Professional Documents
Culture Documents
4062 8464 1 PB
4062 8464 1 PB
ABSTRACT
70
mengajar, tempat bermain anak, tempat Perilaku merokok muncul karena
ibadah, angkutan umum, tempat kerja, faktor internal juga faktor eksternal.
dan tempat umum, sudah ditetapkan Salah satu faktor internal adalah
sebagai kawasan tanpa asap rokok. persepsi. Persepsi yang ditimbulkan
Namun sampai tahun 2017, berbeda pada tiap orang tentang
implementasinya belum terlihat. Total, merokok. Setelah seseorang memiliki
dari 33 kabupaten dan kota, baru lima persepsi tersendiri tentang merokok
kabupaten dan kotalah yang mempunyai kemudian muncul suatu sikap, yaitu
peraturan KTR yaitu Kabupaten Serdang kecenderungan seseorang untuk
Bedagai, Kota Pematang Siantar, Kota menerima atau menolak, setuju atau
Tebing Tinggi, Kota Medan dan tidak setuju terhadap respon yang datang
Kabupaten Asahan (Medan, 2014) . dari luar, dalam hal ini adalah merokok.
Dibentuknya Peraturan Walikota Jika setuju maka seseorang akan
Tebing Tinggi No.3 Tahun 2013 tentang melakukan aktivitas merokok, tapi jika
kawasan tanpa rokok dan kawasan tidak setuju maka seseorang tidak akan
terbatas merokok merupakan landasan merokok (Hidayati, 2012).
hukum untuk setiap orang atau badan Perilaku merokok menurut Laevy
guna mendapatkan hak yang sama untuk dalam Nasution, adalah sesuatu yang
kawasan tanpa rokok yang sehat, dan dilakukan seseorang berupa membakar
setiap orang atau badan melaksanakan dan menghisapnya serta dapat
kewajiban untuk memelihara, dan menimbulkan asap yang dapat terisap
menjalankan peraturan yang telah dibuat oleh orang-orang sekitarnya. Sedangkan
guna menjaga kelestarian lingkungan menurut Aritonang dalam Sulistyo,
hidup. Peraturan ini merupakan langkah merokok adalah perilaku yang
untuk melindungi masyarakat dari kompleks, karena merupakan hasil
ancaman perokok aktif sehingga budaya interaksi dari aspek kognitif, kondisi
dan kebiasaan masyarakat tersebut psikologis, dan keadaan fisiologis
dalam hal ini kebiasaan merokok (Aritonang, 2007; Nasution, 2008).
memengaruhi terciptanya aturan tentang Perilaku merokok, pada umumnya
larangan merokok di tempat umum dilakukan dengan berbagai alasan
dengan dibuatnya kawasan tanpa rokok. menurut persepsi perokok, seperti untuk
menghilangkan stres, agar terlihat
72
masih merokok di kawasan KTR dengan statistik uji fisher exact test pada
sebanyak 4 orang mengatakan tidak bisa tingkat kepercayaan 95%.
konsentrasi dalam bekerja kalau tidak HASIL PENELITIAN
merokok, 2 orang mengatakan bahwa Analisis Univariat
KTR tidak perlu diterapkan dan 2 lagi Hasil penelitian menunjukkan
mengatakan bahwa merokok sudah jadi bahwa dari 45 responden, yang memiliki
kebiasaan dan sulit ditinggalkan. persepsi yang cukup sebanyak 27 orang
Berdasarkan latar belakang tersebut (60,0%), memiliki persepsi yang kurang
maka peneliti tertarik untuk melakukan sebanyak 10 orang (22,2%) dan
penelitian yang berjudul “Hubungan memiliki persepsi yang baik sebanyak 8
Persepsi tentang Kawasan Tanpa Rokok orang (17,8%). Selanjutnya dari 45
dengan Perilaku Merokok Pegawai di responden, yang merokok sebanyak 34
Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi”. orang (75,6%) dan tidak merokok
METODE PENELITIAN sebanyak 11 orang (24,4%).
Jenis penelitian ini berupa Survei Hasil penelitian menunjukkan
explanatory research yang bersifat bahwa sebagian besar responden
analitik dengan pendekatan Cross memiliki persepsi yang cukup.
Sectional yaitu penelitian yang Berdasarkan kuesioner yang dijawab
dilakukan dengan cara pendekatan, oleh responden terlihat sebagian
observasi atau pengumpulan data responden sangat setuju bahwa setiap
sekaligus pada suatu saat (pada saat orang akan memperoleh dampak dari
bersamaan) (Hidayat, 2014). Populasi merokok, karena itu KTR adalah upaya
penelitian ini adalah seluruh pegawai perlindungan bagi yang tidak merokok.
laki-laki yang ada di Dinas Kesehatan sebagian besar tidak setuju bahwa
Kota Tebing Tinggi baik PNS maupun sebagai pegawai di Dinas Kesehatan,
honorer sebanyak 45 orang. Oleh karena wajib untuk menerapkan KTR. Mereka
populasi penelitian ini relatif kecil maka sangat setuju jika ada yang merokok di
semua populasi penelitian ini diambil area KTR maka wajib dikenakan denda
sebagai sampel yaitu sebanyak 45 orang. ataupun sanksi. Mereka juga sangat
Analisis data yang digunakan yaitu setuju bahwa kondisi kesehatan para
analisis univariat dan analisis bivariat perokok pasif akan menjadi buruk
Tabel 2 Tabulasi Silang Antara Persepsi tentang KTR dengan Perilaku Merokok
Pegawai di Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun 2018
Perilaku Merokok
Jumlah p
Persepsi Tidak Merokok Merokok
f % f % f %
Baik 6 13,3 2 4,4 8 17,8
Cukup 3 6,7 24 53,3 27 60,0 0,001
Kurang 2 4,4 8 17,8 10 22,2
Jumlah 11 24,4 34 75,6 45 100,0
74
responden sangat setuju bahwa setiap tertulis beserta sanksi-sanksinya, diawali
orang akan memperoleh dampak dari dengan himbauan dan lebih bersifat pada
merokok, karena itu KTR adalah upaya penyadaran dengan menggunakan
perlindungan bagi yang tidak merokok. tahapan-tahapan promosi kesehatan
sebagian besar tidak setuju bahwa (Khairi, 2014).
sebagai pegawai di Dinas Kesehatan, Pernyataan tentang berbagai
wajib untuk menerapkan KTR. Mereka penyakit berbahaya akan muncul akibat
sangat setuju jika ada yang merokok di dari asap rokok, karena itu KTR
area KTR maka wajib dikenakan denda diharapkan dapat menyadarkan orang
ataupun sanksi. Mereka juga sangat yang merokok untuk tidak merokok,
setuju bahwa kondisi kesehatan para banyak dari responden yang menjawab
perokok pasif akan menjadi buruk sangat tidak setuju. Namun mereka
karena banyak pegawai yang tidak patuh sangat setuju bahwa rokok dapat
dengan penerapan KTR. mengakibatkan kematian, untuk itu
Hasil penelitian ini sejalan dengan sesama pegawai harus saling
Penelitian yang dilakukan oleh Khairi mengingatkan untuk tidak merokok di
tentang persepsi jajaran pimpinan area KTR. Pelanggaran terhadap
tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di kawasan KTR perlu benar-benar
Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat ditindaklanjuti, banyak dari responden
Tahun 2014, menunjukkan bahwa yang menjawab sangat setuju. Namun
informan setuju bila di Dinas Kesehatan mereka sangat tidak setuju bahwa semua
Kabupaten Langkat dijadikan Kawasan pegawai dinas kesehatan wajib
Tanpa Rokok. Semua informan memiliki mematuhi peraturan di area KTR.
komitmen yang kuat untuk KTR dapat mengubah perilaku
merealisasikan kawasan tanpa rokok masyarakat untuk hidup sehat,
sebagai upaya peningkatan kesehatan penerapan KTR akan meningkatkan
dan menjadikan kebijakan kawasan produktivitas kerja yang optimal dan
tanpa rokok yang terencana secara baik. dengan adanya KTR, angka kesakitan
Ada beberapa rancangan kebijakan yang bahkan kematian karena merokok dapat
dinyatakan oleh informan untuk diturunkan. Atas pernyataan tersebut di
kawasan tanpa rokok di Dinas Kesehatan atas, sebagian besar tidak
Kabupaten Langkat yaitu berupa aturan menyetujuinya. Namun mereka sangat
76
kondisi orang terdekat yang menderita Sejalan dengan penelitian yang
suatu penyakit (Kozier, Erb, 2008). dilakukan oleh Virly tahun 2013 pada
Persepsi responden sudah cukup karyawan di industri pupuk Cikampek,
baik, namun adanya persepsi yang sudah menyatakan bahwa perilaku tentang
cukup baik ini, belum dapat merubah bahaya merokok yang paling banyak
perilaku merokok responden di Dinas adalah perilaku yang kurang baik. Hasil
Kesehatan Kota Tebing Tinggi. Hal ini penelitian ini juga sesuai dengan
dikarenakan para responden sudah penelitian yang dilakukan oleh Septia
menganggap bahwa merokok tahun 2014 bahwa perilaku siswa yang
merupakan kebutuhan dan kebiasaan merokok sebanyak 44 orang (47,3%)
bagi mereka, walaupun memiliki (Septia, 2014; Virly, 2013).
persepsi yang cukup baik, perilaku Perilaku merokok menurut
merokok mereka tidak dapat diubah Komasari dapat juga didefinisikan
menjadi tidak merokok. Seharusnya sebagai aktivitas subyek yang
persepsi yang dimiliki responden dapat berhubungan dengan perilaku
membawa dampak yang besar bagi merokoknya, yang diukur melalui
responden itu sendiri. intensitas merokok, waktu merokok, dan
Hasil penelitian juga menunjukkan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-
bahwa sebagian besar responden adalah hari. Pendapat lain menurut Amstrong
perokok. Adapun alasan-alasan dalam Nasution menyatakan merokok
responden yang merokok adalah untuk adalah menghisap asap tembakau yang
menghindari stres, agar lebih segar dan dibakar ke dalam tubuh dan
tidak mengantuk, untuk meningkatkan menghembuskannya kembali keluar
konsentrasi bekerja. Para responden (Komasari, 2000; Nasution, 2008).
yang merokok biasanya merokok di Perilaku merokok menurut
rumah, tempat-tempat umum termasuk Nasution adalah suatu aktivitas atau
pula di area bebas rokok. Dalam hal ini tindakan mengisap gulungan tembakau
responden menyatakan ada yang yang tergulung kertas yang telah
menegur untuk tidak merokok namun terbakar dan menghembuskannya keluar
responden tidak membatasi rokok yang sehingga dapat menimbulkan asap yang
dihisap. dapat terhisap oleh orang-orang
disekitarnya serta dapat menimbulkan
78
Hal tersebut menunjukkan bahwa memandang apakah persepsi dan
semakin tinggi tingkat keseriusan dan kepercayaannya sesuai atau tidak sesuai
kerentanan yang dirasakan maka dengan realitas. Berdasarkan persepsi
semakin tinggi pula responden untuk dan kepercayaannya, maka seseorang
tidak merokok karena mengetahui akan mengambil tindakan atau perilaku
dampak penyakit akibat merokok yang berhubungan dengan
(Binita, 2016). kesehatannya. Variabel demografi sosio
Penelitian ini juga tidak jauh psikolog, persepsi kerentanan dan
berbeda dengan penelitian yang telah keseriusan, persepsi manfaat dan
dilakukan oleh Hidayati tahun 2012, persepsi hambatan ini dapat mendukung
hasil analisis menunjukkan ada perubahan perilaku individu agar
hubungan yang kuat antara persepsi berhenti merokok (Priyoto, 2014).
dengan perilaku merokok siswa, guru Proses pembentukan dan atau
dan karyawan dengan nilai p = 0,000. perubahan perilaku dipengaruhi oleh
Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan beberapa faktor yang berasal dari dalam
persepsi merokok terhadap perilaku diri individu itu sendiri. Faktor-faktor itu
merokok pada siswa, guru dan antara lain: susunan saraf pusat, persepsi,
karyawan. Orang yang memiliki motivasi, emosi dan belajar. Susunan
persepsi positif terhadap merokok lebih saraf pusat memegang peranan penting
tidak berisiko berperilaku merokok dalam perilaku manusia karena perilaku
dibandingkan dengan orang yang merupakan sebuah bentuk perpindahan
memiliki persepsi negatif pada siswa dari rangsang yang masuk ke rangsang
guru dan karyawan di Lembaga yang dihasilkan. Perpindahan ini
Pendidikan Madrasah Mu’allimin dihasilkan oleh susunan saraf pusat
Yogyakarta (Hidayati, 2012). dengan unit-unit dasarnya yang disebut
Menurut teori Health Belief Model neuron. Neuron memindahkan energi-
(HBM) yang merupakan teori perubahan energi di dalam impuls-implus saraf.
perilaku kesehatan dan model psikologis Impuls-impuls saraf indra pendengaran,
yang digunakan untuk memprediksi penglihatan, pembauan, pengecapan dan
perilaku kesehatan terhadap sesuatu. perubahan disalurkan dari tempat
Perilaku dipengaruhi oleh persepsi dan terjadinya rangsangan melalui impuls-
kepercayaan individu itu sendiri tanpa impuls saraf ke susunan saraf pusat.
80
tersedia didalam kantor sehingga dapat Jakarta.
Khairi, I. (2014). Persepsi Jajaran
meningkatkan kesadaran pegawai untuk
Pimpinan tentang Kawasan Tanpa
mengubah perilaku merokoknya. Rokok di Dinas Kesehatan
Kabupaten Langkat.
Kepada Pemerintah Kota Tebing
Komasari, D. (2000). Faktor-Faktor
Tinggi disarankan agar meninjau Penyebab Merokok pada Remaja.
Kozier, Erb, B. & S. (2008).
kembali Perwal yang ada dan
Fundamental of Nursing (VII).
menambahkan konten pengawasan dan New Jersey: Prentice Inc.
Medan, P. (2014). Peraturan Daerah
sanksi agar implementasi KTR di daerah
Kota Medan No. 3 tentang
Pemerintahan Kota Tebing Tinggi bisa Kawasan Tanpa Rokok.
Nasution, I. K. (2008). Perilaku merokok
lebih maksimal serta terwujudnya Kota
pada remaja. Perilaku Merokok
Tebing Tinggi yang besar dari asap Pada Remaja.
https://doi.org/10.22216/jen.v2i1.1
rokok.
372
DAFTAR PUSTAKA Notoatmodjo, S. (2012). Teori dan
Aritonang. (2007). Fenomena Wanita Aplikasi Promosi Kesehatan.
Merokok. Yogyakarta: Universitas (Rineka Cipta, Ed.) (Revisi).
Gadjah Mada Press. Jakarta.
Binita, A. M. (2016). Hubungan Persepsi Pemko Tebing Tinggi. (2013).
Merokok dengan Tipe Perilaku Peraturan Walikota Tebing Tinggi
Merokok pada Siswa SMK “X” di Nomor 3 tentang Kawasan Tanpa
Kota Semarang. Rokok pada Perkantoran, Fasilitas
Febriani, T. (2014). Pengaruh Persepsi Pelayanan Kesehatan dan Tempat
Mahasiswa Terhadap Kawasan Proses Belajar Mengajar di
Tanpa Rokok (KTR) dan Dukungan Lingkungan Pemerintah Kota
penerapannya di Universitas Tebing Tinggi.
Sumatera Utara. Priyoto. (2014). Teori dan Sikap
Hidayat, A. (2014). Metode Penelitian Perilaku dalam Kesehatan. (N.
Kesehatan dan Teknik Analisa Medika, Ed.). Yogyakarta.
Data. (Salemba Medika, Ed.). Rahayuningsih, F. (2015). Hubungan
Jakarta. Antara Persepsi Perilaku Merokok
Hidayati, T. (2012). Persepsi dan dengan Perilaku Merokok Siswa
Perilaku Merokok Siswa , Guru dan SMK X di Kota Semarang.
Karyawan Madrasah Mu â€TM Riskesdas. (2013). Perilaku Merokok
allimin Muhammadiyah Masyarakat Indonesia.
Yogyakarta dan Faktor-faktor yang Septia, K. (2014). Persepsi Remaja
Berpengaruh. dengan Perilaku Merokok pada
Kementerian Kesehatan RI, D. (2015). Siswa SMA di Bandar Lampung.
Pedoman Teknis Penegakan Virly, M. (2013). Hubungan Persepsi
Hukum KTR. Jakarta. tentang Bahaya Merokok dengan
Kementerian Kesehatan RI, D. (2016). Perilaku Merokok pada Karyawan
Petunjuk Teknis Upaya Berhenti di PT Sintas Kurama Perdana
Merokok pada Fasilitas Pelayanan Kawasan Industri Pupuk Kujang
Kesehatan Primer (Edisi II). Cikampek.