Professional Documents
Culture Documents
Artikel KPM-MDR (Kuliah Pengabdian Masyarakat)
Artikel KPM-MDR (Kuliah Pengabdian Masyarakat)
KPM-MDR
Laporan akhir ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat kuliah
pengabdian masyarakat (KPM MANDIRI) IAIN MADURA 2021 yang
dilaksanakan di desa Candi Burung Kecamatan Proppo Kabupaten Pamekasan.
Yang berjudul “Aktivitas Keseharian Masyarakat Desa Candi Burung Dalam
Mengembangkan Batik Tulis Sebagai Mata Pencaharian”, telah diperiksa dan
disetujui untuk dijadikan sebuah karya ilmiah.
Disusun oleh :
Rofiki
Nim 18382011099
Program Studi Hukum Keluarga Islam Fakultas Syari’ah, telah diperiksa dan
disetujui untuk dijadikan sebuah karya ilmiah.
Menyetujui Mengetahui
DPL Peserta KPM-MDR
Rofiki
e-mail: rafi91682@gmail.com
Abstract
With activities like this, the people of Candi Burung village are excited to
develop written batik in Candi Burung village. The preservation of this written batik
will make Candi Burung village one of the largest and best producers of written
batik. This is also to involve most of the village community in developing written
batik. So that rural communities can innovate and channel their skills in batik.
Hal ini bertujuan untuk melestarikan dan mengembangkan batik tulis yang
ada di desa Candi Burung. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut ada beberapa
metode yang dilakukan antara lain: pelatihan motif, pelatihan membatik, pemberian
warna pada kain batik, hingga pada proses penjemuran kain batik.
Dengan adanya kegiatan seperti ini menjadikan para masyarakat desa Candi
Burung bersemangat dalam mengembangkan batik tulis yang ada di desa Candi
Burung. Dengan munculnya motif-motif baru yang dihasilkan oleh masyarakat-
masyarakat desa menjadikan batik tulis desa Candi Burung banyak peminatnya.
Pelestarian batik tulis ini akan menjadikan desa Candi Burung sebagai salah satu
penghasil batik tulis terbanyak dan terbaik. Hal ini juga untuk melibatkan sebagian
besar masyarakat desa dalam mengembangkan batik tulis. Sehingga masyarakat
desa dapat berinovasi dan menyalurkan kemampuan dalam membatik.
A. Pendahuluan
Seni budaya yang masih kuat dan lekat di Madura dan sangat unik serta
mewakili karakter Madura salah satunya adalah batik Madura. Kabupaten
Pamekasan merupakan satu dari empat kabupaten di Pulau Madura, Jawa
Timur, yang sebagian besar warganya memang bergantung pada penghasilan
usaha batik tulis. Masing-masing daerah menghasilkan batik dengan karakter
yang berbeda-beda sesuai geografi budaya yang ada di desa Candi Burung.
Batik Pamekasan memiliki posisi unik dalam jejak batik di Madura. Motif dan
corak yang disajikan mempunyai kekhasan dan keunikan tersendiri.
1. Metode
Dalam pelaksanaan suatu Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM)
Mandiri terdapat beberapa jenis program kerja yang dilakukan oleh para
peserta. Termasuk program kerja yang dilakukan oleh penulis, dalam
melaksanakan Kuliah Pengabdian Masyarakat, penulis melakukan beberapa
kegiatan yang dijadikan sebagai program kerjanya, yang mana kegiatan
tersebut dipilih oleh penulis karena memang sesuai dengan sesuatu yang
ada di desa penulis, yakni di desa Candi Burung Kecamatan Proppo
Kabupaten Pamekasan.
Dalam pelaksanaan Kuliah Pengabdian Masyarakat Mandiri,
penulis fokuskan program kerjanya pada satu kegiatan yakni belajar dan
membantu proses pembuatan batik tulis, mulai dari pemotifan, proses
membatik, sampai pemberian warna pada kain batik.
Adapun metode atau langkah-langkah pelaksanaan pelatihan
membatik sebagai berikut:
1). Melakukan rapat untuk menentukan tanggal pelaksanaan, sasaran dan
tujuan suatu kegiatan.
2). Menentukan lokasi untuk dijadikan tempat pelatihan.
3). Melakukan sosialisasi kepada calon peserta
Adapun tahap-tahap pelaksanaanya sebagai berikut:
1). Belajar motif pada kain batik
2). Belajar membatik (dengan menggunakan malan dan alat canting
3). Belajar mewarnai batik.
4). Belajar menjemur batik yang benar.
Untuk mengetahui dan mempelajari karya seni batik, membutuhkan
waktu beberapa minggu bahkan beberapa bulan. Maka untuk lebih cepat
mengetahui penulis dalam setiap minggunya mengadakan kegiatan belajar
ini.
Minggu pertama, di minggu pertama penulis beserta masyarakat
desa belajar pemotifan pada batik. Mulai dari bagaimana batik tersebut
seharusnya di motif sampai pada filosofi yang terkandung dalam motif
tersebut. Pemotifan ini dilakukan dengan menggunakan pensil yang
dilukiskan pada kain batik.
Minggu kedua, penulis dan peserta belajar batik lainnya, belajar
membatik dengan menggunakan alat canting yang terbuat dari senk sebagai
wadah untuk mengambil malan yang sudah dicairkan menggunakan
kompor. Tahap ini sangat sulit bagi penulis, karena malan yang dicairkan
dalam keadaan panas langsung dilukiskan pada kain batik, hal ini agar
malan tersebut langsung bisa menyerap pada kain batik dan menghasilkan
lukisan yang tahan lama.
Minggu ketiga, kami belajar proses pewarnaan pada kain batik,
proses ini tidak kalah sulit dengan proses pelukisan malan pada kain batik
(membatik), karena pada proses ini akan menentukan warna yang bagus
pada batik. Warna yang cerah, tahan lama dan tentunya berkualitas akan
didapatkan setelah beberapa tahap.
Pertama, tahap pencelupan kain batik pada obat warna, untuk
mendapatkan hasil yang maksimal kain yang sudah di celup kemudian di
batik lagi (dengan menutup sebagian motif dengan malan), kemudian
setelah di tutup kembali dengan malan, lanjut pada pencelupan yang kedua
hal ini agar warna pada kain batik bercorak. Tahap ini biasanya di lakukan
3-4 kali, agar hasil yang didapatkan bisa bermacam-macam warna, ada
sekitar 3-4 warna pada satu kain batik. Hal inilah yang menjadi ciri khas
batik di desa Candi Burung Kecamatan Proppo Kabupaten Pamekasan.
1 Yeni Fisnani, Modul Digital Muatan Lokal Batik, (Semarang: CV. Pilar Nusantara, 2019), 3-5
2 Rika Nugraha dan Roni Nursyamsu, Batik Tulis Paseban Dalam Makna VIisual (Batik Tulis Paseban
in Visual Perspective), (Yogyakarta: CV BUDI UTAMA, 2020), 37
3 Maria Fransika Merinda, Telusur Jawa Timur, (Jakata:Gramedia, 2016), 104
untuk pencelupan batik cap atau batik tulis, naphol;garam, indigosol,
reaktif, dan sebagainya.
b. Mencolet, yaitu mewarnai batik cap atau tulis pada bagian-bagian
tertentu dari motif, yang difunakan adalah obat indigosol, reaktif, alat
yang digunakan adalah kuas, penjalin/rotan, atau bambu.
c. Mengkuas atau spon, kain yang akan diwarnai dibentangkan dialat
seperti plangkan dengan posisi horizontal lalu pewarna di spon atau
kuas dengan merata. Pewarna yang umum digunakan adalah reaktif.
Fiksasi reaktif digunakan sodium silikat/waterglass.
d. Di smook atau di warna abstrak, pada intinya kain dicelup, tetapi
setelah itu kain dibawa ke area terbuka, di bawah sinar matahari, lalu
dikerut-kerutkan secara teratur dan akan menciptakan efek gradasi
warna setelah kering, biasanya juga ditaburi zat kimia yang
menimbulkan efek oada pewarnaan abstrak ini, misal pada soda ash,
waterglass, hidrosulfid, dan lain-lain.
e. Abstrak pola dengan kuas, mirip dengan mengkuas spon, bedanya
adalah digunakan lebih dari 1 warna, biasanya digunakan 3 warna
sehingga timbul perpaduan 3 warna dan tumpukan warna yang terjadi.
f. Pewarnaan pada sistem ikat, biasanya digunakan utuk menambah motif
di kain. Pada umumnya digunakan obat reaktif. 4
4 Hobi Mbatik dan Belajar Bareng Batik Cap dan Tulis, Cara Pewarnaan Batik,
(http://parangboket.blogspot.com/2017/09/cara-pewarnaan-batik.html?m=1 , di uploud pada 29
sepetember 2017), di akses pada 18 Juli, 2021, pukul 09:27
perempuan, namun ada sebagian kecil laki-laki. Berikut beberapa proses
pembuatan batik tulis di desa Candi Burung:
a. E Kettel (Kain Batik di celup ke minyak lathek)
Sebelum penggambaran pada kain batik, kain terlebih dahulu
dicelupkan pada minya lathek, hal ini berfungsi untuk memberikan
ketahanan pada warna kain batik. \
b. Motif
Untuk memudahkan pengrajin batik saat proses membatik, sebelum
melukis dengan malan, kain batik haruslah di motif terlebih dahulu
menggunakan pensil, agar filosofi gambar pada kain batik tersebut bisa
terlihat. Hal ini juga berfungsi mempercepat proses membatik.
c. E bhetek
Setelah kain batik di motif, kemudian kain ada di batik menggunakan alat
canting, dan menggunakan malan (lilin yang dicairkan) sebagai bahan
untuk melukiskan motif yang sudah digambar pada kain batik.
d. Pewarnaan
Pada proses pewarnaan disini, kain batik dicelup dan di rendam ke
bahan pewarna batik. Proses pewarnaan ini ada yang berlangsung 2-3 kali.
Kemudian e pabhirun (menutup sebagian motif batik dengan malan untuk
memberikan warna lain pada sebagian motif tersebut) kemudian dicelup
kembali untuk memberikan warna selanjutnya, biasanya dari warna yang
cerah ke warna yang gelap.
e. E lorot
Setelah proses pewarnaan selesai, selanjutnya kain batik di celupkan
secara berulang-ulang pada air hangat, hal ini berfungsi untuk melepaskan
malan yang masih menempel pada kain batik. Kemudian kain batik di cuci
bersih dan di jemur sampai kering, sehingga batik siap di pasarkan.5
f. Pemasaran
Kedua, jenis pemasaran kain batik yang kedua yakni batik yang
sudah jadi, artinya batik yang sudah di beri warna. Pemberian warna
dilakukan oleh pengrajin batik asal desa Candi Burung sendiri, namun
hanya sedikit yang melakukan pemasaran seperti ini.
g. Kesimpulan
Batik adalah karya seni rupa kain, dengan pewarnaan rintang, yang
menggunakan lilin batik, sebagai perintang warna. Batik merupakan hasil
seni grafis tertentu yang dibuat dengan teknik tertentu dan pola atu motif
tertentu yang memiliki nilai seni, arsitektur, kebudayaan dan sebagai produk
mata pencaharian.
Batik Candi Burung sudah berkembang sekitar 600 tahun yang lalu,
batik ini dilestarikan oleh nenek moyang masyarakat desa Candi Burung dan
dikembangkan oleh penerus-penerusnya.
Hasil batik dari pengrajin desa Candi Burung sangatlah bervariasi.
Selama pengabdian ini penulis menemukan beberapa temuan yang
sebelumnya belum pernah diketaui oleh penulis, antara lain launching “Batik
Candi Burung Pamekasan Go Internasional”, acara ini diselenggarakan oleh
Kelompok Usaha Bersama (KUB) Pamekasan Hebat (Pahe) di Hotel Front
One Jalan Jokotole pada 27 maret 2021 kemaren. Acara yang dihadiri oleh
Ketua Dekranasda Jawa Timur, Arumi Bachsin Putri Indonesia 2020, RR Ayu
Maulida Putri, dan masih banyak lagi pejabat penting lainnya dari sejumlah
kabupaten/kota di jawa timur. Hal ini merupakan suatu kebanggaan bagi
pengrajin batik desa Candi Burung, karena hasil karyanya bisa di kenal di
nusantara bahkan sampai Go internasional.
Penulis hanya merekomendasikan Warga desa untuk terus
mengembangkan potensi batik tulis yang ada di desa tersebut. Karena selain
dijadikan sebagai mata pencaharian, batik tulis juga merupakan suatu karya
seni yang apabila seseorang menghasilkan suatu karya seni yang merupakan
suatu perstasi tersendiri.
Untuk melestarikan batik perlu di tindak lanjuti kegiatan seperti yang
dilakukan oleh penulis, dalam artian ketika Kuliah Pengabdian Masyarakat
sudah berakhir. Diperlukan kesadaran bagi Kepala Desa Candi Burung untuk
mengadakan kelas desain batik dan menfasilitasi warga desa Candi Burung.
Pelestarian batik ini akan menjadikan desa Candi Burung sebagai salah satu
penghasil batik tulis terbanyak dan terbaik.
Hal ini juga untuk melibatkan warga desa dalam mengembangkan
batik tulis. Sehingga masyarakat desa dapat berinovasi dan menyalurkan
kemampuan dalam membatik.
h. Ucapan Terimakasih
i. Daftar Pustaka
Fisnani Yeni, Modul Digital Muatan Lokal Batik, (Semarang: CV. Pilar
Nusantara, 2019
Nugraha Rika dan Roni Nursyamsu, Batik Tulis Paseban Dalam Makna
VIisual (Batik Tulis Paseban in Visual Perspective), Yogyakarta:
CV BUDI UTAMA, 2020.
Fransika Merinda Maria, Telusur Jawa Timur, Jakata:Gramedia, 2016
Hobi batik dan Belajar Bareng Batik Cap dan Tulis, Cara Pewarnaan Batik,
http://parangboket.blogspot.com/2017/09/cara-pewarnaan-
batik.html?m=1 , 2017