Aspiras! Profesional dan
mbivalensi Kolonial:
perkumpulan Dokter Hindia Belanda
arapelajarkedokterandi HindiaBelandamenghargai
identitas kosmopolitan mereka dan sangat ingin
pergabung dengan jajaran elite berpendidikan,
‘Akan tetapi setelah lulus, mereka dihadapkan dengan
realitas kehidupan kolonial yang keras dan kesadaran
bahwa posisi sosial dokter-dokter Hindia Belanda bersifat
ambigu dan penuh pertentangan. Orang-orang Belanda
at kaum pribumi untuk menembus
menolak segala ha
\wilayah pergaulan sosial Eropa dan tetap memperlakukan
mereka sama seperti mereka memperlakukan penduduk
pribumi lainnya, yakni: dengan hina. Dokter-dokter Eropa
mengambil sikap bermusuhan dan sering mempertanyakan
kualifikasi, karakter, dan moral kolega pribumi. Mereka
menggambarkan kolega pribumi sebagai imitasi—Eropa
tanpa akar dan berpendidikan terlalu_ tinggi-yang
berbahaya—yang melupakan tempat mereka di masyarakat
kolonial, Pemerintahan kolonial memperkuat penghinaan
ini dengan memberi imbalan gaji kepada dokter Hindia
Belanda dengan buruk, menempatkan mereka di ujung
adisional. Kalangan aristokrat
lapisan bawah hierarki
kelas tinggi pun mengikuti sikap dari pemerintah sehingga
mereka juga tidak memperlakukan dokter-dokter Hindia
Belanda dengan baik. Ditolak masuk ke ranah sosial Eropa
dan dilecehkan oleh lapisan atas aristokrasi tradisional,
demikianlah nasib para dokter di Hindia Belanda,
menempati posisi sosial yang tidak enak, Tdealisme dan
optimisme yang telah membentuk mereka sebagai pelajar
kedokteran diganti oleh kekecewaan dan frustrasi, HalHeRAWaT BANGSA
ang lantas memacu beberapa dari merekg Unty,
inilah y% seact a
: yyusun protes terorganisasi dan aktivisme politik,
Salah satu kenyataan di ee Soe me paling absurd adalah
jn ividu dengan prestasi pendidikan tertinggi terpinggirkan dari
indivi | Eropa dan pribumi. Pada awal tahun 1898, ahli Islan
terkenal, Christiaan snouck Hurgronje, salah aa pendukung Politi,
Etis dan penasihat urusan pribumi yang paling berpengaruh pada
pemerintah kolonial, menggambarkan posisi Dokter Djawa sebagai
“sangat tidak memuaskan dan tidak sesuai dengan pendidikan yang
telah mereka terima.” Meskipun para dokter itu berdiri “jauh di atas
mayoritas pegawai negeri pribumi” pangkat mereka tetap “salah
satu yang terendah” dan pendapatan mereka tidak mencukupi untuk
memenuhi “tuntutan hidup untuk terlibat dalam dunia priyayi.”* Demi
mengejar emansipasi dan persamaan dengan orang Eropa, mereka
pada tahun 1909, mendirikan Perkumpulan Dokter Hindia Belanda
(Vereeniging van Indische Artsen; VIG) sehingga mereka memiliki suara
publik. Perkumpulan ini memberikan dukungan, mewakili kepentingan
mereka, dan melakukan lobi-lobi untuk mendapatkan remunerasi dan
kondisi kerja yang lebih baik. Yang terpenting, asosiasi para dokter
ini berusaha, atkan
men
Jlingkaran sosial
state sea a aktivitas terorganisir, untuk meningk
1918, ketika tiga - Saha emansipatorisnya memuncak pada ae
pértam.Prdehet er Hindia Belanda menjadi anggota Volksraa
dokter Hindia Saheim Ee ai
menganggap program 4 Tuar bias kuat. Para pengamat konser
paham (conceived: ae dokter terlalu dini, bahkan $8"
keberanian merehe ents kaum progresif terkadang nen
Mencerminkan pare tentang posisi sosial dokter Hin“
enginformasikan penolakan yang let
ANE sifat, keing:
Droveklotnn bee mgian, dan kelemahan Politik Etis dan masa de>"
‘@secara keseluruh:
an.
luas tent;
1 Christi
tiaan si
386. val 9 UK Hurgronia ans 204, Aspirasi Profesional mb
dan At i
valensi Koloniat: Perkumpu
‘umpulan Dokter Hi
indla Belanda
porspektif Medis Mengenai Penduduk Pribumi
pahkan sebelum Politik Etis resmi dicanangkan
gudah perdatangan kritik luas dari pemilik sake tahun 1901,
k ebijakan, dan pengamat sosial bahwa kebijakan tetsebut een pembuat
terlalu jdealis, dan tidak pantas untuk Hindia Belanda, aie
cecara khusus menyoroti program Kebijakan pendidikan gaya Mean itu
pertujuan untuk melatih sejumlah pejabat kolonial yang lebih sont
mendukung implementasinya.
Pada tahun 1907, dokter Jacob Herman Friedrich Kohlbrugge
dan
menerbitkan bukunya, Blikken in het Zieleleven van den Javaan, kritik
jlmiah pertama tentang Politik Etis, dengan argumen bahwa bentuk
pendidikan apapunyangmelampauipendidikan dasarakanmenvebsbkan
gangguan pada akal pikir orang pribumi dan mengkaratkan penduduk
Keyakinan-keyakinan primitif dan animisme, menurut Kohlbrugge,
wa dalam genggaman yang kuat, sehingga
endidikan dan pengembangan mereka
berikan pendidikan gaya Barat pada
tidak hanya sesat tapi
asli.
menghambat pikiran orang Ja
menghalangi semua upaya P
sendiri Gambar 4.1.6 Dengan mem
pikiran semacam itu, Kohlbrugge mengingatkan,
bahkan berbahaya, karena menciptakan sekelompok quasi-intelektual
urban tanpa akar yang terasing dari budaya dan kelompok etnis mereka
sendiri. Penduduk pribumi yang rusak ini akan mengancam
dan menghancurkan tatanan sosial kolonial.
Sebagai alternatif untuk Politik Etis, Kohlbrugs
Kebijakan Psikologi Kolonial, pberdasarkan pada wawasan_tentang
at, yang diperoleh melalui [--] Psi,
jkan “sifat ga) i] karakter
ngaba :
daan antara pemikiran Timur
wa orang Jawa
tuan Belanda.
ji, menurutnya,
¢ menawarkan
“Kehidupan kejiwaan masyarak:
Alternatif ini, menurutnya, tidak akan me
orang Jawa,”® Dengan menekankan perbe
dan Barat, KohIbrugge membantah pandangan bak
hanya tertinggal dan akhirnya akan menyusul, dengan Pan
er overheerschersMERARE ; / Dia berpendapat b;
pendidikan Saya
akan mengikis
tradisional dan sey
Manga
komunitarian kel
hidupan
desa tradisional, Menjage
orang Eropa dan Pribun
di lingkungan yang tetap
terpisah melalui sebuah
kebijakan asosiasi akan,
lanjutnya, memungkinkan
setiap kelompok untuk
berkembang sesuai dengan
dinamika batinnya sendiris
Pendekatan ini akan
menghormati adat istiadat,
kepercayaan agama, dan
: tradisi_ dengan campur
Gambar 4.1,
Sascha Schneider: A fe
‘ni menghiasi. cover
tangan sesedikit mungkin
eling of dependence, Gambar ane
buku Kohibrugge, Glances dalam urusan pri .
ers dan Kohlbrugg
men
‘leksi penulis, menggunakan argu :
, psikologis dan antropolosi
untuk menandai perbedist
ng Eropa. Penelitian a
fel
perkembangan otak t
Mendasar antay
‘@Penduduk Pribumi dan oral
tentang perbed,
@2N rasial dan teori medis
me i ji ie
mney an ‘juan yang sama dalam konteks lain, Kohlbrugee ™*
‘nYorot; dampak faktor Dudaya
keYakinan bah
5. Animism
Yang spesifik dan abadi. Anim toa
‘Pri meno ae 22 Ania mamusia diliputi oleh ent
, ne 7 Mel
Memahami jiwa Jawa. i
er ‘Ungj asia”
endengan Abdu » Cl rahasig’ Ye pribut!
“ngenai sifat primitif dari aka pikiran
vai
aM emits in ering
Poly ot Min pr 8°88 Imperium Prani, hat Martin Dei
(2 parative Studes ne The ‘Asimiaton Theory in Frere 53.
”Blkken 9, "eV and History 4 ro.2 (1962), hm.
139 et4. Aspirasi Profesional
dan 7
Ambivalensi Koloniat: Perkumpul,
I Pulan Dokter Hi
India Belanda
yang disetujuinya, Kohlbrugge menegaskan bahwa pikiran
sangat mudah dipengaruhi, emosional, tidak menentu, t orang Jawa
seperti anak keciL* Kurangnya individualism, Sper ae a
merencanakan ke depan, irasionalitas, kemalasan yang area untuk
emosionalnya berarti bahwa jika masyarakat Jawa bisa berhontane
ja hanya akan berkembang dengan sangat lambat. Iklim Nite
juga menghambat aktivitas mental.’ Mendorong orang Jawa —
mengembangkan kemampuan mental mereka yang lebih tinggi pasti
akan menghasilkan neurasthenia, kegilaan, atau bunuh diri. Pendidikan
ala Barat, kata Kohlbrugge, hanya akan menciptakan sekelompok
intelektuil yang tidak puas atau “proletariat ilmiah” yang cenderung
memicu perselisihan dan pemberontakan: “Para ilmuwan setengah
matang itu adalah ras yang tidak sabar dan berbahaya, terutama ketika
mereka berasal dan hidup. di tengah massa yang benar-benar tidak
berpendidikan, tidak berpikir, dan mudah dipengaruhi.’
Sementara Kohlbrugge tidak secara eksplisit membahas tentang
dokter Hindia Belanda, dia menuduh Roll sebagai biang keladi dalam
menanamkan hasrat berbahaya untuk pendidikan tinggi di masyarakat
menurutnya, telah disisipkan pada orang
Jawa oleh pendukung Politik Etis yang sesat, tapi «mungkin pengaruh
terbesar bisa dikatakan berasal dari Roll.”” Penilaian Kohlbrugge tentang
Politik Etis hanya mendapat sedikit perhatian pada saat itu. Hanya
Snouck Hurgronje yang menulis sebuah pantahan, menyebut oe
Kohlbrugge tidak sesuai disiplin ilmu, anekdotal, dan terlalu —
dalam proses keilmuannya.” Para dokter Hindia Belanda juga Hea
m0
pribumi. Keinginan ini,
ee s 1" Algemeen
8 Kohlbrugge mengutip Abdul Rivai, "Het Geloof ae ent
pandelsblad, 13 Agustus 1901, him. 7; dan dari empat fl
‘hlbrugge, "Blikken," him. 93 | :
aan te ontwikkelen’y
10 x
ry Sobilbrugge, "Blikken,” him. 66, 95-96 genome 0
Mas
+ +-atan Wii Vol
47 Soetomo, "Een Gemotiveerde Grief," Orgaan
Gonosebiinatin-—
Bai Panduan bagi Dokter”
," Orgaan der Vereeniging
4
fest-Java," Orgaan der
46 a
Im. 9-10, a
eniging van Inlandsch. Ul
almarhum dokter Hindia Belang fan Dts Hina
a, kar lata
tim
dia
enyediakannya untuk mereka,» ena Peering
ah leo
‘Onial
tidak
Gambar 4.3.
saat dia ditempatkan di Pulau Bangka, Pantal
ey istri dan kedua anaknya difoto
ur Sumatra. Foto milik International Institute o
Seorang dokter Hindia Belanda asal Ambon,
gota Perkumpulan
mengungkapkan keprihatinan angg
Pamflet yang ditulis saat dia ditempatkan di Me ke, Papua Bara
oe keluhan yang telah mengisi halaman)
‘a terlalu berat, terlalu banyak biaya, tangguns J
Saji terlalu rendah, dan ungkapan Tas hormat dan pent net
de cter-dokter india Be
f Social History, Amsterdam.
PL. Augustin,
dalam sebuah
raul to" Dia
atau i
sama sekali tidak ada. Selain itt»
SS leseaany dsche
- i von Inlan¢
® Hooldbantuun*Geachte colle" orgaan der reer ensatie in Me
peneeskundigen 3, no.3 (1912), him. 39-42) jestplaty snigind nfandsche
cele Becoan in den ouden D2” O70" oe 510 al
77.79. suas 424 Sentara Mh