Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 20

ISLAM IN SOUTH THAILAND: ACCULTURATION OF ISLAM

IN THE MALAY CULTURE

Oleh. Suryadi
Program Pascasarjana Jurusan Interdisciplinary Islamic Studies, Konsentrasi
Bimbingan dan Konseling Islam UIN Sunan Kalijaga
Email: S2lazuvya@gmail.com
Abstrak
In the perspective of history, the religious and cultural system of Patani Malays in
Southern Thailand have underground evolution development stages from animism
and dynamism to Hinduism and Buddhism. This „‟old‟‟ culture has been handed
down into the traditions and values as well as the mindset of the present day life
and culture of the Patani Malays. The arrival of Islam has brought chnges in the
religious and cultural system of the Patani Malays. The Patani‟s worldview was
formerly based on the religious and cultural system of animism, dynamism,
Hinduism, and Buddhism in the term of their customs and traditions. This study
examines the process of inculturation of Islamic values into Patani malay‟s
culture in Southern Thailand. This study used a descriptive-analytical method and
an historical-anthropological approach. This study researches the Patani malay‟s
religious system and culture as manifested in their everyday life and the dynamic
relationship of Islamic values and local culture. In so doing, the study can
describe and analyze the development of Islamic Values and Patani Malay‟s
culture have eventually facilitated the process of its inculturation into Patani
Malay‟s religious system and culture.
Keywords: The religious systems, Islamic values, culture, inculturation.

PENDAHULUAN
Sejarah islamisasi negara-negara Melayu di kepulauan Nusantara, secara
umum dapat dilihat dari sejarah penyebaran agama Islam.1 Azyumardi Azra,
berpendapat bahwa pengaruh Islam di kepulauan Nusantara sangat besar, Islam
telah mengubah segala sistem kehidupan soiso-kultural dan tradisi keagamaan
masyarakat melayu di kepulauan Nusantara.2 Sejarah yang terjadi dalam rute
perkembangan Islam di kawasan Melayu di kepulauan Nusantara, sejauh
menyangkut dengan kedatangan dan perkembangannya terdapat perbedaan dan

1
Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007), Hlm. 11.
2
Azyumardi Azra, Renaisance Islam Asia Tenggara Sejarah Wacana dan Kekuasaan,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), Hlm. 6.

1
perdebatan di kalangan para ahlinya, berbagai teori dan pembahasan yang
berusaha dalam menjawab masalah-masalah tersebut.3
Demikian juga sejarah kedatangan Islam di Patani. Jika diatan bahwa
Islam masuk di Patani sekitar abad ke-7 M, ini dibuktikan dengan adanya
sejumlah penduduk melayu Patani yang telah menganut agama Islam.4
Kemungkinan besar orang melayu Patani memeluk islam melalui para saudagar
dari Cina, Eropa, India, dan Arab, yang melakukan perjalanan pada wilayah lintas
Timur Tengah dan Cina dengan melewati Patani. Hal ini mengingat bahwa Patani
pada zaman itu mempunyai pelabuhan perdagangan terbesar di kawasan
semenanjung melayu Patani. Asimilasi tersebut merupakan salah satu cara
penyebaran agama Islam di Patani. Dalam catatan sejarah, Patani masa itu
mempunyai pelabuhan perdagangan terbesar, dan merupakan pusat perkembangan
dakwah Islamiah tertua di kawasan semenanjug Melayu.5 Dengan demikian,
proses Islamisasi di Patani merupakan misi yang dilakukan oleh para sudagar
Muslim. Hal ini menjadikan sistem kebudayaan orang melayau Patani memasuki
dimensi baru yang bersifat akomodatif, dan menjadi konsekuensi dari masuknya
Islam di Patani dalam berbagai aspek kehidupan.6 Dalam perspektif sejarah,
keberadaan Islam di Patani diawali dengan konversi kekuasaan ke dalam Islam.
Sejarah Islamisasi di Patani telah mencerminkan bahwa pengakuan raja, para
pembesar Negara dan orang Melayu Patani pada masa itu, dapat memberikan
suatu solusi untuk mengatasi masalah politik, ekonomi dan budaya.7 Dalam jarak

3
Tentang Teori-teori Kedatangan Islam di Nusantara, Lihat Azyumardi Azra,Jaringan
Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, (Bandung: Mizan, 1995),
24.
4
M.B. Hooker, Undang-undang Islam di Asia Tenggara, Terj. Rohani Abdurrahman, Raja
Rohana Raja Mamat, Anisah Che Ngah, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian
Pendidikan Malaysia, 1992), Hlm. 1.
5
Wan Kamal Muljani, Minoritas Muslim Cabaran dan Harapan Menjelang Abad Ke-21,
(Bangi: Syarikat Percetakan Putrajaya SDN. BHD, 2002), Hlm. 224.
6
Siti Maryam, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta:
LESFI, 2004), Hlm. 318.
7
Moeflich Hasbulloh, Islam Dalam Era “Nation State” Politik dan Pembaharuan Islam
Asia Tenggara, (Bandung: Focus Media, 2003), Hlm. 81.

2
waktu proses Islamisasi yang cukup panjang, masyarakat melayu Patani akhirnya
memiliki ideologi Islam sebagai ideologi bangsa.8
Proses Islamisasi di Patani sebagaimana juga proses islamisasi di kawasan
Nusantara lainnya, tentu saja melalui jalan damai, toleransi, tidak melibatkan
kekuatan senjata.9 Eksistensi Islam mampu mengakomodasi semua perkembangan
tanpa harus mengorbankan eksistensinya sebagai agama wahyu yang mengandung
nilai-nilai universal. Proses inkulturasi nilai-nilai Islam dalam kebudayaan Melayu
Patani merupakan proses terik menarik antara nilai-nilai Islam dengan budaya
Melayu dan menghasilkan sebuah dinamika kebudayaan masyarakat. Prose
sinkulturasi nilai-nilai Islam dalam kebudayaan Melayu Patani, dimana aspek
kepercayaan dan ritual keagamaan merupakan suatu instrument yang penting
dalam terjadinya proses inkulturisasi.10
Masyarakat Melayu Patani mempunyai kepercayaan, praktek ritual
keagamaan, dan nilai-nilai tertentu yang mereka jadikan sebagai pedoman hidup.
Bentuk inkulturisasi nilai-nilai Islam dalam kebudayaan Melayu Patani tampak
jelas, seperti dalam pelaksanaan upacara pengobatan tradisional, mantra-mantra
dan do’a yang dibaca oleh tok Bomo dalam pengobatan, jamuan atau sajian dalam
upacara persembahan di makam orang alim, menggunakan pelaris untuk
menambah rezeki, dan menggunakan jimat untuk menjaga diri dari segala bahaya
kejahatan dan sebagainya.
Penyebab kuatnya hubungan masyarakat Melayu Patani dalam religio-
kultural adalah peran historisnya, yang meletakkan Patani sebagai pusat dakwah
Islamiah di Semenanjung Melayu, dan dikung oleh lembaga keagamaan. Ulama
berfungsi sebagai yang mensahkan kekuasaan dan dukungan bagi golongan
tertentu, memelihara dan menggunakan kekuasaan politik pada masa awal Islam
di Patani. Kekuatan dan kebangkitan Melayu, berakar pada agama islam yang
berkembang di Patani. Dengan demikian dalam perkembangan Islam telah

8
Sudirman Tebba (Ed), Perkembangan Mutakhir Hukum Islam di Asia Tenggara: Studi
Kasus Hukum Keluarga dan Pengkodifikasiannya, (Bandung: Mizan Pustaka, 1993), Hlm. 118.
9
Azyumardi Azra, Jaringan Global dan Lokal: Islam Nusantara, (Bandung: Mizan, 2002),
Hlm. 18.
10
Peter L. Berger, Langit Suci: Agama Sebagai Realitas Sosial, terj. Hartono, (Jakarta:
LP3ES, 1994), Hlm. 49.

3
menghasilkan sebuah kebudayaan tersendiri dan menghilangkan dominasi
kekuasaan Hindu-Budha.

DEMOGRAFI ISLAM PATANI THAILAND SELATAN


a. Sejarah Islam di Patani Thailand Selatan
Tidak ada bukti nyata dan kuat yang dapat menjelaskan
kepercayaan atau agama masyarakat Melayu Patani di Muang Thai
selatan. Akan tetapi dipercayai bahwa praktek kepercayaan orang
melayu Patani adalah memuja tempat-tempat dan benda-benda
yang dianggap keramat seperti pohon-pohon, bukit, gunung dan
sebagainya.
Sejarah mencatat bahwa latar belakang keagamaan dan kebudayaan
Melayu Patani berasal dari para pedagang dari India, sehingga
agama dan budaya yang dibawa oleh para pedagang ini sangat
berpengaruh. Dalam kenyataannya Patani merupakan sebuah
Negara yang didominasi oleh keagamaan dan kebudayaan Hindu-
India.11
Proses pembentukan tradisi secara bertahap, terjadi marginalisasi
pemahaman dan unsur budaya lama. Para sejarawan dan para
antropologi dapat melihat bahwa berbagai unsur budaya yang
masih berjalan adalah kelanjutan dari zaman pra-Islam dalam
tradisi integrasi ini, tetapi sia-sisa kepercayaan dan kebudayaan
pra-Islam telah dijadikan sebagai bagian tradisi melayu Patani.12
Wujud unsur animism, dinamisme dan Hindu Budha dalam
kebudayaan orang Melayu Patani hasil penyebaran agama Hindu-
Budha dari India beberapa abad sebelum Islam memang tidak
dapat dipungkiri. Akan tetapi kedatangan agama islam dapat

11
Robert Day Mc Amis, Malay Muslim: The History and Challenge of Resurgent Islam in
Southes Asia, (Grand Rapids, Michigan/Cambridge, UK: William B. Ferdmans Publishing
Company, 2002), Hlm. 8.
12
Tufik Abdullah, Sharon Siddique, Tradisi dan Kebangkitan islam di Asia Tenggara,
(Jakarta: LP3ES), Hlm. 84.

4
mengubah beberapa perubahan yang radikal telah berlaku di
rantaun ini.
Agama Islam merupakan kekuatan baru dalam masyarakat Melayu
Patani di Thailand Selatan, di saat Islam telah menyingkirkan
kekuasaan Hindu dan Budha. Tentang proses perjalanan
perkembangan agama Islam di Patani, terdapat perbedaan pendapat
yang rumit dan panjang di kalangan para ahli.
Menurut keterangan para sejarawan, Islam di Patani ada kaitannya
dengan Islam di Pasai. Sejarah mencatat bahwa peristiwa ini
dimulai pada Tahun 1457 M, namun kemungkinan proses
Islamisasi telah dimulai lebih awal, karena kerajaan Melayu Pasai
telah terkenal sebagai pusat Islam sejak abad ke-13 M, dan bukti
dari persamaan bentuk batu nisan raja Melayu Patani dan raja
Pasai, jenis batu nisan adalah batu Aceh Darussalam, dan bentuk
pengaruh Pasai, jga terbukti adanya kampung Pa Sri (dari kata
pasai) di Prpinsi Patani, serta makan tok pasai yang dipercayai
milik Syeikh Sa’id dari Pasai.13
Persoalan penetapan sejarah masuk dan kedatangan Islam ke Patani
juga menjadi perdebatan di kalangan para sejarawan dan belum
titik temu, tetapi mereka berpendapat bahwa Patani adalah kawasan
pertama masuknya Islam di kepulauan semenanjung Melayu.14
Buknti ini dikuatkan lagi dengan kenyataan D’ Eredia, seorang
pengembara berkebangsaan Portugis:
“More ever the faith of the Maumeth (Islam) wa accepted in
Patane and Pam on the eastern coast of Ujontana and certain.
Islands of Aromatik Archipelago, especially at the part of Bantam
in Jawa Major, later it was accepted and encouraged by permicuri
at Malaka in the year 1411”.15

13
A. Teeuw, D.K. Wyatt, The Story of Patani, (The Hague: Martinus Nijhof, 1997), Hlm.
149.
14
H.W. Muhd. Shgir Abdullah , Syeikh Daud Bin Abdullah al-Fathoni Penulis Islam
Produktif Asia Tenggara, (Solo: C.V. Ramadhani, 1987), Hlm. 6.
15
Ahmad Omar Capakiya, Politik dan Perjuangan Masyarakat Islam di Selatan Thailand
1992-2002, (Kuala Lumpur: UKM, 2002) Hlm. 26.

5
Dari kedatangan para sejarawan tentang datangnya Islam di Patani,
Islam masuk ke Patani pada abad ke-7, karena ketika itu sejumlah
penduduk Patani sudah ada yang menganut agama Islam.
Kemungkinan besar mereka memeluk agama Islam melalui para
pedagang Arab yang melakukan perjalanan pada wilayah lintas
Timur Tengah dan Cina melawati Patani, mengingat bahwa Patani
pada waktu itu mempunyai pelabuhan terbesar.16
Proses Islamisasi dan pembentukan Negara Islam Melayu Patani
Darussalam terdapat dua pola yaitu situasi di saat Islam berperan
dalam menentukan proses pembentukan Negara, dan keadaan
disaat Islam harus menghadapi masalah akomodasi struktural.
Tampilnya Islam di dunia Melayu, sebagai agama, dan terutama
sebagai kekuatan dagang, namun tidak merusak kesatuan kultural,
semua unsur-unsur kebudayaan dapat menciptakan suatu kesadaran
kosmopolitanisme tertentu, tetapi secara perlahan-perlahan juga
dapat mengubah dasar ideologinya.17 Pola islamisasi di Patani
melalui konversi istana sebagaimana disebutkan oleh historiografis
tradisional dan dibenarkan oleh sumber lain yang mencerminkan
bahwa pengakuan raja terhadap kemungkinan yang diberikan oleh
Islam untuk mengatasi masalah politik, sosial-budaya dan ekonomi
pada masa itu.
Islamisasi berasal dari wilayah-wilayah yang menjalankan fungsi
sebagai jembatan penyeberangan awal dengan proses yang reatif
sama, yaitu antara pedagang yang kemudian membentuk suatu
komunitas. Masyarakat melayu Patani mengalami proses Islamisasi
di kepulauan Melayu nusantara yang telah ditranformasi oleh Islam
secara bertahap mulai dari Iman, Islam, dan Ihsan yang muncul
sebagai dasar sosial dari masyarakat Melayu Patani dengan sedikit
muatan tradisi local (tradisi animis, dinamis, dan Hindu-Budha).
16
Mahmud Syukri, Pathani, (Jeddah: Dar al-Saudiah Li an-Nasri, 1974), Hlm. 25.
17
Shanty nair, Islam in Malaysia Foreing Policy, (London and New York: Routledge,
1997), Hlm. 75.

6
Berdasarkan nilai-nilai Islam dengan kebudayaan Melayu, para
pedagang yang membawa Islam ke Patani pada masa awal-awal
menyebabkan adanya proses tarik-menarik antara budaya local
dengan nilai-nilai Islam yang menghasilkan sebuah dinamika
kebudayaan masyarakat setempat, sehingga menyebabkan
terjadinya sinkretisasi dan inkulturasi kebudayaan.
b. Batas wilayah
Muang Thai atau Siam, sekarang menjadi Thailand, adalah Negara
yang administratif pemerintahannya terbagi menjadi 76 provinsi.
Wilayah selatan geografis Muang Thai merupakan daerah Melayu,
yang meliputi 14 Cangwad. Daerah Muang Thai selatan terletak di
semenanjung antara garis lintang 5 37-11 42, dan garis bujur 98-
102. Bentuk garis bujurnya memanjang dari utara ke selatan seluas
600 Km, lebar daerah yang paling luas 250 Km, dan yang paling
sepit 64 Km, yaitu di Kho Kra (Segenting Kra).18
Daerah ini mempunyai identitas sejarah kenegaraan, keagamaan
dan kebudayaan tersendiri yang terbagi ke dalam dua wilayah,
yaitu selatan bagian atas terdiri dari Provinsi Chumporn,
Suratthani, ranong, Nakorn Sri Thammarat, Phuket, Krabi,
Terang, satul, Phang-Nga dan Pattahlung. Adapun selain selatan
bagian bawah, terdiri dari provinsi songkla, Narathiwat, dan Yala.
Provinsi-provinsi selatan bagian bawah dikenal dengan sam
Changwad Dean Pak Tai (tiga wilayah sempadan selatan),
kedudukannya secara umum merupakan daerah kekuasaan politik
yang mempunyai latar belakang sejarah kedaulatan.
Jumalah penduduk Muslim di seluruh Muang Thai, menurut angka
sensus pada Tahun 2000 M, sekitar 2.815.900 jiwa, atau 4.6 persen
dari jumlah semua penduduk Muang Thai 60.617.200. jiwa. Dalam
sensus menetapkan populasi muslim Melayu di lima provinsi
18
Penelitian Staban Taksin Khed Suksa (Badan Taksin Bagian Pendidikan). Dalam.
Kementrian Pendidikan dan kementrian Dalam Negeri, Wathanatam Phatana karn Thang
Prawatatr Eklak Lea Phumpanya Cangwad Pattani, (Bangkok: Khuru Sapha, 2000), Hlm. 48.

7
selatan (satun, Songkla, Pattani, Narathiwat dan Yala) 1.769.818
jiwa, dari jumlah penduduk Muslim 2.345.800 jiwa di 14 privinsi
Selatan.19
Menurut sensus yang dilakukan oleh National Statistical Office,
Office of the Prime Minister Bangkok, bahwa angka penduduk
muslim di tiga provinsi Muang Thai selatan pada Tahun 1990 M,
adalah provinsi Patani sebanyak 403.287 jiwa, di Provinsi Yala
sebanyak 217.365 jiwa, dan di Propinsi Narathiwat sebanyak
432.655 jiwa.20
Menurut sensus pejabat statistic Nasional Thailand Tahun 2000 M,
jumlah penduduk muslim di wilayah selatan adalah 6.326.732. di
sana ada sebagian kecil penduduk muslim di Bangkok sebanyak
274.100 jiwa, dan di daerah-daerah sekitar pusta kota sebanyak
156.400 jiwa. Kebanyakan mereka tinggal di kawasan Ayudya.
Dalam laporan sensus sekitar 26.000 jiwa dari Muslim-Cina di
bagian utara Muang Thai, sebagian besar tinggal di Provinsi
Chiang Mai dan Chiang Rai.21
c. Gerakan-gerakan Umat Islam Melayu di Patani Thailand Selatan
Di Thailand selatan relasi antara mayoritas Budhis dan minoritas
Muslim di wilayah Thailand Selatan yang berbatasan dengan
Negara Jiran Malaysia dikelilingi dengan konflik selama berabad-
abad. Kelompok dan individu tertentu, termasuk sejumlah para
intelektual dan aktivis di kalangan umat Budha dan Muslim, secara
aktif terlibat dalam berbagai program yang dimaksudkan membawa
kedua komunitas itu bisa melangsungkan dialog dan diskusi.
Menurut Seeds of Peace, publikasi thai Inter-Religious Commision
for development (TICD), kegiatan semacam workshop yang

19
Greg Fealy and Virgina Hooker, Voices of Muslim in Shouteast Asian a Contempory
Sourcebook, (Singapure: 2006), Hlm. 77.
20
Ahmad Omar Capakiya, Politik dan Perjuangan masyarakat Islam Selatan Thailand
1902-2002, (Kuala Lumpur: UKM, 2002), Hlm. 37
21
Greg Fealy and Virgina Hooker, Voices of Muslim in Shouteast Asian a Contempory
Sourcebook, (Singapure: 2006), Hlm. 77.

8
diselenggarakan oleh individu-individu dan kelompok tersebut
dimaksudkan untuk menghilangkan hambatan-hambatan yang
secara historis memisahkan kedua kelompok tersebut. Salah
seorang tokoh ulama yang sangat dinamik pada masa silam, Tuan
Guru Haji Sulong bin Abdul Kadir, pengerusi Majlis Agama Islam
Wilayah Patani pernah memainkan peranan utama dalam
mempertahankan kesucian agama Islam dan kebudayaan Melayu
dari pencemaran dasar Ratthaniyom.22
Sejak jatuhnya sistem pemerintahan kesultanan Islam Melayu
Patani, mulai muncul gerakan-gerakan dalam memperjuangkan
untuk mengembalikan hak-hak kedaulatan mereka. Dari kelompok-
kelompok perjuangan tanah Melayu Patani, telah membentuk diri
menjadi sebuah gerakan yang tersembunyi yang dinamakan dengan
Gabungan Melayu Patani Raya (GEMPAR). Tumbuhnya
organisasi GEMPAR di negeri Kelantan, Malaysia, pada 5 Maret
1948, yang diketuai oleh Mahmud Mahayyidin. Organisasi ini
tersebar luas ke negeri Kedah, Pinang dan Singapura.23
GEMPAR adalah gerakan dengan pendirian pokok:
a. Mempersatukan seluruh orang Melayu dan Keturunannya
di Thailand Selatan.
b. Membangunkan hubungan yang lebih dekat dengan
penduduk-penduduk di wilayah Thailand Selatan serta
memperbaiki standar kehidupan mereka.
c. Saling membantu dan bekerja sama, memperbaiki
pendidikan dan menghidupkan kembali kebudayaan
Melayu di wilayah Thailand Selatan.
Bangkitnya gerakan separatis ini sungguhnya bukanlah ledakan
yang mendadak. Akarnya bisa ditelusuri abad ke-18 yang lampau.
Hanya saja, tidak banyak informasi mengenai sejarah kawasan ini
22
Nik Anwar Nik Mahmod, Sejarah Perjuangan Melayu Patani 1785-1954, Hlm. 11.
23
Herry Nurdi, Perjuangan Muslim Patani, Antara sejarah Penindasan dan Cita-cita
Perdamaian di Patani Darussalam, (Jakarta: Sabili Publishing, 2010), Hlm. 81.

9
karena kebanyakan laporan yang berkaitan dengan sejarah Muslim
Melayu Patani adalah laporan jurnalistik yang memuat kegiatan
terorisme atau laporan resmi dan laporan-laporan pemerintah yang
secara taat diikuti oleh media massa yang selalu menyebutkan
perlawanan muslim di Patani sebagai aksi terror atau kekerasan
dalam rangka pembebasan tanah air.

Inkulturasi Nilai-Nilai Islam Dalam Kebudayaan Patani


Bentuk-bentuk Inkulturisasi Nilai-nilai Islam dalam kebudayaan Melayu
Patani
Sejarah Islam yang inkulturatif sangat jelas dalam perkembangan Islam di
wilayah Melayu Nusantara, namun masyarakat Melayu Nusantara sendiri terdiri
dari berbagai macam etnis dengan pola keagamaan dan kebudayaan yang berbeda
satu sama lain. sistem keagamaan dan kebudayaan masyarakat Melayu di
nusantara pada umumnya berpola kepada animism dan dinamisme, kemudian
pada masa berikutnya pengaruh agam hindu dan budha ikut berkembang. Ketika
Islam mulai tersebar di wilayah Nusantara, agama ini berhadapa dengan sistem
keagamaan dan kebudayaan masyarakat yang sinkretik, sistem keagamaan dan
kebudayaan masyarakat Nusantara berubah menjadi yang berpola Inkulturatif.24
Pertemuan dan persentuhan nilai-nilai Islam dengan sistem sosial dalam
masyarakat Melayu Patani merupakan proses perubahan sosial yang menyebabkan
nilai-nilai Islam diterima tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan
itu sendiri. Dengan demikian terjadilah proses inkulturisasi nilai-nilai Islam dalam
kebudayaan Melayu Patani. Kepercayaan terhadap hal-hal suci, kramat, Makhluk
halus, penggunaan jimat, dan sebagainya. Ritual keagamaan seperti upacara
bangkit semangat, sirih pinang dan sebagainya masih tertinggal dan bercampur
aduk, meskipun Islam diterima sebagai agama Tauhid.25
Dalam proses inkulturisasi terjadi dalam beberapa tahap yaitu; tahap pertama,
proses inkulturisasi ditandai dengan adanya pengenalan lingkungan sosial,
24
Lathiful Khuluq, Khairon Nahdiyyin, Labibah zain, Islam dan Budaya, (Yogyakarta:
Penerbit Belukar, 2009), Hlm. 48.
25
Wawancara H. Abd. Harem Hile, Sekretaris Majelis Agama Islam Wilayah yala, 22 Juni
2014.

10
penyesuaian adat serta terjalinnya relasi atau hubungan dalam interaksi sosial
budaya. Ketika agama Islam masuk ke Patani, nilai-nilai Islam di ungkapkan
dalam bahasa dan kebudayaan setempat. Kedua, nilai-nilai Islam mulai
mempengaruhi kebudayaan Melayu Patani dan ketiga, proses inkulturisasi , adalah
diformulasikan nilai-nilai Islam dalam kebudayaan melayu Patani dengan
munculnya senkretisme kebudayaan dan agama. Hal tersebut tergambar dalam
sistem keagamaan dan kebudayaan melayu yang diwarnai oleh nilai-nilai
Islamyang dapat mewujudkan sebuah kebudayaan yang mempunyai ciri khas.
Hal tersebut tergambar dalam sistem keagamaan dan kebudayaan melayu yang
diwarnai oleh nilai-nilai Islam yang dapat mewujudkan sebuah kebudayaan yang
mempunyai ciri khas. Dengan demikian, nilai-nilai agam Islam telah mewarnai
beberapa aspek kebudayaan masyarakat Melayu Patani di Thailand Selatan;
a. Aspek-aspek Kepercayaan
Kepercayaan merupakan suatu intensitas yang selalu berdampingan,
senantiasa mengakar dan subur dalam sistem keagamaan masyarakat
Melayu Patani cenderung kepada mistis, mempercayai adanya kekuatan
ghaib. Dalam sistem kepercayaan ini, muncul kepercayaan animism,
dinamisme, berinteraksi terhadap kepercayaan yang ditawarkan Islam,
yang didasarkan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa telah
mengubah sistem dan pola pemikiran keagamaan dan kebudayaan
masyarakat melayu Patani. Selain itu kepercayaan orang melayu Patani
terhadap jenis benda-benda yang dianggap keramat, dapat memberi
manfaat dan mudarat, seperti jenis permata (batu jamrud, batu delima,
batu akik dan sebagainya) dengan khasiat yang beraneka ragam seperti
kekebalan, keberuntungan, menjaga diri dari segala bahaya, menakutkan
lawan, melembutkan hati orang dan sebagainya. Demikian juga mengenai
unsur kepercayaan tradisional seperti konsep tetang roh, yang dalam
kepercayaan masyarakat Melayu Patani bahwa roh akan keluar dari tubuh
manusia sewaktu seorang sedang tidur lalu mengembara. Jika roh itu tidak
kembali maka orang itu akan mati.
b. Aspek Ritual Keagamaan

11
Salah satu wujud ekpresi manusia dalam rangka mengungkapkan
kehendak atau pikirannya adalah dengan praktek ritual keagamaan atau
upacara keagamaan. Menurut pendapat Durkhaim, ritus merupakan suatu
aturan tentang tingkah laku yang menentukan bagaimana manusia harus
mengatur hubungan dirinya dengan hal-hal yang sakral.26 Sebelum
kedatangan Islam, masyarakat Melayu Patani sudah mempunyai berbagai
bentuk upacara keagamaan yang berhubungan dengan upacara tradisional.
Selai Islam datang, upacara tradisi tersebut telah mengalami unsur-unsur
perubahan dan penggeseran dalam menyesuiakan perkembangan nilai-nilai
keagmaan. Masyarakat melayu Patani dikenal dengan keragaman tradisi
lokalnya yang terkait dengan upacara-upacara siklus kehidupan sampai
upacara keagamaan.
1) Ritual Patae
Salah satu adat-istiadat dalam praktek ritual keagamaan dalam masyarakat
Melayu Patani adalah adat patae. Yang mengandung arti pencegahan
melakukan suatu karena dipercayai akan membawa akibat buruk jika
dilanggar. Tujuan dari adat patae adalah menggalakkan dalam melakukan
kebaikan, tetapi terlalu kuatnya kepercayaan dalam adat patae
menyebabkan permasalahn-permasalahan yang menyalahi ajaran agama
dianggap patae, yang dikenal dengan patae nenek moyang. Meskipun
Islam datang di Patani adat patae tetap dilakukan, dimulai ketika dari
pertama Ibu mengetahui kehamilannya, dalam adat patae Ibu harus selalu
melakukan kebaikan agar anak yang dilahirkan memiliki watak baik
sebagaimana yang dilakukan Ibunya.27
2) Ritual Hari Kelahiran
Pada hari kelahiran, tok bidaelah yang melakukan semua urusan yang
bersangkutan dengan bayi, mulai dari membersihkan bayi dan memberi
pakaiannya. Setelah penyucian, bayi dibawa kepada bapaknya, jika bayi
itu laki-laki maka diadzankan di telinga kanan, dan di iqamat di telinga
26
Emiel Durkheim, Sejarah Agama; The Elementary Forms of The Religious Life, terj.
Inyiak Ridwan Munzir, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2005), Hlm. 72.
27
Wawancara Rusita Madami, Guru agama, Narathiwat, 12 Juli 2014.

12
kiri, manakal bayi itu perempuan maka diiqamat di telinga kiri, tanpa
adzan dan diikuti dengan do’a keselamatan yang dilakukan oleh bapaknya
atau orang terdekat.

3) Ritual Pemberian Nama


Mengikuti ajaran Islam, disunnahkan memberi nama-nama yang baik
kepada anak. Dalam masyarakat Melayu Patani, pada hari upacara ritual
buka mulut, anak sekaligus diberi nama. Bagi masyarakat Melayu Patani,
nama-nama yang menunjukkan ia sebagai seorang hamba Allah, seperti
Abdullah, Abdurrahman juga nama-nama Rasul dan Nabi.Sementara bagi
anak perempuan nama-nama yang akan diberikan menggunakan nama-
nama isteri Nabi, dan nama-nama yang bercorak Islami seperti Aminah,
Aisyah, dan sebagainya. Kesadaran akan kehambaan kepada Allah yang
terwujud dalam diri orang Melayu Patani pada umumnya sebagaimana
yang ditandai luasnya pemakaian ‘’hamba Alah’’ seperti nama Andullah,
Abdurrahman dan sebagainya.
4) Ritual Pernikahan
Ritual pernikahan merupakan perkara yang paling penting dalam
masyarakat IslamMelayu Patani. Adalah upacara akad nikah merupakan
syarat paling penting dalam ritual pernikahan. Upacara akad nikah
dilaksanakan setelah semua perjanjian yang dikenakan atas pihak laki-laki,
seperti mas kawin, dan barang-barang lainnya yang disepakati oleh kedua
pihak. Upacra pernikahan dimulai dari pihak laki-laki mengutuskan
perwakilannya untuk meminang pihak wanita. Wakil yang diutus adalah
orang yang terhormat di kalangan masyarakat atau keluarga wanita. Acara
minae adalah acara kesepakatan antara orang tua kedua pihak tentang izin
pernikahan, menetapkan mahar, dan menetapkan hari pernikahan.
5) Ritual Kematian
Dalam masyarakat Melayu Patani, ada beberapa upacara berkaitan dengan
kematian yang dilakukan untuk menyempurnakan tuntutan agama dan
kebudayaan. Dalam hal ini, mulai dari jatuh sakit, kerabat dan sanak

13
saudara akan berkumpul untuk merawat dengan bergantian membaca ayat-
ayat Al-Qur’an, seperti surat Yasin, ayat Kursi dan mengajari orang sakit
untuk selalu mengucapkan syahadat supaya senantiasa dalam ketabahan
dan ketetapan imannya sampai hembusan nafas terakhir serta berdoa
supaya di akhir hidupnya dengan khusnul khatimah.
Jika ada kematian dalam kampung, secara langsung pengurus masjid
memberi tahu kepada warga masyarakat sekitar. Cara menyampaikan
kabar kematian adalah dengan memukul gendang dan menggunakan
pengeras suara. Bagi warga yang mengetahui kabar kematian dengan
segera datang ke rumah duka, yang dalam istilah setempat disebut
menawat atau ta‟ziyah. Nilai-nilai Islam dalam Kebudayaan Melayu
Patani
Dalam konteks masyarakat Melayu Patani, Islam telah memberi sebuah
keharmonisan dalam kehidupan. Selain itu islam dapat mempengaruhi
setiap tingkatan dalam sistem kehidupan dan kemasyarakatan. Sejak
berabad-abad pengaruh kerajaan Hindu-Budha ini menjadi aturan hidup
masyarakat Patani. Namun ketika ajaran Islam diterima di kalangan
masyarakat Melayu Patani hal tersebut telah mengubah pengertian
kebudayaan, pengajarannya dan telah menjadi ideologi sebagai panduan
dalam kehidupan.
Agen Inkulturasi
a. Ulama
Sosok ulama adalah sebagai pewaris para Ambiya‟ dengan kesadaran
akan tanggung jawab serta peran yang diembannya dalam
memposisikan dirinya dalam kehidupan masyarakat. Hal tersebut
seperti yang diketahui bahwa peranan ulama dalam pengertian umum
dapat dimaknai dengan sesuati yang mendominasi suatu keadaan atau
sesuatu yang menjadi bagian atau menjadi pimpinan yang utama.
Peran dan fungsi ulama sebagai agen dan media penyembahan kepada
Tuhan, kesadaran terhadap tanggung jawab oleh para ulama
sesungguhnya mengalir dari kesadaran mereka atas prinsip tauhid. Hal

14
tersebut dikarenakan kesadaran ke-Esaan Tuhan merupakan kesadaran
beragama yang paling fundamental bagi umat Islam, sehingga setiap
aktivitas keagamaan dan kebudayaan dalam kehidupan senantiasa diisi
oleh prinsip dan semangat tauhidiyah.28
Peran dan fungsi ulama tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Melayu
Patani. Sejarah menyebutkan bahwa peran ulama dalam membangun
masyarakat Melayu Patani menjadi Islami, dalam konteks sejarah
bahwa Patani telah menghasilkan para ulama Islam yang sangat
produktif dalam dunia ilmu ke agamaan di Patani. Tokoh-tokoh ulama
pada zaman dahulu dan beberapa nama yang berperan dalam bidang
keagamaan dan kebudayaan Islam Melayu di dalam masyarakat
Melayu Patani antara lainnya; Syeikh Daud bin Idris al-Fathoni,
Syeikh Wan Ismail bin Wan Abdul Kadir al-Fathoni.29
b. Jamaah Dakwah Tabligh
Salah satu organisasi sosial keagamaan yang bergerak dalam bidang
dakwah dan mengalami perkembangan yang cukup pesat sejak decade
80-an di Patani adalah jamaah Tabligh. Dakwah organisasi ini melalui
jalur sosial keagamaan. Namun demikian, kelompok ini memiliki ciri
khas dalam pelaksanaan dakwahnya bila dibandingkan dengan
aktivitas dakwah yang dilakukan oleh berbagai organisasi Islam
lainnya.

Gerakan jama’ah Dakwah Tabligh mulai masuk di kawasan di Patani pada


Tahun 1980 M. perkembangan ini dimulai dari Kelantan, Malaysia yang
dibawa oleh Tuan guru H. Abdurrahman, sungai Kolok atau dikenal
dengan H. Mea Kolok. Karenanya, pusat atau markas pertama gerakan
jamaah Dakwah Tabligh di Patani adalah terletak di sungai kolok dengan
perkembangan yang sangat pesat.30 Kemudian markas berpindah ke

28
Zainuddin, Roibin, M. In ‘am Esha, Memadu sains dan Agama, Menuju Universitas
islam Masa Depan, (Malang: Universitas Islam Negeri Malang, 2004), Hlm. 23.
29
Majalah Pengasuh, Tokoh Melayu Semenanjung Melayu, B. 541, January 1996.
30
Ahmad Omar Capakiya, Politik dan Perjuangan Masyarakat islam di selatan Thailand
1902-2002, (Kuala Lumpur: UKM, 2002), Hlm. 255.

15
wilayah Yala dan menjelma menjadi sebagai pusat Jamaah Dakwah
Tabligh terpenting dan paling berperan di kawasan Asia Tenggara.

Sarana Inkulturasi
a. Majelis Agama Islam Wilayah

Melihat jumlah penduduk tiga provinsi Patani seperti Yala, Pattani dan
Narathiwat yang mayoritas beragama Islam, seharusnya pemerintah
mampu memfasilitasi aktivitas dan sistem keagamaan Islam. Dalam
perkembangan Islam di Patani telah memunculkan pemimpin keagamaan
yang berperan aktif melalui saluran dan sarana badan keagamaan yang
dikembangkan oleh pemerintah dengan demikian, rencana kebijaksanaan
pemerintah Patani untuk menyelenggarakan administrasi Islam di tiga
provinis Thailand Selatan adalah dengan mendirikan lembaga keagmaan
yang dipimpin oleh para ulama setempat yaitu Majelis Agama Islam
Wilayah.

Majelis agama islam Wilayah adalah lembaga keagmaan dan sekaligus


sebagai lembaga sosial, yang dalam peranannya membutuhkan etos kerja
yang tinggi untuk menciptakan iklim kehidupan beragama Islam dan
berbudaya Melayu yang kondusif di tengah-tengah mayoritas penduduk
Muang Thai yang beragama Budha.

b. Masjid dan Surau


Sejarah perkembangan islam sejak awal tercatat bahwa langkah
pertama atau misi awal yang dilakukan oleh Rasulullah adalah
membangunkan Masjid di Madinah. Di sinilah, tempat didirikan
masjid itu lalu menjadi kota Madinah seperti arti harfiahnya tempat
peradaban.31 Ketka Islam masih di Mekkah belum ada tanda-tanda
akan didirikan masjid. Hal tersebut disebabkan karena ajaran Islam
masih merupakan penanaman prinsip tauhid yang cukup sulit. Tidak

31
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an, Tafsir maudhu‟I atas Pelbagai Persoalan
Umat, (Bandung: Mizan, 1960), Hlm. 461.

16
ada perubahan yang drastic bagi masyarakat Arab yang saat itu
terbiasa memuja dewa berupa patung. Kepercayaan tersebut harus
diubah dengan kepercayaan baru menyembah Allah Yang Maha Esa.32
Pola keagamaan dan kebudayaan yang diamalkan oleh orang Melayu
Patani menyesuaikan dengan warisan kebudayaan mereka. Filsafat dan
pemikiran orang Melayu Pattani terbangun jelas dalam warisan
kehidupan seperti dalam kesenian pembangunan masjid dan surau
yang melambangkan hakikat pernyataan dari tindakan menuju
penghambaan kepada Allah. Bentuk masjid dan surau yang menjadi
syi‟ar atau lambing perjalanan menuju kepada Tuhan dan peradaban
yang tinggi. Hal itu terlihat padasejarah pembangunan masjid Gresik,
Masjid Tok Ayah di provinsi Pattani, dan masjid teluk manak di
provinsi narathiwat. Bermula dari syari’at, tarikat, hakikat dan ma’rifat
karena masjid dan surau dalam masyarakat Melayu Patani beperan
penting sebagai tempay untuk berkumpul dalam mempelajari dan
mengamalkan sesuatu amalan syari’at Islam.
c. Institusi Pendidikan Agama Islam
Secara fungsional dapat dipahami bahwa lembaga pendidikan islam
terbukti merupakan sarana penting dalam perkembangan nilai-nilai
Islam yang berpengaruh dalam perubahan baik individual maupun
sosial di kalangan umat Islam. Hal ini terjadi sejak awal
perkembangan islam hingga saat ini ketika peradaban dunia telah
mengalami globalisasi.33 Pada zaman rasulullah dan para sahabatnya,
pendidikan Islam diselenggarakan di lingkungan rumah yang dikenal
dengan Dar al-Arqam. Seiring dengan perkembangan Islam dan
terbentuknya masyarakat Islam, pendidikan Islam yang
diselenggarakan di masjid yang dikenal dalam bentuk halaqah.
Masyarakatmelayu Pattani memiliki beberapa lembaga pendidikan di
antaranya masjid, Ponok, Madrasah dan Tadika, yang dahulu
32
Fazlur Rahman, Islam, terj. Ahsin Muhammad, (Bandung: Al-Ma’arif, tt), Hlm. 3.
33
Abdullah Fajar, dkk, Khasanah islam Indonesia, (Jakarta: The Habibei center, 2006),
Hlm. 2.

17
merupakan suatu lembaga yang berdasarkan atas sistem pendidikan
tradisional.34 Pendidikan keagmaan tersebut berperan dalam
masyarakat melayu Patani dan dapat menjalankan tugas dan fungsi
dalam mendidik dan membina kepribadian keagmaan serta
mewariskan gaya hidup dari kebudayaan Islam Melayu.

Kesimpulan
Sejarah islamisasi di Patani diawali dari tahap konversi kekuasaan ke
dalam islam, bahwa dengan pengakuan raja dan para pembesar Negara yang dapat
memberi sebuah solusi untuk mengatasi masalah politik dan ekonomi. Islamisasi
di Patani berwajah toleran dan damai, dan dengan sendirinya islamisasi yang
beralngsung lebih cepat disebut sebagai prosespembudayaan. Pada masa awal
Islam di Patani, para pemuka agama atau ulamnaya memiliki kemampuan untuk
membentuk sikap politik dengan bahasa politik, ekonomi dan budaya yang dapat
diterima oleh seluruh masyarakat melayu Patani secara keseluruhan. Proses
inkulturisasi nilai-ilai islam dalam kebudayaan Melayu Patani yang dilakukan
oleh para agen telah memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perubahan
sistem keagamaan dan kebudayaan masyarakat melayu menunjukkan vitalitasnya
sebagai basis kekuatan keagamaan dan sosial kultural sehingga lembaga
keagmaan tampaknya sudah mengakar kuat serta menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari masyarakat melayu Patani.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Shgir, 1987, Syeikh Daud Bin Abdullah al-Fathoni Penulis Islam
Produktif Asia Tenggara, Solo: C.V. Ramadhani.
Abdullah , Tufik, Siddique , Sharon, Tradisi dan Kebangkitan islam di Asia
Tenggara, Jakarta: LP3ES.
Azra, Azyumardi, 1999, Renaisance Islam Asia Tenggara Sejarah Wacana dan
Kekuasaan, Bandung: Remaja Rosdakarya.
______________, 1995, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan
Nusantara Abad XVII dan XVIII, Bandung: Mizan.

34
Farish A. Noor, Yoginda Sikand dan Martin van Bruinesses (eds.), The Madrasa in Asia
Political Activism and Transnational Lingkages, (Amsterdam: Amsterdam University Press,
2008), Hlm. 191.

18
______________, 2002, Jaringan Global dan Lokal: Islam Nusantara, Bandung:
Mizan.
Berger, Peter L, 1994, Langit Suci: Agama Sebagai Realitas Sosial, terj. Hartono,
Jakarta: LP3ES.
Capakiya, Ahmad Omar , 2002, Politik dan Perjuangan Masyarakat Islam di
Selatan Thailand 1992-2002, Kuala Lumpur: UKM.
Daulay, Haidar Putra, 2007, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan
Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana.
Durkheim, Emiel, 2005, Sejarah Agama; The Elementary Forms of The Religious
Life, terj. Inyiak Ridwan Munzir, Yogyakarta: IRCiSoD.
Fajar, Abdullah , 2006, Khasanah islam Indonesia, Jakarta: The Habibei center.
Fealy, Greg, and Hooker, Virgina, 2006, Voices of Muslim in Shouteast Asian a
Contempory Sourcebook, Singapure.
Hasbulloh, Moeflich, 2003, Islam Dalam Era “Nation State” Politik dan
Pembaharuan Islam Asia Tenggara, Bandung: Focus Media.
Hooker, Undang-undang Islam di Asia Tenggara, Terj. Rohani Abdurrahman,
Raja Rohana Raja Mamat, Anisah Che Ngah, Kuala Lumpur: Dewan
Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia.

Khuluq, Lathiful, Khairon Nahdiyyin, Labibah zain, 2009, Islam dan Budaya,
Yogyakarta: Penerbit Belukar.
Majalah Pengasuh, Tokoh Melayu Semenanjung Melayu, B. 541, January 1996.
Maryam, Siti, 2004, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga
Modern, Yogyakarta: LESFI.
Mc Amis, Robert Day, 2002, Malay Muslim: The History and Challenge of
Resurgent Islam in Southes Asia, Grand Rapids, Michigan/Cambridge, UK:
William B. Ferdmans Publishing Company.
Muljani, Wan Kamal, 2002, Minoritas Muslim Cabaran dan Harapan Menjelang
Abad Ke-21, Bangi: Syarikat Percetakan Putrajaya SDN. BHD.
Nair, Shanty 1997, Islam in Malaysia Foreing Policy, London and New York:
Routledge.
Nik Anwar, Mahmod, Nik, Sejarah Perjuangan Melayu Patani 1785-1954.
Nurdi, Herry, 2010, Perjuangan Muslim Patani, Antara sejarah Penindasan dan
Cita-cita Perdamaian di Patani Darussalam, Jakarta: Sabili Publishing.
Penelitian, 2000, Staban Taksin Khed Suksa Badan Taksin Bagian Pendidikan.
Dalam. Kementrian Pendidikan dan kementrian Dalam Negeri, Wathanatam
Phatana karn Thang Prawatatr Eklak Lea Phumpanya Cangwad Pattani,
Bangkok: Khuru Sapha.
Rahman, Fazlur, Islam, terj. Ahsin Muhammad, Bandung: Al-Ma’arif.
Roibin, Zainuddin, Esha, M. In ‘am, 2004, Memadu sains dan Agama, Menuju
Universitas islam Masa Depan, Malang: Universitas Islam Negeri Malang.
Shihab, Quraish, 1960, Wawasan Al-Qur‟an, Tafsir maudhu‟I atas Pelbagai
Persoalan Umat, Bandung: Mizan.
Syukri, Mahmud, 1974, Pathani, Jeddah: Dar al-Saudiah Li an-Nasri.

19
Tebba, Sudirman, 1993, Perkembangan Mutakhir Hukum Islam di Asia Tenggara:
Studi Kasus Hukum Keluarga dan Pengkodifikasiannya, Bandung: Mizan
Pustaka.
Wawancara H. Abd. Harem Hile, Sekretaris Majelis Agama Islam Wilayah yala,
22 Juni 2014.
Wawancara Rusita Madami, Guru Agama, Narathiwat, 12 Juli 2014.
Wyatt, Teeuw, 1997, The Story of Patani, The Hague: Martinus Nijhof.
Yoginda Sikand, Farish A. Noor, dan Bruinesses, Martin van, 2008, The
Madrasa in Asia Political Activism and Transnational Lingkages,
Amsterdam: Amsterdam University Press.

20

You might also like