Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429

Vol. 10 No. 02, Tahun 2020, Halaman (33-48) e-ISSN: 2656-0291

Pengembangan Biskuit MPASI Tinggi Besi dan Seng dari Tepung Kacang
Tunggak (Vignia unguiculata L.) dan Hati Ayam

Development of Complementary Food Biscuits High Iron and Zinc from Cowpea
(Vignia unguiculata L.) and Chicken Liver Flour

Nabila Permatasari¹, Dudung Angkasa¹, Prita Dhyani Swamilaksita¹, Vitria Melani¹,


Lintang Purwara Dewanti¹
¹Program Studi Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul. Jl. Arjuna Utara
No. 9 Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, DKI Jakarta, Indonesia
dudung.angkasa@esaunggul.ac.id ,

Riwayat Artikel: Dikirim; Diterima; Diterbitkan


DOI:

Abstract
Introduction: Problem nutrients amongs toddlers are protein, iron and zinc. Cowpeas and chicken liver have the potential to be
developed into complementary foods that have high nutritional value, especially protein, iron and zinc and requerment SNI (Indonesian
Nasional Standard). Objective: to develop a ‘finger shaped-complementary food formulas and to evaluate the nutritional composition
as well as meeting the SNI. Methods: Current experimental study formulate ratio of KT ( Peanut Flour) and HA (Chicken Liver
Flour)into F0 or control formulation (0% KT: 0% HA), F1 (40% KT: 60% HA), F2 (50% KT: 50% HA), and F3 (60%
KT: 40% HA). Nutritional content was analyzed by standard chemical analysis, particularly foriron and zinc both were analyzed
with ICP OES method. Sensoryproperties were determined by female consumer panelists aged 20-30 years. Different test with a
significant level α = 0.05 was performed to evaluate the outcome. Results: There were significant differences in protein, iron, and zinc
levels between formulas. The highest levels of protein (17.12gr / 100gr), iron (7.73mg / 100gr), and zinc (5.30mg / 100gr) were
found in F1. Only F1 and F3 fulfilled the nutritionl claim for high in protein, iron and zinc. Overall, the most preferred formula is
F3 with the characteristics of light chocolate, crunchy, sweet, and common biscuit aroma. Except for fat content, F3 has met SNI for
other nutritional criterias. Conclusion: Cowpea flour and chicken liver flour can be developed into acceptable solid finger finger food
biscuits and almost fulfilled all SNI criterias.

Keywords: biscuits, chicken liver, complementary foods, cowpeas, protein

PENDAHULUAN Salah satu penyebab masalah gizi


Periode dalam proses pertumbuhan adalah kurangnya mutu Makanan
dan perkembangan terjadi selama 1000 Hari Pendamping ASI (MPASI) sehingga
Pertama Kehidupan (HPK). Jika pada beberapa kebutuhan zat gizi makro atau
periode 1000 HPK mengalami gagal mikro tidak terpenuhi. Pada anak usia 6-23
tumbuh, akan menimbulkan masalah gizi bulan, zat besi (Fe) dan seng (Zn)
yang serius dan berdampak permanen merupakan salah satu mineral yang sering
(Kemenkes, 2017). Masalah gizi yang menjadi masalah gizi (sering mengalami
dialami di Indonesia saat ini menurut Riset kekurangan) di Indonesia terutama balita
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 dengan status ekonomi rendah (Fahmida et
prevalensi status gizi buruk 3,9%, status gizi al., 2014). Pemberian makanan pendamping
kurang 13,8%, status gizi pendek 11,5%, yang buruk pada usia 6 sampai 24 bulan
status gizi sangat pendek 19,3%. Jika akan meningkatkan resiko kurang gizi,
dibandingkan dengan tahun 2013 sudah morbiditas dan mortalitas pada bayi. Di
mengalami penurunan, namun prevalensi Negara Asia Tenggara khususnya
tahun 2018 masih terbilang tinggi masyarakat dengan ekonomi menengah
(Bappenas RI, 2017). kebawah memberikan makanan

33
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 10 No. 02, Tahun 2020, Halaman (33-48) e-ISSN: 2656-0291

pendamping ASI hanya bubur cair berbasis hewani dan besi, diperlukan substitusi
beras atau makanan nabati lain, sehingga tepung dari hati ayam. Hati ayam memiliki
sumber makanan hewani diabaikan. Usia 6- kandungan besi yang cukup tinggi, karena
24 bulan terjadi peningkatan kebutuhan 24- hati ayam adalah tempat penyimpanan besi
30% dan ASI tidak lagi dapat memenuhi (Simbolon, 2012). Kandungan protein dan
kebutuhan tersebut. Sehingga diperlukan besi dalam 100gr hati ayam yaitu, 27,4gr
Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang dan 15,8mg. Hati ayam dapat digunakan
kaya akan zat gizi makro dan zat gizi mikro sebagai bahan pangan hewani untuk bayi
(Aini & Wirawani, 2013; Hlaing et al., 2016). dan balita namun diperlukan keterampilan
Selain mutu MPASI, keterampilan pengolahan hati ayam, salah satunya dibuat
makan bayi juga harus dilatih, salah satu menjadi tepung dan disubstitusi menjadi
cara untuk melatih keterampilan makan biskuit, karena jika hati ayam disajikan
bayi dengan metode baby led weaning. Bentuk secara langsung kurang disukai oleh anak-
makanan yang sesuai dengan metode baby led anak (Syahadah, 2016).
weaning adalah finger food (Muharyani et al., Sebagai upaya perbaikan gizi serta
2014). Salah satu makanan bayi yang membuat produk yang mengandung
berbentuk finger food adalah biskuit, yaitu protein, zat gizi mikro seperti Zn dan Fe,
produk makanan kering yang diolah dengan dilakukan penambahan tepung kacang
cara memanggang adonan berbahan dasar tunggak dan tepung hati ayam dalam biskuit
tepung terigu, lemak, pengembang, dan MPASI.
penambahan makanan lain yang diizinkan
(BSN, 2005). Bahan utama biskuit adalah BAHAN DAN METODE
tepung terigu yang sebagian besar produk Desain dan Jenis Penelitian
impor (Riduan, A., Faizar Farid, 2016). Penelitian ini termasuk dalam
Oleh karena itu diperlukan subtitusi tepung penelitian jenis eksperimental menggunakan
terigu dengan tepung kacang tunggak dan dasar rancangan acak lengkap (RAL) dua
tepung hati ayam untuk meningkatkan nilai faktor dengan empat taraf perlakuan.
gizi biskuit dan pemanfaatan pangan lokal Penelitian terbagi menjadi dua tahapan
(Aini & Wirawani, 2013; Rochmah et al., yaitu penelitian pendahuluan yang terdiri
2019). dari pembuatan tepung kacang tunggak dan
Kacang tunggak (Vigna tepung hati ayam, serta penentuan
unguiculata L) atau dikenal dengan kacang formulasi sebagai berikut :
tolo adalah salah satu jenis kacang-kacangan Tabel 1:
yang telah lama dibudidayakan Indonesia. Formulasi Biskuit Finger Food MPASI
Dalam 100 gramnya mengandung 331 Kal, Bahan F0 F1 F2 F3
T. KT, g (%) 0 (0) 16 (8) 20 (10) 24 (12)
56,6gr karbohidrat, 1,9 gr lemak, 24,4gr
protein, besi 13,9mg besi (Fe), dan 5,9mg T. HA, g (%) 0 (0) 24 (12) 20 (10) 16 (8)
seng (Zn) (TKPI, 2014). Kandungan besi T. Terigu, g
90 (45) 50 (25) 50 (25) 50 (25)
(Fe) dan seng (Zn) yang cukup tinggi dalam (%)
kacang tunggak dapat digunakan untuk Margarin, g
50 (25) 50 (25) 50 (25) 50 (25)
(%)
menanggulangi masalah gizi mikro pada Gula
balita. Defisiensi seng merupakan salah satu 28 (14) 28 (14) 28 (14) 28 (14)
Halus, g (%)
faktor penyebab kematian anak di negara Kuning
20 (10) 20 (10) 20 (10) 20 (10)
berkembang. Begitu juga pada besi, jika Telur, g (%)
asupan besi kurang dari 80%AKG (Angka Susu
10 (5) 10 (5) 10 (5) 10 (5)
Bubuk, g (%)
Kecukupan Gizi) beresiko 3,46 kali lebih Baking
besar menjadi stunting dibandingkan 2 (1) 2 (1) 2 (1) 2 (1)
Powder, g (%)
dengan anak yang asupan besinya tercukupi Total
200 200 200 200
(Hidayati et al., 2016). Adonan, g
Untuk meningkatkan protein Keterangan :
T. KT = Tepung Kacang Tunggak, T. HA = Tepung
Hati Ayam, T. Terigu = Tepung Terigu. F0
34 (0%KT:0%HA), F1 = (40%KT:60%HA), F2 =
(50%KT:50%HA), F3 (60%KT:40%HA)
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 10 No. 02, Tahun 2020, Halaman (33-48) e-ISSN: 2656-0291

Analisis Zat Gizi


Analisis zat gizi dilakukan di PT.
Saraswanti Indo Genetech. Analisis yang
Tahapan penelitian kedua adalah dilakukan terdiri dari analisis proksimat
penelitian utama yaitu uji organoleptik yang yang terdiri dari kadar air (metode oven),
terdiri dari hedonik dan mutu hedonik, kadar abu (metode pengabuan kering),
serta uji zat gizi seperti uji proksimat, kadar protein (metode Kjeldahl), lemak (metode
zat besi, dan kadar seng yang dilakukan soxhlet), dan karbohidrat (metode by
pada bulan Mei 2020 sampai dengan bulan difference), serta analisis mineral serperti zat
Juni 2020. besi, dan seng dengan metode spektrometer
ICP OES (AOAC, 2005).
Prosedur Pembuatan Biskuit Subtitusi
Tepung Kacang Tunggak dan Hati Analisis Sensori
Ayam Analisis sensori dilakukan panelis
Prosedur pembuatan biskuit dalam konsumen sebanyak 50 orang dengan
penelitian ini merupakan modifikasi dari kriteria wanita usia 20-30 tahun, dalam
Mayasari (2015) yang terdiri dari tiga keadaan sehat dan tidak alergi kacang-
bagian, proses pertama merupakan proses kacangan. Analisis sensori terdiri dari dua
persiapan alat dan bahan. Alat terdiri dari uji, yaitu uji hedonik dan mutu hedonik
mixer (Philips), baskom, spatula, timbangan dengan parameter warna, tekstur, rasa dan
digital (Electric Kitchen Scale), pengayak aroma. Pengambilan data menggunakan
tepung, sendok makan, mangkok, rolling pin, Visual Analog Scale (VAS), yaitu sebuah garis
kertas roti, oven listrik (Kirin), loyang, lurus horizontal berukuran 100mm (10cm)
cetakan biskuit, piring dan sarung tangan yang sangat ideal untuk mengukur persepsi
plastik. Persiapan bahan meliputi (Chander, 2019). Pada uji hedonik, panelis
pengayakan tepung terigu (kunci biru), diminta untuk memberi tanda pada garis
tepung kacang tunggak, dan tepung hati disetiap masing-masing parameter dengan
ayam, penimbangan margarin (Blue band), deskripsi sebagai berikut: putih kekuningan
gula halus (Claris) , susu bubuk (Dancow), (0) dan coklat terang (10) untuk warna,
baking powder (Koepoe-koepoe), dan pemisahan sangat keras (0) dan sangat renyah (10)
kuning telur ayam negeri. untuk tekstur, sangat pahit (0) dan sangat
Proses kedua adalah proses manis (10) untuk rasa, serta langu (0) dan
pencampuran. Margarin dan gula halus khas biskuit (10) untuk aroma. Sedangkan
dicampurkan pertama, dilanjutkan dengan pada uji hedonik (kesukaan), panelis
kuning telur, susu bubuk, dan baking powder menandakan pada garis tentang persepsi
menggunakan mixer dengan kecepatan mereka dengan kisaran sangat tidak suka (0)
rendah masing-masing selama satu menit. dan sangat suka (10) (Kurniaty et al., 2018).
Kemudian masukan tepung terigu, tepung
kacang tunggak, dan tepung hati ayam Pengolahan dan Analisis Data
secara perlahanlahan dan aduk Data yang telah diperoleh dianalisis
menggunakan spatula sampai adonan kalis. dengan uji One Way Anova dan uji lanjut
Proses ketiga adalah proses Duncan dengan taraf signifikan α = 0,05.
pembentukan dan pencetakan. Adonan Dari hasil lab dibandingan dengan SNI-01-
yang sudah kalis dipipihkan menggunakan 7111-2-2005 (BSN, 2005). Selain itu,
rolling pin kemudian dicetak menggunakan protein, zat besi (Fe), dan seng (Zn)
cetakan dan disusun dalam loyang. dibandingkan dengan standar BPOM
Panaskan oven kemudian panggang adonan kemudian diklasifikasikan sebagai tinggi
selama 15 menit dengan suhu 150˚C atau sumber zat gizi (BPOM, 2016;
(Mayasari, 2015). Kurniaty et al., 2018).

35
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 10 No. 02, Tahun 2020, Halaman (33-48) e-ISSN: 2656-0291

Etik Penelitian telah memenuhi mutu SNI kecuali kadar


Semua panelis dalam penelitian ini lemak (dengan perbedan sekitar 4-6gr) dan
sudah mendapat penerangan tentang kadar air untuk F0 (dengan perbedaan
penelitian dan memberikan persetujuan 0,78gr) serta F2 (dengan perbedaan 1,55gr).
(informed consent). Penelitian ini sudah lolos
kaji etik dengan No. 0160-20.151/DPKE- Hasil Analisis Sensori
KEP/FINAL-EA/UEU/V/2020. Tabel 3-4 menunjukan hasil sensori
dari biskuit berdasarkan parameter warna,
rasa, tekstur, dan aroma. Terdapat
perbedaan bermakna pada setiap parameter
kecuali aroma. Untuk parameter rasa,
panelis menilai antara biasa sampai suka
HASIL DAN PEMBAHASAN (6,5-7,67cm) dengan karakteristik mutu
Hasil Analisis Zat Gizi agak manis sampai manis. Sedangkan untuk
Tabel 2 menyajikan nilai gizi biskuit. parameter tekstur, panelis menilai antara
Kadar protein pada F1-F3 lebih besar tidak suka samapai sangat suka (4,01-
dibandingkan dengan F0 (kontrol), begitu 8,07cm) dengan karakteristik mutu agak
juga kadar zat besi dan seng pada F1-F3 renyah sampai renyah. Pada parameter
kecuali F2 lebih besar dibandingkan F0 warna, tekstur, rasa, dan aroma yang paling
(kontrol). Tabel 1 menunjukan bahwa F1 disukai adalah F3 dengan karakteristik
memiliki kadar protein, zat besi, dan seng coklat terang, renyah, manis, dan khas
tertinggi, sedangkan kadar protein terendah biskuit. Sementara untuk parameter aroma
terdapat pada F0 dan kadar zat besi serta yang paling tidak disukai adalah F1 dengan
seng yang terendah terdapat pada F2. karakteristik samar-samar khas biskuit.
Menururt uji statistik menunjukan Sedangkan F0 adalah formulasi yang tidak
perbedaan bermakna pada setiap nilai gizi disukai dalam parameter warna, tekstur, dan
antar formulasi (P-value<0,05). Jika rasa dengan karakteristik putih kekuningan,
dibandingkan dengan SNI, seluruh formula agak renyah, dan manis.

36
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 10 No. 02, Tahun 2020, Halaman (33-48) e-ISSN: 2656-0291

Tabel 2 :
Hasil Nilai Gizi Biskuit Finger Food MPASI
Formulasi
Zat Gizi F0 F1 F2 F3 P-value Mutu SNI
Kadar Air (gr) 5,78±0,14ᶜ 4,01±0,04ᵃ 6,55±0,08ᵈ 4,95±0,07ᵇ 0,000* Maks
5gr/100gr
Kadar Abu (gr) 1,68±0,00ᵃ 2,45±0,02ᶜ 2,22±0,02ᵇ 2,67±0,02ᵈ 0,000* Maks
3,5gr/100gr
Protein (gr) 8,58±0,12ᵃ 17,12±0,38ͩ 14,79±0,37ᵇ 15,72±0,49ᶜ 0,000* Min
6gr/100gr
Lemak (gr) 22,17±0,21ᵃ 24,62±0,09ͩ 22,79±0,30ᵇ 24,05±0,08ᶜ 0,001* 6-18gr/100gr
Karbohidrat (gr) 61,78±0,48ᶜ 51,79±0,31ᵃ 53,63±0,61ᵇ 52,6±0,17ᵃᵇ 0,000* Min
30gr/100gr
Besi (mg) 4,69±0,12ᵇ 7,73±0,26ͩ 2,81±0,11ᵃ 5,45±0,02ᶜ 0,000* Min
5mg/100gr
Seng (mg) 4,67±0,10ᵃ 5,30±0,14ᵇ 4,55±0,14ᵃ 5,25±0,16ᵇ 0,012* Min
2,5mg/100gr
Keterangan :
F0-F3 adalah formulasi dengan perbandingan Tepung Hati Ayam (HA) : Tepung Kacang Tunggak (KT). F0 = 0gr (HA) : 0gr (KT), F1 =
24gr (HA) : 16gr (KT), F2 = 20gr (HA) : 20gr (KT), F3 = 16gr (HA) : 24gr (KT). Data disajikan dalam nilai rata-rata ± standar deviasi.
(*)Terdapat perbedaan yang sigifikan (Pv<0,05) berdasarkan uji One Way Anova. (ᵃᵇᶜͩ) adalah huruf superskrip. Jika huruf superskrip berbeda
artinya ada perbedaan yang signifikan dan jika huruf superskrip sama artinya tidak ada perbedaan yang signifikan pada zat gizi setiap
formulasi

Tabel 3 :
Hasil Analisis Organoleptik Mutu Hedonik Biskuit Finger Food MPASI
Formulasi
Parameter F0 F1 F2 F3 P-value
Warna ₃
2,40±1,63ᵃ 7,90±1,51ᵇ 7,76±1,71ᵇ 8,08±1,98ᵇ 0,000*
Tekstur₄ 4,32±2,19ᵃ 7,99±1,68ᵇ 7,88±1,75ᵇ 7,87±1,65ᵇ 0,000*
Rasa₅ 5,95±1,80ᵃᵇ 5,18±2,39ᵃ 6,43±1,99ᵇ 6,42±2,08ᵇ 0,009*
Aroma₆ 7,78±1,35ᵃᵇ 7,09±2,77ᵃ 7,71±2,03ᵃᵇ 8,27±1,89ᵇ 0,046*

Keterangan :
F0-F3 adalah formulasi dengan perbandingan Tepung Hati Ayam (HA) : Tepung Kacang Tunggak (KT). F0 = 0gr (HA) : 0gr (KT), F1
= 24gr (HA) : 16gr (KT), F2 = 20gr (HA) : 20gr (KT), F3 = 16gr (HA) : 24gr (KT). Data disajikan dalam nilai rata-rata ± standar
deviasi. Diuji dengan kuesioner Visual Analog Scale (VAS) yang dinyatakan dalam 0-10 cm. ₃ putih kekuningan (0) dan coklat terang (10),
₄ sangat keras (0) dan sangat renyah (10), ₅ sangat pahit (0) dan sangat manis (10), ₆ langu (0) dan khas biskuit (10). (*)Terdapat
perbedaan yang sigifikan (Pv<0,05) berdasarkan uji One Way Anova. (ᵃᵇᶜͩ) Uji Duncan. Jika huruf superskrip berbeda artinya ada
perbedaan yang signifikan dan jika huruf superskrip sama artinya tidak ada perbedaan yang signifikan pada zat gizi setiap formulasi.

Tabel 4 :
Hasil Analisis Organoleptik Hedonik Biskuit Finger Food MPASI
Parameter Formulasi P-value
F0 F1 F2 F3
Warna₃ 5,51±2,49ᵃ 7,11±2,69ᵇ 7,55±2,21ᵇ 7,81±2,34ᵇ 0,000*
Tekstur₄ 4,01±2,46ᵃ 7,83±2,04ᵇ 7,77±1,97ᵇ 8,07±1,66ᵇ 0,000*
Rasa₅ 6,50±1,66ᵃ 6,54±2,81ᵃ 7,44±2,19ᵃᵇ 7,67±2,34ᵇ 0,017*
Aroma₆ 7,69±1,33ᵃ 7,34±2,63ᵃ 7,57±2,39ᵃ 7,73±2,20ᵃ 0,808

Keterangan :
F0-F3 adalah formulasi dengan perbandingan Tepung Hati Ayam (HA) : Tepung Kacang Tunggak (KT). F0 = 0gr (HA) : 0gr (KT), F1
= 24gr (HA) : 16gr (KT), F2 = 20gr (HA) : 20gr (KT), F3 = 16gr (HA) : 24gr (KT). Data disajikan dalam nilai rata-rata ± standar
deviasi. Diuji dengan kuesioner Visual Analog Scale (VAS) yang dinyatakan dalam 0-10 cm. ₃ sangat tidak suka (0) dan sangat suka (10), ₄
sangat tidak suka (0) dan sangat suka (10), ₅ sangat tidak suka (0) dan sangat suka (10), ₆ sangat tidak suka (0) dan sangat suka (10).
(*)Terdapat perbedaan yang sigifikan (Pv<0,05) berdasarkan uji One Way Anova. (ᵃᵇᶜͩ) Uji Duncan. Jika huruf superskrip berbeda artinya
ada perbedaan yang signifikan dan jika huruf superskrip sama artinya tidak ada perbedaan yang signifikan pada zat gizi setiap formulasi.

37
Kadar Protein formula lainnya. Hal ini tidak sesuai dengan
Jika dibandingkan dengan F0 pernyataan Tunjungansari tentang biskuit
(kontrol) hati ayam dan kacang tunggak kacang tunggak, bahwa semakin tinggi
berkontribusi pada kadar protein sebanyak komposisi tepung kacang tunggak maka
8,54gr pada F1, 6,21gr pada F2, dan 7,14gr semakin tinggi kadar proteinnya
pada F3. Hati ayam merupakan salah satu (Tunjungsari, 2019). Perbedaan tersebut
makanan sumber protein, menurut USDA terjadi karena pada penelitian Tunjungsari
(2014) dalam Nadirah (2019) hati ayam hanya menggunakan tepung kacang
memiliki kandungan protein hewani tunggak saja, sedangkan pada pembuatan
dengan mutu tinggi sebanyak biskuit finger food MPASI, menggunakan
16,92gr/100gr. Semakin tinggi komposisi tepung hati ayam sebagai sumber protein
tepung hati ayam maka semakin tinggi juga hewani yang mengandung asam amino
kandungan protein dalam biskuit tersebut, esensial.
hal ini sesuai dengan penelitian Darmatika Uji statistik menunjukkan
yang menghasilkan kadar protein tertinggi perbedaan bermakna kandungan protein
(9,26%) terdapat pada formulasi dengan antar formula. Meskipun tiap formulasi
komposisi tepung kacang tunggak tertinggi memiliki kadar protein yang berbeda,
(Darmatika et al., 2018). Pernyataan namun semua formulasi sesuai dengan
tersebut diperkuat oleh Agustia yang mutu SNI-01-7111-2-2005 yaitu kandungan
melakukan penelitian tentang biskuit hati protein minimal 6gr/100gr. Jika
ayam menghasilkan kadar protein tertinggi dibandingkan dengan peraturan BPOM
terdapat pada formula yang komposisi hati tentang pengawasan klaim pada label dan
ayamnya terbanyak. Persentase tertinggi iklan pangan olahan, semua formula kecuali
tepung hati ayam pada penelitian Agustia F0 sudah memenuhi klaim biskuit ‘tinggi
adalah 7% dari total adonan dengan protein’ yaitu sebesar 65%, pada F1, 56%
kandungan protein tertinggi dalam pada F2, dan 58% pada F3 (BPOM, 2016).
formulasi tersebut sebanyak 7,34gr.
Sedangkan pada formulasi biskuit finger food Kadar Lemak
MPASI persentase tepung hati ayam Uji statistik menunjukkan
tertinggi (F1) sebesar 12% dari total perbedaan bermakna kandungan lemak
adonan dan kadar protein pada penelitian antar formula. Lemak merupakan satu-
ini lebih tinggi dibandingkan dengan satunya zat gizi yang semua formulasinya
penelitian Agustia, yaitu sebanyak 17,12gr tidak sesuai dengan SNI-01-7111-2-2005
(Agustia et al., 2017). (BSN, 2005). Kadar lemak pada produk
Selain hati ayam, bahan yang Finger Food Biskuit MPASI dinyatakan
menyumbang hasil total protein pada sesuai dengan syarat mutu SNI jika kadar
produk Finger Food Biskuit MPASI adalah lemaknya sebanyak 6-18gr/100gr. Namun,
terigu, susu, dan tepung kacang tunggak. semua formulasi kadar lemaknya melebihi
Menurut Fitasari, tepung terigu tersusun 18gr/100gr.
dari 10-14% protein. Selain itu menurut Total lemak dalam produk Finger
Sdiq, kuning telur mengandung 14,3gr Food Biskuit MPASI dipengaruhi oleh
protein. Walaupun kacang-kacangan seperti bahan-bahan biskuit itu sendiri, diantaranya
kacang tunggak merupakan sumber adalah margarin, susu, dan tepung hati
protein, Namun hati ayam masih lebih ayam. Hati ayam sebagai salah satu
tinggi kandungan proteinnya dibandingkan penyumbang kadar lemak karena hati
dengan kacang tunggak (24,4gr). F1 merupakan salah satu organ tempat
mempunyai komposisi tepung kacang metabolisme lemak dan dalam 100gr hati
tunggak paling sedikit dan memiliki kadar ayam mengandung 16,1gr lemak (Kendran
protein tertinggi dibandingkan dengan et al., 2017). Sehingga kandungan lemak

38
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 10 No. 02, Tahun 2020, Halaman (33-48) e-ISSN: 2656-0291

pada F1, selain dari margarin juga dibandingkan asam lemak jenuh dalam
mendapat sumbangan kadar lemak dari biskuit finger food MPASI.
tepung hati ayam yang lebih banyak dari
formulasi lainnya. Kandungan lemak hati
ayam kira-kira 3-5% berat basah atau 10- Kadar Karbohidrat
15% berat kering. Lemak menghasilkan Kadar karbohidrat tertinggi ialah
suatu substansi seperti kolestrol yang F0. Hal ini terjadi karena Biskuit F0
disimpan dalam hati ayam. Kandungan menggunakan tepung terigu yang paling
kolestrol dalam hati ayam sebesar banyak diantara formulasi lainnya. Menurut
97mg/100gr (Widyamanda et al., 2013). peneliti, hanya tepung terigu saja yang
Namun kadar kolestrol dalam hati ayam berpengaruh besar terhadap perbedaan
dapat dikurangi dengan cara perebusan atau kadar karbohidrat tersebut, karena bahan
pengkukusan (Wijayanti et al., 2013). lain yang mengandung karbohidrat
Kenaikan kadar lemak dari F0 ke F1, F2, jumlahnya sama pada setiap formulasi,
dan F3 disebabkan oleh semakin tinggi sedangkan jumlah tepung terigu F0
tepung hati ayam ditambahkan dalam berbeda dengan formulasi lain. Tepung
biskut maka semakin tinggi kandungan terigu pada F0 adalah sebanyak 90gr,
lemaknya (Agustia et al., 2017). Sejalan sedangkan formulasi lain hanya 50gr.
dengan penelitian Taqiyyah, tentang biskuit Tepung terigu tersusun dari 67-70%
untuk ibu hamil dan anemia yang karbohidrat yang merupakan hasil dari
menyebutkan hasil semakin tinggi ekstrasi proses penggilingan gandum
komposisi tepung hati ayam ditambahkan (Fitasari, 2009).
maka semakin tinggi kandungan lemak Selisih rata-rata kadar karbohidrat
pada biskuit tersebut. Persentase hati ayam pada F0 dengan formulasi lainnya sekitar
tertinggi sebanyak 7% dari total adonan 9,99gr sampai dengan 8,15gr. Penurunan
dengan kandungan lemak sebanyak 17,71% kadar karbohidrat dari F0 pada F1, F2, dan
(Taqiyyah et al., 2019). Namun berbeda F3 disebabkan oleh tingginya komponen
dengan penelitian Tunjungsari (2019), zat lain yaitu protein, lemak, air, dan abu.
tentang crackers kacang tunggak yang Semakin tinggi komposisi zat lain maka
menghasilkan semakin tinggi komposisi kadar karbohidratnya semakin rendah atau
kacang tunggak maka semakin tinggi juga sebaliknya (Wulandari, 2016). Sejalan
kadar lemaknya. dengan pernyataan Wulandari, kadar
F0 (kontrol) merupakan formulasi karbohidrat terendah adalah F1
dengan kadar lemak terendah, karena hanya (51,79gr/100gr) yang didominasi oleh
margarin, telur, dan susu. Jika tepung hati ayam, yaitu 24gr tepung hati
dibandingkan dengan formulasi lainnya, ayam dan 16gr tepung kacang tunggak.
selisih kadar lemak antara F0 dengan F1 Selain tepung terigu yang rendah, yang
sekitar 2,45gr, F2 sebanyak 0,62gr, dan F3 mempengaruhi keadaan tersebut adalah
sebanyak 1,88gr. Lemak terdiri dari kandungan tepung kacang tunggak pada F1
beberapa macam seperti SFA, MUFA, merupakan yang terendah diantara F2 dan
PUFA, dan asam lemak trans (Sartika, F3. Hal itu disebabkan karena kacang
2008). Bahan pembuatan biskuit yang tunggak juga menyumbangkan kandungan
mengandung lemak tinggi adalah margarin karbohidratnya pada tiap formulasi.
(Blueband), jika dilihat informasi nilai Menurut Safitri dkk (2016) dalam 100gr
gizinya, dalam 15gr margarin (blueband) kacang tunggak mengandung 56,6gr
mengandung lemak total sebanyak 11gr, karbohidrat atau setengah bagian kacang
lemak trans 0gr, MUFA 5gr, PUFA 2gr, tunggak adalah karbohidrat. Jadi, jika
dan SFA 4gr. Artinya lebih banyak tepung kacang tunggaknya sedikit,
kandungan asam lemak tak jenuh kandungan karbohidrat pada F1 juga

39
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 10 No. 02, Tahun 2020, Halaman (33-48) e-ISSN: 2656-0291

sedikit. Selain kacang tunggak, komposisi menghasilkan formulasi dengan kadar Fe


tepung hati ayam juga mempengaruhi tertinggi (14,05mg).
penurunan kadar karbohidrat dalam tiap Kandungan besi didapatkan dari
formulasi. Semakin tinggi komposisi tepung hati ayam dan tepung kacang
tepung hati ayam maka semakin rendah tunggak. Dalam 100gr hati ayam
kandungan karbohidrat dalam biskuit mengandung 15,8mg besi dan dalam 100gr
tersebut (Agustia et al., 2017). Pernyataan kacang tunggak mengandung 13,9mg besi
tersebut sesuai dengan penelitian Finger (TKPI, 2014). Hati ayam mengandung zat
Food Biskuit MPASI, namun berbeda besi karena pada dasarnya hati merupakan
dengan penelitian Taqiyyah dkk (2019) organ penyimpan zat besi (Simbolon,
tentang biskuit tepung hati ayam yang 2012). Selain tepung hati ayam dan kacang
menghasilkan kadar karbohihidrat tertinggi tunggak yang mempengaruhi tingginya
terdapat pada formulasi yang komposisi kandungan besi, terdapat beberapa bahan
hati ayamnya paling tinggi. yang pada dasarnya sudah difortifikasi zat
besi seperti susu bubuk (dancow) dan tepung
Kadar Besi terigu (kunci biru) (Mayasari, 2015).
Formulasi yang memenuhi syarat Menurut peraturan BPOM tentang
mutu SNI biskuit MPASI adalah F1 dan pengawasan klaim pada label dan iklan
F3. Jika dibandingkan dengnan F0 pangan olahan, semua formula sudah
(kontrol) hati ayam dan kacang tunggak memenuhi klaim biskuit ‘tinggi zat besi’
berkontribusi sebanyak 3,04mg pada F1 yaitu pada F0 sebesar 58%, F1 sebesar
dan 0,76mg pada F3. Komposisi tepung 96%, F2 sebesar 35%, dan F3 68%
hati ayam tertinggi terdapat pada F1 yang (BPOM, 2016).
merupakan formulasi dengan kadar besi
tertinggi. Semakin banyak tepung hati ayam Kadar Seng
ditambahkan maka semakin banyak juga Kadar seng pada F1 (5,30±0,14)
kandungan besinya yang sejalan dengan adalah salah satu tertinggi dibandingkan
penelitian Santosa dan penelitian Taqiyyah dengan formulasi lain, diikuti oleh F3 yang
(Santosa et al., 2016; Taqiyyah et al., 2019). memiliki kadar seng sebanyak (5,25).
Namun berbeda dengan hasil penelitian Perbedaan kadar seng pada setiap formula
Agustia yang menyimpulkan semakin dipengaruhi oleh rasio tepung hati ayam
rendah tepung hati ayam, maka semakin dan tepung kacang tunggak. Hati ayam
tinggi kadar besinya (Agustia et al., 2017). dalam 100gr mengandung seng sebanyak
Pada penelitian Taqiyyah, formulasi 3,9mg dan kacang tunggak sebanyak 6,1mg
dengan komposisi tepung hati ayam (TKPI, 2014). Namun ketika dibandingkan
tertinggi (7%) menghasilkan kadar besi dengan F0 (kontrol), hati ayam dan kacang
sebanyak 13,06mg dan pada penelitian tunggak hanya berkontribusi sebanyak
Santosa tentang pemanfaatan hati ayam 0,63mg pada F1 dan 0,58mg pada F3.
sebagai fortifikan bubur bayi berbahan Kontribusi hati ayam dan kacang tunggak
dasar ubi jalar ungu, menghasilkan pada kadar seng tidak begitu besar, hal ini
komposisi tepung hati ayam dengan kadar sejalan dengan penelitian Aini, tentang
Fe tertinggi (12mg/100gr) menghasilkan biskuit MPASI sumber seng yang
bubur bayi berbahan dasar ubi jalar ungu menghasilkan kontribusi tepung garut dan
dengan kadar Fe sebanyak 193,34mg. ubi ungu terhadap kadar seng pada biskuit
Sedangkan pada penelitian Agustia, MPASI hanya sebesar 0,1-0,7mg (Aini &
komposisi hati ayam tertinggi (7%) Wirawani, 2013). Bahan lain seperti kuning
menghasilkan formulasi dengan kadar Fe telur juga menyumbangkan kandungan
terendah (9,61mg) dan sebaliknya, seng, karena dalam 100gr kuning telur
komposisi hati ayam terendah (4,2%)

40
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 10 No. 02, Tahun 2020, Halaman (33-48) e-ISSN: 2656-0291

menganudung seng sebesar 2,5mg (TKPI, antara pati dan gluten menyebabkan air
2014). terperangkap didalamnya dengan
Suatu pangan dikategorikan membentuk jaringan tiga dimensi karena
“sumber zat gizi” jika kandungannya dalam memiliki sifat hidrofobik (Widatmoko et
suatu produk pangan sebanyak 15%/100gr al., 2015). Sedangkan kenaikan kadar air
dan jika dikategorikan “tinggi zat gizi” jika sebesar 0,94gr pada F1 ke F3 disebabkan
kandungannya sebanyak 30%/100gr. oleh kenaikan komposisi kacang tunggak.
Angka Kecukupan Gizi (AKG) seng untuk Kacang tunggak memiliki kandungan serat
anak usia 1-3 tahun adalah 3mg/hari. Jika yang mempengaruhi aktifitas air, seperti
dibandingkan dengan peraturan BPOM semakin tinggi air yang terikat pada serat
tentang pengawasan klaim pada label dan kacang maka akan semakin tinggi kadar air
iklan pangan olahan, semua formula sudah dalam biskuit. Proses pemanggangan lebih
memenuhi klaim biskuit ‘tinggi seng’ yaitu cepat terjadi penguapan air bebas,
pada F0 sebesar 116%, F1 sebesar 132%, sedangkan untuk air yang terikat pada serat
F2 sebesar 113%, dan F3 sebesar 131% akan membutuhkan waktu lebih lama
(BPOM, 2016). Selain itu, semua formulasi untuk bisa menguap (Asfi et al., 2017).
sudah memenuhi syarat mutu SNI Biskuit
MPASI (minimal kadar seng 2,5mg/100gr). Kadar Abu
Hasil uji statistik menunjukan perbedaan Kadar abu beruhubungan erat
bermakna kandungan seng antar formula. dengan kandungan mineral yang terdapat
dalam suatu bahan pangan. Karena kadar
Kadar Air abu merupakan zat anorganik sisa hasil
Kadar air yang tidak memenuhi pembakaran suatu bahan organik. Selain
syarat mutu SNI-01-7111-2-2005 terdapat itu, kadar abu juga menunjukan kemurnian
pada F0 dan F2. Artinya, kualitas biskuit dan kebersihan suatu bahan pangan yang
pada F0 dan F2 menurun karena semakin dihasilkan (Kartika et al., 2014). F0 memiliki
tinggi kadar air dalam biskuit, maka akan kadar abu terendah karena tidak adanya
semakin besar memicu keberadaan penambahan kacang tunggak dan hati ayam
mikroba untuk tumbuh dan berkembang pada adonannya. Sedangkan kenaikan
biak, sehingga masa simpan jadi lebih kadar abu pada F1, F2 dan F3 disebabkan
rendah (Susanto, 2018). Hal ini dapat karena penambahan tepung kacang tunggak
terjadi akibat dari ketidaksempurnaan dan tepung hati ayam. Kadar abu pada
pemanggangan yang menyebabkan kadar kacang tunggak (4,49%) lebih tinggi
air tinggi atau sebaliknya. Selain itu, dibandingkan dengan kadar abu tepung
semakin lama penyimpanan bahan terigu (0,63%), karena pada umumnya
makanan, maka akan semakin bertambah kacang-kacangan seperti kacang tunggak
kadar airnya (Sakti et al., 2016). memiliki kandungan mineral yang tinggi
Kelembapan ruangan dan suhu ruangan (Lestari et al., 2019). Hati ayam juga
penyimpanan biskuit dapat mempengaruhi berpengaruh terhadap kadar abu, karena
perubahan kadar air pada biskuit (Sholihin dalam hati ayam tersimpan beberapa
et al., 2015). mineral seperti zat besi dan seng yang
Perbedaan kadar air pada tiap-tiap menyebabkan kadar abu hati ayam tinggi
formulasi hanya dipengaruhi oleh (1,6%) (Simbolon, 2012).
kandungan tepung dan proses Semua formulasi memenuhi syarat
pemanggangan. F0 tidak disubtitusi oleh mutu SNI-01-7111-2-2005 yaitu kadar abu
tepung hati ayam dan kacang tunggak, maksimal 3,5gr/100gr. Semakin tinggi
sehingga 100% menggunakan tepung terigu komposisi tepung kacang tunggak maka
yang memiliki kandungan gluten. Proses semakin tinggi juga kadar abu dalam suatu
pemanasan membuat perubahan struktur crakchers (Darmatika et al., 2018). Hal ini

41
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 10 No. 02, Tahun 2020, Halaman (33-48) e-ISSN: 2656-0291

sesuai dengan peneliti karena komposisi pada penelitian Agustia, tentang


tepung kacang tunggak tertinggi dan pengembangan biskuit mocaf-garut dengan
komposisi tepung hati ayam terendah pada berbahan dasar hati ayam sebagai alernatif
F3 yang mempunyai kadar abu tertinggi biskuit tinggi zat besi untuk balita, mereka
diantara formulasi lainnya. Jika dilihat dari menyimpulkan hasil penelitian mereka
komposisi tepung hati ayam juga sesuai bahwa warna coklat yang gelap akan
dengan penelitian Agustia, Subardjo and menurunkan tingkat kesukaan panelis
Sari (2017) tentang biskuit tepung hati (Agustia et al., 2017).
ayam yang menghasilkan kadar abu Warna adalah parameter yang
tertinggi didapatkan pada formulasi dengan pertama kali dilihat oleh konsumen,
komposisi tepung hati ayam terendah. sehingga menjadi salah satu parameter
terpenting. Warna yang menarik dan sesuai
Warna dengan keinginan konsumen menjadi daya
Bahan-bahan dalam pembuatan tarik dalam memilih makanan (Negara et al.,
Finger Food Biskuit MPASI yang 2016), artinya panelis konsumen pada uji
berpengaruh besar pada warna biskuit hedonik produk Finger Food Biskuit MPASI
adalah tepung hati ayam. Selain itu, kuning lebih menyukai biskuit yang berwarna
telur juga menyumbangkan sedikit warna coklat dibandingkan berwarna putih pucat.
kuning pada biskuit. Karena diantara bahan Berdasarkan uji statistik terdapat
yang lain, tepung hati ayam dan kuning perbedaan bermakna terhadap warna
telur yang paling mencolok. Namun ketika biskuit dengan penambahan tepung kacang
diaduk rata sampai adonan kalis, warna tunggak dan tepung hati ayam. Sejalan
kuning telur akan kalah dengan warna dengan penelitian Darmatika tentang
tepung hati ayam. Mineral besi (Fe) dan crackers kacang tunggak, yaitu perbedaan
seng (Zn) yang terkandung dalam hati rasio tepung terigu dan tepung kacang
ayam sangat bersifat reaktif dan dapat tunggak berpengaruh nyata terhadap warna
menyebabkan perubahan penilaian crackers yang dihasilkan (Darmatika et al.,
organoleptik yang negatif seperti terjadinya 2018).
perubahan warna kusam dan kurang
menarik pada suatu produk (Habeych et al., Tekstur
2016). Panelis paling meyukai F3 dengan
Formulasi dengan warna yang tekstur renyah yang artinya semakin banyak
paling disukai ialah F3 (7,81cm). Sementara tepung kacang tunggak maka semakin
warna yang paling tidak disukai ialah F0 disukai tekstur biskuitnya. Tekstur dalam
(5,51cm). F3 paling disukai karena suatu produk ditentukan oleh kadar air,
kandungannya didominasi tepung kacang kadar lemak, kadar karbohidrat, dan kadar
tunggak dan campuran dari tepung hati protein. Kadar lemak mempengaruhi
ayamnya paling sedikit, sehingga warna kelembutan biskuit, sedangkan kadar air
yang dihasilkan tidak terlalu gelap. Hal ini yang terdapat suatu adonan akan menguap
sesuai dengan penelitian Taqiyyah yang ketika dilakukan pemanasan seperti
menghasilkan, warna biskuit yang paling pemanggangan dalam oven sehingga
disukai adalah biskuit dengan proporsi hati terbentuknya rongga-rongga yang membuat
ayam paling sedikit (4%) (Taqiyyah et al., tekstur renyah. Sedangkan protein memiliki
2019). Sementara untuk F0 (tanpa tepung sifat mengikat air, hal ini sangat penting
hati ayam dan tepung kacang tunggak) dan akan berpengaruh terhadap rasa dan
tidak disukai karena warnanya terlalu tekstur pangan. Selain protein, pati juga
kuning pucat, beberapa panelis mengatakan dapat mempengaruhi tekstur biskuit,
bahwa F0 kurang berwarna sehingga kandungan air dalam adonan akan diserap
kurang menarik. Hal ini bertolak belakang pati dan membentuk gel, sehingga ketika

42
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 10 No. 02, Tahun 2020, Halaman (33-48) e-ISSN: 2656-0291

dilakukan pemanasan gel pati akan penelitian Taqiyyah tentang biskuit untuk
dehidrasi dan membentuk kerangka yang ibu hamil yang mengahsilkan biskuit yang
kokoh (Awwaly, 2017; Wulandari, 2016). paling disukai adalah formulasi yang
Selain hal tersebut, proporsi kuning telur komposisi tepung hati ayamnya paling
juga mempengaruhi tekstur, karena rendah (4% dari total adonan), Sementara
mempunyai fungsi sebagai pelembut dalam yang peling tidak disukai adalah formulasi
biskuit. Proporsi kuning telur harus pas, dengan komposisi tepung hati ayam tinggi
tidak boleh terlalu banyak yang akan (7% dari total adonan) (Taqiyyah et al.,
menyebabkan biskuit tidak renyah dan 2019).
tidak boleh terlalu sedikit karena biskuit Selain tepung hati ayam, tepung
akan mudah hancur (Widiantara et al., kacang tunggak juga mempengaruhi rasa
2018). biskuit. Panelis lebih menyukai biskuit
Pada F0 tidak ada penambahan dengan komposisi tepung kacang tunggak
tepung kacang tunggak dan tepung hati yang paling banyak (12%) Hal ini berbeda
ayam, sehingga penggunaan tepung terigu dengan penelitian Tunjungsari tentang
yang paling banyak. Penambahan tepung biskuit kacang tunggak menyimpulkan
terigu yang terlalu banyak menyebabkan semakin banyak tepung kacang tunggak
biskuit menjadi sulit mengembang, keras ditambahkan, maka kesukaan terhadap rasa
dan mengubah teksturnya (Rayner, 2017). biskuit semakin kurang disukai
Hal tersebut yang menyebabkan tekstur F0 (Tunjungsari, 2019). Perbedaan ini
berbeda dengan formulasi lainnya dan mungkin terjadi karena komposisi bahan
memiliki selisih 3,56cm dari keras ke utama biskuit lainnya yang mempengaruhi
renyah. Hal ini berbeda dengan penelitian rasa (gula, tepung terigu, telur, dan susu)
Lestari, tentang crackers kacang tunggak, berbeda dengan penelitian ini.
bahwa semakin banyak tepung kacang Rasa biskuit juga dipengaruhi oleh
tunggak ditambahkan maka semakin tidak beberapa bahan lain seperti susu, gula,
disukai, dalam penelitian tersebut tekstur telur, dan tepung hati ayam. Biskuit yang
yang paling disukai adalah formulasi yang ditambahkan protein hewani seperti hati
ditambahkan 0% tepung kacang tunggak ayam dapat mempengaruhi rasa yang
(Lestari et al., 2019a). Namun berbeda kurang enak (Agustia et al., 2017). Hal
dengan hasil penelitian Darmatika, tentang tersebut dikarenakan rasa hati ayam yang
crackers kacang tunggak, bahwa semakin amis. Maka semakin sedikit tepung hati
banyak tepung kacang tunggak ayam yang ditambahkan, maka akan
ditambahkan maka teksturnya semakin semakin sesuai dengan mutu rasa yang
disukai, yaitu dengan skor 3,57 (renyah) diharapkan.
dengan rasio tepung terigu dengan tepung
kacang tunggak 60%:40% dari total tepung Aroma
(Darmatika et al., 2018). Aroma merupakan satu-satunya
parameter hedonik yang tidak ada
Rasa perbedaan bermakna berdasarkan uji
Panelis lebih menyukai F3 dengan statistik. Aroma biskuit dalam penelitian ini
rasa yang manis paling disukai karena berasal dari margarin, susu, tepung kacang
merupakan formulasi yang penambahan tunggak, dan tepung hati ayam. Aroma
tepung hati ayamnya paling sedikit. Hal ini kacang tunggak berasal dari kulit arinya,
sesuai dengan penelitian Agustia, tentang sehingga untuk mengurangi aroma langu
biskuit hati ayam menghasilkan rasa dengan dilakukan pemanasan seperti perebusan.
persentase tepung hati ayam tertinggi (7%) Pada penelitian ini kacang tunggak dikukus
adalah biskuit yang paling tidak disukai untuk menghilangkan aroma langu dan
(Agustia et al., 2017). Begitu juga dengan

43
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 10 No. 02, Tahun 2020, Halaman (33-48) e-ISSN: 2656-0291

kemudian dioven untuk dijadikan tepung KESIMPULAN


(Mas’ud, 2014). Tepung kacang tunggak dan tepung
Sedangkan untuk aroma hati ayam hati ayam dapat dikembangkan menjadi
tergantung dari berapa banyak tepung hati biskuit finger food MPASI yang diterima dan
ayam digunakan. Penggunaan bahan yang hampir memenuhi syarat mutu SNI kecuali
beraroma amis seperti hati ayam dan lemak pada semua formulasi.
kuning telur dapat mempengaruhi aroma
dari biskuit itu sendiri. Penambahan hati Ucapan Terima Kasih
ayam yang lebih banyak dalam suatu biskuit Terima kasih kepada panelis yang
menghasilkan bau yang lebih amis sehingga telah membantu evaluasi sensori dalam
kurang disukai oleh konsumen (Agustia et penelitian ini serta kepada semua pihak
al., 2017). Namun yang dialami oleh peneiti yang telah berkontribusi dalam penelitian
berbeda, semua formulasi biskuit disukai ini, sehingga penelitian ini dapat
oleh panelis konsumen dimulai dari biskuit terselesaikan dengan baik. Manuskrip ini
tanpa subtitusi tepung hati ayam dan telah diikutkan pada Scientific Article
tepung kacang tunggak sampai biskuit yang Writing Training (SAWT) Batch III,
di tambahkan tepung hati ayam dan tepung Program Kerja GREAT 4.1.e, Program
kacang tunggak terbanyak.Nilai parameter Studi S1 Gizi, FIKES, Universitas Esa
aroma tertinggi adalah F3 dengan nilai rata- Unggul dengan dukungan fasilitator :
rata 7,73 (suka) dan yang terendah adalah Dudung Angkasa, S.Gz., M.Gizi, RD;
F0 dengan nilai rata-rata 7,69 (suka). Selisih Khairizka Citra Palupi, S.Gz., M.S; Laras
antara aroma yang paling disukai dan tidak Sitoayu, S.Gz., M.KM, RD, beserta tim
disukai yaitu 0,04cm yang secara statistik dosen prodi Ilmu Gizi lainnya. SAWT
tidak ada perbedaan. Batch III juga mendapat dukungan dana
Pada F3 penambahan tepung hati dari Universitas Esa Unggul (Angkasa et al.,
ayam lebih sedikit dibandingkan formulasi 2020).
lainnya, sehingga aroma amis dari hati ayam
tertutupi oleh aroma kacang tunggak dan DAFTAR PUSTAKA
susu. Dapat disimpulkan bahwa panelis Agustia, C. F., Subardjo, P. Y., & Sari, H.
konsumen lebih menyukai aroma yang P. (2017). Pengembangan Biskuit
didominasi oleh tepung kacang tunggak, Mocaf-Garut Dengan Substitusi Hati
namun hal ini tidak sejalan dengan Sebagai Alternatif Biskuit Tinggi Zat
penelitian Tunjungsari tentang biskuit Besi Untuk Balita. Jurnal Gizi Dan
kacang tunggak yang mengatakan bahwa, Pangan, 12(2), 129–138.
semakin tinggi tepung kacang tunggak Https://Doi.Org/10.25182/Jgp.2017.
ditambahkan dalam biskuit maka aromanya 12.2.129-138
semakin tidak disukai (Tunjungsari, 2019). Aini, N. Q., & Wirawani, Y. (2013).
Kontribusi Mp-Asi Biskuit Substitusi
Kelemahan Penelitian Tepung Garut, Kedelai, Dan Ubi Jalar
Keadaan pandemik yang terjadi saat Kuning Terhadap Kecukupan
ini mengharuskan setiap masyarakat Protein, Vitamin A, Kalsium, Dan
berdiam diri dirumah dan tidak diizinkan Zink Pada Bayi. Journal Of Nutrition
untuk berkumpul, sehingga pengambilan College, 2(4), 458–466.
data mutu hedonik dan hedonik tidak Https://Doi.Org/10.14710/Jnc.V2i4.
dilakukan di Laboratorium Organoleptik, 3727
melainkan dilakukan secara door to door. Angkasa, D., Sitoayu, L., Melani, V., Harna,
Selain itu, panelis yang digunakan hanya H., & Citra Palupi, K. (2020). Program
panelis konsumen. Kerja U GO GREAT (Vol. 1).
Perpustakaan Universitas Esa Unggul.

44
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 10 No. 02, Tahun 2020, Halaman (33-48) e-ISSN: 2656-0291

Https://Digilib.Esaunggul.Ac.Id/Pro Fahmida, U., Santika, O., Kolopaking, R.,


gram-Kerja-U-Go-Great-Program- & Ferguson, E. (2014).
Studi-S1-Ilmu-Gizi-17032.Html Complementary Feeding
AOAC. (2005). Official Method 984.27, Recommendations Based On Locally
“Calcium, Copper, Iron, Magnesium, Available Foods In Indonesia. Food
Manganese, Phosphorus, Potassium, Sodium And Nutrition Bulletin, 35(4), S174–
And Zinc In Infant Formula.” S179.
Http://Www.Eoma.Aoac.Org/Meth Https://Doi.Org/10.1177/15648265
ods/Info.Asp?ID=29031 140354S302
Asfi, W. M., Harun, N., & Zalfiatri, Y. Fitasari, E. (2009). Pengaruh Tingkat
(2017). Pemanfaatan Tepung Kacang Penambahan Tepung Terigu
Merah Dan Pati Sagu Pada Terhadap Kadar Air, Kadar Lemak,
Pembuatan Crackers. JOM Faperta, Kadar Protein, Mikrostruktur, Dan
4(1), 27–33. Mutu Organoleptik Keju Gouda
Awwaly, K. U. Al. (2017). Protein Pangan Olahan. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Hasil
Hasil Ternak Dan Aplikasinya. UB Ternak, 4(2), 1–13.
Press. Https://Doi.Org/10.1017/CBO9781
Https://Books.Google.Co.Id/Books 107415324.004
/About/Protein_Pangan_Hasil_Tern Habeych, E., Van Kogelenberg, V.,
ak_Dan_Aplikasi.Html?Id=H2podwa Sagalowicz, L., Michel, M., & Galaffu,
aqbaj&Redir_Esc=Y N. (2016). Strategies To Limit Colour
Bappenas RI. (2017). Laporan Kinerja Changes When Fortifying Food
Kementerian PPN/BAPPENAS. 1–47. Products With Iron. Food Research
BPOM. (2016). Peraturan Kepala Badan International, 88(A), 122–128.
Pengawas Obat Dan Makanan Https://Doi.Org/10.1016/J.Foodres.
Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2016.05.017
2016 Tentang Pengawasan Klaim Hidayati, L., Hadi, H., & Kumara, A.
Pada Label Dan Iklan Pangan Olahan. (2016). Kekurangan Energi Dan Zat
Bpom, 1–16. Gizi Merupakan Faktor Risiko
Https://Doi.Org/10.1017/CBO9781 Kejadian Stunted Pada Anak Usia 1-3
107415324.004 Tahun Yang Tinggal Di Wilayah
BSN. (2005). SNI-01-7111-2-2005 Kumuh Perkotaan Surakarta. Arc.
“Makanan Pendamping Air Susu Ibu Com. Health, 3(1), 34–46.
(MP-ASI) Bagian 2  : Biskuit.” Hlaing, L. M., Fahmida, U., Htet, M. K.,
Https://Www.Bsn.Go.Id/Main/Bsn Utomo, B., Firmansyah, A., &
/Isi_Bsn/20306/037-Abolisi-Sni-12- Ferguson, E. L. (2016). Local Food-
Feb-12-Mar-2020- Based Complementary Feeding
Chander, N. G. (2019). Visual Analog Scale Recommendations Developed By The
In Prosthodontics. The Journal Of Linear Programming Approach To
Indian Prosthodontic Society, 19(2), 88– Improve The Intake Of Problem
92. Nutrients Among 12-23-Month-Old
Https://Doi.Org/10.4103/Jips.Jips Myanmar Children. British Journal Of
Darmatika, K., Ali, A., & Pato, U. (2018). Nutrition, 116(S1), S16–S26.
Rasio Tepung Terigu Dan Tepung Https://Doi.Org/10.1017/S0007114
Kcang Tunggak (Vigna Unguiculata) 51500481X
Dalam Pembuatan Crackers. JOM Kartika, E. Y., Astuti, E. N. N., &
Faperta, 5(1), 1–14. Damayanti, N. A. (2014). Penentuan
Https://Jom.Unri.Ac.Id/Index.Php/J Kadar Air Dan Kadar Abu. Universitas
OMFAPERTA/Article/View/18867 Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

45
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 10 No. 02, Tahun 2020, Halaman (33-48) e-ISSN: 2656-0291

Kemenkes, R. (2017). Penuhi Kebutuhan Gizi Tepung Ubi Jalar (Ipomea Batatas L) Dan
Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan. Tepung Kacang Merah (Paseolus Vulgaris).
Www.Depkes.Go.Id. 1–18.
Https://Www.Kemkes.Go.Id/Article Muharyani, P. Wi., Jaji, & Nurhayati, E.
/View/17012300003/Kualitas- (2014). Pengaruh Metode Baby Led
Manusia-Ditentukan-Pada-1000-Hari- Weaning Terhadap Keterampilan Oral
Pertama-Kehidupannya.Html Motor Pada Bayi (6-12 Bulan) Di
Kendran, A. A. S., Arjana, A. A. G., & Desa Sidorejo UPTD Puskesmas Way
Pradnyantari, A. A. S. I. (2017). The Hitam IV. Jurnal Keperawatan
The Activities Of Alanine Komunitas.
Aminotransferase And Aspartate Negara, J. K., Sio, A. K., Rifkhan, R.,
Aminotransferase Enzymes In Male Arifin, M., Oktaviana, A. Y.,
White Rats Treated With Extract Wihansah, R. R. S., & Yusuf, M.
Areca Nut Treatment. Buletin Veteriner (2016). Aspek Mikrobiologis, Serta
Udayana, 9(2), 132–138. Sensori (Rasa, Warna,Tekstur, Aroma)
Https://Doi.Org/10.21531/Bulvet.2 Pada Dua Bentuk Penyajian Keju
017.9.2.132 Yang Berbeda. Jurnal Ilmu Produksi
Kurniaty, W., Angkasa, D., & Fadhilla, R. Dan Teknologi Hasil Peternakan, 4(2),
(2018). Development Of A Protein- 286–290.
And Calcium-Rich Snack Food Made Https://Doi.Org/10.29244/Jipthp.4.
From A Local Anchovy (Stolephorus 2.286-290
Spp) Flour, Soy Protein Isolate And Rayner, T. (2017). Simple & Moist Cake :
Bambara Groundnut (Vigna Lengkap Soft Cake, Bolu, Kue Kering,
Subterranea) Flour. Nutrition And Food Puding, & Roti. PT. Kawan Pustaka.
Sciences Research, 5(4), 23–30. Riduan, A., Faizar Farid, A. S. (2016).
Https://Doi.Org/10.29252/Nfsr.5.4. Pemanfaatan Biji Cempedak Sebagai
23 Alternatif Pengganti Tepung Terigu
Lestari, P. A., Yusasrini, N. L. A., & Yang Bernilai Gizi Tinggi Tanpa
Wiadnyani, A. A. I. S. (2019a). Pengawet Buatan Dikalangan
Pengaruh Perbandingan Terigu Dan Kelompok Ibu-Ibu Rt 14 Kelurahan
Tepung Kacang Tunggak Terhadap Kenali Besar Kotabaru Jambi. Jurnal
Karakteristik Crackers. Jurnal Ilmu Dan Pengabdian Pada Masyarakat, 31(4), 38–
Teknologi Pangan (ITEPA), 8(4), 457. 43.
Https://Doi.Org/10.24843/Itepa.201 Rochmah, M. M., Sofa, A. D., Oktaviys, E.
9.V08.I04.P12 E., Muflihati, I., & Affandi, A. R.
Lestari, P. A., Yusasrini, N. L. A., & (2019). Karakteristik Sifat Kimia Dan
Wiadnyani, A. A. I. S. (2019b). Organoleptik Churros Tersubtitusi
Terhadap Karakteristik Crackersthe Effect Tepung Beras Dengan Tepung Ubi,
Comparative Of Wheat Flour And Cowpea Chemical Characteristic And
Flour To Characteristics Of Crackers. 8(4), Organoleptic Churros Substituted
457–464. With Rice Flour With Sweet Potato
Mas’ud, I. Z. (2014). Pengaruh Proporsi Flour. Jurnal Pangan Dan Gizi, 9(1), 74.
Puree Kacang Tunggak (Vigna Https://Doi.Org/10.26714/Jpg.9.1.2
Unguiculata (L) Walp) Dan Teri Nasi 019.74-82
Terhadap Sifat Organoleptik Safitri, F. M., Ningsih, D. R., Ismail, E., &
Kerupuk. E-Journal Boga, 03(1), 193– Waluyo, W. (2016). Pengembangan
202. Getuk Kacang Tolo Sebagai Makanan
Mayasari, R. (2015). Kajian Karakteristik Selingan Alternatif Kaya Serat. Jurnal
Biskuit Yang Dipengaruhi Perbandingan Gizi Dan Dietetik Indonesia (Indonesian

46
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 10 No. 02, Tahun 2020, Halaman (33-48) e-ISSN: 2656-0291

Journal Of Nutrition And Dietetics), 4(2), SECARA WAJIB [STUDI KASUS


71. DI DKI JAKARTA] (QUALITY OF
Https://Doi.Org/10.21927/Ijnd.201 BISCUIT PRODUCT FACING
6.4(2).71-80 MANDATORY INDONESIAN
Sakti, H., Lestari, S., & Supriadi, A. (2016). NATIONAL STANDARD [SNI]
Perubahan Mutu Ikan Gabus (Channa OF BIS. 41(1), 1–12.
Striata) Asap Selama Penyimpanan. Syahadah, M. M. (2016). FORMULASI
Jurnal Teknologi Hasil Perikanan, 5(1), SOSIS TINGGI ZAT BESI DAN
11-18–18. VITAMIN A DARI HATI AYAM
Https://Doi.Org/10.36706/Fishtech. DAN WORTEL ( Daucus Carota L.)
V5i1.3514 UNTUK ANAK USIA SEKOLAH
Santosa, H., Handayani, N. A., Nuramelia, [Institut Pertanian Bogor].
C., & Sukma, N. Y. T. (2016). Https://Repository.Ipb.Ac.Id/Handl
Pemanfaatan Hati Ayam Sebagai e/123456789/86890
Fortifikan Zat Besi Dalam Bubur Bayi Taqiyyah, A., Zaman, N., Agustia, F. C., &
Instan Berbahan Dasar Ubi Jalar Aini, N. (2019). Pengembangan
Ungu (Ipomoea Batatas L.). Inovasi Biskuit Untuk Ibu Hamil Anemia
Teknik Kimia, 1(1), 27–34. Menggunakan MOCAF-Garut Yang
Sartika, R. A. D. (2008). Pengaruh Asam Disuplementasikan Daun Kelor Dan
Lemak Jenuh, Tidak Jenuh Dan Asam Hati Ayam. J. Gipas, 3.
Lemak Trans Terhadap Kesehatan. Https://Doi.Org/25992465
Kesmas: National Public Health Journal, TKPI. (2014). Tabel Komposisi Pangan
2(4), 154. Indonesia (TKPI).
Https://Doi.Org/10.21109/Kesmas. Https://Www.Panganku.Org/Id-
V2i4.258 ID/Beranda
Sholihin, Mutrarudin, & Sutrisna, R. (2015). Tunjungsari, P. (2019). Pengaruh
PENGARUH LAMA Penggunaan Tepung Kacang Tunggak
PENYIMPANAN TERHADAP (Vigna Unguiculata) Terhadap
KADAR AIR KUALITAS FISIK Kualitas Organoleptik Dan
DAN SEBARAN JAMUR WAFER Kandungan Gizi Biskuit.
LIMBAH SAYURAN DAN UMBI- TEKNOBUGA: Jurnal Teknologi
UMBIAN. Jurnal Imiah Peternakan Busana Dan Boga, 7(2), 110–118.
Terpadu, 3(2). Widatmoko, R. B., Estiasih, T.,
Simbolon, D. O. (2012). PEMERIKSAAN Korespondensi, P., & Kering, M.
KADAR Fe DALAM HATI AYAM (2015). TEPUNG UBI JALAR
RAS DAN AYAM BURAS SECARA UNGU PADA BERBAGAI
SPEKTROFOTOMETRI TINGKAT PENAMBAHAN
SERAPAN ATOM GLUTEN Physicochemical And
DETERMINATION OF Fe IN RAS Organoleptical Characteristics Of Purple
AND BURAS CHICKEN LIVER Sweet Potato Flour Based Dry Noodle At
BY ATOMIC ABSORPTION Various Level Of Gluten. 3(4), 1386–
SPECTROPHOTOMETRY. Journal 1392.
Of Natural Product And Pharmaceutical Widiantara, T., Arief, D. Z., & Yuniar, E.
Chemistry, 1(1), 8–13. (2018). KAJIAN PERBANDINGAN
Susanto, D. A. (2018). Kualitas Produk TEPUNG KACANG KORO
Biskuit Menghadapi Pemberlakuan SNI PEDANG (Canavalia Ensiformis)
… (Susanto DA) KUALITAS DENGAN TEPUNG TAPIOKA
PRODUK BISKUIT MENGHADAPI DAN KONSENTRASI KUNING
PEMBERLAKUAN SNI BISKUIT TELUR TERHADAP

47
Jurnal Pangan dan Gizi p-ISSN: 2086-6429
Vol. 10 No. 02, Tahun 2020, Halaman (33-48) e-ISSN: 2656-0291

KARAKTERISTIK COOKIES
KORO. Pasundan Food Technology
Journal, 5(2), 146.
Https://Doi.Org/10.23969/Pftj.V5i2
.1045
Widyamanda, L. P., Yunianto, V. D., &
Estiningdriati, I. (2013).
PENGARUH PENAMBAHAN
BANGLE (Zingiber Cas-Sumunar)
DALAM RANSUM TERHADAP
TOTAL LIPID DAN
KOLESTEROL HATI PADA. 2(1),
1–28.
Wijayanti, D. ., Hintono, A., & Pramono,
Y. B. (2013). KADAR PROTEIN
DAN KEEMPUKAN NUGGET
AYAM DENGAN BERBAGAI
LEVEL SUBSTITUSI HATI
AYAM BROILER. 2(1), 2012–2014.
Wulandari, F. (2016). Analisis Kandungan
Gizi, Nilai Energi, Dan Uji
Organoleptik Cookies Tepung Beras
Dengan Substitusi Tepung Sukun.
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 5(3),
107–112.
https://doi.org/10.17728/jatp.183

48

You might also like