1 SM

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

KOMUNIKASI PEMBELAJARAN GURU KEPADA MURID DALAM

MEWUJUDKAN SEKOLAH RESPONSIF GENDER


PADA SMA NEGERI 4 KOTA PEKANBARU

Oleh: Wawan Gunawan


Dosen Pembimbing: Dr. Yasir, M.Si
Konsentrasi Hubungan Masyarakat - Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau
Kampus Bina Widya, Jl. H.R. Soebrantas Km 12,5 Simp. Baru, Pekanbaru 28293
Telp/Fax. 0761-63277

Abstract

SMA Negeri 4 Pekanbaru has made gender responsive schools one of the
school's flagship programs shown through the vision and mission of SMA Negeri 4
Pekanbaru. Creating a gender responsive school environment is not an easy thing,
teachers must implement gender responsiveness in learning activities so that the
growth of character between students to respect gender differences. The purpose of
this study was to determine the learning methods used, school facilities that are
gender responsive and the obstacles that occur in learning communication in
realizing gender responsive schools in SMA Negeri 4 Pekanbaru.
This study used qualitative research methods. Determination of informants
using purposive techniques. Data collection techniques consist of interviews,
observation, and documentation. While the data analysis technique uses descriptive
analysis according to Huberman and Miles. The data validity checking technique
used in this study is the extension of participation, triangulation.
The results showed that the application of gender responsiveness in learning
communication was seen in 5 methods namely lecture method, question and answer
method, practice or demonstration method, discussion and presentation method, and
assignment method. Meanwhile school facilities that are gender responsive are
learning communication media consisting of audio media, visual media and
audiovisual media. Other gender-responsive school facilities, namely, the
arrangement of classrooms that pay attention to the special needs of male and female
students in the classroom, school toilets that are designed to be safe to avoid
breakdowns and sexual harassment in toilets, and the number of female toilets is
greater than male toilets in which there are clothes hangers, trash cans and mirrors,
and there are special spaces that are separated in order to create comfort in the
school environment such as counseling booths, UKS rooms, parking lots, worship
spaces and places of ablution. During running this program there are several
obstacles that occur in communication of gender responsive learning. These are the
obstacles of lack of community participation, psychological barriers and barriers to
communicators.

Keyword: Learning Communication, Gender Responsive, Critical Pedagogy.

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 1


PENDAHULUAN
Gender dapat didefinisikan Salah satu bentuk dari komitmen
sebagai pembedaan peran, atribut, dari Provinsi Riau ditunjukkan melalui
sikap tindak atau perilaku, yang penetapkan sekolah berwawasan
tumbuh dan berkembang dalam responsif gender. Sekolah berwawasan
masyarakat atau orang yang dianggap responsif gender adalah suatu sekolah
masyarakat pantas untuk laki-laki dan yang baik aspek akademik, sosial,
perempuan. Sebagai contoh, di dalam aspek lingkungan fisiknya, maupun
sebuah masyarakat peran laki-laki lingkungan masyarakatnya
digambarkan sebagai kepala keluarga, memperhatikan secara seimbang baik
peran perempuan sebagai seorang ibu kebutuhan spesifik untuk laki-laki
rumah tangga. maupun perempuan. Sekolah responsif
Peran dan tanggung jawab serta gender memiliki tujuan untuk
relasi sosial antara perempuan dan memberikan kesempatan yang sama
laki-laki dibuat dengan harapan terhadap laki-laki maupun perempuan
dipelajari dan disosialisasi sejak dini. dalam mendapatkan akses, partisipasi,
Hal tersebut didapat dari cara belajar kontrol, dan manfaat pembangunan
dan budaya atau tradisi yang dianut pendidikan secara adil dan setara.
secara turun-temurun, perilaku itu Sekolah responsif gender juga
disahkan oleh masyarakat sebagai diharapkan dapat memenuhi
budaya setempat. Gender adalah kebutuhan gender seperti hak publik
produk budaya, maka gender dapat pada perempuan, sarana dan prasarana
berubah dari waktu ke waktu sesuai yang ramah gender, dan mengurangi
dengan kondisi masyarakat serta tindak kekerasan terhadap peserta
bernegara, dapat berbeda di antara didik (Yenita Roza dkk, 2016).
budaya bahkan di dalam budaya yang Salah satu sekolah yang
sama (Kemen PPPA,2013: 21-22). berkomitmen mewujudkan kesetaraan
Provinsi Riau adalah salah satu dan keadilan gender adalah SMA
provinsi yang berkomitmen untuk Negeri 4 Pekanbaru. Komitmen itu
mewujudkan kesetaraaan gender. Hal ditunjukan melalui visi SMA Negeri 4
ini didukung dengan prestasi yang Pekanbaru yaitu “terwujudnya sekolah
diraih oleh Provinsi Riau yakni responsif gender” dan dijabarkan
berhasil berada di urutan 13 pada melalui misi sekolah yaitu
Anugerah Parahita Ekapraya (APE) “menyelenggarakan kegiatan
2018 dan berhak meraih kategori berwawasan gender”.
Madya. Penghargaan ini merupakan Sekolah ini terletak di perkotaan
bentuk apresiasi dari Pemerintah Pusat yang memungkinkan munculnya
kepada daerah yang telah berupaya pergaulan bebas dan rawan terjadi
dan berkomitmen dalam melaksanakan kekerasan berbasis gender baik secara
pembangunan Pemberdayaan fisik maupun verbal. Jumlah peserta
Perempuan dan Perlindungan Anak didik di sekolah ini juga tergolong
(PPPA) melalui strategi banyak, dimana terdapat 31
pengarusutaamaan gender (PUG). rombongan belajar di sekolah ini. Hal
tersebut tentu memerlukan

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 2


pengawasan dan kontrol yang lebih dan sikap mental) murid, sehingga
terhadap tindakan peserta didik. tujuan pendidikan yang ingin dicapai
Penerapan sekolah responsif dapat terwujud.
gender di SMA Negeri 4 Pekanbaru Dalam hal ini tentunya guru
dapat dilihat pada proses pembelajaran harus dapat menggunakan proses
di kelas. Hal ini tidak luput dari komunikasi pembelajaran yang efektif
peranan guru yang telah menerapkan dalam proses pembelajaran kepada
kesetaraan gender kepada peserta didik muridnya agar dapat menerapkan
di SMA Negeri 4 Pekanbaru dalam kesetaraan gender di lingkungan
setiap kegiatan pembelajaran di kelas sekolah hingga tercapainya tujuan dari
dengan memastikan perlakuan yang komunikasi yang dilakukan guru
guru berikan kepada murid haruslah dalam proses pembelajaran.
adil dan berkesetaraan serta tidak Penelitian ini bertujuan untuk (1)
menggunakan istilah atau mengetahui metode pembelajaran yang
perumpamaan yang menyudutkan diterapkan guru dalam mewujudkan
salah satu gender. sekolah responsif gender. (2)
Hal ini tentunya sejalan dengan mengetahui fasilitas sekolah yang
teori Pedagogik Kritis Paulo Freire. digunakan guru dalam mewujudkan
Konsep Pendidikan Kritis (pedagogik sekolah responsif gender. (3)
kritis) atau pedagogik pembebasan mengetahui hambatan yang terjadi
merupakan suatu bentuk penyadaran didalam komunikasi pembelajaran
dengan tujuan pembebasan peserta dalam mewujudkan sekolah responsif
didik, terhadap ketertindasan saat gender.
proses pencarian pengetahuan.
Ketertindasan ini muncul akibat TINJAUAN PUSTAKA
konsep pendidikan gaya bank yang Konsep pendidikan kritis
memandang manusia sebagai makhluk (pedagogik kritis) atau pedagogik
yang dapat disamakan dengan sebuah pembebasan merupakan suatu bentuk
benda dan gampang diatur (Mabruroh, penyadaran dengan tujuan pembebasan
dkk: 3). Melalui pedagogik kritis peserta didik, terhadap ketertindasan
Freire mengingatkan mengenai hakikat saat proses pencarian pengetahuan.
dari pendidikan itu sendiri, yang Ketertindasan ini muncul akibat
merupakan upaya memanusiakan konsep pendidikan gaya bank yang
manusia. Melalui pendidikan memandang manusia sebagai makhluk
diharapkan manusia dapat berperan yang dapat disamakan dengan sebuah
adil dalam dinamika kehidupan. benda dan gampang diatur. Paulo
Guru merupakan faktor penting Freire (dalam Mabruhoh, dkk: 3)
dalam memberikan pembelajaran menjelaskan bahwa:
kepada murid untuk menghasilkan Dalam konsep gaya bank,
murid yang berkualitas. Melalui peran pengetahuan merupakan sebuah
serta guru, proses transfer ilmu ke anugerah yang dihibahkan oleh mereka
murid dapat berjalan. Interaksi guru yang menganggap diri berpengetahuan
dan murid yang berjalan dengan baik kepada mereka yang dianggap tidak
dapat menghasilkan perubahan memiliki pengetahuan apa-apa.
perilaku (pengetahuan, keterampilan Menganggap bodoh secara mutlak

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 3


orang lain, sebuah ciri dari ideologi pembelajaran, bukan objek dari
penindasan, berarti mengingkari pembelajaran (Mabruhoh, dkk: 4).
pendidikan dan pengetahuan sebagai
proses pencarian. Guru menampilkan Komunikasi Pembelajaran
diri dihadapan murid-muridnya Komunikasi pembelajaran
sebagai orang yang berada pada pihak adalah proses penyampaian gagasan
yang berlawanan; dengan menganggap dari seseorang kepada orang lain
mereka mutlak bodoh, maka dia supaya mencapai keberhasilan dalam
mengukuhkan keberadaan dirinya mengirim pesan kepada yang dituju
sendiri. Para murid bagaikan budak secara efektif dan efisien dengan
terasing dalam dialektika. harapan adanya perubahan perilaku ke
Konsep pendidikan gaya bank arah yang lebih baik di masa yang
inilah yang mendorong seorang tokoh akan datang. Perubahan perilaku yang
bernama Paulo Freire sebagai tokoh dimaksud terutama pada aspek
perintis Pendidikan Kritis. Pendidikan kognitif, afeksi, dan psikomotor.
Kritis, dalam kaitannya dengan Dalam kegiatan belajar mengajar,
sosiologi tidak dapat terlepas dari teori komunikasi antar pribadi merupakan
kritis masyarakat. Tilaar (2012: 225) suatu keharusan, agar terjadi hubungan
menjabarkan bahwa: yang harmonis antara pengajar dengan
Dari penjabaran di atas, peserta belajar. Keefektifan
pendidikan merupakan sebuah kajian komunikasi dalam kegiatan belajar
pengetahuan yang bertujuan sebagai mengajar ini sangat tergantung dari
media pembebasan. Terlebih untuk kedua belah pihak. Pengajar
Pendidikan Kritis yang tujuan memegang kendali kelas, maka
utamanya memang untuk pembebasan tanggung jawab terjadinya komunikasi
peserta didik. dalam kelas yang sehat dan efektif
Berkaitan dengan Pendidikan terletak pada tangan pengajar.
Kritis, belajar dalam pandangan Paulo Keberhasilan pengajar dalam
Freire dijabarkan sebagai sebuah mengemban tanggung jawab tersebut
bentuk penemuan kembali dipengaruhi oleh keterampilannya
(reinventing), penciptaan kembali dalam melakukan komunikasi ini.
(recreacting), penulisan ulang Terkait dengan proses pembelajaran,
(rewriting), dan ini merupakan tugas komunikasi dikatakan efektif jika
seorang subjek, bukan objek (Freire, pesan yang dalam hal ini adalah materi
2007: 29). Proses belajar membaca dan pelajaran dapat diterima dan dipahami,
menulis, sebagai contoh, adalah proses serta menimbulkan umpan balik yang
yang kreatif yang melibatkan positif (Supriadie,2012:14)
pemahaman yang kritis atas kenyataan Dilihat dari prosesnya,
yang ada. Pengetahuan yang telah komunikasi dibedakan atas
mereka miliki sebagai hasil analisis komunikasi verbal dan komunikasi
mereka terhadap praksis dalam nonverbal. Komunikasi verbal adalah
kehidupan sosial, terbuka terhadap komunikasi dengan menggunakan
pengetahuan baru (Freire, 2008: 31). bahasa, baik bahasa tulis maupun
Dalam konsep Pendidikan Kritis, bahasa lisan. Sedangkan komunikasi
peserta didik dijadikan sebagai pusat nonverbal adalah komunikasi yang

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 4


menggunakan isyarat, gerak gerik, Media Komunikasi Pembelajaran
gambar, lambang, mimik muka, dan Media berasal dari kata medium
sejenisnya. artinya secara harfiah ialah perantara,
Didalam kegiatan komunikasi penyampai atau penyalur. Media
pembelajaran agar berjalan secara dalam kegiatan komunikasi
efektif diharuskan adanya komunikator instruksional ialah yang bentuk
sebagai pihak pengajar, komunikan maupun fungsinya sudah dirancang
dan media. Pada komunikasi sehingga bisa digunakan untuk
pembelajaran guru, pengajar atau memperlancar kegiatan proses belajar
instruktur atau pelatih merupakan mengajar pada pihak sasaran, bahkan
sumber utama dalam pemberian memperjelas gagasan yang
pelajaran, metode, menerangkan dan disampaikan komunikator dalam
menyampaikan sebuah materi yang kegiatannya. Dia juga berfungsi
akan disampaikan kepada murid yang mengandung dan bahkan memperjelas
berperan sebagai komunikan. ide-ide atau gagasan-gagasan yang
disampaikan oleh komunikator dalam
Metode Komunikasi Pembelajaran kegiatannya (Yusuf, 2010:226).
Metode (method) secara harfiah Menurut Sudirman (dalam
artinya cara. Metode dapat dikatakan Arsyad, 2013:18) media bisa
sebagai jalan atau langkah untuk dikelompokkan kedalam 3 bagian :
mencapai tujuan. Metode merupakan Pertama, media audio : media yang
bagian dari strategi, artinya suatu hanya mengandalkan kemampuan
teknik atau cara tersusun secara suaranya saja, seperti radio, telepon,
sistematis untuk melakukan suatu rekaman audio, dan pita suara. Kedua,
pekerjaan atau kegiatan yang sudah media visual : media yang hanya
direncanakan dalam strategi. Metode mengandalkan indra penglihatan,
merupakan bagian dari strategi, artinya seperti gambar, lukisan, film strip,
suatu teknik atau cara yang untuk slide, OHP (over head projector), dan
melaksanakan suatu pekerjaan atau cetakan. Ketiga, media audiovisual :
kegiatan yang sudah direncanakan media yang mempunyai unsur suara
dalam strategi (Yusuf, 2010:275). dan unsur gambar. Jenis ini
Dalam proses belajar dan mempunyai kemampuan yang lebih
mengajar, perlu diperhatikan metode baik, karena meliputi kedua jenis
pembelajaran yang digunakan oleh media yang pertama dan kedua seperti
guru terhadap murid yang berada film, televisi, dan video.
dalam kelas. Metode pembelajaran Dapat di tarik kesimpulan bahwa
merupakan bagian dari komunikasi media komunikasi adalah suatu alat
instruksional. Dengan menggunakan atau perantara yang dapat digunakan
metode pembelajaran guru dapat untuk memudahkan atau
melakukan atau menyajikan materi memperlancar proses komunikasi yang
pelajaran kepada murid untuk dilakukan komunikator kepada
mencapai suatu tujuan (Anggraini, komunikannya dalam kegiatan belajar
2017:7). mengajar.

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 5


Hambatan Komunikasi pengumpulan data sedalam-dalamnya.
Pembelajaran Menurut Strauss dan Corbin (dalam
Hambatan dalam komunikasi Moleong, 2010:11) yang dimaksud
pembelajaran adalah penghalang atau dengan penelitian kualitatif adalah
hal-hal yang dapat mempengaruhi jenis penelitian yang menghasilkan
kelancaran kegiatan instruksional penemuan-penemuan yang tidak dapat
dengan titik berat pada faktor diperoleh dengan menggunakan
komunikasi yang direncanakanya atau prosedur-prosedur statistik atau cara-
segi-segi komunikasi yang cara lain dari kuantifikasi
menghambat kegiatan atau bahkan (pengukuran). Data yang dihasilkan
proses instruksional. Hambatan- dari metode penelitian kualitatif
hambatan tersebut bisa datang dari berupa data deskriptif. Data deskriptif
berbagai pihak, antara lain pihak guru merupakan data yang berupa kata-kata,
selaku komunikator dan murid selaku gambar dan bukan angka-angka.
komunikan. Selain itu juga,
penggunaan media yang tidak tepat, Objek Penelitian
penyusunan pesan yang keliru bisa Objek penelitian adalah segala
menjadi kendala pada komunikasi sesuatu yang hendak diteliti pada suatu
pembelajaran yang menghambat penelitian (Alwasilah, 2006:115).
tujuan pendidikan, hal tersebut Objek penelitian pada penelitian ini
dinamakan hambatan pada saluran adalah komunikasi pembelajaran guru
komunikasi (Yusuf, 2010:193). kepada murid dalam mewujudkan
Dan yang dianggap paling sekolah berwawasan responsif gender
penting ialah hambatan-hambatan pada SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru.
yang terjadi pada pihak sasaran karena
pihak inilah yang menjadi tujuan akhir Teknik Pengumpulan Data
dari seluruh tindakan pembelajaran. Teknik pengumpulan data adalah
Cowley mengatakan bahwa hambatan- cara-cara yang dapat digunakan
hambatan pada sasaran ini menduduki penulis untuk mengumpulkan data.
pihak yang lebih besar Pada penelitian ini diperlukan
kemungkinanya, karena persepsi keberadaan informan yang dapat
sasaran terhadap pesan yang dimanfaatkan untuk memberikan
disampaikan komunikator bisa informasi tentang situasi dan kondisi
ditafsirkan salah berkaitan dengan latar belakang penelitian (Moleong,
masalah kepribadian pihak sasaran itu 2005:90). Teknik pengumpulan data
sendiri (Yusuf, 2010:193). yang dilakukan pada penelitian ini
adalah wawancara, observasi, dan
METODE PENELITIAN dokumentasi.
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan Teknik Analisis Data
penelitian deskriptif kualitatif. Teknik analisis data yang
Penelitian kualitatif bertujuan untuk digunakan pada penelitian ini mengacu
menjelaskan fenomena dengan pada model interaktif dari Miles dan
sedalam-dalamnya melalui Huberman untuk menganalisis data

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 6


hasil penelitian. Tahapannya meliputi kepada siswa yang pada umumnya
pengumpulan data, reduksi data, diikuti secara pasif. Sebagai tahap
penyajian data dan penarikan awal, metode ini sangat membantu
kesimpulan. para siswa dalam memahami
kesetaraan gender yang sesungguhnya,
HASIL DAN PEMBAHASAN karena pada metode ini guru
Metode Komunikasi Pembelajaran memberikan materi pembelajaran
Yang Digunakan Guru di SMA kepada seluruh siswa tanpa ada
Negeri 4 Pekanbaru pembedaan.
Metode merupakan bagian dari Ketika guru menggunakan metode
strategi, artinya suatu teknik atau cara ceramah pada kegiatan belajar mengajar
yang tersusun secara sistematis untuk responsif gender di terapkan karena ketika
melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan guru menyampaikan materi pembelajaran
yang saudah direncanakan dalam strategi guru harus menyamaratakan siswa laki-
(Pawit,2010:275). Beberapa metode laki dan perempuan dan tidak boleh
komunikasi pembelajaran yang digunakan membedakan siswa. Metode ceramah
oleh para guru sekolah ini dipilih menuntut siswa untuk mendengarkan guru
berdasarkan materi ajar yang didalam yang menyampaikan materi pembelajaran
materi tersebut guru tetap menerapkan sehingga siswa dapat menangkap apa yang
kesetaraan gender. Hal ini agar siswa disampaikan guru tanpa merasa
dapat dengan mudah memahami dan dibedakan.
menerapkan apa yang disampaikan oleh Dalam menggunakan metode
guru. ceramah guru menginstruksikan
Metode pembelajaran yang kepada siswa untuk mendengarkan dan
diterapkan dan responsif gender pun telah
memperhatikan apa yang disampaikan
diterapkan di metode pembelajaran yang
akan digunakan. Akan tetapi ketika guru oleh guru. Karena diharapkan dengan
menyampaikan pembelajaran tidak hanya mendengar dan memperhatikan siswa
terpaku pada satu jenis metode saja bisa mampu mencerna informasi yang
saja guru menggabungkan beberapa disampaikan oleh guru.
metode pembelajaran sesuai dengan
materi pembelajaran yang disampaikan 2. Metode Tanya Jawab
agar siswa bisa dengan mudah memahami Metode tanya jawab yaitu cara
pesan pembelajaran yang disampaikan penyampaian suatu pelajaran melalui
oleh guru. Dari hasil data yang diperoleh interaksi dua arah dari guru kepada
di lapangan, guru-guru SMA Negeri 4 siswa atau dari siswa kepada guru agar
Pekanbaru menggunakan lima (5) metode diperoleh jawaban kepastian materi
komunikasi pembelajaran yaitu:
melalui jawaban lisan guru atau siswa.
1. Metode Ceramah Metode tanya jawab ini dilakukan
Metode ceramah yaitu metode untuk memastikan apa yang
dengan memberikan uraian atau disampaikan guru dapat dipahami
penjelasan sejumlah siswa pada waktu siswa. Pada metode tanya jawab ini
dan tempat tertentu. Dengan kata lain, seluruh siswa memiliki kesempatan
metode ini merupakan sebuah metode untuk bertanya apabila ada hal yang
mengajar dan menyampaikan dia kurang mengerti dan seluruh siswa
informasi dan pengetahuan secara lisan juga memiliki kesempatan untuk
menjawab pertanyaan yang

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 7


dilontarkan oleh guru atau temannya siswa dan dapat membantu dalam
sendiri apabila dia mengerti akan proses pembelajaran karena menguji
pertanyaan tersebut. daya ingat siswa terhadap suatu hal
Metode tanya jawab biasanya yang disampaikan.
diterapkan bersamaan metode
ceramah, ketika guru sudah selesai 4. Metode Diskusi Dan Presentasi
menyampaikan materi pembelajaran, Pada metode ini guru-guru
guru membuka kesempatan bagi siswa memberikan kesempatan untuk siswa
yang belum memahami secara penuh dalam berinteraksi di kelas, siswa juga
materi pembelajaran untuk bertanya. diharapkan untuk mencari terlebih
Pada saat siswa bertanya guru dituntut dahulu mengenai materi pembelajaran
untuk adil dalam menjawab yang akan dipelajari, kemudian
pertanyaan, guru tidak boleh hanya didiskusikan dan dipresentasikan di
memilih salah satu gender siswa saja depan kelas, dan guru mengkoreksi
yang bertanya, guru harus lah memilih hasil yang didapatkan oleh siswa. Hal
secara adil pertanyaan yang akan ini diharapkan guru untuk menjadikan
dijawab. siswa lebih aktif dan terlibat langsung
dalam pembelajarannya, juga untuk
3. Metode Praktik dan mendukung metode pemberian tugas
Demonstrasi yang nantinya akan diberikan guru
Metode praktik atau demonstrasi kepada siswa. Selain itu, siswa akan
merupakan cara penyajian pelajaran lebih tertarik dengan metode ini
dengan memperagakan dan dikarenakan tidak monoton dan lebih
memperlihatkan pada siswa tentang menjadikan mereka berpikir lebih
suatu proses, situasi atau benda kreatif.
tertentu yang sedang dipelajari baik Proses metode diskusi dan
dalam bentuk sebenarnya maupun presentasi ini menghidupkan suasana
dalam bentuk urusan yang belajar mengajar karena siswa tidak
dipertunjukan oleh guru atau sumber diam dan pasif dalam belajar, namun
belajar lain yang ahli dalam topik aktif dalam prosesnya. Namun, hal ini
bahasan yang harus dipraktekkan atau perlu diawasi oleh guru sebagai
didemonstrasikan. Metode praktik atau pengajar yang harus tetap mengawasi
demonstrasi ini metode yang paling dan meluruskan proses diskusi dan
efektif sebagai penerapan responsif presentasi ini agar tidak terjadi
gender karena pada metode praktik kesalahan pemahaman siswa terkait
atau demonstrasi semua siswa materi pembelajaran.
dianggap setara tanpa ada pembedaan.
Siswa laki-laki dan perempuan 5. Metode Pemberian Tugas
melakukan praktik yang sama dengan Metode pemberian tugas adalah
alat yang sama dan tak menutup cara penyajian bahan pelajaran dengan
kemungkinan siswa dan siswi dibentuk cara memberikan tugas tertentu agar
menjadi satu kelompok, sehingga siswa melakukan kegiatan belajar dan
siswa tidak merasa cemburu pada kemudian hasil pelaksanaan tugas itu
salah satu gender. Metode praktik atau dilaporkan kepada guru. Metode
demonstrasi ini sangat disukai oleh pemberian tugas ini merupakan

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 8


metode yang diterapkan disemua kelas kemudahan dalam proses belajar
di SMA Negeri 4 Pekanbaru. Metode mengajar pihak sasaran. Media juga
pemberian tugas diberikan kepada berfungsi untuk memperjelas gagasan-
siswa laki-laki dan perempuan tanpa gagasan yang disampaikan oleh
adanya pembedaan tugas. komunikator didalam proses
Metode pemberian tugas yang pembelajaran. Media komunikasi
diterapkan guru dalam pembelajaran di pembelajaran yang digunakan dalam
kelas ada beberapa manfaat proses pembelajaran di SMA Negeri 4
diantaranya, untuk meningkatkan Pekanbaru adalah:
aktivitas belajar siswa, untuk 1. Media Audio
menumbuhkan kebiasan untuk belajar Media audio dalam pembelajaran
mencari dan menemukan, untuk merupakan suatu bahan atau media
mengembangkan keberanian tanggung yang mengandung pesan atau bentuk
jawab terhadap diri sendiri, untuk auditif (pita suara atau cakram suara)
meningkatkan kelancaran siswa dalam yang dapat merangsang pikiran,
berkomunikasi dan memungkinkan perasaan, perhatian,dan kemauan
untuk memperoleh hasil belajar yang siswa sehingga terjadi proses belajar
permanen. mengajar (Arsyad 2013:18).
Penggunaan media audio bertujuan
Fasilitas Sekolah Yang Responsif untuk melatih kemampuan siswa
Gender di SMA Negeri 4 Pekanbaru dalam hal mendengar. Melalui proses
Fasilitas dalam dunia pendidikan mendengar siswa dapat menyimpulkan
berarti segala sesuatu yang bersifat suatu cerita atau teks yang dibacakan
fisik maupun material, yang dapat melalui suara rekaman.
memudahkan terselenggaranya dalam Media audio yang digunakan di
proses belajar mengajar, misalnya SMA Negeri 4 Pekanbaru adalah
dengan tersedianya tempat melalui rekaman yang diputar
perlengkapan belajar di kelas, media menggunakan speaker, melalui media
pembelajaaran dan alat-alat peraga, tersebut guru dapat dengan mudah
buku pelajaran, perpustakaan, berbagai memberikan arahan kepada siswa
perlengkapan pratikum laboratorium tentang materi yang hendak
dan segala sesuatu yang menunjang disampaikan. Media audio juga
terlaksananya proses belajar mengajar. sebagai salah satu media yang
A. Media Pembelajaran mendukung kesetaraan gender, karena
Fasilitas sekolah yang digunakan pada penggunaannya media audio
untuk mendukung kelancaran dapat didengar dengan adil oleh siswa
pelaksanaan metode komunikasi laki-laki dan siswa perempuan, tidak
pembelajaran yang pertama berupa ada media audio yang dibedakan oleh
media atau alat bantu didalam proses guru untuk didengarkan oleh salah satu
komunikasi pembelajaran. Media jenis kelamin saja. Melalui media
komunikasi pembelajaran yang audio guru dapat dengan mudah
dimaksud adalah segala bentuk sarana memberikan arahan kepada siswa, dan
pendidikan yang berfungsi sebagai alat kemudian siswa dapat dengan mudah
penyalur atau pembawa pesan, dan menerima arahan yang diberikan oleh
dapat digunakan untuk memberikan guru

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 9


2. Media Visual Negeri 4 Pekanbaru terdapat rambu-
Buku pegangan yang digunakan rambu gender yang dibuat sekolah
siswa SMA Negeri 4 Pekanbaru dengan tujuan sebagai petunjuk untuk
sangatlah wajib dimiliki oleh setiap siswa melakukan dan menempat kan
siswa. Para guru di SMA Negeri 4 dirinya agar sesuai dengan arahan yang
Pekanbaru sangat memperhatikan telah ditetapkan sekolah, tujuan lain
buku pegangan yang digunakan oleh dari rambu gender ini sebagai upaya
siswa karena buku pegangan akan untuk mengurangi tindakan rebutan
mempermudah siswa untuk parkir antara siswa laki-laki dengan
mengaplikasikan arahan yang siswa perempuan. Dan rambu- rambu
diberikan oleh guru. Dengan adanya pada toilet tentunya sebagai bentuk
buku pegangan, siswa akan terlatih pemisahan agar tidak mengurangi
untuk membaca dan memperhatikan kenyamanan masing masing gender
setiap teks bacaan yang ada didalam siswa.
buku. 3. Media Audiovisual
Selain buku pegangan, media Media audiovisual yaitu jenis
visual yang selanjutnya digunakan media yang selain mengandung unsur
yaitu alat peraga. Alat peraga suara juga mengandung unsur gambar
digunakan sebagai media untuk yang bisa dilihat, misalnya rekaman
membantu dan menarik minat siswa video, berbagai ukuran film, slide
dalam belajar. Penggunaan alat peraga suara, dan lain sebagainya (Arsyad,
juga memberikan kemudahan bagi 2013:18). Media audiovisual memiliki
guru dalam menjelaskan materi peran sebagai penunjang dalam
pembelajaran kepada siswa. Dengan penerapan metode pembelajaran yang
menggunakan alat peraga akan akan meningkatkan kualitas interaksi
memberikan kesan yang nyata bagi siswa dengan guru maupun lingkungan
siswa sehingga siswa dapat belajarnya sehingga mampu
membayangkan suatu objek dengan meningkatkan kualitas kegiatan proses
adanya alat peraga. Melalui alat peraga pembelajaran.
siswa dapat melihat dan mempelajari Media audiovisual yang
situasi yang nyata sehingga siswa digunakan adalah video dan film
mendapatkan gambaran terhadap menjadi salah satu media yang sangat
materi pembelajaran tidak hanya efektif di dalam pembelajaran. Video
membayangkan saja. dan film yang disajikan oleh guru
Media visual lainnya yang merupakan video dan film yang sarat
digunakan dalam proses pembelajaran dengan materi pembelajaran. Video
adalah melalui gambar dan rambu dan film sangat membantu dalam
rambu gender. Gambar disini proses belajar dan mengajar, karena
digunakan untuk menjadikan proses dengan adanya video dan film dapat
pembelajaran terkesan tidak monoton menghidupkan suasana belajar
dan mengasyikan bagi siswa. Gambar sehingga siswa tidak merasa jenuh
dapat mengatasi masalah ruang dan dibandingkan dengan hanya
waktu karena tidak semua objek dapat mendengarkan guru menjelaskan di
dilihat oleh siswa dalam waktu yang depan kelas.
bersamaan. Selain gambar di SMA

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 10


B. Sarana dan Prasarana karena naluri perempuan untuk tampil
Dalam proses pembelajaran, hal sempurna. Di toilet perempuan juga
yang harus diperhatikan sekolah demi terdapat tong sampah yang sangat
terciptanya kegiatan pembelajaran diperlukan siswa perempuan terlebih
yang efektif adalah penggunaan sarana ketika siswi PMS, tong sampah disini
dan prasarana yang responsif gender akan memudahkan siswi perempuan
yang disesuaikan dengan kebutuhan untuk membuang pembalut sehingga
laki-laki dan perempuan. Sarana dan siswi perempuan tidak perlu khawatir
prasarana yang pertama adalah atau binggung untuk membuang
penataan ruang kelas, ruang kelas sampah pembalut tersebut. Di toilet
selain memperhatikan pemenuhan laki-laki hanya ditemukan gantungan
standar operasional untuk proses pakaian untuk memudahkan siswa
pembelajaran, juga diharapkan laki-laki menggantung ketika hendak
memenuhi kebutuhan spesifik laki-laki buang air besar.
dan perempuan. Ciri khas dari konsep Sarana prasarana lainnya yang
ruang kelas di SMA Negeri 4 adalah mendukung responsif gender adalah
penggunaan meja belajar SMA Negeri 4 menyediakan ruang
menggunakan penutup depannya, hal pelayanan khusus laki-laki dan
ini dilakukan oleh pihak sekolah perempuan di ruang BK. Hal ini
bertujuan untuk menjaga organ dilakukan agar siswa dapat leluasa
perempuan agar aman. Dan guru ketika hendak berkonsultasi pada Guru
mengatur tempat duduk di kelas BK tanpa takut karena sudah ada
dengan membertimbangkan kebutuhan ruangan khusus dan juga untuk
dan kesempatan semua siswa agar menghindari tindakan yang tidak
semua siswa mendapatkan hak dan seharusnya ketika berada diruangan
kesempatan yang sama dan adil untuk BK. Selanjutnya di ruang UKS SMA
mendapatkan pembelajaran. Negeri 4 pelayanan kesehatan untuk
Sarana dan prasarana selanjutnya siswa laki laki dan perempuan disekat
yang menunjang sekolah responsif bukan hanya menggunakan tirai. Agar
gender di SMA Negeri 4 Pekanbaru saat perawatan tidak disalahgunakan
yaitu toilet, jumlah toilet perempuan oleh siswa di SMA Negeri 4
lebih banyak dibandingkan toilet laki- Pekanbaru. Dan yang terakhir ialah
laki, hal ini didasari karena ketika pemisahan ruangan beribadah dan
perempuan di toilet akan memakan tempat wudhu agar siswa SMA Negeri
waktu lebih lama dibandingkan laki- 4 Pekanbaru lebih khusuk dalam
laki ke toilet. Di toilet perempuan beribadah dan untuk siswa perempuan
SMA Negeri 4 menyediakan lebih nyaman untuk berwudhu tanpa
gantungan untuk meletakan pakaian, takut kelihatan auratnya oleh lawan
tas atau sejenisnya yang dibawa jenis karena tempat wudhu yang
perempuan ketika ke toilet, karena dipisah.
ketika siswi perempuan ketoilet pasti
membawa peralatan yang cukup Hambatan Komunikasi
banyak selanjutnya disediakan cermin, Pembelajaran Responsif Gender
karena ketika siswi perempuan selesai Pada saat melakukan komunikasi
dari toilet, pasti memerlukan cermin pembelajaran dengan siswa, proses

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 11


yang terjadi tidak selalu berjalan responsif gender di SMA Negeri 4
mulus karena akan selalu ada adalah masih kurang mendapat
hambatan yang menjadi kendala perhatian dari siswa, sehingga banyak
tercapainya kelancaran didalam proses siswa yang belum mengetahui tentang
komunikasi pembelajaran. Yang maksud dan tujuan dari program
dimaksud dengan hambatan didalam sekolah responsif gender yang telah
komunikasi intruksional adalah segala diterapkan sejak tahun 2015 di SMA
bentuk penghalang atau hal-hal yang Negeri 4, akan tetapi tanpa mereka
dapat mempengaruhi kelancaran sadari mereka telah menerapkannya
komunikasi intruksional (Pawit, namun tidak mengetahui yang
2010:192). Hambatan-hambatan sebenarnya mereka terapkan ialah
tersebut bisa datang dari berbagai responsif gender.
pihak seperti komunikator, audiensi, 3. Hambatan Pada Komunikator
media/saluran, ataupun komunikan Hambatan pada komunikator
yang dapat menjadi penghalang juga mempengaruhi kelancaran
kelancaran komunikasi pembelajaran. komunikasi pembelajaran. Hambatan
Hambatan-hambatan komunikasi pada komunikator yang terjadi adalah
pembelajaran yang terjadi di SMA dimana guru yang menjadi
Negeri 4 Pekanbaru diantaranya: komunikator dituntut untuk
1. Hambatan Kurangnya Partisipasi menyampaikan materi pembelajaran
Hambatan kurangnya partisipasi dengan maksimal, akan tetapi masih
masyarakat yang terjadi yaitu adanya kerap ditemui guru yang merasa puas
pertentangan dari laki-laki akan dengan caranya yang monoton dalam
kesalah pemahaman informasi yang di mengajar. Dan hambatan pada
terima terkait program sekolah komunikator berikutnya adalah pada
responsif gender ini, hingga kegiatan proses belajar dan mengajar
menjadikan program ini sebagai bahan masih terdapat guru yang
bercandaan dan sindiran dari staff laki- mempriotitaskan siswa-siswa yang
laki di sekolah terkait responsif dianggap pintar dan aktif sehingga tak
gender. Dan masih kurangnya jarang siswa-siswa yang lain merasa
partisipasi dan kesadaran dari pesimis dengan kemampuannya karena
masyarakat akan pentingnya kalah cepat dengan siswa yang pintar
penerapan sekolah responsif gender tersebut.
ini.
2. Hambatan Psikologis KESIMPULAN
Hambatan psikologis yaitu Berdasarkan hasil pembahasan
hambatan yang merupakan unsur- penelitian pada penulisan ini, maka di
unsur dari kegiatan psikis manusia peroleh kesimpulan sebagai berikut:
(Ardianto,2007:89). Hambatan yang 1. Komunikasi pembelajaran
terjadi dipengaruhi oleh motivasi, responsif gender yang dilakukan
perhatian, minat dan bakat, oleh guru di SMA Negeri 4
kemampuan, daya ingat, baik dari Pekanbaru sudah terlaksana
komunikator ataupun dari komunikan. dengan baik, hal ini terlihat dari
Hambatan psikologi yang terjadi guru telah menggunakan cara
dalam komunikasi pembelajaran yang yang telah disesuaikan dengan

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 12


kemampuan dan kebutuhan SARAN
siswa. Adapun metode 1. Perlu adanya melalukan
komunikasi pembelajaran sosialisasi terkait sekolah
responsif gender yang digunakan responsif gender kepada siswa
yaitu metode ceramah, metode SMA Negeri 4 Pekanbaru secara
tanya jawab, metode praktik atau berkala agar siswa lebih
demonstrasi, metode diskusi dan mengerti hak dan kewajiban
presentasi, dan metode laki-laki dan perempuan,
pemberian tugas. sehingga tidak ada lagi
2. Fasilitas sekolah yang responsif stereotype gender yang terjadi
gender di SMA Negeri 4 diantara siswa.
Pekanbaru adalah media 2. Perlu adanya penambahan tenaga
komunikasi pembelajaran yang pengajar yang bergabung dalam
terdiri dari media audio, media tim responsif gender yang benar
visual, dan media audiovisual. benar memahami materi dan
Selanjutnya sarana dan prasarana permasalahan seputar kesetaraan
yang responsif gender adalah gender dan responsif gender.
penataan ruang kelas yang 3. Guru sebaiknya harus
responsif gender, selanjutnya membiasakan kepada siswa
jumlah toilet perempuan lebih untuk menghargai dan mampu
banyak dari toilet laki-laki bekerjasama tanpa ada
karena waktu yang dibutuhkan subordinasi dan marjinalisasi
perempuan dikamar mandi lebih jenis kelamin tertentu.
lama, toilet juga didesain dengan DAFTAR PUSTAKA
aman dan sehat Sarana dan Buku
prasarana terakhir yaitu SMA A. Gani, Ruslan. 1986. Bimbingan
Negeri 4 menyediakan ruang Penjurusan. Bandung: Angkasa
pelayanan khusus laki-laki dan Alwasilah, A. Chaedar. 2006.
perempuan seperti ruang Pokoknya Kualitatif. Jakarta:
konsultasi BK yang dipisah agar Pustaka Raya
siswa lebih leluasa untuk Ardianto, Elvinaro. 2007. Komunikasi
konseling, UKS yang biliknya Massa Suatu Pengantar.
dipisah agar tidak Bandung : Simbiosa Rekatama
disalahgunakan serta ruang- Arsyad, Azhar. 2013. Media
ruang ibadah agar nyaman dan Pembelajaran. Jakarta: Raja
khusuk dalam beribadah. Grafindo Persada
3. Hambatan-hambatan komunikasi Bungin, Burhan. 2007. Metode
pembelajaran yang terjadi di Penelitian Kualitatif. Jakarta:
SMA Negeri 4 Pekanbaru Prenada Media Group
diantaranya adalah hambatan Depdiknas. 2004. Kerangka Dasar
kurangnya partisipasi Kurikulum 2004. Jakarta
masyarakat, hambatan psikologis Gulo. W. 2005. Metodologi Penelitian.
dan hambatan pada komunikator. Jakarta: Grasindo
Gunawan, H. Ari. 2002. Sosiologi
Pendidikan: Suatu Analisis

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 13


Sosiologi Tentang Pelbagai Ruslan, Rosady. 2013. Metode
Problem Pendidikan). Jakarta: Penelitian Public Relations dan
Rineka Cipta. Komunikasi. Jakarta: Raja
Hamalik, Oemar. 2009. Perencanaan Grafindo Persada.
Pengajaran Berdasarkan Sudjana, Nana. 2010. Dasar-dasar
Pendekatan Sistem. Jakarta: Proses Belajar, Bandung: Sinar
Bumi Aksara Baru
Susilana, R. & Riyana, C. 2008. Media
Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-pokok Pembelajaran: Hakikat,
Materi Metodologi Penelitian Pengembangan, Pemanfaatan,
dan Aplikasinya. Bogor: Ghalia Dan Penilaian. Wacana Prima.
Indonesia Sobur, Alex. 2014. Ensiklopedia
Kementerian Pemberdayaan Komunikasi. Bandung: Simbiosa
Perempuan dan Perlindungan Rekatama Media
Anak. et al. 2013. Parameter Sukandarrumidi. 2004. Metodologi
Kesetaraan Gender dalam Penelitian. Yogyakarta: Gadjah
Pembentukan Peraturan Mada University
Perundang-undangan. Supriadie, Didi and Deni, Darmawan.
Pekanbaru: Badan 2012. Komunikasi
Pemberdayaan Perempuan Pembelajaran. Bandung: Remaja
Perlindungan Anak dan Keluarga Rosdakarya.
Berencana. Tilaar, H. A. R. (2012). Perubahan
Krisyantono, Racham. 2009. Teknik dan Pendidikan : Pengantar
Praktis Riset Komunikasi. Pedagogik Transformatif untuk
Malang: Prenada Media Grup. Indonesia. Jakarta: PT. Asadi
Mulyana, D. 2008. Metode Penelitian Mahasatya
Kualitatif. Bandung: Remaja Yasir. 2017. Ekonomi Politik
Rosdakarya. Komunikasi Eksploitasi Simbol,
Morissan. 2013. Teori Komunikasi: Pekerja dan Khalayak.
Individu Hingga Massa. Jakarta: Pekanbaru: Unri Press.
Prenadamedia Group Yusuf, Pawit M. 2010. Komunikasi
Murniati,A Nunuk P. 2004. Getar Intruksional: Teori dan Praktek.
Gender (Perempuan Indonesia Jakarta: Bumi Aksara
dalam Perspektif Sosial, Politik, Jurnal
Ekonomi, Hukum dan HAM). Anggraini, M. 2017. Komunikasi
Magelang: Indonesia Tera. Instruksional Guru Dalam
Moleong, Lexy. 2005.Metode Proses Pembelajaran Program
Penelitian Kualitatif. Bandung: Keahlian Rekayasa Perangkat
Remaja Rosdakarya. Lunak Di Smkn2 Pekanbaru.
Relawati, R. 2011. Konsep Dan Pekanbaru: JOM FISIP Vol.4
Aplikasi Penelitian Gender. No.2/\.
Bandung: Muara Indah. Antika, R. R. 2014. Proses
Roestiyah, 2012, Strategi Belajar pembelajaran berbasis student
Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta centered learning (Studi
deskriptif di sekolah menengah

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 14


pertama Islam Baitul ‘Izzah, Sakinah. 2018. Komunikasi
Nganjuk). Surabaya: Jurnal Intruksional Guru dalam Proses
biokultur, 3(1), 251-265 Belajar Mengajar Bidang Tata
Fibrianto, Alan Sigit. 2016. Kecantikan Kulit di SMKN 3
Kesetaraan Gender Dalam Pekanbaru. Skripsi Sarjana,
Lingkup Organisasi Mahasiswa Pekanbaru: Jurusan Ilmu
Universitas Sebelas Maret Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial
Surakarta Tahun 2016. Jurnal dan Politik Universitas Riau
Analisa Sosiologi Vol.5 No.1 Undang-Undang
Hidir, Achmad, dkk. 2016. Pendidikan Undang Undang Dasar Negera
Responsif Gender Di Kabupaten Republik Indonesia Tahun
Rokan Hilir. Pekanbaru: Jurnal 1945
Primary Program Studi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Tentang Sistem Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Nasional
Pendidikan Universitas Riau Website
Vol.5 No. 2 www.sman4pku.sch.id
Mabruroh, dkk. Analisis Pendidikan www.eurekapendidikan.com/2014/12/
Kritis Paulo Freire Pada pengantar-pedagogi-kritis.html,
Pemanfaatan Ekstrakurikuler www.riauonline.co.id/riau/kota-
Teater Di Sekolah (Studi Kasus pekanbaru/read/2018/12/19/sela
Di SMA Negeri 3 Surakarta). mat-riau-raih-anugerah-parahita-
Surakarta: Sosialitas Vol.5 No.2. ekapraya-2018
Sumar, W. T. 2015. Implementasi www.kompasiana.com/danielpadnoan
Kesetaraan Gender dalam dayono/5c99e6c73ba7f74cf03f5
Bidang Pendidikan. Musawa, 862/gender-di-era-
Vol. 7 No.1, 162-163. milenial?page=all
Wibowo, D. E. (2010). Sekolah
Berwawasan Gender. Muwazah
Vol.2, 189-196.
Yenita Roza dkk. (2016). Pelaksanaan
Program Sekolah Berwawasan
Gender di Propinsi Riau.
Marwah,Vol. XV No.2 , 173-
174.
Skripsi
Fachri, 2014 Sistem Rekomendasi
Penjurusan pada Jenjang
Menengah Atas Menggunakan
Algoritma C45. Skripsi Sarjana,
Program Studi Ilmu Komputer
Fakultas Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan
Indonesia.

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 15

You might also like