Akuntabilitas Dan Pengendalian Internal Pelaporan Keuangan Pada Gereja Toraja ABC

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 24

JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 12 (2), 2020, 241-264

Akuntabilitas dan Pengendalian Internal Pelaporan Keuangan pada Gereja


Toraja ABC

Marselinus Aditya Hartanto Tjungadi1. Yan Rahadian2


Program Studi S2 Magister Akuntansi, Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia
Jalan Salamba Raya No. 4, Jakarta Pusat, DKI Jakarta 10430

Abstract. This research aims to evaluate accountability and internal control of financial reporting on ABC Toraja
Church. The method used in this research is qualitative descriptive that uses case study approach with single case
unit analysis. The results of the research show that the stages in assessing financial reporting accountability at
church have not run optimally. The internal control also has not run well, especially Church financial administrators
is not competent, segregation of duties that have not fully good, and application of general guidance have not run
optimally, especially Church financial administrators is not competent, segregation of duties that have not fully
good, and application of general guidance have not run optimally. The lack of understanding of Church financial
administrators also understood by the church members. For the unit of analysis, it is suggested that the contents of
the General Guidelines for Financial Management and Property of the Toraja Church be improved and increase
outreach to financial administrators and church councils. Researcher recommends using an accounting application,
compiling a chart of accounts, recruiting specialized staff as financial or accounting employees, and using key
performance index to measure the performance of those staff.

Keywords: Accountability Theory; Financial Reporting Accountability; Internal Control; Stewardship Theory;
Torajanese Church.

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi akuntabilitas dan pengendalian internal pelaporan keuangan
Gereja Toraja ABC. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif dengan
pendekatan studi kasus pada single case unit analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahapan dalam
pelaksanaan akuntabilitas pelaporan keuangan gereja belum berjalan dengan optimal. Pengendalian internal pun
belum berjalan dengan baik, terutama pengurus keuangan gereja yang kurang kompeten, pemisahan tugas yang
belum sepenuhnya baik, dan penerapan pedoman umum yang belum optimal. Kurangnya pemahaman para pengurus
keuangan juga dimaklumi oleh jemaat, sehingga menerima saja keadaan tersebut. Bagi unit analisis disarankan agar
isi dari Pedoman Umum Pengelolaan Keuangan dan Harta Milik Gereja Toraja diperbaiki dan meningkatkan
sosialisasi kepada para pengurus keuangan dan majelis jemaat. Sebaiknya menggunakan aplikasi akuntansi,
menyusun bagan akun, merekrut staf khusus sebagai pegawai keuangan atau akuntansi, dan menggunakan metode
penilaian kinerja untuk mengukur kinerja staf tersebut.

Kata Kunci: Akuntabilitas Pelaporan Keuangan; Gereja Toraja; Pengendalian Internal; Teori Akuntabilitas; Teori
Stewardhip

Corresponding author. marselinusaditya8@gmail.com; yan.rahadian@yahoo.com


How to cite this article. Tjungadi, Marselinus A. H. dan Rahadian, Yan. (2020). Akuntabilitas dan Pengendalian
Internal Pelaporan Keuangan Pada Gereja Toraja ABC. Jurnal ASET (Akuntansi Riset). Program Studi Akuntansi.
Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia, 12 (2), 241-264.Retrieved from
https://ejournal.upi.edu/index.php/aset/article/view/24583
History of article. Received: Mei 2020, Revision: November 2020, Published: Desember 2020
Online ISSN: 2541-0342. Print ISSN: 2086-2563. DOI : https://doi.org/10.17509/jaset.v12i2.24583
Copyright©2020. Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Program Studi Akuntansi FPEB UPI
.
PENDAHULUAN
Seiring perkembangan zaman, perhatian efisien dan efektif. Oleh karena itu,
terhadap organisasi nirlaba semakin tinggi organisasi nirlaba diharapkan bertanggung
karena perkembangan peran dan kontribusi jawab atas sumber daya melalui pelaksanaan
mereka dalam masyarakat. Dengan akuntabilitas dan pengendalian internal.
meningkatnya harapan pada organisasi Tiap kategori organisasi nirlaba
nirlaba, maka para pemangku kepentingan memiliki keunikan, sehingga masing-masing
menuntut agar sumber daya digunakan secara memiliki konsekuensi yang berbeda. Salah

241 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.12 | No.2 | 2020


MARSELINUS ADITYA HARTANTO TJUNGADI, YAN RAHADIAN / Akuntabilitas Pelaporan
Keuangan dan Pengendalian Internal Pada Gereja Toraja ABC
satu kategorinya adalah organisasi nirlaba meningkatkan kepercayaan penyumbang
keagamaan. Dibandingkan kategori terhadap organisasi nirlaba.
organisasi lainnya, organisasi nirlaba Menurut (Laughlin, 1998), dalam
keagamaan tidak hanya bertanggung jawab pengelolaan sumber daya Gereja, terdapat
kepada sesama makhluk hidup lainnya, dikotomi atau kontras antara hal sakral
terutama manusia, tetapi juga bertanggung (rohani) yaitu sistem kepercayaan dalam
jawab kepada Tuhan. Oleh karena itu, Gereja, dengan hal sekuler (duniawi) yaitu
menarik untuk meneliti akuntabilitas dan peran akuntansi. Pandangan ini telah
pengendalian internal pelaporan keuangan mempengaruhi pemikiran para jemaat
pada organisasi nirlaba keagamaan. sehingga menganggap penerapan akuntansi
Beberapa tahun terakhir telah terjadi tidak diperlukan dalam pengelolaan
beberapa kasus penyelewengan dana dalam keuangan Gereja. Interview awal dengan
organisasi nirlaba keagamaan. Yang pertama, beberapa jemaat mengkonfirmasi adanya
seorang bendahara Gereja City Harvest di permasalahan akuntabilitas dan transparansi
Singapura bernama Chew Eng Han beserta pengelolaan keuangan di gereja.
lima petinggi gereja lainnya (termasuk dua Permasalahan tersebut terkait dengan
pendeta gereja tersebut) dinyatakan bersalah penyajian informasi keuangan mengenai
karena menggelapkan dana sebesar SGD 50 laporan penyumbang, seperti nama dan
juta pada tahun 2015 (bbc.com, 2018). jumlah yang disumbangkan. Jemaat pada
Kemudian, seorang Kelian bernama I Made umumnya enggan jika nama dan jumlah
Redi, dijatuhi hukuman pidana selama 1 sumbangan mereka dipublikasikan, antara
tahun penjara, pidana denda sebesar Rp 50 lain karena merasa malu jika sumbangan
juta subsider tiga bulan kurungan. Terdakwa terlalu kecil atau tidak mau terjebak dalam
juga diwajibkan membayar uang pengganti kesombongan rohani. Selain itu, jemaat pada
sebesar Rp 116.453.000 karena telah umumnya percaya bahwa pengurus gereja
menyelewengkan dana hibah renovasi Pura terutama bendahara tidak akan
Dalem Kebon, Banjar Bedauh, Desa menyalahgunakan dana gereja terutama
Carangsari, Petang, Badung, Bali yang karena dalam menjalankan tugasnya sebagai
merugikan negara sebesar Rp 116.453.000 bendahara merupakan bentuk pelayanan
(Jawapos.com, 2019). Selanjutnya, seorang kepada Tuhan dan jemaat.
Takmir Masjid Al-Ghuroba, Pakuwon Mall
Surabaya bernama Subiyanto divonis Bigoni, Gagliardo, dan Funnell (2013)
hukuman 2,5 tahun penjara atas kasus menemukan bukti bahwa praktik akuntansi
penggelapan dana infaq sebesar Rp 266,4 tidak terikat dengan peningkatan keuangan
juta selama Maret 2014 hingga Maret 2017 paroki. Akuntansi tidak dianggap sebagai alat
(Kumparan.com, 2018). untuk meningkatkan sumber daya yang
Beberapa kasus penyelewengan tersebut tersedia dalam gereja. Akuntansi dianggap
menunjukkan adanya kebutuhan akan sebagai sarana untuk melengkapi nilai-nilai
pelaksanaan akuntabilitas dan pengendalian sakral yang mendasari reformasi gereja yang
internal dalam organisasi nirlaba keagamaan. dicanangkan oleh Paus Eugenius IV pada
Gereja merupakan salah satu organisasi abad ke-15 terutama dalam hal akuntabilitas.
keagamaan untuk pelaksanaan peribadatan Praktik akuntansi di gereja sebagai tindakan
yang tergolong sebagai organisasi nirlaba. yang selaras dengan ajaran iman, terutama
Gereja dapat menjalankan kegiatannya karena dana gereja diperuntukkan untuk
karena adanya sumber daya yang kemuliaan Allah. Oleh karena itu,
dikelolanya, terutama yang berasal dari pelaksanaan akuntabilitas dan penerapan
anggotanya (jemaat), serta sumbangan pengendalian internal pada organisasi gereja
sukarela dari masyarakat umum. Menurut sangat diperlukan.
(Jeffrey, 2008), penerapan pengendalian Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini
internal terhadap pelaporan keuangan dapat mengevaluasi pelaksanaan akuntabilitas

242 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.12| No.2| 2020


JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 12 (2), 2020, 241-264

pengelolaan keuangan dan pengendalian dengan standar pelaporan keuangan


internal pada salah satu gereja, yaitu Gereja Keuskupan Agung Semarang dan PSAK
Toraja ABC. Gereja Toraja ABC dipilih nomor 45 revisi tahun 2011. Namun
sebagai objek penelitian karena beberapa demikian, terdapat perbedaan dalam
alasan. Alasan pertama, dari hasil wawancara penyesuaian dan cara pencatatan yang
awal dengan beberapa jemaat Gereja Toraja disesuaikan dengan karakteristik paroki.
ABC, diketahui bahwa terjadi selisih atas Penelitian terdahulu mengenai
jumlah dana dari rekapan penerimaan dan akuntabilitas gereja di atas berfokus pada
pengeluaran uang yang diterima Gereja. kesesuaian penyajian informasi keuangan
Selain itu, kode penyumbang tidak dengan pedoman. Berbeda dengan
diinformasikan padahal dana sudah diberikan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian
oleh penyumbang. Hal tersebut menunjukkan ini menggunakan teori akuntabilitas Bovens
bahwa ada isu akuntabilitas dan (2007) sebagai model yang menjelaskan
pengendalian internal di Gereja Toraja ABC. tahapan-tahapan yang perlu dilaksanakan
Alasan kedua, otoritas Gereja Toraja ABC antara aktor dan forum dalam pelaksanaan
memberikan izin pelaksanaan penelitian. akuntabilitas. Penggunaan model ini
Pelaksanaan penelitian terhadap organisasi diharapkan dapat menggambarkan proses
gereja di Indonesia masih relatif kurang, pelaksanaan akuntabilitas pelaporan
karena tidak semua lembaga keagamaan keuangan dengan lebih baik dibandingkan
seperti gereja memberi izin dan terbuka beberapa penelitian sebelumnya. Penelitian
untuk diteliti. ini juga menggunakan sudut pandang yang
Beberapa penelitian serupa telah berbeda dibandingkan penelitian
dilakukan sebelumnya. Penelitian Ginting, sebelumnya. Penelitian ini mengevaluasi
(2014) menunjukkan akuntabilitas di Gereja penerapan pengendalian internal pelaporan
Batak Karo Protestan (GBKP) Perumas keuangan berdasarkan kerangka kerja
Simalingkir Medan belum diterapkan secara Internal Control – Integrated Framework
menyeluruh, terutama terkait dana (IC-IF) yang dikeluarkan oleh The
pemasukan. Terdapat kelebihan dana yang Committee of Sponsoring Organizations of
dikeluarkan pada pos-pos tertentu the Treadway Commission (COSO) tahun
dibandingkan dengan anggaran yang telah 2013. Selain itu, berbeda dengan penelitian
ditetapkan. Anggaran belum disusun dan terdahulu yang umumnya fokus pada salah
direncanakan secara memadai serta belum satu isu, penelitian ini menggabungkan isu
disosialisasikan kepada Jemaat secara baik. akuntabilitas pengelolaan keuangan dan
Sebelumnya, Duncan, Flesher, & Stocks pengendalian internal. Penggabungan kedua
(1999) melakukan penelitian tentang isu tersebut diharapkan dapat memberikan
pengaruh ukuran gereja (berdasarkan jumlah gambaran pengelolaan keuangan gereja yang
jemaat) dan denominasi terhadap sistem lebih jelas sehingga penyusunan dan
pengendalian internal. Hasil penelitian pertanggungjawaban keuangan gereja
menunjukkan semakin besar ukuran gereja menjadi lebih baik.
(berdasarkan jumlah jemaat) memiliki Penelitian ini dilaksanakan dengan
korelasi dengan pengendalian internal yang tujuan untuk mengevaluasi akuntabilitas dan
lebih memadai. Hal ini dikarenakan adanya pengendalian internal pelaporan keuangan
pembagian tugas yang lebih baik dalam Gereja Toraja ABC. Harapannya, penelitian
struktur kepengurusan. Penelitian lainnya ini mampu mempersembahkan kontribusi
yang dilakukan oleh Raya (2017) berupa evaluasi proses akuntabilitas
mengevaluasi implementasi pelaporan pengelolaan keuangan dan pengendalian
keuangan sebagai bentuk akuntabilitas di internal serta memberikan rekomendasi
Gereja Katolik Paroki St. Paulus Miki peningkatan akuntabilitas dan pengendalian
Salatiga. Hasilnya menunjukkan bahwa internal di Gereja. Hasil penelitian
laporan keuangan yang disajikan telah sesuai diharapkan dapat membantu praktik

243 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.12 | No.2 | 2020


MARSELINUS ADITYA HARTANTO TJUNGADI, YAN RAHADIAN / Akuntabilitas Pelaporan
Keuangan dan Pengendalian Internal Pada Gereja Toraja ABC
pelaksanaan akuntabilitas yang sejalan pertanggungjawaban dapat merupakan
dengan tujuan utama pembentukan Gereja, seseorang (individu tertentu) maupun sebuah
yaitu membawa anggotanya pada organisasi, seperti pejabat organisasi atau
keselamatan yang kekal. Pegawai Negeri Sipil (PNS). Forum sebagai
pihak yang meminta pertanggungjawaban
KAJIAN LITERATUR dapat merupakan seseorang (individu
tertentu), seperti jurnalis, kantor audit,
Diagram Alir (Flowchart)
maupun merupakan masyarakat umum.
Romney dan Steinbart (2017)
Berikut ini merupakan tiga tahapan penting
menjelaskan bahwa flowchart merupakan
dalam pelaksanaan akuntabilitas yang
teknik analitis melalui ilustrasi berupa
memaparkan hubungan antara aktor dan
gambar untuk mendeskripsikan beberapa
forum, yaitu:
aspek dari sistem informasi secara jelas,
a. Tahap pertama (Informing about
ringkas, dan logis. Diagram alir
conduct)
menggambarkan bagaimana proses bisnis
Aktor menginformasikan dan
dilaksanakan dan bagaimana aliran dokumen
memaparkan hasil kerjanya atau
dalam organisasi. Pada penelitian ini,
pemberian laporan tentang hasil yang
kategori flowchart yang digunakan adalah
telah dicapainya kepada forum.
document flowchart. Romney dan Steinbart
Dalam hal ini, aktor menerbitkan
(2017) menjelaskan bahwa document
laporan evaluasi diri (atas hasil
flowchart dikembangkan untuk
kerjanya) dan laporan tahunan serta
mengilustrasikan aliran atau arus data dan
memberikan penjelasan lisan
dokumen yang terjadi di antara bagian atau
mengenai hasil kerjanya (Brandsma
area dalam suatu organisasi. Document
and Schillemans, 2012). Laporan
flowchart menelusuri dokumen dari awal
tersebut dapat berupa laporan
hingga akhir, menunjukkan dari mana
keuangan, laporan realisasi anggaran,
asalnya setiap dokumen, bagaimana
atau laporan kinerja. Laporan tersebut
distribusinya, tujuan penempatannya, dan
dapat menggunakan media virtual
segala sesuatu yang terjadi saat dokumen
contohnya melalui website, maupun
mengalir melalui sistem. Penelitian ini
media cetak. Pertanyaan yang
menggunakan document flowchart untuk
diajukan pada tahap ini adalah
menggambarkan alur prosedur penerimaan
“Apakah aktor telah menyediakan
kas (revenue cycle) dan pengeluaran kas
informasi mengenai tindakan atau
(expenditure cycle) pada Gereja Toraja ABC.
langkah yang diambilnya secara tepat
waktu?”, “Apakah informasi tersebut
Accountability Theory
dapat diandalkan?”, dan/atau
Bovens (2007) menjelaskan
“Apakah informasi yang diberikan
akuntabilitas sebagai hubungan antara aktor
sudah cukup memadai?”
dengan forum. Aktor berkewajiban untuk
memaparkan dan mengklarifikasi b. Tahapan kedua (debating)
tindakannya. Forum dapat mempertanyakan Forum menginterogasi dan
dan menilai langkah dan tindakan yang membahas laporan yang telah
dilaksanakan oleh aktor, sehingga aktor harus dibuat oleh aktor. Hal ini untuk
siap menghadapi konsekuensinya. memeriksa apakah laporan yang
Akuntabilitas diterapkan untuk memenuhi disusun cukup akuntabel.
syarat atas keadaan atau kinerja dari aktor. Umumnya, tahapan kedua ini
Akuntabilitas bermakna sifat “responsif” dan punya proses yang paling panjang
“rasa tanggung jawab” yang secara karena tahap debating ini menuntut
sederhana menunjukkan kemauan untuk penjelasan aktor akan hasil kerja
bertindak secara transparan dan adil. Aktor dan alasan yang mendasari
sebagai pihak yang memberi tindakannya dalam membuat

244 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.12| No.2| 2020


JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 12 (2), 2020, 241-264

laporan seperti yang tingkat akuntabilitas dapat meningkat jika


dipertanggungjawabkan tersebut. komunikasi antara aktor dan forum yang
Pertanyaan yang diajukan pada melibatkan ketiga dimensi kubus juga
tahap ini adalah “Apakah forum ditingkatkan, agar terbangun kesadaran dan
diberikan kesempatan untuk rasa tanggung jawab dalam pelaporan
mengajukan pertanyaan?”, keuangan.
“Apakah kedua pihak berusaha Tiga tahapan akuntabilitas Bovens
saling mendengarkan?”, dan/atau (2007), daftar pertanyaan dari tiap tahapan,
“Apakah aktor diberikan dan aspek dalam ketiga dimensi
kesempatan untuk menjelaskan accountability cube Brandsma dan
tindakannya dalam penyusunan Schillemans (2012) digunakan sebagai
laporan?” pedoman untuk mengevaluasi pelaksanaan
akuntabilitas pelaporan keuangan di Gereja
c. Tahapan ketiga (judging)
Toraja ABC. Melalui hasil evaluasi
Forum menilai laporan yang sudah
berdasarkan berbagai pedoman tersebut,
dipertanggungjawabkan oleh aktor.
maka akan diperoleh gambaran yang jelas
Output dari penilaian dapat berupa
atas pelaksanaan akuntabilitas pelaporan
persetujuan maupun pemberian
keuangan oleh aktor (bendahara) kepada
sanksi. Pemberian sanksi dapat
forum (jemaat)
bersifat formal, seperti denda atau
hukuman, maupun bersifat
informal, seperti meminta aktor Internal Control
Akuntabilitas pengelolaan keuangan
untuk mengakui kesalahan atau
dapat berjalan dengan baik jika didukung
kelalaiannya di hadapan media
oleh pengendalian internal yang baik.
massa, seperti televisi atau surat
Romney dan Steinbart (2017) menjelaskan
kabar sehingga secara tidak
bahwa pengendalian internal adalah
langsung mencoreng nama baik
penerapan proses untuk memberikan
dan karirnya. Pertanyaan yang
keyakinan yang memadai bahwa tujuan-
dapat diajukan pada tahap ini
tujuan pengendalian dapat tercapai. Hal ini
adalah “Apakah forum bersifat
membantu organisasi agar dapat mencapai
independen dan bebas dari bias?”,
tujuan dengan lebih baik. Tujuan
“Apakah standar yang digunakan
pengendalian tersebut adalah sebagai berikut:
untuk menyusun laporan jelas”,
dan/atau “Apakah konsekuensi  Melindungi aset (safeguard assets),
yang ditimbulkan telah sesuai?”. menghindari atau mendeteksi akuisisi,
penggunaan, dan disposisi yang tidak
Brandsma dan Schillemans, (2012) sah.
menjelaskan mengenai akuntabilitas dalam  Menyimpan catatan aset perusahaan
sebuah dimensi kubus. Dimensi pertama secara detail sehingga dapat
adalah jumlah infomasi yang disampaikan menghasilkan laporan yang wajar dan
dan tersedia. Semakin banyak dan mudah akurat.
informasi yang tersedia maka akuntabilitas  Menyediakan informasi yang akurat
semakin tinggi. Dimensi kedua adalah dan reliable.
intensitas diskusi pertemuan antara aktor  Memastikan laporan keuangan yang
(bendahara) dan forum (jemaat Gereja). disiapkan telah sesuai dengan kriteria
Semakin intens pertemuan diskusinya maka yang ditetapkan.
semakin akuntabel. Dimensi ketiga adalah
 Mengembangkan dan
konsekuensi dari keputusan yang diambil
mengefisiensikan operasional.
oleh bendahara selaku aktor. Semakin besar
 Memastikan kepatuhan terhadap
konsekuensinya maka semakin tinggi
ketetapan kebijakan manajerial.
akuntabilitasnya. Dengan demikian, maka

245 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.12 | No.2 | 2020


MARSELINUS ADITYA HARTANTO TJUNGADI, YAN RAHADIAN / Akuntabilitas Pelaporan
Keuangan dan Pengendalian Internal Pada Gereja Toraja ABC
 Mematuhi hukum dan peraturan yang pengendalian internal perusahaan.
berlaku. Asas-asas yang melambangkan
Pengendalian internal dapat diartikan komponen lingkungan pengendalian
sebagai sebuah proses serta prosedur yang adalah sebagai berikut:
mencakup kegiatan operasional, serta  Komitmen terhadap integritas dan
menjadi bagian terpadu dari kegiatan nilai etik.
manajemen. Akan tetapi, pengendalian  Pengembangan dan kinerja
internal ini tidaklah mudah untuk diterapkan. pengendalian internal diawasi oleh
Sistem pengendalian internal yang efektif dewan pengawas.
tidak dimiliki oleh semua organisasi.  Struktur, pelaporan, dan otoritas
Pengendalian internal yang tidak efektif serta tanggung jawab yang sesuai
rentan atas kesalahan, management dalam mencapai tujuan yang
overrates, kolusi, serta bisa memberikan dibuat oleh manajemen dengan
penilaian dan pengambilan keputusan yang pengawasan dari direksi.
salah. Selain itu, pengembangan sistem  Komitmen untuk melaksanakan,
pengendalian internal dalam teknologi mengembangkan, serta
informasi (TI) juga memiliki risiko tersendiri mempertahankan jiwa kompeten
(Romney and Steinbart, 2017). dalam menyelaraskan tujuan.
The Committee of Sponsoring  Mempertahankan tanggung jawab
Organizations of the Treadway Commission individu untuk tanggung jawab
(COSO) (2013) menjelaskan pengendalian pengendalian internal dalam
internal sebagai suatu proses yang mencapai tujuan.
dipengaruhi oleh Dewan Komisaris, Direksi, 2. Penilaian Risiko (Risk Assessment)
dan pihak lainnya, yang dibuat untuk Penilaian risiko merupakan proses
memberikan tingkat keyakinan yang yang dinamis dan terus-menerus
memadai terkait pencapaian tujuan dari sisi dalam mengidentifikasi dan menilai
operasional, pembuatan laporan, dan risiko terhadap penilaian objektif.
kepatuhan. Kerangka kerja COSO IC-IF Perusahaan melakukan penilaian
(Internal Control Integrated Framework) risiko untuk menentukan cara yang
merupakan kerangka pengendalian internal harus dilakukan untuk mengelola
yang digunakan dalam kebijakan dan risiko. Dalam menilai risiko harus
peraturan untuk mengendalikan aktivitas mempertimbangkan dampak terhadap
bisnis pada sebuah perusahaan serta lingkungan eksternal dan internal
merupakan kerangka yang dapat digunakan perusahaan melalui model bisnis
untuk mengevaluasi dan meningkatkan perusahaan tersebut karena dapat
sistem pengendalian internal perusahaan menyebabkan tidak efektifnya
tersebut (Romney dan Steinbart, 2017). pengendalian internal. Asas-asas yang
Terdapat lima komponen di dalam melambangkan komponen penilaian
kerangka kerja pengendalian internal ini risiko adalah sebagai berikut:
menurut COSO (2013), yaitu:  Keberadaan tujuan yang cukup
1. Lingkungan Pengendalian (Control spesifik untuk mengidentifikasi
Environment) dan menilai risiko.
Lingkungan pengendalian merupakan  Identifikasi risiko yang dihadapi
serangkaian standar, proses, dan dalam mencapai tujuan di seluruh
struktur mengenai integritas dan nilai lingkup perusahaan dan penilaian
etik yang menjadi dasar pelaksanaan risiko tersebut untuk menentukan
pengendalian internal di dalam cara mangelolanya.
perusahaan. Lingkungan
 Memperhatikan adanya potensi
pengendalian ini memberikan dampak kecurangan yang terjadi.
yang luas terhadap sistem

246 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.12| No.2| 2020


JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 12 (2), 2020, 241-264

 Identifikasi dan penilaian  Mengkomunikasikan informasi


perubahan yang dapat berdampak termasuk didalamnya tujuan dan
signifikan pada sistem tanggung jawab pengendalian
pengendalian internal perusahaan. internal untuk mendukung fungsi
3. Aktivitas Pengendalian (Control pengendalian internal.
Activities)  Mengkomunikasikan persoalan
Aktivitas pengendalian merupakan pengendalian internal kepada
aktivitas yang dilakukan melalui pihak luar.
prosedur dan kebijakan yang dapat 5. Pemantauan (Monitoring)
membantu untuk memastikan Evaluasi atau pemantauan dilakukan
instruksi pengelolaan pengurangan perusahaan untuk memastikan bahwa
risiko dari pencapaian tujuan. masing-masing komponen dari lima
Aktivitas pengendalian dalam komponen pengendalian internal
perusahaan dilakukan pada seluruh berfungsi dengan baik. Asas-asas
proses bisnis dan teknologi. Asas-asas yang melambangkan komponen
yang melambangkan komponen pemantauan adalah sebagai berikut:
penilaian risiko adalah sebagai  Pemilihan, pengembangan, dan
berikut: pelaksanaan evaluasi untuk
 Pemilihan dan pengembangan memastikan fungsi dari tiap-tiap
aktivitas pengendalian membantu komponen pengendalian internal
mengurangi risiko ke tingkat yang berjalan dengan baik.
dapat diterima.  Pelaksanaan evaluasi dan
 Pemilihan dan pengembangan penyampaian kekurangan
aktivitas pengendalian melalui pengendalian internal kepada
teknologi dilakukan untuk pihak yang berhubungan dengan
mendukung pencapaian tujuan. pembenaran tindakan seperti
 Penyebaran aktivitas pengendalian senior manajer dan direksi.
secara spesifik dalam prosedur dan Kelima komponen dan tujuh belas asas
kebijakan. yang ada dalam COSO IC-IF menjadi dasar
4. Informasi dan Komunikasi penilaian terhadap penerapan pengendalian
(Information and Communication) internal gereja. Teketel dan Berhanu (2009)
Perusahaan memerlukan informasi di menjelaskan bahwa perancangan
dalam pelaksanaan tanggung jawab pengendalian internal memberi keyakinan
pengendalian internal guna bahwa tujuan organisasi akan dapat dicapai
mendukung dalam pencapaian tujuan. melalui efisiensi dan efektivitas operasi,
Manajemen perusahaan memerlukan penyajian laporan keuangan yang terpercaya,
informasi yang berkualitas baik dari dan kepatuhan terhadap aturan yang berlaku.
pihak internal maupun eksternal serta Pengendalian internal membantu organisasi
menggunakannya untuk mendukung dalam menyajikan laporan keuangan yang
fungsi komponen pengendalian terpercaya, sehingga akuntabilitas
internal. Sementara itu komunikasi pengelolaan keuangan dapat berjalan dengan
dibutuhkan dalam perusahaan untuk lebih baik. Dengan berjalannya akuntabilitas
menyediakan, memberikan, dan pengelolaan keuangan yang baik, maka
memperoleh informasi tersebut. Asas- kepercayaan dari stakeholders (dalam hal ini
asas yang melambangkan komponen Jemaat Gereja) dapat meningkat karena
informasi dan komunikasi adalah informasi yang disajikan terpercaya.
sebagai berikut: Selanjutnya, Gereja akan memiliki tata kelola
 Memperoleh informasi yang sumber daya yang lebih baik dengan
berkualitas untuk mendukung pengelolaan keuangan yang lebih transparan
fungsi dari pengendalian internal. dan akuntabel di masa mendatang sehingga

247 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.12 | No.2 | 2020


MARSELINUS ADITYA HARTANTO TJUNGADI, YAN RAHADIAN / Akuntabilitas Pelaporan
Keuangan dan Pengendalian Internal Pada Gereja Toraja ABC
dapat dipertanggungjawabkan baik kepada dikarenakan tujuan penggunaan metode ini
Tuhan maupun kepada para jemaatnya. adalah mengungkapkan pemahaman secara
mendalam mengenai penerapan pengendalian
METODOLOGI PENELITIAN internal serta bagaimana pengaruh dan
Strategi Penelitian keterkaitannya dengan proses akuntabilitas
Penelitian ini menggunakan metode pengelolaan keuangan Gereja Toraja ABC.
studi kasus (single case) yang diaplikasikan Metode penelitian kualitatif memungkinkan
pada satu unit analisis (single unit analysis). peneliti mengumpulkan dan menganalisa
Menurut Yin (2003), studi kasus adalah data dengan cara wawancara dengan para
metode penelitian untuk menyelidiki pihak terkait, melakukan observasi, dan
fenomena kontemporer di konteks kehidupan mendokumentasikan hal yang menjadi poin
nyata. Studi kasus juga diartikan sebagai utama penelitian. Dengan demikian dapat
upaya mempelajari kekhususan dan memberikan gambaran secara utuh mengenai
kompleksitas sebuah kasus untuk memahami penerapan pengendalian internal dan proses
aktivitas dengan permasalahan-permasalahan akuntabilitas pengelolaan keuangan.
yang penting Stake (1995). Penelitian ini
memilih menggunakan studi kasus karena Teknik Pengumpulan Data
ingin menggali fenomena yang terjadi. Menurut Sunyoto (2013 dalam Furqan,
Fenomena tersebut hanya dapat digali 2017), data primer adalah data yang
melalui metode studi kasus. Penelitian ini dikumpulkan secara langsung oleh peneliti
mengevaluasi pelaksanaan pengendalian untuk menjawab permasalahan penelitian.
internal yang diterapkan dalam Gereja Toraja Data primer dalam penelitian ini adalah
ABC dan keterkaitannya dengan proses berupa kebijakan petinggi dan pengurus yang
akuntabilitas pengelolaan keuangan. Evaluasi berkaitan dengan akuntabilitas serta
ini diharapkan dapat meningkatkan pengendalian internal yang diterapkan pada
akuntabilitas pengelolaan keuangan melalui lembaga keagamaan. Data lembaga
penerapan pengendalian internal yang baik. keagamaan yang tidak dipublikasikan
diperoleh dengan melakukan wawancara
Pendekatan/Metode Penelitian dengan pengurus organisasi gereja dan
Metode penelitian yang digunakan observasi terhadap keadaan di tempat
adalah pendekatan kualitatif deskriptif. penelitian.
Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk Wawancara (komunikasi berupa tanya
memahami proses dan fenomena yang terjadi jawab) dilakukan dalam bentuk semi-
di lapangan secara mendalam sehingga structured dengan banyak pengembangan
kemudian berdasarkan fenomena tersebut atau improvisasi secara langsung kepada
dapat diperoleh kesimpulan. Menurut subjek penelitian sehingga dapat menggali
Wahyuni (2015 dalam Hartanti, 2017), permasalahan secara lebih mendalam.
penelitian kualitatif adalah suatu penelitian Wawancara dilakukan kepada pengurus
yang menggunakan pendekatan induktif Gereja yang bertanggung jawab atas
dengan tujuan untuk mendapatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan dan
pemahaman mendalam terkait pengalaman Petinggi Gereja yang bertanggung jawab
seseorang atau suatu kelompok. Menurut dalam menerapkan pengendalian internal
Sugiyono (2010 dalam Purnama, 2016), dalam Gereja Toraja ABC. Responden
penelitian deskriptif bertujuan untuk wawancara berjumlah empat, yaitu
memaparkan suatu keadaan atau fenomena Bendahara Umum, Kasir, Majelis Jemaat,
yang sekarang terjadi, untuk menjawab dan Jemaat umum. Wawancara ini dilakukan
permasalahan secara aktual dengan untuk mengetahui mekanisme organisasi
menggunakan prosedur ilmiah. Dengan dalam mempertanggungjawabkan
demikian metode penelitian kualitatif sesuai pengelolaan keuangan dan menerapkan
untuk digunakan dalam penelitian ini. Hal ini pengendalian internal. Teknik ini bertujuan

248 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.12| No.2| 2020


JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 12 (2), 2020, 241-264

untuk mendapatkan informasi yang Penelitian ini menggunakan pendekatan


kompleks, seperti pendapat, sikap, serta induktif atau “bottom-up”, yaitu analisis
pengalaman pribadi. Daftar pertanyaan data, proses, dan fenomena yang ada untuk
wawancara didasarkan pada tahapan-tahapan menghasilkan sebuah kesimpulan atau
dalam model akuntabilitas Bovens (2007) kerangka. Data yang diperoleh dari hasil
sehingga didapatkan gambaran pelaksanaan wawancara dengan para pengurus keuangan,
akuntabilitas keuangan. Kemudian berkaitan dokumentasi laporan keuangan, pedoman
dengan pengendalian internal, pertanyaan- umum, dan dokumen-dokumen pendukung
pertanyaan disesuaikan dengan komponen lainnya, serta observasi atas pekerjaan sehari-
dalam COSO IC-IF. Hasil wawancara akan hari yang dilakukan oleh para pengurus
dibuat dalam bentuk transkrip kemudian keuangan di tempat penelitian, dianalisis
dianalisis. dengan teori akuntabilitas dan COSO IC-IF,
Observasi dilakukan dengan melihat dan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan
mengamati keadaan di tempat penelitian mendapatkan kesimpulan.
untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan di
gereja dalam menerapkan pengendalian Unit Analisa
internal, model akuntabilitas atas Penelitian ini dilakukan di Gereja Toraja
pengelolaan keuangan, serta data pendukung ABC. Gereja Toraja ABC (lingkup Jemaat)
lainnya yang dibutuhkan. Observasi adalah wujud dari Gereja Toraja yang berupa
dilakukan terutama atas pekerjaan sehari-hari gereja lokal (setempat). Berdasarkan Buku
yang dilakukan oleh para pengurus keuangan Tata Gereja Toraja (2016) dapat dijelaskan
di tempat penelitian. bahwa Gereja Toraja Lokal sebagai
Sugiyono (2013) menjelaskan bahwa persekutuan orang percaya (dalam iman
data sekunder adalah data yang dikumpulkan kepada Allah dalam pribadi Tuhan Yesus
atau diambil tidak dari sumber utamanya Kristus) di suatu tempat tertentu yang
secara langsung, tetapi melalui media lain melaksanakan pemberitaan Firman Allah dan
seperti dokumen, internet, dan orang lain. sakramen serta menjalankan tugas
Contoh dari data ini umumnya berupa bukti, panggilannya untuk menjadi berkat bagi
catatan atau laporan historis yang telah dunia. Kepengurusan dalam Gereja Toraja
tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang ABC untuk satu periode berlangsung selama
dipublikasikan dan yang tidak tiga tahun. Gereja Toraja ABC dipilih
dipublikasikan. Data sekunder pada sebagai unit penelitian berdasarkan beberapa
penelitian ini berkaitan dengan data dari alasan seperti yang telah dijelaskan di bagian
penelitian terdahulu, laporan keuangan yang pendahuluan.
telah dipublikasikan oleh Gereja Toraja
ABC, serta beberapa dokumen pendukung HASIL DAN PEMBAHASAN
lainnya.
Akuntabilitas Pelaporan Keuangan
Gereja
Analisis Data
Proses penyusunan laporan keuangan
Hasil wawancara dengan pengurus
telah mengikuti pedoman tersebut, walaupun
organisasi gereja, observasi, dan
belum sepenuhnya diterapkan dengan
dokumentasi akan diolah menggunakan
optimal. Laporan keuangan belum disusun
descriptive qualitative analysis. Menurut
dengan lengkap. Hal itu karena bendahara
Hartanti (2017), descriptive qualitative
yang menjadi pengurus gereja tidak memiliki
analysis digunakan untuk menguraikan,
latar belakang akuntansi atau keuangan.
menggambarkan, dan membandingkan data
Laporan keuangan yang disusun mengikuti
yang diperoleh selama penelitian. Tujuan
acuan persyaratan minimum yang ditetapkan
dari penelitian ini adalah menafsirkan dan
dalam pedoman, walaupun diharapkan ke
menguraikan data yang ada dengan kejadian
depannya dapat diperbaiki sehingga dapat
yang sedang terjadi.
mengembangkan pelaporan keuangan yang

249 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.12 | No.2 | 2020


MARSELINUS ADITYA HARTANTO TJUNGADI, YAN RAHADIAN / Akuntabilitas Pelaporan
Keuangan dan Pengendalian Internal Pada Gereja Toraja ABC
lebih lengkap (yaitu mencakup Laporan jemaat) ditangani oleh Wakil Bendahara II.
Posisi Keuangan dan Laporan Arus Kas) Kemudian yang mengemban tugas sebagai
seperti yang ditetapkan oleh Pedoman Umum kasir berjumlah satu orang yang juga
Pengelolaan Keuangan dan Harta Milik merangkap sebagai petugas administrasi
Gereja Toraja. Jemaat. Kemudian yang mengemban tugas
Melalui observasi dan wawancara di sebagai kasir berjumlah satu orang. Para
tempat penelitian, peneliti menemukan bendahara tidak ada yang menetap bekerja di
bahwa Laporan Keuangan disusun kantor Gereja. Hanya kasir yang menetap
berdasarkan transaksi-transaksi operasional bekerja di kantor gereja, sehingga memiliki
harian. Pengurus Gereja Toraja ABC yang waktu luang yang lebih banyak dibandingkan
bertugas di bidang keuangan terbagi dalam bendahara. Tidak ada orang atau anggota
dua bagian, yaitu Bendahara dan Kasir. pengurus Gereja yang dikhususkan untuk
Bendahara terdiri dari tiga orang, yaitu bertugas sebagai tenaga akuntansi atau
Bendahara Umum, Wakil Bendahara I, dan pembukuan, sehingga Bendahara Umum
Wakil Bendahara II. Transaksi yang yang merangkap tugas tersebut. Namun,
berkaitan dengan kegiatan operasional gereja karena kesibukan dari Bendahara Umum,
ditangani oleh Bendahara Umum. Transaksi maka tidak jarang akhirnya tenaga kasir yang
yang berkaitan dengan dana transit, seperti merangkap tugas pembukuan. Akuntabilitas
untuk Badan Pekerja Sinode, pemeliharaan, pelaporan keuangan Gereja Toraja ABC
pembangunan, dan keperluan khusus (selanjutnya disebut Gereja) difokuskan pada
(pekabaran injil atau evangelisasi, Laporan Penerimaan Uang, Laporan
perumahan dan pensiunan pendeta, dan Pengeluaran Uang, dan Saldo Kas
sumbangan korban bencana kepada Sistem penerimaan dana dari ibadah
masyarakat umum) ditangani oleh Wakil maupun lainnya yang diterima oleh bagian
Bendahara I. Sementara itu, untuk transaksi keuangan dapat digambarkan alurnya sebagai
yang berkaitan dengan diakonia (bantuan berikut:
sosial, sumbangan orang sakit, dan kedukaan

Sumber: data diolah sendiri, tahun 2020

250 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.12| No.2| 2020


JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 12 (2), 2020, 241-264

Gambar 1. Alur Prosedur Penerimaan Uang di Gereja.

Sistem dan alur prosedur penerimaan jika penerimaan terjadi diluar hari Minggu.
uang sebagaimana Gambar 1 dapat dijelaskan Dalam pelaksanaannya, bendahara baru
sebagai berikut: bisa menandatangani keseluruhan voucher
a. Persembahan sukarela melalui pundi-pundi
pada saat datang ke kantor Gereja. Hal ini
yang berjumlah empat dan Persembahan
terjadi karena kesibukan dan bendahara
Syukur Bulanan (PSB), diterima Gereja
bukanlah pegawai kantor yang setiap hari
melalui ibadah pada hari Minggu dan
ada di Gereja. Kecuali untuk penerimaan
ibadah keluarga. Pundi satu digunakan
pada ibadah hari Minggu, Bendahara bisa
untuk operasional jemaat, pundi dua
langsung menandatangani, karena ada di
digunakan untuk Badan Pekerja Sinode
kantor Gereja.
(Pengurus Pusat), pundi tiga digunakan
d. Uang persembahan sukarela melalui pundi-
untuk bantuan sosial, sumbangan orang
pundi yang berjumlah empat dan PSB
sakit, dan kedukaan jemaat (diakonia), dan
disetor ke bank pada saat jam kerja. Jika
pundi empat digunakan untuk keperluan
diterima sudah melewati hari kerja akan
khusus (pada minggu pertama digunakan
disetor pada keesokan harinya.
untuk pekabaran injil atau evangelisasi,
e. Voucher penerimaan dan bukti setor bank
minggu ketiga digunakan untuk perumahan
diserahkan ke bagian pembukuan untuk
dan pensiunan pendeta, dan minggu-
dicatat dalam pembukuan dengan program
minggu lainnya dapat diperuntukkan
Microsoft Excel.
sebagai sumbangan korban bencana kepada
masyarakat umum). Berbagai persembahan Dalam sistem transaksi pengeluaran
ini disetor oleh petugas ibadah kepada operasional, kasir menggunakan dana dari
kasir pada saat selesai ibadah hari Minggu Petty Cash sebesar satu juta lima ratus ribu
rupiah untuk kegiatan rutin. Petty Cash
dan untuk ibadah keluarga biasanya disetor
menggunakan metode imprest (tetap) yang
sehari sesudahnya bahkan lebih. akan di isi kembali agar jumlahnya tetap satu
b. Kasir akan membuatkan bukti penerimaan juta lima ratus ribu rupiah. Kasir akan
atau voucher penerimaan berupa laporan melampirkan bukti-bukti pengeluaran selama
pelayanan yang ditandatangani oleh seminggu. Untuk pengeluaran besar untuk
penyetor (petugas ibadah) dan Program Kerja Anggaran (PKA), maka dana
kasir/bendahara. dikeluarkan oleh Bendahara. Hal ini dapat
digambarkan dalam Gambar 2 berikut ini:
c. Selanjutnya voucher penerimaan itu harus
dicek dan ditandatangani oleh bendahara,

251 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.12 | No.2 | 2020


MARSELINUS ADITYA HARTANTO TJUNGADI, YAN RAHADIAN / Akuntabilitas Pelaporan
Keuangan dan Pengendalian Internal Pada Gereja Toraja ABC

Sumber: data diolah sendiri, tahun 2020

Gambar 2. Alur Prosedur Pengeluaran Uang di Gereja.

Adapun penjelasan dari sistem dan alur ditandatangani oleh Bendahara dan
prosedur pengeluaran uang seperti yang Pimpinan Majelis Gereja).
digambarkan di Gambar 2 sebagai berikut: d. Setelah ada tandatangan atau persetujuan
dari bendahara, ketua bidang/komisi, dan
a. Kasir atau bendahara menerima permintaan
Pimpinan Majelis Gereja, maka bendahara
dana secara rutin dari berbagai
berhak mengeluarkan uang. Namun, karena
bidang/komisi yang ada di Gereja.
keterbatasan waktu dari bendahara dan
b. Kasir membuat voucher pengeluaran
ketua bidang/komisi sehingga sering
berdasarkan permintaan (melalui anggaran,
persetujuan dilakukan lewat percakapan
sesuai komisi/bidang) berdasarkan
telepon (juga melalui WhatsApp supaya
pengecekan oleh bendahara atas program
tertulis, ada bukti screenshot serta
yang sudah dianggarkan (sesuai anggaran
waktunya).
komisi/bidang).
e. Lalu voucher penerimaan beserta
c. Lalu voucher beserta lampirannya
lampirannya diserahkan kepada staf
diserahkan kepada Bendahara, Ketua
pembukuan untuk dicatat dalam program
masing-masing bidang/komisi yang
Microsoft Excel
membawahi mata anggaran program
tersebut, dan Pimpinan Majelis Gereja
untuk ditandatangani (sering tidak Semua transaksi terjadi setiap hari dan
ditandatangani oleh ketua masing-masing pada hari Kamis pembukuan ditutup,
bidang/komisi, sehingga hanya kemudian diperiksa oleh bendahara setiap hari

252 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.12| No.2| 2020


JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 12 (2), 2020, 241-264

Jumat. Dengan demikian jika ada transaksi Jika sumber daya memadai, maka ke
yang terjadi pada hari Jumat, maka transaksi depannya Gereja Lokal seperti Gereja Toraja
tersebut akan dimasukkan pada laporan ABC dihimbau oleh Petinggi Pusat (Sinode)
keuangan minggu berikutnya. Laporan untuk turut menyusun dan menyertakan
disajikan secara mingguan dan bulanan Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Arus
(terutama untuk PSB yang hanya sebulan Kas.
sekali oleh tiap jemaat) pada setiap ibadah Berdasarkan analisis atas hasil
hari Minggu. Voucher pendapatan dan wawancara, observasi, dan dokumentasi
pengeluaran untuk periode satu minggu penyusunan laporan keuangan oleh bendahara
tersebut disatukan untuk diperiksa. Gereja, diketahui bahwa walaupun di tengah
Bendahara mengungkapkan bahwa kesibukan pekerjaan sehari-harinya (bukan
mereka selalu menghabiskan waktu beberapa pegawai khusus di Gereja), bendahara telah
jam untuk memeriksa dan menganalisis setiap berusaha menyusun laporan keuangan Gereja
transaksi yang dibukukan dengan memeriksa (Laporan Penerimaan Uang, Laporan
langsung pada voucher yang sudah terkumpul Pengeluaran Uang, dan Saldo Kas) dengan
serta melakukan rekonsiliasi rekening bank sebaik mungkin, terutama dengan
termasuk pemeriksaan data yang diinput menghabiskan waktu beberapa jam dalam
secara manual ke Microsoft Excel oleh tenaga penyusunannya. Hal ini patut diapresiasi,
pembukuan. Bendahara mengecek langsung mengingat bahwa bendahara bukanlah orang
penerimaan Persembahan dan PSB pada saat yang memiliki latar belakang akuntansi atau
ibadah Minggu dan ibadah keluarga. Jika ada keuangan. Bendahara juga telah berusaha
kesalahan yang ditemukan, maka segera untuk menyusun laporan keuangan agar
dilakukan koreksi pada saat itu. Pengeluaran akuntabel sesuai dengan acuan yang diberikan
yang besar (di atas satu juta lima ratus ribu dalam Pedoman Umum Pengelolaan
rupiah, berdasarkan kebijakan Majelis Gereja) Keuangan dan Harta Milik Gereja Toraja.
perlu melalui persetujuan Pimpinan Majelis Laporan keuangan yang disusun berdasarkan
Gereja kemudian dibayarkan oleh Bendahara. pedoman dan dipublikasikan adalah bentuk
Hal ini dikarenakan, kasir tidak memegang akuntabilitas aktor (bendahara) kepada forum
uang kas lebih dari jumlah yang ditetapkan (jemaat).
sebagai Petty Cash. Dalam mengevaluasi tiap tahapan
Pedoman Umum Pengelolaan Keuangan pelaksanaan dan proses akuntabilitas
dan Harta Milik Gereja Toraja menjadi acuan pelaporan keuangan berdasarkan Bovens
bagi Gereja Lokal yang bernaung pada Sinode (2007), peneliti menilai berdasarkan daftar
Gereja Toraja. Dalam pedoman tersebut pertanyaan dari tiap tahapan dan aspek dalam
disediakan format laporan keuangan untuk ketiga dimensi accountability cube
Gereja Lokal seperti Gereja Toraja ABC. berdasarkan Brandsma dan Schillemans
Laporan keuangan yang disusun oleh Gereja (2012). Hal tersebut dijadikan pedoman untuk
Toraja ABC sudah mengikuti petunjuk dari mengevaluasi pelaksanaan akuntabilitas
Pedoman tersebut, walaupun dengan sedikit pelaporan keuangan di Gereja Toraja ABC.
modifikasi yang disesuaikan dengan Jika semua pertanyaan dari tiap tahapan telah
karakteristik Gereja Lokal. Laporan berjalan sesuai dengan aspek dari tiap dimensi
Penerimaan Uang, Laporan Pengeluaran accountability cube, maka tahapan
Uang, dan Saldo Kas adalah laporan keuangan akuntabilitas Bovens (2007) tersebut telah
yang perlu disusun pada Gereja Toraja Lokal berjalan dengan optimal. Sedangkan jika
yang belum mampu mengembangkan semua pertanyaan dari tiap tahapan belum
pelaporan keuangan secara lengkap. Gereja berjalan sesuai dengan aspek dari tiap dimensi
Toraja ABC belum mampu mengambangkan accountability cube, maka tahapan
pelaporan keuangan secara lengkap karena akuntabilitas Bovens (2007) tersebut belum
para pengurus keuangan tidak ada yang berjalan dengan optimal.
berlatar belakang akuntansi atau keuangan.

253 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.12 | No.2 | 2020


MARSELINUS ADITYA HARTANTO TJUNGADI, YAN RAHADIAN / Akuntabilitas Pelaporan
Keuangan dan Pengendalian Internal Pada Gereja Toraja ABC
Informing about Conduct percaya bahwa laporan keuangan yang
Publikasi laporan keuangan Gereja dipublikasikan telah akuntabel karena sudah
(penerimaan, pengeluaran, dan saldo kas) diperiksa oleh Komisi Verifikasi.
dilakukan tiap minggu saat ibadah Minggu Berdasarkan analisis atas hasil
dan tiap bulan untuk PSB sesuai kebijakan wawancara, observasi, dan dokumentasi atas
Majelis Gereja sebagai kebutuhan publikasi pelaporan keuangan Gereja, diketahui bahwa
kepada jemaat. Laporan keuangan yang penyusunan laporan keuangan awalnya
dipublikasikan merupakan laporan keuangan mengikuti model yang telah dilaksanakan oleh
atas transaksi dari satu minggu sebelumnya pengurus periode sebelumnya. Tetapi,
yang dipublikasikan melalui media cetak, perubahan format pelaporan keuangan mulai
yaitu warta jemaat. Hal ini menunjukkan dilakukan pada tahun 2018 setelah
bahwa aktor telah mempublikasikan informasi mendapatkan saran dari Gereja Toraja Lokal
laporan keuangan Gereja secara tepat waktu lainnya dan disesuaikan dengan Pedoman
dan cukup memadai. Walaupun demikian, ke Umum Pengelolaan Keuangan dan Harta
depannya Gereja Toraja ABC dihimbau oleh Milik Gereja Toraja yang diterbitkan Sinode
Petinggi Pusat (Sinode) untuk turut menyusun Gereja Toraja pada tahun 2018.
dan menyertakan Laporan Posisi Keuangan Dalam mempublikasikan informasi
dan Laporan Arus Kas, saat sumber daya laporan keuangan kepada forum, aktor telah
Gereja Toraja ABC sudah dapat mendukung menyajikannya dengan baik secara tepat
(pengurus keuangan yang berlatar belakang waktu dan memadai. Direncanakan ke
akuntansi atau keuangan). depannya, informasi laporan keuangan akan
Bendahara mengungkapkan bahwa dipublikasikan menggunakan media virtual
transaksi-transaksi yang dipublikasikan cukup melalui group WhatsApp Jemaat Gereja.
dapat terjamin akuntabilitasnya. Namun Berdasarkan dimensi pertama Accountability
demikian, pemeriksaan dan analisis terhadap Cube dari Brandsma dan Schillemans (2012),
setiap transaksi yang dibukukan hanya informasi yang disajikan telah mencukupi
dilakukan sekali seminggu, yaitu tiap hari karena informasi laporan keuangan yang
Jumat. Hal tersebut dilakukan dengan dipublikasikan telah sesuai dengan acuan
memeriksa langsung pada voucher yang sudah pedoman, sehingga tingkat akuntabilitasnya
terkumpul serta melakukan rekonsiliasi cukup. Oleh karena itu, tahapan pertama
rekening bank, termasuk pemeriksaan data (Informing about Conduct) sesuai teori
yang diinput secara manual ke Microsoft akuntabilitas Bovens (2007) cukup berjalan
Excel oleh tenaga pembukuan. Bendahara dan dengan baik, walaupun masih memerlukan
kasir telah memeriksa dan menganalisis perbaikan peningkatan penyajian informasi
secara detail setiap transaksi maupun lampiran dengan turut menyusun dan menyertakan
dokumen pendukungnya yang menghabiskan Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Arus
waktu beberapa jam. Hal tersebut adalah Kas. Laporan pelengkap tersebut dapat
bentuk komitmen dan tanggung jawab dari ditambahkan saat sumber daya Gereja Toraja
para pengurus keuangan Gereja. Namun, ABC telah memadai, terutama memiliki
penginputan masih bersifat manual di pengurus keuangan yang berlatar belakang
Microsoft Excel. Hal tersebut menunjukkan akuntansi atau keuangan (yaitu dengan
bahwa kesalahan penginputan maupun merekrut tenaga baru atau memberikan
perhitungan dapat terjadi, sehingga pelatihan kepada pengurus yang ada). Dari
mengurangi akuntabilitas laporan keuangan hasil analisis wawancara, observasi, dan
Gereja. Majelis jemaat dan bendahara dokumentasi bentuk pelaporan keuangan
merencanakan akan menggunakan aplikasi Gereja, diketahui bahwa penyusunan laporan
akuntansi di masa yang akan datang. Dalam keuangan mengikuti yang telah dilaksanakan
kepengurusan majelis jemaat, komisi oleh pengurus periode sebelumnya. Namun,
verifikasi berperan sebagai audit internal bagi ke depannya perlu lebih menyesuaikan
Gereja Toraja ABC. Jemaat pada umumnya dengan pedoman. Dalam mempublikasikan

254 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.12| No.2| 2020


JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 12 (2), 2020, 241-264

informasi laporan keuangan kepada forum, (aktor dan forum) saling mendengarkan satu
aktor telah menyajikannya dengan baik sama lain, terutama saat terjadi permasalahan.
melalui media cetak (warta jemaat) saat Pengurus Keuangan Gereja pun merasa bahwa
ibadah hari minggu secara tepat waktu dan hal tersebut adalah tanggung jawab mereka,
memadai, namun informasi laporan keuangan sehingga berusaha menemukan solusi
tersebut kurang dapat diandalkan karena sesegera mungkin, karena jika ditunda maka
pengurus keuangan gereja tidak memiliki latar akan lebih sulit untuk diatasi mengingat para
belakang akuntansi atau keuangan. Sehingga pengurus pun cukup sibuk dengan kegiatan
tahapan pertama (informing about conduct) sehari-harinya. Hal ini menunjukkan aktor
sesuai teori akuntabilitas Bovens (2007) diberikan kesempatan untuk menjelaskan
belum sepenuhnya berjalan dengan optimal. tindakannya dalam penyusunan laporan
keuangan. Salah satu jemaat pun menjelaskan
Debating bahwa sebagian besar jemaat percaya saja
Jemaat berhak untuk menanggapi dengan Pengurus Keuangan Gereja, yang
pelaporan keuangan Gereja, karena uang dalam wawancara menyampaikan sebagai
mereka dikelola oleh para pengurus Gereja berikut:
dan digunakan untuk kemuliaan nama Tuhan
serta untuk kepentingan Jemaat maupun ” Kebanyakan jemaat percaya saja
masyarakat umum. Kesempatan untuk dengan pengelolaan keuangan oleh
melakukan tanya jawab antara aktor Pengurus Keuangan Gereja. Jarang
(bendahara) dan forum (jemaat) mengenai ada jemaat yang mau betul-betul
laporan keuangan diberikan seluas-luasnya. memeriksa dengan lebih teliti laporan
Namun demikian, pertanyaan hanya terkait keuangan yang dipublikasikan.
kesalahan pencatatan persembahan jemaat Apalagi terdapat anggapan bahwa
bahkan hal tersebut jarang terjadi. Bendahara menjalankan tugas sebagai Pengurus
menyampaikan sebagai berikut: Keuangan Gereja merupakan bentuk
pelayanan kepada Tuhan dan Gereja.”
”Pernah ada Jemaat yang mengajukan (Responden A dalam lampiran 3,
protes karena PSBnya tidak 2020).
ditampilkan dalam laporan keuangan,
maka saya menghubungi Pelayan Kepercayaan jemaat yang tinggi dan
yang bertugas saat jadwal ibadah itu rendahnya inisiatif untuk memeriksa dengan
untuk mencari tahu, akhirnya setelah lebih teliti, menyebabkan intensitas diskusi
ditelusuri, penerimaan tersebut tidak atas laporan keuangan masih rendah. Aktor
tercatat. Ada pula jemaat lain yang diberikan kesempatan untuk menjelaskan
mempertanyakan PSBnya, setelah tindakannya dalam penyusunan laporan
ditelusuri ternyata jemaat tersebut keuangan, namun proses ini sangat jarang
lupa mencantumkan namanya pada dilakukan. Padahal kesempatan untuk
amplop PSB sehingga dicatat sebagai melakukan tanya jawab antara aktor
PSB lain-lain. Dulu beberapa kali (bendahara) dan forum (jemaat) mengenai
terjadi selisih perhitungan penerimaan laporan keuangan telah diberikan seluas-
persembahan di ibadah minggu, luasnya, tetapi tidak dimanfaatkan dengan
sehingga pernah salah satu bendahara baik.
mengganti selisih tersebut dengan Berdasarkan dimensi kedua
uang pribadinya” (Responden BU, Accountability Cube dari Brandsma dan
2020). Schillemans (2012), intensitas diskusi masih
minim, sehingga tingkat akuntabilitasnya
Kejadian-kejadian seperti itu langsung
rendah. Oleh sebab itu dari sudut pandang
diselesaikan secepat mungkin, karena hal
seperti ini merupakan hal yang sensitif. Hal tahapan kedua dalam teori akuntabilitas
Bovens (2007), tahap Debating kurang
ini menunjukkan bahwa kedua belah pihak
optimal dijalankan.
255 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.12 | No.2 | 2020
MARSELINUS ADITYA HARTANTO TJUNGADI, YAN RAHADIAN / Akuntabilitas Pelaporan
Keuangan dan Pengendalian Internal Pada Gereja Toraja ABC
sering menyusun laporan keuangan
Judjing berdasarkan laporan keuangan yang disusun
Penilaian atas laporan keuangan Gereja oleh bendahara periode sebelumnya. Laporan
dapat dilakukan dalam rapat majelis jemaat keuangan periode sebelumnya tersebut
Gereja. Majelis merupakan perwakilan dari memiliki sedikit perbedaan dibandingkan
jemaat Gereja Toraja ABC. Selain itu, jemaat pedoman. Jemaat memaklumi keterbatasan
yang tidak termasuk majelis dipersilahkan para Pengurus Keuangan Gereja tersebut.
untuk mengikuti rapat majelis tersebut. Dapat Oleh sebab itu, dalam penilaian terhadap
dikatakan bahwa forum yang menilai hasil laporan keuangan tidak ada sanksi jika ada
kerja aktor cukup independen. Hal ini kesalahan. Kesalahan tersebut menjadi bahan
terutama dikarenakan majelis jemaat memiliki evaluasi agar dapat diperbaiki di periode
tanggung jawab untuk menjaga pelaksanaan berikutnya.
kegiatan Gereja tetap sesuai ajaran agama Berdasarkan dimensi ketiga
yang memperjuangkan kebenaran. Selain itu, Accountability Cube dari Brandsma dan
majelis jemaat juga mempunyai wewenang Schillemans (2012), tidak adanya konsekuensi
untuk mengoreksi kekeliruan dalam jemaat. berupa sanksi jika ada kesalahan,
Sejauh ini jemaat menerima dengan baik menyebabkan tingkat akuntabilitasnya
laporan keuangan yang disusun oleh Pengurus dikategorikan sebagai rendah. Hal tersebut
Keuangan Gereja terutama karena sudah menunjukkan bahwa Judging sebagai tahapan
diperiksa oleh komisi verifikasi. Namun ketiga dalam teori akuntabilitas Bovens
demikian, dalam berbagai kesempatan, ada (2007) berjalan kurang optimal. Kurangnya
juga jemaat yang mengusulkan agar proses komunikasi antara aktor dan forum
penyusunan laporan keuangan diperbaiki menunjukkan rendahnya tingkat akuntabilitas
mekanismenya. Beberapa jemaat merasa dalam pelaporan keuangan Gereja Toraja.
bahwa para Pengurus Keuangan Gereja masih Berdasarkan pembahasan masing-masing
kurang memahami penyusunan laporan tahapan akuntabilitas yang telah dipaparkan di
keuangan. Bendahara pun menyampaikan atas, dapat disimpulkan bahwa Pelaporan
sebagai berikut: Keuangan Gereja Toraja ABC belum optimal.
Berdasarkan Accountability Cube dari
“Saya sering merasa kesulitan dalam Brandsma dan Schillemans (2012), hanya
menyusun laporan keuangan, karena pada dimensi pertama (jumlah informasi)
saya bukan orang yang berlatar tingkat akuntabilitasnya dinilai cukup,
belakang akuntansi atau keuangan. sedangkan pada dimensi kedua (intensitas
Jemaat pun memaklumi kondisi diskusi) dan dimensi ketiga (pengaruh
tersebut, sehingga jemaat menerima konsekuensi) tingkat akuntabilitasnya rendah.
saja laporan keuangan yang disusun.” Komunikasi antara aktor dan forum yang
(Responden BU dalam lampiran 2, melibatkan ketiga dimensi kubus masih
2020) kurang, sehingga tingkat akuntabilitas Gereja
Jemaat menilai pelaporan keuangan Toraja ABC masih rendah.
Gereja sudah baik. Hal tersebut karena Pelaksanaan tahapan Akunbilitas
kurangnya pemahaman jemaat terhadap Pelaporan Keuangan di Gereja Toraja ABC
laporan keuangan. Selain itu, Komisi berdasarkan akuntabilitas Bovens (2007),
Verifikasi pun sering mengingatkan kepada yaitu Debating dan Judjing kurang berjalan
Pengurus Keuangan Gereja agar penyusunan dengan optimal. Hanya tahapan pertama, yaitu
laporan keuangan menyesuaikan dengan Informing about Conduct yang berjalan
Pedoman Umum Pengelolaan Keuangan dan dengan baik. Tiap tahapan menyediakan ruang
Harta Milik Gereja Toraja. Pengurus bagi forum (jemaat) untuk menguji dan
Keuangan Gereja tidak sepenuhnya mengikuti menilai hasil laporan keuangan yang disusun.
pedoman tersebut. Dikarenakan oleh Namun demikian, tingginya kepercayaan
kurangnya pemahaman, awalnya bendahara jemaat kepada Pengurus Keuangan Gereja dan

256 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.12| No.2| 2020


JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 12 (2), 2020, 241-264

minimnya kepedulian jemaat menyebabkan melalui sikap Majelis Jemaat Gereja selaku
penerapan tahapan akuntabilitas menjadi pihak yang memangku jabatan gerejawi
kurang optimal. Tingginya tingkat (pimpinan) kepada segenap pengurus dan
kepercayaan jemaat kepada para pengurus jemaat Gereja. Dengan begitu, para pengurus
keuangan dan minimnya kepedulian jemaat maupun jemaat gereja pun meneladani
terhadap pengelolaan keuangan Gereja juga tindakan dan arahan dari Majelis Jemaat.
dikarenakan jemaat lebih menaruh perhatian Setiap pemimpin maupun pengurus sama-
pada pemberian kepada Tuhan dan Gereja sama saling mengingatkan agar selalu
melalui persembahan, namun kurang menjaga integritas dan nilai-nilai etik dalam
memperhatikan perihal pengelolaannya. melaksanakan pelayanan gereja. Para
Para pengurus keuangan telah pemimpin maupun pengurus yang
melaksanakan tanggung jawabnya dalam menyeleweng dari nilai-nilai etika dan sikap
menyusun laporan keuangan yang akuntabel integritas akan ditegur dan diberikan
di tengah kesibukan mereka. Pemerikaan atas konseling oleh pendeta selaku gembala gereja
laporan keuangan dilakukan dengan menguji dan Majelis Jemaat. Untuk pengurus
kebenaran atau kecocokan perhitungan secara keuangan, pelaporan keuangan yang jujur
horizontal maupun vertikal (footing dan cross lebih diutamakan daripada menyajikan
footing), menelusuri voucher transaksi laporan yang baik demi mencapai tujuan
dibandingkan dengan bukti-bukti yang tertentu. Integritas dan nilai-nilai etik dijujung
menunjang validitas transaksi (vouching) serta tinggi dalam tugas pelayanan gereja, karena
melakukan rekonsiliasi bank. Waktu perlu bukan hanya sebagai bentuk pelayanan
diluangkan karena para Pengurus Keuangan kepada sesama tetapi juga kepada Tuhan. Hal
Gereja bukan khusus sebagai pegawai Gereja, tersebut menunjukkan bahwa aspek komitmen
tetapi sebagai bentuk pelayanan kepada Tuhan terhadap integritas dan nilai-nilai etik telah
dan Gereja. Hal ini menunjukkan bahwa berjalan dengan optimal.
selaku steward, para Pengurus Keuangan Majelis Jemaat sebagai representasi atau
Gereja telah berusaha memprioritaskan perwakilan jemaat berperan sebagai dewan
kepentingan organisasi dibandingkan dengan pengawas. Majelis Jemaat bertugas untuk
kepentingan pribadi sebagai bentuk mengawasi kinerja para pengurus keuangan
stewardship. Oleh karena hal tersebut gereja. Laporan keuangan tahunan dan
berhubungan erat dengan pelayanan kepada pergantian periode kepengurusan dilaporkan
Tuhan dan sesama, maka Tuhan Sang pada rapat majelis sebagai proses pengawasan
Penyelenggara kehidupan akan memberikan keuangan gereja. Kemudian laporan keuangan
rahmat-Nya kepada mereka yang tersebut dipublikasikan kepada jemaat gereja.
diperkenankan sesuai dengan kebijaksanaan Pemilihan pengurus gereja dilakukan secara
Tuhan, terutama kepada mereka yang kolektif dan sukarela. Majelis Gereja
melayani Tuhan dan Gereja. menyeleksi calon pengurus dari antara jemaat
yang dianggap mampu untuk menjalankan
Pengendalian Internal Pelaporan tugas. Setelah pengurus terpilih, maka mereka
Keuangan Gereja akan diteguhkan untuk mengemban tanggung
jawab kepengurusan gereja. Hal tersebut
Control Environment menunjukkan bahwa aspek pengembangan
Gereja Toraja ABC sebagai organisasi kinerja pengendalian internal diawasi oleh
keagamaan berpedoman pada Kitab Suci dewan pengawas telah berjalan dengan
(Alkitab), pokok-pokok ajaran Gereja Toraja, optimal.
dan Tata Laksana Gereja dalam melaksanakan Adanya pedoman umum pengelolaan
tugas organisasinya. Nilai-nilai alkitabiah keuangan dan harta milik Gereja Toraja
tersebut yang dijadikan dasar dan arahan oleh menunjukkan bahwa ada standar yang
para pemimpin dan pengurus gereja sebagai ditetapkan dalam penyusunan laporan
nilai etika dalam kehidupan menggereja. keuangan. Namun, pedoman tersebut masih
Penerapan nilai-nilai tersebut ditunjukkan
257 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.12 | No.2 | 2020
MARSELINUS ADITYA HARTANTO TJUNGADI, YAN RAHADIAN / Akuntabilitas Pelaporan
Keuangan dan Pengendalian Internal Pada Gereja Toraja ABC
kurang optimal dalam penerapannya. Dalam Dalam pencapaian tujuan, tiap anggota
pedoman umum tersebut tidak dicantumkan pengurus organisasi perlu bertanggung jawab
bagan struktur kepengurusan Gereja Toraja, atas tugasnya masing-masing. Untuk menilai
padahal dengan adanya bagan struktur maka pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dari
pembagian tugas, tanggung jawab, dan tiap personil, diperlukan penilaian kinerja
wewenang dapat terlihat dengan lebih jelas. untuk mengukurnya. Gereja Toraja ABC tidak
Hal tersebut menunjukkan bahwa aspek memiliki pengukuran kinerja yang baku
struktur, pelaporan, dan otoritas serta seperti pada perusahaan atau organisasi
tanggung jawab yang sesuai dalam mencapai lainnya, terutama diluar organisasi nirlaba
tujuan yang dibuat oleh manajemen dengan keagamaan. Penetapan pengukuran kinerja
pengawasan dari dewan pengawas belum cukup sulit, karena setiap pengurus
berjalan dengan optimal. melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
Dalam mencapai visi dan misinya, Gereja sebagai bentuk pelayanan. Jika ada pengurus
Toraja ABC membutuhkan orang-orang yang yang kurang bertanggung jawab dalam
kompeten untuk menjadi pengurus gereja. melaksanakan tugasnya, maka pengurus
Walaupun jemaat Gereja Toraja ABC tersebut tidak langsung diberhentikan atau
memiliki latar belakang yang beragam, tapi diberi hukuman. Tetapi, kemungkinan besar
tidak dapat memenuhi semua kompetensi tidak dipilih kembali menjadi pengurus di
yang dibutuhkan dalam komisi/bidang periode berikutnya. Hal tersebut menunjukkan
pelayanan. Menjadi pengurus gereja adalah bahwa aspek meminta pertanggungjawaban
bentuk pelayanan (stewardship), sehingga individu atas tugas dan wewenang
pengurus yang terpilih biasanya karena pengendalian internalnya dalam mencapai
kesukarelaan mereka maupun karena karakter tujuan belum berjalan dengan optimal.
mereka yang dianggap dapat dipercaya untuk
mengemban tugas. Bendahara Gereja Toraja
ABC pun terpilih sebagai pengurus keuangan Risk Assessment
bukan karena berlatar berlakang akuntansi Dalam Pedoman Umum Pengelolaan
atau keuangan, melainkan karena karakternya Keuangan dan Harta Milik Gereja Toraja
yang baik sehingga dipercaya untuk disebutkan bahwa pengelolaan keuangan
mengemban tugas tersebut. Di sisi lain, para Gereja dilaksanakan demi kemuliaan Allah.
jemaat lain umumnya enggan ditunjuk atau Oleh sebab itu pengelolaan keuangan
mengajukan diri sebagai Bendahara. Hal bertujuan untuk menyediakan informasi bagi
tersebut karena menjadi bendahara dianggap jemaat dan pihak lain yang berkepentingan
sebagai tugas yang sensitif, karena terhadap pelaksanaan penatalayanan
menyangkut uang Jemaat. Pedoman umum (stewardship) oleh Gereja Toraja melalui
mengizinkan untuk mengangkat atau panggilannya untuk bersekutu, bersaksi, dan
mempekerjakan pihak luar sebagai biro melayani. Program Kerja Anggaran (PKA)
akuntansi atau keuangan. Namun, Gereja dirancang agar pelayanan oleh gereja dapat
Toraja ABC lebih memilih untuk berjalan sesuai tujuan sekaligus sebagai alat
mempercayakan tugas tersebut kepada orang kontrol.
yang dianggap dapat dipercayai, walaupun Dalam organisasi keagamaan, tidak
tidak mempunyai kecakapan dalam ilmu berarti pelaksanaan tugasnya bebas dari risiko.
akuntansi atau keuangan. Pengurus keuangan Terdapat risiko-risko yang dapat menghambat
gereja juga telah berusaha menjalankan pencapaian tujuan organisasi. Risiko utama
tanggung jawabnya sebaik mungkin. Hal yang diidentifikasi oleh Gereja Toraja ABC
tersebut menunjukkan bahwa aspek komitmen adalah pelaksanaan program kerja oleh
untuk melaksanakan, mengembangkan, serta komisi/bidang yang tidak sejalan dengan
mempertahankan jiwa kompeten dalam tujuan gereja. Pengajuan tersebut harus sesuai
menyelaraskan tujuan belum berjalan dengan dengan tujuan Gereja. Penggunaan
optimal. dana/sumber daya gereja untuk pelaksanaan
program kerja juga harus

258 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.12| No.2| 2020


JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 12 (2), 2020, 241-264

dipertanggungjawabkan dan sesuai dengan signifikan pada sistem pengendalian internal


peruntukannya, agar dana/sumber daya gereja organisasi belum berjalan dengan optimal.
tidak diselewengkan. Dokumen pengeluaran
dana untuk pelaksanaan program kerja Control Activities
maupun kejadian insidentil berisiko PKA diajukan oleh masing-masing
diselewengkan. Risiko berikutnya yang komisi dan didiskusikan dengan Majelis
diidentifikasi oleh pihak Gereja Toraja ABC Jemaat pada rapat majelis. Prosedur
adalah kehilangan, perusakan, pencurian, dan permintaan pengeluaran dana telah dijelaskan
penyalahgunaan dokumen dan catatan gereja, sebelumnya. Pertanggungjawaban atas
terutama yang berkaitan dengan keuangan. pelaksanaan program kerja dan penggunaan
Terhadap beberapa risiko yang telah dana akan dipertanggungjawabkan saat rapat
diidentifikasi di atas, pihak Gereja Toraja majelis. Untuk menangani risiko
ABC meresponnya dengan mengurangi risiko. penyelewengan dokumen pengeluaran dana,
Kemungkinan keterjadian dan dampaknya aktivitas pengendaliannya berupa persetujuan
dikurangi dengan mengimplementasikan dari pihak yang berwenang. Dalam hal
pengendalian internal, berupa aktivitas- otorisasi, transaksi disetujui dan dieksekusi
aktivitas pengendalian. hanya oleh orang yang berwenang. General
Potensi kecurangan yang paling utama authorization diberikan kepada tiap bendahara
dipertimbangkan adalah pencurian uang dalam menangani transaksi yang ditangani
persembahan. Namun, dalam pelaksanaan oleh masing-masing bendahara (pundi satu
berbagai fungsi akuntansi atau keuangan hingga empat). Kemudian untuk transaksi
risiko penyalahgunaan dana, pencatatan rutin kantor gereja diberikan kepada kasir
maupun wewenang tidak diidentifikasi. Hal dengan pemberian petty cash. Specific
tersebut menunjukkan bahwa aspek authorization memerlukan persetujuan Ketua
mempertimbangkan adanya potensi atau Wakil Ketua Majelis Jemaat. Transaksi
kecurangan yang terjadi belum berjalan yang membutuhkan specific authorization
dengan optimal. tersebut adalah pengeluaran dana untuk
Gereja Toraja ABC tidak program kerja dan kebutuhan insidentil.
mengidentifikasi maupun melakukan Penerimaan dana dihitung jumlah lembar tiap
penilaian terhadap perubahan yang terjadi pecahan yang diterima dan dicatat sebagai
pada lingkungan eksternal yang dapat laporan lembar hitung kolekte. Hal ini
berdampak signifikan pada pengendalian dilakukan untuk mengurangi potensi
internal organisasi. Pada tahun 2018 gereja kecurangan, yaitu pencurian uang
melakukan perubahan format pelaporan persembahan. Pencatatan dilakukan secara
keuangan setelah mendapatkan saran dari sederhana dan berbasis kas. Pencatatan
Gereja Toraja Lokal lainnya. Ternyata penerimaan dan pengeluran kas belum
perubahan tersebut karena Sinode Gereja menggunakan metode double entry.
Toraja telah menyusun Pedoman Umum Pemisahan tugas (antara custody,
Pengelolaan Keuangan dan Harta Milik pencatatan/akuntansi atau pembukuan, dan
Gereja Toraja. Setiap tiga tahun, periode wewenang atau otorisasi) belum berjalan
kepengurusan gereja berakhir dan dilakukan dengan baik di Gereja Toraja ABC. Hal
penggantian kepengurusan. Dalam pergantian tersebut terlihat dari fungsi pencatatan dan
kepengurusan tersebut, dapat terjadi fungsi otorisasi yang masih dirangkap oleh
perbedaan gaya kepemimpinan maupun orang yang sama. Dalam pedoman umum pun
penetapan kebijakan. Oleh karena itu, visi dan tidak ada penjelasan maupun aturan tentang
misi Gereja Toraja ABC dijadikan alat untuk pembagian tugas tersebut. Hal tersebut
mengarahkan para pengurus agar berusaha menunjukkan bahwa aspek pemilihan dan
mencapai tujuan dengan baik. Hal tersebut pengembangan aktivitas pengendalian yang
menunjukkan bahwa aspek identifikasi dan membantu mengurangi risiko ke tingkat yang
penilaian perubahan yang dapat berdampak dapat diterima belum berjalan dengan optimal.

259 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.12 | No.2 | 2020


MARSELINUS ADITYA HARTANTO TJUNGADI, YAN RAHADIAN / Akuntabilitas Pelaporan
Keuangan dan Pengendalian Internal Pada Gereja Toraja ABC
Dalam pemanfaatan teknologi, bahwa aspek memperoleh informasi yang
penginputan dilakukan secara manual ke berkualitas untuk mendukung fungsi
Microsoft Excel. Kesalahan penginputan pengendalian internal belum berjalan dengan
maupun perhitungan dapat terjadi. Berbagai optimal.
data administrasi maupun keuangan Gereja Dalam hal pengkomunikasian kebijakan
disimpan di ruangan khusus dalam kantor kepada seluruh pengurus, Gereja Toraja
Gereja untuk data yang berbentuk hardcopy memiliki Pedoman Umum Pengelolaan
dan komputer kantor gereja untuk data yang Keuangan dan Harta Milik Gereja Toraja.
berbentuk softcopy. Berbagai data hardcopy Namun, para pengurus keuangan Gereja
maupun komputer tersebut berada dalam Toraja ABC kurang familiar dengan pedoman
ruangan tersendiri dan hanya orang-orang tersebut. Bahkan, bendahara umum Gereja
tertentu yang diizinkan memasuki ruangan Toraja ABC baru mencari pedoman umum
tersebut. Untuk pencadangan data softcopy tersebut ke pihak Petinggi Gereja ketika
administrasi dan keuangan, Bendahara peneliti menanyakan perihal tersebut. Perlu
menyimpan cadangan file pada flash disk. Hal dilakukan sosialisasi kepada para pengurus.
tersebut menunjukkan bahwa aspek pemilihan Menjadi tugas dari Pengurus Pusat (Badan
dan pengembangan aktivitas pengendalian Pekerja) Gereja Toraja dalam merealisasikan
melalui teknologi dilakukan untuk hal tersebut. Sehingga Komunikasi dan
mendukung pencapaian tujuan belum berjalan Informasi dalam hal penyusunan laporan
dengan optimal. keuangan Gereja Toraja belum berjalan
Pedoman Umum Pengelolaan Keuangan dengan baik padahal sudah ada pedomannya.
dan Harta Milik Gereja Toraja belum Hal tersebut menunjukkan bahwa aspek
sepenuhnya diterapkan karena kurangnya mengkomunikasikan informasi termasuk di
sosialisasi kepada pengurus keuangan Gereja dalamnya tujuan dan tanggung jawab
Toraja Lokal. Pedoman Umum tersebut sudah pengendalian internal untuk mendukung
mulai berlaku tahun 2018, namun baru mau fungsi pengendalian internal belum berjalan
mulai pelajari lebih dalam oleh Gereja Toraja dengan optimal.
ABC pada awal tahun 2020. Dengan Dalam pengkomunikasian dengan pihak
memahami pedoman dengan baik, diharapkan luar, maka Gereja Toraja ABC sebagai Gereja
ke depannya pelaksanaan aktivitas Lokal dapat mengkomunikasikan
pengendalian, terutama dalam hal pelaporan permasalahan tersebut pada tingkat Klasis
keuangan dapat ditingkatkan. Hal tersebut (Petinggi Regional) maupun Sinode (Petinggi
menunjukkan bahwa aspek penyebaran Pusat). Namun, karena kebijakan
aktivitas pengendalian secara spesifik dalam desentralisasi maka Majelis Jemaat dan
prosedur dan kebijakan belum berjalan Pengurus Gereja Toraja ABC merasa bahwa
dengan optimal. setiap kendala lebih baik langsung
diselesaikan dan dibahas secara internal agar
Information and Communication dapat segera terselesaikan. Hal tersebut
Pengumpulan informasi sumber menunjukkan bahwa aspek
penerimaan dana dan tujuan pengeluaran dana mengkomunikasikan persoalan pengendalian
dijelaskan oleh Bendahara pada saat proses internal kepada pihak luar belum berjalan
pelaporan keuangan. Namun demikian, dengan optimal.
penyampaian informasi keuangan dalam rapat
majelis masih minim dilakukan. Penyampaian Monitoring
tersebut biasanya dilakukan setahun sekali Gereja Toraja ABC melakukan
dan saat pergantian kepengurusan (tiga tahun pemantauan dengan mengevaluasi
sekali). Minimnya intensitas penyampaian pelaksanaan PKA dan laporan keuangan.
informasi keuangan dalam rapat majelis, Pelaporan keuangan dievaluasi oleh Majelis
karena laporan keuangan sudah Jemaat, terutama diwakili oleh Komisi
dipublikasikan kepada jemaat setiap ibadah Verifikasi. Namun, intensitas evaluasi masih
hari Minggu. Hal tersebut menunjukkan minim karena hanya dilakukan pada setiap

260 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.12| No.2| 2020


JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 12 (2), 2020, 241-264

tahun dan saat pergantian pengurus (tiga tahun mereka menjalankan tugasnya semata-mata
sekali). Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk Tuhan dan Gereja.
aspek pemilihan, pengembangan, dan
pelaksanaan evaluasi untuk memastikan SIMPULAN
fungsi dari tiap-tiap komponen pengendalian
Gereja merupakan salah satu lembaga
internal belum berjalan dengan optimal.
keagamaan yang termasuk organisasi nirlaba
Majelis Jemaat mengevaluasi kinerja
yang memperoleh dana untuk kegiatan
kepengurusan dengan mempertimbangkan
operasionalnya dari persembahan dan
hasil dari rapat majelis atas pelaksanaan
sumbangan yang berasal dari jemaatnya
program kerja maupun seluruh kegiatan
maupun dari pihak luar. Hal ini tidak berarti
gerejawi lainnya dari tahun-tahun
Gereja tidak perlu transparan dalam hal
sebelumnya. Hal ini agar para pengurus dalam
pengelolaan keuangannya, tapi justru perlu
satu periode dapat senantiasa dievaluasi
melaksanakannya sebagai
kinerjanya selama menjalankan tugasnya
pertanggungjawaban kepada Tuhan dan
dapat terus diperbaiki. Hasil evaluasi tersebut
jemaatnya.
dapat digunakan untuk menentukan kebijakan
Penilaian akuntabilitas pelaporan
di tahun maupun periode berikutnya sebagai
keuangan oleh bendahara Gereja Toraja
langkah perbaikan. Hal tersebut menunjukkan
sebagai aktor dan hubungannya dengan
bahwa aspek pelaksanaan evaluasi dan
jemaat sebagai forum menunjukkan bahwa
penyampaian kekurangan pengendalian
tahapan akuntabilitas tidak berjalan dengan
internal kepada pihak yang berhubungan
optimal. Hal ini dikarenakan adanya benturan
dengan pembenaran tindakan seperti manajer
dengan pandangan bahwa Gereja adalah
senior dan direksi telah berjalan dengan baik.
tempat yang sakral dan suci sehingga
Dari analisis dan pembahasan di atas,
penyimpangan laporan keuangan dipandang
diketahui bahwa penerapan pengendalian
sangat kecil kemungkinan terjadinya. Tahapan
internal tidak sepenuhnya dapat berjalan
akuntabilitas Debating, dan Judging tidak
optimal. Diantara tujuh belas asas dalam
berjalan dengan optimal. Hanya tahapan
komponen pengendalian internal COSO IC-
Informing about Conduct yang berjalan
IF, hanya lima asas yang telah berjalan
dengan baik, walaupun masih memerlukan
dengan baik. Dua belas asas lainnya belum
perbaikan peningkatan penyajian informasi.
berjalan dengan optimal. Semua asas dari
Pemahaman para Pengurus Keuangan Gereja
komponen yang tidak berjalan dengan optimal
yang kurang memadai dimaklumi oleh jemaat.
adalah akitivitas pengendalian serta informasi
Meskipun ruang untuk melakukan proses
dan komunikasi. Sementara komponen
Debating dan Judging tidak dibatasi, tetapi
lingkungan pengendalian, penilaian risiko,
jemaat justru cenderung tidak
dan pemantauan beberapa asasnya telah
mempertanyakan laporan keuangan, karena
berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan
memaklumi keterbatasan dari pengurus
adanya unsur kepercayaan lebih jemaat
keuangan Gereja. Kondisi tersebut
terhadap Pengurus Keuangan Gereja. Tugas
menunjukkan tingkat akuntabilitas dalam
penyusunan laporan keuangan dipandang
pelaporan keuangan Gereja Toraja yang masih
sebagai bentuk pelayanan kepada Tuhan dan
rendah, karena kurangnya komunikasi antara
sesama. Pengurus Keuangan gereja selaku
aktor dan forum sesuai dengan Accountability
steward bekerja sesuai dengan tujuan
Cube. Penerapan pengendalian internal Gereja
organisasi dan lebih mengutamakan
Toraja ABC juga masih kurang optimal
kepentingan organisasi dibandingkan
berdasarkan komponen-komponen kerangka
kepentingan pribadi, bahkan menyelaraskan
kerja COSO IC-IF. Hal yang perlu lebih
kepentingan pribadi dengan kepentingan
diperhatikan dalam pengendalian internal
organisasi. Hal ini juga terlihat dari
Gereja Toraja ABC adalah komponen
wawancara dengan Pengurus Keuangan
akitivitas pengendalian serta informasi dan
Gereja Toraja ABC yang menyatakan bahwa
komunikasi. Selain itu, beberapa aspek dalam

261 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.12 | No.2 | 2020


MARSELINUS ADITYA HARTANTO TJUNGADI, YAN RAHADIAN / Akuntabilitas Pelaporan
Keuangan dan Pengendalian Internal Pada Gereja Toraja ABC
komponen lingkungan pengendalian, dan pengendalian internal di Gereja
penilaian risiko, dan pemantauan juga perlu Toraja dalam satu sinode dapat
diperbaiki. tergambarkan dengan lebih baik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa b. Lingkup penelitian hanya terbatas
pelaksanaan akuntabilitas dan penerapan pada akuntabilitas pengelolaan
pengendalian internal pelaporan keuangan keuangan dan pengendalian internal
saling berkaitan. Kurang optimalnya Gereja Lokal. Akuntabilitas
penerapan pengendalian internal sejalan pengelolaan keuangan dalam
dengan pelaksanaan akuntabilitas pelaporan penelitian ini lebih berfokus pada
keuangan yang juga kurang optimal. Oleh pelaporan keuangan yang
karena itu, Gereja Toraja perlu memperbaiki dipublikasikan kepada Jemaat setiap
pengendalian internalnya agar mendukung ibadah hari minggu.
peningkatan akuntabilitas pelaporan c. Terbatasnya jumlah responden yang
keuangan. Pengendalian internal membantu diwawancarai, yaitu Bendahara Umum
organisasi dalam menyajikan laporan Gereja, kasir Gereja, Majelis Jemaat,
keuangan yang terpercaya, sehingga dan Jemaat umum.
akuntabilitas pengelolaan keuangan dapat Bagi unit analisis disarankan agar bagan
berjalan dengan lebih baik. Dengan struktur kepengurusan dan pemisahan tugas
berjalannya akuntabilitas pengelolaan tiga fungsi keuangan perlu dimasukkan dan
keuangan yang baik, maka kepercayaan dijelaskan dalam isi Pedoman Umum
Jemaat Gereja Toraja ABC dapat meningkat Pengelolaan Keuangan dan Harta Milik
karena informasi yang disajikan terpercaya. Gereja Toraja. Kemudian, Pedoman Umum
Dengan demikian, Gereja Toraja ABC Pengelolaan Keuangan dan Harta Milik
memiliki tata kelola sumber daya yang lebih Gereja Toraja disosialisasikan dengan baik
baik dengan pengelolaan keuangan yang lebih kepada Gereja-Gereja Lokal terutama Gereja
transparan dan akuntabel di masa mendatang Toraja ABC sehingga sistem dan prosedur
agar dapat dipertanggungjawabkan baik pengelolaan keuangan Gereja menjadi lebih
kepada Tuhan maupun kepada para baik. Namun, sebelumnya perlu diperbaiki
jemaatnya. Organisasi nirlaba keagamaan terlebih dahulu agar sistem dan prosedur
seperti gereja memiliki karakteristik yang pengelolaan keuangan dapat menjadi lebih
berbeda dibandingkan organisasi yang baik. Dengan Pedoman Umum Pengelolaan
berorientasi pada laba. Pelaporan keuangan Keuangan dan Harta Milik Gereja Toraja yang
gereja sebagai lembaga keagamaan tidak baik, maka setiap adanya pergantian pengurus
dapat dilepaskan dari peran sosial yang mereka tetap mempunyai acuan dan arahan
melekat dalam bentuk religiusnya. dalam mengelola keuangan Gereja.
Kesukarelaan dan semangat pelayanan Sebaiknya, dilakukan pelatihan atau seminar
menjadi pendorong bagi para pengurusnya mengenai penyusunan laporan keuangan
dalam menjalankan tugasnya. Pengurus untuk meningkatkan kemampuan pengurus
Keuangan Gereja selaku steward pun keuangan Gereja dan dapat mendorong jemaat
memprioritaskan kepentingan organisasi agar lebih peduli dan paham akan laporan
dibandingkan kepentingan pribadi. keuangan yang akuntabel. Dengan begitu,
Pengelolaan dan pelaporan keuangan diharapkan komunikasi antara pengurus
dilakukan sebagai bentuk pelayanan kepada keuangan, majelis jemaat, dan jemaat umum
Tuhan dan Gereja sehingga itikad baik pun dapat ditingkatkan. Sehingga tahapan
ditunjukkan melalui pelaporan keuangan. akuntabilitas dapat berjalan dengan lebih
Keterbatasan dan kekurangan dari optimal di masa yang akan datang.
penelitian ini adalah sebagai berikut: Sebaiknya menggunakan aplikasi
a. Penelitian ini hanya menggunakan akuntansi sehingga kesalahan penginputan,
pendekatan single unit analysis agar perhitungan, dan kesalahan lainnya yang
akuntabilitas pengelolaan keuangan rentan terjadi di Microsoft Excel dapat

262 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.12| No.2| 2020


JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 12 (2), 2020, 241-264

diminimalisir. Namun, karena pengurus Bagi penelitian selanjutnya disarankan


keuangan tidak berlatar belakang akuntansi untuk melakukan pengujian stewardship
atau keuangan, maka perlu mengikuti theory pada pelaku (person) yang
pelatihan dalam menggunakan aplikasi bertanggung jawab dalam pelaksanaan
akuntansi tersebut. Dalam implementasi akuntabilitas dan penerapan pengendalian
aplikasi akuntansi juga perlu terlebih dahulu internal pelaporan keuangan sebagai bentuk
disusun bagan akun (chart of account). Bagan pelayanan kepada Tuhan dan Gereja.
akun tersebut juga sebaiknya disertai dengan Kemudian, dapat pula menggunakan sudut
petunjuk dan penjelasan mengenai cara pandang fraud theory (fraud triangle atau
pencatatan dan transaksi apa saja yang tercatat fraud diamond) dalam mengevaluasi
dalam tiap akun. Bendahara yang mencapai kemungkinan terjadinya kecurangan yang
tiga orang semestinya dapat dikurangi dan dapat dilakukan oleh para pengurus keuangan
dijadikan pengurus keuangan bagian lain karena berbagai faktor dan alasan yang
(salah satu bendahara menjadi petugas mendasari tindakannya.
pembukuan) agar pemisahan tugas menjadi
lebih baik dan kemungkinan terjadinya
DAFTAR PUSTAKA
kecurangan dapat diminimalisir. Jika dana
yang dimiliki oleh Gereja Toraja ABC Buku
mencukupi, sebaiknya dipekerjakan staf Romney, M.B., & Steinbart P. J. (2017).
khusus sebagai pegawai untuk mengurus Accounting Information Systems 14th
keuangan Gereja Toraja ABC. Kinerja dari edition. USA: Pearson Education, Inc.
staf tersebut pun dapat diukur dengan metode Toraja, Gereja (2016). Buku Tata Gereja
penilaian kinerja (Key Performance Index) Toraja.
sehingga dapat ditentukan sanction atas
kinerja staf tersebut. Sehingga, di masa Jurnal
mendatang jemaat Gereja Toraja ABC dapat Bigoni, M., Gagliardo, E. D., & Funnell, W.
lebih terdorong untuk menilai dan memeriksa (2013). Rethinking the sacred and
laporan keuangan. secular divide: Accounting and
Gereja Toraja ABC perlu mengikuti accountability practices in the Diocese
arahan dan petunjuk dari Pedoman Umum of Ferrara (1431-1457). Accounting,
Pengelolaan Keuangan dan Harta Milik Auditing and Accountability Journal,
Gereja Toraja dengan lebih baik lagi. 26(4), 567–594.
Sosialisasi mengenai Pedoman Umum https://doi.org/10.1108/0951357131132
Pengelolaan Keuangan dan Harta Milik 7462
Gereja Toraja perlu ditingkatkan baik kepada Bovens, M. (2007). Analysing and assessing
para pengurus keuangan dan majelis jemaat accountability: a conceptual
agar dapat sama-sama tahu bagaimana frameworkE.L.J. 2007, 13(4), 447-468.
pengelolaan keuangan sesuai arahan Pengurus European Law Journal, 13(4), 447–468.
pusat. Meningkatkan intensitas evaluasi atas http://search.ebscohost.com/login.aspx?
kinerja para pengurus, terutama pengurus direct=true&db=bth&AN=25317544&si
keuangan. Setidaknya evaluasi atas kinerja te=ehost-live
dilakukan setiap tiga bulan sekali. Hal ini agar Brandsma, Gijs Jan & Schillemans, Thomas.
para pengurus dalam satu periode dapat (2012). The Accountability Cube:
senantiasa dievaluasi kinerjanya selama Measuring Accountability. Journal of
menjalankan tugasnya. Selama satu periode Public Administration Research and
tersebut, kinerjanya dapat terus diperbaiki, Theory
karena mengetahui apa saja kekurangannya. Committee of Sponsoring Organizations
Dengan demikian, para pengurus keuangan (COSO). 2013. Internal Control –
dapat menjalankan tugasnya dengan lebih Integrated Framework.
baik sesuai dengan fungsinya.

263 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.12 | No.2 | 2020


MARSELINUS ADITYA HARTANTO TJUNGADI, YAN RAHADIAN / Akuntabilitas Pelaporan
Keuangan dan Pengendalian Internal Pada Gereja Toraja ABC
Duncan John B., Flesher Dale L., & Stocks, of Accounting & Management
Morris H. (1999). Internal Control Innovation, Vol. 1 No. 1, January 2017,
Systems in US Churches: An pp. 01-21
Examination of The Effects of Church Stake, R. (1995). The Art of Case Study
Size and Denomination on Systems of Research. London: Sage Publication.
Internal Control. Accounting, Auditing Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
& Accountability Journal, 12 (2), 142– Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
164. Bandung: Alfabeta.
https://doi.org/10.1108/0951357991027 Susetyo, B. (2009). Menuju Teori
0084. Stewardship Manajemen. Jurnal
Furqan, Ridho Al. 2017. Implementasi Permana, 1, 53–59.
Business Process Fraud Risk Assessment Teketel, Tsegahiwot dan Berhanu, Zelalem.
Untuk Meminimalisir Risiko Kecurangan (2009). Internal Control in Swedish
Studi Kasus Pada PT. TI. Tesis. Jakarta. small and medium size enterprises.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Master Thesis. Umeå School of
Indonesia. Business - USBE Masters in Business
Ginting, Debora Agusmasnita 2014, Administration.
Akuntabilitas Keuangan Dalam Yin, R. (2003). Case study research: Design
Organisasi Gereja Protestan: Studi and methods (3rd edition). California:
Fenomenologi Pada Gereja GBKP di Thousands Oaks.
Perumnas Simalingkar, SkripsiS1,
http://digilib.unimed.ac.id/. Berita
Hartanti, Ceicilia Astri. (2017). Analisis dan
Perancangan Pengendalian Internal Pada BBC. 2018. Pengurus gereja Singapura yang
Siklus Pendapatan Entitas Nirlaba ‘korup’ ditangkap ketika mau ‘melarikan
(Studi Kasus Pada Yayasan ABC). diri’
Tesis. Jakarta. Fakultas Ekonomi dan https://www.bbc.com/indonesia/majalah-
Bisnis Universitas Indonesia. 43154207 (diakses pada 09.22 WIB, 13
Jeffrey, C. (2008). Internal Control at Private Mei 2019).
Companies and Nonprofits. The CPA Jawapos.com. (2019). Korupsi Dana Hibah
Journal, Volume 78 (9), 52-54 Pura Dalem Kebon, Klian Pura Diganjar
https://search.proquest.com/docview/21 1 Tahun Bui.
2274426?accountid=17242. https://radarbali.jawapos.com/read/2019/1
Laughlin, R.C. (1998). Accounting in its 2/10/169555/korupsi-dana-hibah-pura-
social context: an analysis of the dalem-kebon-klian-pura-diganjar-1-tahun-
accounting systems of the Church of bui
England. Accounting, Auditing & Kumparan.com. (2018). Korupsi Dana Infaq,
Accountability Journal, 1 (2), 19–42. Takmir Masjid Pakuwon Mall Surabaya
Purnama, Yudhi. 2016. Evaluasi Proses Dihukum 2,5 Tahun.
Pertanggung Jawab Pelaporan Dana https://kumparan.com/ngopibareng/korups
Hibah di Organisasi Nirlaba i-dana-infaq-takmir-masjid-pakuwon-
Internasional: Studi Kasus pada mall-surabaya-dihukum-2-5-tahun-
Organisasi XYZ. Tesis. Jakarta. Fakultas 27431110790550412.
Ekonomi dan Bisnis Universitas
Indonesia.
Raya, Maria Kurniati Gedi. (2017). Evaluasi
Implementasi Pelaporan Keuangan
Sebagai Bentuk Akuntabilitas Organisasi
Keagamaan (Studi Kasus: Gereja Katolik
Paroki St. Paulus Miki Salatiga). Journal

264 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.12| No.2| 2020

You might also like