Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

IMPLEMENTASI PENGENDALIAN VEKTOR DBD

DI PROVINSI JAWA TENGAH

Implementation of Dengue Vector


in Central Java Province

Widiarti1, Riyani Setiyaningsih1, Diana Andriyani Pratamawati1


1
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga
Email: widiarti123@gmail.com

Diterima: 22 Juni 2017; Direvisi: 22 Mei 2018; Disetujui: 25 Mei 2018

ABSTRACT

Central Java Province is one of the provinces with considerable dengue cases in Indonesia. One of the
strategic efforts that have been implemented is controlling mosquitoes with fogging and larviciding with
temephos at water reservoirs. However, cases remain increase or outbreaks occur in several
districts/cities. The study was conducted to determine the causes of the high dengue fever cases in Central
Java Province as to improve the implementation of such programs. Data related to the implementation of
vector control were collected from various sources. The results showed that the PSN program in several
districts did not optimally run because the community did not routinely do it. Larviciding with temephos
was only carried out in the event of outbreaks and in the endemic areas. Fogging, which should be
implemented in two cycles, was generally implemented only in one cycle due to limited insecticides
availability and wide area coverage. It can be concluded that the high dengue fever cases in Central Java
Province was caused by the gap between the program and the implementation in the field.

Keywords: Dengue vector, larvaciding, sogging

ABSTRAK

Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang menyumbang kasus demam berdarah dengue
(DBD) cukup besar di Indonesia. Salah satu upaya strategis yang telah dilakukan adalah mengendalikan
nyamuk dengan pengasapan dan larvasidasi dengan temephos pada Tempat Penampungan Air (TPA).
Upaya tersebut belum memberikan hasil yang optimal karena masih terjadi peningkatan kasus atau
Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa kabupaten/kota. Kajian secara deskriptif dilakukan untuk
mendapatkan gambaran permasalahan tingginya kasus DBD di Provinsi Jawa Tengah dalam rangka
perbaikan dan pengembangan kebijakan pengendalian vektor DBD. Data dan informasi yang dikumpulkan
berupa dokumen yang meliputi pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), larvasidasi yang
dilakukan, fogging, dan data lain yang berkaitan dengan pengendalian vektor. Hasil kajian menunjukkan
bahwa program PSN tidak berjalan optimal di beberapa kabupaten di Jawa Tengah karena masyarakat tidak
melakukannya secara rutin. Larvasidasi dengan temephos hanya dilakukan pada saat terjadi KLB dan hanya
di daerah endemis DBD. Fogging pada umumnya dilakukan hanya dalam satu siklus kehidupan vektor,
yang mana seharusnya dilakukan dalam dua siklus. Hal ini disebabkan karena keterbatasan insektisida dan
cakupan wilayah cukup luas. Dapat disimpulkan bahwa tingginya DBD di Provinsi Jawa Tengah
disebabkan adanya kesenjangan antara program yang telah dicanangkan dengan implementasi di lapangan.

Kata kunci: Vektor DBD, larvasidasi, pengasapan

PENDAHULUAN provinsi. Jumlah kasus DBD cenderung


fluktuatif (Kementrian Kesehatan RI 2016).
Demam Berdarah Dengue (DBD)
Kejadian luar biasa (KLB) DBD pada tahun
pada awalnya hanya ditemukan di beberapa
2015 mengalami peningkatan secara
provinsi, namun saat ini sudah ditemukan
signifikan yaitu 8.030 dibandingkan tahun
hampir di seluruh provinsi di Indonesia.
2014 sebesar 1.081 kasus (Kementrian
Sejak tahun 1968 hingga 2015, jumlah
Kesehatan RI 2016).
kabupaten/kota yang terjangkit meningkat
signifikan dari dua kabupaten/kota dari dua Jumlah penderita DBD meninggal
provinsi menjadi 436 kabupaten/kota dari 34 juga berfluktuatif tiap tahunnya namun masih
20
Implementasi pengendalian vektor (nyamuk)...(Widiarti, Riyani S, Diana AP)

cukup tinggi. Pada tahun 2015 penderita BAHAN DAN CARA


DBD meninggal sebesar 1.358 orang,
Data dan informasi kajian berasal
meningkat dari dua tahun sebelumnya, yaitu
dari Kementerian Kesehatan, Dinas
641 orang pada tahun 2014 dan 871 orang
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, dan lima
pada tahun 2013 (Kementerian Kesehatan RI
Dinas Kesehatan kabupaten/kota dengan
2015).
kasus DBD yang tinggi, yaitu Kota
Pada tahun 2013, Provinsi Jawa Semarang, Kabupaten Grobogan, Kabupaten
Tengah menjadi salah satu provinsi Blora, Kabupaten Jepara, dan Kabupaten
penyumbang kasus DBD terbesar di Cilacap. Data dan informasi yang
Indonesia, dengan jumlah kasus sebesar dikumpulkan meliputi program pelaksanaan
11.333 orang, Incidence Rate (IR) sebesar pemberantasan vektor dengan PSN di tingkat
30,84 per 100.000 penduduk dan Case kelurahan (sudah dilaksanakan dengan baik,
Fatality Rate (CFR) sebesar 1,16%. benar dan berkelanjutan), penerimaan
Meskipun tahun 2016 turun dibandingkan penggunaan dan pemanfaatan
tahun 2015, total kasus DBD masih tinggi. larvasida/temephos oleh masyarakat, serta
akan tetapi pada awal tahun 2017 sampai mengetahui pelaksanaan fogging (sudah
bulan April ditemukan kasus DBD sebesar sesuai dengan standar baku di antaranya
221 kasus (Kementerian Kesehatan RI, dilakukan dua siklus dengan interval satu
2017). Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan minggu). Bahan kajian diperoleh dengan
(Dinkes) Provinsi Jawa Tengah, tingginya penelusuran dokumen (Renstra, Peraturan,
angka kesakitan DBD tahun 2013 (45,52 per Kesepakatan, Kebijakan), buku (buku ilmiah,
100.000 penduduk) diduga terkait dengan pedoman/panduan), jurnal atau artikel ilmiah,
Angka Bebas Jentik (ABJ) yang hanya laporan pencapaian pengendalian penyakit di
mencapai 84,23%. Target Rencana dan Kementerian Kesehatan, pedoman dari World
Strategi (Renstra) Dinas Kesehatan Provinsi Health Organization (WHO) (World Health
Jawa Tengah Tahun 2013-2018, yaitu angka Organization 1997). Pengolahan dan analisis
kesakitan kurang dari 20 per 100.000 data dilakukan secara deskriptif.
penduduk, cukup berat untuk dicapai (Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2014).
HASIL
Berbagai kebijakan dan strategi
penanggulangan DBD melalui pengendalian Strategi utama Kementerian
vektor telah dilakukan dengan mengacu pada Kesehatan dalam pemberantasan DBD adalah
Modul Pengendalian DBD dan Petunjuk mengendalikan nyamuk dewasa dengan
Teknis Pemberantasan Sarang Nyamuk pengasapan/fogging. Kemudian strategi itu
(PSN) DBD oleh Jumantik (Kementerian diperluas dengan menggunakan larvasida
Kesehatan Republik Indonesia 2011; yang ditaburkan ke Tempat Penampungan
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Air (TPA) (Kementerian Kesehatan Republik
dan Penyehatan Lingkungan. 2008). Indonesia 2015). Kedua metode ini sampai
Walaupun demikian, peningkatan kasus atau sekarang belum memperlihatkan hasil yang
kejadian luar biasa (KLB) DBD di beberapa memuaskan, terbukti dengan adanya
kabupaten/kota masih terjadi. Berdasarkan peningkatan kasus dan bertambahnya jumlah
kenyataan di atas, maka diperlukan suatu wilayah yang terjangkit DBD. Keputusan
kajian program pengendalian DBD dari Menteri Kesehatan No. 581/1992
aspek pengendalian vektor, dengan tujuan menetapkan program nasional pemberantasan
untuk untuk mendapatkan gambaran DBD dengan prioritas upaya PSN oleh
permasalahan masih tingginya kasus DBD di masyarakat dengan merancang model peran
Provinsi Jawa Tengah. Hasil kajian ini serta masyarakat yang sesuai dengan kondisi
diharapkan dapat memberikan rekomendasi dan budaya setempat. Strategi lain adalah
dan menjadi dasar dalam memperbaiki keberadaan petugas lapangan Penyakit
kebijakan pengendalian vektor DBD dalam Menular & Penyehatan Lingkungan (PPM &
rangka mencegah peningkatan kasus PL) dan Petugas Pemantau Jentik (Jumantik)
DBD/KLB di Provinsi Jawa Tengah maupun di setiap desa/kelurahan. Target Renstra
di Indonesia. Kementerian Kesehatan untuk angka

21
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 17 No 1, Juni 2018 : 20 - 30

kesakitan DBD tahun 2015 adalah sebesar Jentik) dengan kegiatan berupa Jumat Bersih
≤49 per 100.000 penduduk. Namun, target di sebanyak 177 kelurahan. Sirine yang
ini belum dapat dipenuhi sebab terjadi dibagikan oleh Dinas Kesehatan dibunyikan
peningkatan angka kesakitan DBD sebanyak secara serentak pada hari Jumat untuk
50,75 pada tahun 2015 dibanding tahun 2014 melakukan PSN. Kader petugas pemantau
yang sebesar 39,8 (Kementerian Kesehatan jentik (PPJ) melakukan pemantauan jentik
RI 2016). Untuk mencapai target tersebut secara rutin berupa monitoring terhadap 20
diperlukan peningkatan upaya promosi dan rumah per 2 minggu. Di program
pencegahan dengan melakukan PSN melalui SEMANTIK, dilakukan kemitraan dengan
pemberdayaan masyarakat. Dinas Pendidikan, di mana siswa sekolah
dasar menjadi Kader Jumantik.
Gambaran hasil pelaksanaan
pengendalian DBD melalui PSN, larvasidasi Selanjutnya data ABJ tersedia dari
dan fogging di Provinsi Jawa Tengah dan 5 banyak sumber yaitu ABJ Kodim, ABJ
(lima) Dinas Kesehatan kabupaten/kota PKK, ABJ Puskesmas dan ABJ Gasurkes
disajikan dalam bentuk matriks pada Tabel. (Gerakan Surveilans Kesehatan). Data ABJ
Hasil kajian implementasi pelaksanaan yang dinilai stabil adalah data ABJ Gasurkes
pengendalian DBD di seluruh wilayah dengan target sebanyak 280 rumah per bulan.
tersebut dijelaskan sebagai berikut: Program Gasurkes baru dimulai Januari 2015
dengan dibiayai Dinkes. Petugas yang
direkrut adalah tenaga kontrak berpendidikan
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah minimal diploma. Data kasus DBD Kota
Program PSN yang diterapkan adalah Semarang juga berfluktuatif; cenderung
3M Plus dengan modifikasi kepanjangan, turun, namun meningkat lagi pada bulan
yaitu 3M (Menguras, Menutup, Januari 2016.
Memanfaatkan daur ulang barang bekas)
serta Plus Membersihkan talang air. Selain
Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan
itu, terdapat program “Kawasan Bebas Jentik
di 5 Kabupaten/Kota” yang dilakukan dengan Pelaksanaan pengendalian DBD di
Gerakan 1 rumah 1 Jumantik dan kader Kabupaten Grobogan dilakukan dengan
sebagai supervisor, yang baru berjalan tahun fogging focus (FF) dan dilaksanakan hanya
ini. satu siklus. Fogging layak dilaksanakan
apabila diperoleh informasi dari Puskesmas
Data angka bebas jentik (ABJ) tidak
setelah melakukan Penyelidikan
terkumpul rutin karena kader posyandu baru
Epidemiologi (PE). Standar dilakukan
bergerak ketika dilaporkan adanya kasus
fogging apabila terdapat satu kasus DBD dan
DBD. Kasus DBD Provinsi Jawa Tengah
dalam radius 100 m terdapat minimal 3 kasus
ternyata juga sangat berfluktuatif. Meskipun
orang panas tanpa sebab. Insektisida yang
pada awal tahun 2011 sangat tinggi mencapai
digunakan untuk fogging adalah Cynoff dari
3.025, namun pada tahun 2015 relatif turun
APBD II dan larvasida dengan temephos.
menjadi 304 pada bulan September (Dinas
Sementara itu, insektisida yang diperoleh dari
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2015).
Dinas Kesehatan Provinsi adalah Actelic dan
Zeta-Cypermetrin (Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan Kota Semarang Kabupaten Grobogan. 2015).

Pemberantasan sarang nyamuk Kegiatan PSN tidak dianggarkan,


dilakukan pada saat program Jumat di namun Abate dibagikan. Kader untuk PSN
kelurahan dengan membunyikan sirine. direkrut terutama di daerah endemis.
Namun pelaksanaan program ini belum Pemberantasan sarang nyamuk pernah
pernah dievaluasi langsung oleh Dinas dilakukan pada saat perayaan hari jadi
Kesehatan (Dinas Kesehatan Kota Semarang Kabupaten Grobogan dan dilakukan serentak
2015) pada jam 8-10 pagi. Monitoring ABJ hanya
berupa laporan dari Puskesmas, tidak
Program PSN lain yang dilakukan dilakukan secara rutin dan tidak dilakukan
adalah Program SEMANTIK (Semarang Anti monitoring indeks DBD seperti House Index
22
Implementasi pengendalian vektor (nyamuk)...(Widiarti, Riyani S, Diana AP)

(HI), Bretaeau Index (BI) dan Container daerah, program pencegahan masih
Index (CI). dilakukan dan berada di bawah tanggung
jawab Seksi Pengendalian Penyakit (P2).
Sedangkan PSN berada di bawah
Dinas Kesehatan Kabupaten Blora tanggungjawab Seksi Promosi Kesehatan
Pelaksanaan pengendalian DBD (Promkes). Pelaksanaan pencegahan meliputi
dilakukan dengan FF dan dilaksanakan di dua fogging focus, penanggulangan KLB dan PJB
siklus dengan interval waktu satu minggu. (Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara. 2015).
Kriterianya adalah apabila terdapat satu
kasus dengan ditemukan dua orang panas
Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap
saat pelaksanaan PE. Satu focus meliputi
kurang lebih 100-130 rumah. Pemberian Pelaksanaan pengendalian DBD
larvasida dilakukan pada saat PE oleh dilakukan dengan fogging focus (FF) dan
petugas dari puskesmas. dilaksanakan hanya satu siklus karena dana
terbatas. Fogging dilakukan apabila dalam
Kegiatan PSN tidak dianggarkan dan
pelaksanaan PE ditemukan 2 atau 3 orang
tidak dilaksanakan secara rutin. Namun,
panas. PE dilakukan sebanyak ±20 rumah di
Kabupaten Blora mempunyai kegiatan
sekitar rumah kasus.
Pemantauan Jentik Berkala (PJB) yang
dilakukan 2-3 bulan sebelum puncak Larvasidasi dilakukan dengan
penularan, yaitu pada bulan Desember. temephos pada saat pelaksanaan PE. PSN
Pelaksanaan PJB melibatkan Kader Jumantik tidak dianggarkan dan tidak dilaksanakan
dari masyarakat setempat (daerah endemis) secara rutin. Kegiatan PSN serentak pernah
dan dilakukan pada 100 rumah berdekatan dilakukan serentak pada tahun 2011 dan
dengan rumah kasus. Monitoring ABJ dapat menurunkan kasus dari 447 kasus turun
dilakukan berdasarkan laporan dari menjadi 147 kasus.
puskesmas, dilakukan tidak secara rutin, serta
Monitoring ABJ dilakukan oleh
tidak dilakukan monitoring indeks
Seksi Promkes dan tidak dilakukan secara
entomologi DBD seperti HI, BI dan CI.
rutin, sehingga tidak dilakukan monitoring
(Dinas Kesehatan Kabupaten Blora. 2015).
indeks entomologi DBD seperti HI, BI dan
CI. (Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap.
2015).
Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara
Resume hasil kajian di seluruh lokasi
Program pengendalian DBD di
penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut
Kabupaten Jepara dibagi menjadi dua, yaitu
ini:
pencegahan dan pemberantasan sarang
nyamuk. Namun sejak adanya otonomi

Tabel 1. Hasil Analisis Kajian Implementasi pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) untuk
Pengendalian Aedes aegypti di Jawa Tengah
Pengendalian Kenyataan Kesenjangan (Gap) Penyebab Solusi
PSN Tidak dilakukan Seharusnya Partisipasi PSN
dilakukan secara rutin, dilaksanakan secara masyarakat kurang diprogramkan
oleh sehingga tidak rutin. Anggaran untuk pemerintah dan
masyarakat diperoleh HI, CI, BI dan ABJ jumantik terbatas dilakukan sebelum
indikator tidak ada sehingga SDM puskesmas musim penularan
Pemantauan entomologi tidak dapat mengetahui terbatas secara serentak.
jentik berkala dengan baik. daerah prioritas PJB 3 bulan
oleh petugas Data HI, CI, BI pengendalian. sebelum musim
puskesmas dan ABJ tidak Apabila BI ≥ 20 dan penularan setiap 2
ada atau HI ≥ 5%, minggu sekali
merupakan daerah karena siklus
prioritas pengendalian hidup Ae. aegypti
± 2 minggu

23
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 17 No 1, Juni 2018 : 20 - 30

Lanjutan Tabel 1. Hasil Analisis Kajian Implementasi pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)….
Pengendalian Kenyataan Kesenjangan (Gap) Penyebab Solusi
Larvasidasi Hanya dilakukan Daerah sporadis dan Temephos terbatas Larvasidasi
Penggunaan abatisasi massal potensial tidak Transport jumantik diprogramkan
temephos pada saat terjadi dilakukan abatisasi terbatas tidak hanya di
KLB dan setelah (kemungkinan vektor SDM puskesmas daerah endemis
dilakukan PE tetap ada) terbatas tetapi sporadis dan
Hanya dilakukan potensial secara
di daerah serentak
endemis
Fogging Hanya dilakukan Seharusnya Anggaran tidak Perlu perencanaan
satu siklus dilaksanakan dua siklus cukup anggaran
tetapi pelaksanaan Tidak memenuhi Fogging harus
hanya satu siklus cakupan untuk dilakukan dua
pelaksanaan siklus
fogging Pelaksanaan
fogging dibarengi
dengan PSN*)
*)
Keterangan: Alasan fogging dibarengi dengan PSN adalah siklus I untuk mengendalikan nyamuk terinfeksi virus dan
siklus II untuk mengendalikan nyamuk yang muncul dari pupa sehingga dapat mengatasi adanya transmisi
transovarial

PEMBAHASAN Sebagaimana hasil penelitian di Kota


Makassar yang menunjukkan bahwa
Kondisi Faktual dan Kebijakan Program
pelaksanaan kegiatan pengendalian vektor
Berdasarkan modul pengendalian DBD telah dilakukan dengan baik oleh
DBD dan petunjuk teknis pemberantasan Dinkes setempat berdasarkan dokumen
sarang nyamuk, seharusnya PSN pelaksanaannya kecuali abatisasi yang tidak
dilaksanakan secara rutin, sehingga akan ada dokumen pelaksanaannya (Sambo et al.
diperoleh angka indeks entomologi HI, CI, 2013). Penelitian di Kotawaringin Timur,
BI dan Angka Bebas Jentik (ABJ) (Direktorat Kalimantan Tengah, juga menunjukkan
Jenderal Pengendalian Penyakit dan bahwa kegiatan pengendalian DBD kurang
Penyehatan Lingkungan. 2008). Kajian ini maksimal karena kurangnya langkah
menemukan bahwa pelaksanaan PSN di pengawasan pelaksanaan pengendalian DBD
lokasi fokus kajian tidak secara rutin di berbagai tingkatan birokrasi, minimnya
dilakukan sehingga tidak ditemukan dana, sarana dan prasarana, SOP dan personil
dokumen angka indeks entomologi. terlatih (Rahayu 2012).
Akibatnya pemerintah setempat tidak dapat
Kenyataan lain, pada kajian ini
mengetahui daerah prioritas pengendalian
ditemukan bahwa larvasidasi dengan
vektor DBD secara tepat. Apabila suatu
temephos secara massal hanya dilakukan
daerah memiliki angka BI  20 dan atau HI
pada saat terjadi KLB dan setelah dilakukan
5%, artinya daerah tersebut merupakan PE serta dilakukan di daerah endemis.
daerah prioritas pengendalian vektor DBD. Sementara itu, pada daerah sporadis dan
Berdasarkan hasil kajian, penyebab tidak potensial tidak dilakukan abatisasi, sehingga
dilaksanakan PSN secara rutin karena kemungkinan adanya vektor tetap ada.
partisipasi masyarakat kurang, anggaran Berdasarkan hasil kajian, penyebab
untuk jumantik terbatas dan SDM puskesmas pelaksanan larvasidasi hanya pada saat KLB
terbatas. Beberapa penelitian lain karena temephos terbatas, transport jumantik
menunjukkan bahwa program pengendalian terbatas dan SDM puskesmas terbatas. Hasil
DBD memang sudah dilakukan oleh Dinkes ini sesuai dengan hasil penelitian lain di Kota
setempat dengan bukti adanya dokumen Makassar yang menunjukkan bahwa abatisasi
pelaksanaan, namun tidak ada pengawasan tidak dilaksanakan (Sambo et al. 2013).
apakah program yang dilaksanakan sudah Hasil penelitian Jaya & Ibrahim (2012) di
sesuai dengan standard operating procedure Kota Makassar juga menunjukkan hal yang
(SOP) dalam modul atau petunjuk teknis sama, yaitu tidak adanya fasilitas abatisasi
pemberantasan sarang nyamuk DBD. menyebabkan abatisasi tidak dilakukan di
24
Implementasi pengendalian vektor (nyamuk)...(Widiarti, Riyani S, Diana AP)

banyak TPA di responden dalam tiga bulan disurvei sebesar 10-50 rumah per RW per
terakhir (Jaya & Ibrahim 2012). kader. Penelitian tersebut melibatkan >1.000
kader yang dilatih mengenali jentik.
Hasil kajian menemukan bahwa
pelaksanaan fogging pada kenyatannya di Komitmen pemerintah daerah dalam
sebagian besar Dinas Kesehatan pelaksanaan PSN DBD sangat diperlukan
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah dalam keberhasilan pengendalian vektor
hanya dilakukan satu siklus, yang seharusnya DBD. Sebagaimana hasil kajian ini
dilakukan dua siklus dengan interval satu menemukan bahwa adanya komitmen
minggu. Penyebabnya adalah anggaran yang pemerintah setempat dalam pemberantasan
tidak cukup sehingga tidak memenuhi DBD, terutama PSN, telah membuahkan
cakupan untuk pelaksanaan fogging. Tidak hasil, sebagai contoh Kota Semarang dan
terpenuhinya cakupan disebabkan oleh Kabupaten Blora. Kota Semarang pada tahun
jumlah kasus lebih tinggi dari perkiraan 2010 telah mengeluarkan Perda khusus DBD
anggaran yang sudah dialokasikan. Fogging (Pemerintah Kota Semarang, 2010). Program
satu siklus ini tidak dapat mengantisipasi Gasurkes dengan target 280 rumah per bulan
adanya penularan transovarial yang dan tenaga kontrak minimal berpendidikan
kemungkinan terjadi. Hal ini sesuai dengan diploma sebagai petugas pelaksana telah
hasil penelitian tentang pelaksanaan fogging diterapkan di Kota Semarang. Program ini
di Kota Makassar, yaitu ditemukan 4 dimulai Januari 2015 dengan dibiayai Dinkes
kelurahan (67%) telah memiliki dosis yang dan dapat menurunkan kasus tahun 2016
sesuai dalam fogging dan hanya 1 kelurahan dibandingkan tahun 2015 meskipun total
(100%) yang memiliki dosis fogging yang kasus DBD masih tinggi. Awal tahun 2017
tidak sesuai, sedangkan 2 kelurahan (33%) sampai bulan April masih ditemukan kasus
yang tidak endemis DBD juga memiliki dosis DBD sebesar 221 kasus. Salah satu
bahan fogging yang sesuai (Asruddin Anur, kemungkinan penyebabnya adalah
Hasanuddin Ishak 2015). Perbedaan pelaksanaan PSN oleh petugas Gasurkes
intensitas fogging dengan SOP akan sangat maupun SEMANTIK belum maksimal.
berpengaruh pada keberhasilan Pemberantasan sarang nyamuk di Kabupaten
pemberantasan vektor. Hal ini sesuai dengan Blora tidak dianggarkan serta tidak
hasil penelitian di Semarang yang dilaksanakan secara rutin. Namun,
menunjukan bahwa ada perbedaan antara Kabupaten Blora mempunyai kegiatan
intensitas tindakan fogging terhadap status Pemantauan Jentik Berkala yang dilakukan
resistensi nyamuk Ae. aegypti (Arifianto et 2-3 bulan sebelum puncak penularan yaitu
al. 2014) serta hasil penelitian di Kalimantan pada bulan Desember. Pelaksanaan PJB
Barat yang menunjukkan bahwa penggunaan sudah dilakukan pada bulan September 2015
fogging sebesar 60% dapat menurunkan IR dan evaluasi pada awal Desember 2015.
DBD hingga menjadi tiga kasus (Perwitasari Pelaksanaan PJB melibatkan Kader Jumantik
et al. 2013). (Juru Pemantau Jentik) dari masyarakat
setempat (daerah endemis) dan dilakukan
Penelitian yang dilakukan oleh
pada 100 rumah yang berdekatan dengan
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin
rumah kasus, dan sampai awal bulan
Makasar melaporkan bahwa fogging pada
Desember belum dilaporkan adanya kasus
musim kemarau dan sebelum puncak
DBD (Dinas Kesehatan Kabupaten Blora,
peningkatan kasus (penularan) berdasarkan
2015).
survei jentik saat populasi rendah dapat
menurunkan HI semula >40 turun menjadi < Pentingnya Pemberantasan Sarang
20. Pada kurun waktu 2007 sampai 2014, Nyamuk (PSN) dalam Keberhasilan
jumlah kasus yang awalnya sebesar ±800 Pengendalian DBD
kasus turun menjadi nol (National
Pemberantasan sarang nyamuk dapat
Geographic Indonesia 2011; National
dipakai sebagai indikator entomologi
Geographic Indonesia 2013). Pada penelitian
kepadatan nyamuk vektor (penular) DBD,
tersebut cakupan area meliputi seluruh
namun jarang sekali dilakukan secara rutin.
kecamatan di Kota Makassar sampai tingkat
Apabila dilakukan secara rutin dapat
Rukun Warga (RW). Jumlah rumah yang
menggambarkan infestasi nyamuk penular di
25
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 17 No 1, Juni 2018 : 20 - 30

suatu daerah. Indikator entomologi seperti Untuk BI kurang dari 5 merupakan


HI, BI, CI dan Angka Bebas Jentik umum daerah dengan infestasi nyamuk yang rendah
digunakan untuk monitoring kepadatan (Ditjen PP & PL Kemenkes RI. 2013).
vektor DBD. BI dan HI pada umumnya Menurut WHO, rendahnya ABJ yang
digunakan untuk menentukan daerah prioritas terpantau saat dilakukan survei jentik
pengendalian. Apabila BI 20 dan atau HI menggambarkan kurangnya partisipasi aktif
5% maka daerah tersebut dikategorikan masyarakat dalam melakukan PSN (World
peka terhadap DBD dan terinfestasi jentik Health Organization, 1997). Kurangnya
tinggi. Menurut Thomas Suroso et al., (2003) partisipasi masyarakat dalam melakukan PSN
BI merupakan indeks yang paling baik akan makin meningkatkan populasi nyamuk
karena menunjukkan hubungan antara Ae. aegypti. Peningkatan populasi Ae. aegypti
kontainer positif dengan jumlah rumah. BI merupakan penunjang untuk terjadinya
juga akan mendapatkan profil dan karakter penularan DBD di lokasi setempat. Makin
habitat jentik dan sekaligus jumlah serta meningkatnya populasi nyamuk Ae. aegypti
potensi macam kontainer, sehingga data juga menunjukkan bahwa nyamuk tersebut
tersebut dapat digunakan sebagai upaya kemungkinan sudah resisten terhadap
mengarahkan pemberantasan atau eliminasi insektisida yang digunakan untuk fogging.
jentik (Suroso, et.al, 2003) Kemungkinan aspek entomologi lain
Pada kajian implementasi PSN ini yang dapat menyebabkan masih tingginya
ternyata Kota Semarang menunjukkan hasil kasus DBD adalah adanya fenomena
yang menggembirakan dengan kegiatan transmisi transovarial. Penelitian yang
Gasurkes dan Semantik yang dapat dilakukan di Kota Salatiga melaporkan
menurunkan kasus sampai nol pada bulan bahwa dari 55 pool (1.100 ekor jentik
Desember 2015, namun naik lagi pada tahun nyamuk), 15 pool positif virus dengue 2
berikutnya (Dinas Kesehatan Kota Semarang, (27,27%). Dengan demikian fenomena
2015). transmisi transovarial berlangsung di Kota
Salatiga (Fionasari, Arum, & Yusnita, 2012).
Demikian juga Kabupaten Blora Hasil penelitian lain dengan uji
dengan pelaksanaan Pemantauan Jentik imunohistokimia untuk mendeteksi antigen
Berkala (PJB) yang sudah dilakukan pada virus dengue pada nyamuk dari 10 kecamatan
bulan September 2015 dan evaluasi pada di Jawa Tengah, termasuk Kota Salatiga,
awal Desember 2015. Kegiatan PJB di menunjukkan bahwa di 6 kecamatan dari 3
Kabupaten Blora di anggarkan dari Bantuan kabupaten terbukti terjadi penularan
Operasional Kegiatan (BOK) (Dinas transovarial dengan persentase positif antigen
Kesehatan Kabupaten Blora, 2015). berkisar 0,48%-8,77% (Widiarti, Boewono,
Penelitian dari Universitas & Mujiono, 2009). Rendahnya persentase
Hasanudin yang melakukan survei jentik nyamuk positif antigen virus dengue ini
dengan melibatkan 1.000 kader dan mungkin dipengaruhi oleh jumlah
dilaporkan setiap 2 minggu ke petugas jentik/nyamuk yang diperiksa (World Health
puskesmas yang ditindaklanjuti dengan Organization, 1997). Fenomena transovarial
pelaksanaan fogging sebelum puncak inilah yang menyebabkan suatu daerah
penularan dapat memelihara kasus tetap menjadi endemis DBD atau terjadinya KLB,
rendah dari tahun 2007 sampai 2014. Namun karena virus tetap bersirkulasi di tubuh
penelitian ini menimbulkan kontradiksi nyamuk atau populasi vektor di alam (World
dengan Program, karena Program hanya Health Organization 2011). Penelitian lain
melakukan fogging untuk proses menunjukkan persentase positif antigen virus
penanggulangan seperlunya dan tidak untuk yang rendah juga, yaitu 2,4% pada generasi
pencegahan. Namun demikian kegiatan pertama (F1), namun persentase makin
entomologi (PSN, PJB dan fogging) sebelum meningkat sampai generasi yang ke-7 dan
puncak penularan akan sangat bermanfaat selanjutnya stabil (Joshi, Mourya, & Sharma,
untuk menurunkan populasi nyamuk vektor 2002). Sementara itu suatu studi di Malaysia
dan menurunkan kasus DBD (National membuktikan adanya penularan secara
Geographic Indonesia 2011; National transovarial tidak saja pada Ae. aegypti tetapi
Geographic Indonesia 2013) juga pada Ae. albopictus. Pada Ae.
26
Implementasi pengendalian vektor (nyamuk)...(Widiarti, Riyani S, Diana AP)

albopictus, persentase antigen virus/angka Hambatan dalam penanggulangan


infeksi lebih besar dari pada Ae. aegypti, DBD adalah anggapan masyarakat bahwa
karena populasi Ae. albopictus lebih fogging adalah senjata utama untuk
dominan. Angka infeksi pada nyamuk, baik mengatasi DBD. Namun mereka tidak
Ae. aegypti dan Ae. albopictus, berkisar menyadari bahwa sumber penular masih ada
antara 2,35-14,30 (Lee & Rohani, 2005). apabila jentik masih berkembangbiak di
Penelitian secara serologi dan entomologi di dalam rumah. Kesadaran untuk melakukan
India juga membuktikan bahwa di daerah PSN belum tertanam dengan baik dan
terjadinya wabah/KLB, virus terpelihara baik ditunjang dengan adanya fogging swasta atau
di alam pada individu jantan Ae. albopictus swadaya, sehingga masyarakat
(Paramasivan et al., 2006). Terjadinya KLB mengesampingkan PSN. Hambatan lain
dapat diramalkan apabila terjadi perubahan adalah petugas sulit memantau TPA yang
cuaca, misalnya peningkatan temperatur berada di dalam rumah karena seringkali
dapat meningkatkan reproduksi vektor, masyarakat tidak membuka pintu bahkan
aktivitas dan mempersingkat perkembangan tidak mengijinkan masuk ke dalam rumah
jentik vektor (Vanessa, Rebecca, & Shilu, dengan alasan sudah bersih, baru dikuras, dll.
2012). Di Madeira, Portugal, dilaporkan Namun apabila kita perhatikan, ternyata
bahwa resistensi Ae. aegypti terhadap tampungan air di bawah kulkas dan dispenser
insektisida menjadi salah satu penyebab KLB jarang terjangkau mereka dan seringkali
(European Centre for Disease Prevention and banyak dijumpai jentik Ae. aegypti.
Control, 2013). Minimnya SDM dalam penanggulangan
KLB, tidak tersedianya anggaran untuk
Apabila fenomena transmisi
menjalin kemitraan, dan pemberdayaan
transovarial ini memang terjadi di suatu
masyarakat merupakan hambatan lain dalam
daerah, maka untuk mencegah terjadinya
penanggulangan DBD. Dari segi perilaku,
KLB perlu dilakukan PSN dengan baik dan
tidak semua masyarakat mendukung
benar, yaitu dengan melakukan menguras,
pelaksanaan PSN maupun perilaku hidup
menutup dan menimbun (3M Plus).
bersih dan sehat (PHBS) dengan berbagai
Kemudian perlu ditambah menyikat telur
alasan, sehingga dapat menciptakan tempat
yang menempel pada dinding kontainer (3M
perkembangbiakan dan menyebabkan
Plus S), sehingga virus yang berada pada
tingginya populasi nyamuk penular DBD
telur bisa rusak.
(National Vector Borne Diseases Control
Pengendalian lain yang dapat Programme, 2006).
dilakukan adalah dengan menitikberatkan
Seharusnya HI dan CI bernilai nol
pada stadium larva dengan penggunaan
setelah dilakukan pengendalian yang efektif.
larvasida atau jasad hayati (biolarvasida).
Apabila nilai BI >5, berarti terjadi resiko
Penyemprotan space spraying (fogging) dua
penularan dengue. Surveilans entomologi
siklus dengan interval satu minggu akan
sangat esensial dalam monitoring kesuksesan
sangat efektif pada saat terjadi KLB untuk
dan kegagalan program pengendalian
membunuh nyamuk dewasa yang
sebelum dan setelah pengendalian dilakukan,
mengandung virus, atau pada saat menularan
sehingga akan mengetahui penurunan jumlah
sedang berlangsung (siklus I). Sedangkan
nyamuk vektor (Armed Forces Pest
siklus II dilakukan untuk membunuh jentik
Management Board, 2012).
yang muncul menjadi nyamuk dewasa pada
minggu berikutnya. Namun penurunan kasus Dinas Kesehatan Kota Mojokerto
akan lebih bermakna apabila diikuti dengan telah melaksanakan PSN terintegrasi untuk
PSN (Direktorat Jenderal Pengendalian mewujudkan masyarakat sehat dan juga
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011). telah melaksanakan pengendalian vektor
Evaluasi setelah space spraying (fogging) terpadu. Komitmen Pemerintah Kota dalam
menggunakan ovitrap juga merupakan cara program pengendalian DBD di Kota
monitoring populasi nyamuk dewasa betina Mojokerto dengan pelaksanaan PSN tertuang
paling baik (National Vector Borne Diseases melalui Instruksi Walikota No. 1 Tahun 2006
Control Programme, 2006). tanggal 26 Maret 2006 tentang gerakan PSN
60 menit setiap hari Jumat. Pada

27
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 17 No 1, Juni 2018 : 20 - 30

pelaksanaannya, PSN mendapat dukungan maupun potensial. Perlunya peningkatan


pemerintah, yaitu dari Walikota, DPRD dan upaya promotif secara berkelanjutan agar
lintas sektor. Pelaksananya adalah semua pelaksanaan PSN 3M Plus terus dilakukan
warga, murid sekolah (Wamantik), secara rutin. Pemberantasan sarang nyamuk
pengurus/penanggung jawab Tempat-tempat yang baik adalah menguras, menutup dan
Umum (TTU)/Tempat-tempat Ibadah (TTI), mengubur barang bekas plus menyikat telur
karyawan kantor di seluruh wilayah Kota yang menempel di TPA dan beri air panas
Mojokerto, dan kerjasama dengan PKK dan untuk mencegah telur menetas.
organisasi masyarakat (Pengajian) di seluruh
wilayah Kota Mojokerto. Hasil evaluasi
setelah gerakan PSN terintegrasi Saran
menunjukkan bahwa Angka Bebas Jentik Fogging mutlak dilakukan dua siklus
sebesar 98,48% di pada tahun 2015. dengan interval waktu satu minggu karena
Kemudian pada tahun 2016, Kota Mojokerto telah terbukti terjadinya penularan
memperoleh penghargaan Satya Lencana transovarial.
Karya Bhakti Praja Nugraha dan Samkarya
Nugraha Parasamya Purna Karya Nugraha
untuk program Inovasi Bidang Kesehatan UCAPAN TERIMAKASIH
PSN Terintegrasi. Pada tahun yang sama,
terjadi KLB DBD di 23 dari 38 Pada kesempatan ini penulis
kabupaten/kota di Jawa Timur pada bulan mengucapkan terima kasih kepada Kepala
Januari – Maret 2016. Akan tetapi, Kota Badan Penelitian dan Pengembangan
Mojokerto tidak termasuk dalam Kesehatan, yang telah memberikan
kabupaten/kota KLB tersebut. (Indah, 2016). kesempatan melakukan kajian, dan para staf
peneliti yang telah membantu pelaksanaan
kajian. Ucapan terima kasih juga
KESIMPULAN DAN SARAN disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah, serta Kabupaten/Kota
Kesimpulan di Provinsi Jawa Tengah yang terpilih menjdi
Tanpa pelaksanaan PSN yang rutin, lokasi kajian dan semua pihak yang telah
maka angka indeks entomologi (HI, CI, BI membantu selama pelaksanaan kajian,
dan ABJ) tidak tersedia, sehingga daerah sehingga kajian ini dapat berjalan lancar.
prioritas pengendalian vektor DBD tidak
dapat diketahui. Larvasidasi hanya dilakukan
dengan temephos/abatisasi masal pada saat DAFTAR PUSTAKA
terjadi KLB dan dilakukan di daerah Arifianto, Y. et al., 2014. Perbedaan Intensitas
endemis. Sementara itu, daerah sporadis dan Tindakan Fogging Terhadap Status Resistensi
potensial tidak dilakukan larvasidasi, Nyamuk Ae aegypti pada Insektisida
sehingga kemungkinan vektor tetap ada. Malathion ( Studi Di Lingkungan Rumah
Sakit Islam Sultan Agung ). J.
Pelaksanaan fogging di sebagian Kesehatan.Masy.Indones., 9(1), pp.13–20.
besar Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Armed Forces Pest Managemen Board., 2012. Dengue
and Chikungunya Vector Control Pocket
hanya dilakukan satu siklus, yang seharusnya Guide, Technical Guide No.47,
dilakukan dua siklus dengan interval satu Asruddin Anur, Hasanuddin Ishak, E.I., 2015.
minggu, sehingga tidak dapat mengatasi/ Hubungan Program Fogging dengan
mengantisipasi adanya penularan transovarial Endemisitas Kejadian DBD DI Kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar, Makassar.
yang kemungkinan terjadi. Available at:
Berdasarkan temuan gap antara http://repository.unhas.ac.id/handle/1234567
89/14419.
kebijakan dengan pelaksanaan di daerah Dinas Kesehatan Kabupaten Blora. 2015. Laporan Data
kajian, maka rekomendasi perbaikan Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)
kebijakan adalah pelaksanaan PSN perlu Tahun 2015., Blora.
diprogramkan dan dianggarkan secara rutin Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap. 2015. Laporan
Data Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)
dan dilakukan sekurang-kurangnya 3 bulan
Kabupaten Cilacap Tahun 2015., Cilacap.
sebelum puncak peningkatan kasus secara
serentak baik di daerah endemis, sporadik
28
Implementasi pengendalian vektor (nyamuk)...(Widiarti, Riyani S, Diana AP)

Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan. 2015. Laporan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, D.J.P.P.
Data Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dan P.L. 2011. Modul Pengendalian Demam
Kabupaten Grobogan Tahun 2015., Berdarah Dengue, Jakarta: Kementerian
Grobogan. Kesehatan R. I.
Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara. 2015. Laporan Kementerian Kesehatan RI 2015. Demam Berdarah
Data Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Biasanya Mulai Meningkat Di Januari. Pusat
Kabupaten Jepara Tahun 2015., Jepara. Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal
Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2015. Laporan Data Kementerian Kesehatan RI. Available at:
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Kota http://www.depkes.go.id/article/print/150117
Semarang, 00003/demam-berdarah-biasanya-mulai-
Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2015. Laporan Data meningkat-di-januari.html [Accessed January
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Kota 17, 2018].
Semarang Tahun 2015, Kota Semarang. Kementerian Kesehatan R.I. 2017. Profil Kesehatan
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2015. Laporan Indonesia, Jakarta, Indonesia: Sekretariat
Data Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Jenderal Kementerian Kesehatan RI.
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015, Available at:
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2014. Rencana http://www.depkes.go.id/resources/download
Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa /pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Profil-
Tengah Tahun 2013-2018, Indonesia. Kesehatan-Indonesia-2016.pdf.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Kementerian Kesehatan R.I 2016. Profil Kesehatan
Penyehatan Lingkungan. 2011. Modul Indonesia 2015. Jakarta, Indonesia:
Pengendalian Demam Berdarah Dengue., Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan.
Jakarta: Kementerian Kesehatan R. I. Available at:
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan http://www.depkes.go.id/resources/download
Penyehatan Lingkungan. 2008. Petunjuk /pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-
Teknis Pemberantasan Sarang Nyamuk kesehatan-Indonesia-2015.pdf.
Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) Oleh Kementrian Kesehatan RI, P.D. dan I., 2016. Infodatin
Juru Pemantau Jentik (JUMANTIK)., DBD 2016, Jakarta. Available at:
Kementerian Kesehatan R.I. https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=
Ditjen PP & PL Kemenkes RI. 2013. Pedoman Survei &esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact
Entomologi Demam Berdarah Dengue., =8&ved=0ahUKEwifqajjs6jVAhUMgbwKH
Jakarta: Kemenkes RI. Available at: UQHD1MQFggsMAE&url=http%3A%2F%
https://bbtklppbjb.files.wordpress.com/2016/ 2Fwww.depkes.go.id%2Fdownload.php%3Ff
03/profil-dbd-untuk-kegiatan-survei- ile%3Ddownload%2Fpusdatin%2Finfodatin
entomologi-dbd-di-kota-balikpapan-ta- %2Finfodatin%2520dbd%25202016.pdf&us
2015.pdf. g=AFQjCNG0-
European Centre for Disease Prevention and Control GX2Bzt1qQAA5gMzk6VRZ4iBLg.
(ECDPC). 2013. Mission Report : Dengue Lee, H.L, and A.R. 2005. Transovarial Transmission
Outbreak in Madeira Portugal. October- of Dengue Virus in Aedes aegypti and Aedes
November 2012, Swtockholm. albopictus in Relation to Dengue Outbreak in
Fionasari T ; Arum S.J ; dan Yusnita M.A. 2012. an Urban Area in Malaysia. Research, Kuala
Laporan Akhir Penelitian Risbinkes : Lumpur Malaysia. Dengue Bulletin. Unit of
Identifikasi Serotipe Virus Dengue pada Medical Entomology, Institute for Medical,
Nyamuk Aedes aegypti Dan Aedes 29, pp.106–111.
albopictus di Kota Salatiga Dengan Metode National Geographic Indonesia. 2013. Memburu
RT-PCR., Pengisap Darah yang Mematikan.
Indah CWW. 2016. Masyarakat Sehat dengan PSN nationalgeographic.grid.id. Available at:
Terintegrasi (Pengendalian Vektor Terpadu), https://nationalgeographic.grid.id/read/13284
Jaya, D.M. & Ibrahim, E. 2012. Hubungan 096/memburu-pengisap-darah-yang-
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD mematikan [Accessed January 6, 2016].
dengan Keberadaan Larva Aedes aegypti di National Geographic Indonesia. 2011. Penyemprotan
Wilayah Endemis DBD Kelurahan Kassi- pencegahan turunkan kasus DBD di
Kassi Kota Makassar. Universitas Makassar. nationalgeographic.grid.id.
Diponegoro. Available at: Available at:
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle http://nationalgeographic.grid.id/read/132793
/123456789/6168/Dewi Mustika Jaya 95/penyemprotan-pencegahan-turunkan-
K11109332.pdf?sequence=1. kasus-dbd-di-makassar?page=all [Accessed
Joshi, V., Mourya, D.T., and R.C.S., 2002. Persistance January 16, 2016].
of Dengue 3 Virus Through Transovarial National Vector Borne Diseases Control Programme.
Transmission Passage in Successive 2006. Guidelines for Integrated Vector
Generation of Aedes aegypti Mosquito.. The Management for Control of Dengue/Dengue
American Society of Tropical Medicine and Haemorrhagic Fever, . Directorate General of
Hygiene., 67(2), pp.158–161. Health Services Ministry of Health & Family
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Welfare Delhi .Govt of India.
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Paramasivan. R , V.Thenmozhi, J. Hiriyjan, K.J.
Tahun 2015-2019., Indonesia. Dhananjeyan, B.K.T.& A.P.D. 2006.
Serological and Entomological Investigation
29
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 17 No 1, Juni 2018 : 20 - 30

of an Outbreak of Dengue Fever in certain Berbasis Kelurahan di Kota Makassar


rural areas of Kanyakumari Distric Tamil Periode 2010-2012. Available at:
Nadu. Indian J Med Res.123., p.pp 697-701. http://repository.unhas.ac.id/handle/1234567
Pemerintah Kota Semarang. 2010. Peraturan Daerah 89/5593 [Accessed February 7, 2017].
Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2010 Suroso, Thomas., U.I. 2003. Pencegahan dan
Tentang Pengendalian Penyakit Demam Penanggulangan Penyakit Demam
Berdarah Dengue, Indonesia. Available at: Denguedan Demam Berdarah Dengue,
http://satudata.semarangkota.go.id/adm/file/2 Jakarta: Deprtemen Kesehatan RI.
0170726132712KOTA_SEMARANG_5_201 Vanessa. R, R. Rebecca, T. Shilu, and H.W. 2012.
0.pdf. Surveilance of Dengue Fever Virus : a review
Perwitasari, D., Munif, A. & Supriatna, A.A. 2013. of epidemiological models and early warning
Model Intervensi Pengendalian Demam systems. PLOS Neglected Tropical Diseases,
Berdarah Dengue (DBD) Untuk Menurunkan 6(5), p.e 1648. 14 p.
Iinsident Rate ( IR ) Berdasarkan Kombinasi Widiarti; Damar Tri Boewono dan Mujiono, 2009.
Fogging dan Repelen di Kabupaten Sintang Deteksi Antigen Virus Dengue Pada Progeni
Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2011. Vektor Demam Berdarah Dengan Metode
Jurnal Ekologi Kesehatan, 12(1), pp.57–71. Imunohistokimia. Buletin Penelitian
Rahayu, T. 2012. Evaluasi Pelaksanaan Program Kesehatan, 37(3), pp.126–136.
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit World Health Organization, 2011. Comprehensive
Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Guideline for Prevention and Control of
Puskesmas Ketapang 2 (Studi di Kecamatan Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever.,
Mentawa Baru Ketapang Kabupaten World Health Organization Revised and
Kotawaringin Timur Propinsi Kalimantan Expanded.Regional Office for South-East
Tengah). Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1(2), Asia.
pp.479–492. World Health Organization. 1997. Dengue
Sambo, F.. Ishak, H. & Bintara, A., 2013. Implementasi Haemorrhagic Fever, Diagnosis, Treatment,
Program Pemberantasan Demam Berdarah Prevention and Control, 2 nd Edition., WHO
Dengue Dalam Menurunkan Insiden DBD Geneva.

30

You might also like