Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Jurnal Pemikiran dan Pengembangan SD Volume 5, Nomor 2, September 2017

p-ISSN: 2338-1140 (Halaman 766-772)


e-ISSN: 2527-3043

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK


MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
ARTIKULASI DAN MEDIA BONEKA TANGAN
PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS 1
SDN PEJOK II KEDUNGADEM BOJONEGORO

Ulifatus Pebriana1), Dyah Woro Wirastri Ekowati2), Frendy Aru Fantiro3)


1)
SDN Pejok 2 Bojonegoro,
2,3)
PGSD Universitas Muhammadiyah Malang
Email: ulifatusfebriana@gmail.com

Abstract:In fact, listening skills of students are still low seen from the completeness of
students is only 25% complete. So, the necessary to attempt improvement through learning
model and learning media is used. This study aims to: (1) Describe the application of learning
models “Artikulasi dan Media Boneka Tangan” to improve listening skills in thematic learning
first grade at SDN Pejok II Kedungadem Bojonegoro, and (2) Explaining the increase in the
ability to listen to students after applying the learning model articulation and media dolls
hands-on thematic learning first grade at SDN Pejok II Kedungadem Bojonegoro.The results
showed (1) the application of learning “Artikulasi dan Media Boneka Tangan” can improve
students' listening skills. It can be seen from the percentage of students who complete the first
cycle is only 45.8% of students who completed and then increased to 83.4% of students who
completed the second cycle. (2) Results of votes of teacher activity increased from the first
cycle to the second cycle ie from scoring 80.7% to 86% and the activity of students in the
classical with 80% to 88%. This suggests that the learning model “Artikulasi dan Media
Boneka Tangan” can be used as a reference in the implementation of the learning process that
can promote successful learning.

Keywords:Improvement, Listening Skills, Learning Model Articulation, Media Dolls Hand.

Abstrak:Pada kenyataannya kemampuan menyimak siswa masih rendah yang terlihat dari nilai
ketuntasan siswa yaitu hanya 25% yang tuntas sehingga perlu adanya upaya peningkatan
melalui model pembelajaran dan media pembelajaran yang digunakan. Penelitian ini bertujuan
untuk: (1) menjelaskan penerapan model pembelajaran artikulasi dan media boneka tangan
untuk meningkatkan kemampuan menyimak pada pembelajaran tematik kelas I dan (2)
menjelaskan peningkatan kemampuan menyimak siswa setelah menerapkan model
pembelajaran artikulasi dan media boneka tangan pada pembelajaran tematik.Hasil penelitian
menunjukkan (1) penerapan model pembelajaran artikulasi dan media boneka tangan dapat
meningkatkan keterampilan menyimak siswa. Hal ini dapat dilihat dari presentase siswa yang
tuntas yaitu pada siklus I hanya ada 45,8% siswa yang tuntas dan kemudian meningkat menjadi
83,4% siswa yang tuntas pada siklus II. (2) Hasil penilaian aktivitas guru meningkat dari siklus
I ke siklus II yaitu dari skor 80,7% menjadi 86% dan aktivitas siswa secara klasikal dengan
skor 80% menjadi 88%. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran artikulasi dan media
boneka tangan dapat dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang
dapat mendukung keberhasilan pembelajaran.

Kata Kunci:Peningkatan, Keterampilan Menyimak, Model Pembelajaran Artikulasi,Media


Boneka Tangan.
IPA, IPS, Matematika, Pendidikan
PENDAHULUAN Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Seni
Pembelajaran tematik terpadu
merupakan pendekatan pembelajaran Budaya dan Prakarya kecuali mata
yang mengintegrasikan berbagai pelajaran Pendidikan Agama dan Budi
kompetensi dari berbagai mata pelajaran Pekerti. Kompetensi mata pelajaran IPA
dalam berbagai tema.Pendekatan pada kelas I – III diintegrasikan pada
pembelajaran ini digunakan untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia dan
seluruh kelas pada sekolah dasar. Matematika, sedangkan untuk mata
Pembelajaran dengan pendekatan tematik pelajaran IPS diintegrasikan ke mata
ini mencakup seluruh kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia, PPKN dan
pelajaran yaitu: PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika. Kompetensi dasar IPA dan

766
767 Jurnal Pemikiran dan Pengembangan SD, Volume 5, Nomor 2, September 2017, hlm 766-772

IPS di kelas IV-VI masing-masing berdiri pembelajaran yaitu dengan menggunakan


sendiri (Kemendikbud: 2014). model pembelajaran artikulasi yang
Siswa membutuhkan keterampilan dipadukan dengan menggunakan media
komunikasi yang baik untuk memahami boneka tangan.
konsep-konsep antar bidang studi, baik
secara lisan maupun tulisan. Hal ini dapat Pembelajaran Tematik
diajarkan melalui pembelajaran bahasa
Indonesia yanghampir ada di setiap Pembelajaran tematik adalah
pembelajaran, meskipun sudah melebur pembelajaran terpadu yang menggunakan
dengan bidang studi tema untuk mengaitkan beberapa mata
lainnya.Pembelajaran bahasa Indonesia di pelajaran sehingga dapat
SD diarahkan untuk meningkatkan memberikanpengalamanbermakna
kemampuan siswa dalam berkomunikasi kepada murid. Kurikulum 2013 SD/ MI
dengan baik, baik secara lisan maupun menggunakan pendekatan pembelajaran
tulisan (Zulela, 2012: 4). tematik integratif dari kelas I sampai
Hasil wawancara dan observasi kelas VI. Pembelajaran tematik integratif
dengan guru kelas I pada tanggal 30 merupakan pendekatan pembelajaran
Agustus 2016 di SDN Pejok II dapat yang mengintegrasikan berbagai
terlihat bahwa permasalahan menyimak kompetensi dari berbagai mata pelajaran
masih memerlukan penanganan yang ke dalam berbagai tema. Tema
lebih baik lagi. Hal ini dapat dilihat dari merupakan alat atau wadah untuk
nilai siswa pada keterampilan menyimak, mengenal berbagai konsep kepada anak
dari 24 siswa hanya ada 6 siswa yang didik secara utuh. Dalam pembelajaran,
mendapatkan nilai diatas KKM, dan tema diberikan dengan maksud
selebihnya belum memenuhi KKM. menyatukan isi kurikulum dalam satu
Selain itu, siswa masih suka berbicara kesatuan yang utuh, , memperkaya
sendiri dengan temannya atau melakukan perbendaharaan bahasa anak didik dan
hal lain seperti menggambar, bermain- membuat pembelajaran lebih bermakna.
main sendiri ketika guru menjelaskan Adapun karakteristik dari
atau menyampaikan materi, sehingga pembelajaran tematik ini menurut TIM
berdampak pada pemahaman siswa Pengembang PGSD, 1997 (Majid, 2014:
tentang materi/ konsep yang 90) adalah:
disampaikan. a. Holistik
Hal ini bisa terjadi karena pada Suatu gejala atau peristiwa yang
dasarnya karakteristik siswa kelas 1 SD menjadi pusat perhatian dalam
masih terbawa karakteristik pada saat pembelajaran tematik diamati dan
masih TK yaitu suka bermain dan dikaji dan beberapa bidang studi
bergembira. Seperti yang terdapat dalam sekaligus, tidak dari sudut pandang
Kemendikbud no 57 Tahun 2014 yang yang terkotak-kotak.
menyebutkan karakteristik siswa SD b. Bermakna
yaitu senang bergerak, senang bermain, Pengkajian suatu fenomena dari
senang melakukan sesuatu secara berbagai macam aspek,
langsung dan senang bekerja dalam memungkinkan terbentuknya
kelompok. Selain itu,siswa menjadi semacam jalinan antar-skemata yang
kurang antusias dalam menyimak atau dimiliki oleh siswa, yang pada
memperhatikan penyampaian materi gilirannya akan memberikan dampak
karena pembelajaran kurang variatif kebermaknaan dari materi yang
karena pada saat proses pembelajaran dipelajari.
guru lebih banyak menggunakan ceramah c. Otentik
dan tidak menggunakan media yang Pembelajaran tematik
dapat mendukung proses pembelajaran. memungkinkan siswa memahami
Sesuai dengan masalah diatas, secara langsung konsep dan prinsip
maka peneliti melakukan variasi model yang ingin dipelajari.
pembelajaran yang dapat membuat siswa d. Aktif
fokus untuk menyimak dalam proses
768 Jurnal Pemikiran dan Pengembangan SD, Volume 5, Nomor 2, September 2017, hlm 766-772

Pembelajaran tematik dikembangkan para pengajar dalam merencanakan dan


dengan berdasar pada pendekatan melaksanakan aktivitas pembelajaran
inquiry discovery dimana siswa (Kemendikbud no. 57 tahun 2014). Oleh
terlibat secara aktif dalam proses karena itu beberapa ahli membuat
pembelajaran, mulai perencanaan, berbagai pengembangan model
pelaksanaan, hingga proses evaluasi. pembelajaran termasuk model
pembelajaran artikulasi.
Keterampilan Menyimak Model pembelajaran artikulasi
Kurikulum 2013 menguraikan adalah pembelajaran dengan sistem pesan
tujuan pembelajaran yang sejalan dengan berantai (Kurniasih, 2015). Pesan yang
tujuan pembelajaran bahasa Indonesia, akan disampaikan. Pesan yang akan
yakni agar siswa terampil berbahasa. dibawa merupakan materi pelajaran yang
Keterampilan berbahasa dibedakan dari sedang dipelajari ketika itu. Secara
empat macam, yaitu menyimak, teknis, setiap siswa wajib meneruskan
berbicara, membaca, dan menulis. pesan dan menjelaskannya pada siswa
Keempat keterampilan berbahasa tersebut lain (pasangan kelompoknya). Model
berkaitan antara satu dan yang lain. pembelajaran ini terbilang unik karena
Beberapa praktisi masih berpendapat siswa akan berperan sebagai “penerima
sampai sekarang bahwa pembelajaran pesan” sekaligus berperan sebagai
bahasa adalah sebuah proses yang “penyampai pesan”.Model pembelajaran
berjalan linera/ lurus, yaitu diawali artikulasi ini baik digunakan dalam
dengan menguasai bahasa lisan rangka meningkatkan daya ingat dan
(menyimak dan berbicara) dan baru daya serap siswa dalam memahami
kemudian beralih ke bahasa tulis materi yang diajarkan kepadanya
(membaca dan menulis). (Widhiastanto, 2016: 114).
Kegiatan menyimak merupakan Model pembelajaran artikulasi ini
kemampuan tahap awal yang harus memiliki beberapa kelebihan (Kurniasih,
dikuasai dalam keterampilan berbahasa, 2015) yaitu a)Semua siswa terlibat
dikatakan demikian karena menyimak (mendapat peran), b)Melatih kesiapan
merupakan suatu cara yang dilakukan siswa, c) Melatih daya serap pemahaman
untuk memeroleh informasi yang dari orang lain, d) Cocok untuk tugas
disampaiakn orang lain sehingga dapat sederhana, e) Interaksi lebih mudah, f)
diimplementasikan pada tahap berikutnya Lebih mudah dan cepat membentuknya
yaitu berbicara, membaca, dan dan g) Meningkatkan partisipasi anak.
menuliskannya kembali untuk Selain kelebihan, model
disampaikan kepada orang pembelajaran artikulasi juga memeiliki
lain.Menyimak adalah suatu proses beberapa kelemahan sebagai berikut:
kegiatan mendengarkan lambang- a)Jika ada satu siswa yang tidak mengerti
lambang lisan dengan penuh perhatian, atau tidak paham materi pelajaran, maka
pemahaman, apresiasi, serta interpretasi siswa yang lainpun akan mendapatkan
untuk memperoleh informasi, menangkap informasi yang sama, b) Rentan akan
isi atau pesan serta memahami makna kegaduhan jika guru secara teknik kurang
komunikasi yang telah disampaikan oleh bisa menguasai kelas, c) Waktu yang
sang pembicara melalui ujaran atau dibutuhkan banyak agar materi
bahasa lisan (Tarigan, 1994: 28). tersampaikan semuanya, d) Banyak
kelompok yang melapor dan perlu
Model Pembelajaran Artikulasi dimonitor dan e) Jika ada perselisihan
tidak ada penengah. Oleh karena itu,
Model Pembelajaran merupakan peneliti mengkolaborasikan dengan
suatu kerangka konseptual yang media boneka tangan untuk menutupi
melukiskan prosedur secara sistematis kekurangan dari model pembelajaran
dalam mengorganisasikan pengalaman yang digunakan.
belalajar untuk mencapai tujuan belajar Adapun langkah-langkah model
tertentu dan berfungsi sebagai pedoman pembelajaran artikulasi adalah:
bagi para perancang pembelajaran dan
769 Jurnal Pemikiran dan Pengembangan SD, Volume 5, Nomor 2, September 2017, hlm 766-772

a. Pertama kali guru menerangkan seseorang yang tangannya di masukkan


pelajaran apa yang hendak dibahas ke bawah pakaian boneka. Disebut
serta menjelaskan model boneka tangan karena yang
pembelajaran yang hendak menggerakkan adalah tangan manusia.
digunakan Dalam penggunaan media boneka
b. Guru menyampaikan kompetensi tangn perlu memperhatikan beberapa hal,
yang ingin dicapai sehingga peneliti membuat langkah-
c. Guru menyajikan materi langkah penggunaan media boneka
sebagaimana biasanya hingga siswa tangan dalam proses pembelajaran
paham sebagai berikut:
d. Untuk mengetahui daya serap siswa, a. Menyiapkan boneka tangan yang
bentuklah kelompok berpasangan sesuai dengan tema yaitu boneka
e. Menugaskan salah satu siswa dari berbentuk hewan dan tumbuhan.
pasangan itu menceritakan materi b. Menggunakan media boneka tangan
yang baru diterima dari guru dan untuk menjelaskan materi pelajaran
pasangannya mendengar sambil dengan cara sebgai berikut:
membuat catatan-catatan kecil, 1) Memasukkan tangan pada boneka
kemudian berganti peran, begitu juga tangan dalam memainkannya
kelompok lainnya. 2) Menjelaskan materi menggunakan
f. Menugaskan siswa secara bergiliran boneka, misalnya tentang benda
atau bisa juga dengan cara diundi hidup berarti menjelaskan
atau diacak menyampaikan hasil menggunakan hewan dan
wawancara dengan teman tumbuhan.
pasangannya sampai sebagian siswa c. Merapikan kembali boneka yang
sudah mnyampaikan hasil selesai digunakan.
wawancaranya
g. Guru mengulang kembali materi METODE
yang sekiranya belum dipahami
h. Kemudian menyimpulkan materi dan Jenis penelitian yang digunakan
menutup pembelajaran. adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
model Hopkins dengan pendekatan
Media Boneka Tangan kualitatif. Pelaksanaan penelitan tindakan
Media pembelajaran bisa dikatakan dilakukan membentuk spiral yang
sebagai alat yang bisa merangsang siswa dimulai dari merasakan adanya masalah,
shingga terjadi proses belajar.Media menyusun perencanaan, melaksanakan
Pembelajaran segala sesuatu yang dapat tindakan, melakukan observasi,
digunakan untuk menyalurkan pesan dari mengadakan refleksi, melakukan rencana
pengirim ke penerima sehingga dapat ulang, melaksanakan tindakan, dan
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, seterusnya (Sanjaya, 2013: 53).
dan minat serta perhatian siswa Dalam pelaksanaannya peneliti
sedemikian rupa sehingga proses belajar berkolaborasi dengan guru kelas I di
terjadi (Sadiman, 2006: 7). SDN Pejok II pada saat proses
Berdasarkan pengertian media di pembelajaran, selain itu guru juga
atas, media boneka tangan merupakan membantu dalam mengobservasi atau
alat peraga yang dapat membantu dalam melakukan pengamatan terhadap peneliti
penyampaian materi dalam proses pada saat melaksanakan tindakan
pembelajaran. Menurut Daryanto (2011: (mengajar) serta sebagai teman diskusi
31) dalam Annisa (2015: 1705), boneka dalamproses pembelajaran dan juga
tangan adalah benda tiruan dari bentuk refleksi terhadap proses pembelajaran
manusia, binatang, atau tumbuhan yang yang telahberlangsung untuk
dimainkan dengan satu tangan. Boneka merencanakan tindakan perbaikan
tangan dapat dijadikan media pendidikan, indikator yang belum tercapai.Subyek
boneka dapat dimainkan dalam bentuk dari penelitian ini adalah siswa kelas I
sandiwara boneka. Boneka tangan adalah dengan jumlah siswa 24 orang yang
boneka yang digerakkan dari bawah oleh
770 Jurnal Pemikiran dan Pengembangan SD, Volume 5, Nomor 2, September 2017, hlm 766-772

terdiri atas 13 siswa laki-laki dan 11 3. Kegiatan 3 8


siswa perempuan. Akhir
Total 19 49
Teknik pengumpulan data dalam
Jumlah skor yang 49
penelitian ini menggunakan wawancara, muncul
angket, catatan lapang, serta memberikan Presentase 86
tes unjuk kerja pada siswa. Dan sumber %
data dari penelitian ini adalah guru dan
siswa, sedangkan peneliti sebagai Tabel 3 Aktivitas siswa siklus II
pengumpul data, pengolah data, serta No Kompetensi Banyaknya Skor
Indikator yang
pelapor data. diperoleh
1. Kegiatan 4 17
Hasil dan Pembahasan Awal
2. Kegiatan 9 40
Hasil penelitian yang telah Inti
dilakukan oleh peneliti dapat dikatakan 3. Kegiatan 2 9
berhasil. Hal ini dapat terlihat dari nilai Akhir
Total 15 66
ketuntasan siswa yang mencapai 83,4 % Jumlah skor yang 66
pada siklus II. Nilai ketuntasan ini muncul
didapatkan dari nilai tes unjuk kerja Presentase 88
keterampilan menyimak berupa %
menceritakan kembali isi teks deskriptif Secara keseluruhan dapat dikatakan
pada lembar kerja yang telah disiapkan. bahwa, pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran
Tabel 1Penilaian Keterampilan Menyimak artikulasi dan media boneka tangan telah
Siklus II berhasil dilaksanakan. Keberhasilan ini
N Nil Kualifi Frekue Persent Keteran
ditunjukkan dengan adanya peningkatan
o. ai kasi nsi ase gan
1. 86- Dari 24 pelaksanaan pembelajaran yaitu pada
Sangat siklus I persentase aktivitas guru dalam
10 13 54.2 siswa,
Baik
0 13 melaksanakan pembelajaran mendapat
2. 70- siswa skor 80,7% atau dalam kualifikasi
Baik 7 29,2
85 terdapat “Baik”dan pada siklus II, persentase
3. 55- pada
69
Cukup 4 16,6 kualifik keterlaksanaan pembelajaranmendapat
4. 40- asi skor 86 % atau dalam kualifikasi
Kurang 0 0 sangat “Sangat Baik”. Selain dilihat dari
54
5. 0- Sangat baik, 7 aktivitas guru, keberhasilan
0 0 siswa
39 Kurang pembelajaran juga dilihat dari aktivitas
baik,
dan 4 siswa yang menunjukkan adanya
Jumlah 24 100 siswa peningkatan dari siklus I ke siklus II.
cukup. Presentase aktivitas siswa pada siklus I
adalah 80 % atau dalam kualifikasi
Selain melihat dari nilai ketuntasan “Baik” dan mengalami peningkatan pada
siswa, aktivitas siswa dan aktivitas guru siklus II menjadi 88% atau dalam
pada proses pembelajaran juga harus kualifikasi “Sangat Baik”. Selain itu,
baik. Oleh karena itu peneliti membuat respon positif dari siswa dan guru kelas
lembar observasi guru dan siswa untuk juga menunjukkan keberhasilan
menilai aktivitas guru dan siswa. Dapat penerapan model pembelajaran artikulasi
dilihat pada tabel dibawah ini. dan media boneka tangan yang dapat
dilihat dari hasil wawancara dengan guru
Tabel 2 Aktivitas guru siklus II kelas dan beberapa sampel siswa.
No Kompetensi Banyaknya Skor
Indikator yang Kesimpulan dan Saran
diperoleh
1. Kegiatan 4 10
Awal
Dari hasil pembahasan dapat
2. Kegiatan 12 31 disimpulkan bahwa penerapan model
Inti pembelajaran artikulasi dan media
771 Jurnal Pemikiran dan Pengembangan SD, Volume 5, Nomor 2, September 2017, hlm 766-772

boneka tangan dapat meningkatkan kembali secara personal


keterampilan menyimak siswa kelas 1 kepada siswa tersebut.
SDN Pejok II. Haltersebut terlihat dari 2) Sebaiknya guru me-rolling
penilaian keterampilan menyimak dan posisi duduk siswa, agar
terjadipeningkatan siswa yang tuntas dari semua siswa dapat
siklus I dan siklus II. Pada siklus I ada 11 merasakan posisi duduk di
siswa (45,8%) yang tuntas dan pada depan.
siklus II meningkat menjadi 20 siswa 3) Dalam pembagian
(83,4%) yang tuntas. kelompok, anggota
Tetapi dalam pelaksanaan kelompok harus heterogen
penelitian terdapat beberapa kekurangan yaitu terdiri dari siswa
yang dilakukan peneliti. Sehingga yang memiliki
peneliti memberikan beberapa saran kemampuan tinggi dan
untuk penelitian selanjutnya sebagai siswa yang memiliki
berikut: kemampuan kurang.
1. Peneliti selanjutnya
a. Mempersiapkan dengan lebih Daftar Pustaka
matang lagi ketika akan
mengajar, baik dari langkah- Afandi, R. 2015. Pengembangan Media
langkah kegiatan dalam Permaianan Ular Tangga Untuk
pembelajaran maupun media Meningkatkan Motivasi Belajar
yang akan digunakan. Siswa dan Hasil Belajar IPS di
b. Dalam proses pembelajaran, Sekolah Dasar. JINoP(Jurnal
peneliti (bertindak sebagai guru) Inovasi Pemblajaran). 1(1): 77-89.
harus lebih menguasai kelas agar
semua siswa dapat aktif dalam Ahmad, Nur Aina. Februari 2015.
proses pembelajaran dengan Penerapan Teknik Menulis Cepat
cara memberikan pertanyaan (Speedwriting) Dalam
kepada siswa yang ramai. Pembelajaran Menulis Deskriptif.
c. Lebih menyempurnakan Jurnal Managemen Pendidikan
langkah-langkah penerapan Islam. Vol 3 : 88 – 96.
model pembelajaran artikulasi
Anggraeni, Desi. 2015. Peningkatan
dan media boneka tangan
Keterampilan Menyimak
dengan cara memadukan dengan
Penjelasan Denah Melalui
lebih inovasi lagi agar dapat
Penbelajaran Tipe STAD (Students
tercipta pembelajaran yang lebih
Teams Achievement Divisions)
inovatif lagi.
Pada Kelas IV MI Terpadu
2. Guru
Salsabila, Kalisari, Pasar Rebo,
a. Guru selalu melakukan variasi
Jakarta Timur. Skripsi tidak
proses belajar mengajar,
diterbitkan. Jakarta: PGMI FITK
terutama menggunakan model
UIN Syarif Hidayatullah.
dan metode pembelajaran yang
dapat membuat siswa aktif Arifin, Zaenal. 2010. Evaluasi
dalam proses pembelajaran. Pembelajaran. Bandung: Remaja
b. Guru dapat melakukan beberapa Rosdakarya.
hal untuk siswa yang belum
tuntas dan siswa yang kurang Fakhriyah, Fina, dkk. Desember 2014.
atif dalam proses pembelajaran Penerapan Pembelajaran Tematik
sebagai berikut: Berwawasan Multiple Intellegence
1) Lebih memperhatikan Dalam Upaya Membentuk
siswa tersebut, misalnya Karakter Siswa di SD IT Al Islam
dengan sering melihat Kudus. Jurnal Refleksi Edukatika.
pekerjaan siswa ketika Vol 5 : 44 – 50.
dikelas dan menjelaskan
772 Jurnal Pemikiran dan Pengembangan SD, Volume 5, Nomor 2, September 2017, hlm 766-772

Ghazali, A. Syukur. 2013. Pembelajaran Siswa Kelas II SDN KERET


Keterampilan Berbahasa Dengan KREMBUNG SIDOARJO.
Pendekatan Komunikatif-Interaktif. JPGSD. Vol 03 : 1-10.
Malang: PT Refika Aditama.
Sanjaya, Wina,. 2013. Penelitian
Haryono, Ari Dwi. 2014. Metode Praktis Tindakan Kelas. Jakarta:
Pengembangan Sumber dan Media KENCANA Prenada Media Group.
Pembelajaran. Malang: GENIUS
MEDIA. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Kemendikbud. 2014. Permendikbud No. Bandung:ALFABETA
57 tentang Kurikulum 203 SD/ MI.
Jakarta : Kementrian Pendidikan Susanto, Heru dan Eti Sunarsih. 2015.
dan Kebudayaan. Model Pembelajaran Cooperative
Tipe Script Sebagai Upaya
Kurniasih, Imas & Berlin Sani. 2015. Meningkatkan Keterampilan
Ragam Pengembangan Model Menyimak Dongeng Siswa SMP.
Pembelajaran Untuk Peningkatan Seminar Nasional Pendidikan
Profesionalitas Guru. Yogyakarta: Bahasa Indonesia. ISSN: 2477-
Kata Pena. 636X (273 – 279).

Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tarigan, Henry Guntur,. 1994. Menyimak


Tematik Terpadu. Bandung: PT Sebagai Suatu Keterampilan
REMAJA ROSDAKARYA. Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Mulyasari, Ultria. 2015. Penggunaan Utomo, Dwi Priyo dan Ida Arijanny.
Media Boneka Tangan Untuk 2009. MATEMATIKA Untuk Kelas
Meningkatkan Kemamapuan 1 SD/MI BSE. Jakarta: Pusat
Menyimak Cerita Pada Siswa Perbukuan Depdiknas.
Kelas 1 SDN Madyopuro 03 Kota
Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Widhiastanto, Yohanes. Juni 2016. Studi
Malang: PGSD FIP UM. Komparasi Tentang Prestasi Belajar
Antara Menggunakan
Permana, Erwin Putera. Desember 2015. MetodeArtikulasi Dengan Metode
Pengembangan Media Cooperative Script Bidang Studi
Pembelajaran Boneka Kaus Kaki PendidikanKewarganegaraan Pada
Untuk Meningkatkan Keterampilan Siswa Kelas X SMK PGRI 4
Berbicara Siswa Kelas II Sekolah NgawiTahun Pelajaran 2014/2015”.
Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar. Jurnal Media Prestasi . Vol XVII
Vol 2 : 133 – 140 :104 – 120.

Putri, Silviana Yustika Permata. 2015. Yousika, Irine. 2012. Pengaruh


Penggunaan Model Pembelajaran Penggunaan Media Boneka Tangan
Artikulasi Untuk Meningkatkan Terhadap Hasil Belajar
Keterampilan Menyimak. Skripsi Keterampilan Menyimak Dongeng
tidak diterbitkan. Surakarta: PGSD Siswa Kelas II SDN Tanjungrejo 5
FKIP Universitas Sebelas Kota Malang. Skripsi tidak
MaretSadiman, Arief S., dkk. 2006. diterbitkan. Malang: PGSD KSDP
Media Pendidikan Pengertian, FIP UM.
Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Zulela. 2012. Pembelajaran Bahasa
Grafoindo Persada. Indonesia Apresiasi Sastra di
Sekolah Dasar. Bandung: PT
Safitri, Annisa Rahmi. 2015. Pengaruh REMAJA ROSDAKARYA.
Penggunaan Media Boneka Tangan
Terhadap Keterampilan Bercerita

You might also like