Professional Documents
Culture Documents
Penerapan Hazard Analysis and Critical Control Di Tingkat Peternak (Kasus Koperasi Susu Sarwamukti Kec. Cisarua Kab. Bandung TAHUN 2005)
Penerapan Hazard Analysis and Critical Control Di Tingkat Peternak (Kasus Koperasi Susu Sarwamukti Kec. Cisarua Kab. Bandung TAHUN 2005)
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Jl. Tentara Pelajar No. 12, Bogor 16114
ABSTRACT
Cow’s milk contain complete nutrients for human consumption, especially for children growth and
elderly people to maintain their body health. The good nutrients condition in milk laso gives a good
opportunity for bacteria to grow. A Case study at small scale milk enterprise (KUD) Sarwamukti in District
Cisarua, Bandung Regency during year 2005 showed that the Total Plate Count (TPC) in milk collectors and
KUD levels were more than 1 million CFU/ml. After HACCP had been done in milking process and the
breeders had done good SOP (Standar Operational Procedure), a significant result has been obtained in
6 6 6
reducing TPC in milk. TPC in milk are reduced from 4,62 x 10 CFU/ml and 4,27 x 10 CFU/ml to 1,60 x 10
6
CFU/ml and 1,58 x 10 CFU/ml. The arrangement of HACCP plan in small scale milk enterprise production
is based on 7 principles and 12 steps of HACCP system guidelines. Result showed that critical control points
at the milking process are at beginning stage of milking, milking operator preparation, cow’s udder cleaning,
distance and time of milking, and cow’s nipple sterilization.
Key Words: HACCP, Milking Process, TPC, Cow’s Milk
ABSTRAK
Susu mengandung zat gizi yang lengkap untuk konsumsi manusia. Kondisi zat gizi yang baik pada susu
memberi peluang yang baik bagi pertumbuhan mikroba terutama bakteri. Studi kasus di Koperasi Susu Sapi
(KUD) Sarwamukti di Kec. Lembang Kab. Bandung pada tahun 2005 menunjukkan bahwa angka Total Plate
Count (TPC) susu di tingkat pengumpul dan koperasi masih mencapai angka diatas satu juta CFU/ml. Setelah
rancangan HACCP dan dilaksanakannya SOP (Standar Operational Procedure) secara benar oleh para
peternak dalam kegiatan pemerahan dan penanganan susu, diperoleh hasil yang signifikan dalam penurunan
jumlah TPC, yaitu dari 4,62 x 106 CFU/ml dan 4,27 x 106 CFU/ml menjadi 1,60 x 106 CFU/ml dan 1,58 x 106
CFU/ml. Penyusunan rancangan HACCP ini berdasarkan pada 7 prinsip dan 12 langkah dalam sistem
panduan HACCP. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa titik kritis pada proses pemerahan susu sapi adalah
pada tahap pemerahan awal, persiapan operator pemerah, pembersihan ambing, jarak dan waktu pemerahan,
serta sucihama puting.
Kata Kunci: HACCP, Proses Pemerahan, TPC, Susu Sapi
307 307
307 307
pasteurisasi, serta produk olahan susu seperti nilai TPC. Beberapa faktor yang sangat
keju, es krim, yoghurt, karamel, dodol, mempengaruhi kualitas susu sapi antara lain
kerupuk, dan sebagainya (ANONIMUS, 2005). jenis ternak, waktu pemerahan, urutan
Susu sapi adalah hasil sekresi kelenjar pemerahan, faktor musim, umur sapi, penyakit,
ambing ternak sapi yang mengandung gizi pakan dan faktor pemalsuan susu, kegiatan
yang lengkap seperti protein, lemak, bakteri, dan sebagainya.
karbohidrat, mineral dan vitamin. Kondisi zat Industri pengolahan susu (IPS) sebagai
gizi yang baik ini memberi peluang bagi pasar utama susu rakyat sejauh ini masih
pertumbuhan mikroba seperti bakteri, kapang menjadi andalan peternak dalam pemasaran
dan khamir. Pertumbuhan berbagai mikroba susu. Adanya SKB 3 Menteri tahun 1982 dan
tersebut dapat merubah mutu susu yang dikukuhkan melalui Inpres No. 2 tahun 1985
ditandai dengan perubahan rasa, aroma, warna tentang kebijakan rasio susu yang
dan penampakan yang menyebabkan susu mengharuskan IPS menampung susu rakyat
tersebut menjadi rusak (ANONIMUS, 2001). dari koperasi memberikan kekuatan bagi
Berdasarkan data dan informasi yang peternak. Namun adanya masalah mutu dan
diperoleh dari berbagai literatur dan beberapa keamanan pangan susu serta pencabutan SKB
laporan penelitian, mutu susu di Indonesia 3 Menteri melalui Inpres No. 4 tahun 1988
masih tergolong rendah. Hal ini ditandai oleh membawa susu rakyat pada masalah
berat jenis (BJ) yang rendah, serta kadar pemasaran susu. Saat ini, IPS masih
protein dan lemak kurang dari 3%. Standar mengandalkan bahan baku susu sapi impor dari
SNI luar negeri, dan bersedia menerima susu rakyat
dan Codex menetapkan BJ susu minimal atas dasar kemitraan, bukan lagi merupakan
1,0280 dan kadar lemak serta kadar protein suatu keharusan (ANONIMUS, 2001). Hal ini
lebih besar dari 3%. Diinformasikan pula meresahkan koperasi susu, terutama
bahwa nilai TPC (Total Plate Count = jumlah peternakan
total bakteri) pada susu di tingkat koperasi susu rakyat (KOMPAS, 2004 dalam ANONIMUS,
Indonesia masih tinggi (lebih dari 1 juta 2005).
CFU*/ml). Jumlah ini tidak sesuai dengan Pada tahun 2004 telah dilakukan penelitian
standar SNI dan Codex yang menetapkan batas yang dilakukan oleh Balai Besar Litbang
maksimum TPC pada susu adalah 1 juta Pascapanen Pertanian dalam mengkaji mutu
CFU/ml. susu rakyat di koperasi susu Sarwamukti-
Menurut DONALDSON (1997), susu segar Lembang Jawa Barat. Hasil penelitian
memegang peranan penting dalam penyebaran menunjukkan bahwa mutu susu yang dianalisa
dari sampel yang diperoleh dari para peternak
penyakit kuku dan mulut (FMD = Foot and
di koperasi tersebut rata-rata memiliki nilai
Mouth Disease) pada sapi, terutama apabila yang masih memenuhi syarat mutu yang
sapi tidak dipelihara kesehatannya, diantaranya diajukan oleh IPS, SNI tahun 1998 dan 2000
sapi perah tidak divaksin secara rutin. maupun Codex, kecuali nilai TPC yang masih
TERBRUGGEN (1932) dalam DONALDSON tinggi (lebih dari 10 juta CFU/ml
(1997) menyebutkan bahwa hidup tidaknya susu).
virus penyakit kuku dan mulut yang terdapat Berdasarkan data tersebut, dipandang perlu
pada susu segar tersebut tergantung pada suhu untuk memonitor sejauh mana SOP pemerahan
susu segar setelah diperah, jumlah bakteri yang susu di tingkat peternak telah dilakukan
terdapat pada susu, dan pH susu. dengan baik oleh para peternak. Selain itu,
Di Indonesia sendiri, ditinjau dari jumlah dipandang perlu juga untuk menetapkan
total bakteri yang masih cukup tinggi, mutu titik-titik kritis
dan keamanan susu yang rendah berdampak apa saja yang perlu dikontrol yang terdapat
terhadap penurunan pendapatan peternak sapi dalam tahap pemerahan sehingga dapat
karena kemungkinan ditolaknya susu rakyat diketahui bagian mana saja dalam SOP
oleh koperasi atau IPS. Penolakan ini pemerahan yang seringkali diabaikan oleh para
disebabkan oleh susu yang pecah dan rusak peternak dan perlunya disosialisasikan kembali
serta tidak aman untuk dikonsumsi. Masalah SOP tersebut kepada para peternak agar dapat
ini memberatkan para peternak karena adanya dilaksanakan sebagaimana mestinya sehingga
peraturan IPS yang memberlakukan penolakan susu sapi yang dihasilkan dapat benar-benar
susu dari koperasi yang disebabkan tingginya aman ditinjau dari kandungan TPC-nya.
Penetapan titik-titik kritis dilakukan Tabel 1. Syarat mutu susu
berdasarkan konsep Hazard Analysis and a b
Critical Control Points (HACCP) yang telah Komponen Syarat Syarat
banyak dilakukan di berbagai negara dan telah Cemaran mikroba,
menjadi salah satu alat pengawasan yang maksimum:
3 juta 1 juta
berdasarkan prinsip pencegahan. Konsep ini Total kuman CFU/ml CFU/ml
telah banyak diterapkan pada industri pangan. Salmonella - Negatif
Konsep ini didasarkan atas kesadaran dan
E. coli (patogen) - Negatif
pengertian bahwa bahaya akan timbul pada
berbagai titik/tahapan produksi, namun upaya Coliform - 20 CFU/ml
pengendalian dapat dilakukan untuk Streptococcus Group B - Negatif
mengontrol bahaya tersebut. Melalui Badan Staphylococcus aureus - 2
1 x 10
Standarisasi Nasional (BSN) pemerintah CFU/ml
Indonesia juga telah mengadaptasi konsep
Kuman patogen dan Negatif Negatif
HACCP menjadi SNI 01-4852-1998 beserta benda asing
pedoman penerapannya untuk diaplikasikan
pada berbagai industri pangan di Indonesia. Jumlah sel radang - 4 x 10
5
maksimum CFU/ml
Menurut SNI 01-4852-1998, HACCP
(Hazard Analysis Critical Control Points) a
Direktorat Jenderal Peternakan No.
adalah piranti untuk menilai bahaya dan 17/KPTS/PJP/DEPTAN/93
b
menetapkan sistem pengendalian yang SNI 01-3141-1998
memfokuskan pada pencegahan daripada
mengandalkan sebagian besar pengujian DAWSON (1970) dalam DONALDSON (1997)
produk akhir (end product testing) atau suatu memperoleh bukti bahwa pendistribusian susu
sistem pencegahan untuk keamanan pangan. segar pertama kali (dari peternak ke
HACCP dapat diterapkan pada seluruh rantai pengumpul/kolektor) selama terjadi kejadian
pangan dari produk primer sampai pada berjangkitnya penyakit kuku dan mulut di
konsumsi akhir dan penerapannya harus Inggris pada periode tahun 1967 – 1968 (dan
dipandu oleh bukti secara ilmiah terhadap menjadi epidemik saat itu) merupakan
resiko kesehatan manusia. Sistem HACCP penyebab utama penyebaran berbagai penyakit
bukan merupakan suatu jaminan keamanan yang disebabkan oleh bakteri yang terdapat
pangan yang zero-risk (tanpa resiko), tetapi pada susu apabila susu segar yang baru diperah
dirancang untuk meminimumkan resiko bahaya sudah terinfeksi virus. Susu segar yang sudah
keamanan pangan. Pada tahun 1985 HACCP terinfeksi virus tersebut dengan mudah
dicobakan dalam inspeksi daging dan ternak. menularkannya kepada susu-susu lain yang
Untuk memperoleh susu yang bermutu sehat ketika dikumpulkan bersama-sama di
tinggi di tingkat peternak diperlukan tempat pengumpulan. Oleh karena itulah,
manajemen yang baik disamping sanitasi alat- penanganan susu segar pertama kali yang
alat operasional pemerahan, sanitasi dimulai dari tahap persiapan pemerahan dan
lingkungan (pakan, kandang dan operator), pemerahan itu sendiri menjadi tahap yang
kebersihan dan paling penting. Hal yang demikian berlaku
kesehatan ternak, serta kebersihan sumber air. pula di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Penerapan HACCP pada keseluruhan tahap
Tujuan penelitian adalah mendapatkan
proses pemerahan susu merupakan usaha
perbaikan manajemen penanganan susu titik-titik kritis dalam 3 (tiga) tahapan kegiatan
sehingga diharapkan langkah-langkah tersebut pemerahan susu (sebelum, saat dan sesudah)
secara perlahan dapat memperbaiki mutu dan dengan melihat kondisi lingkungan sekitar sapi
keamanan susu di tingkat peternak lokal yang perah (kandang, kebersihan air dan alat-alat
dapat berkontribusi maksimal terhadap pendukung pemerahan) sebagai dasar dalam
produksi susu nasional. Tabel 1 menunjukkan pelaksanaan SOP (Standar Operational
persyaratan mutu susu berdasarkan SNI dan Procedure) secara benar sehingga nilai TPC
Direktorat Jenderal Peternakan atas nilai TPC susu dapat menurun.
dan cemaran mikrobiologis patogen.
MATERI DAN METODE Studi HACCP pada proses pemerahan susu
pada peternak menggunakan Panduan
Rancangan HACCP disusun dalam kegiatan Penyusunan Rancana HACCP (BSN-Pedoman
pemerahan susu, agar dihasilkan mutu dan 1004 – 1999). Alat bantu yang digunakan
keamanan pangan susu yang baik. Penetapan adalah daftar bahan baku dan bahan penunjang,
titik-titik kritis ini dilakukan dengan asumsi bagan alir proses produksi, tabel penentuan
sapi perah dalam keadaan sehat, sumber air tingkat resiko dan CCP decision tree (pohon
bersih, kualitas pakan baik/tidak tercemar, keputusan CCP). Sedangkan proses
lingkungan di luar kandang bersih, serta penyusunannya mengikuti tujuh prinsip sistem
operator dalam keadaan sehat sehingga HACCP yang direkomendasikan oleh
keamanan susu hanya dipengaruhi oleh proses STANDAR NASIONAL INDONESIA (1998) yang
pemerahan dan kebersihan lingkungan di dikeluarkan oleh BSN (1999), meliputi analisis
dalam kandang serta alat-alat yang digunakan bahaya dan pencegahannya, identifikasi
dalam proses pemerahan. Critical Control Points (CCPs) dalam proses,
penetapan batas
P1.
Adakah tindakan pencegahan?
P2.
Apakah tahapan dirancang spesifik untuk menghilangkan atau mengurangi
bahaya yang mungkin terjadi sampai level yang dapat diterima? Ya
Tidak
P3. Dapatkah kontaminasi dengan bahaya yang diidentifikasi terjadi melebihi tingkatan yang
dapat diterima atau dapatkan ini meningkat sampai tingkatan yang tidak dapat diterima?
Ya Tidak Tidak
310 310
310 310
kritis untuk setiap CCP, penetapan cara Analisis CCP bahan baku
pemantauan CCP, penetapan tindakan koreksi,
penyusunan prosedur verifikasi dan penetapan Dalam proses pemerahan susu, hanya ada
prosedur pencatatan (dokumentasi). Setiap satu bahan baku yang dianalisis bahayanya,
bahan baku dan tahap proses ditentukan yaitu sapi perah (Tabel 2). Sapi perah mungkin
termasuk CCP atau tidak, atau hanya CP mengandung bahaya fisik yang terlihat oleh
melalui pertimbangan tingkat resiko dan mata yaitu debu atau tanah yang menempel
berdasarkan jawaban atas pertanyaan dari CCP pada permukaan tubuh sapi, dan bahaya
decision tree (Gambar 1). mikrobiologi dari bakteri patogen atau
pembusuk pada kotoran-kotoran tersebut. Oleh
HASIL DAN PEMBAHASAN karena itu pada sapi perah yang pertama kali
masuk ke peternakan atau yang akan diperlah,
Menurut WINARNO (2002), produk-produk wajib untuk dilakukan pengecekan kondisi
kategori resiko tinggi ada tiga jenis, yaitu i) kesehatan dan kebersihan sapi yang
Produk-produk yang mengandung ikan, telur, bersangkutan dan diperiksa pula dokumen
sayur, serealia dan atau berkomposisi susu pendukung tentang asal-usul sapi, penyakit
yang perlu didinginkan, ii) Daging segar, ikan yang mungkin pernah diderita serta pakan yang
mentah dan susu serta produk-produk olahan biasa diberikan, apakah tercemar atau tidak,
susu, serta iii) Produk-produk dengan nilai pH dan sebagainya.
4,6 atau lebih yang disterilisasi dalam wadah
yang ditutup secara hermetis. Dalam hal ini, Analisis proses pemerahan susu
susu segar termasuk dalam kategori resiko
tinggi sehingga keamanannya merupakan hal
Analisis bahaya pada proses pemerahan
penting yang mutlak harus diperhatikan dengan
susu sapi dilakukan berurutan sesuai diagram
ketat dan terjaga.
alir proses pemerahan susu sapi (Gambar 2).
2. Pemerahan
Atur: Jarak dan waktu pemerahan …………………………………….............CP5
3. Kegiatan setelah pemerahan
Suci hama puting……..…………………CP6
↓
Mencatat produksi susu
↓
Menyaring susu................................................CCP2
↓
Menyimpan susu pada wadah yang diisi air dingin (Pendinginan)................CCP3
↓
Mengumpulkan susu ke TPS...................................CCP4
313 313
313 313
Lanjutan Tabel 3. Analisis bahaya proses pemerahan susu
Bahaya terhadap Penting tidaknya
Kegiatan Penting/
Bahaya Penyebab bahaya Peluang Keparahan Tindakan pengendalian
pemerahan Keselamatan Mutu Tidaknya
(T/S/R) (T/S/R)
(T/S/R)
Pemerah harus dalam
Persiapan -Mikrobiologi: keadaan sehat,
operator Kuman-kuman dari Pemerah yang sakit, kuku S R S mencuci tangan dengan
- √ pemerah yang panjang
pemerah tangan pemerah sabun setiap akan atau
selesai memerah
Bersihkan ambing
Membersihkan -Kimia: Residu Pembersihan desinfektan
ambing √ √ R R R dengan air hangat dan
desinfektan yang tidak sempurna lap bersih yang kering
Keluarkan susu yang
kotor; Cek ke dalam
Pengeluaran 3 – 4 strip cup apakah susu
Pemerahan -Mikrobiologi: Residu pancaran susu dari sudah pecah (yang
susu kotor yang tidak √ √ T T T
awal terbuang masing-masing puting menandakan sapi
sapi tidak sempurna terkena mastitis). Susu
dari sapi yang mastitis
harus dibuang.
Lakukan pemerahan
-Fisik: Puting sapi dengan cara yang
Pemerahan tercakar apabila Bila dilakukan pemerahan benar (mengikuti SOP
susu selama 6 memerah dengan cara - - dengan cara yang tidak T T T pemerahan yang
– 7 menit yang tidak benar dianjurkan benar), jangan
-Kimia: Residu vaselin menggunakan vaselin
pada puting sapi
-Kimia: Residu
desinfektan pada Perendaman (dipping) Bersihkan puting
Sucihama puting yang - √ dalam larutan desinfektan dengan air hangat,
memungkinkan bahaya S T T
puting yang terlalu lama dilap dengan lap kering
pada susu yang akan
diperah kemudian
Lanjutan Tabel 3. Analisis bahaya proses pemerahan susu
Bahaya terhadap Penting tidaknya Tindakan pengendalian
Kegiatan Penting/
Bahaya Penyebab bahaya Peluang Keparahan
pemerahan Keselamatan Mutu Tidaknya
(T/S/R) (T/S/R)
(T/S/R)
Mencatat
Tidak teridentifikasi
produksi susu
bahaya
Lakukan penyaringan
Penyaringan dengan dengan menggunakan
-Fisik: Kontaminasi menggunakan kain saring
Menyaring susu kotoran - √ yang sudah bolong- S S S kain blacu/tetra yang
bolong, dll. berwarna putih, bersih
berukuran 60x60 cm
Sebaiknya wadah
Menyimpan susu Wadah berisi air yang berisi air dingin dan
pada wadah yang kurang dingin, dalam disimpan dalam jangka
-Mikrobiologi: √ √ waktu lama sehingga
diisi air dingin T T T waktu tidak terlalu
Patogen memungkinkan m.o.
(Pendinginan) lama sampai
berkembang biak dikumpulkan ke
pengumpul susu
Delay yang terlalu lama,
-Mikrobiologi: susu tidak disimpan di
Patogen dan cooling unit sewaktu
Mengumpulkan Susu yang sudah rusak
susu ke TPS pembusuk √ √ menunggu pengumpulan, T T T
berkembang biak tidak dapat dikonsumsi
atau tidak menggunakan
dengan cepat ember/milk can yang
bertutup
√ = Cek list
T = Tinggi
S = Sedang
R = Rendah
Tabel 4. Matriks CCP (Critical Control Points) pada proses pemerahan susu
Monitoring
Tahap CCP No. Jenis bahaya Batas kritis Tindakan koreksi
Metode Frekuensi
Buang susu sapi pada
3 – 4 pancaran susu sapi Disiplin membuang
Pemerahan awal 1 Mikrobiologi Setiap dimulai pemerahan pertama,
pertama dibuang 3 – 4 pancaran susu lakukan hal yang benar
sapi pertama proses pemerahan
pada pemerahan kedua, dst.
Saring kembali susu yang
Penyaringan telah diperah dengan
Susu yang bersih, bebas dari menggunakan lap Setiap selesai saringan yang bersih, kering
Menyaring susu 2 Fisik kontaminan kering yang bersih memerah dan dari kain blacu/tetra
dan berwarna putih yang berwarna putih
Tindakan peternak yang memandikan sapi (a) Sapi terlihat seperti sehat: nafsu makan
sebelum pemerahan merupakan tindakan yang biasa dan suhu tubuh normal
menyimpang dari SOP. Hal ini akan
menimbulkan kontaminasi mikroorganisme (b) Ambing normal
dari tubuh ternak yang masih basah ada (c) Susu tidak menggumpal dan warna tidak
kemungkinan air dari tubuh ternak menetes ke berubah.
dalam penampungan susu. Dalam SOP yang
diberlakukan kepada peternak dalam kegiatan Tetapi melalui pemeriksaan akan
operasional pemerahan susu dianjurkan sapi
didapatkan: (a) Jumlah sel radang
dimandikan setelah diperah. Sapi hanya
dibersihkan terlebih dahulu pada ambingnya meningkat
dengan menggunakan air hangat dan lap kering
(b) Ditemukan kuman-kuman penyebab
yang bersih sebelum pemerahan.
penyakit
Penyakit yang paling sering terjadi pada
sapi perah ialah mastitis. Mastitis merupakan (c) Susu menjadi pecah (terbentuk butiran-
peradangan pada ambing bagian dalam. butiran halus atau gumpalan)
Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri
yaitu Streptococcus sp., Staphylococcus sp., Pemeriksaan mastitis subklinis dapat
Coliform, Corynebacterium, Pseudomonas sp., dilakukan dengan cara pemeriksaa mikroba
dan lain-lain serta kapang dan khamir. patogen dan penghitungan jumlah sel radang
Mastitis sangat merugikan karena dapat (metode Breed atau California Mastitis Test
mengakibatkan produksi susu menjadi turun (CMT), dll). Apabila peternak belum mampu
25 – 30% atau berhenti sama sekali, kualitas
susu menjadi turun sehingga tidak dapat dijual untuk melakukan serangkain pemeriksaan ini,
atau tidak dapat dikonsumsi, biaya perawatan seyogyanya pemeriksaan yang rutin misalnya
menjadi meningkat serta sapi perah diafkir setiap 3 – 4 bulan sekali dilakukan oleh pihak
lebih awal (ANONIMUS, 2005). yang berkompeten misalnya Dinas Kesehatan
Berdasarkan gejalanya dapat dibedakan setempat.
antara mastitis klinis dan subklinis. Gejala Peternak juga masih menggunakan vaselin
mastitis klinis (bentuk akut) dapat dilihat atau sebagai pelicin selama pemerahan karena
diraba oleh panca indera seperti: peternak menggunakan teknik pemerahan
dengan cara stripping yaitu pemerahan yang
(a) Kondisi umum: sapi tidak mau
dilakukan dengan menggunakan jari tangan
makan
menarik puting dari dasar puting menuju ujung
(b) Tanda-tanda peradangan pada ambing: puting. Akibat pemerahan cara ini puting sapi
ambing membengkak, panas, kemerahan, lama kelamaan akan memanjang, namun
nyeri bila diraba dan perubahan fungsi peternak lebih menyukainya karena proses
pemerahan dapat berlangsung cepat. Cara
(c) Perubahan pada susu:
pemerahan stripping tidak dianjurkan, dalam
- Susu memancar tidak normal, bening SOP cara yang dianjurkan adalah full hand
atau encer yaitu jari-jari menggenggam puting dan
- Kental, menggumpal atau berbentuk bergerak dinamis menekan puting sampai air
seperti mie susu keluar dari sisterna (lubang puting susu).
Cara ini menurut peternak sulit dilakukan
- Warna berubah menjadi semu kuning, karena proses pemerahan berjalan lambat.
kecokelatan, kehijauan, kemerahan atau Namun sebenarnya dengan cara full hand,
ada bercak-bercak merah bentuk puting tidak akan berubah, susu relatif
lebih bersih dan sapi tidak merasa kesakitan.
Sedangkan mastitis subklinis merupakan Setelah disusun rancangan HACCP untuk
peradangan pada ambing tanpa ditemukan mendeteksi titik kritis dan SOP dilaksanakan
gejala klinis pada ambing dan air susu: dengan baik oleh peternak, diperoleh hasil
bahwa TPC pada susu sapi menurun seperti
terlihat pada Tabel 7 dan 8.
320
320
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
Tabel 7. Jumlah TPC susu pada pemerahan pagi dan sore di peternak koperasi Sarwamukti-Lembang (n =
10) sebelum perancangan HACCP untuk pelaksanaan SOP
Tabel 8. Jumlah TPC susu pada pemerahan pagi dan sore di peternak koperasi Sarwamukti-Cisarua
Lembang (n = 10) sesudah perancangan HACCP untuk pelaksanaan SOP
Berdasarkan data pada Tabel 7 tampak ini masih lebih besar dari 106 CFU/ml seperti
bahwa rata-rata nilai TPC susu dari sepuluh yang dipersyaratkan oleh SNI 01-4852-1998
peternak di Sarwamukti sebelum dilaksanakan ataupun Codex.
SOP dengan baik masing-masing memiliki Dengan mengacu pada data dalam Tabel 8
angka TPC pemerahan pagi 4.220.000 CFU/ml tampak bahwa setelah dilaksanakannya SOP
dan pemerahan sore 4.270.000 CFU/ml. Nilai dengan baik, nilai TPC susu peternak di
321
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
Sarwamukti mengalami penurunan masing- HACCP dalam pelaksanaan SOP secara benar
6
masing yaitu pagi 1,6 x 10 CFU/ml dan sore dan dilaksanakan dengan baik oleh peternak,
6
1,58 x 10 CFU/ml walaupun masih lebih dari terjadi penurunan yang nyata dalam jumlah
1 juta seperti yang ditetapkan oleh SNI 01-
TPC pada susu yaitu menjadi 1,60 x 106
3141-1998 maupun yang diminta oleh industri
CFU/ml pada susu yang diperah pagi hari dan
pengolahan susu (IPS). Namun hal ini 1,58 x 106 CFU/ml pada susu yang diperah
menunjukkan bahwa peternak mulai peduli sore hari.
akan mutu dan keamanan pangan susu Sebagai saran, setiap unit pemerahan dan
berdasarkan nilai TPC karena hal ini penting pengolahan susu di manapun berada
untuk mendapat nilai bonus harga susu yang hendaknya melaksanakan HACCP dan SOP
lebih tinggi, artinya peternak mulai merubah dengan baik, benar, dan dikontrol oleh Dinas
perilakunya yang selama ini kurang tepat. Kesehatan dan Dinas Perindustrian setempat
Dengan hasil tersebut, SOP yang dilaksanakan secara berkala (minimum setiap empat bulan
dengan baik perlu dilakukan secara kontinyu, sekali) sehingga produksi susu yang aman dan
sehingga peternak akan selalu diingatkan untuk berkualitas dapat dihasilkan secara kontinyu
selalu menerapkan teknik penanganan susu dan pada akhirnya dapat meningkatkan
yang lebih baik dan aman. kesejahteraan peternak sapi.
Terbukti bahwa rancangan HACCP sebagai
alat untuk menentukan titik kritis pada proses
pemerahan susu sapi, dapat lebih membantu DAFTAR PUSTAKA
menjelaskan kepada para peternak mengenai
perlunya SOP pemerahan susu sapi ANONIMUS. 2001. Susuku Sehat, Susuku Selamat,
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sehingga Penghasilanku Meningkat. Laporan dari
pada akhirnya menurunkan nilai TPC susu, Lokakarya Kesehatan Hewan pada tanggal 21
membuat susu lebih aman serta dapat April 2001 di Malang. Lacto media. Produksi:
meningkatkan harga jual susu kepada GKSI Pusat, Jakarta. hlm. 12 – 13.
IPS. ANONIMUS. 2005. Penelitian Perbaikan Mutu dan
Keamanan Pangan Susu di Tingkat Peternak
dan Koperasi Susu. Laporan Akhir tahun
KESIMPULAN DAN SARAN 2005. Balai Besar Litbang Pascapanen
Pertanian Departemen Pertanian. Bogor.
Pada studi HACCP (Hazard Analysis and
BADAN STANDARISASI NASIONAL. 1998. SNI 01-
Critical Control Points) proses pemerahan 2782-1998, Metoda pengujian susu segar.
susu di tingkat peternak ini ditetapkan bahan
baku yang termasuk CCP (Critical Control DIRJEN PETERNAKAN. 2002. Buku Statistik
Points) yaitu sapi perah. Pada proses Peternakan. Dirjen Bina Produksi Peternakan.
Departemen Pertanian. Jakarta.
pemerahan, terdapat 4 (empat) tahap yang
termasuk CCP yaitu pemerahan awal, DONALDSON, A.I. 1997. Contamination of animal
penyaringan susu, penyimpanan susu pada products: prevention and risks for animal
wadah yang diisi air dingin (pendinginan), dan health. Revue Scientifique et Technique Off
int Epiz. Paris, France. 16(1): 117 – 124.
pengumpulan susu ke Tempat Penampungan
susu (TPS). Sedangkan yang termasuk CP PIERSON, M. and D.A. CORLETT, JR. 1993. HACCP
(Control Points) ialah tahap persiapan Principles and Applications. An AVI Book
(penyediaan) sarana pemerahan, pembersihan Published by Van Nostrand Reinhold. New
York.
kandang, persiapan operator pemerah,
pembersihan ambing, jarak dan waktu SNI No. 01-6366-2000. Batas Maksimum Cemaran
pemerahan, dan suci hama puting. Sebelum Mikroba dan Batas Maksimum Residu dalam
perancangan HACCP dalam pelaksanaan Bahan Makanan Asal Hewan. Standar
Standar Operational Procedure (SOP), rata- Nasional Indonesia.
rata TPC susu hasil pemerahan pagi hari adalah WINARNO, G. 2002. HACCP dan Penerapannya
6
4,22 x 10 CFU/ml dan susu hasil pemerahan dalam Industri Pangan. Clt 2. MBRIO Press,
6
sore hari mengandung TPC 4,27 x 10 Bogor.
CFU/ml, sedangkan setelah perancangan
322
322