Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Ilmiah Penalaran dan Penelitian Mahasiswa | 160

UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK BUNGA KECOMBRANG


(Etlingera elatior) TERHADAP PERTUMBUHAN Salmonella typhi SECARA IN
VITRO

Denda Wiguna1, Anisa Ratih Pratiwi2, and Zhahdo Bintang Ramadhan3


1
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengentahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta,
Indonesia.
2
Pendidikan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengentahuan Alam, Universitas Negeri
Yogyakarta, Indonesia.
3
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengentahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta,
Indonesia.

Abstract

Etlingera elatior antimicrobial activity test of ethanol extract from flowers against Salmonella typhi
research aims to know the magnitude of the concentration of ethanol extract of the flower of
kecombrang (Etlingera elatior) are most effective for inhibiting the growth of Salmonella typhi,
knowing the influence of ethanol extract of the flower of kecombrang (Etlingera elatior) against the
growth of Salmonella typhi. Ethanol extracts of flower kecombrang prepared by maceration using
ethanol 96%. Testing of antibacterial activity conducted at four concentrations of the extract was
0%, 10%, 20%, and 40%. This test is done by measuring the diameter of the clear zone on 24 hours
and 48 hours, using a caliper. Clear zone measurement results are then analyzed using One Way
ANOVA with IBM SPSS Statistics 23 test LSD and Duncan to determine whether there is a
significant difference in the magnitude of the influence of the concentration of the extract against
the magnitude of antimicrobial activity. The results show the interest of ethanol extract of
kecombrang 0%, 10%, 20%, 40%, and at 24 hours produce a clear zone diameter of 0.323333 cm;
0.574444 cm; 0.576667 cm; and 0.836327 cm. on 48 hours produce a clear zone diameter 0.34 cm;
0.544073 cm; 0.585922 cm; and 0.909627 cm. Results of the analysis of statistical data shows that
there is a significant difference due to the difference in concentration of the ethanol extract of the
flower of kecombrang against growth of bacteria Salmonella typhi. The existence of a zone drag is
caused by the presence of the content of saponins, flavonoids and polyphenols on kecombrang
flower. This phytochemical substances resulted in bacterial lysis. From here it can be concluded that
the concentration of ethanol extract of the flower of kecombrang is most effective is 40% and this
extract will affect the growth of bacteria in a way the bacteria lyse.

Pendahuluan
Demam thypoid merupakan suatu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat dunia.
Tercatat dimana terdapat sekitar 17 juta kasus dengan 600.000 kematian. Di Indonesia penyakit
demam thypoid atau tifus menunjukan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun dengan
rata-rata kesakitan 500/100.000 penduduk dengan Case Fatality Rate (CFR) antara 0,6-5% atau
3-25/100.000 (Kepemenkes RI No. 364, 2006). Demam thypoid ini adalah infeksi akut yang
biasanya terjadi pada saluran pencernaan yang memiliki gejala yaitu demam lebih dari satu
minggu, gangguan pencernaan bahkan kesadaran dari individu tersebut (obatnanoteknologi.com).
Penyakit ini sering menyerang anak-anak dan remaja yang memiliki kisaran usia 5-30 tahun
Jurnal Ilmiah Penalaran dan Penelitian Mahasiswa | 161

karena pembentukan antibodi yang belum sempurna dan pola makan yang buruk
(obatnanteknologi.com).
Penyakit demam thypoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Bakteri ini mampu
bertahan hidup selama beberapa bulan sampai setahun jika melekat dalam, tinja, mentega, susu,
keju dan air beku. S. Typhi adalah parasit intraseluler fakultatif, yang dapat hidup dalam
makrofag dan menyebabkan gejala-gejala gastrointestinal hanya pada akhir perjalan penyakit,
biasanya sesudah demam yang lama. Bakteremia dan akhirnya lokalisasi infeksi dalam jaringan
limfoid submukosa usus kecil. Saat ini yang perlu menjadi perhatian kita yaitu bakteri
Salmonella Typhi yang resisten sudah kian menyebar, hal ini berdasarkan jurnal yang
dipublikasikan di Nature Genetics 2015. Laporan yang diberikan 74 peneliti yang tersebar di 20
negara diseluruh dunia menunjukkan bakteri S.Typhi jenis H58 perlahan mulai menggantikan
jenis S. Typhi biasa (sehatmagz.com). Oleh karenanya, perlu upaya pencegahan sekaligus
penyembuhan penyakit ini agar bisa mewujudkan keinginan pemerintah Indonesia seperti yang
dilansir dari tabloidjubi.com yaitu saat ini berupaya memberantas penyebaran penyakit demam
thypoid yang saat ini masih menjadi ancaman terutama bagi negara-negara berkembang.
Beberapa tahun terakhir ini, tanaman kecombrang (Etlinera elatior) mendapat perhatian
sangat besar karena adanya fakta empiris serta bukti penelitian ilmiah yang menyatakan bahwa
kecombrang dapat dipakai untuk mengobati beberapa penyakit degeneratif (Habsah et al.,
2005). Tanaman kecombrang (Etlingera elatior) sangat melimpah keberadaanya di Indonesia.
Berbagai penelitian membuktikan adanya aktivitas antibakteri dan antioksidan (Hudaya, 2010
dan Akbar, 2008). Senyawa fitokimia bunga kecombrang diketahui terdiri atas alkaloid,
flavonoid, polifenol, steroid, saponin, dan minyak atsiri (Tampubolon et al., 1983). Saponin
bekerja sebagai antimikroba dengan mengganggu stabilitas membran sel bakteri sehingga
menyebabkan sel bakterilis. Flavonoid memiliki kemampuan untuk membentuk kompleks
dengan protein ekstraseluler dan protein yang dapat larut serta dengan dinding sel bakteri.
Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas bakteri
ekstrak etanol bunga Kecombrang (Etlingera elatior) terhadap pertumbuhan Salmonella typhi in
vitro
Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui besarnya konsentrasi ekstrak etanol bunga
kecombrang (Etlingera elatior) yang paling efektif untuk menghambat pertumbuhan Salmonella
typhi dan mengetahui pengaruh ekstrak etanol bunga kecombrang (Etlingera elatior) terhadap
pertumbuhan Salmonella typhi
Jurnal Ilmiah Penalaran dan Penelitian Mahasiswa | 162

Metode Penelitian
A. Mengeringkan Bunga Kecombrang

Sebanyak 1 kg bunga kecombrang di suwir menjadi ukuran yang kecil kemudian diletakkan
diatas alluminium foil, dan dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 65°C sampai kering,
selanjutnya dihaluskan dengan blender.

B. Membuat Ekstrak etanol bunga kecombrang

Sebanyak 45 gram serbuk bunga kecombrang dimasukkan kedalam botol dan ditambah
dengan larutan etanol 96% kemudian di rendam selama 24 jam dengan tujuan untuk mendapatkan
zat aktif yang lebih banyak dari proses ektraksi tersebut. Metode maserasi dipilih, karena metode ini
cara pengerjaannya sederhana dan mudah. Selain itu faktor kerusakan zat aktif lebih kecil karena
pada metode ini tidak menggunakan panas., di pisahkan antara filtrat dan debris atau ampasnya,
filtrat di evaporasi untuk menghilangkan kadar etanol.

C. Membuat konsentrasi larutan 10%, 20% dan 40%

Ekstrak etanol bunga kecombrang diencerkan menggunakan DMSO 10% yang telah di
campur dengan aquades. Untuk menghasilkan konsentrasi larutan 10% sebanyak 0,5 ml ekstrak
etanol bunga kecombrang di masukkan ke dalam botol flacon kemudian di tambah 4,5 ml DMSO
10%, Untuk menghasilkan konsentrasi larutan 20% sebanyak 1 ml ekstrak etanol bunga
kecombrang di masukkan ke dalam botol flacon kemudian di tambah 4 ml DMSO 10%, Untuk
menghasilkan konsentrasi larutan 40% sebanyak 2 ml ekstrak etanol bunga kecombrang di
masukkan ke dalam botol flacon kemudian di tambah 3 ml DMSO 10%.

D. Penanaman Bakteri Salmonela thypi

Menuangkan Bakteri Salmonella thypi yang ada di media NB sebanyak 0,1 ml ke dalam
media NA dengan metode spread plate.

E. Uji Aktivitas Antimikroba

Kertas saring dengan ukuran diameter 4 mm direndam kedalam aquades dan konsentrasi
ekstrak etanol 10%, 20% dan 40% selama 5 menit. Kemudia di letakkan di cawan petri yang sudah
di tanami bakteri Salmonella thypi cawan di tutup kemudian di wrap, selanjutnya di inkubasi
terbalik selama 24-48 jam pada suhu ruangan.
Jurnal Ilmiah Penalaran dan Penelitian Mahasiswa | 163

F. Uji Analisis Data

Data hasil penelitian yang diperoleh dianalisis dengan uji Statistic menggunakan IBM SPSS
Statistics 23. Apabila data yang diperoleh berdistribusi normal, maka digunakan One Way
ANOVA LSD dan Duncan. Apabila data tidak berdistribusi normal maka menggunakan
Kruskal-Wallis signifikansi (α = 5%). Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif dan
homogenitas, yaitu data berupa zona hambat (mm) dan golongan senyawa metabolit sekunder
yang terkandung dalam bunga kecombrang

Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk menguji uji aktivitas antimikroba ekstrak
bunga kecombrang (Etlingera elatior) terhadap pertumbuhan Salmonella typhi secara in vitro
diperoleh hasil pengukuran diameter zona bening pada 24 dan 48 jam. Hasilnya yang diperoleh
seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 1. Hasil pengukuran diameter zona bening pada 24 jam

Tabel 2. Hasil pengukuran diameter zona bening pada 48 jam


Jurnal Ilmiah Penalaran dan Penelitian Mahasiswa | 164

Berdasarkan dari data yang telah tersaji pada Tabel 1 dan 2 di atas untuk rata- rata diameter
zona hambat terbesar terletak pada konsentrasi 40%. Penentuan konsentrasi ekstrak etanol daun
kecombrang sangat berpengaruh terhadap terbentuknya zona hambat yang dihasilkan. Menurut
Ningtyas bahwa semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin tinggi daya hambatnya,
hal ini dikarenakan semakin tinggi konsentrasi semakin banyak kandungan bahan aktif
antimikrobanya. Jenie dan Kuswanto menyatakan bahwa keefektifan suatu zat antimikroba dalam
menghambat pertumbuhan tergantung pada sifat mikroba uji, konsentrasi dan lamanya waktu
kontak, dan sifat biostatistik dapat meningkat dengan semakin tingginya konsentrasi yang
ditambahkan.
Daya antimikroba ekstrak bunga kecombrang ini disebabkan oleh karena adanya
bahan-bahan aktif yang terkandung di dalamnya yang berperan utama dalam menghambat
pertumbuhan maupun membunuh bakteri Salmonella typhi. Bahan aktif tersebut diantaranya adalah
saponin, flavonoid dan tanin. Saponin merupakan senyawa yang memiliki sifat menurunkan
tegangan permukaan yang kuat yang menimbulkan busa bila dikocok dalam air. Sifat saponin
seperti sabun (dalam bahasa latin sapo: sabun). Saponin berperan aktif sebagai antimikroba dengan
cara mengganggu kestabilan membran sel bakteri dan akhirnya membuat sel bakteri menjadi lisis
(pecah). Flavonoid memiliki efek antimikroba lewat kemampuannya membentuk kompleks
dengan protein ekstraseluler dan protein yang dapat larut serta dengan dinding sel bakteri.
Sedangkan tanin adalah senyawa metabolit sekunder golongan fenol terkondensasi dan banyak
terdapat di tumbuhan Angiospermae. Ketika konsentrasinya rendah, tanin bisa menghambat
pertumbuhan kuman. Ketika konsentrasinya tinggi, tanin memiliki sifat membunuh bakteri.
Senyawa fenolik dapat menggumpalkan protoplasma kuman sehingga terbentuk ikatan yang stabil
Jurnal Ilmiah Penalaran dan Penelitian Mahasiswa | 165

dengan protein kuman dan pada saluran pencernaan, tanin diketahui mampu mengeliminasi toksin.
Hal inilah yang membuat senyawa fenolik bekerja sebagai antimikroba.

Gambar 1. Zona hambat pada 24 jam

Gambar 2. Zona hambat pada 48 jam

Tabel 3. Hasi Analisis Uji One Way ANOVA pada 24 jam


Jurnal Ilmiah Penalaran dan Penelitian Mahasiswa | 166

Test of Homogeneity of Variances


konsentrasi
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
,564 3 32 ,643

ANOVA
konsentrasi
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between
1,628 3 ,543 14,188 ,000
Groups
Within
1,224 32 ,038
Groups
Total 2,851 35

Tabel 4. Hasi Analisis Uji One Way ANOVA pada 48 jam

Test of Homogeneity of Variances


konsentrasi
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1,091 3 32 ,367

ANOVA
konsentrasi
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Jurnal Ilmiah Penalaran dan Penelitian Mahasiswa | 167

Between
1,500 3 ,500 18,435 ,000
Groups
Within Groups ,868 32 ,027
Total 2,368 35

Berdasarkan Tabel 3 dan 4. Pada uji Homogenitas menunjukan bahwa nilai Sig. lebih
besar dari 0,05 atau signifikansi lebih besar dari 0,05, ini menunjukkan bahwa data yang
diperoleh peneliti berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan analisis menggunakan uji One
Way ANOVA. Berdasarkan Uji One Way ANOVA menunjukkan bahwa uji tersebut
memiliki signifikansi kurang dari 0,05 dengan keputusan yang berarti terdapat perbedaan
bermakna dari hasil perlakuan pada daya hambat masing-masing konsentrasi ekstrak etanol
bunga kecombrang.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa konsentrasi ekstrak etanol
bunga kecombrang (Etlingera elatior) yang paling efektif untuk menghambat pertumbuhan
Salmonella typhi adalah 40%. Kejadian tersebut dapat dilihat dari rata-rata besarnya
diameter zona bening konsentrasi 40% yang lebih besar daripada konsentrasi dibawahnya.
Ekstrak etanol bunga kecombrang berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri
Salmonella typhi yaitu ditandai dengan adanya diameter zona bening. Hal ini terjadi karena
bunga kecombrang mengandung senyawa antimikroba seperti saponin, flavonoid dan
polifenol yang dapat mengakibatkan sel tubuh bakteri lisis.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, J. 2008. Pemanfaatan Ekstrak Bunga Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan)


Terhadap Penyembuhan Infeksi Jamur Saprolegnia sp Pada Ikan Nila Merah. Jurnal
Kalimantan Scientiae. Vol. XXVI (71) : 32-38.
Antoro, E.D., 1995.Skrining fitokimia rimpang Nicolaia speciosa, Horan secara Mikrokimiawi
Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotmetri UV. UGM Press Yogyakarta : 115–119.
Habsah, M., Ali, A.M., Lajis, N. H., Sukari, M. A., Yap, Y. H., Kikuzaki, H., Nakatani, N, 2005a,
Antitumor promoting and cytotoxic constituents of Etlingera elatior, Malaysian J.
Medical Science. 12: 6-12.
Harborne,J.B., 1987. Metode Fitokimia Penentuan Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, ITB:
Bandung
Hudaya, A. 2010. Uji Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak Air Bunga Kecombrang
(Etlingera elatior) Sebagai Pangan Fungsional Terhadap Staphylococcus aureus dan
Jurnal Ilmiah Penalaran dan Penelitian Mahasiswa | 168

Escherichia coli. Skripsi. Program Studi Biologi, FST, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Juliantina, F., D.A. Citra, B. Nirwani. 2008. Manfaat Sirih Merah (Piper crocatum) Sebagai Agen
Anti Bakterial Terhadap Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. UII. Yogyakarta.
Kepmenkes RI Nomor 364, 2006. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364
/Menkes/SK/V/2006 Tentang Pedoman Pengendalian Demam Tifoid.
Naufalin, R. 2005. Kajian Sifat Antimikroba Ekstrak Bunga Kecombrang (Nicolaia speciosa
Horan) terhadap Berbagai Mikroba Patogen dan Perusak Pangan. Disertasi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor : 5
obatnanteknologi.com
Sjahid, L.R. 2008. Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun Dewandaru (Eugenia
uniflora L.). Universitas Muhammadiyah Surakarta
tabloidjubi.com
Tampubolon, O.T., S. Suhatsyah, dan S. Sastrapradja. 1983. Penelitian Pendahuluan Kandungan
Kimia Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) Dalam Risalah Simposium Penelitian
Tumbuhan Obat III. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Tumbelaka, Alan, R., Retnosari, S. 2000. Pendekatan Diagnostik Serologik dan Pelacak Antigen
Salmonella thypi. Sari Pediatri; Vol 2 No 2.
World Health Organization, 2003, Communicable Disease Surveilance and Response Vaccines and
Biological :The Diagnosis, Treatment, and Prevention of Typhoid Fever Indonesia, Geneva.

You might also like