriaceae
prevalensi penyakit karang di perairan bersimbiois pada mucus, dan skeleton
Indonesia sudah menunjukkan pada tingkat karang (Pollock et al. 2018). Jenis bakteri
mengkhawatirkan. Penelitian Abrar et al. tersebut dapat bersifat menguntungkan
(2012) di Perairan Lembata NTT maupun merugikan. Bakteri yang merugikan
menyebutkan nilai prevalensi penyakit dan inilah yang bersifat patogen dan
gangguan kesehatan karang sampai dengan menyebabkan penyakit pada karang.
42%. Lebih lanjut Palupi et al. (2018) dalam Sebagai contoh, bakteri jenis Myroides
penelitiannya di Perairan Kessilampe, odoratimimus, Bacillus algicola, dan Marine
Kendari, Sulawesi Tenggara menunjukkan Alcaligenaceae bacterium merupakan
bahwa nilai prevalensi penyakit karang sudah bakteri penyebab penyakit black band (BBD)
mengkhawatirkan, yaitu sebesar 15% dan pada karang Acropora di Karimun Jawa
gangguan kesehatan karang sebesar 14%. Jawa Tengah (Sabdono et al. 2015).
Bahkan hasil penelitian Sabdono et al. (2015) Penyakit purple syndrome (PS) pada
menyebutkan bahwa prevalensi penyakit biota karang sangat jarang ditemukan
karang di perairan Pulau Panjang, Jepara kasusnya di dunia. Kasus infeksi penyakit
Jawa Tengah telah mencapai 74,37%. karang PS pernah ditemukan di perairan
Penyakit karang di Florida Amerika Serikat Pulau Panjang, Jepara Jawa Tengah
sudah menjadi perhatian utama para peneliti dengan nilai prevalensi penyakit sebesar
dimana mikroorganisme patogen menjadi 23% (Sawonua 2016). PS diidentifikasi
penyebab utama degradasi terumbu karang secara morfologi sebagai bercak tidak
di perairan tersebut (Kellogg et al. 2014). beraturan berwarna ungu pada skeleton

199
Identifikasi Bakteri Patogen Penyebab Penyakit Purple Syndrome.... Palupi et al.

karang. Beberapa peneliti menyebutkan BAHAN DAN METODE


kemiripan penampakan antara PS dengan
dark spot syndrom (Randall et al. 2016). Waktu dan lokasi penelitian
Lebih lanjut Randall et al. (2016) Penelitian ini dilaksanakan dalam dua
mengemukakan dark spot syndrome tahap, yaitu pengambilan sampel karang
dicirikan dengan luka berupa bercak Fungia curvata di perairan Pulau Hari
berwarna ungu sampai dengan kecoklatan Sulawesi Tenggara pada bulan Mei 2017
dan hilangnya jaringan karang. Kedua (Gambar 1). Tahap kedua yaitu sampel
penyakit tersebut sampai saat ini belum karang dianalisis secara mikrobiologi selama
diketahui agen penyebabnya apakah 4 bulan (Juni−September 2017) di
dikarenakan mikroorganisme ataukah Laboratorium Pengujian Fakultas Perikanan
karena stress pada karang (Kellogg et al. dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo,
2014). Penamaan dalam suatu penyakit Kendari, Sulawesi Tenggara.
karang biasanya merujuk pada beberapa
hal, seperti nama itu diberikan berdasarkan Alat dan bahan
pengamatan tunggal (single observation). Alat dan bahan dalam penelitian ini
Sebagai contoh penyakit white blotch, yellow dikategorikan menjadi alat dalam
blotch, white syndrome, black and purple pengambilan sampel di lapangan serta alat
spots, atau yellow to white spots. Selain itu dan bahan dalam analisis labolatorium.
penamaan penyakit juga dapat berdasarkan Pengambilan sampel karang dilakukan
tanda-tanda visual yang nampak pada dengan menggunakan alat scuba diving,
karang yang terinfeksi penyakit seperti pada Gobal Positioning System (GPS), kamera
white band disease, black band disease, dan bawah air, plastik sampel, dan cool box. Alat
yellow band disease. Penelitian ini bertujuan labolatorium yang digunakan untuk kultur
untuk mengidentifikasi jenis bakteri patogen bakteri berupa autoclave, cawan petri, tabung
penyebab penyakit PS pada karang Fungia reaksi, vortex. Uji antagonistik menggunakan
curvata. alat shaker dan cawan petri untuk melakukan

Gambar 1. Peta pengambilan sampel karang Fungia

200
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 6 No 2 Thn 2019

pengujian. Uji Postulat Koch menggunakan dengan menggerus sampel jaringan karang
akuarium (6 × 30 × 35 cm) dan syringe untuk yang terinfeksi dengan menggunakan mortal
menyuntik bakteri ke jaringan karang. PCR steril. Selanjutnya sampel diambil sebanyak
menggunakan Elfor (Clever Scientific, 1g dan diencerkan dengan menggunakan
Thermal Cycler T100 Biorad), Uvi-doc media air laut steril. Pengenceran dilakukan 5
(Cambridge Uvi-doc). Bahan yang digunakan kali (10−1−10−5). Selanjutnya penanaman
untuk membuat media bakteri air laut yaitu bakteri menggunakan 3 pengenceran terakhir
media Zobell yang terdiri dari Agar HIMEDIA (10−3, 10−4, dan 10−5). Setiap seri
GRM026, Pepton OXOID LP0034, dan Yeast pengenceran tersebut diambil 35 μL sampel
OXOID LP0034. Bahan untuk PCR agarose menggunakan mikropipet dan disebarkan ke
(Biorad 1%) dan buffer TBE (Biorad). Sampel dalam media half strength Zobell padat.
karang uji yang digunakan dari jenis Fungia Selanjutkan diratakan menggunakan
curvata. spreader dan diinkubasi selama minimal 2 ×
24 jam pada suhu ruang (25−27ºC).
Metode Pengamatan terhadap koloni bakteri yang
Metode penelitian menggunakan tumbuh dicatat dari segi bentuk, warna,
deskriptif eksploratif yang terdiri dari dua pinggiran, dan jumlah koloni sebelum
tahap. Tahap pertama dilakukan di perairan dilakukan pemurnian (purifikasi).
laut yang bertujuan untuk mengambil sampel Tahapan kedua adalah purifikasi atau
karang terinfeksi PS. Tahap kedua adalah pemurnian bakteri. Tahapan ini bertujuan
analisis laboratorium yang terdiri dari isolasi, untuk mendapatkan kultur murni dari bakteri
purifikasi, uji antagonistik, serta uji Postulat karang. Metode yang digunakan untuk
Koch. Hasil dari uji Postulat Koch selanjutnya purifikasi adalah metode goresan (streak
dilakukan uji biomolekuler untuk mengetahui method) (Sabdono 2009). Masing-masing
jenis bakteri sampai dengan ke tingkat bakteri yang tumbuh dari koloni berbeda
spesies. dikultur kembali dengan cara digores zig-zag
sampai muncul satu warna (warna yang
Pengambilan sampel karang sama dengan koloni asal). Biakan bakteri
Tahapan pertama bertujuan untuk yang sudah murni selanjutnya dikultur dalam
pengambilan sampel jaringan karang media cawan dan media miring dalam tabung
berpenyakit atau karang yang sudah reaksi. Fungsi penanaman pada media miring
terinfeksi penyakit PS. Sampel karang Fungia adalah untuk mencegah kontaminasi dan
diambil di Perairan Pulau Hari Sulawesi dapat digunakan untuk uji selanjutnya.
Tenggara dengan bantuan scuba diving.
Pengambilan karang dilakukan dengan Uji tantang dan Postulat Koch
metode koleksi bebas pada kedalaman Sebelum dilakukan uji Postulat Koch,
kurang lebih 7 m. Sampel karang terinfeksi terlebih dahulu dilakukan uji tantang
penyakit PS diambil dengan lebar sekitar 5 (antagonistik) antara masing-masing jenis
cm atau satu individu karang (Gambar 2). isolat yang didapatkan pada karang terinfeksi
Perlakuan karang sebelum dianalisis penyakit PS. Metode yang digunakan dalam
laboratorium adalah dimasukkan ke dalam
plastik sampel yang berisi air laut, selanjutnya
dimasukkan kedalam cool box yang telah
berisi es batu. Tujuannya adalah untuk
melemahkan biota karang (pingsan)
sehingga biota karang tidak mengalami
stress selama perjalanan.

Isolasi dan purifikasi


Tahapan selanjutnya adalah isolasi
atau penanaman bakteri pada media agar.
Metode yang digunakan dalam isolasi bakteri
adalah metode sebar (spread method)
dengan menggunakan alat spreader
Gambar 2. Foto karang sehat Fungia curvata di Pulau
(Sabdono 2009). Isolasi bakteri dilakukan Hari

201
Identifikasi Bakteri Patogen Penyebab Penyakit Purple Syndrome.... Palupi et al.

uji ini adalah overlay atau uji secara kualitatif Semarang. Sedangkan uji sekuensing
melalui pengamatan kemunculan zona dilakukan oleh pihak ketiga, yaitu PT
hambat atau bening. Uji ini bertujuan untuk Genetika Science, Jakarta dan 1st Base,
mengetahui antagonistik antara isolat satu Malaysia. Hasil sekuensing dianalisis
dengan isolat lainnya yang berguna untuk menggunakan Basic Local Alignment Search
membuat bakteri konsorsium. Jika terdapat Total (Blast) Homologi. Pohon filogenetik
zona hambat atau zona bening, maka bakteri menggunakan software Molecular
tersebut tidak dapat dikonsorsium atau Evolusionary Genetics Analysis (MEGA),
digabungkan pada saat uji Postulat Koch Clustal X, dan BioEdit.
karena bakteri tersebut akan saling
melemahkan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Postulat Koch dilakukan dengan
metode syringe ex situ (dilakukan di Secara umum tipe terumbu karang di
laboratorium). Uji ini dilakukan dengan cara perairan Pulau Hari adalah karang tepi
mengkultur isolat bakteri konsorsium ke (fringing reef). Pulau tidak berpenghuni ini
dalam media cair, kemudian diinokulasikan masuk dalam Kawasan Konservasi Perairan
atau disuntikkan ke jaringan karang sehat Daerah (KKPD) yang ditetapkan sejak Tahun
(Fungia) yang diletakkan dalam akuarium. 2017, yaitu masuk dalam KKPD Teluk
Karang uji berasal dari tempat yang sama Starling. Sampai dengan Tahun 2016
(Pulau Hari) dengan jenis yang sama pula persentase tutupan karang hidup di pulau
dari karang yang terinfeksi. Perlakuan tersebut sebesar 49% ± 6.35% atau masuk
dilakukan dengan dua kali ulangan dari dalam kondisi sedang (Sartin et al. 2016).
masing-masing penyakit. Selanjutnya Salah satu jenis karang yang melimpah di
dilakukan pengamatan terhadap karang uji pulau ini adalah karang Fungia dengan
selama kurang lebih 7 × 24 jam. Jika terdapat bentuk pertumbuhan coral mushroom (CMR)
tanda-tanda penyakit PS maka bakteri (Gambar 2). Karang dengan bentuk
tersebut positif bersifat patogen atau sebagai pertumbuhan jamur (mushroom) merupakan
penyebab penyakit dan dapat ditingkatkan karang soliter yang dapat ditemukan hampir
untuk uji selanjutnya. merata di spot diving Pulau Hari dengan
distribusi sampai kedalaman 8 m. Selain
Sekuensing bakteri CMR, bentuk pertumbuhan karang yang
Sebelum dilakukan uji sekuensing ditemukan di perairan Pulau Hari meliputi
terhadap bakteri positif patogen, terlebih acropora branching (ACB), coral massive
dahulu dilakukan serangkaian analisis untuk (CM), coral foliose (CF), coral submassive
pemurnian DNA. Uji tersebut berupa (CSM), dan coral encrusting (CE) (Fauzan
ekstraksi DNA untuk pemurnian DNA 2014).
bakteri, Polimerase Chain Reaction (PCR) Penyakit karang karena infeksi
untuk memperbanyak (amplification) DNA mikroorganisme sudah menjadi perhatian
invitro secara enzimatis, dan elektroforesis dalam pengelolaan ekosistem terumbu
untuk visualisasi band hasil PCR. Ekstraksi karang. Salah satu hal yang
DNA menggunakan metode Chelex 100 mengkhawatirkan adalah adanya
(Walsh et al. 2013). PCR menggunakan menyebaran infeksi bakteri oleh hewan-
universal primer 27F hewan pemakan karang (corallivorous)
(5’AGAGTTTGATCMTGGCTCAG−3) dan 1492R khususnya pada ikan karang sebagai
(5’TACGGTTAACCTTGTTACGACTT) dengan penyebab penyebaran inveksi ke karang
komposisi mix PCR menggunakan sehat (Raymundo et al. 2009). Sebagai
GoTaq®Green Mix Promega (25 µL). contoh ikan kakatua, siput drupella, maupun
Protokol amplifikasi PCR berdasarkan Lee at ikan kepe-kepe. Lebih lanjut Chong-Seng et
al. (2007). Sekuensing DNA dengan al. (2011) menjelaskan kontribusi ikan
menggunakan Big Dye Terminator v3.1 dan pemakan karang ini dapat menyebarkan
menggunakan ABI 3130 XL, sedangkan penyakit melalui gigitan karang yang
analisis sekuensing sampel menggunakan terinveksi bakteri patogen. Apabila Ikan
Applied Biosystem. tersebut memakan jaringan karang sehat
Analisis ini dilakukan di Labolatorium akhirnya bisa terkena inveksi bakteri dan
Bioteknologi Laut Tropis FPIK Undip, menyebabkan penyakit karang. Hal lain yang

202
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 6 No 2 Thn 2019

Tabel1. Hasil identifikasi morfologi koloni bakteri yang terinfeksi dengan kode isolat PSMH1,
bersimbiosis pada karang terinfeksi purple PSMH2, PSMH3, PSMH4, dan PSMH5
syndrome (PS) pada karang Fungia curvata
. (Gambar 4). Identifikasi visual dari bakteri ini
Morfologi dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan
Kode
No.
Isolat Tabel 1 dapat dilihat identifikasi berdasarkan
Warna Bentuk Elevasi
warna cenderung hampir sama, yaitu
1 PSMH1 putih lonjong berinti berwarna putih sedangkan berdasarkan
tak elevasi hampir semua isolat berinti (1 isolat
2 PSMH2 putih berinti
beraturan
3 PSMH3 putih bundar berinti
A
4 PSMH4 orange bundar berinti
kream-
5 PSMH5 lonjong tak berinti
orange

Keterangan: PS (purple syndrome); M (bentuk


pertumbuhan karang); H (Pulau Hari);
1,2,3, 4 dan 5 (kode isolat)

perlu diwaspadai adalah fenomena bleaching


atau pemutihan karang akibat kenaikan
temperatur. Penelitian Miller et al. (2009) di
Pulau Virgin Amerika Serikat menyatakan
bahwa terdapat kecenderungan munculnya
penyakit karang setelah kejadian coral
bleaching.
Karang Fungia yang terinfeksi PS dalam
penelitian ini diambil di laut pada kedalaman 7
m. Penyakit PS ini dapat diidentifikasi secara
visual dengan gejala terdapat bercak B
berwarna ungu berupa lesi pada karang yang
terinfeksi (Gambar 3). Berdasarkan hasil
isolasi dan purifikasi didapatkan 5 (lima) isolat
bakteri yang berasosiasi dengan karang

Gambar 3. Contoh jaringan karang Fungia yang Gambar 4. Isolat murni dari bakteri simbion karang
terinfeksi penyakit Purple Syndrome terinfeksi PS dalam media cawan (A) dan
(lingkaran merah) di Pulau Hari media miring (B)

203
Identifikasi Bakteri Patogen Penyebab Penyakit Purple Syndrome.... Palupi et al.

Tabel 2. Hasil sekuensing DNA bakteri patogen PS


.
Pajang Nukleotida Accession Number
No Kode Isolat Kekerabatan Terdekat (sp) Similarity
(bp) (BLAST)

Enterobacter cloacae subsp.


1 MH2/ PSMH2 1387 99% NR_044978
dissolvens strain LMG 2683

Enterobacter cloacae subsp.


2 MH4/ PSMH4 1388 99% NR_044978
dissolvens strain ATCC 23733

Gambar 5. Uji tantang antar bakteri pada karang terifeksi purple syndrome

204
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 6 No 2 Thn 2019

tidak mempunyai inti). Kelima kode bakteri ini koloni bakteri yang ditanam (Gambar 5b).
merupakan koloni murni dan masih belum Sebaliknya kode isolat PSMH2, PSMH4, dan
diketahui jenis patogenitasnya positif atau PSMH5 merupakan bakteri yang tidak dapat
negatif. Hasil isolasi dan purifikasi bakteri dikonsorsium. Hal tersebut ditandai dengan
yang terinfeksi ini lebih sedikit jika dibanding adanya kemunculan zona bening disekitar
dengan penelitian Sawonua (2016) di Pulau koloni bakteri yang ditanam (Gambar 5a).
Panjang, Jepara Jawa Tengah dengan jenis Berdasarkan uji Postulat Koch dari
penyakit yellow blotch yaitu 8 isolat. kelima jenis bakteri didapatkan 2 jenis isolat
Selain zooxanthellae, mikroorganisme yang berpotensi patogen, yaitu kode isolat
jenis bakteri laut dapat bersimbiosis dengan PSMH2 dan PSMH4. Hal ini diketahui pada
biota karang. Mikroorganisme ini hidup dalam akhir uji Postulat Koch, yaitu karang uji
jaringan mucus, jaringan dalam (indodermis), mengalami kematian dengan tanda-tanda
sampai dengan hidup dalam terumbu biota visual menunjukkan gejala PS (Gambar 6).
karang (Ayuningrum et al. 2017). Lebih lanjut Berdasarkan gambar tersebut tampak karang
dijelaskan bahwa diantara ketiga tempat Fungia sudah memutih dan kehilangan
tersebut, simbion bakteri banyak terdapat skeleton jaringan karangnya. Gambar
dalam jaringan mucus karang. Hal ini tersebut merupakan pengamatan hari ke-14
dikarenakan jaringan mucus atau jaringan setelah karang diinjeksi bakteri.
lendir banyak mengandung Selanjutnya dua isolate bakteri yang
mucopolysaccharide yang merupakan nutrisi berpotensi patogen (PSMH2 dan PSMH4)
bagi bakteri. dilakukan uji biomolekuler. Visualisasi
Berdasarkan uji antagonistik, 2 isolat elektroforesis dari ekstraksi DNA bakteri
bakteri dapat dikonsorsium yaitu kode isolat pathogen PS dengan kode isolat MH2 untuk
PSMH1 dan PSMH3. Identifikasi bakteri ini PSMH2, dan MH4 untuk PSMH4 dapat dilihat
adalah tidak terdapat zona bening disekitar pada Gambar 7. Berdasarkan gambar
tersebut diketahui ketebalan band yang bisa
dilakukan sekuensing berada pada 1500 bp.
A

Gambar 6. Hasil Uji Postulat Koch. Karang yang Gambar 7. Visualisasi band DNA bakteri pathogen
terinveksi PS: PSMH4 (A) dan PSMH2 (B) purple syndrome

205
Identifikasi Bakteri Patogen Penyebab Penyakit Purple Syndrome.... Palupi et al.

Selanjutnya hasil sekuen DNA anggota dari Family Enterobacteriaceae


diperbandingkan dengan menggunakan merupakan bakteri gram negatif, melakukan
pustaka sekuen bakteri yang tersimpan pergerakan dengan flagellata, dan hidup
dalam database GenBank. Hasil analisis optimum pada suhu 37ºC, meskipun ada juga
BLAST dan pohon filogenetik menunjukkani beberapa spesies yang hidup pada suhu 25 −
solat PSMH2 dan PSMH4 adalah anggota 30ºC. Bakteri jenis Enterobacter cloacae
strain Enterobacter cloacae (accession banyak tersebar di alam, hidup dalam tanah,
number GenBank NR_044978) dengan air, maupun dalam tubuh manusia dan hewan
tingkat kekerabatan sebesar 99% (Tabel 2 (PHE, 2015). Penelitian yang relevan
dan Gambar 8). dilakukan oleh Babu et al. (2004) dan Iyer et
Bakteri jenis Enterobacter cloacae al. (2005) dengan bakteri jenis yang sama
merupakan spesies dari Family (Enterobacter cloacae) bersimbiosis pada
Enterobacteriaceae. Anggota Family ini terdiri karang Acropora sp. di Teluk Mannar India
dari 53 genera dan lebih dari 170 jenis dan ditemukan pada sedimen laut di pantai
spesies (PHE, 2015). Sebagian besar Gujarat India. Lebih l anjut penelitian

Gambar 8. Pohon filogenetik dari isolat PSHM2 dan PSHM4

206
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 6 No 2 Thn 2019

Ayuningrum et al. (2017) mengungkapkan Enterobacter cloacae dengan tingkat


bakteri genus Enterobacter sp. Merupakan kekerabatan sebesar 99% dengan kode
jenisbakteri multi-drug resistant (MDR), yaitu isolate PSMH2 dan PSMH4.
penyebab kematian beberapa kasus di
Indonesia. Penelitian Poopathi et al. (2013) UCAPAN TERIMA KASIH
yang dilakukan pada sedimen laut
menunjukkan strain dari Enterobacter Penulis menyampaikan terimakasih
cloacae VCRC-B519 memiliki potensi dalam kepada DRPM Direktorat Jenderal
mensintesis protein dan menghasilkan toksin. Penguatan Riset dan Pengembangan
Lebih lanjut Arulazhagan et al. (2010) Kemenristek Dikti RI atas hibah penelitian
dalam penelitiannya mengisolasi bakteri dari produk terapan dengan nomor kontrak
lingkungan laut menyebutkan bahwa bakteri 065/ADD/SP2H/LT/DRPM/VIII/2017.
jenis Enterobacter cloacae mengandung Terimakasih kepada Tim Pulau Hari
senyawa organic polycyclic aromatic (Risfandi, MM; Rahmadani, M.Si; Adha
hydrocarbons dan bersifat halotoleran atau Muhammad, S.Si; dan Aci Alamin, S.Si). Tim
bakteri yang dapat mentoleransi salinitas analis laboratorium FPIK (Fatmawati, S.Si
tinggi. Jenis senyawa polycyclic aromatic dan Haris Rafilu, S.Si).
hydrocarbons bersifat toksik dan beberapa
bakteri yang masuk dalam jenis halotoleran DAFTAR PUSTAKA
mempunyai spora yang bersifat patogen.
Diduga pathogen atau toksik yang Abrar M, Bachtiar I, Budiyanto A (2012)
dikeluarkan oleh bakteri yang bersimbiosis di Struktur komunitas dan penyakit pada
jaringan karang menyebabkan karang uji karang (Scleractinia) di perairan
terkena PS. Lembata, Nusa Tenggara Timur. J Ilmu
Titik lokasi penelitian yang dekat Kelautan 17:109−118. doi:
dengan daratan (pesisir) sehingga 10.14710/ik.ijms.17.2.109-118
memungkinkan bakteri pathogen tertransport Arulazhagan P, Vasudevan N, Yeom IT
ke perairan dan menginfeksi biota karang di (2010) Biodegradation of polycyclic
Pulau Hari. Walaupun Pulau hari merupakan aromatic hydrocarbon by a halotolerant
pulau yang tidak berpenghuni dan termasuk bacterial consortium isolated from
dalam pulau kecil di Sulawesi Tengara akan marine environment. Int J Environ Sci
tetapi aktivitas di pulau tersebut cukup padat. Tech 7:639−652. doi:
Pulau ini selain sebagai tempat persinggahan 10.1007/BF03326174
nelayan dari mencari ikan juga sebagai pulau Ayuningrum D, Kristiana R, Asagabaldan
wisata yang dikunjungi tiap saat. Air buangan MA, Sabdono A, Radjasa OK, Nuryadi
limbah kapal serta aktivitas wisata diduga H, Trianto A (2017) Isolation,
berkontribusi terhadap keberadaan penyakit
characterization and antagonistic
di Pulau Hari. Castaneda-Chávez et al.
activity of bacteria symbionts hardcoral
(2018) mengemukakan berdasarkan
Pavona sp. isolated from Panjang
penelitiannya di Caribia dan Teluk Meksiko
Island, Jepara against infectious multi-
bahwa kehadiran bakteri patogen di perairan
drug resistant (MDR) bacteria. IOP
dipengaruhi oleh sirkulasi air dalam hal ini
pola arus, polusi dari daratan, serta Conf Series: Earth and Environmental
perubahan temperatur yang membuat Science 55:012029. doi:10.1088/1755-
kenaikan stress pada biota karang. 1315/55/1/012029
Babu TG, Nithyanand P, Kannapiran E, Ravi
KESIMPULAN AV, Pandian KS (2004) Molecular
identification of bacteria associated with
Berdasarkan hasil penelitian ini the coral reef ecosystem of Gulf of
terdapat 5 isolat murni bakteri yang Mannar Marine Biosphere Reserve
berasosiasi dengan karang yang terinfeksi using 16S rRNA sequences. In:
penyakit purple syndrome. Berdasarkan uji Proceedings National Seminar on New
Postulat Koch dan sekuensing DNA jenis Frontiers in Marine Bioscience
bakteri yang berpotensi positif patogen Research. Alagappa University,
penyebab purple syndrome adalah dari jenis Karaikudi, India pp 47−53

207
Identifikasi Bakteri Patogen Penyebab Penyakit Purple Syndrome.... Palupi et al.

Carter A (2013) Coral’s indispensable Waters, Kendari, South East Sulawesi.


bacterial buddies. Oceanus 50:6−7 J Ilmu Kelautan 23:137−144. doi:
Castaneda-Chávez MR,Lango-Reynoso F, 10.14710/ik.ijms.23.3.137-144
Garcia-Fuentes JL,Reyes-Aguilar AR PHE (2015) Identification of
(2018) Bacteria that affects coral health Enterobacteriaceae. UK standards for
with an emphasis on the Gulf of Mexico microbiology investigations. ID 16 Issue
and the Caribbean Sea. Lat Am J Aquat 4. Public Health England, London
Res 46:880−889. doi: 10.3856/vol46- Pollock FJ, McMinds R, Smith S, Bourne DG,
issue5-fulltext-2 Willis BL, Medina M, Thurber RV,
Chong-Seng KM, Cole AJ, Pratchett MS, Zaneveld Jr (2018) Coral-associated
Willis BL (2011) Selective feeding by bacteria demonstrate phylosymbiosis
coral reef fishes on coral lesions and cophylogeny. Nat Commun 9:4921.
associated with brown band and black doi: 10.1038/s41467-018-07275-x
band disease. Coral Reefs 30:473−481. Poopathi S, Ahangar NA,
doi: 10.1007/s00338-010-0707-1 Thirugnanasambantham KK, Praba LV,
de Castro AP, Araújo SD, Reis AM, Moura Mani C (2013) Isolation and
RL, Francini-Filho RB, Pappas G, characterisation of a new mosquitocidal
Rodrigues TB, Thompson FL, Krüger bacterium strain of Enterobacter
RH (2010) Bacterial community cloacae VCRC-B519 from marine soil. J
associated with healthy and diseased Biocont Sci Technol 24:158−169. doi:
reef coral Mussismilia hispida from 10.1080/09583157.2013.852652
eastern Brazil. Microb Ecol Randall CJ, Jordán-Garza AG, Muller EM,
59:658−667. doi: 10.1007/s00248-010- van Woesik R (2016) Does dark-spot
9646-1 syndrome experimentally transmit
Fauzan T (2014) Analisis predasi polip among Caribbean corals? Plos One.
karang oleh Acanthaster planci 11(1).
terhadap tingkat kerusakan terumbu doi:10.1371/journal.pone.0147493
karang di pantai Pulau Hari Provinsi Raymundo LJ, Halford AR, Maypa AP, Kerr
Sulawesi Tenggara. Tesis, IPB Bogor AM (2009) Functionally diverse reef-
Iyer A, Mody K, Jha B (2005) Characterization fish communities ameliorate coral
of an exopolysaccharide produced by a disease. Proceedings of the National
marine Enterobacter cloacae. Indian J Academy of Sciences. October 2009.
Exp Biol 43:467−471. PMID: 15900914 doi: 10.1073/pnas.0900365106
Kellogg CA, Piceno YM, Tom LM, DeSantis Sabdono A (2009) Karakterisasi dan
TZ, Gray MA, Andersen GL (2014) identifikasi bakteri simbion karang
Comparing bacterial community Goniastrea aspera resisten terhadap
composition of healthy and dark spot- logam berat copper (Cu) dari P.
affected Siderastrea siderea in Florida Panjang, Jepara. Ilmu Kelautan
and the Caribbean. PLoS One 9 (10). 14:117−125. doi:
doi: 10.1371/journal.pone.0108767 10.14710/ik.ijms.14.3.117-125
Lee YK, Jung HJ, Lee HK (2007) Marine Sabdono A, Radjasa OK, Ambariyanto,
bacteria associated with the Korean Trianto A, Wijayanti DP Pringgenies D,
brown alga, Undaria pinnatifida. J Munasik (2014) An early evaluation of
Microbiol 44:694−698. PMID: 17205052 coral disease prevalence on Panjang
Miller J, Muller E, Rogers C, Waara R, Island, Java Sea, Indonesia. J
Atkinson A, Whelan KRT, Patterson M, Zoological Research 10:20−29. doi:
Witcher B (2009) Coral disease 10.3923/ijzr.2014.20.29
following massive bleaching in 2005 Sabdono A, Sawonua PH, Kartika AGD,
causes 60% decline in coral cover on Amelia JM, Radjasa OK (2015) Coral
reefs in the US Virgin Islands. Coral disease in Panjang Island, Java Sea:
Reefs 28:925−937. doi: Diversity of anti-pathogenic bacterial
10.1007/s00338-009-0531-7 coral symbionts. Procedia Chem
Palupi RD, Rahmadani, Ira (2018) Status of 14:15−21. doi:
coral health and disease in Kessilampe 10.1016/j.proche.2015.03.004

208
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 6 No 2 Thn 2019

Sartin J, Prabuning D, Amkieltiela (2016) The ISME J 8:1−13. doi:


Pengamatan komunitas bentik dan ikan 10.1038/ismej.2013.137
target di kawasan konservasi perairan Sweet M, Burn D, Croquer A, Leary P (2013)
daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Characterisation of the bacterial and
(Teluk Staring), taman wisata alam fungal communities associated with
Teluk Lasolo, dan perairan sekitarnya. different lesion sizes of dark spot
WWF-Indonesia syndrome occurring in the coral
Sawonua PH (2016) Potensi anti-patogen Stephanocoenia intersepta. PLoS One
bakteri simbion karang masif terhadap 8:e62580. doi:
penyakit yellow blotch disease (YBL) di 10.1371/journal.pone.0062580
perairan Pulau Panjang, Jepara. Tesis, Walsh PS, Metzger DA, Higuchi R (2013)
Universitas Diponegoro, Semarang Chelex 100 as a medium for simple
Soffer N, Brandt ME, Correa AMS, Smith TB, extraction of DNA for PCR-based typing
Thurber RV (2013) Potential role of from forensic material. BioTechniques
viruses in white plague coral disease. 54: 134−139. doi: 10.2144/000114018

209

You might also like