Professional Documents
Culture Documents
Pengembangan Biskuit MPASI Tinggi Besi Dan Seng Dari Tepung Kacang Tunggak (.) Dan Hati Ayam
Pengembangan Biskuit MPASI Tinggi Besi Dan Seng Dari Tepung Kacang Tunggak (.) Dan Hati Ayam
Pengembangan Biskuit MPASI Tinggi Besi dan Seng dari Tepung Kacang
Tunggak (Vignia unguiculata L.) dan Hati Ayam
Development of Complementary Food Biscuits High Iron and Zinc from Cowpea
(Vignia unguiculata L.) and Chicken Liver Flour
Abstract
Introduction: Problem nutrients amongs toddlers are protein, iron and zinc. Cowpeas and chicken liver have the potential to be
developed into complementary foods that have high nutritional value, especially protein, iron and zinc and requerment SNI (Indonesian
Nasional Standard). Objective: to develop a ‘finger shaped-complementary food formulas and to evaluate the nutritional composition
as well as meeting the SNI. Methods: Current experimental study formulate ratio of KT ( Peanut Flour) and HA (Chicken Liver
Flour)into F0 or control formulation (0% KT: 0% HA), F1 (40% KT: 60% HA), F2 (50% KT: 50% HA), and F3 (60%
KT: 40% HA). Nutritional content was analyzed by standard chemical analysis, particularly foriron and zinc both were analyzed
with ICP OES method. Sensoryproperties were determined by female consumer panelists aged 20-30 years. Different test with a
significant level α = 0.05 was performed to evaluate the outcome. Results: There were significant differences in protein, iron, and zinc
levels between formulas. The highest levels of protein (17.12gr / 100gr), iron (7.73mg / 100gr), and zinc (5.30mg / 100gr) were
found in F1. Only F1 and F3 fulfilled the nutritionl claim for high in protein, iron and zinc. Overall, the most preferred formula is
F3 with the characteristics of light chocolate, crunchy, sweet, and common biscuit aroma. Except for fat content, F3 has met SNI for
other nutritional criterias. Conclusion: Cowpea flour and chicken liver flour can be developed into acceptable solid finger finger food
biscuits and almost fulfilled all SNI criterias.
33
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 10 No. 02, Tahun 2020, Halaman (33-48) e-ISSN: 2656-0291
pendamping ASI hanya bubur cair berbasis hewani dan besi, diperlukan substitusi
beras atau makanan nabati lain, sehingga tepung dari hati ayam. Hati ayam memiliki
sumber makanan hewani diabaikan. Usia 6- kandungan besi yang cukup tinggi, karena
24 bulan terjadi peningkatan kebutuhan 24- hati ayam adalah tempat penyimpanan besi
30% dan ASI tidak lagi dapat memenuhi (Simbolon, 2012). Kandungan protein dan
kebutuhan tersebut. Sehingga diperlukan besi dalam 100gr hati ayam yaitu, 27,4gr
Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang dan 15,8mg. Hati ayam dapat digunakan
kaya akan zat gizi makro dan zat gizi mikro sebagai bahan pangan hewani untuk bayi
(Aini & Wirawani, 2013; Hlaing et al., 2016). dan balita namun diperlukan keterampilan
Selain mutu MPASI, keterampilan pengolahan hati ayam, salah satunya dibuat
makan bayi juga harus dilatih, salah satu menjadi tepung dan disubstitusi menjadi
cara untuk melatih keterampilan makan biskuit, karena jika hati ayam disajikan
bayi dengan metode baby led weaning. Bentuk secara langsung kurang disukai oleh anak-
makanan yang sesuai dengan metode baby led anak (Syahadah, 2016).
weaning adalah finger food (Muharyani et al., Sebagai upaya perbaikan gizi serta
2014). Salah satu makanan bayi yang membuat produk yang mengandung
berbentuk finger food adalah biskuit, yaitu protein, zat gizi mikro seperti Zn dan Fe,
produk makanan kering yang diolah dengan dilakukan penambahan tepung kacang
cara memanggang adonan berbahan dasar tunggak dan tepung hati ayam dalam biskuit
tepung terigu, lemak, pengembang, dan MPASI.
penambahan makanan lain yang diizinkan
(BSN, 2005). Bahan utama biskuit adalah BAHAN DAN METODE
tepung terigu yang sebagian besar produk Desain dan Jenis Penelitian
impor (Riduan, A., Faizar Farid, 2016). Penelitian ini termasuk dalam
Oleh karena itu diperlukan subtitusi tepung penelitian jenis eksperimental menggunakan
terigu dengan tepung kacang tunggak dan dasar rancangan acak lengkap (RAL) dua
tepung hati ayam untuk meningkatkan nilai faktor dengan empat taraf perlakuan.
gizi biskuit dan pemanfaatan pangan lokal Penelitian terbagi menjadi dua tahapan
(Aini & Wirawani, 2013; Rochmah et al., yaitu penelitian pendahuluan yang terdiri
2019). dari pembuatan tepung kacang tunggak dan
Kacang tunggak (Vigna tepung hati ayam, serta penentuan
unguiculata L) atau dikenal dengan kacang formulasi sebagai berikut :
tolo adalah salah satu jenis kacang-kacangan Tabel 1:
yang telah lama dibudidayakan Indonesia. Formulasi Biskuit Finger Food MPASI
Dalam 100 gramnya mengandung 331 Kal, Bahan F0 F1 F2 F3
T. KT, g (%) 0 (0) 16 (8) 20 (10) 24 (12)
56,6gr karbohidrat, 1,9 gr lemak, 24,4gr
protein, besi 13,9mg besi (Fe), dan 5,9mg T. HA, g (%) 0 (0) 24 (12) 20 (10) 16 (8)
seng (Zn) (TKPI, 2014). Kandungan besi T. Terigu, g
90 (45) 50 (25) 50 (25) 50 (25)
(Fe) dan seng (Zn) yang cukup tinggi dalam (%)
kacang tunggak dapat digunakan untuk Margarin, g
50 (25) 50 (25) 50 (25) 50 (25)
(%)
menanggulangi masalah gizi mikro pada Gula
balita. Defisiensi seng merupakan salah satu 28 (14) 28 (14) 28 (14) 28 (14)
Halus, g (%)
faktor penyebab kematian anak di negara Kuning
20 (10) 20 (10) 20 (10) 20 (10)
berkembang. Begitu juga pada besi, jika Telur, g (%)
asupan besi kurang dari 80%AKG (Angka Susu
10 (5) 10 (5) 10 (5) 10 (5)
Bubuk, g (%)
Kecukupan Gizi) beresiko 3,46 kali lebih Baking
besar menjadi stunting dibandingkan 2 (1) 2 (1) 2 (1) 2 (1)
Powder, g (%)
dengan anak yang asupan besinya tercukupi Total
200 200 200 200
(Hidayati et al., 2016). Adonan, g
Untuk meningkatkan protein Keterangan :
T. KT = Tepung Kacang Tunggak, T. HA = Tepung
Hati Ayam, T. Terigu = Tepung Terigu. F0
34 (0%KT:0%HA), F1 = (40%KT:60%HA), F2 =
(50%KT:50%HA), F3 (60%KT:40%HA)
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 10 No. 02, Tahun 2020, Halaman (33-48) e-ISSN: 2656-0291
35
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 10 No. 02, Tahun 2020, Halaman (33-48) e-ISSN: 2656-0291
36
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 10 No. 02, Tahun 2020, Halaman (33-48) e-ISSN: 2656-0291
Tabel 2 :
Hasil Nilai Gizi Biskuit Finger Food MPASI
Formulasi
Zat Gizi F0 F1 F2 F3 P-value Mutu SNI
Kadar Air (gr) 5,78±0,14ᶜ 4,01±0,04ᵃ 6,55±0,08ᵈ 4,95±0,07ᵇ 0,000* Maks
5gr/100gr
Kadar Abu (gr) 1,68±0,00ᵃ 2,45±0,02ᶜ 2,22±0,02ᵇ 2,67±0,02ᵈ 0,000* Maks
3,5gr/100gr
Protein (gr) 8,58±0,12ᵃ 17,12±0,38ͩ 14,79±0,37ᵇ 15,72±0,49ᶜ 0,000* Min
6gr/100gr
Lemak (gr) 22,17±0,21ᵃ 24,62±0,09ͩ 22,79±0,30ᵇ 24,05±0,08ᶜ 0,001* 6-18gr/100gr
Karbohidrat (gr) 61,78±0,48ᶜ 51,79±0,31ᵃ 53,63±0,61ᵇ 52,6±0,17ᵃᵇ 0,000* Min
30gr/100gr
Besi (mg) 4,69±0,12ᵇ 7,73±0,26ͩ 2,81±0,11ᵃ 5,45±0,02ᶜ 0,000* Min
5mg/100gr
Seng (mg) 4,67±0,10ᵃ 5,30±0,14ᵇ 4,55±0,14ᵃ 5,25±0,16ᵇ 0,012* Min
2,5mg/100gr
Keterangan :
F0-F3 adalah formulasi dengan perbandingan Tepung Hati Ayam (HA) : Tepung Kacang Tunggak (KT). F0 = 0gr (HA) : 0gr (KT), F1 =
24gr (HA) : 16gr (KT), F2 = 20gr (HA) : 20gr (KT), F3 = 16gr (HA) : 24gr (KT). Data disajikan dalam nilai rata-rata ± standar deviasi.
(*)Terdapat perbedaan yang sigifikan (Pv<0,05) berdasarkan uji One Way Anova. (ᵃᵇᶜͩ) adalah huruf superskrip. Jika huruf superskrip berbeda
artinya ada perbedaan yang signifikan dan jika huruf superskrip sama artinya tidak ada perbedaan yang signifikan pada zat gizi setiap
formulasi
Tabel 3 :
Hasil Analisis Organoleptik Mutu Hedonik Biskuit Finger Food MPASI
Formulasi
Parameter F0 F1 F2 F3 P-value
Warna ₃
2,40±1,63ᵃ 7,90±1,51ᵇ 7,76±1,71ᵇ 8,08±1,98ᵇ 0,000*
Tekstur₄ 4,32±2,19ᵃ 7,99±1,68ᵇ 7,88±1,75ᵇ 7,87±1,65ᵇ 0,000*
Rasa₅ 5,95±1,80ᵃᵇ 5,18±2,39ᵃ 6,43±1,99ᵇ 6,42±2,08ᵇ 0,009*
Aroma₆ 7,78±1,35ᵃᵇ 7,09±2,77ᵃ 7,71±2,03ᵃᵇ 8,27±1,89ᵇ 0,046*
Keterangan :
F0-F3 adalah formulasi dengan perbandingan Tepung Hati Ayam (HA) : Tepung Kacang Tunggak (KT). F0 = 0gr (HA) : 0gr (KT), F1
= 24gr (HA) : 16gr (KT), F2 = 20gr (HA) : 20gr (KT), F3 = 16gr (HA) : 24gr (KT). Data disajikan dalam nilai rata-rata ± standar
deviasi. Diuji dengan kuesioner Visual Analog Scale (VAS) yang dinyatakan dalam 0-10 cm. ₃ putih kekuningan (0) dan coklat terang (10),
₄ sangat keras (0) dan sangat renyah (10), ₅ sangat pahit (0) dan sangat manis (10), ₆ langu (0) dan khas biskuit (10). (*)Terdapat
perbedaan yang sigifikan (Pv<0,05) berdasarkan uji One Way Anova. (ᵃᵇᶜͩ) Uji Duncan. Jika huruf superskrip berbeda artinya ada
perbedaan yang signifikan dan jika huruf superskrip sama artinya tidak ada perbedaan yang signifikan pada zat gizi setiap formulasi.
Tabel 4 :
Hasil Analisis Organoleptik Hedonik Biskuit Finger Food MPASI
Parameter Formulasi P-value
F0 F1 F2 F3
Warna₃ 5,51±2,49ᵃ 7,11±2,69ᵇ 7,55±2,21ᵇ 7,81±2,34ᵇ 0,000*
Tekstur₄ 4,01±2,46ᵃ 7,83±2,04ᵇ 7,77±1,97ᵇ 8,07±1,66ᵇ 0,000*
Rasa₅ 6,50±1,66ᵃ 6,54±2,81ᵃ 7,44±2,19ᵃᵇ 7,67±2,34ᵇ 0,017*
Aroma₆ 7,69±1,33ᵃ 7,34±2,63ᵃ 7,57±2,39ᵃ 7,73±2,20ᵃ 0,808
Keterangan :
F0-F3 adalah formulasi dengan perbandingan Tepung Hati Ayam (HA) : Tepung Kacang Tunggak (KT). F0 = 0gr (HA) : 0gr (KT), F1
= 24gr (HA) : 16gr (KT), F2 = 20gr (HA) : 20gr (KT), F3 = 16gr (HA) : 24gr (KT). Data disajikan dalam nilai rata-rata ± standar
deviasi. Diuji dengan kuesioner Visual Analog Scale (VAS) yang dinyatakan dalam 0-10 cm. ₃ sangat tidak suka (0) dan sangat suka (10), ₄
sangat tidak suka (0) dan sangat suka (10), ₅ sangat tidak suka (0) dan sangat suka (10), ₆ sangat tidak suka (0) dan sangat suka (10).
(*)Terdapat perbedaan yang sigifikan (Pv<0,05) berdasarkan uji One Way Anova. (ᵃᵇᶜͩ) Uji Duncan. Jika huruf superskrip berbeda artinya
ada perbedaan yang signifikan dan jika huruf superskrip sama artinya tidak ada perbedaan yang signifikan pada zat gizi setiap formulasi.
37
Kadar Protein formula lainnya. Hal ini tidak sesuai dengan
Jika dibandingkan dengan F0 pernyataan Tunjungansari tentang biskuit
(kontrol) hati ayam dan kacang tunggak kacang tunggak, bahwa semakin tinggi
berkontribusi pada kadar protein sebanyak komposisi tepung kacang tunggak maka
8,54gr pada F1, 6,21gr pada F2, dan 7,14gr semakin tinggi kadar proteinnya
pada F3. Hati ayam merupakan salah satu (Tunjungsari, 2019). Perbedaan tersebut
makanan sumber protein, menurut USDA terjadi karena pada penelitian Tunjungsari
(2014) dalam Nadirah (2019) hati ayam hanya menggunakan tepung kacang
memiliki kandungan protein hewani tunggak saja, sedangkan pada pembuatan
dengan mutu tinggi sebanyak biskuit finger food MPASI, menggunakan
16,92gr/100gr. Semakin tinggi komposisi tepung hati ayam sebagai sumber protein
tepung hati ayam maka semakin tinggi juga hewani yang mengandung asam amino
kandungan protein dalam biskuit tersebut, esensial.
hal ini sesuai dengan penelitian Darmatika Uji statistik menunjukkan
yang menghasilkan kadar protein tertinggi perbedaan bermakna kandungan protein
(9,26%) terdapat pada formulasi dengan antar formula. Meskipun tiap formulasi
komposisi tepung kacang tunggak tertinggi memiliki kadar protein yang berbeda,
(Darmatika et al., 2018). Pernyataan namun semua formulasi sesuai dengan
tersebut diperkuat oleh Agustia yang mutu SNI-01-7111-2-2005 yaitu kandungan
melakukan penelitian tentang biskuit hati protein minimal 6gr/100gr. Jika
ayam menghasilkan kadar protein tertinggi dibandingkan dengan peraturan BPOM
terdapat pada formula yang komposisi hati tentang pengawasan klaim pada label dan
ayamnya terbanyak. Persentase tertinggi iklan pangan olahan, semua formula kecuali
tepung hati ayam pada penelitian Agustia F0 sudah memenuhi klaim biskuit ‘tinggi
adalah 7% dari total adonan dengan protein’ yaitu sebesar 65%, pada F1, 56%
kandungan protein tertinggi dalam pada F2, dan 58% pada F3 (BPOM, 2016).
formulasi tersebut sebanyak 7,34gr.
Sedangkan pada formulasi biskuit finger food Kadar Lemak
MPASI persentase tepung hati ayam Uji statistik menunjukkan
tertinggi (F1) sebesar 12% dari total perbedaan bermakna kandungan lemak
adonan dan kadar protein pada penelitian antar formula. Lemak merupakan satu-
ini lebih tinggi dibandingkan dengan satunya zat gizi yang semua formulasinya
penelitian Agustia, yaitu sebanyak 17,12gr tidak sesuai dengan SNI-01-7111-2-2005
(Agustia et al., 2017). (BSN, 2005). Kadar lemak pada produk
Selain hati ayam, bahan yang Finger Food Biskuit MPASI dinyatakan
menyumbang hasil total protein pada sesuai dengan syarat mutu SNI jika kadar
produk Finger Food Biskuit MPASI adalah lemaknya sebanyak 6-18gr/100gr. Namun,
terigu, susu, dan tepung kacang tunggak. semua formulasi kadar lemaknya melebihi
Menurut Fitasari, tepung terigu tersusun 18gr/100gr.
dari 10-14% protein. Selain itu menurut Total lemak dalam produk Finger
Sdiq, kuning telur mengandung 14,3gr Food Biskuit MPASI dipengaruhi oleh
protein. Walaupun kacang-kacangan seperti bahan-bahan biskuit itu sendiri, diantaranya
kacang tunggak merupakan sumber adalah margarin, susu, dan tepung hati
protein, Namun hati ayam masih lebih ayam. Hati ayam sebagai salah satu
tinggi kandungan proteinnya dibandingkan penyumbang kadar lemak karena hati
dengan kacang tunggak (24,4gr). F1 merupakan salah satu organ tempat
mempunyai komposisi tepung kacang metabolisme lemak dan dalam 100gr hati
tunggak paling sedikit dan memiliki kadar ayam mengandung 16,1gr lemak (Kendran
protein tertinggi dibandingkan dengan et al., 2017). Sehingga kandungan lemak
38
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 10 No. 02, Tahun 2020, Halaman (33-48) e-ISSN: 2656-0291
pada F1, selain dari margarin juga dibandingkan asam lemak jenuh dalam
mendapat sumbangan kadar lemak dari biskuit finger food MPASI.
tepung hati ayam yang lebih banyak dari
formulasi lainnya. Kandungan lemak hati
ayam kira-kira 3-5% berat basah atau 10- Kadar Karbohidrat
15% berat kering. Lemak menghasilkan Kadar karbohidrat tertinggi ialah
suatu substansi seperti kolestrol yang F0. Hal ini terjadi karena Biskuit F0
disimpan dalam hati ayam. Kandungan menggunakan tepung terigu yang paling
kolestrol dalam hati ayam sebesar banyak diantara formulasi lainnya. Menurut
97mg/100gr (Widyamanda et al., 2013). peneliti, hanya tepung terigu saja yang
Namun kadar kolestrol dalam hati ayam berpengaruh besar terhadap perbedaan
dapat dikurangi dengan cara perebusan atau kadar karbohidrat tersebut, karena bahan
pengkukusan (Wijayanti et al., 2013). lain yang mengandung karbohidrat
Kenaikan kadar lemak dari F0 ke F1, F2, jumlahnya sama pada setiap formulasi,
dan F3 disebabkan oleh semakin tinggi sedangkan jumlah tepung terigu F0
tepung hati ayam ditambahkan dalam berbeda dengan formulasi lain. Tepung
biskut maka semakin tinggi kandungan terigu pada F0 adalah sebanyak 90gr,
lemaknya (Agustia et al., 2017). Sejalan sedangkan formulasi lain hanya 50gr.
dengan penelitian Taqiyyah, tentang biskuit Tepung terigu tersusun dari 67-70%
untuk ibu hamil dan anemia yang karbohidrat yang merupakan hasil dari
menyebutkan hasil semakin tinggi ekstrasi proses penggilingan gandum
komposisi tepung hati ayam ditambahkan (Fitasari, 2009).
maka semakin tinggi kandungan lemak Selisih rata-rata kadar karbohidrat
pada biskuit tersebut. Persentase hati ayam pada F0 dengan formulasi lainnya sekitar
tertinggi sebanyak 7% dari total adonan 9,99gr sampai dengan 8,15gr. Penurunan
dengan kandungan lemak sebanyak 17,71% kadar karbohidrat dari F0 pada F1, F2, dan
(Taqiyyah et al., 2019). Namun berbeda F3 disebabkan oleh tingginya komponen
dengan penelitian Tunjungsari (2019), zat lain yaitu protein, lemak, air, dan abu.
tentang crackers kacang tunggak yang Semakin tinggi komposisi zat lain maka
menghasilkan semakin tinggi komposisi kadar karbohidratnya semakin rendah atau
kacang tunggak maka semakin tinggi juga sebaliknya (Wulandari, 2016). Sejalan
kadar lemaknya. dengan pernyataan Wulandari, kadar
F0 (kontrol) merupakan formulasi karbohidrat terendah adalah F1
dengan kadar lemak terendah, karena hanya (51,79gr/100gr) yang didominasi oleh
margarin, telur, dan susu. Jika tepung hati ayam, yaitu 24gr tepung hati
dibandingkan dengan formulasi lainnya, ayam dan 16gr tepung kacang tunggak.
selisih kadar lemak antara F0 dengan F1 Selain tepung terigu yang rendah, yang
sekitar 2,45gr, F2 sebanyak 0,62gr, dan F3 mempengaruhi keadaan tersebut adalah
sebanyak 1,88gr. Lemak terdiri dari kandungan tepung kacang tunggak pada F1
beberapa macam seperti SFA, MUFA, merupakan yang terendah diantara F2 dan
PUFA, dan asam lemak trans (Sartika, F3. Hal itu disebabkan karena kacang
2008). Bahan pembuatan biskuit yang tunggak juga menyumbangkan kandungan
mengandung lemak tinggi adalah margarin karbohidratnya pada tiap formulasi.
(Blueband), jika dilihat informasi nilai Menurut Safitri dkk (2016) dalam 100gr
gizinya, dalam 15gr margarin (blueband) kacang tunggak mengandung 56,6gr
mengandung lemak total sebanyak 11gr, karbohidrat atau setengah bagian kacang
lemak trans 0gr, MUFA 5gr, PUFA 2gr, tunggak adalah karbohidrat. Jadi, jika
dan SFA 4gr. Artinya lebih banyak tepung kacang tunggaknya sedikit,
kandungan asam lemak tak jenuh kandungan karbohidrat pada F1 juga
39
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 10 No. 02, Tahun 2020, Halaman (33-48) e-ISSN: 2656-0291
40
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 10 No. 02, Tahun 2020, Halaman (33-48) e-ISSN: 2656-0291
menganudung seng sebesar 2,5mg (TKPI, antara pati dan gluten menyebabkan air
2014). terperangkap didalamnya dengan
Suatu pangan dikategorikan membentuk jaringan tiga dimensi karena
“sumber zat gizi” jika kandungannya dalam memiliki sifat hidrofobik (Widatmoko et
suatu produk pangan sebanyak 15%/100gr al., 2015). Sedangkan kenaikan kadar air
dan jika dikategorikan “tinggi zat gizi” jika sebesar 0,94gr pada F1 ke F3 disebabkan
kandungannya sebanyak 30%/100gr. oleh kenaikan komposisi kacang tunggak.
Angka Kecukupan Gizi (AKG) seng untuk Kacang tunggak memiliki kandungan serat
anak usia 1-3 tahun adalah 3mg/hari. Jika yang mempengaruhi aktifitas air, seperti
dibandingkan dengan peraturan BPOM semakin tinggi air yang terikat pada serat
tentang pengawasan klaim pada label dan kacang maka akan semakin tinggi kadar air
iklan pangan olahan, semua formula sudah dalam biskuit. Proses pemanggangan lebih
memenuhi klaim biskuit ‘tinggi seng’ yaitu cepat terjadi penguapan air bebas,
pada F0 sebesar 116%, F1 sebesar 132%, sedangkan untuk air yang terikat pada serat
F2 sebesar 113%, dan F3 sebesar 131% akan membutuhkan waktu lebih lama
(BPOM, 2016). Selain itu, semua formulasi untuk bisa menguap (Asfi et al., 2017).
sudah memenuhi syarat mutu SNI Biskuit
MPASI (minimal kadar seng 2,5mg/100gr). Kadar Abu
Hasil uji statistik menunjukan perbedaan Kadar abu beruhubungan erat
bermakna kandungan seng antar formula. dengan kandungan mineral yang terdapat
dalam suatu bahan pangan. Karena kadar
Kadar Air abu merupakan zat anorganik sisa hasil
Kadar air yang tidak memenuhi pembakaran suatu bahan organik. Selain
syarat mutu SNI-01-7111-2-2005 terdapat itu, kadar abu juga menunjukan kemurnian
pada F0 dan F2. Artinya, kualitas biskuit dan kebersihan suatu bahan pangan yang
pada F0 dan F2 menurun karena semakin dihasilkan (Kartika et al., 2014). F0 memiliki
tinggi kadar air dalam biskuit, maka akan kadar abu terendah karena tidak adanya
semakin besar memicu keberadaan penambahan kacang tunggak dan hati ayam
mikroba untuk tumbuh dan berkembang pada adonannya. Sedangkan kenaikan
biak, sehingga masa simpan jadi lebih kadar abu pada F1, F2 dan F3 disebabkan
rendah (Susanto, 2018). Hal ini dapat karena penambahan tepung kacang tunggak
terjadi akibat dari ketidaksempurnaan dan tepung hati ayam. Kadar abu pada
pemanggangan yang menyebabkan kadar kacang tunggak (4,49%) lebih tinggi
air tinggi atau sebaliknya. Selain itu, dibandingkan dengan kadar abu tepung
semakin lama penyimpanan bahan terigu (0,63%), karena pada umumnya
makanan, maka akan semakin bertambah kacang-kacangan seperti kacang tunggak
kadar airnya (Sakti et al., 2016). memiliki kandungan mineral yang tinggi
Kelembapan ruangan dan suhu ruangan (Lestari et al., 2019). Hati ayam juga
penyimpanan biskuit dapat mempengaruhi berpengaruh terhadap kadar abu, karena
perubahan kadar air pada biskuit (Sholihin dalam hati ayam tersimpan beberapa
et al., 2015). mineral seperti zat besi dan seng yang
Perbedaan kadar air pada tiap-tiap menyebabkan kadar abu hati ayam tinggi
formulasi hanya dipengaruhi oleh (1,6%) (Simbolon, 2012).
kandungan tepung dan proses Semua formulasi memenuhi syarat
pemanggangan. F0 tidak disubtitusi oleh mutu SNI-01-7111-2-2005 yaitu kadar abu
tepung hati ayam dan kacang tunggak, maksimal 3,5gr/100gr. Semakin tinggi
sehingga 100% menggunakan tepung terigu komposisi tepung kacang tunggak maka
yang memiliki kandungan gluten. Proses semakin tinggi juga kadar abu dalam suatu
pemanasan membuat perubahan struktur crakchers (Darmatika et al., 2018). Hal ini
41
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 10 No. 02, Tahun 2020, Halaman (33-48) e-ISSN: 2656-0291
42
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 10 No. 02, Tahun 2020, Halaman (33-48) e-ISSN: 2656-0291
dilakukan pemanasan gel pati akan penelitian Taqiyyah tentang biskuit untuk
dehidrasi dan membentuk kerangka yang ibu hamil yang mengahsilkan biskuit yang
kokoh (Awwaly, 2017; Wulandari, 2016). paling disukai adalah formulasi yang
Selain hal tersebut, proporsi kuning telur komposisi tepung hati ayamnya paling
juga mempengaruhi tekstur, karena rendah (4% dari total adonan), Sementara
mempunyai fungsi sebagai pelembut dalam yang peling tidak disukai adalah formulasi
biskuit. Proporsi kuning telur harus pas, dengan komposisi tepung hati ayam tinggi
tidak boleh terlalu banyak yang akan (7% dari total adonan) (Taqiyyah et al.,
menyebabkan biskuit tidak renyah dan 2019).
tidak boleh terlalu sedikit karena biskuit Selain tepung hati ayam, tepung
akan mudah hancur (Widiantara et al., kacang tunggak juga mempengaruhi rasa
2018). biskuit. Panelis lebih menyukai biskuit
Pada F0 tidak ada penambahan dengan komposisi tepung kacang tunggak
tepung kacang tunggak dan tepung hati yang paling banyak (12%) Hal ini berbeda
ayam, sehingga penggunaan tepung terigu dengan penelitian Tunjungsari tentang
yang paling banyak. Penambahan tepung biskuit kacang tunggak menyimpulkan
terigu yang terlalu banyak menyebabkan semakin banyak tepung kacang tunggak
biskuit menjadi sulit mengembang, keras ditambahkan, maka kesukaan terhadap rasa
dan mengubah teksturnya (Rayner, 2017). biskuit semakin kurang disukai
Hal tersebut yang menyebabkan tekstur F0 (Tunjungsari, 2019). Perbedaan ini
berbeda dengan formulasi lainnya dan mungkin terjadi karena komposisi bahan
memiliki selisih 3,56cm dari keras ke utama biskuit lainnya yang mempengaruhi
renyah. Hal ini berbeda dengan penelitian rasa (gula, tepung terigu, telur, dan susu)
Lestari, tentang crackers kacang tunggak, berbeda dengan penelitian ini.
bahwa semakin banyak tepung kacang Rasa biskuit juga dipengaruhi oleh
tunggak ditambahkan maka semakin tidak beberapa bahan lain seperti susu, gula,
disukai, dalam penelitian tersebut tekstur telur, dan tepung hati ayam. Biskuit yang
yang paling disukai adalah formulasi yang ditambahkan protein hewani seperti hati
ditambahkan 0% tepung kacang tunggak ayam dapat mempengaruhi rasa yang
(Lestari et al., 2019a). Namun berbeda kurang enak (Agustia et al., 2017). Hal
dengan hasil penelitian Darmatika, tentang tersebut dikarenakan rasa hati ayam yang
crackers kacang tunggak, bahwa semakin amis. Maka semakin sedikit tepung hati
banyak tepung kacang tunggak ayam yang ditambahkan, maka akan
ditambahkan maka teksturnya semakin semakin sesuai dengan mutu rasa yang
disukai, yaitu dengan skor 3,57 (renyah) diharapkan.
dengan rasio tepung terigu dengan tepung
kacang tunggak 60%:40% dari total tepung Aroma
(Darmatika et al., 2018). Aroma merupakan satu-satunya
parameter hedonik yang tidak ada
Rasa perbedaan bermakna berdasarkan uji
Panelis lebih menyukai F3 dengan statistik. Aroma biskuit dalam penelitian ini
rasa yang manis paling disukai karena berasal dari margarin, susu, tepung kacang
merupakan formulasi yang penambahan tunggak, dan tepung hati ayam. Aroma
tepung hati ayamnya paling sedikit. Hal ini kacang tunggak berasal dari kulit arinya,
sesuai dengan penelitian Agustia, tentang sehingga untuk mengurangi aroma langu
biskuit hati ayam menghasilkan rasa dengan dilakukan pemanasan seperti perebusan.
persentase tepung hati ayam tertinggi (7%) Pada penelitian ini kacang tunggak dikukus
adalah biskuit yang paling tidak disukai untuk menghilangkan aroma langu dan
(Agustia et al., 2017). Begitu juga dengan
43
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 10 No. 02, Tahun 2020, Halaman (33-48) e-ISSN: 2656-0291
44
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 10 No. 02, Tahun 2020, Halaman (33-48) e-ISSN: 2656-0291
45
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 10 No. 02, Tahun 2020, Halaman (33-48) e-ISSN: 2656-0291
Kemenkes, R. (2017). Penuhi Kebutuhan Gizi Tepung Ubi Jalar (Ipomea Batatas L) Dan
Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan. Tepung Kacang Merah (Paseolus Vulgaris).
Www.Depkes.Go.Id. 1–18.
Https://Www.Kemkes.Go.Id/Article Muharyani, P. Wi., Jaji, & Nurhayati, E.
/View/17012300003/Kualitas- (2014). Pengaruh Metode Baby Led
Manusia-Ditentukan-Pada-1000-Hari- Weaning Terhadap Keterampilan Oral
Pertama-Kehidupannya.Html Motor Pada Bayi (6-12 Bulan) Di
Kendran, A. A. S., Arjana, A. A. G., & Desa Sidorejo UPTD Puskesmas Way
Pradnyantari, A. A. S. I. (2017). The Hitam IV. Jurnal Keperawatan
The Activities Of Alanine Komunitas.
Aminotransferase And Aspartate Negara, J. K., Sio, A. K., Rifkhan, R.,
Aminotransferase Enzymes In Male Arifin, M., Oktaviana, A. Y.,
White Rats Treated With Extract Wihansah, R. R. S., & Yusuf, M.
Areca Nut Treatment. Buletin Veteriner (2016). Aspek Mikrobiologis, Serta
Udayana, 9(2), 132–138. Sensori (Rasa, Warna,Tekstur, Aroma)
Https://Doi.Org/10.21531/Bulvet.2 Pada Dua Bentuk Penyajian Keju
017.9.2.132 Yang Berbeda. Jurnal Ilmu Produksi
Kurniaty, W., Angkasa, D., & Fadhilla, R. Dan Teknologi Hasil Peternakan, 4(2),
(2018). Development Of A Protein- 286–290.
And Calcium-Rich Snack Food Made Https://Doi.Org/10.29244/Jipthp.4.
From A Local Anchovy (Stolephorus 2.286-290
Spp) Flour, Soy Protein Isolate And Rayner, T. (2017). Simple & Moist Cake :
Bambara Groundnut (Vigna Lengkap Soft Cake, Bolu, Kue Kering,
Subterranea) Flour. Nutrition And Food Puding, & Roti. PT. Kawan Pustaka.
Sciences Research, 5(4), 23–30. Riduan, A., Faizar Farid, A. S. (2016).
Https://Doi.Org/10.29252/Nfsr.5.4. Pemanfaatan Biji Cempedak Sebagai
23 Alternatif Pengganti Tepung Terigu
Lestari, P. A., Yusasrini, N. L. A., & Yang Bernilai Gizi Tinggi Tanpa
Wiadnyani, A. A. I. S. (2019a). Pengawet Buatan Dikalangan
Pengaruh Perbandingan Terigu Dan Kelompok Ibu-Ibu Rt 14 Kelurahan
Tepung Kacang Tunggak Terhadap Kenali Besar Kotabaru Jambi. Jurnal
Karakteristik Crackers. Jurnal Ilmu Dan Pengabdian Pada Masyarakat, 31(4), 38–
Teknologi Pangan (ITEPA), 8(4), 457. 43.
Https://Doi.Org/10.24843/Itepa.201 Rochmah, M. M., Sofa, A. D., Oktaviys, E.
9.V08.I04.P12 E., Muflihati, I., & Affandi, A. R.
Lestari, P. A., Yusasrini, N. L. A., & (2019). Karakteristik Sifat Kimia Dan
Wiadnyani, A. A. I. S. (2019b). Organoleptik Churros Tersubtitusi
Terhadap Karakteristik Crackersthe Effect Tepung Beras Dengan Tepung Ubi,
Comparative Of Wheat Flour And Cowpea Chemical Characteristic And
Flour To Characteristics Of Crackers. 8(4), Organoleptic Churros Substituted
457–464. With Rice Flour With Sweet Potato
Mas’ud, I. Z. (2014). Pengaruh Proporsi Flour. Jurnal Pangan Dan Gizi, 9(1), 74.
Puree Kacang Tunggak (Vigna Https://Doi.Org/10.26714/Jpg.9.1.2
Unguiculata (L) Walp) Dan Teri Nasi 019.74-82
Terhadap Sifat Organoleptik Safitri, F. M., Ningsih, D. R., Ismail, E., &
Kerupuk. E-Journal Boga, 03(1), 193– Waluyo, W. (2016). Pengembangan
202. Getuk Kacang Tolo Sebagai Makanan
Mayasari, R. (2015). Kajian Karakteristik Selingan Alternatif Kaya Serat. Jurnal
Biskuit Yang Dipengaruhi Perbandingan Gizi Dan Dietetik Indonesia (Indonesian
46
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 10 No. 02, Tahun 2020, Halaman (33-48) e-ISSN: 2656-0291
47
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 10 No. 02, Tahun 2020, Halaman (33-48) e-ISSN: 2656-0291
KARAKTERISTIK COOKIES
KORO. Pasundan Food Technology
Journal, 5(2), 146.
Https://Doi.Org/10.23969/Pftj.V5i2
.1045
Widyamanda, L. P., Yunianto, V. D., &
Estiningdriati, I. (2013).
PENGARUH PENAMBAHAN
BANGLE (Zingiber Cas-Sumunar)
DALAM RANSUM TERHADAP
TOTAL LIPID DAN
KOLESTEROL HATI PADA. 2(1),
1–28.
Wijayanti, D. ., Hintono, A., & Pramono,
Y. B. (2013). KADAR PROTEIN
DAN KEEMPUKAN NUGGET
AYAM DENGAN BERBAGAI
LEVEL SUBSTITUSI HATI
AYAM BROILER. 2(1), 2012–2014.
Wulandari, F. (2016). Analisis Kandungan
Gizi, Nilai Energi, Dan Uji
Organoleptik Cookies Tepung Beras
Dengan Substitusi Tepung Sukun.
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 5(3),
107–112.
https://doi.org/10.17728/jatp.183
48