Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373

Volume 2, Nomor 2 Hal:42-48


Desember 2014

KARAKTERISTIK FISIK HABITAT LEDA (Eucalyptus deglupta) DI JALUR


PENDAKIAN GUNUNG NOKILALAKI KAWASAN TAMAN NASIONAL
LORE LINDU

Nur Annisah1, Arief Sudhartono2, Sitti Ramlah3


Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako
Jl. Soekarno-Hatta Km. 9 Palu, Sulawesi Tengah 94118
1
Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako
2
Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako
3
Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako

Abstract

Leda (Eucalyptus deglupta) is one kind of endemic flora of Celebes that its natural spread area
side on Lore Lindu National Park (LLNP). The aim of this research was pointed to investigate
the physiccally charracteristic of Leda habitat. The usage of this research is hoped to enrich
scientific information in order to improve understanding about charracteristic of Leda habitat.
This research was conducted in highing track of Nokilalaki Mount – LLNP territory, Nokilalaki
District – Sigi Regency, as long as two months (October up to December 2013) used survay
methode and laboratory analysis, by the placement of 7 (seven) sampling plots used purposive
sampling methode at the location where be found habitat of Leda based on the high from sea
level. Getting of soil samples used soil sample rings,than be analyzed on soil textures,
permeabilities, bulk densities, and soil porousities.This research results shown that the
charracteristic of Leda habitat in highing track of Nokilalaki Mount be located on (1110-1206)
meters from sea level high, with land slope (8-15)% (enough obliquity), the temperature on
morning time (19-20)°C and afternoon time (19-23)°C, the air moisture on morning time (81-
90)% and afternoon time (76-91)%, intensity of sun shine (80-400) lux. Physiccally
charracteristic of soil texture are clay-clayey-sandy, clay-sandy, clayey-sandy, and clayey. Soil
permeabilities (15.05-47.61) cm/hour (Fast andVery Fast catagories). Bulk density (0.91-1.27)
g/cm3 (Fair and High catagories) and porousity (51.92-65.61)%.
Kata Kunci : habitat, Leda, Lore-Lindu, Nokilalaki, physiccally-charracters.

PENDAHULUAN luasnya 217.991,18 Ha, terletak di wilayah


Kabupaten Sigi dan Kabupaten Poso,
Latar Belakang Provinsi Sulawesi Tengah.Taman Nasional
2 Lore Lindu berada pada 119° 85’ - 120° 16’
Sulawesi memiliki luas 187 882 km dan
BT dan 1° 8’ - 1° 3’ LS, terdiri atas
merupakan pulau terbesar dan terpenting di
pegunungan, sub pegunungan dan sebagian
daerah biogeografi Wallacea. Keadaan
kecil hutan dataran rendah. Salah satu
terisolasi dalam kurun waktu yang lama
Kawasan yang memiliki flora dan fauna
memungkinkan terjadinya evolusi pada
endemik Sulawesi antara lain Taman
berbagai spesies, sehingga pulau Sulawesi
Nasional Lore Lindu.
mempunyai tingkat endemisitas yang tinggi.
Taman nasional ini memiliki kekayaan
(Shekelle dan Leksono, 2004). Taman
flora khas Sulawesi, salah satunya adalah
Nasional Lore Lindu ditetapkan berdasarkan
jenis leda (Eucalyptus deglupta), damar
surat keputusan Menteri Kehutanan Nomor:
gunung (Agathis philippnensis), anggrek
539/KPTS-II/1993. Kemudian dikukuhkan
(Orchida), (Suprianto T, 2012). Eucalyptus
dan ditetapkan oleh Menteri Kehutanan dan
deglupta merupakan spesies dari Eucalyptus
Perkebunan melalui Surat Keputusan Nomor:
yang beradaptasi pada habitat hutan hujan
464/KPTS-II/1999, dengan Kawasan yang
daratan rendah dan hutan pegunungan

42
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 2, Nomor 2 Hal:42-48
Desember 2014

rendah. Pohon ini menyukai pinggiran sungai mengukur kelerengan, Lux meter untuk
yang tidak tergenang air dengan kelembaban mengukur intensitas cahaya, alat tulis
tanah yang cukup. Jenis ini juga tumbuh di menulis, kantong plastik untuk menyimpan
tanah liat berpasir, tanah lembab, dan tanah sampel tanah yang akan dianalisis di
alluvial subur, serta waktu hujan tanahnya laboratorium, skop untuk mengambil tanah,
tergenang kemudian mengering. Pohon ini ring sampel untuk mengambil sampel tanah,
tumbuh sebagai tegakan murni hingga balok kayu, kertas label.
ketinggian 1800 mdpl, dengan curah hujan Metode Penelitian
tahunan 2500-5000 mm. Eucalyptus deglupta Penelitian difokuskan pada beberapa
dapat ditemukan pada Kawasan Taman karakteristik fisik habitat leda (Eucalyptus
Nasional Lore Lindu Gunung Nokilalaki. deglupta) meliputi suhu, kelembaban,
Gunung Nokilalaki mempunyai ketinggian kelerengan, intensitas cahaya, serta fisik
2355 mdpl. Nokilalaki terletak di Desa tanah. Data tersebut menggunakan metode
Kamarora, Kecamatan Nokilalaki, Kabupaten survei dan analisis laboratorium dengan
Sigi, atau berada di sebelah timur kota Palu penetapan plot sampel secara sengaja
(Manto, 2012). (purposive sampling) di tempat dijumpai
Rumusan Masalah habitat leda berdasarkan ketinggian sebanyak
Berdasarkan uraian di atas, maka yang 7 (tujuh) titik penelitian.
menjadi permasalahan dalam penelitian Jenis Data
adalah bagaimana kondisi karakteristik fisik Metode pengumpulan data dilakukan
habitat leda (Eucalyptus deglupta) yang dengan menggunakan dua jenis data yaitu
meliputi suhu, kelembaban, kelerengan, data primer dan data sekunder.
intensitas cahaya serta sifat fisik tanah di 1. Data Primer: data diperoleh melalui
jalur pendakian Gunung Nokilalaki. penelitian dan observasi langsung di
Tujuan dan Kegunaan lapangan yaitu pencatatan lokasi
Tujuan dari penelitian ini untuk dijumpai habitat leda (Eucalyptus
mengetahui karakteristik fisik habitat leda. deglupta), yaitu suhu, kelembaban,
Kegunaan dari penelitian ini diharapkan kelerengan, intensitas cahaya, dan tanah.
dapat memperkaya informasi ilmiah untuk Selanjutnya sampel tanah tersebut
lebih memahami karakteristik habitat leda dianalisis di laboratorium untuk
dan sebagai bahan dalam penyusunan skripsi. mengetahui sifat fisik tanah seperti
tekstur tanah, permeabilitas, bulk
METODE PENELITIAN density, porositas.
2. Data sekunder: data diperoleh melalui
Tempat dan waktu studi literatur, laporan dan jurnal, yang
Penelitian dilaksanakan dari bulan berkaitan dengan penelitian ini.
Oktober sampai dengan bulan Desember Analisis Data
2013, bertempat di jalur pendakian Gunung Untuk menentukan tekstur tanah,
Nokilalaki Kecamatan Nokilalaki Kabupaten permeabilitas, bulk density, porositas yaitu
Sigi. dianalisis di Laboratorium Ilmu Tanah
Bahan dan Alat Fakultas Pertanian Universitas Tadulako.
Bahan yang digunakan dalam penelitian Selanjutnya dideskripsikan secara detail hasil
ini adalah komponen penyusun sifat fisik penelitian yang telah dianalisis mengenai
habitat leda (Eucalyptus deglupta) seperti sifat fisik tanah.
suhu, kelembaban, kelerengan, intensitas Prosedur Penelitian
cahaya, dan tanah (sampel tanah utuh dan Prosedur penelitian meliputi beberapa
tidak utuh). tahapan yakni:
Alat yang digunakan dalam penelitian ini 1. Melakukan observasi langsung di
adalah kamera sebagai alat dokumentasi, lapangan dengan cara melakukan
GPS (Global Positioning System) untuk pengecekan atau penelitian pada lokasi
menentukan titik koordinat, yang menjadi obyek penelitian tersebut.
Thermohygrometer untuk mengukur suhu Pengecekan atau penelitian ini
dan kelembaban udara, Klinometer untuk

43
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 2, Nomor 2 Hal:42-48
Desember 2014

difokuskan pada beberapa karakteristik HASIL DAN PEMBAHASAN


fisik habitat leda (Eucalyptus deglupta)
meliputi suhu, kelembaban, kelerengan, Posisi dan Ketinggian Tempat
intensitas cahaya serta sifat fisik tanah. Hasil penelitian mengenai posisi dan
2. Menentukan sampel penelitian secara ketinggian tempat, sebagai berikut:
purposive di tempat dijumpai habitat Tabel 1. Posisi dan Ketinggian Tempat
leda (Eucalyptus deglupta) berdasarkan Kelas
Lokasi Titik Ketinggian
ketinggian sebanyak 7 (tujuh) titik Penelitian Koordinat (mdpl)
Kemiringan
penelitian. (%)
3. Mengukur karakteristik fisik habitat leda S 01°13'25,3" 8-15
Titik 1 1110
meliputi suhu, kelembaban, kelerengan, E 120°09'38,6" (agak miring)
intensitas cahaya serta sifat fisik tanah. S 01°13'31,2" 8-15
- Suhu dan kelembaban diukur dengan Titik 2 1158
(agak miring)
E 120°09'32,7"
menggunakan thermohygrometer
- Kelerengan diukur dengan S 01°13'30,8" 8-15
Titik 3 1175
menggunakan klinometer E 120°09'31,3" (agak miring)
- Posisi dan ketinggian diukur dengan
S 01°13'31,4" 8-15
menggunakan GPS Titik 4 1183
E 120°09'31,0" (agak miring)
- Intensitas cahaya diukur dengan
menggunakan lux meter S 01°13'32,2" 8-15
- Pengambilan sampel tanah dibagi Titik 5 1198
E 120°09'28,5" (agak miring)
menjadi dua jenis yaitu jenis tanah
S 01°13'33,0" 8-15
utuh dan tanah tidak utuh. Tanah Titik 6 1201
utuh digunakan untuk keperluan E 120°09'27,4" (agak miring)
analisis bulk density, porositas, S 01°13'34,1" 8-15
permeabilitas sedangkan tanah tidak Titik 7 1206
E 120°09'25,7" (agak miring)
utuh digunakan untuk keperluan
analisis tekstur tanah, dengan cara
pengambilan sampel tanah sebagai Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
berikut : habitat leda (Eucalyptus deglupta) di 7
Lapisan tanah diratakan dan dibersihkan (tujuh) titik penelitian, berada pada
dari serasah dan batu.Kemudian ring sampel ketinggian (1110-1206) mdpl, dengan
di letakkan tegak lurus di atas permukaan kemiringan lahan (8-15)% (agak miring).
tanah (bagian ring yang tajam berada di Menurut (Verne, 2010) mengemukakan
bawah) dan permukaan ring ditutup dengan bahwa ketinggian tempat mempengaruhi
menggunakn balok kayu yang datar.Balok perubahan suhu udara. Semakin tinggi suatu
kayu yang menutupi ring tersebut dipukul tempat, misalnya pegunungan, semakin
hingga ¾ bagian masuk kedalam tanah. rendah suhu udaranya atau udaranya semakin
Selanjutnya meletakkan ring sampel kedua di dingin. Semakin rendah daerahnya semakin
atas ring sampel pertama, kemudian ditekan tinggi suhu udaranya atau udaranya semakin
kembali sampai ring pertama dan ring kedua panas. Oleh karena itu, ketinggian suatu
masuk ke dalam tanah. Tanah di sekitar ring tempat berpengaruh terhadap suhu suatu
digali dengan skop. Kedua ring dipisahkan wilayah.
dengan hati-hati, Kemudian kelebihan tanah
yang ada pada bagian atas dan bawah ring
diiris hingga rata. Ring ditutup dengan
menggunakan kantong plastik.

44
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 2, Nomor 2 Hal:42-48
Desember 2014

Suhu Kelembaban
Hasil penelitian suhu habitat leda di Hasil penelitian kelembaban habitat
jalur pendakian Gunung Nokilalaki, sebagai leda di jalur pendakian Gunung Nokilalaki,
berikut: sebagai berikut:
95
25 23 91
22 22 22 90 89
90 89
20 20 20 20192020 2020 88 88 87
20 19
85 83 83 83 83

Kelembaban (%)
Suhu (°C)

15 81 81
80
10 76
75
5
70
0
Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik 65
1 2 3 4 5 6 7 Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik
1 2 3 4 5 6 7
Keterangan : pagi siang Keterangan : pagi siang
Gambar 1. Suhu udara habitat Leda di jalur Gambar 2. Kelembaban udara Habitat Leda
pendakian Gunung Nokilalaki. di jalur Pendakian Gunung Nokilalaki.

Dari hasil penelitian menunjukkan Dari hasil penelitian, kelembaban leda


bahwa habitat leda (Eucalyptus deglupta) pada pagi hari (pukul 07.00 wita) berada
pada pagi hari (pukul 07.00 wita) berkisar pada kisaran 81%-90% dan siang hari
19°C-20°C. dan siang hari (pukul 12.00 (pukul 12.00 wita) berada pada kisaran
wita) berkisar 19°C-23°C. Habitat leda 76%- 91%. Menurut (Latif, 2013) suhu dan
dapat hidup dilingkungan yang bersuhu kelembaban udara berpengaruh terhadap
minimum 20°C sampai suhu maksimum proses perkembangan fisik flora dan fauna,
23°C. Suhu minimum rata-rata 23°C dan sedangkan sinar matahari sangat
maksimum 31°C di dataran rendah, dan dibutuhkan oleh tanaman untuk fotosintesis
suhu minimum rata-rata 13°C dan dan metabolisme tubuh bagi beberapa jenis
maksimum 29°C di pegunungan. Menurut hewan. Menurut (Kramer dan Kozlowski
(Lowing, et al 2013) Suhu tertinggi pada 1960 dalam Widiastuti, dkk., 2004),
siang hari, karena pada waktu siang terjadi kelembaban udara yang terlalu rendah dan
cuaca yang sangat panas yang terlalu tinggi akan menghambat
mengakibatkan suhu menjadi sangat tinggi, pertumbuhan dan pembungaan tanaman.
sedangkan suhu terendah didapati pada pagi Kelembaban udara dapat mempengaruhi
hari, karena pada malam hari dengan pertumbuhan tanaman karena dapat
kondisi hutan yang sedang basah karena mempengaruhi proses fotosintesis. Laju
hujan dan embun mengakibatkan suhu fotosintesis meningkat dengan
menjadi rendah. Menurut (Kartasapoetra, meningkatnya kelembaban udara sekitar
2004) pengaruh suhu terhadap makhluk tanaman.
hidup sangat besar sehingga
pertumbuhannya sangat tergantung
padanya, terutama dalam kegiatannya.

45
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 2, Nomor 2 Hal:42-48
Desember 2014

Intensitas Cahaya Gunung Nokilalaki mampu hidup dengan


Hasil pengukuran intensitas cahaya besar intensitas cahaya yang masuk dalam
terhadap habitat leda di jalur pendakian habitat mulai 80lux-400lux. Perbedaan
Gunung Nokilalaki, sebagai berikut: intensitas cahaya terjadi di setiap titik.
Intensitas cahaya terbesar didapati pada
titik 2. Besarnya intensitas cahaya tersebut
dipengaruhi penutupan tajuk pohon yang
jarang. Menurut (Handoko 2005 dalam
Wijayanto dan Nurunnajah 2012),
penerimaan radiasi surya dipermukaan
bumi sangat bervariasi menurut tempat dan
waktu. Menurut tempat khususnya
disebabkan oleh perbedaan letak lintang
serta keadaan atmosfer terutama awan.
Pada skala mikro arah lereng sangat
menentukan jumlah radiasi yang diterima.
Menurut waktu perbedaan radiasi terjadi
dalam sehari (dari pagi sampai sore hari)
maupun secara musiman (dari hari ke hari).
Kondisi Sifat Fisik Tanah
Sifat fisik tanah yang diamati meliputi
tekstur, permeabilitas, bulk density,
porositas di jalur pendakian Gunung
Nokilalaki, sebagai berikut :
Dari hal tersebut menunjukkan bahwa
habitat Leda yang berada di jalur pendakian

Tekstur Tanah tanaman Eukaliptus adalah liat, debu,


Tekstur tanah di habitat leda di jalur lempung, pasir atau kombinasi diantaranya.
pendakian Gunung Nokilalaki bervariasi Menurut (Hartati, 2008) perbedaan tekstur
yaitu lempung liat berpasir, lempung tanah akan berhubungan dengan
berpasir, liat berpasir dan liat. Tekstur tanah kemampuan tanah dalam menyediakan
di habitat leda di jalur pendakian Gunung unsur hara melalui peran partikel-partikel
Nokilalaki mempunyai kandungan fraksi tanah terutama partikel liatnya. Tanah
pasir (8,3-51,2%), debu (11,2-27,6%) dan bertekstur lebih halus atau dengan kadar liat
liat (12,8-46,6%). Menurut (Widiastuti, lebih besar memiliki luas permukaan yang
2011) syarat tekstur yang cocok untuk lebih besar dibanding tanah bertekstur lebih

46
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 2, Nomor 2 Hal:42-48
Desember 2014

kasar persatuan beratnya. Selanjutnya (Hardjowigeno, 2003) bahwa umumnya bulk


(Arifin, 2011) tekstur tanah hutan lebih density itu berkisar dari 1,1-1,6 g/cc.
berkembang dari lahan pertanian, yang salah Beberapa jenis tanah yang mempunyai bulk
satu penyebabnya adalah pengaruh bahan density kurang dari 0,90 g/cc (misalnya
organik tanah. Pada proses dekomposisi tanah andosol), bahkan ada yang kurang dari
bahan organik akan menghasilkan asam- 0,10 g/cc misalnya tanah gambut. Menurut
asam organik yang merupakan pelarut (Manfarizah, dkk., 2011) Makin tinggi bulk
efektif bagi batuan dan mineral-mineral density makin sulit ditembus air atau
primer (pasir dan debu) sehingga lebih muda ditembus oleh akar tanaman dan memiliki
pecah menjadi ukuran yang lebih kecil porositas yang rendah juga sebaliknya.
seperti lempung. Menurut (Suparto, 2008) Tanah yang belum mengalami gangguan
tekstur tanah merupakan perbandingan cenderung memiliki stabilitas keremahan
relatif antara fraksi pasir, debu dan liat dan porositas yang lebih tinggi serta
sehingga menunjukkan kasar atau halusnya kepadatan masa tanah (Soil Bulk Density)
suatu tanah. Tekstur tanah sebagai parameter yang lebih rendah di banding yang sudah
penting yang berkaitan antara lain dengan mengalami pembalakan.
tata udara (aerase), tata air (drainase), Porositas
kemampuan menyimpan dan menyediakan Hasil analisis data laboratorium,
air bagi tanaman, responsif atau tidaknya menunjukkan bahwa nilai porositas di lokasi
bagi pemupukan. penelitian bervariasi pada setiap titik. Nilai
Permeabilitas porositas berkisar 51,92-65,61%. Menurut
Permeabilitas tanah di habitat leda (Nugroho, 2009) porositas tanah adalah
berkisar dari 15,05-47,61 cm/jam (kategori bagian tanah yang tidak terisi bahan padat
cepat dan sangat cepat). Hal ini sesuai tanah (terisi oleh udara dan air), porositas
dengan kriteria kelas permeabilitas (Uhland tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan
dan O’Nell., 1979 dalam Badan Litbang organik, struktur tanah, dan tekstur tanah.
Pertanian 2006) bahwa permeabilitas tanah Porositas tanah mempengaruhi laju infiltrasi
antara 12,5-25 cm/jam tergolong cepat dan terhadap tanah. (Junedi, 2010) menyatakan
permeabilitas tanah yang > 25,00 tergolong bahwa semakin tinggi bahan organik tanah
sangat cepat. Laju permeabilitas yang semakin rendah bobot volume tanah dan
tertinggi diperoleh pada titik 1 dengan nilai semakin tinggi total ruang pori tanah.
permeabilitas 47,67 cm/jam dan laju
permeabilitas terendah pada titik 6 dengan KESIMPULAN
nilai 15,05 cm/jam. Menurut (Maro’ah
2011) permeabilitas tanah adalah sifat yang Berdasarkan hasil dan pembahasan yang
menyatakan laju pergerakan suatu zat cair di telah diuraikan, maka dapat ditarik
dalam tanah melalui suatu media berpori- kesimpulan sebagai berikut :
pori makro maupun mikro baik daerah 1. Habitat leda (Eucalyptus deglupta) di
vertikal maupun horizontal.Permeabilitas jalur pendakian Gunung Nokilalaki
menyatakan kemampuan media porus dalam berada pada ketinggian (1110-1206) m
hal ini adalah tanah untuk meloloskan zat dpl dengan kemiringan lahan (8-15) %
cair (air hujan) baik secara lateral maupun (agak miring) dengan suhu pagi hari (19-
vertikal. Tingkat permeabilitas tanah 20) °C dan siang hari (19-23) °C dengan
(cm/jam) merupakan fungsi dari berbagai kelembaban pada pagi hari (81-90) %
sifat fisik tanah (Rohmat D, dan Soekarno dan siang hari (76-91) % serta besar
indratmo, 2006). intensitas cahaya yang masuk dalam
Bulk Density habitat mulai (80-400) lux.
Hasil analisis data laboratorium, 2. Kondisi sifat fisik tanah habitat leda
menunjukkan bahwa nilai bulk density di (Eucalyptus deglupta) di jalur pendakian
lokasi penelitian bervariasi pada setiap titik Gunung Nokilalaki bertekstur yaitu
yaitu sedang dan tinggi. Nilai bulk density lempung liat berpasir, lempung berpasir,
terendah 0,91 gr/cm3 sedangkan nilai bulk liat berpasir dan liat. Permeabilitas tanah
density tertinggi 1,27 gr/cm3. Menurut berkisar dari (15,05-47,61) cm/jam

47
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 2, Nomor 2 Hal:42-48
Desember 2014

(kategori Cepat dan Sangat Cepat). Bulk Universitas Sebelas Maret Surakarta.
density berkisar (0,91-1,27) g/cm3 Tidak dipublikasikan.
(kategori Sedang dan Tinggi). Nilai Nugroho,Y., 2009. Analisis Sifat Fisik-
porositas berkisar (51,92-65,61) %. Kimia dan Kesuburan Tanah pada
Lokasi Rencana Hutan Tanaman
DAFTAR PUSTAKA Industri PT Prima Multibuana. Jurnal.
Hutan Tropis Borneo Vol.10 No.27.
Arifin, Z. 2011. Analisis Nilai Indeks Rohmat D dan Soekarno I. 2006. Formulasi
Kualitas Tanah Entisol pada Efek Sifat Fisik Tanah Terhadap
Penggunaan Lahan yang Berbeda. Permeabilitas dan Suction Head
Jurnal. Agroteksos Vol. 21 No.1. Tanah (Kajian Empirik Untuk
Departemen Pertanian. 2006. Sifat Fisik Meningkatkan Laju Infiltrasi). Jurnal.
Tanah Dan Metode Analisisnya. Balai Bionatura Vol. 8 No.1.
Penelitian Pengembangan Pertanian. Shekelle M dan Leksono MS. 2004. Strategi
Bogor. Konservasi di Pulau Sulawesi dengan
Hardjowigeno, S., 2003 Ilmu Tanah. Menggunakan Tarsius sebagai
Akademik Pressindo, Jakarta. Flagship Spesies. Jurnal. Biota Vol.
Hartati, W., 2008. Evaluasi Distribusi Hara IX (1): 1-10.
Tanah dan Tegakan mangium, Sengon Suparto, J. 2008. Kondisi Sifat Fisik Tanah
dan Leda, pada Akhir Daur Untuk di Bawah Tegakan Kemiri di
Kelestarian Produksi Hutan Tanaman Kelurahan poboya kota palu. Skripsi.
di UMR Gowa PT INHUTANI I Unit Fakultas Pertanian Universitas
III Makassar. Jurnal. Hutan dan Tadulako. Tidak Dipublikasikan.
Masyarakat Vol.III No.2 III-234. Suprianto,T., 2012. Menjaga Melestarikan
Junedi, H., 2010. Perubahan Sifat Fisika dan Memulihkan Taman Nasional
Ultisol, Akibat Konversi Hutan Lore Lindu, BTNLL, Dinas
Menjadi Lahan Pertanian. Jurnal. Kehutanan Sulawesi Tengah. Jakarta.
Hidrolitan Vol. 1 No. 2 : 10-14. Verne A, 2010. Pengaruh Ketinggian
Kartasapoetra, G A. 2004. Pengaruh Iklim Tempat (suhu) Terhadap
Terhadap Tanah dan Tanaman. Bumi Pertumbuhan Tanaman, Ternak,
Aksara, Jakarta. Hama, Penyakit Tumbuhan, dan
Latif A. 2013. Persebaran Flora dan Fauna. Gulma.
http://abdullatifse. blogspot. Com http://aredhieanverne.blogspot.com
Diakses tanggal 26 juni 2014 diakses tanggal 26 Juni 2014.
Lowing A E, Rimbing S C, Rembet G D G, Widiastuti L, Tohari, Sulistyaningsih E.,
Nangoy M J. 2013. Karakteristik 2004. Pengaruh Intensitas Cahaya
Sarang Tarsius (Tarsius spectrum) di dan Kadar Daminosida Terhadap
Cagar Alam Tangkoko Bitung Iklim Mikro dan Pertumbuhan
Sulawesi Utara. Jurnal. Zootek Vol 32 Tanaman Krisan Dalam Pot. Jurnal.
(5) : 1-13. Ilmu Pertanian Vol. II No. 2 : 35-42.
Manfarizah, Syamaun, Nurhaliza. S., 2011. Widiastuti, T., 2011. Karakteristik Tanah
Karakteristik Sifat Fisika Tanah di Untuk Tanaman Eucalyptus deglupta
University Farm Stasiun Bener pada Lahan PT. Finantara Intiga
Meriah. Jurnal. Vol.15 No.1. Sintang. Jurnal. Fakultas Kehutanan
Manto, 2012. Gunung Nokilalaki. Universitas Tanjung Pura.
http://mantoismanto.blogspot.com Wijayanto N, dan Nurunnajah, 2012.
diakses tanggal 18 Mei 2013. Intensitas Cahaya, Suhu, Kelembaban
Maro’ah, S., 2011. Kajian Laju Infiltrasi dan Perakaran Lateral Mahoni
dan Permeabilitas Tanah pada (Switenia macrophylla King) di RPH
Beberapa Model Tanaman (Studi Babakan Madang BKPH Bogor, KPH
kasus sub DAS Keduang, Wonogiri). Bogor. Jurnal. Silvikultur Tropika 03
Skripsi. Fakultas Pertanian, (1) : 8-13.

48

You might also like