Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

MERUBAH ANCAMAN BAHAYA LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU

MENJADI PELUANG EKONOMI

Maharso, Hj.Darmiah, Zulfikar Ali As


Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan Kesehatan Lingkungan Banjarbaru
Jl. H. Mistar Cokrokusumo No. 1A Kota Banjarbaru
e-mail : maharsom@gmail.com

Abstrak : Changing the Threat of tofu Wastewater Hazardous to be Economical


Oppurtunities. Wastewater from Tahu industry known as “whey” are offensive and be able
to cause negative impact to the environment. This problem is caused by the characteristic of
whey which is hot, acid, and containing much organic material. Because of this characteristic,
their dissolve oxygen is also zero ppm. Measurement of tahu and tempe wastewater in
Semanan, Jakarta Barat showed that the whey contains 1.324 mg/l of BOD5, 6.698 mg/l of
COD, 84,4 mg/l of NH4, 1,76 mg/l of nitrate and 0,17 mg/l of nitrite 1). The potential hazard
of whey to aquatic life can be measured by counting the concentration of whey’s parameter
which be able to cause the death of tilapia (LC50), that is from 3,80% up to 11,5% at 24
hours exposure; 3,67% up to 14,30% at 72 hours exposure; and 3,38% up to 12,10% at 72
hours exposure 2). On the other hand, Acetobacter can change sugar to be vinegar, with
byproduct is film coat “nata” floating. Factors influencing Acetobacter growth are sources of
Carbon and Nitrogen. Appropriate nutrient content will produce “rendemen nata” (de coco)
maximum, that is up to 93,3% 3). This study aims to know does the whey which is added by
Acetobacter xylinum can produce nata de soya?. The result gave information that if into the
whey added the Acetobacter (made from ripe pineapple) as a starter, and urea in acidic
condition, would produce rendemen nata approximately 30%–40%. 4).

Keywords: wastewater of tahu industry; nata de soya of whey

Abstrak : Limbah cair industri tahu bersifat ofensif dan mampu memberikan akibat buruk
pada lingkungan ambiennya. Hal itu dikarenakan karakteristik effluent limbah cair industri
tahu yang panas, asam, dan mengandung bahan organik yang tinggi. Karena sifat inilah
kandungan oksigen terlarutnya juga nol ppm. Hasil pengukuran parameter air limbah tahu
dan tempe di daerah Semanan, Jakarta Barat menunjukkan kandungan BOD5 mencapai 1.324
mg/l, COD 6.698 mg/l, NH4 84,4 mg/l, nitrat 1,76 mg/l dan nitrit 0,17 mg/l.1). Potensi
bahaya limbah ini terhadap kehidupan biota air dapat diukur dengan menghitung
konsentrasi limbah cair industri tahu yang dapat menyebabkan kematian ikan nila (LC50),
yaitu mulai dari 3,80%-11,5% pada pajanan 24 jam; 3,67%-14,30% pada pajanan 72 jam;
dan 3,38%-12,10% pada pajanan 72 jam.2). Disisi lain bakteri Acetobacter mampu merubah
gula menjadi asam cuka, dengan hasil sampingan berupa lapisan film nata terapung.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Acetobacter adalah sumber Karbon,
Nitrogen. Kandungan Nitrogen yang tepat akan menghasilkan rendemen nata (de coco) yang
maksimal, yaitu sampai 93,3 %.3). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah limbah
cair tahu yang ditambahkan bakteri Acetobacter xylinum dapat menghasilkan nata de soya.
Hasil percobaan memberikan informasi bahwa jika limbah cair tahu ditambahkan starter
Acetobacter (yang dibuat dari buah nanas masak) dan pupuk urea dalam kondisi yang asam,
akan menghasilkan rendemen nata sekitar 30%–40%. 4).

Kata Kunci: limbah cair industri tahu; nata de soya limbah tahu

PENDAHULUAN. tersebut memberikan informasi bahwa


Dalam rangka menyambut hari ling- Indeks Perilaku Peduli Lingkungan (IPPL)
kungan hidup sedunia tahun 2013 yang di Indonesia masih berkisar pada angka
lalu, Jambi daily dalam salah satu artikel- 0,57 (dari angka mutlak 1). Publikasi ter-
nya menyajikan hasil studi Kementerian sebut juga menyebutkan tentang perilaku
Lingkungan Hidup (KLH) Tahun 2012. konsumsi masyarakat dalam pemenuhan
Publikasi Kementerian Lingkungan Hidup kebutuhannya, 49,3% berupa bahan ma-

201
202 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 11 No. 2 Juli 2014

kanan (yang berasal dari luar daerahnya). rangi) masalah limbah cair industri tahu
5) adalah dengan mengolah kembali limbah
Demikian halnya dengan tampilan tersebut sebagai bahan baku pembuatan
rona lingkungan Indonesia saat ini. Pen- nata. Nata adalah biomassa yang sebagian
capaian indeks kualitas lingkungan hidup besar terdiri dari selulosa, berbentuk agar
di Indonesia pada angka 60,25 (tahun dan berwarna putih. Massa ini berasal
2011); 61,07 (tahun 2010); dan 59,79 pertumbuhan Acetobacter xylinum pada
(tahun 2009). Sedangkan indeks kualitas permukaan media cair yang asam dan
lingkungan hidup di Kalimantan Selatan mengandung gula. Selain dapat dimakan,
adalah 60,29 (tahun 2011, ranking 21), nata ini bisa dipergunakan sebagai bahan
58,24 (tahun 2010, ranking 21), 48,25 baku kertas, bahan kosmetika, dan seba-
(tahun 2009, ranking 26). 6) gainya.
Permasalahan diatas menjadi rele- Berdasarkan uraian pada latar bela-
van jika dikaitkan dengan pola konsumsi kang diatas, tampak bahwa limbah cair
dan industri tahu yang meningkat dengan industri tahu bersifat ofensif dan mampu
progresif. Untuk memproduksi tahu di- memberikan akibat buruk pada lingkung-
perlukan sejumah air dengan perbanding- an ambiennya. Sementara sifat bakteri
an 1 bagian kedelai berbanding 45 bagian Acetobacter sp. mampu merubah kan-
air, dan 96,66 % air tersebut menjadi lim- dungan bahan organik menjadi asam
bah cair (Whey). 7) Dalam waktu singkat asetat dan nata. Maka pertanyaan pene-
lingkungan penerima limbah ini akan litiannya adalah “apakah potensi bahaya
menjadi septik dan berbau. Hal itu di- limbah cair tahu dapat diubah menjadi
karenakan limbah cair ini bersifat asam, nata sebagai bahan yang bernilai eko-
mempunyai temperatur dan bahan nomi?”
organik yang tinggi, serta kandungan
oksigen terlarut nol ppm. Hasil pengukur- METODE PENELITIAN
an parameter air limbah tahu dan tempe Studi epidemiologi ini merupakan
di daerah Semanan, Jakarta Barat menun- systematic review. Sumber data penelitian
jukkan kandungan BOD5 mencapai 1.324 ini berasal dari literatur yang diperoleh
mg/l, COD 6.698 mg/l, NH4 84,4 mg/l, melalui internet, penelitian yang relevan,
nitrat 1,76 mg/l dan nitrit 0,17 mg/l. 8) baik penelitian penulis berupa hasil
Potensi bahaya limbah ini terhadap penelitian Jusman Nainggolan (Kajian
kehidupan biota air dibuktikan oleh Pertumbuhan Bakteri Acetobacter sp),
Hardiono dkk dengan menghitung kon- Maharso (Kualitas Bakteriologis Nata De
sentrasi limbah cair industri tahu yang Soya Produksi Rumah Tangga Dari Air
dapat menyebabkan kematian ikan nila Limbah Industri Tahu), serta penelitian
(LC50), yaitu mulai dari 3,80%-11,5% lain yang relevan.
pada pajanan 24 jam; 3,67%-14,30% pada
pajanan 72 jam; dan 3,38%-12,10% pada HASIL DAN PEMBAHASAN
pajanan 72 jam.2) Teknologi pengolahan limbah cair tahu
Apabila demikian besarnya potensi 1. Sistem penampungan (lagon) anaerob
masalah yang dimbulkan oleh limbah cair Berdasarkan sifatnya, pengelolaan
industri tahu, muncul pertanyaan, apakah limbah cair secara biologis dapat bersifat
sebaiknya jangan lagi memproduksi tahu; aerob atau bersifat an-aerob. Proses bio-
atau adakah cara yang dapat mereduksi logis akan menurunkan kandungan polut-
(kalau mungkin menghilangkan) potensi an organik yang ada di dalam air limbah.
kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh Tetapi proses anaerob mempunyai efisiesi
limbah cair tahu? Salah satu jawaban pengolahan hanya berkisar antara 50 % -
untuk mengatasi (paling tidak mengu- 70 % saja.
Maharso, Merubah Ancaman Bahaya Limbah Cair Industri Tahu Menjadi 203
Peluang Ekonomi

Gambar 1. IPAL Sistem Penampungan (lagon) Anaerob. 1)

2. Sistem kombinasi biofilter anaerob- yakni : 1) proses penguraian anaerob


aerob (Anaerobic digesting); dan 2) proses
Cara pengolahan limbah cair Indus- pengolahan lanjut, dengan sistem biofilter
tri tahu juga dapat dilakukan dengan anaerob-aerob. Secara garis besar proses
kombinasi proses pengolahan biologis pengolahan air limbah industri tahu dan
anaerob dan aerob. Secara umum proses tempe ditunjukkan seperti pada Gambar 2
pengolahannya dibagi menjadi dua tahap

Gambar 2 : Diagram proses pengolahan air limbah industri tahu-tempe dengan sistem
kombinasi biofilter "Anareb-Aerob" 1)

3. Sistem Fermentasi An-aerob fakultatif pada metan. Metanogen membantu meng-


(pemanfaatan bakteri Acetobacter sp.) hasilkan ikatan hidrogen rendah yang
Hipotesis sistem ini dibangun atas dibutuhkan oleh bakteri asetogenik.
dasar teori diagram pada gambar 3. Bakteri asetogenik seperti Syntro-
Bahwa bakteri asetonik (bakteri yang bacter wolinii dan Syntrophomonas wolfei
memproduksi asetat dan H2) mempunyai (McInernay et al., 1981) merubah asam
hubungan simbiotik dengan bakteri lemak (seperti asam propionat, asam
metanogen (pembentuk gas methan). Di butirat) dan alkohol menjadi asetat,
bawah kondisi tekanan H2 parsial yang hidrogen, dan karbon dioksida, yang
relatif tinggi, pembentukan asetat ber- digunakan oleh bakteri pembentuk metan
kurang dan subtrat dirubah menjadi asam (metanogen).
propionat, asam butirat, dan etanol dari
204 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 11 No. 2 Juli 2014

Gambar 3. Kelompok Bakteri Metabolik yang terlibat dalam penguraian limbah


dalam sistem anaerobik

Kelompok ini membutuhkan ikatan Jakarta Barat kandungan BOD 5 mencapai


hidrogen rendah untuk mengubah asam 1 324 mg/l, COD 6698 mg/l, NH 4 84,4
lemak; dan oleh karenanya diperlukan mg/l, nitrat 1,76 mg/l dan nitrit 0,17 mg/l
monitoring hidrogen yang ketat. 1) (Prakarindo Buana, 1996). Jika ditinjau
Bakteri Acetobacter xylinum terma- dari Kep-03/MENKLH/11/1991 tentang
suk genus Acetobacter; bersifat gram baku mutu limbah cair, maka industri
negatif, tidak membentuk endospora, tahu dan tempe memerlukan pengolahan
hidup bersifat aerob obligat, tidak limbah. 1) Banyaknya bahan organik yang
melakukan fermentasi alkohol, berbentuk terkandung dalam limbah cair tahu
bulat lonjong sampai batang pendek; memberi peluang pemanfaatan bakteri
tumbuh baik pada ph 3,5–4,3 dan suhu Acetobacter sp. dalam pengolahan limbah
25–30 0C, dapat mengoksidasi etanol dan cair produksi tahu.
menghasilkan asam asetat. Secara fisik Percobaan pemanfaatan acetobacter sp
bakteri Bakteri Acetobacter xylinum mam- dalam pengolahan limbah cair tahu4)
pu mengoksidasi glukosa menjadi rantai Jika limbah cair tahu ditambahkan
atau polimer yang panjang yang disebut kedalamnya bakteri Acetobacter xynilum
dengan polisakarida atau selulosa berupa dengan perbandingan yang ideal (sekitar
serat-serat putih, yang terbentuk secara 10%) akan menghasilkan produk meta-
bertahap dari lapisan tipis pada awal bolit primer berupa asam asetat, dan
fermentasi hingga mencapai ketebalan 12 metabolit sekunder berupa lapisan selu-
mm pada akhir fermentasi, kemudian losa yang mengapung, yang dikenal
disebut sebagai nata yang termasuk meta- dengan nama pasar “nata” seperti terlihat
bolit sekunder. Selain metabolit sekunder, pada gambar 4.
Acetobacter sp. juga menghasilkan meta- Langkah-langkah percobaan dilaku-
bolit primer berupa asam asetat, air dan kan oleh Maharso dengan menambahkan
energi yang digunakan kembali pada sik- Acetobacter ke dalam limbah cair industri
lus metabolismenya . 8) tahu. Tahapan perlakuan dan hasil yang
Air banyak digunakan sebagai ba- didapat pada setiap akhir tahapan dapat
han pencuci dan merebus kedelai untuk dilihat pada tabel 1. Sedangkan visualisasi
proses produksinya. Limbah yang dihasil- nata de soya yang terbentuk seperti pada
kan juga cukup besar. Sebagai contoh gambar 4.
limbah industri tahu tempe di Semanan,
Maharso, Merubah Ancaman Bahaya Limbah Cair Industri Tahu Menjadi 205
Peluang Ekonomi

Gambar 4. Nata dari limbah cair industri tahu

Secara garis besarnya, proses oksigen yang mamadai. Akan tetapi


dekomposisi bahan organik dapat terjadi proses pembusukan bahan organik dapat
melalui dua proses. Proses pertama pula terjadi secara bersamaan anaerobik
adalah anaerobik yaitu apabila proses dan aerobik. Contohnya pada kolam stabi-
dekomposisi bahan organik terjadi tanpa lisasi, akan terjadi dekomposisi anaerobik
suplai oksigen yang memadai. Proses pada bagian dalam kolam dan dekom-
kedua adalah proses aerobik, yaitu posisi aerobik pada permukaan kolam
apabila proses penguraian bahan organik (sebatas kemampuan sinar matahari
terjadi dalam lingkungan dengan suplai menembus permukaan kolam).

Tabel 1. Perlakuan pada Limbah Cair Tahu dengan Aplikasi Penambahan Acetobacter Sp.

No Tahapan Perlakuan Hasil


1. Pengolahan bahan  Air limbah tahu Media pertumbuhan
mentah (air limbah  Starter Acetobacter
tahu)  Pupuk urea
 Cuka
 Gula pasir
 Dimasak sampai mendidih
 Disaring (memisahkan kotoran)
2. Fermentasi bahan  Bahan baku panas dituang dalam loyang’ Acetobacter dalam
+ starter ditutup dengan kertas koran media pertumbuan
 Disimpan dalam suhu kamar, selama 1 hari (dari limbah cair
 Ditambahkan starter tahu)
 Difermentasikan selama 1-2 minggu
3. Akhir fermentasi  Nata dipisahkan dari media  Asam asetat
 Dicuci dan direndam dengan air kran  Nata de soya
selama 3 hari (pencucian dan penggantian
air setiap hari)
Sumber : penelitian Maharso. 4)

Bahan organik tersusun oleh unsur Oksida, Hidrogen–Oksida. Dengan demi-


kimia Karbon, Hidrogen, Oksigen, Nitro- kian produk akhir dari penguraian secara
gen, Sulfur, dan Phosphat. Bentuk ikatan anaerobik relatif menjadi lebih berbahaya
unsur kimia tersebut bisa dalam bentuk dibanding apabila penguraian terjadi
protein, lemak, atau karbohidrat. Apabila secara aerobik. CO2, SO2, dan NO2, sebagai
bahan tersebut terurai tanpa bantuan senyawa hasil penguraian aerobik ini
Oksigen, maka akan dihasilkan ikatan akan segera menguap dan mengalami
Karbon–Hidrogren, Hidrogen–Sullfida, dispersi di udara.
dan Nitrogen–Hidrogen. Sedangkan pro- Kumpulan mikroorganisme, umum-
duk akhir penguraian bahan organik se- nya bakteri, terlibat dalam transformasi
cara aerobik dapat berupa ikatan Karbon– senyawa komplek organik menjadi metan.
206 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 11 No. 2 Juli 2014

Lebih jauh lagi, terdapat interaksi sinergis sedikit dari pada proses aerobik),
antara bermacam-macam kelompok bak- energi yang dihasilkan bakteri an-
teri yang berperan dalam penguraian aerobik relatif rendah. Sebagian besar
limbah. Keseluruhan reaksi dapat digam- energi didapat dari pemecahan
barkan sebagai berikut (Polprasert, 1989, substrat yang ditemukan dalam hasil
dalam Nusa Idaman) :1) akhir, yaitu CH4. Dibawah kondisi
Senyawa Organik  CH4 + CO2 + H2 + NH3 aerobik 50% dari karbon organik
+ H2S dirubah menjadi biomassa, sedangkan
Meskipun beberapa jamur (fungi) dalam proses anaerobik hanya 5% dari
dan protozoa dapat ditemukan dalam karbon organik yang dirubah menjadi
penguraian anaerobik, namun bakteri biomassa. Dengan proses anaerobik
tetap merupakan mikroorganisme yang satu metrik ton COD tinggal 20 - 150 kg
paling dominan bekerja didalam proses biomassa, sedangkan proses aerobik
penguraian anaerobik. Sejumlah besar masih tersisa 400 - 600 kg biomassa
bakteri anaerobik dan fakultatif (seperti : (Speece, 1983; Switzenbaum, 1983).
Bacteroides, Bifidobacterium, Clostridium,  Proses anaerobik menghasilkan gas
Lactobacillus, Streptococcus) terlibat yang bermanfaat, metan. Gas metan
dalam proses hidrolisis dan fermentasi mengandung sekitar 90% energi
senyawa organik. dengan nilai kalori 9.000 kkal/m3, dan
Ada empat grup bakteri yang ter- dapat dibakar ditempat proses peng-
libat dalam transformasi material kom- uraian atau untuk menghasilkan listrik.
plek menjadi molekul yang sederhana Sedikit energi terbuang menjadi panas
seperti metan dan karbon dioksida. (3-5%). Produksi metan menurunkan
Kelompok bakteri ini bekerja secara BOD dalam penguraian lumpur limbah.
sinergis. (Archer dan Kirsop, 1991;  Energi untuk penguraian limbah kecil.
Barnes dan Fitzgerald, 1987; Sahm, 1984;  Penguraian anaerobik cocok untuk
Sterritt dan Lester, 1988; Zeikus, 1980), limbah industri dengan konsentrasi
Dibawah kondisi tekanan H2 parsial yang polutan organik yang tinggi.
relatif tinggi, pembentukan asetat ber-  Memungkinkan untuk diterapkan pada
kurang dan subtrat dirubah menjadi asam proses Penguraian limbah dalam
propionat, asam butirat, dan etanol dari jumlah besar.
pada metan. Ada hubungan simbiotik  Sistem anaerobik dapat membiode-
antara bakteri asetonik dan metanogen. gradasi senyawa xenobiotik (seperti
Metanogen membantu menghasilkan chlorinated aliphatic hydrocarbons
ikatan hidrogen rendah yang dibutuhkan seperti trichlorethylene, trihalo-
oleh bakteri asetogenik. methanes) dan senyawa alami recal-
1. Kekuatan dan kelemahan proses citrant seperti liGnin.
anaerobik Selanjutnya Ir. Nusa Idaman Said,
Ir. Nusa Idaman Said, M.Eng. dan Ir. M.Eng. dan Ir. Arie Herlambang, M.Si.
Arie Herlambang, M.Si. berpendapat menjelaskan beberapa kelemahan peng-
bahwa berdasarkan penjelasan Letingan, uraian anaerobik, yaitu :
Sahm, Sterritt dan Lester, serta  Lebih Lambat dari proses aerobik
Switzenbaum beberapa keunggulan pro-  Sensitif oleh senyawa toksik
ses anaerobik dibandingkan proses  Start up membutuhkan waktu lama
aerobik adalah sebagai berikut : 1)  Konsentrasi substrat primer tinggi
 Proses anaerobik dapat segera meng- 2. Nata de Soya dari limbah cair tahu
gunakan CO2 yang ada sebagai pene- Pada umumnya konsentrasi ion
rima elektron. Proses tersebut tidak hidrogen buangan industri tahu ini cen-
membutuhkan oksigen dan pemakaian derung bersifat asam. Komponen terbesar
oksigen dalam proses penguraian dari limbah cair tahu yaitu protein (N-
limbah akan menambah biaya peng- total) sebesar 226,06 sampai 434,78 mg/l.
operasian. sehingga masuknya limbah cair tahu ke
 Penguraian anaerobik menghasilkan lingkungan perairan akan meningkatkan
lebih sedikit lumpur (3-20 kali lebih total nitrogen di peraian tersebut.1)
Maharso, Merubah Ancaman Bahaya Limbah Cair Industri Tahu Menjadi 207
Peluang Ekonomi

Nata adalah biomassa yang berasal fermentasi tersebut telah juga


dari pertumbuhan Acetobacter xylinum menurunkan nilai BOD.4) Dengan
pada permukaan media cair yang asam demikian terjadi reduksi bahan (limbah
dan mengandung gula. Nata yang dibuat cair tahu) baik kuantitasnya maupun
dari bahan baku air kelapa lebih populer parameter pencemar lainnya.
dibanding nata yang dibuat dari limbah
cair pengolahan tahu (whey tahu). Ben- KESIMPULAN DAN SARAN
tuk, warna, tekstur dan rasa kedua jenis Kesimpulan
nata tersebut tidak jauh berbeda. Pem- 1. Limbah cair industri tahu berpotensi
buatan nata tidak sulit, dan biaya yang merusak lingkungan. Hal itu dikarena-
dibutuhkan juga tidak banyak. Usaha kan limbah cair ini bersifat asam, mem-
pembuatan nata ini merupakan alternatif punyai temperatur dan bahan organik
usaha yang cukup menjanjikan (pro- yang tinggi, serta kandungan oksigen
spektif). Kata Nata berasal dari bahasa terlarut nol ppm.
Spanyol, natare yang berarti krim. 2. Karakteristik limbah cair tahu tersebut
Selulosa mikrobial adalah senyawa banyak Nitrogen, Karbon, dan Hidro-
kimia organik yang diproduksi oleh mik- gen. Pada perlakuan yang tepat bahan
roorganisme tertentu, bakteri yang paling ini dapat djadikan bahan baku untuk
terkenal produktivitasnya adalah Aceto- menghasilkan energi (gas methan) dan
bacter xyllinum. Bakteri ini tumbuh secara selulosa berupa serat biomassa (nata).
alami pada limbah air kelapa, sari bunga, 3. Baik gas methan maupun serat bio-
madu, dan kulit luar buah-buahan seperti massa merupakan komoditas yang ber-
nenas matang. Selain memproduksi nata, nilai ekonomi, baik sebagai sumber
Acetobacter xyllinum juga memiliki energi alternatif (CH4) maupun sebagai
kemampuan mengubah etanol menjadi bahan baku makanan ringan pem-
asam asetat (cuka). Acetobacter juga buatan kertas dan bahan kosmetika
mampu menghidrolisis sukrosa menjadi (nata).
glucosa dan sebuah fruktosa. Jenis gula Saran
(sukrosa, glukosa, fruktosa) mempunyai 1. Agar terus dikembangkan sistem peng-
pengaruh yang berbeda-beda terhadap olahan limbah cair tahu, baik untuk
pembentukan etanol dan asam laktat, memperoleh energi (gas methan) mau-
namun konsentrasi gula secara individual pun biomassa, yang keduanya mem-
hanya berpengaruh kecil terhadap rasa. punyai nilai ekonomi.
Media-media yang mengandung gula 2. Agar dilakukan penelitian yang sejenis
adalah bahan baku pembuatan nata, dan dengan maksud mengukur efisiensi
berdasarkan jenis medialah nama nata reaktor atau proses fermentasi bagi
diberikan, misalnya Nata De Coco dari penurunan parameter pencemar dari
media air kelapa, Nata De Soya dari media limbah cair tahu.
susu kedelai atau ampas pabrik tahu, Nata
De Cassava dari media ampas pabrik DAFTAR PUSTAKA
tapioka. Nata De Molase dari media 1. Ir. Nusa Idaman Said, M.Eng. dan Ir.
limbah cair tebu, nata de tomato, nata de Arie Herlambang, M.Si.; Teknologi
pina, nata de melo, nata de leri, dan Pengolahan Limbah Tahu-Tempe
sebagainya. Dengan Proses Biofilter Anaerob Dan
Pada percobaan pengolahan limbah Aerob; BPPT; 18 des 2012
cair tahu dengan cara memanfaatkannya 2. Hardiono, Rahmawati, Uji Toksisitas
sebagai bahan baku pembuatan nata de Limbah Tahu Terhadap Ikan Nila
soya, dan starter Acetobacter xyllinum (Oreochromis niloticus) di Banjar-baru,
yang dibuat dari buah nanas masak Risbinakes, Poltekkes Kemen-kes
diperoleh hasil lapisan nata setebal Banjarmasin, 2013
sekitar 10-12 mm dan rendemen 3. Payung Layuk, H. Salamba, R. Djuri,
sebanyak sekitar 30-40%. Mengingat Perbaikan Teknologi Pengolahan Nata
proses fermentasi memerlukan waktu 1-2 De Coco Di Tingkat Petani (Studi Kasus
minggu, maka dapat diperkirakan proses Di Lokosi Primatani Desa Ongkaw
208 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 11 No. 2 Juli 2014

Minahasa Selatan); Balai Pengkajian 7. Nusa Idaman Said, Haryoto


Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Indriatmoko, Nugro Raharjo, Arie
Utara; Seminar Regional Inovasi Tek- Herlambang; Teknologi Pengolahan
nologi Pertanian, mendukung Program Limbah Tahu-Tempe Dengan Proses
Pembangunan Pertanian Propinsi Sula- Biofilter Anaerob Dan Aerob; Kelom-
wesi Utara; 2007 pok Teknologi Pengelolaan Air Bersih
4. Maharso, Kualitas Bakteriologis Nata dan Limbah Cair, Direktorat Teknologi
De Soya Produksi Rumah Tangga Dari Lingkungan Kedeputian Bidang Tekno-
Air Limbah Industri Tahu, Penelitian logi Informasi, Energi dan Material;
PNBB, Poltekkes Kemenkes Banjar- Badan Pengkajian dan Penerapan
masin, 2013 Teknologi, 18 desember 2012; Jl. M.H.
5. http://jambidaily.com/v3/advertorial Thamrin No. 8, Jakarta Pusat
/3782-menteri-lingkungan-hidup-ajak- 8. Jusman Nainggolan, Kajian Pertum-
ubah-perilaku-dan-pola-konsumsi- buhan Bakteri Acetobacter sp. Dalam
untuk-selamatkan-lingkungan, 2013 Kambucha-Rosela Merah (Hibiscus
6. Edi Sampana, SKM., M.Kes. Ubah Peri- sabdariffa) Pada Kadar Gula Dan
laku dan Pola Konsumsi untuk Cegah Lamanya Fermentasi Yang Berbeda,
‘Global Warming’, Seminar Nasional Tesis, Sekolah Pascasarjana Universi-
Kesehatan Lingkungan Banjarbaru, 22 tas Sumatera Utara, Medan, 2009
Juni 2013

You might also like