Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

J.

Gizi Pangan, November 2017, 12(3):179-186


ISSN 1978-1059 EISSN 2407-0920 DOI: 10.25182/jgp.2017.12.3.179-186
Terakreditasi SK Menristek Dikti 12/M/Kp/II/2015 Tersedia daring: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jgizipangan

TEH PUTIH (Camellia sinensis) DAN KELOR (Moringa oleifera) SEBAGAI


ANTIHIPERGLIKEMIA PADA TIKUS Sprague dawley
YANG DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN
(White tea [Camellia sinensis] and Moringa oleifera as antihyperglycemic agent on
streptozotocin-induced diabetic Sprague dawley rats)

Amalia Rahma1*, Rina Martini1, Clara Meliyanti Kusharto1, Evy Damayanthi1,


Dadan Rohdiana2
1
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680
2
Pusat Penelitian Teh dan Kina, Kampung Gambung, Kecamatan Pasir Jambu, Bandung 40972

ABSTRACT

This study aims to examine the antihyperglycemic effect of white tea (Camellia sinensis) and Moringa
oleifera when administered as a single component and as mixture in streptozotocin-induced diabetic
rats. The study design was experimental. The first step was to analyze epigallocathecingallat (EGCG)
content as standard with High Performance Liquid Chromatography (HPLC) method. The second step
was intervention in Sprague dawley rats induced by streptozotocin 40 mg/kgBW. Intervention held for
21 days with given white tea (WT), M. oleifera (MO), mixture of white tea and M. oleifera (WT+MO)
and green tea (GT) as positive control with reference dose 100 mg/kgBW EGCG. Rats blood glucose and
body weight were measured. The results are WT having the highest content of EGCG (4.46%). MO and
WT+MO only have 2.42% and 2.46% of EGCG while GT as control is the lowest (1.29%). Measurements
of blood glucose and body weight in group that given WT or MO as single component showed no
significant difference with control negative group (p>0.05). Blood glucose decreased significantly in
group WT+MO (p<0.05). Administration of WT+MO was able to maintain a stable body weight during
the intervention period (p>0.05). The combination of white tea and M. oleifera has better ability as an
antihiperglycemic agent compared to single component.

Keywords: antihiperglycemic, Camellia sinensis, Moringa oleifera, white tea

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efek seduhan teh putih dan kelor jika diberikan sebagai
komponen tunggal atau campuran pada tikus hiperglikemia terinduksi streptozotocin (STZ). Desain
penelitian adalah eksperimental. Tahap pertama dilakukan analisis kandungan EGCG sebagai standar
dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Tahap kedua intervensi pada tikus Sprague
dawley jantan berumur 12 minggu yang telah berhasil diinduksi streptozotocin 40 mg/kgBB menjadi
diabetik. Intervensi dilakukan selama 21 hari dengan menberikan seduhan teh putih (TP), kelor (K),
campuran teh putih dan kelor (TP+K) serta teh hijau (TH) sebagai kontrol positif dengan acuan dosis
100 mg/kgBB EGCG. Analisis kadar total EGCG diperoleh hasil TP memiliki kadar EGCG terbanyak
(4,46%). K dan TP+K hanya mengandung 2,42% dan 2,46% EGCG. Pengukuran kadar glukosa darah
dan berat badan pada kelompok diberi TP atau MO saja menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata
dengan (DM) (p>0,05). Kelompok tikus yang diberi TP+K menunjukkan penurunan glukosa darah
secara signifikan (p<0,05). Pemberian TP+MO mampu mempertahankan berat badan tetap stabil selama
masa intervensi (p>0,05). Kombinasi teh putih dan Kelor memiliki kemampuan yang lebih baik sebagai
agen antihiperglikemia dibandingkan jika diberikan sebagai komponen tunggal.

Kata kunci: antihiperglikemia, Camellia sinensis, kelor, teh putih

*
Koresponsdensi: Telp: +6285731699450, Surel: rahma.amalia2891@gmail.com

J. Gizi Pangan, Volume 12, Nomor 3, November 2017 179


Rahma dkk.

PENDAHULUAN dan berat badan tikus yang diinduksi streptozoto-


cin (STZ) serta dibandingkan dengan kontrol (teh
Diabetes melitus (DM) merupakan penya- hijau). Pemberian campuran teh putih dan kelor
kit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia bertujuan untuk melihat efek sinergistik antara
kronis karena gangguan metabolisme karbohid- kedua bahan.
rat, lemak dan protein (Tomás 2013; Indariani et METODE
al. 2014). Jumlah penderita diabetes di seluruh
dunia pada tahun 2014 sebanyak 422 juta orang Desain, tempat, dan waktu
dan diperkirakan prevalensinya akan meningkat Desain penelitian ini adalah eksperimental
hingga 592 juta orang pada tahun 2035 (WHO dengan rancangan acak lengkap (RAL). Pene-
2016). litian dilaksanakan di Laboratorium Balai Pasca
Teh merupakan salah satu sumber antioksi- Panen dan Unit Pengelola Hewan Laboratorium
dan yang mengandung banyak senyawa polifenol (UPHL) Fakultas kedokteran hewan (FKH) Ins-
terutama epigallocatechin gallat (EGCG) (Abol- titut pertanian Bogor pada pada bulan Januari
fathi et al. 2012; Bhattacharya et al. 2013). Kan- hingga Juni 2017.
dungan EGCG pada teh diduga mampu berperan
sebagai antihiperglikemia melalui mekanisme Bahan dan alat
meningkatkan sensitivitas insulin, melindungi Bahan utama yang digunakan adalah teh
kerusakan sel beta pankreas dari pengaruh oksi- putih dan teh hijau komersial dengan merek da-
dasi dan meningkatkan uptake glukosa pada ja- gang “Gamboeng” yang diproduksi oleh Pusat
ringan adiposa (Potenza et al. 2007). Penelitian Teh dan Kina (PPTK), Bandung dan
Penelitian pada hewan coba menggunakan bubuk kelor komersial dengan merek dagang
teh hijau menunjukkan potensi senyawa aktif teh “Kelorina” yang diproduksi dan diperoleh dari
sebagai antihiperglikemia. Pemberian teh hijau PT Moringa Organik Indonesia, Blora serta ti-
dengan kandungan EGCG 100 mg/kgBB pada kus Sprague dawley jantan berumur 12 minggu
tikus wistar yang diinduksi alloxan selama em- dengan berat 200-300 g sebanyak 24 ekor yang
pat minggu mampu menurunkan glukosa darah diperoleh dari Indo Animal Lab, Bogor.
57,9% (Ramadan et al. 2009). EGCG pada teh Bahan dan alat untuk membuat seduhan
hijau juga mampu meningkatkan sensitivitas in- teh dan analisis EGCG antara lain aquades, pe-
sulin, melindungi kerusakan sel beta pankreas manas air, gelas ukur, penyaring, Kromatografi
dari pengaruh oksidasi dan meningkatkan uptake Cair Kinerja Tinggi (KCKT) (Lab Alliance)
glukosa pada jaringan adiposa. Seduhan teh hi- dilengkapi Rheodyne sample injector (20 μL
jau mampu menekan kerja enzim α-glukosidase sample loop), sentrifus, sonikator, kolom fase
sebesar 86,7% (Wei et al. 2010). diam KCKT, vaccum rotary evaporator, vortex,
Teh putih diklaim memiliki kualitas le- etanol, aseton, etil asetat, heksan, kloroform, di-
bih unggul dibanding jenis teh yang lain karena klorometan, etil asetat, etanol, metanol, standar
minimnya proses pembuatan, mengandung anti- asam tanat, reagen fero sulfat dan kalium natrium
oksidan lebih tinggi dan memiliki sifat antimuta- tartrat, dinatrium hidrogen pospat, kalium dihi-
genik (Hilal & Engelhardt 2007; Teixeira et al. drogen pospat, standar EGCG (Sigma Aldrich),
2012). Berbeda dengan teh hijau, belum banyak dan seperangkat alat gelas.
penelitian yang dilakukan untuk mengkaji man- Bahan dan alat untuk pemeliharaan hewan
faat teh putih terutama pada diabetes melitus. coba antara lain kandang, bedding dari serbuk
Selain teh, tanaman perdu lain yang ba- kayu, timbangan digital untuk pengukuran berat
nyak diteliti yang mempunyai efek antihiperglike- badan, botol minum, alat semprot, pakan stan-
mia adalah Moringa oleifera atau kelor. Kelor dar laboratorium. Bahan dan alat untuk induksi
mengandung protein, vitamin, lemak, mineral hiperglikemia antara lain, streptozotocin (Bio-
makro dan mikro, serta senyawa fenol (Farooq world 500 mg- 41910012-3), buffer citrat dan
et al. 2012). Hasil penelitian Adisakwattana dan spuit injeksi intraperitonial. Bahan dan alat untuk
Chanathong (2011) dan Soliman (2013) ekstrak pengecekan glukosa darah antara lain glukometer
daun kelor memiliki aktivitas antihiperglikemia (Nesco), glucose strip (Nesco), jarum suntik dan
dengan menghambat enzim α-glukosidase yang alkohol. Berat badan diukur dengan timbangan
terdapat pada brush border usus halus. digital.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
pengaruh pemberian tunggal dan campuran se- Tahapan penelitian
duhan teh putih dan kelor terhadap glukosa darah Persiapan bahan dan pengukuran kadar
EGCG. Tahap pertama penelitian adalah me-

180 J. Gizi Pangan, Volume 12, Nomor 3, November 2017


Teh putih-kelor sebagai agen antihiperglikemia

nentukan kadar EGCG pada seduhan teh hijau, Pengukuran pertama dilakukan pada hari ke-3
teh putih, kelor, dan campuran teh putih+kelor. pasca induksi STZ. Tikus dinyatakan hiperglike-
Sebanyak 2 g teh putih, kelor, teh putih+kelor mia jika glukosa darah > 126 mg/dl. Jika pada
dengan perbandingan (50%:50%) dan teh hijau hari ke-3 belum mengalami hiperglikemia maka
diseduh dengan 100 ml air dengan suhu kurang akan dilakukan pengukuran glukosa darah ulang
lebih 90ºC selama lima menit selanjutnya di- dua hari berikutnya. Setelah dinyatakan hiper-
lakukan penyaringan menggunakan kertas sa- glikemia, 20 ekor tikus akan dibagi menjadi lima
ring. Seduhan teh hijau, teh putih, kelor, dan teh kelompok secara acak antara lain kontrol negatif
putih+kelor yang telah dibuat sebelumnya diam- (KN) yaitu yang tidak diberi perlakuan, kontrol
bil sebanyak 50 ml menggunakan pipet dan di- positif yaitu yang diberi seduhan teh hijau (TH),
masukkan ke dalam corong pisah ukuran 250 ml. kelompok yang diberi teh putih (TH), kelompok
Kemudian ditambahkan klorofom 50 ml, dikocok yang diberi kelor (K) dan kelompok yang diberi
selama 2 menit dan dibuang endapan dibagian campuran teh putih dan kelor (TP+K). Intervensi
bawah (diulang tiga kali). Lapisan air diambil dilakukan selama 21 hari. Kelompok perlakuan
untuk diekstraksi dengan etil asetat 50 ml dalam diberikan seduhan secara sonde dengan kandung-
corong pisah 250 ml kemudian dikocok selama an ECGG 100 mg/kgBB. Penyondean dilakukan
dua menit dan dibiarkan hingga terbentuk dua pada pukul 09.00-10.00. Semua kelompok di-
lapisan. Lapisan atas diambil dan lapisan bawah beri pakan standar dan minum secara ad libitum.
diekstraksi kembali dengan etil asetat dengan Pengukuran glukosa darah dengan metode elek-
volume yang sama (diulang 4 kali). Selanjutnya trokimia menggunakan glukometer dilakukan
dilarutkan dengan pelarut pada labu ukur 50 ml, setiap tujuh hari sekali. Tikus dipuasakan selama
diimpitkan, dikocok, disaring dengan Millex HA semalam (12-14 jam), kemudian dilakukan pe-
0,45 µl dan selanjutnya disuntikkan ke KCKT. ngukuran tikus. Darah diambil dari ekor dengan
Setelah diperoleh hasil analisis EGCG cara ditusuk menggunakan jarum (prick). Peng-
pada tahap pertama penelitian, maka dihitung ukuran glukosa darah puasa dilakukan setiap tu-
formulasi seduhan agar didapat konsentrasi pada juh hari sekali. Penimbangan berat badan dilaku-
tiap ml mengandung 12.5-40 mg EGCG supaya kan setiap tiga hari sekali.
seduhan dapat diadministrasikan secara oral
(sonde) antara 0.5-2 ml/tikus. Cara yang dilaku- Pengolahan dan analisis data
kan adalah dengan membuat seduhan lebih pe- Tahapan analisis data glukosa darah puasa
kat. Sebanyak 20 g teh hijau, teh putih, kelor dan dan berat badan antara lain uji normalitas (Sha-
campuran teh putih+kelor (10 g teh putih+10 g piro-wilk), paired T-test untuk menguji adanya
kelor) diseduh dengan 200 ml air dengan suhu perbedaan antara sebelum dan sesudah intervensi
kurang lebih 90ºC selama lima menit selanjut- pada masing-masing variabel, Analisis uji beda
nya dilakukan penyaringan menggunakan kertas antar kelompok menggunakan One-way ANO-
saring. Filtrat dari hasil penyaringan dipisahkan VA. Jika terdapat perbedaan pengaruh perlakuan
dari pelarutnya (dikurangi jumlah airnya) meng- yang nyata (signifikan pada p<0,05), maka akan
gunakan rotary evaporator dengan suhu 58-600C dilanjutkan post hoc test least significant differ-
selama 20 menit (Afify et al. 2011). Pada pene- ence.
litian ini teh hijau dijadikan sebagai kontrol atau
pembanding untuk mengetahui manfaat teh putih, HASIL DAN PEMBAHASAN
kelor dan campuran teh putih dan kelor karena
teh hijau telah banyak diketahui dan dikonsum- Kandungan EGCG pada Camellia sinensis
si sehari-hari serta telah banyak diteliti sebagai dan Moringa oleifera
agen antihiperglikemia. Epigallocatechin gallat (EGCG) merupa-
kan jenis katekin yang dominan pada teh. Anali-
Induksi streptozotocin (STZ) dan peme- sis EGCG tersedia pada Tabel 1. Teh putih unggul
liharaan hewan coba. Tikus diadaptasi terlebih sebagai jenis teh yang memiliki EGCG terbanyak
dulu selama 14 hari. Selama masa pemeliharaan dibandingkan dengan kelor, kombinasi teh putih
masing-masing tikus akan diletakkan pada satu dan kelor maupun dengan kontrol (teh hijau).
kandang. Setelah melewati masa adaptasi, tikus Kandungan EGCG pada kelor hampir dua
dibagi menjadi kelompok normal sebanyak em- kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan teh
pat ekor tikus dan kelompok yang diinduksi STZ hijau. Kandungan EGCG pada campuran teh pu-
sebanyak 20 ekor. Tikus diinduksi STZ dengan tih dan kelor (50%:50%) hanya mencapai sete-
dosis 40 mg/kgBB setelah dipuasakan semalam. ngah kali kandungan EGCG pada teh putih namun

J. Gizi Pangan, Volume 12, Nomor 3, November 2017 181


Rahma dkk.

Tabel 1. Analisis kandungan EGCG mengguna- sinensis) menunjukkan epigallocatechin gal-


kan metode Kromatografi Cair Kinerja late (EGCG) dan epigallocatechin (EGC) yang
Tinggi (KCKT) tinggi, sedang teh hijau dari klon berdaun lebar
(C. sinensis var assamica), seperti yang digunak-
Kelompok EGCG (%) an pada penelitian ini, menunjukkan epicatechin
Teh hijau (TH) 1,29 gallate (ECG) dan epicatechin (EC) yang tinggi
Teh putih (TP) 4,46 (Mitrowihardjo 2012).
Kelor (K) 2,42
Teh putih + kelor (TP+K) 2,46 Perubahan glukosa darah sebelum dan setelah
intervensi.
Pengukuran glukosa darah hari ke-0 (hari
tidak jauh berbeda dengan kandungan EGCG pertama mengalami hiperglikemia), menunjuk-
pada kelor. Hasil analisis kandungan EGCG dari kan terdapat perbedaan yang signifikan glukosa
campuran TP+K (2.46%) tidak secara matematis darah kelompok normal dibandingkan dengan
sama dengan jika dihitung dari 50% EGCG teh kelompok yang diinduksi STZ (P<0,05). Rata-ra-
putih+50% EGCG kelor. Belum diketahui secara ta glukosa darah tikus yang diinduksi STZ men-
pasti penyebab hasil EGCG (TP+K) tidak sama capai 390,53 + 83,9 sedangkan pada kelompok
dengan perhitungan matematisnya, diduga kare- normal hanya 69,75 + 13,47 mg/dl (Tabel 2).
na adanya interaksi zat aktif antara teh putih dan Berdasarkan uji beda paired t-test antara
kelor sehingga EGCG pada tidak dapat terekstrak pengukuran glukosa darah H-0 dan H-21 menun-
optimal atau berubah struktur sehingga tidak ter- jukkan kelompok KN, TP dan K tidak menunjuk-
deteksi sebagai EGCG ketika dianalisis. kan perubahan glukosa darah puasa yang signifi-
Penelitian-penelitian serupa yang menga- kan (p>0,05) sedangkan kelompok yang diberi
nalisis kandungan EGCG, telah banyak dilaku- teh hijau (TH) dan campuran teh putih+teh kelor
kan. Hasil analisis EGCG pada teh hijau dan teh (TP+K) mengalami penurunan glukosa darah
putih sangat beragam. Pengukuran kadar EGCG puasa secara signifikan (p<0,05).
pada teh hijau antara 0,21%-9,63% (Prayong et Rata-rata selisih kadar glukosa darah hari
al. 2007; Martono dan Martono 2012) sedangkan ke-0 dan ke-21 (Δ glukosa darah) pada kelom-
analisis EGCG pada 1 g teh putih yang diseduh pok TP menunjukkan kenaikan sebesar 53,3 +
dengan 100 ml air mengandung 2% (Alves et al. 86,2 mg/dL sedangkan kelompok K dan TP+K
2015). Senyawa EGCG ekstrak teh putih yang di- mengalami penurunan sebesar 80,25 + 119,1
ambil dari perusahaan teh Nanjing Wellchem En- mg/dL untuk kelompok K dan 149,25 + 118,1
terprise Co. LTDA jauh lebih besar yaitu 19,63% mg/dL untuk kelompok TP+K. Berdasarkan uji
(Teixeira et al. 2012) sedangkan kandungan ANOVA terhadap Δ glukosa darah menunjukkan
EGCG teh putih yang diperoleh dari perkebunan kelompok TP dan K tidak menunjukkan perbe-
di jerman antara 5,23-9,49% (Hilal & Engelhardt daan yang signifikan dengan kelompok Δ glukosa
2007). Perbedaan hasil analisis dapat disebabkan darah tikus yang diinduksi STZ tanpa perlakuan
oleh varietas dan klon teh, ketinggian tempat, (KN) (p>0,05) namun berbeda nyata dengan ke-
umur daun, jenis petikan, bentuk, tekstur dan lompok TH (p<0,05). Berbeda dengan kelompok
proses pengolahan (Kosińska & Andlauer 2013; TP dan K, kelompok TP+K mengalami penu-
Widyaningrum et al. 2015). Penelitian pada teh runan glukosa darah yang berbeda signifikan
hijau dari klon berdaun sempit (C. sinensis var.

Tabel 2. Kadar glukosa darah sebelum dan sesudah diintervensi


Rata-rata+ sd (mg/dl) Rata-rata Δ GDP + sd
Kelompok p
Sebelum intervensi (H-0) Sesudah intervensi (H-21) (mg/dl)
KN 420,25 + 66,77bc 444,25 + 78,7c -24,0 + 61,62a 0,518
TH 294,35 + 35,02a 149,25 + 57,07a 145 + 59,8b 0,017*
TP 345,00 + 75,5ab 398,33 + 14,2c -53,3 + 86,2a 0,396
K 460,25 + 61,31 c
380 + 76,23c 80,25 + 119,1ab 0,271
TP+K 421,5 + 74,99bc 272,25 + 77,89b 149,25 + 118,1b 0,031*
Normal 69,75 + 13,47d 79 + 10,23d -3,5 + 12,4b 0,612
p 0,014**
*) Paired t-test, signifikan pada p<0,05.
**) Anova dilanjutkan post hoc Least Significant Different, signifikan pada p<0,05, perbedaan abjad menunjukkan
berbeda nyata.

182 J. Gizi Pangan, Volume 12, Nomor 3, November 2017


Teh putih-kelor sebagai agen antihiperglikemia

dengan kelompok KN (p<0,05) dan tidak berbeda yang berperan sebagai inhibitor enzim α-amilase
nyata dengan kelompok TH. dan α-glukosidase (Wei et al. 2010; Adisakwat-
STZ merupakan senyawa diabetogenik tana dan Chanathong 2011). Inhibisi kerja enzim
yang dapat secara langsung merusak masa kritis tersebut mampu mengurangi pencernaan karbo-
sel beta langerhans atau menimbulkan proses au- hidrat sehingga dapat mengurangi peningkatan
toimun terhadap sel beta. STZ memiliki sifat tok- kadar glukosa darah postprandial (Shinde et al.
sik dikarenakan adanya aktivitas alkilasi dari gu- 2008). Kandungan kuersetin dan kaemferol pada
gus metilnitrosourea terutama pada posisi O6 dari teh hijau lebih banyak dibandingkan teh putih
guanin. Tranfer gugus metil dari STZ ke molekul (Gondoin et al. 2010) sedangkan kuersetin pada
DNA menyebabkan kerusakan pada sepanjang kelor tersari lebih baik jika diekstrak dengan
rantai yang mengalami alkilasi, yang selanjut- etanol dibandingkan dengan air (Sulistiawati &
nya menyebabkan fragmentasi DNA. Kerusakan Pratiwi 2015). Hal ini diduga yang menyebab-
ini menyebabkan penurunan NAD+ dan ATP se- kan penurunan glukosa darah teh hijau lebih baik
luler sehingga sel beta mengalami nekrosis dan dibandingkan dengan teh putih atau kelor namun
menurunnya produksi insulin (Nugroho 2006). apabila teh putih dikombinasikan dengan kelor
Masuknya STZ melalui GLUT2 juga menye- terjadi penurunan glukosa yang tidak berbeda
babkan menurunnya ekspresi GLUT2. GLUT2 dengan teh hijau. Hal ini diduga adanya efek si-
mempunyai sifat mengangkut glukosa ke dalam nergistik antara komponen aktif pada kedua ba-
sel tanpa batas. Hal ini mengakibatkan menurun- han seperti EGCG dan kuersetin.
nya sensitifitas reseptor insulin perifer sehingga Kandungan kafein pada teh putih yang
berdampak pada meningkatnya resistensi insulin lebih banyak dibandingkan dengan teh hijau
dan meningkatkan kadar glukosa darah (Firdaus dan kelor (Hilal & Engelhardt 2007; Dias et al.
et al. 2016). 2013) diduga menyebabkan kenaikan glukosa
Epigallocatechin gallat (EGCG) yang darah pada kelompok TP. Kafein merangsang
terkandung dalam teh hijau, teh putih dan kelor pelepasan hormon epinefrin dan norepinefrin
mampu menghambat terjadinya glukoneogenesis yang dapat menyebabkan peningkatan gluko-
melalui penghambatan sintesis fosfoenolpiruvat neogenesis hepatik, glikogenolisis hepatik dan
karboksikinase di hati (Chemler et al. 2007). Fos- otot (Nunes et al. 2015). Konsumsi kafein dalam
foenolpiruvat karboksikinase merupakan enzim jumlah sedang mampu memberikan perlindung-
yang berperan sebagai katalis tahapan glukoneo- an pada persarafan, menurunkan resistensi dan
genesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa disfungsi insulin (Duarte et al. 2009). Campuran
transkripsi enzim fosfoenolpiruvat karboksiki- teh putih dan kelor, yang hanya terdiri dari 50%
nase menurun dalam beberapa menit setelah in- teh putih, menunjukkan penurunan glukosa da-
jeksi insulin (Chakravarty & Hanson 2007). Hal rah lebih baik dan tidak berbeda nyata dengan
ini mungkin yang menyebabkan EGCG dianggap kontrol positif (TH).
memiliki sifat yang menyerupai insulin (insulin-
like). EGCG juga dapat meregenerasi sel beta Perubahan berat badan sebelum dan sesudah
pancreas serta menstimulasi pembentukan dan intervensi.
aktivitas insulin (Chemler et al. 2007). Penurunan berat badan umum terjadi pada
Teh hijau, teh putih dan kelor juga men- penderita diabetes karena meningkatnya gluko-
gandung senyawa flavonol (kuersetin dan kaem- neogenesis dan menurunnya glikogenesis. Hal
ferol) (Gondoin et al. 2010; Zhang et al. 2011) tersebut juga terjadi pada hewan coba yang diin-
Tabel 3. Perubahan berat badan sebelum dan setelah intervensi
Rata-rata + sd (g)
Kelompok Rata-rata Δ berat badan + sd (g) p
Sebelum intervensi Sesudah intervensi
KN 252,5 + 25,37 212,75 + 21,06ab 39,75 + 10,37
bc
0,005*
TH 279,5 + 24,83 259,75 + 25,38c 19,75 + 17,27c 0,106
TP 245 + 30,43 183,25 + 27,95a 61,75 + 16,7ab 0,005*
K 259,33 + 33,34 185,75 + 10,5a 73,25 + 29,8a 0,016*
TP+K 266,25 + 17,58 243,25 + 28,98bc 23 + 33,45c 0,263
Normal 276 + 16,18 308,5 + 18,19d -32,5 + 5,1d 0,001*
p 0.000*
*) Paired t-test, signifikan pada p<0,05.
**) Anova dilanjutkan post hoc Least Significant Different, signifikan pada p<0.05, perbedaan abjad menunjukkan
berbeda nyata.

J. Gizi Pangan, Volume 12, Nomor 3, November 2017 183


Rahma dkk.

duksi dengan streptozotocin. Penimbangan awal sis yang lebih kecil (50 mg/kgBB) tidak menun-
intervensi, tikus memiliki berat badan rata-rata jukkan hasil yang signifikan jika dibandingkan
263,04 + 27,64 g dan tidak ada perbedaan yang dengan kelompok DM.
signifikan berat badan antar kelompok (Tabel 3). Konsumsi teh terbukti mampu mening-
Hasil uji beda paired t-test antara pengu- katkan pembentukan glikogen di hati dengan
kuran H-0 dan H-21 menunjukkan kelompok mereaktifkan glikogen sintetase. Kandungan
KN, TP dan K mengalami penurunan berat badan EGCG yang terkandung dalam teh mampu
secara signifikan sedangkan tikus yang diberi teh menghambat terjadinya glukoneogenesis melalui
hijau (TH) dan kombinasi teh putih+teh kelor penghambatan sintesis fosfoenolpiruvat karbok-
(TP+K) mampu mempertahankan berat badan sikinase di hati. Fosfoenolpiruvat karboksikinase
tetap stabil (p>0,05) (Tabel 3). Selisih berat merupakan enzim yang berperan sebagai katalis
badan H-0 dan H-21 (Δ berat badan) pada ke- tahapan glukoneogenesis (Chemler et al. 2007).
lompok TP dan K mengalami penurunan berat Berbanding terbalik dengan kemam-
badan terbanyak yaitu masing-masing 61,75 + puannya mempertahankan berat badan, EGCG
16,7 g dan 73,25 + 29,8 g sedangkan pada ke- pada teh dapat meningkatkan termogenesis dan
lompok TP+K mengalami penurunan berat badan mengeluarkan energi sebanyak 4% sepanjang
sebesar 23 + 33,45 g. Berdasarkan uji ANOVA Δ 24 jam, mampu meningkat oksidasi lemak dan
berat badan menunjukkan Δ berat badan kelom- menghambat aktivitas Catechol-O-metyltrans-
pok K berbeda signifikan dengan kelompok KN ferase memperpanjang stimulasi termogenesis.
(p<0,05) sedangkan kelompok TP dan TP+K ti- Katekin mampu menghambat absorbsi lemak dan
dak berbeda signifikan dengan KN (p>0,05). Jika menekan sintesis asam lemak dengan mengham-
dibandingkan dengan kelompok kontrol positif bat enzim asetil KoA karboksilase (Shokri et al.
(TH), Δ berat badan kelompok TP dan K berbeda 2015).
signifikan dengan kelompok TH (p<0,05), dan Δ Kadar kafein mampu meningkatkan hor-
berat badan kelompok TP+K tidak berbeda sig- mon epinefrin dan norepinefrin yang menyebab-
nifikan dengan kelompok TH (p<0,05). kan katabolisme dari glikogen, protein dan lemak
Hubungan berat badan dan glukosa darah pada hati dan otot untuk diubah menjadi glukosa
terkait dengan adanya gangguan dari penyediaan sehingga berat badan pun ikut menurun drastis
dan pemanfaatan glukosa sebagai sumber energi. (Sepkowitz 2013). Hal tersebut diduga yang me-
Penelitian Habibuddin et al (2008); Zafar dan nyebabkan tikus yang diinduksi STZ dan diberi
Naqfi (2010) dan Nagarchi et al. (2015) menjelas- teh tetap mengalami penurunan serta tidak dapat
kan semakin meningkatnya glukosa darah maka menyamai perubahan berat tikus nomal
semakin menurun berat badan. Penderita diabetes
mellitus tidak dapat memperoleh energi dari ka- KESIMPULAN
tabolisme glukosa sehingga tubuh akan mencari
alternatif substrat untuk menghasilkan energi. Pemberian teh putih (TP) atau kelor (K)
Glukosa yang tidak tersedia di dalam sel secara tunggal selama 21 hari belum mampu
mengakibatkan terjadinya glukoneogenesis se- menurunkan glukosa darah secara signifikan
cara berlebihan. Sel-sel hati akan meningkatkan sedangkan kelompok yang diberi teh putih+teh
produksi glukosa dari substrat lain yaitu protein kelor (TP+K) dengan perbandingan 50%:50%
dan lemak. Kejadian tersebut berlangsung terus mampu menurunkan glukosa darah puasa secara
menerus karena insulin yang membatasi gluko- signifikan. Penurunan glukosa darah kelompok
neogenesis sangat sedikit atau tidak ada sama TP+K berbeda signifikan dengan kelompok KN
sekali. Glikogenesis pun akan terhambat karena namun tidak berbeda signifikan dengan kelom-
enzim yang berperan dalam jalur tersebut diinak- pok TH. Kelompok TP dan K juga mengalami
tivasi tanpa kehadiran insulin. Glukosa yang di- penurunan berat badan secara signifikan sedang-
hasilkan kemudian akan terbuang melalui urine kan kelompok TP+K mampu mencegah berat
dan mengakibatkan degenerasi jaringan otot dan badan menurun secara signifikan. Penurunan
jaringan adiposa secara signifikan (Ene et al. berat badan kelompok TP+K berbeda signifikan
2007; Umami et al. 2015). dengan kelompok KN tetapi tidak berbeda nyata
Shokri et al. (2015) mengemukakan bah- dengan kelompok teh hijau (TH).
wa tikus yang diintervensi dengan ekstrak teh Kandungan EGCG diduga bukan satu-
hijau sebanyak 100 dan 200 mg/kgBB mampu satunya komponen yang berpengaruh terhadap
mempertahankan berat badan dengan lebih stabil glukosa darah dan berat badan sehingga disa-
dan berbeda signifikan dengan kelompok kontrol rankan untuk menganalisis komponen lain se-
negatif (DM). Jika diberikan teh hijau dalam do- perti kafein, kuersetin, kaemferol dan senyawa

184 J. Gizi Pangan, Volume 12, Nomor 3, November 2017


Teh putih-kelor sebagai agen antihiperglikemia

flavonoid lainnya. Penelitian lebih lanjut dalam of black caraway (Carum carvi L.) oil on
menentukan persentase campuran teh putih dan their body weight. Res J Med Sci. 2(2):48-
kelor perlu dilakukan untuk mendapatkan rasio 52.
optimal yang memberikan hasil terbaik secara Farooq F, Rai M, Tiwari A, Khan AA, Farooq
manfaat dan ekonomi. S. 2012. Medicinal properties of Moringa
oleifera: an overview of promising healer.
DAFTAR PUSTAKA J Med Plants Res. 6(27):4368-4374.
Firdaus, Rimbawan, Marliyati SA, Roosita K.
Abolfathi AA, Mohajeri D, Rezaie A, Nazeri M. 2016. Model tikus diabetes yang diinduksi
2012. Protective effects of green tea ex- streptozotocin sukrosa untuk pendekatan
tract against hepatic tissue injury in strep- penelitian diabetes melitus gestasional.
tozotocin-induced diabetic rats. eCAM. MKMI. 12(1):29-34.
2012(1):1-10. Gondoin A, Grussu D, Stewart D, McDougall GJ.
Adisakwattana S, Chanathong B. 2011. Alpha- 2010. White and green tea polyphenols in-
glucosidase inhibitory activity and lipid- hibit pancreatic lipase in vitro. Food Res
lowering mechanisms of Moringa oleifera Int. 43(5):1537-1544.
leaf extract. Eur Rev Med Pharmacol Sci. Habibuddin M, Daghriri HA, Humaira T, Al-Qa-
15(7):803-808. htani MS, Hefzi AA. 2008. Antidiabetic ef-
Afify AEMR, shalaby EA, El-Beltagi HS. 2011. fect of alcoholic extractof Caralluma sina-
Antioxidant Activity of Aqueous Extracts ica L. on streptozotocin-induced diabetic
of Different Caffeine Products. Not Bot rabbits. J Ethnopharmacol. 117(2):215-
Horti Agrobo. 39(2):117-123. 220.
Alves MG, Martins AD, Teixeira NF, Rato L, Hilal, Engelhardt. 2007. Characterisation of
Oliveira PF, Silva BM. 2015. White tea white tea–comparison to green and black
consumption improves cardiac glycolytic tea. J Verbrauch Lebensm. 2(4):414-421.
and oxidative profile of prediabetic rats. J Indariani S, Wijaya CH, Rahminiwati M, Wi-
Funct Foods. 14(1):102-110. narno, MW. 2014. Antihyperglycemic ac-
Bhattacharya S, Manna P, Gachhui R, Sil PC. tivity of functional drinks based on Java
2013. D-saccharic acid 1,4-lactone pro- Tea (Orthosiphon aristatus) in streptozoto-
tects diabetic rat kidney by ameliorating cin induced diabetic mice. Int Food Res J.
hyperglycemiamediated oxidative stress 21(1):349-355.
and renal inflammatory cytokines via NF- Kosińska A, Andlauer W. 2013. Antioxidant ca-
κB and PKC signaling. Toxicol Appl Phar- pacity of tea: effect of processing and sto-
macol. 267(1):16-29. rage. Processing and Impact on Antioxi-
Chakravarty K, Hanson RW. 2007. Insulin regu- dants in Beverages. Cap 12:109-109.
lation of phosphoenolpyruvate carboxyki- Martono Y, Martono S. 2012. Analisis kromato-
nase-c gene transcription: the role of ste- grafi cair kinerja tinggi untuk penetapan
rol regulatory element-binding protein kadar asam galat, kafein dan epigalo-
1c. Nutr Rev. 65(1):S47-S56. katekin galat pada beberapa produk teh ce-
Chemler JA, Lock LT, Koffas MA. 2007. Stan- lup. AGRITECH. 32(4):362-369.
dardized biosynthesis of flavan-3-ols Mitrowihardjo S. 2012. Kandungan katekin dan
with effects on pancreatic b-cell insulin hasil pucuk beberapa klon teh (Camelia
secretion. Appl Microbiol Biotechnol. sinensis (L.) O. Kuntze) unggulan pada
77(4):797-807. ketinggian yang berbeda di kebun Pagila-
Dias TR, Tomás G, Teixeira NF, Alves MG, ran. [Disertasi]. Program Studi Pemuliaan
Oliveira PF, Silva BM. 2013. White tea Tanaman. Fakultas Pertanian UGM. Yog-
(Camellia sinensis): antioxidant pro- yakarta.
perties and beneficial health effects. Int Nagarchi K, Ahmed S, Sabus A, Saheb SH. 2015.
J Food Sci. 2(2):19-26. Effect of streptozotocin on glucose levels
Duarte JM, Carvalho RA, Cunha RA, Gruetter in albino wistar rats. Int J Pharm Sci Res.
R. 2009. Caffeine consumption attenuates 7(2):67-69.
neurochemical modifications in the hippo- Nugroho AE. 2006. Hewan percobaan diabetes
campus of streptozotocin-induced diabetic mellitus: patologi dan mekanisme aksi dia-
rats. J Neurochem. 111(2):368-379. betogenik. BIODIVERSITAS. 7(4):378-
Ene AC, Nwankwo EA, Samdi LM. 2007. Allox- 382.
an-induced diabetes in rats and the effects

J. Gizi Pangan, Volume 12, Nomor 3, November 2017 185


Rahma dkk.

Nunes AR, Alves MG, Tomás GD, Conde VR, Sulistiawati R, Pratiwi PY. 2016. Pengaruh pem-
Cristóvão AC, Moreira PI, Oliveira PF, Sil- berian ekstrak etanol daun kelor (Moringa
va BM. 2015. Daily consumption of white oleifera l.) terhadap aktivitas analgesik
tea (Camellia sinensis (L.)) improves the dan antiinflamasi melalui ekspresi enzim
cerebral cortex metabolic and oxidative siklooksigenase. Pharmaciana. 6(1):31-38.
profile in prediabetic Wistar rats. Br J Nutr. Teixeira GL, Lages PC, Jascolka TL, Aguilar
113(5):832-842. EC, Soares FLP, Pereira SS, Beltrao NRM,
Potenza MA, Marasciulo FL, Tarquino M, Tira- Nascimento A, Castillo RO, Leite J. 2012.
vanti E, Colantuono G Federici A, Kim JA, White Tea (Camellia sinensis) extract re-
Quon MJ, Montagnani M. 2007. EGCG, a duces oxidative stress and triacylglicerols
green tea polyphenol, improves endotheli- in obese mice. Ciencia e Technologia de
al function and insulin sensitivity, reduces Alimentos. 32(4):733-741.
blood pressure, and protects against myo- Tomás G. 2013. Male fertility and type 2 diabetes
cardial I/R injury in SHR. Am J Physiol mellitus: effect of white Tea. [Disertasi].
Endocrinol Metab. 292(5):E1378-E1387. Portugal: Biomedical Sciences University
Prayong P, Weerapreeyakula N, Sripanidkulchaia of Beira Interior.
B. 2007. Validation of isocratic eluting and Umami Z, Nurdiana, Nugroho FA. 2015. Efek
stepwise flow rate gradient for hplc deter- pemberian susu sapi bubuk terhadap kadar
mination of catechins, gallic acid and caf- serum hdl (high density lipoprotein) pada
feine in tea. SCIENCEASIA. 33:113-117. tikus putih (Rattus norvegicus) galur wi-
Ramadan G, El-Beih NM, Abd EA. 2009. Modu- star model diabetes melitus tipe 2. J Gizi
latory effects of black v. green tea aqueous Pangan. 10(1):1-8.
extract on hyperglycaemia, hyperlipidae- Wei X, Zhiwei Y, Yanhong G, Jianbo X, dan Yu-
mia and liver dysfunction in diabetic and anfeng W. 2010. Composition and Biologi-
obese rat models. Br J Nutr. 102(11):1611- cal Activity of Tea Polysaccharides Ob-
1619. tained by Water Extraction and Enzymatic
Sepkowitz KA. 2013. Energy drinks and caf- Extraction. LAT AM J PHARM. 29 (1):
feine-related adverse effects. JAMA. 117-121.
309(3):243-244. Widyaningrum N, Fudholi A, Sudarsono,
Shinde J, Taldone T, Barletta M, Kunaparaju N, Setyowati EP. 2015. Stability of epigal-
Bo H, Kumar K. 2008. Alpha-glucosidase locatechin gallate (EGCG) from green tea
inhibitory activity of Syzygium cumini (Camellia sinensis) and its antibacterial
(Linn) skeels seed kernel in vitro an in activity against Staphylococcus epidermi-
Goto-Kakizaki (GK) rats. Carbohydr Res. dis ATCC 35984 and Propionibacterium
343(7):1278-1281. acnes ATCC 6919. Asian J Biol Life Sci.
Shokri G, Fathi H, Sabet MJ, Nasrabadi NN, 8(2): 93-101.
Ataee R. 2015. Evaluation of anti-diabetic [WHO] World Health Organization. 2016. Global
effects of hydroalcoholic extract of green report on diabetes. WHO Library Cata-
tea and cinnamon on streptozotocin-in- loguing-in-Publication Data.
duced diabetic rats. J Pharm Biomed Anal. Zafar M, Naqfi SNH. 2010. Effects of stz-induced
1(2):20-29. diabetes on the relative weights of kidney,
Soliman GZA. 2013. Anti-diabetic activity of liver and pancreas in albino rats: a compar-
dried moringa oleifera leaves in normal ative study. Int J Morphol. 28(1):135-142.
and streptozotocin (STZ)-induced diabetic Zhang M, Swarts SG, Yin L, Liu C, Tian Y, Cao
male rats. Indian J Appl Res. 3(9):18-23. Y. 2011. Antioxidant properties of querce-
tin. Adv Exp Med Biol. 701(2): 283-289.

186 J. Gizi Pangan, Volume 12, Nomor 3, November 2017

You might also like