Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

UJI ORGANOLEPTIK DAN KIMIA SELAI BERBAHAN DASAR KULIT PISANG

TONGKAT LANGIT (Musa troglodytarum L.)

Kristin Sangur

Program Studi Pendidikan Biologi

*Corresponding author: Kristin Sangur; E-mail: sangur_kristin@yahoo.com

Abstract

Background: Tongkat langit banana (Musa troglodytarum L.) is popular among the people of Maluku. Tongkat
langit banana fruit is used as food and for the treatment of several types of diseases, while the peel is not used,
even though the peel contains nutrients that are very important for the body such as carbohydrates, vitamins and
minerals. Tongkat langit banana peels can be innovated into jam with the addition of sugar. To find out the sugar
concentration that is suitable for the good quality of tongkat langit banana peel jam, it is necessary to carry out an
organoleptic test. Apart from organoleptic testing, a chemical test was also carried out on jams.
Methods: This research was conducted from January to February 2020. Organoleptic tests were carriedout on 20
semi-trained panelists and then a proximate t analysis was carried out following the SNI 3746: 2008 method. The
research data were analyzed descriptively using graphic presentation.
Rsults: The parameters assessed in the organoleptic test on jam made from tongkat langit banana peels were
color, texture, taste, aroma and level of preference. Apart from organoleptic testing, chemical tests were also carried
out on banana peel jams, which included testing for moisture, ash content, fat content, protein content and
carbohydrate content.
Conclusion: The organoleptic test shows that the higher the sugar concentration in the jam, the lower the color
quality of the jam, the more the sweetness of the jam, the more the thickness of the jam increases the distinctive
aroma of jam, then the jam that is very popular with panelists is jam with sugar concentration. 50%. The chemical
test results showed that the jam with a sugar concentration of 50% contained 25.97% water content, 0.86% ash
content, 30.99% carbohydrate content, 0.30% fat content, and 0.13% protein content.

Keywords: Tongkat Langit Banana, Jam, Organoleptic, Chemical Test

Abstrak

Latar Belakang: Pisang tongkat langit (Musa troglodytarum L.) populer di kalangan masyarakat Maluku. Buah
pisang tongkat langit dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan juga untuk pengobatan beberapa jenis penyakit,
sedangkan kulitnya tidak dimanfaatkan padahal pada kulitnya mengandung nutrisi yang sangat penting bagi tubuh
seperti karbohidrat, vitamin dan mineral. Kulit pisang tongkat langit dapat diinovasikan menjadi selai dengan
penambahan gula. Untuk mengetahui konsentrasi gula yang cocok untuk kualitas selai kulit pisang tongkat langit
yang baik, maka perlu dilakukan uji organoleptik. Selain dilakukan uji organoleptik, juga dilakukan uji kimia pada
selai.
Metode: Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan Februari 2020. Uji organoleptik dilakukan
terhadap para panelis semi terlatih sebanyak 20 orang selanjutnya dilakukan analisis proksimat t yang dilakukan
mengikuti metode SNI 3746:2008. Data hasil penelitan dianalisis secara deskriptif menggunakan penyajian grafik.
Hasil: Parameter yang dinilai dalam uji organoleptik pada selai berbahan dasar kulit pisang tongkat langit yaitu,
warna, tekstur, rasa, aroma dan tingkat kesukaan. Selain dilakukan uji organoleptik, juga dilakukan uji kimia pada
selai kulit buah pisang tongkat langit yang meliputi uji kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein dan kadar
karbohidrat.
Kesimpulan: Pada uji organoleptik menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi gula pada selai maka semakin
menurunkan kualitas warna pada selai, semakin meningkatkan rasa manis pada selai, semakin meningkatkan
kekentalan pada selai, meningkatkan aroma khas dari selai, selanjutnya selai yang sangat disukai oleh panelis
yaitu selai dengan konsentrasi gula 50%. Hasil uji kimia menunjukkan bahwa pada selai dengan konsentrasi gula
50% mengandung kadar air sebanyak 25.97%, kadar abu sebanyak 0,86%, kadar karbohidrat sebanyak 30.99%,
kadar lemak sebanyak 0.30%, dan kadar protein sebanyak 0,13%.

Kata Kunci: Pisang Tongkat Langit, Selai, Organoleptik, Uji Kimia


Biopendix, Volume 7, Nomor 1, Desember 2020, hlm. 26-38

PENDAHULUAN ekstrak bawang tiwai mampu meningkatkan


Pisang tongkat langit (Musa mutu selai kulit pisang kepok, terutama nilai
troglodytarum L.) populer di kalangan organoleptik warna dan vitamin C, (2)
masyarakat Maluku. Buah pisang tongkat Matondang, dkk. (2014) menyimpulkan
langit ini biasanya dimanfaatkan sebagai bahwa perbandingan bubur kulit pisang
obat darah tinggi, hepar dan beberapa jenis barangan dan bubuk cokelat memberikan
penyakit lainnya. Sekarang ini masyarakat pengaruh berbeda sangat nyata terhadap uji
Maluku juga telah mengolah buah pisang organoleptik warna, aroma, dan rasa. Kulit
tongkat langit menjadi tepung (Pratiwi & pisang tongkat langit (Musa troglodytarum
Krisbianto, 2019). Buah pisang tongkat langit L.) memiliki ciri-ciri tebal, apabila telah
yang dimanfaatkan oleh masyarakat akan masak kulit luar berwarna orange,
menyisahkan kulit pisang tongkat langit. sedangkan bagian dalam kulit berwarna
Oleh karena, kulit pisang tongkat langit yang kuning emas, beraroma khas, dan lunak.
dibiarkan akan menjadi limbah yang Oleh karena itu, apabila kulit pisang tongkat
mengotori lingkungan, padahal pada kulit langit diolah menjadi selai maka akan
pisang terkandung nutrisi. Nutrisi yang memperoleh warna dan aroma yang khas
terkandung pada kulit pisang pada pisang tongkat langit.
umumnya adalah karbohidrat, vitamin, Gula/sukrosa digunakan sebagai
mineral. Oleh karena itu, melalui inovasi tambahan pemanis pada selai kulit pisang
maka kulit pisang tongkat langit dapat diolah tongkat langit (Musa troglodytarum L.). Gula
menjadi selai sekaligus untuk menambah dapat digunakan sebagai pengawet dan
nilai ekonomis bagi masyarakat. Selama ini pemanis pada selai. Penambahan gula pada
selai pisang tongkat langit belum banyak selai juga bertujuan untuk meningkatkan
dikenal oleh masyarakat luas (Samson, tekstur, penampakan dan aroma selai
2013). (Ishak, 2012). Untuk memperoleh selai kulit
Selai merupakan produk pangan yang pisang yang berkualitas baik perlu diketahui
dibuat dari sari buah yang dicampurkan konsentrasi gula. Oleh karena itu,
dengan gula, selanjutnya campuran tersebut konsentrasi gula merupakan faktor yang
dimasak sampai memperoleh hasil yang perlu diperhatikan dalam proses pembuatan
kental. Produk selai dikonsumsi bersama roti selai. Keseimbangan kosentrasi gula dari
tawar. Selai buah adalah produk pangan sari kulit pisang tongkat langit akan
semi basah yang merupakan pengolahan mempengaruhi kualitas selai yang meliputi
bubur buah dan gula yang dibuat dari aroma, rasa, kekentalan, daya oles dan daya
campuran 45% bagian berat buah dan 55% terima panelis.
bagian berat gula dengan atau tanpa Menurut Balai Penelitian dan
penambahan bahan makanan yang Pengembangan Industri (1982) dalam Fitria
diizinkan (Arindya, 2016). Selama ini, selai dkk. (2013), di dalam 100 gram kulit pisang
dibuat dari aneka macam buah seperti terdapat kandungan air sebanyak 68,90
nenas, mangga, sirsak, pepaya, pisang, dan gram; karbohidrat 18,50 gram; lemak 2,11
jenis buah lainnya. Macam-macam selai gram; protein 0,32 gram; kalsium 715 mg;
buah tersebut tentunya menampakkan fosfor 117 mg; zat besi 1,60 mg; vitamin B
aroma berdasarkan jenis buah yang menjadi 0,16 mg dan vitamin C 17,50 mg.
bahan dasarnya. Seiring perkembangan Buah pisang memiliki kandungan pektin
jaman dan peningkatan laju ekonomi yang yang cukup tinggi. Menurut Arti (2015),
pesat, maka inovasi pembuatan selai kandungan pektin pada kulit pisang berkisar
berbahan dasar kulit buah mulai dilakukan. antara 0.9% dari berat kering. Pektin
Selain alasan murah, mudah diperoleh serta merupakan senyawa polisakarida yang
mengurangi bobot sampah organik di dapat larut dalam air dan membentuk gel
lingkungan, selai kulit buah juga dapat yang berasal dari dinding sel tumbuhan
meningkatkan nilai tambah dan ekonomis (Dewi, 2014). Pektin telah banyak
bagi masyarakat. digunakan pada industri makanan salah
Beberapa penelitian yang telah satunya selai. Hal ini dikarenakan pektin
dilakukan tentang selai kulit pisang yakni (1) mempunyai sifat yang sangat penting dalam
Saragih, dkk. (2010) menyimpulkan bahwa menaikan kekentalan cairan atau
penambahan pewarna cair alami dari

Kristin Sangur, Uji Organoleptok dan ... 27


Biopendix, Volume 7, Nomor 1, Desember 2020, hlm. 26-38

membentuk gel dengan gula dan asam sedikit demi sedikit. (7) Bubur kulit pisang
(Fahrizal dan Fadhli, 2014). dimasak sampai mengental selama kurang
Untuk mengetahui konsentrasi gula lebih 15 menit dengan api sedang. (8)
yang cocok untuk kualitas selai kulit pisang Setelah selai jadi, selai dengan formulasi
tongkat langit yang baik, maka perlu berbeda dimasukan dalam botol steril untuk
dilakukan uji organoleptik. Pengujian dilakukan uji organoleptik. Uji organoleptik
organoleptik terhadap suatu produk dilakukan terhadap para panelis semi terlatih
makanan atau minuman dapat dilakukan sebanyak 20 orang. Uji organoleptik meliputi
melalui uji hedonik atau kesukaan. Uji warna, rasa, tekstur, aroma, dan tingkat
hedonic meliputi tingkat kesukaan terhadap kesukaan terhadap roti tawar yang
warna, rasa, tekstur, aroma, dan menghasilkan formulasi selai terpilih. Produk
penerimaan umum terhadap suatu produk selai terpilih kemudian dilanjutkan dengan
makanan atau minuman ( Rahayu, 2008). analisis proksimat yang meliputi kadar air,
Selain dilakukan uji organoleptik, juga kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan
dilakukan uji kimia pada selai kulit buah kadar karbohidrat. Analisis proksimat yang
pisang tongkat langit yang meliputi uji kadar dilakukan mengikuti metode SNI 3746:2008.
air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein Hasil penelitian meliputi data organoleptik
dan kadar karbohidrat. dan analisis proksimat kemudian dianalisis
secara deskriptif menggunakan penyajian
Gambar.
MATERI DAN METODE
Penelitian ini dilakukan pada bulan
Januari sampai bulan Februari 2020 dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
lokasi pengambilan sampel di Pasar Mardika Uji Organoleptik
Ambon, lokasi pembuatan selai di Parameter yang dinilai dalam uji
Laboratorium Biologi Dasar Universitas organoleptik pada selai berbahan dasar kulit
Pattimura Ambon dan lokasi pengujian di pisang tongkat langit yaitu, warna, tekstur,
Balai Riset dan Standarisasi Industri Ambon. rasa, aroma dan tingkat kesukaan.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pisau, kompor, panci, botol selai, Warna
baskom, sutel dan bahan yang digunakan Hasil uji organoleptik tentang penilaian
adalah kulit pisang tongkat langit (Musa warna dapat dilihat pada gambar 1 berikut
troglodytarum L.), dan gula. ini:
Cara kerja dalam penelitian ini dimulai
dengan pembuatan selai berbahan dasar
Warna
kulit pisang tongkat langit dengan langkah-
langhkah sebagai berikut (1) Buah pisang 5 4
yang digunakan adalah pisang yang telah 4 3
masak dengan ciri-ciri kulit pisang berwarna 3
1,9
merah orange, dan lunak. (2) Buah pisang 2 1
dikupas, kemudian kulit pisang dicuci dan 1
dikukus selama 15 menit pada suhu air 0
1000C. (3) Kulit pisang dikeruk lapisan A1 A2 A3 A4
bagian dalam yang berwarna kuning oranye Konsentrasi Gula
menggunakan sendok. (4) Lapisan bagian
dalam kulit pisang dihaluskan menggunakan
blender menjadi bubur kulit pisang. (5) Bubur Gambar 1. Perlakuan Konsentrasi Gula
kulit pisang kemudian disaring untuk Terhadap Nilai Organoleptik Warna Selai Kulit
menghasilkan bubur kulit pisang yang halus. Pisang Tongkat Langit (Musa Troglodytarum
Bubur kulit pisang dibagi menjadi 4 bagian L.)
untuk dimasak terpisah dengan konsentrasi
gula yang berbeda. (6) Bubur kulit pisang Komponen warna sangat penting dalam
kemudian dimasak di atas kompor menentukan kualitas makanan. Berdasarkan
menggunakan wajan, kemudian gula gambar 1 diketahui bahwa selai kulit pisang
dengan berbagai perbandingan dimasukan tongkat langit dengan konsentrasi gula 25%

Kristin Sangur, Uji Organoleptok dan ... 28


Biopendix, Volume 7, Nomor 1, Desember 2020, hlm. 26-38

memiliki nilai rata-rata skor warna sebesar 4 proses karamelisasi sehingga terbentuk
oleh panelis, maka menurut persepsi panelis proses browning atau kuning kecoklatan.
berarti warna selai sangat kuning-oranye; Pada selai dengan penambahan konsentrasi
selai kulit pisang tongkat langit dengan gula 100% dengan warna tidak kuning
konsentrasi gula 50% memiliki rata-rata skor disebabkan karena penambahan
warna sebesar 3 oleh panelis, maka menurut konsentrasi gula yang banyak dan adanya
persepsi panelis berarti warna selai kuning; proses pemanasan. Hilangnya warna kuning
selai kulit pisang tongkat langit dengan oranye yang merupakan warna khas dari
konsentrasi gula 75% memiliki rata-rata skor kulit buah pisang tongkat langit juga
warna sebesar 1,9 oleh panelis, maka menunjukkan berkurangnya kandungan
menurut persepsi panelis berarti warna selai karotenoid pada selai.
agak kuning; selai kulit pisang tongkat langit Kandungan karotenoid pada suatu
dengan konsentrasi 100% memiliki rata-rata bahan makanan akan berkurang selama
skor warna sebesar 1 oleh panelis, maka mengalami proses pengolahan dengan cara
menurut persepsi panelis berarti warna selai pengolahan. Menurut Worthington (1988)
tidak kuning. dalam Samson dkk. (2013) selama proses
Berdasarkan data pada Gambar 1 pemanasan, terjadi isomerasi trans-cis
dapat dijelaskan semakin banyak karotenoid sehingga menurunkan
penambahan konsentrasi gula pada selai kandungan karotenoid dan aktivitas vitamin
berbahan dasar kulit pisang tongkat langit, A. Penurunan kandungan total karotenoid
maka semakin menurunkan kualitas warna juga sangat dipengaruhi oleh cara dan lama
dari selai. Warna alami kulit pisang tongkat pemasakan. Pada umumnya proses
langit bagian luar pada buah yang telah pemasakan pada sayuran dan buah dapat
masak adalah kuning oranye, sedangkan mengakibatkan perubahan kualitas sayuran
bagian dalam buah berwarna kuning. Saat dan buah seperti warna, tekstur, kandungan
kulit pisang dimasak menjadi selai, maka pigmen atau warna serta kandungan zat gizi
selama proses pemasakan ditambahkan yang ada di dalamnya.
gula, warna kuning akan berubah menjadi Warna kuning oranye pada selai
cokelat. Perubahan warna ini disebabkan dengan konsentrasi gula 25% menunjukkan
karena peningkatan konsentrasi gula pasir. bahwa selai terkandung karotenoid yang
Menurut Heyne (1980) dalam Samson dkk. tinggi dan sangat baik untuk kesehatan.
(2013), warna kulit buah pisang tongkat Kandungan karotenoid pada sayuran dan
langit yaitu semu-semu merah dengan buah-buah diketahui dapat mencegah
bintik-bintik hitam, sedangkan daging berbagai penyakit pada manusia diataranya
buahnya berwarna kuning oranye. Oleh kardiovaskuler, kanker dan penyakit kronis
sebab itu selai berbahan dasar kulit pisang lainnya (Samson, dkk., 2013).
tongkat langit memiliki warna khas dari buah
pisang tongkat langit yaitu kuning oranye. Rasa
Semakin tinggi penambahan konsentrasi Hasil uji organoleptik tentang penilaian
gula meyebabkan perubahan warna pada warna dapat dilihat pada gambar 2 berikut
selai mulai dari kuning oranye, kuning, agak ini:
kuning, dan tidak kuning. Hal ini
menunjukkan bahwa penambahan gula
dapat menghilangkan warna dasar dari selai.
Peningkatan konsentrasi gula pasir
pada pembuatan selai dapat menghilangkan
warna dasar dari selai bahkan membuat
selai menjadi coklat.
Perubahan warna dasar menjadi warna
coklat atau sering disebut karamelisasi pada
umumnya terjadi pada makanan yang diolah
dengan penambahan gula pasir dan diolah
dengan cara pemanasan. Hal tersebut
sesuai dengan Desrosier (2008) dalam
Octavia (2014) bahwa gula akan mengalami

Kristin Sangur, Uji Organoleptok dan ... 29


Biopendix, Volume 7, Nomor 1, Desember 2020, hlm. 26-38

penambahan konsentrasi gula 100%


Rasa
memiliki rasa yang sangat manis,
6 disebabkan karena penambahan
4 konsentrasi gula menutupi rasa khas kulit
4 3,5
3
pisang tongkat langit dan gula juga
2 1 merupakan pemanis alami pada makanan
serta dapat meningkatkan penerimaan rasa
0 dari suatu makanan (Fitriyono, 2010 dalam
A1 A2 A3 A4 Kumalasari, 2015).
Konsentrasi Gula Gula merupakan jenis karbohidrat yang
yang berfungsi memberikan rasa manis
pada bahan makanan. Menurut Lutony
Gambar 2. Perlakuan Konsentrasi Gula (1993) dalam Kholiq (2011), berdasarkan
Terhadap Nilai Organoleptik Rasa Selai Kulit kemampuan menghasilkan energi, pemanis
Pisang Tongkat Langit (Musa Troglodytarum
L.)
dibagi menjadi 2 yaitu pemanis nutritif yaitu
pemanis yang jika dikonsumsi akan
Berdasarkan Gambar 2 diketahui menghasilkan sejumlah energi atau kalori di
bahwa selai kulit pisang tongkat langit dalam tubuh; dan pemanis nonnutritif yaitu
dengan konsentrasi gula 25% memiliki nilai pemanis yang jika dikonsumsi tidak
rata-rata skor rasa sebesar 1 oleh panelis, menghasilkan kalori. Pemanis nutritif terbagi
maka menurut persepsi panelis berarti rasa menjadi 2 kelompok yaitu pemanis nutritif
selai tidak manis; selai kulit pisang tongkat alami, dan pemanis nutritif sintesis (buatan).
langit dengan konsentrasi gula 50% memiliki Gula (sukrosa) merupakan pemanis nutriif
rata-rata skor rasa sebesar 3 oleh panelis, alami yang selain memberikan rasa manis
maka menurut persepsi panelis berarti rasa pada bahan makanan, juga memberikan
selai manis; selai kulit pisang tongkat langit energi atau kalori bagi tubuh.
dengan konsentrasi gula 75% memiliki rata-
Tekstur
rata skor rasa sebesar 3,5 oleh panelis,
maka menurut persepsi panelis berarti rasa Hasil uji organoleptik tentang penilaian
selai sangat manis; selai kulit pisang tongkat tekstur dapat dilihat pada Gambar 3 berikut
langit dengan konsentrasi 100% memiliki ini:
rata-rata skor rasa sebesar 4 oleh panelis,
maka menurut persepsi panelis berarti rasa Tekstur
selai sangat manis.
5 4
Rasa pada bahan makanan timbul
4 2,9 3,1
akibat adanya rangsangan kimiawi yang
3 2
dapat diterima oleh indera pencicipi atau
2
lidah. Rasa akan menentukan keputusan
1
konsumen untuk menolak atau menerima
0
produk makanan yang ditawarkan. Menurut A1 A2 A3 A4
Soekarto (1995) dalam Kumalasari (2015),
Konsentrasi Gula
walaupun parameter yang lain baik pada
suatu produk makanan, tetapi jika rasanya
tidak enak atau tidak disukai oleh konsumen
Gambar 3. Perlakuan Konsentrasi Gula
maka produk makanan tersebut akan Terhadap Nilai Organoleptik Tekstur Selai
ditolak. Rasa manis pada selai berbahan Kulit Pisang Tongkat Langit (Musa
dasar kulit pisang tongkat langit akan Troglodytarum L.).
meningkat seiring dengan penambahan
konsentrasi gula. Pada konsentrasi gula Berdasarkan Gambar 3 diketahui
25% memiliki rasa khas dari kulit buah bahwa selai kulit pisang tongkat langit
pisang tongkat langit dan tidak manis, dengan konsentrasi gula 25% memiliki nilai
disebabkan karena gula yang disebabkan rata-rata skor tekstur sebesar 2 oleh panelis,
karena gula yang ditambahkan sangat maka menurut persepsi panelis berarti
sedikit. Sebaliknya selai dengan tekstur selai kurang kental; selai kulit pisang

Kristin Sangur, Uji Organoleptok dan ... 30


Biopendix, Volume 7, Nomor 1, Desember 2020, hlm. 26-38

tongkat langit dengan konsentrasi gula 50% Selain pektin yang mempengaruhi
memiliki rata-rata skor rasa sebesar 2,9 oleh tekstur dari selai, penambahan konsentrasi
panelis, maka menurut persepsi panelis gula juga mempengaruhi tekstur selai.
berarti tekstur selai kental; selai kulit pisang Berdasarkan hasil penelitian, selai dengan
tongkat langit dengan konsentrasi gula 75% konsentrasi gula 25% memiliki tekstur
memiliki rata-rata skor rasa sebesar 3,1 oleh kurang kental dibandingkan selai dengan
panelis, maka menurut persepsi panelis konsentrasi gula 50% dan 75% yang
berarti tekstur selai kental; selai kulit pisang memiliki tekstur kental serta selai dengan
tongkat langit dengan konsentrasi 100% konsentrasi gula 100% yang memiliki tekstur
memiliki rata-rata skor rasa sebesar 4 oleh sangat kental. Hal ini menunjukkan bahwa
panelis, maka menurut persepsi panelis gula (sukrosa) juga mempengaruhi
berarti tekstur selai sangat kental. kekentalan dari selai. Menurut Astuti (2008)
Berdasarkan data pada Gambar 3 dalam Dewi (2014), semakin banyak gula
menunjukkan bahwa semakin banyak yang ditambahkan maka akan terjadi
penambahan konsentrasi gula pada selai kristalisasi pada permukaan gel yang
berbahan dasar kulit pisang tongkat langit, terbentuk, bila gula yang ditambahkan
maka semakin meningkatkan kekentalan sedikit akan terbentuk gel yang lunak.
pada selai. Karakteristik tekstur selai Dengan demikian semakin banyak
berbahan dasar kulit buah pisang tongkat konsentrasi gula yang ditambahkan, maka
langit dibentuk oleh banyak sedikitnya tekstur selai yang dibuat semakin kental.
kandungan pektin serta komposisi
pembuatan selai salah satunya Aroma
penambahan konsentrasi gula. Hasil uji organoleptik tentang penilaian
Pektin atau senyawa pektat adalah aroma dapat dilihat pada gambar 4 berikut
suatu polisakarida kompleks yang terdapat ini:
pada lamela tengah (middle lemella) atau
ruang antar sel dari jaringan tanaman tingkat
Aroma
tinggi. Senyawa pektat polisakarida dan
serat-serat selulosa terikat bersama 5 4
membentuk jaringan kuat yang berfungsi 4 3,25
2,85
sebagai perekat antar sel. Buah-buahan dan 3
sayuran banyak mengandung senyawa ini 2 1
(Voragen, 1991 dalam Dewi, 2014). Pektin 1
merupakan bahan pembentuk gel untuk 0
memodifikasi tekstur selai. Jumlah pektin A1 A2 A3 A4
yang ideal dalam pembuatan selai berkisar
Konsentrasi Gula
antara 0,75%-1,5% (Dewi, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian Sutapa dkk.
(2014), kadar pektin dalam kulit buah pisang Gambar 4. Perlakuan Konsentrasi Gula
tongkat langit (Musa Spesies van balbisiana) Terhadap Nilai Organoleptik Aroma Selai
adalah 10,41%. Kulit Pisang Tongkat Langit (Musa
Keberadaan pektin sangat penting Troglodytarum L.)
dalam bahan pangan karena senyawa ini
mampu mengubah sifat fungsional produk Berdasarkan Gambar 4 diketahui
pangan seperti kekentalan, emulsi dan gel. bahwa selai kulit pisang tongkat langit
Menurut Thakur (1997) dalam Fahrizal dan dengan konsentrasi gula 25% memiliki nilai
Fadhil (2014), pektin mempunyai sifat rata-rata skor aroma sebesar 1 oleh panelis,
sangat penting dalam pengolahan bahan maka menurut persepsi panelis berarti selai
pangan terutama pada sifatnya yang dapat tidak beraroma pisang; selai kulit pisang
menaikkan kekentalan cairan atau tongkat langit dengan konsentrasi gula 50%
membentuk gel dengan gula dan asam. Oleh memiliki rata-rata skor aroma sebesar 2,85
karena sifat inilah pektin banyak digunakan oleh panelis, maka menurut persepsi panelis
dalam pembuatan jeli, jem (selai) dan berarti selai beraroma pisang; selai kulit
kembang gula. pisang tongkat langit dengan konsentrasi
gula 75% memiliki rata-rata skor aroma

Kristin Sangur, Uji Organoleptok dan ... 31


Biopendix, Volume 7, Nomor 1, Desember 2020, hlm. 26-38

sebesar 3,25 oleh panelis, maka menurut larutan. Aroma dan cita rasa akan menjadi
persepsi panelis berarti selai adalah aroma lebih menonjol dengan memperhatikan
pisang; selai kulit pisang tongkat langit tingkat kemanisan yang digunakan
dengan konsentrasi 100% memiliki rata-rata (Pancoast dan Junk, 1980 dalam
skor aroma sebesar 4 oleh panelis, maka Kumalasari, 2015).
menurut persepsi panelis berarti selai sangat
beraroma pisang. Tingkat Kesukaan
Aroma merupakan salah satu indikator
organoleptik yang paling penting dalam Hasil uji organoleptik tentang tingkat
menentukan penerimaan suatu bahan kesukaan dapat dilihat pada Gambar 5
makanan, karena melalui aroma, panelis berikut ini:
atau konsumen akan mengetahui bahan-
bahan yang terkandung dalam produk
Kesukaan
pangan yang dibuat serta mengetahui layak
3,7
atau tidaknya bahan makanan tersebut 4
dikonsumsi. Menurut Winarno (2004) dalam 2,75
3 2
Dewi (2014), bau atau aroma makanan 1,85
2
memiliki peranan yang mampu menentukan
1
kelezatan dari makanan tersebut. Aroma
dari suatu bahan makanan dapat dikenali 0
A1 A2 A3 A4
melalui organ penciuman atau hidung.
Berdasarkan SNI 3746: 2008, karakteristik Konsentrasi Gula
aroma selai adalah mempunyai standar
aroma yang normal yaitu jika tercium bau
Gambar 5. Perlakuan Konsentrasi Gula
khas selai bahan yang digunakan (Dewi, Terhadap Nilai Organoleptik Tingkat
2014). Aroma khas selai dalam penelitian ini Kesukaan Selai Kulit Pisang Tongkat Langit
adalah aroma pisang. (Musa Troglodytarum L.)
Data pada Gambar 4 menunjukkan
bahwa selai dengan konsentrasi gula 25% Berdasarkan gambar 5 diketahui bahwa
tidak memunculkan aroma pisang, selai kulit pisang tongkat langit dengan
sementara selai dengan konsentrasi gula konsentrasi gula 25% memiliki nilai rata-rata
50% dan 75% memunculkan aroma pisang, skor kesukaan sebesar 2 oleh panelis, maka
sedangkan selai dengan konsentrasi gula menurut persepsi panelis berarti selai
100% sangat memunculkan aroma pisang. kurang disukai; selai kulit pisang tongkat
Sehingga dapat dijelaskan bahwa semakin langit dengan konsentrasi gula 50% memiliki
banyak penambahan konsentrasi gula pada rata-rata skor kesukaan sebesar 3,7 oleh
selai berbahan dasar kulit pisang tongkat panelis, maka menurut persepsi panelis
langit, maka semakin meningkatkan aroma berarti selai sangat disukai panelis; selai kulit
pada pada selai. pisang tongkat langit dengan konsentrasi
Suprapti (2005) dalam Dewi (2014), gula 75% memiliki rata-rata skor kesukaan
menjelaskan bahwa ada beberapa sebesar 2,75 oleh panelis, maka menurut
komponen yang mempengaruhi aroma selai persepsi panelis berarti selai disukai panelis;
yaitu bahan dasar selai, ditambah dengan selai kulit pisang tongkat langit dengan
gula dan bahan penguat aroma. mkonsentrasi 100% memiliki rata-rata skor
Penambahan konsentrasi gula dapat kesukaan sebesar 1,85 oleh panelis, maka
mempengaruhi nilai organoleptik aroma menurut persepsi panelis berarti selai
selai. Gula akan memberikan aroma khas kurang disukai panelis.
pada selai pada saat gula mengalami Kesukaan merupakan keputusan
pemanasan dengan sari kulit buah pisang panelis setelah mengetahui parameter
tongkat langit. Gula (sukrosa) dalam selai organoleptik lain diantaranya warna, rasa,
diketahui dapat memperbaiki aroma dan cita tekstur dan aroma. Kesukaan pada selai kulit
rasa dengan cara membentuk buah pisang tongkat langit berarti daya
keseimbangan yang lebih baik antara terima panelis atau konsumen terhadap
keasaman, rasa pahit, rasa asin, ketika selai. Menurut Soediatama (1993) dalam
digunakan dalam pengkonsentrasian Octavia (2014), daya terima dapat dikaitkan

Kristin Sangur, Uji Organoleptok dan ... 32


Biopendix, Volume 7, Nomor 1, Desember 2020, hlm. 26-38

keberadaannya dengan tingkat kepuasan memiliki rasa manis, memiliki warna dan
konsumen, sehingga semakin baik daya aroma khas dari pisang dan bertekstur
terima suatu produk berarti semakin tinggi kental. Sebaliknya panelis kurang menyukai
pula tingkat kepuasan dalam mengkonsumsi selai dengan warna khas bahan dasar selai
produk tersebut. yaitu kuning oranye dan tidak memiliki warna
Penilaian panelis pada selai berbahan khas selai, selai yang tidak manis atau
dasar kulit buah pisang tongkat langit sangat manis, selai dengan tekstur kurang
berdasarkan penambahan konsentrasi gula kental atan sangat kental dan selai yang
berkisar antara sangat suka, suka dan tidak beraroma pisang atau sangat
kurang suka. Informasi pada Gambar 5 beraroma pisang.
menunjukkan bahwa panelis sangat
menyukai selai dengan konsentrasi gula Uji Kimia
50%, menyukai selai dengan konsentrasi Uji kimia pada penelitian ini dilakukan
gula 75%, dan kurang menyukai selai pada produk selai terpilih yaitu selai
dengan konsentrasi gula 25% dan 100%. berbahan dasar kulit pisang tongkat langit
Berdasarkan parameter organoleptik yang dengan konsentrasi gula yang sangat
diuji, panelis sangat suka pada selai dengan disukai panelis yaitu pada konsentrasi gula
warna kuning, rasa manis, tekstur kental dan 50%. Hasil uji kimia meliputi uji kadar air,
aroma pisang. Panelis menyukai selai kadar abu, kadar lemak, kadar protein dan
dengan penambahan konsentrasi gula 50% kadar karbohidrat. Hasil uji kimia ditunjukkan
(A2) karena pada perlakuan tersebut selai pada Gambar 6.

Hasil Uji Kimia Pada Selai dari Kulit Pisang Tongkat Langit (%)

35,00
30,00
25,00
20,00
30,99
15,00 25,97
10,00
5,00
0,86 0,30 0,13
0,00
Kadar Air Kadar Abu Kadar Kadar Kadar
Lemak Protein Karbohidrat

Kadar Air Kadar Abu Kadar Lemak Kadar Protein Kadar Karbohidrat

Gambar 6. Hasil Uji Kimia Pada Selai Dari Kulit Pisang Tongkat Langit

Kadar Air kadar air pada selai maksimum 35%, masih


Kadar air merupakan salah satu di bawah standar yang ditetapkan, dan kadar
komponen terpenting dalam bahan air yang masih rendah ini juga membuat
makanan. Keberadaan kandungan air dalam tekstur selai kental. Selai merupakan bahan
bahan makanan mempengaruhi tekstur, cita makanan semi basah oleh sebab itu
rasa, daya awet makanan terhadap kandungan air di dalamnya juga penting
serangan mikroba. Kandungan air dalam diperhatikan. Menurut Potter dan Hotchkiss
selai juga berperan dalam memberi tekstur (1995) dalam Putri (2014), umumnya
pada selai. Hasil analisis kadar air makanan semi basah memiliki kadar air 20-
menunjukkan bahwa selai berbahan dasar 50%, yang lebih rendah daripada kadar air
kulit pisang tongkat langit dengan pada bahan baku alaminya tetapi lebih tinggi
penambahan gula sebanyak 50% diperoleh dibandingkan produk lain dari bahan baku
25,97%. yang sama yang dikeringkan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh jika Menurut Balai Penelitian dan
dibandingkan dengan kriteria mutu selai Pengembangan Industri (1982) dalam Fitria
buah menurut SII. No. 173 tahun 1978, dkk. (2013), kandungan air dalam 100 gram

Kristin Sangur, Uji Organoleptok dan ... 33


Biopendix, Volume 7, Nomor 1, Desember 2020, hlm. 26-38

kulit pisang sebesar 68,90 gram. Hasil Anwar (1987) dalam Ago, dkk, kadar abu
penelitian tersebut menunjukkan bahwa merupakan campuran dari komponen
kadar air pada kulit pisang yang merupakan anorganik atau mineral yang terdapat pada
bahan dasar pembuatan selai jauh lebih suatu bahan pangan. Di dalam bahan
tinggi dibandingkan kadar air pada selai pangan terdapat 96% bahan anorganik dan
berbahan dasar kulit pisang. Berdasarkan air, sedangkan sisanya merupakan unsur-
hal-hal tersebut, hasil uji kadar air yang unsur mineral. Unsur-unsur tersebut dikenal
diperoleh sudah memenuhi kriteria yang sebagai zat organik atau kadar abu.
ditentukan. Kadar abu yang diperoleh dalam selai
Keberadaan kadar air pada selai yang berbahan dasar kulit buah pisang tongkat
diuji dipengaruhi oleh bahan baku yang langit dengan konsentrasi gula sebanyak
digunakan berupa kulit pisang tongkat langit 50% yaitu sebesar 0,86%. Hasil uji kadar
dan juga banyaknya konsentrasi gula yang abu pada kulit buah pisang tongkat langit
ditambahkan pada proses pembuatan selai. lebih sedikit jika dibandingkan dengan kadar
Semakin banyak konsentrasi gula yang abu pada produk selai berbahan dasar lain
ditambahkan, maka semakin menurunkan diantaranya hasil penelitian Sundari dan
kadar air pada selai. Menurut Liliharta (2005) Komari (2010), kadar abu total pada selai
dalam Putri (2014), gula yang ditambahkan pisang raja bulu dengan tempe sebanyak
pada bahan makanan memiliki kemampuan 1,8%; dan Wijaya (2010), kadar abu pada
untuk mendehidrasi molekul air sehingga selai nanas organik sebanyak 0,73%.
saat pemasakan, banyak air yang Hasil analisis kadar abu pada beberapa
teruapkan. penelitian-penelitian di atas menunjukkan
Semakin rendah kadar air dalam bahan bahwa kadar abu pada berbagai macam
makanan, maka semakin baik juga daya produk selai yang dianalisis berkisar antara
awetnya terhadap cemaran mikroba dan 0,73-2,41%. Selanjutnya menurut SMI
memperpanjang daya simpannya. (Standart Mutu Indonesia) dalam Uswatun
Sebaliknya semakin tinggi kadar air pada (2011), produk yang baik mempunyai kadar
bahan makanan, maka semakin abu kurang dari 3%. Kadar abu yang
mempersingkat daya simpan makanan diperoleh pada selai kulit buah pisang
tersebut karena mempermudah mikroba tongkat langit sebanyak 0,86%. Hal ini
untuk berkembangbiak. Kadar air yang menunjukkan bahwa selai kulit buah pisang
diperoleh masih dibawah standar tongkat langit memiliki kadar abu yang masih
maksimum. Dengan demikian selai cukup rendah jika dibandingkan dengan
berbahan dasar kulit pisang tongkat langit produk selai lainnya. Dengan demikian selai
dengan konsentrasi gula 50% juga dapat kulit pisang tongkat langit sudah termasuk
dikatakan memiliki daya simpan yang baik produk yang baik. Selain itu, karena kadar
(Putri, 2014). abu berkaitan dengan kemurnian serta
kebersihan suatu bahan dengan demikian
Kadar Abu pengolahan selai kulit pisang tongkat langit
Selain kadar air, kadar abu juga sangat mengalami proses pengolahan yang bersih.
penting dalam bahan makanan. Menurut Rendahnya kadar abu pada selai kulit
Sagara et al (1989) dalam Wijaya (2010) abu pisang tongkat langit menunjukkan bahwa
adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran kandungan mineral dan ion-ion organik yang
suatu bahan organik. Penentuan kadar abu terdapat di dalam kulit buah pisang tongkat
berkaitan dengan kandungan mineral yang langit yang merupakan bahan dasar dari
terdapat dalam suatu bahan, dan juga selai tergolong rendah. Menurut Balai
kemurnian serta kebersihan suatu bahan Penelitian dan Pengembangan Industri
yang dihasilkan. Pengukuran kadar abu (1982) dalam Fitria dkk. (2013), kandungan
pada selai kulit pisang tongkat langit mineral dalam 100 gram kulit pisang meliputi
bertujuan untuk mengetahui banyaknya kalsium 715 mg, fosfor 117 mg dan zat besi
kandungan mineral yang terdapat dalam 1,60 mg. Selain itu, penambahan
selai. konsentrasi gula pada selai juga dapat
Kadar abu menggambarkan banyaknya menurunkan kadar abu pada selai.
mineral yang tidak terbakar menjadi zat-zat Menurut Winarno (1997), penambahan
yang menguap (Winarno, 1997). Menurut gula dapat mengikat air dan zat lainnya agar

Kristin Sangur, Uji Organoleptok dan ... 34


Biopendix, Volume 7, Nomor 1, Desember 2020, hlm. 26-38

produk makanan tidak cepat mengalami Pary., dkk (2016), amilum merupakan
kerusakan. Sehingga kadar abu pada bahan sumber energi utama bagi orang dewasa di
makanan akan berkurang seiring dengan seluruh penduduk dunia, terutama di negara
penambahan konsentrasi gula pada bahan berkembang oleh karena itu dapat
makanan. Air serta zat-zat lain yang diikat dikonsumsi sebagai bahan makanan
oleh gula inilah yang juga menyebabkan ikut sehingga kulit pisang berpotensi untuk
berkurangnya kadar abu pada bahan digunakan sebagai bahan tambahan produk
makanan. olahan pangan. Salah satu bentuk dari
produk olahan yang berpotensi
Kadar Karbohidrat, Protein dan Lemak dikembangkan adalah selai kulit pisang.
Karbohidrat, protein dan lemak Karbohidrat merupakan salah satu zat
merupakan sumber energi yang berfungsi mikronutrien yang ditemukan dalam bahan
sebagai zat tenaga untuk metabolisme, makanan dan berfungsi sebagai sumber
pertumbuhan, pengaturan suhu serta kalori; sumber serat yang berperan dalam
aktivitas-aktivitas fisik lainnya. Sebagian proses pencernaan; serta sebagai bahan
besar makanan yang dikonsumsi harus pemanis, pengental dan penstabil bagi
mengandung karbohidrat, protein dan lemak bahan makanan (Hidayat, 2008).
karena ketiga zat ini sangat dibutuhkan Kadar lemak merupakan salah satu
tubuh disamping zat-zat lainnya karena pada kelompok yang termasuk golongan lipida
zat-zat gizi tersebut menjadi landasan utama yang larut dalam pelarut organik dan tidak
atau sumber energi untuk berakfitas. larut dalam pelarut air (Sudarmadji, 2007).
Gambar 6 menunjukkan bahwa kadar Analisis kadar lemak pada bahan maakanan
karbohidrat, protein dan lemak pada selai bertujuan untuk menentukan kadar lemak
kulit pisang tongkat langit masing-masing yang terdapat pada bahan makanan,
sebesar 30.99%, 0.30% dan 0.13%. menentukan kualitas lemak, dan untuk
Menurut Romelle., et all (2016) di dalam 100 menentukan sifat fisis dan kimiawi yang
gr kulit pisang yang telah dikeringkan mencirikan suatu minyak tertentu (Uswatun,
terkandung karbohidrat sebanyak 43.40%, 2011).
protein sebanyak 10.44% dan protein lemak Kadar lemak pada selai kulit buah
8.40%. Selanjutnya menurut Departemen pisang tongkat langit adalah 0,13%. Kadar
Kesehatan RI (1996) dalam Daftar lemak yang yang rendah ini juga berkaitan
Komposisi Bahan Makanan (DKBM), dengan proses pengolahan kulit pisang
standar kandungan gizi dalam 100 gr selai menjadi selai. Bagi tubuh manusia, lemak
yaitu karbohidrat 64.5gr, protein 0,5gr dan merupakan sumber energi terbesar. Setiap
lemak 0.6gr. gram lemak menghasilkan sembilan kalori
Karbohidrat dalam kulit pisang memiliki Dalam bahan makanan, lemak berfungsi
kandungan yang cukup tinggi yaitu sebagai pemberi rasa gurih, dan aroma yang
sebanyak 30.99%. Beberapa produk spesifik serta memperbaiki tekstur bahan
makanan berbahan dasar kulit pisang pangan (Nani, 2005 dalam Uswatun 2011).
menunjukan bahwa diantara zat-zat gizi Protein merupakan senyawa organik
yang dianalisis, karbohidrat memiliki kompleks yang tersusun oleh monomer
kandungan yang cukup tinggi. Menurut asam amino yang terikat satu sama lain
Munajim (1988) dalam Hartono dan Janu dengan ikatan peptida. Tujuan dari analisis
(2013), kulit pisang mengandung karbohidrat kadar protein pada bahan makanan adalah
sekitar 18,5%. Karbohidrat (hidrat arang) untuk mengetahui jumlah protein dalam
yang terdapat dalam kulit pisang merupakan bahan makanan, menentukan tingkat
amilum. Amilum atau pati adalah jenis kualitas protein dipandang dari sudut
polisakarida karbohidrat (karbohidrat pandang gizi, serta untuk mengetahui
kompleks. Amilum tidak larut dalam air, protein sebagai salah satu bahan kimia yang
berwujud bubuk putih, tawar dan tidak diteliti secara biokimia, fisiologis, rheologis
berbau. Pati merupakan bahan utama yang dan enzimatis (Sudarmadji, 2007). Protein
dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan merupakan salah satu zat makanan yang
kelebihan glukosa (sebagai produk sangat penting bagi tubuh manusia. Setiap
fotosisntesis) dalam jangka panjang (Pary satu gram protein dalam bahan makanan
dkk., 2016). Menurut Johari (2006) dalam menyumbang empat kalori bsgi tubuh.

Kristin Sangur, Uji Organoleptok dan ... 35


Biopendix, Volume 7, Nomor 1, Desember 2020, hlm. 26-38

Menurut Winarno (2004), protein bagi tubuh mengkonsumsi makanan sumber protein
berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh dan lemak lainnya.
dan juga sebagai bahan pembangun dan Berdasarkan hasil analisis kandungan
pengatur. gizi pada selai kulit buah pisang tongkat
Kadar protein pada selai kulit buah langit menunjukkan bahwa kulit pisang
pisang tongkat langit adalah 0.30%. Kadar mengandung nilai gizi diantaranya
protein yang dihasilkan sangat rendah, hal karbohidrat, air, protein dan lemak serta
ini berhubungan dengan proses pengolahan kandungan gizi lainnya yang belum
kulit pisang dengan cara perebusan dan diketahui. Dengan demikian kulit pisang
pengukusan menjadi selai yang khususnya pisang tongkat langit tidak lagi
menyebabkan berkurangnya asam-asam dianggap sebagai limbah akan tetapi dapat
amino yang mudah larut dalam air maupun dimanfaatkan menjadi berbagai macam
mudah menguap jika mengalami makanan olahan yang bergizi yaitu selai
pemanasan. Hal ini sesuai dengan untuk dikonsumsi salah satunya sebagai
Sudarmadji dkk., (1966) dalam Liur (2014) bahan oles pada roti.
bahwa protein mudah sekali mengalami
perubahan yang disebabkan oleh air dan
panas. SIMPULAN
Protein merupakan komponen terbesar Hasil uji organoleptik menunjukkan
dalam tubuh setelah air, serta tersebar di bahwa semakin tinggi konsentrasi gula pada
seluruh tubuh diantaranya otot, kulit, rambut, selai maka semakin menurunkan kualitas
jantung, paru-paru, otak dan sebagai cairan warna pada selai, semakin meningkatkan
tubuh. Protein merupakan zat gizi yang rasa manis pada selai, semakin
sangat penting bagi tubuh Karena berfungsi meningkatkan kekentalan pada selai,
dalam pembentukan jaringan, sebagai zat meningkatkan aroma khas dari selai,
pembangun, sebagai zat pengatur dan selanjutnya selai yang sangat disukai oleh
sebagai zat energi (Waloya, dkk, 2013). panelis yaitu selai dengan konsentrasi gula
Karbohidrat, protein dan lemak 50%. Hasil uji kimia menunjukan bahwa
merupakan sumber energi utama bagi pada selai dengan konsentrasi gula 50%
tubuh. Untuk karbohidrat, tidak ada mengandung kadar air sebanyak 25.97%,
ketentuan batasan mengkosumsi kadar abu sebanyak 0,86%, kadar
karbohidrat dalam sehari bagi manusia. Hal karbohidrat sebanyak 30.99%, kadar lemak
ini dikarenakan apabila tidak ada karbohidrat sebanyak 0.30%, dan kadar protein
maka asam amino dan gliserol yang berasal sebanyak 0,13%.
dari lemak dapat diubah menjadi glukosa
untuk keperluan energi otak dan sistem saraf
pusat. Selanjutnya WHO (1990) dalam DAFTAR PUSTAKA
Uswatun (2012), menganjurkan agar 55- Ago, A.Y., Wirawan., Santoso,B. Pembuatan
75% konsumsi energi total berasal dari Yoghurt Dari Kulit Pisang Ambon Serta
karbohidrat kompleks dan paling banyak Analisa Kelayakan Usaha (Pengaruh
hanya 10% berasal dari gula sederhana. Jenis Dan Konsentrasi Bahan
Jumlah kadar protein dan lemak yang Penstabil). Malang: Fakultas
diperoleh dari selai kulit buah pisang tongkat Agrikultural Universitas Tribhuwana
langit yaitu protein sebanyak 0.13% dan Tunggadewi.
lemak sebanyak 0.30%. AKG (Angka Arindya,A.R., R.J. Nainggolan dan
Kecukupan Gizi) menetapkan kecukupan L.M.Lubis. 2016. Pengaruh Konsentrasi
lemak sebaiknya memenuhi 20-30% total Karagenan Terhadap Mutu Selai Kelapa
energi yang dibutuhkan, sementara anjuran Muda Lembaran Selama Penyimpanan.
kebutuhan protein sebaiknya memenuhi 10- J. Rekayasa Pangan dan Pertanian.
20% dari kebutuhan energi total. Kandungan 4(1): 72-77.
protein dan lemak pada selai kulit pisang Arti,M.P.S. 2015. Kandungan Vitamin C dan
tongkat langit belum dapat memenuhi baik Kualitas Pada Selai Kulit Buah Pisang
itu kebutuhan protein maupun lemak perhari. Ambon dengan Penambahan Buah
Oleh sebab itu disarankan untuk Stroberi dan Mahkota Bunga Sepatu.
Fakultas Keguruan dan Ilmu

Kristin Sangur, Uji Organoleptok dan ... 36


Biopendix, Volume 7, Nomor 1, Desember 2020, hlm. 26-38

Pendidikan. Universitas AL-Hidayah Melalui Perbandingan


Muhammadiyah Surakarta. Konsentrasi Sari Buah dan Gula
Badan Standarisasi Nasional. 2008. Selai Sukrosa yang Digunakan. Skripsi.
Buah. SNI 01-3746-2008.Jakarta: Makassar: Fakultas Pertanian
Badan Standarisasi Nasional. Universitas Hasanuddin.
Depkes, R.I, 1996. Daftar Komposisi Bahan Liur, Isye Jean. 2014. Analisa Sifat Kimia
Makanan. Bhartara Karya Aksara. Dari Tiga Jenis Tepung Ubi Jalar
Jakarta. (Ipomea batatas L). Jurnal Agrinimal,
Dewi,R.P. 2014. Pemanfaatan Kulit Pisang Vol. 4, No. 1.
Ambon (Musa paradisiaca) Sebagai Matondang,D., Lubis,Z.,Nurminah,M. 2014.
Pektin Pada Selai Kacang Hijau Study Pembuatan Selai Coklat Kulit
(Phaseolus radiats). Fakultas Keguruan Pisang Barangan. Jurnal Rekayasa
dan Ilmu Pendidikan. Universitas Pangan dan Pertanian, 2(2): 111-116.
Muhammadiyah Surakarta. Octavia,S. 2014. Organoleptik dan Vitamin C
Dewi, S.E. 2014. Perbandingan Kadar Selai Buah Kersen (Mutingia calabura)
Vitamin C, Organoleptik dan Daya dengan Penambahan Gula Pasir dan
Simpan Selai Buah Tomat Pektin dari Kulit Jeruk Siam (Citrus
(Lycopersicum esculentum) dan Pepaya nobilis var. microcarpa). Fakultas
(Carica papaya) yang Ditambahkan Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Gula Pasir. Fakultas Keguruan dan Ilmu Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pendidikan. Universitas Pary,C., Masita., Safrah,A., Nurfadillah,M.,
Muhammadiyah Surakarta. Setiyawati,E. 2016. Analisis Kandungan
Fahrizal dan Fadhli, R. 2014. Kajian Fisiko Gizi Limbah Kulit Pisang Kepok (Musa
Kimia dan Daya Terima Organoleptik paradisiaca Formatypica) Sebagai
Selai Nenas yang Menggunakan Pektin Bahan Baku Kerupuk. Jurnal Biology
dari Limbah Kulit Kakao. Jurnal Science & Education, 5(1): 112-123.
Teknologi dan Industri Pertanian Pratiwi, I.Y., Krisbianto, Oki. 2019.
Indonesia, 6 (3): 13-17. Kandungan Gizi, Beta Karoten dan
Fitria,F., Rahayu,P., Saʼadah,F., Rustia,E.A., Antioksidan pada Tepung Pisang
dan Desvika,E. 2013. Nata De Kuping Tongka Langit (Musa troglodytarum L.).
Sebagai Alternatif Jajanan Sehat untuk Jurnal Agritech, 39 (1), Hal.48-53.
Masyarakat. Universaitas Negeri Putry,N,K.W.R. 2014. Pengaruh Fermentasi
Surabaya. dan Penambahan Gula dalam Proses
Hartono,A., dan Janu,P.B.H. 2013. Pelatihan Pembuatan Selai Belimbing Wuluh
Pemanaatan Limbah Kulit Pisang (Avveroa bilimbi. L.). Fakultas Teknologi
Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Kerupuk. Jurnal Inovasi dan Rahayu, Tuti dan Triastuti Rahayu. 2008.
Kewirausahaan, 2 (3): 198-203. Optimasi Fermentasi Cairan Kopi
Hidayat, A. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan dengan Inokulan Kultur Kombucha
Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. (Kombucha Cofee). Jurnal Penelitian
Salemba Medika. Jakarta. hal 42-43. Sains & Teknologi, Vol.8, No 1:15-29.
Ishak,E. 2012. Ilmu Pangan dan Teknologi Romelle,F.D., Rani P,A., and Manohar,R.S.
Pangan. Makassar, Universitas 2016. Chemical Composition Of Some
Hasanuddin. Selected Fruit Peels. European Journal
Kholiq,A. 2011. Pengaruh Penggunaan of Food Science and Technology, 4(4):
Rosela n Penambahan Gula Pasir 12-21.
dengan Konsentrasi yang Berbeda Samson,E., Semangun,H., Rondonuwu,FS.
Terhadap Mutu Organeptik dan Kadar 2013. Analisis Kandungan Karotenoid
Vitamin C Minuman Jelly Rosella Ekstrak Kasar Buah Pisang Tongkat
(Hibiscus sabdarrifa L.). Skripsi. Langit (Musa Troglodytarum) dengan
Semarang: Fakultas Teknik Universitas Menggunakan Spektroskopi NIR (Near
Negeri Semarang. Infrared). Traditional Medicine Journal,
Kumalasari,E. 2015. Analisa Karakteristik 18(1): 17-21.
Fisikokimia Produk Sirup Markisa Samson,E., Apituley,E.T., Wakano,D. 2013.
(Passiflora edulis f. Edulis sims) by UD Analisa Lama Waktu Pemanasan

Kristin Sangur, Uji Organoleptok dan ... 37


Biopendix, Volume 7, Nomor 1, Desember 2020, hlm. 26-38

Terhadap Stabilitas Pigmen Karotenoid


Buah Pisang Tongkat Langit (Musa
Troglodytarum) Ukuran Panjang.
Prosiding FMIPA Universitas Pattimura.
Saragih,B., I.Karyati,D. Sumarna. 2010.
Pengaruh Pewarna Ekstrak Cair Alami
Bawang Tiwai (Eleutherine americana
Merr) Terhadap Mutu Selai Kulit Pisang
Kepok (Musa radisiaca Linn). Jurnal
Teknologi Pertanian, 6(2): 55-59.
Standar Industri Indonesia (SII). No. 173
tahun 1978. Kriteria Mutu Selai Buah.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 3746:
2008. Selai Buah. Badan Standardisasi
Nasioal.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3746:
1995. Syarat Mutu Selai Buah.
Sudarmadji,S., 2007. Analisa Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty.
Yogyakarta.
Sundari, D., dan Komari. 2010. Formulasi
Selai Pisang Raja Bulu dengan Tempe
dan Daya Simpannya. Jurnal Puslitbang
Gizi dan Makanan, 33 (1): 93-101.
Sutapa,I.W., Siahay,V.P.D.,
Tanasale,M.F.J.D.P. 2014. Adsorpsi Ion
Logam Cu2+ pada Pektin dari Kulit
Pisang Tongkat Langit (Musa speices
Van Balbisiana). 1: 72-77.
Uswatun H, A. 2011. Kandungan Gizi Dan
Serat Pada Pembuatan Es Krim Kacang
Merah. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas
Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
Waloya.T., Rimbawan., Andarwulan,N.
2013. Hubungan Antara Konsumsi
Pangan dan Aktivitas Fisik dengan
Kadar Kolestrol Darah Pria dan Wanita
Dewasa di Bogor. Jurnal Gizi dan
Pangan, 8(1), 13.
Wijaya,R.A. 2010. Proses Pengolahan Selai
Nanas Organik dan Pendugaan Umur
Simpannya. Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi.
Jakarta. Gramedia Pustaka.
Winarno, F.G. 1997. Pengawetan Bahan
Pangan. Jakarta. Gramedia Pustaka.

Kristin Sangur, Uji Organoleptok dan ... 38

You might also like