Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Jurnal HPT Volume 4 Nomor 3

September 2016
ISSN : 2338 - 4336

APLIKASI TEH KOMPOS UNTUK MENEKAN PENYAKIT PUSTUL


BAKTERI PADA TANAMAN KEDELAI

Restu Rizkyta Kusuma, Siti Mahfudhoh, Luqman Qurata Aini

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya


Jl. Veteran, Malang 65145, Indonesia

ABSTRACT
The research was aimed to find out the microbe difference in aerobic compost tea
(ACT) and anaerobic compost tea (NCT), and to determine the effect of compost tea on
controlling bacterial pustule disease of soybean. This research was conducted at Central
Laboratory of Life Science (LSIH) and greenhouse, starts from January to May 2015.
Research steps were calculation of microbial populations (Total Plate Count),
antibacterial test of compost tea againt Xanthomonas axonopodis pv. glycines in vitro,
and the effect of compost tea on pustule disease in vivo in a greenhouse. The results
showed microbial population in ACT (bacteria or fungal) is higher than in NCT. ACT
has the highest number of bacterial population 8,11 x 106 cfu/ml at 96 hours
fermentation and the highest fungal population 4,98 x 104 cfu/ml at 24 hours
fermentation, whereas compost tea NCT has the highest number of bacterial population
7,92 x 106 cfu/ml at 144 hours of fermentation and fungi has the highest population of
4,70 x 104 cfu/ml at 24 hours of fermentation. The growth population of microbes in the
compost tea is influenced by pH and Electrical Conductivity. The results of the
antibacterial test in Petri dish shows that the inhibition zone formed at both the
fermentation 48 hours with a diameter of 1,88 cm for compost tea on the ACT and NCT
72 hours fermentation with a diameter of 1,06 cm. Application of compost tea on
soybean plants suppressed bacterial pustule disease at 16,44%, significantly different
from controls, 36,19%.
Keywords: compost tea, microbial, pustule bacteria

ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan mikroba pada teh kompos aerobik
(ACT) dan anaerobik (NCT) serta pengaruhnya dalam mengendalikan penyakit pustul
bakteri X. axonopodis pv. glycines pada tanaman kedelai. Penelitian dilakukan di
Laboratorium Sentral Ilmu Hayati (LSIH) dan rumah kaca Universitas Brawijaya pada
Januari sampai Mei 2015. Metode penelitian yang digunakan yaitu perhitungan populasi
mikroba, pengujian sifat anti bakteri teh kompos secara in vitro, dan pengaruh teh
kompos terhadap intensitas penyakit pustul. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa populasi mikroba di dalam teh kompos ACT baik bakteri atau jamur lebih tinggi
daripada teh kompos NCT. Teh kompos ACT mempunyai jumlah populasi bakteri
tertinggi yaitu 8,11 x 106 cfu/ml pada fermentasi 96 jam dan populasi jamur tertinggi
4,98 x 104 cfu/ml pada fermentasi 24 jam, sedangkan teh kompos NCT jumlah populasi
bakteri tertinggi 7,92 x 106 cfu/ml pada fermentasi 144 jam dan populasi jamur tertinggi
4,70 x 104 cfu/ml pada fermentasi 24 jam. Jumlah populasi mikroba teh kompos dapat
dipengaruhi oleh pH dan konduktivitas listrik. Hasil pengujian sifat anti bakteri secara
in vitro dalam cawan menunjukkan bahwa luas zona hambat yang terbentuk paling baik
pada fermentasi teh 48 jam dengan diameter 1,88 cm untuk teh kompos ACT dan NCT
pada fermentasi 72 jam dengan diameter 1,06 cm. Aplikasi teh kompos pada tanaman

144
Jurnal HPT Volume 4 Nomor 3 September 2016

kedelai dapat menekan serangan penyakit pustul bakteri sebesar 16,44%, berbeda nyata
dengan kontrol yang serangannya mencapai 36,19%.
Kata kunci: mikroba, pustul bakteri, teh kompos

PENDAHULUAN terhadap penyakit (Ingham, 2005). Dari hasil


penelitian sebelumnya, teh kompos mampu
Kedelai merupakan komoditas kaya menekan perkembangan penyakit hawar
protein yang penting bagi masyarakat daun (Pantoea sp.) dan dapat menurunkan
Indonesia. Penggunaan tempe sangat Ralstonia solanacearum dengan jumlah
beragam untuk pangan dan pakan ternak. presentase mencapai 56% (Sari, 2013;
Konsumsi kedelai di Indonesia makin Damanik et al., 2014). Selain itu, teh
tahun makin meningkat sesuai dengan kompos juga mampu meningkatkan tinggi
pertambahan penduduk. Kenaikan konsumsi tanaman (Hendawy, 2008). Tetapi,
ini tidak dapat dikejar oleh produksi pemanfaatan teh kompos saat ini masih
dalam negeri, sehingga harus ditutup belum banyak dikembangkan.
dengan impor. Tingkat pertumbuhan Teh kompos mempunyai dua metode
impor kedelai periode tahun 2001-2004 dalam pembuatannya yaitu teh kompos
rata-rata mencapai 16,57% per tahun aerobik (Aerobic Compost Tea / ACT) dan
(Deptan, 2014). anaerobik (Non Aerobic Compost Tea /
Salah satu faktor yang dapat NCT). Di dalam teh kompos ACT dan NCT
menyebabkan kehilangan hasil pada diduga terdapat kelimpahan populasi
produksi kedelai adalah serangan penyakit mikroba yang beragam dan berbeda. Tujuan
pustul bakteri. Penyakit pustul bakteri pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui
tanaman kedelai dapat mengakibatkan pengaruh aplikasi teh kompos dalam
kehilangan hasil sebesar 15,9% (Aini, 1992 ; menekan penyakit pustul bakteri pada
Rahayu, 2012). Penyakit pustul bakteri tanaman kedelai.
disebabkan oleh bakteri Xanthomonas
axonopodis pv. glycines yang secara umum METODE PENELITIAN
menyerang tanaman kedelai (Sweets et al.,
2008). Penggunaan varietas kedelai resisten Penelitian dilaksanakan di Laborato-
merupakan cara pengendalian penyakit rium Sentral Ilmu Hayati (LSIH) dan
pustul yang sering dianjurkan (Semangun, rumah kaca Universitas Brawijaya. Waktu
1991), namun banyak galur yang masing- penelitian dimulai bulan Januari sampai
masing menunjukkan genotip dan virulensi Mei 2015.
yang berbeda sehingga pengendalian dengan Isolat X. axonopodis pv. glycines
varietas tahan dengan daya tahan vertikal diperoleh dari koleksi laboratorium
sulit dilakukan (Rukayadi et al., 1999). Penyakit Tumbuhan, Jurusan Hama dan
Teh kompos adalah cairan ekstrak Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian
kompos atau kompos yang telah matang Universitas Brawijaya. Kompos diperoleh
diproses menjadi teh kompos dengan cara dari UPT Kompos Universitas Brawijaya.
memberi air dan nutrisi untuk pertumbuhan Kegiatan penelitian dilakukan dalam
mikroba kemudian diaerasi selama waktu tiga tahap dengan rincian sebagai berikut:
tertentu (Nasir, 2007). Teh kompos 1. Perhitungan populasi mikroba dalam
mengandung keragaman hayati yang tinggi. teh kompos. Metode penelitian yang
Teh kompos mempunyai beberapa manfaat digunakan adalah perhitungan populasi
antara lain: mampu memberikan kesuburan mikroba menggunakan metode Total
tanah, membantu pertumbuhan tanaman Plate Count (TPC).
serta meningkatkan daya tahan tanaman

145
Kusuma et al., Aplikasi Teh Kompos Untuk Menekan Penyakit Pustul Bakteri...

2. Uji antibakteri teh kompos terhadap X. dan 144 jam fermentasi untuk dilakukan
axonopodis pv. glycines dalam cawan perhitungan populasi mikroba pada media
Petri (in vitro). Tujuan percobaan ini NA dan PDA+S . Perlakuan diulang sebanyak
adalah untuk mengetahui lama 3 kali.
fermentasi teh kompos (ACT dan Variabel pengamatan yang diamati yaitu
NCT) yang mampu menghasilkan kelimpahan populasi mikroba (bakteri dan
senyawa antibakteri dan efektif dalam jamur), pH dan Electrical Conductivity (EC).
menghambat pertumbuhan bakteri X.
axonopodis pv. glycines. Metode Uji Antibakteri Teh Kompos Terhadap
yang digunakan adalah metode uji Pertumbuhan X. axonopodis pv. glycines
difusi agar (agar diffusion test) dalam Uji antibakteri teh kompos terhadap
cawan Petri. X. axonopodis pv. glycines dalam cawan
3. Uji pengaruh teh kompos terhadap Petri dilakukan dengan metode difusi agar
perkembangan penyakit pustul pada menggunakan lubang sumuran. Media yang
tanaman kedelai (in vivo) dengan digunakan adalah media NA sebanyak 20
menghitung persentase gejala serangan ml. Pada saat suhu media sudah menurun
pustul bakteri pada kedelai. Tujuan sebanyak 20 ml media NA dicampur dengan
percobaan ini untuk mengetahui 100 µl suspensi bakteri X. axonopodis pv
pengaruh teh kompos dalam glycines dengan kepadatan 108 cfu/ml,
mengendalikan penyakit pustul bakteri kemudian dituang ke dalam cawan Petri.
pada tanaman kedelai. Setelah media memadat, dibuat lubang
sumuran menggunakan cork borer yang
Pembuatan Teh Kompos memiliki diameter 0,5 cm dan dimasukkan
Bahan yang diperlukan untuk ekstrak kompos sejumlah 80 µl di setiap
membuat teh kompos ACT yaitu aquades lubang sumuran tersebut.
steril 500 ml, molase 0,5 ml, dan kompos Pada uji tersebut digunakan lima
50 gram. Metode pembuatan teh kompos macam perlakuan untuk teh kompos ACT
ACT yaitu dengan pencampuran antara yaitu teh kompos dengan waktu fermentasi 0
aquades, kompos dan molase kemudian jam, 24 jam, 48 jam, 72 jam dan 96 jam.
digojok dengan waktu fermentasi tertentu. Sedangkan untuk teh kompos NCT
Sedangkan untuk pembuatan teh kompos menggunakan tujuh perlakuan yaitu teh
NCT dengan pencampuran aquades, kompos kompos dengan waktu fermentasi 0 jam, 24
dan molase yang diaduk rata tanpa jam, 48 jam, 72 jam, 96 jam, 120 jam dan
digojok dan didiamkan selama waktu 144 jam. Semua perlakuan diulang sebanyak
fermentasi tertentu. 4 kali. Penilaian kemampuan teh kompos
dan filtrat teh kompos dalam menekan
Penghitungan Populasi Mikroba pertumbuhan penyakit pustul bakteri diukur
Perhitungan populasi mikroba dalam dengan mengukur zona bening atau zona
teh kompos menggunakan metode hitungan hambat di sekitar lubang sumuran
cawan (Total Plate Count). Teh kompos menggunakan jangka sorong secara vertikal
aerobik diambil sebanyak 100 µl pada 0, 24, dan horizontal.
48, 72 jam fermentasi untuk dilakukan
perhitungan populasi mikroba pada media Uji Penekanan Penyakit Pustul Bakteri
NA dan PDA+S setelah dilakukan pada Tanaman Kedelai
pengenceran. Perlakuan diulang sebanyak 3 Teh kompos yang digunakan adalah
kali. teh kompos dengan lama fermentesi yang
Teh kompos anaerobik diambil paling efektif dari hasil tahapan penelitian
sebanyak 100 µl pada 0, 24, 48, 72, 96, 120 sebelumnya. Aplikasi teh kompos dilakukan

146
Jurnal HPT Volume 4 Nomor 3 September 2016

dengan penyemprotan pada daun tanaman Tabel 2. Skor Intensitas Penyakit


kedelai yang berumur 13 hst (hari setelah Skor Keterangan
tanam). Sedangkan inokulasi bakteri patogen 0 Tidak ada gejala (0%)
X. axonopodis pv. glycines dilakukan ada 1 Gejala penyakit antara 1%- 20%
tanaman kedelai berumur 14 hst. Jumlah 2 Gejala penyakit antara 21%- 40%
suspensi yang digunakan sebanyak 10 3 Gejala penyakit antara 41%- 60%
ml/tanaman. Untuk menjaga agar 4 Gejala penyakit antara 61%- 80%
kelembaban tetap tinggi, tanaman yang telah 5 Gejala penyakit antara 81%- 100%
diinokulasi disungkup dengan plastik
transparan yang telah dilubangi pada kedua Analisis Data
sisinya. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan analisis sidik ragam
Tabel 1. Perlakuan di rumah kaca (ANOVA) pada taraf 5% untuk mengetahui
Kode Keterangan pengaruh perlakuan. Apabila dari hasil pada
1 Kontrol taraf 5% terdapat pengaruh nyata, dilakukan
2 Bakterisida uji lanjutan BNT 5 % dan Duncan 5 %.
3 Teh kompos murni ACT
4 Filtrat ACT HASIL DAN PEMBAHASAN
5 Pengenceran 10-1 ACT
6 Teh kompos murni NCT Populasi Bakteri dalam Teh Kompos
7 Filtrat NCT Secara umum populasi bakteri pada
8 Pengenceran 10-1 NCT ACT lebih tinggi dibanding populasi bakteri
pada NCT (Gambar 1). Selain itu populasi
Keterangan : ACT : Teh kompos aerobik,
bakteri baik pada ACT maupun NCT lebih
NCT : Teh kompos anaerobik
tinggi dari populasi jamur (Tabel 3). Hal ini
menunjukkan bahwa bakteri lebih dominan
Pengamatan dilakukan setiap hari
pada fermentasi teh kompos baik pada ACT
setelah inokulasi hingga munculnya gejala
maupun NCT. Hal ini sesuai dengan
awal pada daun, kemudian dilakukan
pernyataan Ingham (2005) bahwa di
pengamatan penyakit setiap minggu sekali.
dalam teh kompos bakteri merupakan
Intensitas penyakit dihitung dengan
mikroba yang paling dominan.
menggunakan rumus intensitas penyakit
pH teh kompos baik ACT maupun
(Sari, 2013) sebagai berikut:
NCT mengalami perubahan selama proses
fermentasi. pH pada fermentasi teh
kompos menurun pada fermentasi 24 jam
kemudian pH naik kembali pada 48 jam
dan berlanjut pada lama fermentasi
Keterangan : berikutnya. Pada saat pH teh kompos
I = intensitas serangan dibawah 7 (lebih asam) jumlah koloni
n = Jumlah daun dalam tiap kategori bakteri cenderung lebih rendah (Tabel 3).
serangan Menurut Yohanes (2007) pH awal
v = nilai skoring berdasarkan luas pengomposan sekitar 7,2 kemudian terjadi
seluruh daun tanaman kedelai yang penurunan sampai pH sekitar dibawah 7
terserang dalam kondisi asam pada pH 6,5. Keadaan
Z = nilai kategori serangan tertinggi ini juga sesuai dengan penelitian Sari
(v=5) (2013) yang menyatakan bahwa pada pH
N = Jumlah yang diamati asam mampu menurunkan jumlah
populasi bakteri.

147
Kusuma et al., Aplikasi Teh Kompos Untuk Menekan Penyakit Pustul Bakteri...

Pertumbuhan populasi mikroba pada logaritma atau eksponensial, di dalam fase


fermentasi teh kompos dapat terlihat pada ini sel membelah dengan laju yang konstan,
Gambar 1. Teh kompos mengalami massa menjadi dua kali lipat dengan laju
penurunan jumlah koloni bakteri pada yang sama, dan aktivitas metabolik
fermentasi selama 0- 24 jam, hal ini karena seimbang, dan pertumbuhan seimbang.
pertumbuhan bakteri masih dalam fase lag Pertumbuhan seimbang ditandai dengan
yaitu fase penyesuaian atau adaptasi dengan bertambahnya populasi secara teratur.
lingkungan. Pada 24-48 jam baik pada Pertumbuhan bakteri selanjutnya, yaitu fase
fermentasi ACT maupun NCT jumlah koloni stasioner, fase ini ditandai nutrisi yang yang
bakteri mengalami peningkatan, hal ini berkurang dan produksi senyawa racun
menunjukkan bahwa bakteri memasuki fase yang menyebabkan beberapa sel bakteri
pertumbuhan logaritma atau eksponensial, di mati, sedangkan sel yang lain tumbuh dan
dalam fase ini sel membelah dengan cepat. membelah sehingga jumlah sel yang hidup
Pertumbuhan bakteri selanjutnya, adalah fase menjadi tetap.
stasioner merupakan pertumbuhan seimbang
yang ditandai dengan jumlah populasi sel Populasi Jamur dalam Teh Kompos
tetap karena jumlah sel yang tumbuh sama Jumlah populasi jamur pada teh
dengan jumlah sel yang mati. Pada kompos ACT pada fermentasi 0-72 jam
fermentasi ACT fase stasioner terjadi pada tidak berbeda nyata, berkisar antar 4,3-4,8
72 jam sedangkan pada fermentasi NCT fase x 104 cfu/ml. Populasi jamur mulai
stasioner terjadi pada 96 jam. menurun pada fermentasi selama 96 jam
Menurut Sucipto (2009) pertumbuhan Sedangkan pada teh kompos NCT
bakteri dimulai dari fase lamban atau lag. populasi jamur pada fermentasi 0 jam
Ciri-ciri fase ini adalah tidak ada sebesar 4,20 x 104 cfu/ml dan hasil ini
pertumbuhan populasi, sel mengalami berbeda nyata pada fermentasi 24 jam
perubahan dalam komposisi kimiawi, sebesar 4,70 x 10 4 cfu/ml. Populasi
bertambah ukurannya, dan substansi jamur selanjutnya mengalami penurunan
intraselulernya bertambah. Kemudian pada fermentasi selama 72 jam.
bakteri memasuki fase pertumbuhan

Gambar 1. Fase Pertumbuhan Bakteri Pada Fermentasi Teh Kompos ACT dan NCT

148
Jurnal HPT Volume 4 Nomor 3 September 2016

Tabel 3. Populasi Mikroba (Bakteri dan Jamur) Pada Teh Kompos ACT dan NCT
ACT NCT
Waktu
Bakteri jamur Bakteri Jamur
Fermentasi pH pH
(cfu/ml) (cfu/ml) (cfu/ml) (cfu/ml)
0 jam 7,82 x 106 a 4,73 x 104 b 7,00 7,83 x 106 bc 4,20 x 104 ab 7.00
24 jam 7,79 x 106 a 4,98 x 104 b 6,54 7,61 x 106 a 4,70 x 104 c 6,57
48 jam 8,05 x 106 b 4,56 x 104 ab 7,07 7,76 x 106 b 4,48 x 104 bc 6,83
72 jam 8,10 x 106 b 4,30 x 104 ab 7,23 7,88 x 106 c 4,10 x 104 a 7,10
96 jam 8,11 x 106 b 4,20 x 104 a 7,30 7,91 x 106 c 4,00 x 104 a 7,23
Ket : Angka dalam tabel yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada uji BNT 5%

Populasi jamur pada teh kompos larutan. Menurut Ridlo dan Suharjono
ACT lebih tinggi dari pada teh kompos (2013) konduktivitas adalah ukuran dari
NCT. Hal ini karena pada kondisi aerobik kemampuan air untuk melakukan arus
ketersediaan oksigen dapat mempercepat listrik dan menunjukkan jumlah padatan
pertumbuhan mikroba sehingga populasi terlarut dalam air. Semakin banyak
mikroba pada teh kompos ACT lebih kandungan hara terlarut maka akan
tinggi. Selain itu kenaikan pH teh kompos semakin tinggi kemampuan menghantarkan
menyebabkan penurunan populasi jamur. arus listrik. Menurut Adimihardja et al.
(2011) EC memiliki peran penting dalam
Konduktivitas Listrik (Electrical conductivity) kualitas larutan nutrisi, sehingga EC
Electrical concuctivity (EC) atau digunakan sebagai pengujian kualitas
daya hantar listrik merupakan pengukuran nutrisi dalam teh kompos. Karena nilai
kadar garam dalam larutan, dimana nilai EC pada teh kompos ACT lebih tinggi
EC terkait dengan banyaknya unsur pada teh kompos NCT (Tabel 4) dapat
hara yang terkandung dalam larutan, disimpulkan kandungan unsur hara pada
semakin banyak unsur hara yang ACT lebih tinggi dibanding NCT.
terkandung maka semakin tinggi nilai EC
(Suhastyo et al., 2013). Teh kompos ACT Tabel 4. Konduktivitas Listrik (Electrical
dan NCT memiliki nilai EC yang tidak Conductivity) pada Teh Kompos
sama yaitu nilai EC pada ACT lebih Rata- rata EC
Teh Kompos
tinggi dibanding NCT (Tabel 4). Mukhlas (mS/cm)
et al. (2012), menyatakan bahwa jika Aerobik (ACT) 0,97
kompos mengandung sedikit unsur hara Anaerobik (NCT) 0,78
makro, maka jumlah ion yang dihasilkan
ketika teh kompos dilarutkan akan sedikit. Nilai EC yang tinggi akan
Hal ini karena unsur hara makro berpengaruh pada ketahanan terhadap
merupakan materi dasar untuk serangan penyakit. Namun, EC yang
pembentukan ion. Kompos mengandung terlalu tinggi melebihi ambang batas akan
senyawa ionik (K2O) yang tinggi, apabila merusak tanaman. Secara umum ambang
kompos dilarutkan dalam suatu pelarut batas EC larutan sekitar 4,6 mS/cm.
akan membentuk ion-ion dalam jumlah Setiap tanaman memiliki kebutuhan EC
besar. Semakin banyak ion yang terbentuk yang berbeda. Nilai kebutuhan EC pada
dari proses ionisasi akan memberikan tanaman kacang- kacangan yaitu 2,0–4,0
reaksi pada peningkatan konduktivitas mS/cm (Hendra dan Andoko, 2014).

149
Kusuma et al., Aplikasi Teh Kompos Untuk Menekan Penyakit Pustul Bakteri...

Uji Antibakteri Teh Kompos Terhadap kompos terdapat mikroba antagonis. Ingham
Pertumbuhan X. axonopodis pv. glycines (2005) menyatakan bahwa di dalam teh
Hasil uji sifat antibakteri teh kompos kompos mengandung mikroba antagonis
terhadap X. axonopodis pv. glycines pada yang mampu melindungi tanaman dari
cawan Petri diketahui zona hambat yang serangan patogen.
tertinggi ditunjukkan pada teh kompos ACT Penghambatan oleh teh kompos ACT
dengan lama fermentasi 48 jam. Sedangkan pada lama fermentasi lebih dari 48 jam dan
zona hambat tertinggi pada teh kompos NCT teh kompos NCT pada lama fermentasi
ditunjukkan pada lama fermentasi 72 jam lebih dari 72 jam menjadi lebih kecil. Hal ini
(Gambar 2 dan 3). Hal ini sesuai dengan diduga kandungan senyawa antibiotik dalam
penelitian Sari (2013) dan Damanik et al. teh kompos ACT dan NCT mengalami
(2014) yang menyatakan bahwa kemampuan penurunan. Hal ini sesuai dengan penelitian
teh kompos memiliki penghambatan Damanik et al. (2014) yang menyatakan
tertinggi pada lama fermentasi 48 jam untuk bahwa pada lama fermentasi yang lebih dari
teh kompos ACT dan 72 jam untuk NCT. optimum produksi senyawa antibiotik yang
Teh kompos dapat menghambat dimiliki mikroba antagonis cenderung
pertumbuhan bakteri karena di dalam teh menurun.

A B C
Gambar 2. Penghambatan TehBKompos terhadap X. axonopodis
C pv. glycines (A)
C fermentasi 48 jam, (C)
kontrol (aquades), (B)Cteh kompos ACT dengan lama
the kompos NCT dengan lama fermentasi 72 jam.

Gambar 3. Penghambatan Mikroba Teh Kompos ACT dan NCT terhadap Pertumbuhan
X. axonopodis pv. glycines.

150
Jurnal HPT Volume 4 Nomor 3 September 2016

Intensitas Serangan Penyakit Pustul menyatu membentuk bercak berukuran lebih


Bakteri lebar.
Gejala pustul bakteri yang disebabkan Berdasarkan analisis sidik ragam
oleh bakteri X. axonopodis pv. glycines menunjukkan bahwa penggunaan teh kompos
mulai nampak 7 hari setelah inokulasi. ACT dan NCT dapat menekan intensitas
Gejala pustul bakteri berupa bercak-bercak penyakit pustul bakteri yang disebabkan oleh
kecil, terpisah satu sama lain, berwarna X. axonopodis pv. glycines pada tanaman
kuning hingga kecoklatan, bagian tengah kedelai. Pada 56 hst intensitas penyakit
berwarna kecoklatan (nekrosis) dengan tepi pustul bakteri pada kontrol dan perlakuan
bercak dikelilingi area berwarna kuning, bakterisida masing-masing mencapai
pustul dapat bergabung satu sama lain 36,19% dan 24%, sedangkan pada perlakuan
menghasilkan pustul yang lebih lebar, daun teh kompos ACT dan NCT baik teh kompos
menguning dan menyebabkan daun gugur murni, filtrat dan pengenceran 10-1 intensitas
lebih awal (Gambar 4). Rahayu (2012), penyakit pustul bakteri terendah yaitu antara
menyatakan bahwa infeksi bakteri X. 16-17% (Tabel 5). Hal ini menunjukkan
axonopodis pv. glycines menimbulkan bahwa teh kompos dapat menekan
bercak-bercak pada daun, bercak pustul perkembangan penyakit pustul bakteri pada
berwarna coklat dengan tepi bercak tanaman kedelai dan kemampuan
berwarna kuning (klorosis). Bercak pada penekanannya lebih tinggi dibandinkan
posisi yang berdekatan selanjutnya dapat bakterisida.

A B C
Gambar 4. Gejala Pustul Bakteri pada daun kedelai (A) Gejala awal (B) Gejala pada
permukaan atas daun (C) Gejala pada permukaan bawah daun.

Tabel 5. Rerata Intensitas Penyakit Pustul Bakteri (X. axonopodis pv. glycines) pada
Uji Penekanan Penyakit Pustul Bakteri Kedelai oleh Teh Kompos
Intensitas Penyakit (%) pada Hari Setelah Tanam ke-
Perlakuan
21 28 35 42 49 56
Kontrol 14,33c 20,3 c 26,23c 32,00c 35,21c 36,19c
Bakterisida 12,09b 15,02b 18,03b 20,58b 23,07b 24,00b
Teh kompos murni ACT 0,00 a 6,01 a 10,63a 13,72a 16,11a 16,44a
Filtrat ACT 0,00 a 8,43 a 12,14a 15,71a 17,19a 17,44a
-1
Pengenceran 10 ACT 0,00 a 7,95 a 11,93a 15,23a 16,50a 17,00a
Teh kompos murni NCT 0,00 a 6,49 a 10,96a 14,09a 16,36a 16,89a
Filtrat NCT 0,00 a 8,80 a 12,78a 15,72a 17,47a 17,78a
Pengenceran 10-1 NCT 0,00 a 8,06 a 12,09a 15,68a 16,94a 17,31a
Keterangan : Angka dalam tabel yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%

151
Kusuma et al., Aplikasi Teh Kompos Untuk Menekan Penyakit Pustul Bakteri...

Perlakuan teh kompos ACT dan NCT Biobakterisida Terhadap Pengendalian


berupa teh kompos murni, filtrat dan Bakteri Ralstonia Solanacearum.
pengenceran 10-1 menunjukkan hasil yang Fakultas Teknologi Industri Pertanian.
tidak berbeda nyata (Tabel 5). Hal ini Universitas Brawijaya. Malang.
menunjukkan bahwa aktivitas mikroba Deptan. 2014. Statistik Ekspor Impor
dalam teh kompos yang menghasilkan Komoditas Pertanian 2001- 2013.
senyawa yang bersifat antibakteri sehingga Direktorat Jendral Pengolahan dan
mampu menghambat perkembangan patogen Pemasaran hasil Pertanian Kementrian
tanaman. Hal ini sesuai penelitian Sari Pertanian RI.
(2013) bahwa mikroorganisme dalam teh Hendawy, S. F. 2008. Comparative Study of
kompos bermanfaat sebagai mikroba Organic and Mineral Fertilization on
antagonis dan menghambat pertumbuhan Plantago Arenaria Plant. J Appl Sci
patogen, bersaing mendapatkan nutrisi Res 4 (5): 500-506.
yang dibutuhkan patogen, mensekresi Hendra, H. A. dan Andoko, A. 2014.
metabolit (antimikroba) menjadi parasit bagi Bertanam Sayuran Hidroponik Ala
patogen secara langsung dan merangsang Paktani Hydrofram. Agromedia
ketahanan alami tanaman. Pustaka. Jakarta selatan.
Ingham, E. R. 2005. The Compost Tea
KESIMPULAN Brewing Manual. Edisi ke-5. Soil
Foodweb Incorporated. Oregon.
Jumlah populasi mikroba pada teh Mukhlas, M., dan Yushardi. 2012. Uji
kompos aerobik (ACT) lebih tinggi dari Kualitas Pupuk Organik Berdasarkan
pada teh kompos anaerobik (NCT). Teh Daya Hantar Listrik pada Campuran
kompos dapat menghambat pertumbuhan Kompos dan Jerami Padi. Jurnal
bakteri X. axonopodis pv. glycines dan Pembelajaran Fisika Universitas
menekan serangan penyakit pustul bakteri Jember. 1 (1) : 131- 137.
pada tanaman kedelai. Nasir. 2007. Pengaruh Penggunaan Pupuk
Bokasi Pada Pertumbuhan dan
DAFTAR PUSTAKA Produksi Padi Palawija dan Sayuran.
Diakses pada 7 Februari 2014.
Adimihardja, S. A., Setyono, Nurkhotimah. <http://dispertanak.Pandeglang. go.
2011. Pertumbuhan dan Produksi Tiga id/artikel-14.htm.
Varietas Tanaman Pak Choy (Brassica Rahayu, M. 2012. Keefektifan agens hayati
chinensis L.) Pada Berbagai Nilai Pseudomonas fuorescens dan ekstrak
Electrical Conducivity Larutan daun sirih terhadap penyakit bakteri
Hidroponik. Universitas Djuanda. 2 pustul Xanthomonas axonopodis pada
(1): 70- 86. kedelai. Di dalam: Prosiding Seminar
Nasional, Balitkabi; 2011 Nov 15;
Aini, M. H. 1992. Penyakit Bakteri Pada Bogor (ID): Pusat Penelitian dan
Kedelai Di Kalimantan Selatan : Pengembangan Tanaman Pangan.
Identifikasi Kehilangan Hasil, Dan 360- 370.
Kelangsungan Hidup Patogen. Ridlo, A. dan Suharjono. 2013. Dinamika
Disertasi Doktor. Institut Pertanian Kumunitas Dan Potensi Bakteri
Bogor. Bogor. Pendegradasi Linear Alkilbenzen
Damanik, Y., Hidayat, N., dan Anggarini, S. Sulfonat Pembentuk Biofilm Di
2014. Pengaruh Penambahan Molase Ekosistem Sungai Sunter. Universitas
dan Lama Waktu Fermentasi Pada Brawijaya. Malang. 196 - 200.
Kualitas Teh Kompos Sebagai

152
Jurnal HPT Volume 4 Nomor 3 September 2016

Rukayadi, Y., Suwanto, A., Tjahjono, B. dan Kotoran Sapi. Institut Pertanian Bogor.
Harling, R. 1999. Survival and Bogor
epiphytic ftness of a non pathogenic Suhastyo, A. A., Anas, I., Santosa, D. A.,
mutant of Xanthomonas campestris dan Lestari, Y. 2013. Studi
pv. glycines. J App Environ Mikrobiologi Dan Sifat Kimia
Microbiol. 66(3):1183-1189. Mikroorganisme Lokal (MOL) Yang
Sari, S. 2013. Pengaruh Penggunaan Teh Digunakan Pada Budidaya Padi
Kompos Untuk Menekan Metode Sri (System of Rice
Perkembangan Penyakit Hawar Daun Intensification). Institut Pertanian
(Pantoea sp.) pada Tanaman Jagung Bogor. 9(2).
(Zea mays L.). Tesis. Universitas Sweets, L. E; Wrather, A., dan Wright S.
Brawijaya. Malang. 2008. Soybean Diseases. University of
Semangun, H. 1991. Penyakit-Penyakit Missouri Extension.
Tanaman Pangan di Indonesia. Gadjah Yohanes, S. 2007. Kajian Tingkat
Mada University Press. Yogyakarta. Pencemaran Udara Oleh Gas dan H2S
Sucipto, I. 2009. Biogas Hasil Fermentasi Pada Proses Pengomposan Secara
Hidrolisat Bagas Menggunakan Aerob. Universitas Udayana. 13(1) :
Konsorium Bakteri Termofilik 25- 28.

153

You might also like