Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum

Volume 14, Nomor 2, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

PERLINDUNGAN KONSUMEN JASA PENGIRIMAN BARANG DALAM HAL TERJADI


KETERLAMBATAN PENGIRIMAN BARANG

Aisyah Ayu Musyafah1, Hardanti Widya Khasna2, Bambang Eko Turisno3


Program Studi Magister Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
Jalan Imam Bardjo, S.H. No. 1-3, Kampus Pleburan, Semarang 50241
hardantiwidya@gmail.com

ABSTRACT

Consumer of goods delivery should have been protected by Act no. 8 Year 1999 About Consumer
Protection. In fact, consumers often still feel aggrieved due to the issue of delivery of goods. Business
actors provide compensation for losses suffered by consumers in case of missing or damaged in
accordance with the value of goods. If the case is the delay of goods where the losses can include the
immaterial thing, then the business actor should be able to give the responsibility so that consumers do not
feel disadvantaged. This research aims to analyze and to know the form of consumer protection against the
delay of goods viewed from the business actors, the role of the government and the solutions. The main
problem raised in this research is how consumer protection especially in case of delay of delivery of goods.
This study uses empirical juridical method with qualitative analysis which then obtained the result that the
replacement of losses is different in each service provider company. The difference lies in shipping issues
such as damage to goods, loss of goods and delays. In addition, for the immaterial losses experienced by
consumers in the event of a delay of goods was not able to be replaced losses. This is because the basic
business actor fulfills the achievement is a standard contract in which there are restrictions if the business
actor does not act as agreed and cause the immaterial losses, then it is included in the category of default.
The form of default compensation is something that can be judged by the material in accordance with the
agreed upon contract and the consumer can not claim an immaterial compensation

Keywords: Consumer Protection; Good Shipping; Shipping Delay.

ABSTRAK

Konsumen pengiriman barang seharusnya sudah dilindungi oleh UU No. 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen. Pada prakteknya yang terjadi, konsumen seringkali masih merasa dirugikan
akibat permasalahan pengiriman barang. Pelaku usaha memberikan ganti rugi atas kerugian yang dialami
konsumen dalm kasus hilang atau rusak sesuai dengan nilai barang. Jika kasusnya adalah keterlambatan
barang yang mana kerugiannya bisa mencakup hal yang imateriil, maka pelaku usaha seharusnya bisa
memberikan tanggung jawab agar konsumen tidak terlalu merasa dirugikan. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis serta mengetahui bentuk perlindungan konsumen terhadap keterlambatan barang jika ditinjau

1
Dosen Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
2 Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro
3 Dosen Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro

151
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 2, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

dari pelaku usaha, peran pemerintah sampai pada tahap penyelesaian. Permasalahan utama yang
diangkat dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah perlindungan konsumen khususnya dalam hal terjadi
keterlambatan pengiriman barang. Penelitian ini menggunakan metode yuridis empiris dengan analisis
kualitatif yang kemudian diperoleh hasil bahwa penggantian kerugian berbeda pada masing-masing
perusahaan penyedia jasa pengiriman barang. Perbedaan terletak dari permasalahan pengiriman seperti
kerusakan barang, kehilangan barang serta keterlambatan. Kerugian immateriil yang dialami oleh
konsumen dalam hal terjadi keterlambatan barang ternyata belum dapat diganti kerugiannya. Hal ini
dikarenakan dasar pelaku usaha memenuhi prestasi adalah sebuah kontrak baku yang mana terdapat
pembatasan jika pelaku usaha tidak berbuat sesuai yang diperjanjikan dan menyebabkan kerugian
immateriil, maka hal itu termasuk dalam kategori wanprestasi. Bentuk ganti kerugian wanprestasi adalah
sesuatu yang dapat dinilai dengan materi sesuai dengan yang sudah disepakati sebelumnya pada kontrak
dan konsumen tidak dapat menuntut ganti rugi yang bersifat immateriil.

Kata Kunci : Perlindungan Konsumen; Pengiriman Barang; Keterlambatan Pengiriman.

A. PENDAHULUAN sangat penting bagi masyarakat. (Parhusip, Putro &


1. LATAR BELAKANG Setiawan, Jurnal Online Mahasiswa, Vol. I (No. 1)
Jasa pengiriman barang menjadi satu September 2017).
layanan yang sangat dibutuhkan, terlebih di jaman Di Indonesia jasa pengiriman barang dilayani
yang serba canggih ini. Manusia akan selalu oleh sekitar 3.400 perusahaan. Akan tetapi pangsa
mencari kemudahan-kemudahan karena era pasar mayoritas jasa ini dikuasai oleh 3 (tiga)
globalisasi dengan perkembangan teknologinya pemain utama yaitu PT. Pos Indonesia (Persero),
cenderung membuat mereka menyukai hal-hal Tiki dan Tiki JNE. Pada tahun 2013, pangsa pasar
yang serba instan. Jasa pengiriman barang dapat PT. Pos Indonesia (Persero) sebesar 27%, pangsa
menjadi solusi bagi mereka yang menyukai pasar Tiki sebesar 34%, sedangkan pangsa pasar
kemudahan dan kepraktisan dalam hal Tiki JNE sebesar 17%. Hal ini menggambarkan
mengirimkan suatu barang terlebih jika itu bahwa ketiga perusahaan pengiriman barang ini
menyangkut keterjangkauan wilayah. Jasa adalah termasuk layanan yang memiliki konsumen
pengiriman barang akan sangat efisien digunakan paling diminati di Indonesia.
untuk mengirim barang ke tempat dimana tidak Nangin (Lex Crimen Vol. VI/No.4, Juni 2017)
dapat dijangkau sendiri oleh masyarakat. menyebut bahwa Dalam kegiatan bisnis yang sehat
Banyaknya penduduk yang saling mengirim barang terdapat keseimbangan perlindungan hukum antara
dari suatu daerah ke daerah lain yang jauh konsumen dengan produsen. Hubungan antar
membuat jasa pengiriman barang ini menjadi pelaku usaha penyedia layanan jasa pengiriman

152
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 2, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

barang dengan konsumennya seringkali terdapat yang dikirim yang cenderung cepat untuk
kendala yang diakibatkan oleh berbagai masalah kadaluwarsa, ataupun barang menjadi tidak
teknis dalam proses pengiriman barang. Mulai dari berguna atau kurang manfaatnya jika diterima tidak
barang yang hilang, rusak atau mengalami tepat waktu. Hal yang demikian konsumen
keterlambatan sampainya barang. Akan tetapi jika seharusnya mendapatkan ganti rugi dari pihak
terjadi demikian maka konsumen lah yang akan pelaku usaha sebagai upaya perlindungan hukum
dirugikan sebab konsumen sudah melakukan bagi konsumen sesuai dengan yang diamanatkan
kewajibannya yaitu membayar ongkos kirim namun oleh Pasal 4 Angka 8 Undang-Undang No. 8 Tahun
tidak mendapatkan hak yang semestinya ia 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak
dapatkan yaitu sampainya barang tepat waktu dan konsumen untuk mendapatkan ganti rugi.
tanpa kerusakan. Konsumen memerlukan jaminan bahwa jika
Sebagai pengguna jasa pengiriman barang, barang tersebut tidak sampai dengan tepat waktu
konsumen perlu mendapat perlindungan hukum maka ia berhak atas bentuk ganti rugi dari pihak
dalam rangka melindungi kepentingannya. pelaku usaha. Sesuai yang diamanatkan dalam
Perjanjian yang dibuat antar pelaku usaha dengan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009
konsumen memuat hak dan kewajiban yang harus tentang Pos yaitu mengenai penggantian kerugian
dipenuhi dan didapatkan oleh masing-masing atas kehilangan kiriman, kerusakan isi paket,
pihak. Akan tetapi seperti yang sudah dijelaskan keterlambatan kiriman atau ketidaksesuaian antara
sebelumnya bahwa masih sering ditemui kendala- barang yang dikirim dan yang diterima.
kendala dalam proses pengiriman barang. Manfaat dari aspek penegakan hukum
Keterlambatan menjadi masalah yang paling perlindungan konsumen adalah untuk memberikan
sering dialami oleh konsumen. Terlebih jika mulai kenyamanan terhadap masyarakat (konsumen),
memasuki hari raya ataupun tahun baru. karena dengan dilaksanakannya penegakan hukum
Terdapatnya wanprestasi pada pelaku usaha perlindungan konsumen maka dampak hukum bagi
mengakibatkan kerugian jatuh pada pihak korporasi (pelaku usaha) sebagai produsen akan
konsumen sebagai pengguna jasa. Konsumen yang berhati-hati akan resiko hukum, secara tidak
mengalami masalah dalam proses pengiriman langsung korporasi-korporasi akan berusaha untuk
terutama dalam keterlambatan barang dapat meningkatkan kualitas mutunya. (Mansyur &
mengalami kerugian baik materiil maupun imateriil. Rahman, Jurnal Pembaharuan Hukum, Vol. II No. 1
Hal ini antara lain dikarenakan karena jenis barang Januari – April 2015).

153
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 2, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Sesuai dengan hukum positif yang berlaku di 2. TUJUAN PENELITIAN


Indonesia, konsumen yang dirugikan akibat dari Berdasarkan latar belakang dan rumusan
menggunakan produk barang dapat menggugat masalah yang menjadi fokus penelitian, maka
pihak yang menimbulkan kerugian dan pelaku tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
usaha diharuskan untuk bertanggung jawab atas Pertama; Menganalisis pelaksanaan tanggung
produk barang yang dihasilkan atau jawab pelaku usaha terhadap konsumen
diperdagangkan kepada konsumen. (Holijah, Jurnal pengiriman barang. Kedua; Menganalisis dan
Dinamika Hukum, Vol. 14 No. 1 Januari 2014). mengetahui bentuk perlindungan konsumen
Berdasarkan uraian diatas dan kedua pasal terhadap keterlambatan pengiriman barang.
tersebut, dapat terlihat bahwa kasus-kasus yang 3. METODE PENELITIAN
berhubungan dengan pengiriman barang yang Penelitian ini merupakan penelitian hukum
merugikan konsumen dapat dikenakan penggantian yang menggunakan pendekatan Yuridis Empiris.
kerugian. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk Penelitian hukum ini didasarkan pada penelitian
menelaah lebih lanjut mengenai bagaimana lapangan atau penelitian data primer untuk
pelaksanaan perlindungan konsumen pengguna memahami gejala-gejala hukum yang mencakup
jasa layanan pengiriman barang khususnya dalam pelaksanaan asas-asas hukum, kaidah-kaidah
hal terjadi keterlambatan pengiriman. Sebab kasus hukum, peraturan perundang-undangan. (Soemitro,
keterlambatan inilah yang paling sering dihadapi 1990). Metode pendekatan yuridis empiris berarti
oleh konsumen. Oleh karena itu, peneliti akan bahwa dalam mencari data yang diperlukan tidak
menuangkannya dalam bentuk penulisan tesis hanya berpegang pada segi-segi yuridis saja
dengan judul: PERLINDUNGAN KONSUMEN dengan mengandalkan seperangkat peraturan
JASA PENGIRIMAN BARANG DALAM HAL perundang-undangan yang bersifat normatif saja,
TERJADI KETERLAMBATAN PENGIRIMAN melainkan juga berpegang pada hasil penelitian
BARANG. dan fakta-fakta di lapangan mengenai perilaku,
Permasalahan yang akan dibahas dalam interaksi serta hubungan masyarakat. Pendekatan
penelitian ini antara lain: Pertama; Bagaimana Empiris dibutuhkan karena data pendukung yang
tanggung jawab pelaku usaha terhadap konsumen diperoleh berasal dari Lembaga/Instansi/subyek
pengiriman barang? Kedua; Bagaimana bentuk dan obyek yang terkait dengan perlindungan hukum
perlindungan konsumen jika terjadi keterlambatan konsumen pengiriman barang. Penelitian ini
dalam pengiriman barang? menggunakan objek yaitu pelaku usaha atau

154
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 2, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

penyedia jasa pengiriman barang dan konsumen terdapat beberapa syarat seperti: Barang tersebut
atau pengirim barang. sudah diasuransikan serta packing barang sudah
B. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN dijamin aman atau menggunakan packing kayu.
1. Tanggung jawab pelaku usaha terhadap Akan tetapi untuk barang yang tidak diasuransikan
konsumen pengiriman barang dan tidak dipacking kayu, nominal penggantiannya
a. Tanggung Jawab Pelaku Usaha Atas Barang berdasarkan hasil kesepakatan antara JNE pusat
Yang Hilang dengan konsumen.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Layanan yang ditanggung oleh JNE seperti
JNE, JNE hanya bertanggung jawab untuk yang disebutkan diatas yaitu Super Speed, Pesona,
mengganti kerugian yang dialami Shipper akibat YES, Regular Service, JNE OKE, Jesika, Pelikan,
kerusakan atau kehilangan dari pengiriman JNE PIPO, JNE @Box, Diplomat Service, JNE
dokumen atau barang oleh JNE sepanjang Trucking dan PopBox.
kerugian tersebut terjadi ketika barang atau Menurut situs pos Indonesia.co.id, sejarah
dokumen masih berada dalam pengawasan JNE, mencatat bahwa, keberadaan Pos Indonesia
dengan catatan bahwa kerusakan tersebut semata- menjalankan peran dan fungsi pelayanan kepada
mata disebabkan karena kelalaian karyawan atau publik bermula sejak Kantor pos pertama didirikan
agen JNE (Firman, wawancara, 14 Desember di Jakarta pada tanggal 26 Agustus 1946 dengan
2017). tujuan untuk lebih menjamin keamanan surat-surat
JNE tidak bertanggung jawab atas kerugian penduduk, terutama bagi mereka yang berdagang
konsekuensi yang timbul akibat dari kejadian dari kantor-kantor di luar Jawa dan datang dari dan
tersebut di atas, yaitu kerugian yang termasuk dan pergi ke Negeri Belanda. (Wahyuningsih, Jurnal
tanpa dibatasi atas kerugian komersial, keuangan Penelitian Pos dan Informatika, Vol. III No. 3
atau kerugian tidak langsung lainnya termasuk September 2013).
kerugian yang terjadi dalam pengangkutan atau Untuk masalah barang yang hilang, PT. Pos
pengantaran yang disebabkan oleh hal-hal yang Indonesia (Persero) untuk layanan EMS, Paket
diluar kemampuan control JNE atau kerugian atas Cepat Internasional, Pos Ekspor, Pos Tercatat
kerusakan akibat bencana alam atau Force Internasional, Paket Biasa Internasional, Pos Udara
Majeure. (Firman, wawancara, 14 Desember 2017). Internasional, Pos Express, Surat Pos Biasa, Paket
JNE akan mengganti secara penuh nilai Pos, Pos Kilat Khusus dan Admail Pos, untuk
barang kiriman yang hilang atau rusak namun barang yang hilang yang tidak membayar bea

155
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 2, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

jaminan ganti rugi adalah sebesar 10 x Biaya kirimkan salah alamat, maka akan tetap diantarkan
pengiriman maksimal Rp. 1.000.000,00 , sampai ke tujuan tapi akan dianggap sebagai
sedangkan untuk barang yang hilang dengan nilai barang terlambat. Barang yang tidak bisa dilacak
jaminan ganti rugi adalah sebesar maksimal 100 % pengirimannya maka barang tersebut akan
x Nilai Jaminan Ganti Rugi Barang yang hilang + ( dianggap hilang. Ganti kerugiannya adalah sesuai
10 x Biaya Pengiriman maksimal Rp 1.000.000,00) dengan status terakhir barang tersebut apakah
Di PT. Pos Indonesia (Persero) dalam Pasal hilang atau terlambat. (Sugeng, wawancara, 20
5 Keputusan Direksi Nomor 128 Tahun 2016, November 2017).
dijelaskan bahwa ternyata tuntutan ganti rugi hanya Hal ini menunjukkan adanya penyesuaian
dapat diajukan terhadap surat dan paket yang regulasi dari peraturan yang lebih tinggi ke
terlambat, rusak dan hilang. Hal ini tidak sesuai peraturan yang ada dibawahnya yang sifatnya
dengan Pasal 28 yang menyatakan bahwa mengatur hal-hal yang lebih teknis.
penggantian kerugian terhadap layanan pos b. Tanggung Jawab Pelaku Usaha Atas
meliputi kehilangan kiriman, kerusakan isi paket, Kerusakan Barang
keterlambatan serta ketidaksesuaian antara yang PT. Pos untuk layanan untuk layanan EMS,
dikirim dengan yang diterima atau tertukar. Paket Cepat Internasional, Pos Ekspor, Pos
Mengenai ketidaksesuaian antara barang Tercatat Internasional, Paket Biasa Internasional,
yang dikirim dan yang diterima, dalam wawancara Pos Udara Internasional, Pos Express, Surat Pos
dengan penulis, Sugeng (20 November 2017) Biasa, Paket Pos, Pos Kilat Khusus dan Admail
menjelaskan bahwa barang yang tertukar tersebut Pos, untuk barang yang tidak memiliki jaminan
akan diselidiki lagi. Barang yang tertukar tersebut ganti rugi adalah 5 x Biaya pengiriman maksimal
dianggap sebagai keadaan yang masih bisa Rp. 1.000.000,00 apabila kiriman/scrap diserahkan
diklasifikasikan lagi ke barang hilang atau kepada pengirim/kuasanya, 10 x Biaya Pengiriman
terlambat. Kasusnya adalah jika konsumen yang maksimal Rp 1.000.000,00 apabila
komplain bahwa barang yang sampai ditempat pengirim/kiasanya melepaskan hak atas
tujuan adalah bukan barang yang ia kirimkan akan kiriman/scrap. Untuk barang yang memiliki Nilai
dianggap bahwa barang yang ia kirimkan adalah Jaminan ganti rugi, kerusakan akan diganti sebesar
hilang. Kemudian Pos akan menukar barang maksimal 100 % x Nilai Jaminan Ganti Rugi Barang
tersebut dan melacak pengiriman barang yang yang rusak + ( 10 x Biaya Pengiriman maksimal Rp
sebenarnya. Akan tetapi jika barang yang ia

156
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 2, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

1.000.000,00) apabila pengirim/kuasanya dengan Pasal 7 huruf g Undang-Undang


melepaskan hak atas kiriman/scrap. Perlindungan Konsumen mengenai kewajiban
Pada JNE untuk layanan Super Speed, pelaku usaha untuk memberi kompensasi, ganti
Pesona, YES, Regular Service, JNE OKE, Jesika, rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau
Pelikan, JNE PIPO, JNE @Box, Diplomat Service, jasa yang dterima atau dimanfaatkan tidak sesuai
JNE Trucking dan PopBox akan diganti diganti dengan perjanjian.
secara penuh nilai barang yang diasuransikan Konsumen pun juga sudah mendapatkan
sedangkan untuk yang belum diasuransikan nilai haknya, sesuai dengan Pasal 4 huruf h Undang-
ganti ruginya berdasarkan kesepakatan JNE Undang Perlindungan Konsumen yang mengatur
dengan konsumen mengenai hak konsumen yaitu hak untuk
c. Tanggung Jawab Pelaku Usaha Atas mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau
Keterlambatan Pengiriman Barang penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang
Mengenai keterlambatan barang, pada PT. diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
Pos untuk layanan EMS, Paket Cepat Internasional, sebagaimana mestinya.
Pos Ekspor, Pos Tercatat Internasional, Paket Melihat dari tanggung jawab baik PT. Pos
Biasa Internasional, Pos Udara Internasional, Pos maupun JNE diatas, dapat diketahui bahwa ganti
Express, Surat Pos Biasa, Paket Pos, Pos Kilat rugi berupa penggantian onglos kirim dikarenakan
Khusus dan Admail Pos akan diganti sebesar satu barang terlambat sampai di tujuan sudah dipenuhi
kali biaya pengiriman. JNE pada layanan Super sesuai kebijakan masing-masing. Akan tetapi dalam
Speed, Pesona, YES, Regular Service, JNE OKE, hal keterlambatan ini terdapat kerugian immateriil
Jesika, Pelikan, JNE PIPO, JNE @Box, Diplomat seperti contoh kasus kado yang akan diberikan oleh
Service, JNE Trucking dan PopBox pun akan pengirim kepada penerima terlambat dikirim
diganti sebesar ongkos kirim namun dengan sehingga berkurang maknanya. Kerugian seperti ini
pengajuan klaim terlebih dahulu. jelas tidak dapat ditanggung baik oleh JNE maupun
Perlunya undang-undang perlindungan PT. Pos karena memang tidak diatur dalam
konsumen tidak lain karena lemahnya posisi kebijakan perusahaan.
konsumen dibandingkan posisi produsen. (Ristanti Hal tersebut pun juga tidak diatur dalam
& Ariana, Jurnal Kertha Semaya Vol. I No. 1 2016). KUHPerdata. Ganti rugi (scade vergoeding)
Melihat pertanggungjawaban pihak JNE terhadap menurut Pasal 1244, Pasal 1245 dan Pasal 1246
layanan-layanan diatas, hal ini sudah sesuai KUHPerdata terdiri dari biaya, rugi dan bunga.

157
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 2, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Bentuk ganti rugi yang lazim digunakan adalah Setelah bertanya melalui customer service
uang, pemulihan keadaan semula (in natura) dan via telepon diarahkan untuk mengajukan klaim ke
larangan untuk mengulangi, apabila hal tersebut pihak pos dengan mengisi formulir pengaduan
tidak ditepati dapat diperkuat dengan uang paksa, secara online di website PT. Pos Indonesia
tetapi uang paksa bukan merupakan bentuk atau (Persero). Menurut keterangan customer service,
wujud dari ganti rugi. Kerugian immateriil yang tidak pengajuan pengaduan seperti ini hanya akan
dapat dinilai dengan uang dan bersifat tidak mengganti kerugian sebesar ongkos kirim. Ongkos
berwujud, misalnya idealisme, moral, dan lain-lain, kirim yang tidak seberapa dibandingkan kerugian
hal ini tidak diatur dalam KUHPerdata namun diatur immateriil inilah yang terkadang membuat
dalam yurisprudensi dan hal tersebut juga dapat konsumen merasa percuma untuk mengurus
diajukan sebagai tuntutan ganti rugi berdasarkan pengajuan klain ke pihak Pos karena kerugian
wujudnya. (Rahardjo, 2009). imateriil seperti ini ternyata tidak dicover oleh PT.
2. Bentuk Perlindungan Konsumen Jika Terjadi Pos. Hal ini disebabkan karena besarannya tidak
Keterlambatan Dalam Pengiriman Barang dapat ditaksir, namun untuk ganti rugi materiil, PT.
Perlindungan konsumen yang dilakukan Pos memiliki instrumen yang mengatur besaran
oleh pelaku usaha sudah dapat terlihat dari ganti rugi yang dapat diberikan yaitu sebesar 1 kali
perjanjian yang dilakukan oleh pelaku usaha biaya pengiriman. Hal yang sama juga untuk JNE
dengan konsumen itu sendiri. Sebuah contoh pada masalah keterlambatan ini diganti kerugiannya
PT. Pos pada kasus keterlambatan barang terdapat sebesar ongkos kirim, namun dengan catatan
kasus konsumen atas nama Ranty Mahardika Jhon pengirim harus mengajukan klaim terlebih dahulu.
yang mengirimkan barang melalui Pos dengan Keterlambatan pengiriman yang dapat
layanan Pos Express. Tertulis dalam kontrak diganti rugi tentu saja keterlambatan yang
tertanggal 22 September 2017, kiriman seharusnya disebabkan oleh kelalaian karyawan. Apabila terjadi
telah sampai di tujuan yaitu di Jakarta Selatan pada force majeure, pengirim barang tidak akan
keesokan harinya yaitu tanggal 23 September, mendapatkan ganti kerugian. Kelalaian yang
namun yang terjadi adalah kiriman tersebut tidak dilakukan oleh karyawan jasa pengiriman barang ini
sampai tepat waktu sehingga Ranty mengalami dikatakan sebagai wanprestasi.
kerugian immateriil yaitu tidak dapat mengikuti tes Dikatakan wanprestasi karena yang yang
untuk menjadi karyawan di kementerian koperasi dilanggar adalah perjanjian yang sudah disepakati
dan usaha. bersama. Ketidak sesuaian waktu pengiriman

158
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 2, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

barang yang sudah diperjanjikan, maka hal ini yaitu apabila seseorang diberikan sesuai dengan
sudah cukup dikatakan wanprestasi. hak, kontribusi serta jasanya. Seorang pengirim
Penentuan apakah suatu keterlambatan berhak mendapatkan barang yang ia kirimkan
pengiriman barang ini termasuk wanprestasi atau sampai tepat waktu atas dasar kontribusi berupa
perbuatan melawan hukum adalah mengenai ganti ongkos kirim yang diberikan. Sebaliknya, pelaku
ruginya. Ganti kerugian atas dasar wanprestasi usaha memiliki kewajiban untuk memenuhi hak
adalah sudah ditentukan dalam perjanjian yang pengirim tersebut sesuai jasanya dan mendapatkan
disepakati sebelumnya. Mengutip Hukum Online hak juga berupa ongkos kirim yang dibayarkan oleh
(http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol3616/p pengirim sesuai dengan kontrak yang telah
erbuatan-melawan-hukum-dan-wanprestasi- disepakati sebelumnya.
sebagai-dasar-gugatan, diakses 4 Maret 2018) Pemenuhan hak dan pelaksanaan kewajiban
untuk perbuatan melawan hukum, diserahkan harus dilaksanakan dengan itikad yang baik.
kepada hakim untuk menilai besarnya ganti rugi. Namun apabila dikemudian hari terdapat kendala,
Keterlambatan dikatakan wanprestasi dalam hal ini terjadi keterlambatan pengiriman
menurut hemat penulis adalah suatu hal yang tepat barang, maka pihak konsumen telah memiliki dasar
karena jelas dasar hukumnya adalah suatu kontrak hukum yang kuat untuk memperoleh penggantian
antara pelaku usaha dan kosumen. Menurut ganti rugi dari pelaku usaha. Proses penyelesaian
Menurut Abdul R Saliman dalam bukunya “Esensi sengketa yang terjadi antara pelaku usaha dan
Hukum Bisnis Indonesia (2004:15), Wanprestasi konsumen ini akan diselesaikan menurut ketentuan
adalah suatu sikap dimana seseorang tidak yang berlaku. Jika diperlukan maka dapat
memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban melibatkan BPSK sebagai penengah antara pelaku
sebagaimana yang telah ditentukan dalam usaha dan konsumen. Meskipun demikian
perjanjian yang dibuat antara kreditur dan debitur. pengadilan juga tetap muara terakhir bila di tingkat
Oleh karena itu tidak tepat jika masalah non litigasi tidak menemui kesepakatan (Helmi,
keterlambatan barang ini diajukan penggantian Jurnal Hukum Acara Perdata ADHAPER Vol. 1, No.
kerugian secara immateriil karena pada kontrak 1 Januari 2015). Hal ini sesuai dengan ketentuan
tidak diatur hal-hal yang bersifat immateriil. Hal ini dalam Pasal 23 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999
berkaitan dengan terjaminnya keadilan bagi kedua tentang Perlindungan Konsumen yang menyatakan
belah pihak. Menurut salah satu dari enam prinsip bahwa “Pelaku usaha yang menolak dan/atau tidak
dasar keadilan distributif Beauchamp dan Bowie memberi tanggapan dan/atau tidak memenuhi ganti

159
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 2, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

rugi atas tuntutan konsumen dapat digugat melalui Soemitro, Ronny H. (1990). Metode Penelitian
badan penyelesaian sengketa konsumen atau Hukum dan Jurimentri. Jakarta : Ghalia
mengajukan ke badan peradilan di tempat Indonesia.
kedudukan konsumen.” (Akhmaddhian & Agustiwi, Jurnal
Jurnal Unifikasi Vol. 3 No. 3, Juli 2016). Akhmaddhian, Suwari & Agustiwi, Asri. (2016).
C. SIMPULAN Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen
Kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini Dalam Transaksi Jual Beli Secara Elektronik
adalah: Di Indonesia. Jurnal Unifikasi, Vol. 3 (No. 3
a. Tanggung jawab pelaku usaha terhadap Juli), p.51.
konsumen pengiriman barang yang Holijah. (2014). Pengintegrasian Urgensi Dan
mengalami kerugian dilakukan dengan cara Eksistensi Tanggung Jawab Mutlak Produk
memberikan ganti rugi sesuai dengan Barang Cacat Tersembunyi Pelaku Usaha
klasifikasi kerugiannya berupa kehilangan Dalam Undang-Undang Perlindungan
barang, kerusakan barang dan Konsumen Di Era Globalisasi. Jurnal
keterlambatan pengiriman barang. Dinamika Hukum, Vol. 14 (No. 1), pp.176-
b. Perlindungan konsumen untuk masalah 188.
keterlambatan barang hanya bisa sebatas Helmi, Hanum R. (2015). Eksistensi Badan
perlindungan atas kerugian yang bersifat Penyelesaian Sengketa Konsumen dalam
materiil karena penyebab kerugian tersebut Memutus Sengketa Konsumen di Indonesia.
dikategorikan sebagai wanprestasi yang Jurnal Hukum Acara Perdata ADHAPER,
mana hanya bisa mendapatkan ganti Vol. 1 (No. 1), p.79.
kerugian sesuai yang sudah disepakati pada Mansyur, Ali & Rahman, Irsan. (2015). Penegakan
perjanjian yang menjadi dasar hukumnya. Hukum Perlindungan Konsumen Sebagai
Upaya Peningkatan Mutu Produksi Nasional.
DAFTAR PUSTAKA Jurnal Pembaharuan Hukum Vol. II (No. 1,
Buku Januari – April),p.3.
Saliman, Abdul R. (2004) Esensi Hukum Bisnis. Nangin, C. (2017). Perlindungan Hukum Terhadap
Jakarta : Kencana. Konsumen Yang Mengalami Kerugian Akibat
Pengiriman Barang Oleh Perusahaan
Ekpedisi Menurut UU Nomor 8 Tahun 1999

160
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 2, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Tentang Perlindungan Konsumen. Lex KD.128/DIRRATKET/0616 Tentang Jaminan


Crimen Vol. VI (No.4), pp.62-70. Ganti Rugi Surat Dan Paket Dalam Negeri
Parhusip, Marlina. Putro, Tri Sukirno & Setiawan,
Wawancara
Deny. (2017). Analisis Permintaan Terhadap
Jasa Pengiriman Pada PT.Tiki Jalur Nugraha Firman, Wawancara dengan Supervisor Sales

Ekakurir (Jne) Tujuan Pekanbaru-Jakarta Di Marketing JNE area Tembalang, di

Kota Pekanbaru. Jurnal Online Mahasiswa, Semarang, 14 Desember 2017

Vol. I (No. 1, September), p.3. Sugeng, Wawancara dengan Manager Hukum &
Ristanti, A.A Sagung Istri & Ariana, I Gede Putra. Manajemen Resiko PT. POS Indonesia
(2016). Aspek Perlindungan Hukum (Persero) Kanwil SPI VI Jateng – DIY, di
Terhadap Konsumen Di Indonesia Terkait Semarang, 20 November 2017
Cacat Tersembunyi Pada Produk Minuman
Website
Botol. Jurnal Kertha Semaya Vol. I (No. 1),
p.3. Online, Hukum. (2018). Perbuatan Melawan Hukum

Wahyuningsih, S. (2013). Pengembangan Layanan dan Wanprestasi Sebagai Dasar Gugatan.

Jasa Pengiriman Pt. Pos Indonesia Untuk Retrieved from

Kebutuhan Masyarakat Di Kota Bandung. http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol

Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol. III 3616/perbuatan-melawan-hukum-dan-

(No. 3 September), pp. 32-33. wanprestasi-sebagai-dasar-gugatan

Peraturan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen

Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang


Pos

Keputusan Direksi PT. Pos Indonesia (Persero)


Nomor KD.11/DITRATKET/0217 tentang
perubahan pertama atas

161

You might also like