Tabel 9.11 Pengelompokan

You might also like

Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 5
Provinsi 5 sektor Ekonomi ig ne 7-2011 ey Tabel 9.11. Pengelompoka' : jologi Klasse” a Berdasarkan Tip ar = seutral ei At#s|Kontribusi Sky xontibusi ektoral | Konteibvs sel oe rata Senor anlen | SOY Suber 1. Bangunan hig ermbuhan onomi i Nas]. PERE tay een Rata-rata 2, dase 3, Restoran | 4. Komunikas | 5. Bank | 6. Lembaga Keuangan | Bank "En bu) 7. Jasa Swasta enorsubsettor | Seo Sbsetr, 7b erkebunan me pertumbunan Ekonomi] pean i. Derehagan betameb 2 industri Pengolahan 3. Kehutanan 5) peréaganger 4, Perikanan | 5. Pertambangan 6. Pengealian 7. Uistrik 8 AirBersih 9. JasaPerusahaon 10.Sewa Bangunan eSeoee. Ts pahwa sektor-sektor yang dapat dikelompokkan i Provinsi Sumatera Barat ternyata adalah sekcr smerintahan. Sedangkan sektor dan subsektor yang sebagai potensial adalah bangunan, hotel, restora, romunikasi, bank, lembaga bukan bank, dan jasa swasta, Sektor dan subsektcr yang dapat ikelompokkan sebagal sektor dan subsektor berkembang aah ‘anaman pangan, industri pengolahan dan perdagangan. Sedangkan sisunye yaltu sektor dan subsektor perkebunan, peternakan, kehutanan, perikaran, pertambangan, penggalian, listrik, air bersih, jasa perusahaan dan sev2 bangunan adalah merupakan kegiatan yang termasuk dalam kelompok yang masih tertinggel i sini terlihat sebagai sektor unggulan pengangkutan dan jasa pe dapat dikelompokka F, Model Gravitasi Keterkaitan antar wilayah yang biasanya diukur dengan mobiltss orang dan barang antar daerah merupakan salah satu aspek yang cUKUP penting dalam analisis perencanaan pembangunan daerah. Aspek ini pet! 204 PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DALAM ERA OTONOM! i karena pembangunan ore eta sung coon da pring ip eres tetckan ce je Di samping itu ketrtitananar gg Ih ene, 2 eng dalam eTENCANAGD anspor denn i Mer akan 2 hues peialnan balk penumpang maypun pang juny neu dapat melakukan penaksiran tethadap volume pe, iyqlah dan frekuensi perjalanan, baik penumpang maupun seria je pe cigualan Model Gravitasi (Gravity Mode). Moet =e — asi ai Hukum Gravtasi Newton dalam Lm Fisika yang wa “dua masa yang berdekatan akan salin tarik-menarip 2 nemasing massa adalah sebanding dengan bobotnyae os Daim penerapannya untuk perencanzan dan pembangunan wilsah, ine ggktersebut dapat diartikan sebagai dua kota yang merupaten po fuk dan kegiatan ekonomi yang dihubungkan oleh slits transports, feik darat, laut, maupun udara. sasaran utama Model Gravtasi adalah untuk menaksir secarakusntitait tubungan ekonomi kedua titk tersebut, baik dalam bentuk invent penumpang maupun barang atau perdagangan antar daerah, Pada abad 420 John Q Stewart dan kelompoknya pada School of Social Physics ml senerapkan model ini untuk menganalsis interaksi sosial ekonomi anter wilayah. Kemudian Walter Isard (1960) juga menerapkan model ini ke dalam bidang Imm Wilayah (Regional Science) dan Jan Timbergen (1962) untuk perdaganganinternasional. Bahkan belakangan ini, beberapa ahi seperti Helga Keitjansdottir (2005) juga mulai menerapkan model ini untuk menganalisis ‘epiatan perdagangan antara 2 wilayah terkait dengan mempertimbangkan aspekongkos transpor secara eksplisi. Mengikuti Isard (1960) dan juga memperhatikan Tarigan (2004), ‘ermulasi matematika dari standar Gravitasi Model dapat dijelaskan sebagai berikut. Misalkan P, dan P, masing-masingnya jumlah penduduk pada daerah ‘sali, dan daerah tujuan, j. Sedangkan T, melambangkan jumlah perjalanan (ip) yang dilakukan oleh seorang penduduk pada kedua wilayah tersebut. untuk sementara jarak atau ongkos angkut antara kedua wilayah Gtaikzn, maka jumlah perjalanan rata-rata antara kedua wilayah dapat is sebagai berikut: k = T/P. Ini berarti bahwa setiap penduduk daerah “Js berpergian ke daerah j ditentukan oleh proporsi pendudukan daerah ‘ssebut (Fj) dibandingkan dengan total penduduk keseluruhan (P), yaitu: =kep) 63) 9 | TERNIK PERENCANAAN REGIONAL 205 salanan pendudukyang berdam di dara, berikut: 5 1,=P ke?) jy D Dari persamaan (9.6) ni dapat iteapkan ramus d8Sa Untuk meng, ) banyaknya perjalanan (trip) antara daerah asal i dan daerah tujuan j stage berikut: 1, = Hee?) . sara dgerah asl dan daerah tujuan akan mempengany dapat dilakukan. Semakin jau jarak yang ditemr Palanan Karena memetlukan ongkos angku jp Iebih besat. Sebaliknya bilamana jarake ant" kedua daerah itu relatif day ‘maka jumlah ongkos angkut yang diperlukan juga akan menjadi kecil Dengay ata [an terdapat hubungan yang negatifanta’s jarak dengan ongkos angkay yang harus dikeluarkan dalam ‘melakukan perjalanan tersebut. pilamana unsur jarak antara daerah asal dan daerah tujuan ikut diperhitungkan, maka jumlah perjalanan pada persamaan (9.7) berubah menjadi: 7, = H@,PyPVe, 08) pilamana G=K/? adalah konstanta, maka akan diperoleh rumus unum Model Gravitasi yang dapat ditulis sebagai berikut: 1, = Cle Pa, 09) Di sini terlihat bahwa jumlah perjalanan dari daerah asal i ke daerah tujuan j akan ditentukan (berhubungan positif) dengan jumlah penduduk dari seal i dan penduduk daerah tujuan j dan berhubungan negatif dengan jak ecara kedua daerah bersangkutan, Dengan demikian, melalui persamaan ini akan dapat dihicung dengan mudah perkiraan jumlah perjalanan antar kedua daerah yang terkait. Koefisien jarak, b, dapat dihitung melalui persam: (simple Regression) antara variabel jumlah perjalanan dan Karena hubungan antara kedua variabel ini adalah negatif, maka taksir) kocfisien yang diperoleh juga akan mempunyai nilai negati. Mengikuti sed (1960), persamaan regresi tersebut sebaiknya dibuat dalam bentuk pers? logaritma yang dapat ditulis sebagai berikut: Sedangkan jumlah pe daerah j menjadi sebagai Tentunya jarak ant jumlah perjalanan yang semakin sedikit jumlah pe aan regresi sederhana jarak yang ditempuh. Log T, = a—b Log d+ (0.10 206 PERENCANAAN FEMBANGUNAN DAERAH DALAM ERA OTONOM! aaadalah titik potong (intercept), b adal, f lah koefi: + ot iesalahan dalam proses perhitungan regres, sien jarak dan w adalah gi koefisionb akan bervariasi menurut oon fan masyarakatdaerah bersangkutan, ne eeantng da tngat mat penlaparah tinggi akan cenderung mempunyai yoemem Pun oni arena Kemampuan Keuangen yang lebih Wa! koefisienb yang senda bi kel Bila jarak tempuh menjadi lebih Pane Temp; ‘ daerah relatifterbelakang dengan tingka ee tetapi, sap oesien jar restbut alan cenderung ih bor ae eh Kuang yanslebih ec alan menyebablan pauhee perkurang cukup banyak bila jarak tempuh menjadi lebih Lies penerapan Mode! Gravis dalam analiss sosialekonom dan suerte cn perbanguan ral din oleh Carey dan Revenstein pada abad ig sebagaimana dikutip oleh Tarigan (2002). Carey dan koleganya se jn penelican cena sal empat tinggal migran ke berbagai kota sla Pa Seria. Hasil penelian ini menunjukkanbahwa junish se yang mask Ke dalam sta Kot dipengaruhi oleh besaran jumlah iduduk kota yang didatangi, penduduk kota asal migran dan jarak antara rere, Tera etre fl engi) Model Gravis ona rn ats, Sebagsaa dunglapan ele aera veg) slauaya, Stewart dan Kelompoknys dari School of Social Physic puiabadke 20 ara exonom ‘mulai pula menerapkan secara sistematis mode! rai ant menganaliss interaks soil dan enon slijtna, para ahlitansportasi molal pula menerapkan Model ah volume angkutan penumpang pada Geavitasi ini untuk menaksir jum msjlantertentu untuk beberapa periode waktu mendatang Berdasarkan prima ersebut, emudian akan dapat disusun perencanaan pengersbangan ist trasportasi untuk melayani pengembangan pada daerah tertentu. Suistudi yang berkaitan dengan hal ini antara lain adalah Erlander and Seat (1990) Di samping itu, model gravitasi belakangan ini mulai banyak ua digunakan untuk analisis perdagangan internasional dan antar daerah ‘een seperti: Titu Paas (2002) and Helga Kristjandottir (2005). fan ‘eperluan analsis perdagangan antar daerah, Model Gravitasi fen sedikt perubahan yaitu menukar variabel penduduk dengan Feet nsional (PDB) atau regional (PDRB). Dengan demikian, lodel Gravitasi ini sedikit berubah menjadi sebagai berikut: G=k(YVY,)/b, (9.11) gimane 9 | TEKNIK PERENCANAAN REGIONAL 207 au se amy, masing-masingnya adalah PDB atau pDRB negara atau i dan tujuan j. Sedangkan d, adalah jarak antara kedua neBa* 06 daerah bersangkutan dan koefisien k, b adalah konstanta. Hal yang menarik dalam hal ini adalah bahvra penggunaan model Gravitasi dalam perdas=780 internasional dan interregional adalah karena analisis ini dapat mengatasi salah satu kelemahan Model Heckser-Ohlin yang selal mengasumsikan bahwa ongkos angkut dalam kegiatan perdagangan diasumsikan nol. Asumst int tentunya jelas tidak logis terutama untuk negara berkembang y2n8 ae perdagangannya masih didominasi oleh produk-produk pertanian a pertambangan yang umumnya relatif berat dan memerlukan ongkos angkut yang cukup besar dalam pendistribusianny2.

You might also like