Teknik Perencanaan

You might also like

Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 23
TEKNIK PERE REGIONAL CANAAN alam menyusun dokumen perencanaan pembangunan daerah yang baik, diperlukan beberapa teknik analisis khusus di bidan perencanaan regional. Alasannya adalah bahva teknik pfteaies ~ pasaya ipa’ dlam penyusunan peencanasnpembangucannsionl vk yng tidak Sesual dengan Kondisi dan strukturpembangunan darah jmana aspek ruang (space) dan perbedaaan potensi pembangunan antar vilah merupakan unsur sangat penting, Pengetian regional di sini adalah tnabadministaif dalam suatu negara (sbnaton) yang meliputprovins Jatupaten, dan kota Teknik analisis regional menjadi penting karena ula prvi kabupaten, dan kota di Indonesia dewasa ini mencapai lebih dari 500, Babini membahas beberapa teknik analisis regional yang banyak terpakai dam pnyusunan perencanaan pembangunan daerah. Dengan menggunakan ‘ek perencanaan regional ini diharapkan penyusunan rencana menjadi lebintepat dan terarah. Teknik analisis regional yang banyak terpakai dalam peusunan perencanaan pembangunan daerah antara lain adalah: Produk Dest Regional Bruro(PDRB), Koefisien Lokasi (Location Quotient), Analisis ShifShare, Ketimpangan Pembangunan Regional (Regional Disparity), Klassen ‘Typology, dan Model Gravitasi. A. Produk Domestik Regional Bruto i itDomastt Regal Bruco (PDRB) pada dasarnya merupakan data dan msi dasa entang kegiatan ekonomi suatu daerah. Secara definitif, PORB 181 ieee ada dasarnya adalah jumlah nilai produksi barang dan jas y dihasilkan pada suatu daerah pada periode tertentu. Dewasa ini, data py ini sudah tersedia dihampir seluruh daerah provinsi, kabupaten, dan ko.” Indonesia yang dipublikasikan oleh BPS setempat seiap tahunnya, Anais dan perencanaan pembangunan yang menyangkut dengan perekonom,, daerah, seperti struktur perekonomian daerah, pertumbuhan ekonom day tingkat kemakmuran daerah, umumnya menggunakan PDRB ini sebagai dc dan informasi dasar. 7 Secara teoritis aliran barang dan jasa baik dari segi input maupun outpye akan dapat dilihat melalui bagan alir (Circular Flow) antara perusahaan (frm) sebagai unit produksi dan rumah tanga (households) sebagai unit konsums, Seperti terlihat pada skema 9.1 mula-mula aliran datang dari rumah tangga ‘menuju firms melalui pasar input (Input Market) untuk menawar berbagaijenis faktor produksi baik tanah (land), enaga kerja (labor), modal (capital) dan sift kewirausahaan (enterpreneurship). Perusahaan kemudian dapat memanfaatkan faktor produksi tersebut untuk melakukan kegiatan produksi sesuai dengan kebutuhan pasar. Setelah proses produksi selesai, kemudian barang dan jasa hasil produksi tersebut dikirim ke rumah tanga untuk dikonsumsi melalui pasar output (Output Market), Di sini akan terlihat dua jenis aliran barang dan jasa, yaitu dalam bentuk nila faktor produksi (input) dari rumah tangga ke perusahaan dan nilai hasil produksi (output) barang dan jasa dari perusahan ke rumah tanga. Kedua aliran barang dan jasa ini dinilai dalam bentuk uang. Barang dan jase ie Tanah, tenaga kerja, modal, dan wirausaha Uang ‘Skema 9.1 Aliran Barang dan Jasa dalam Suatu Perekonomian (Circular Flow) Dengan menggunakan sistem aliran barang dan uang sebagaimana terlihat Gambar 9.1 besarnya nilai PDRB suatu daerah dapat dihitung melalui tiga jenis pendekatan, yaitu: Pendekatan Produksi (Production 182 PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DALAM ERA OTONOML pendekatan Pengluaran (ExpnditreApproey, apt come Approach). Secara teottis berdasarkan enn? conn), hasil prhitungan dari masing mesg 0m uo sya sama julahaya. Namun demikan, dalanprata ces ajuda Karen jis variabel dan data yang dyna IP in si gungan berbeda satu sama lainnya, ” sebagai Ndekatan hid pila pendekatan Produksi digunakan, maka nilaj pj nahan daria produksi barang-danjasa yang dir, jan pada periode atau tahun tertentu, yaitu: bes PDRB = 3 p,q, i =1,2. DRB merupakan oduksi oleh daerah n 6.1) pj mana p, adalah harga komoditi idan 4, adalah jumah prodaks: od bersangkutan. Nila produksitetsebu tidak hanya untuk barang i komoditi pertanian, pertambangan dan industri, tetapi juga untae praksjas seperti perdagangan cransportasi dan komunikas setajasa. ‘Akan tetapi, sistem perhitungan nilai produksi barang dan jasa seperti persamaan (9.1) mengandung kemungkinan tejadinya peekitangon perganda (Double Counting). Alasannya adalah karena ke dalam perhitungan cerebut akan termasuk pula nilai produksi dari sektor lain yang terkait sebagai contoh adalah dalam menghitung nilai produksi semen, akan termasuk juga nilai produksi barubara dan nilai produksi sektor angkutan sang seharusnya dicatat di sektor lainnya. kom Untuk menghindari terjadinya perhitungan berganda tersebut maka perhitungan PDRB harus dilakukan berdasarkan nilai tambah (value-added) dari masing-masing sektor dan sub-sektor. Dengan demikian, perhitungan PDRB dapat dilakukan dengan formula berikut: PDRB = QP, - Nilai Input Antara 2) Iniberarti bahwa bila pendekatan produksi digunakan berarti PDRB adalah penjumahan dari nilai tambah untuk masing-masing sektor. Sedangkan engertian input adalah input yang diperlukan dalam proses produksi dan distibusi produk yang berasal dari sektor lain Oleh Karena unsur harga termasuk dalam perhitungan nilai tambah ‘etsebut maka penyajian tabel PDRB dapat dilakukan dalam dua bentuk Jaitu PDRB dengan harga berlaku dan PDRB dengan harga Konstan. PDRB dengan harga berlaku adalah bilamana nai tambah tersebut dihitung dengan 4atga pada tahun bersangkutan. Sedangkan PDRB dengan harga konstan adalah bilamana nilai tambah tersebut dihitung dengan menggunakan harga 0 | TEKNIK PERENCANAAN REGIONAL 185 |. Perbedaan ini penting artin oa ae tidak termasuk kersikan hag Yay ee enn: fangat berguna dalam menghicung ajy Pen ekonomi suatu daerah. Bilamana Pendekatan Pengeuaran digunakan maka PDRB Merah penjumlahan dar ili pengluaranY2NB dlakan vat daerah bersanghs Secara umum pengeluaran tersebut mencakup pengeliaran untuk fon, (© investasi swasta (), pengeluaran pemerintah (G) dan impor (1p, Deng demikian PDRB suatu daerah akan dapat dibitung melalui formula bey porB=S.C,+1,+6,+M, i=12 0 Data tentang investasi swasta (PMDN dan PMA), pengelyar, pemerintah (APBD maupun APBN) dan impor dewasa ini umumnya susp tersedia pada masing-masing daerah tersedia. Data yang sulit diperaey adalah tentang jumlah Konsumsi masyarakat. Dalam praktiknya, junigh nilai konsumsi masyarakat ini dibitung dalam bentuk sisa (residual) da pengurangan antara nilai PDRB dengan pendekatan produksi dengan nil investasi swasta, pengeluaran pemerintah dan impor. Sistem perhitungan in dimungkinkan karena sebagaimana sudah disinggung di atas, secarateotis nilai PDRB dengan pendekatan produksi dan pendekatan pengeluaran adach sama. Bilamana Pendekatan Pendapatan yang digunakan, maka PDRB adalah merupakan penjumlahan dari unsur-unsur pendapatan yang diterima oleh seluruh masyarakat. Unsur pendapatan masyarakat tersebut adalah sew (6) untuk para pemilik tanah dan bangunan, gaji dan upah (w), untuk pare pekerja, tingkat pengembalian modal atau bunga (r), untuk para pemilik ‘modal dan keuntungan (7), untuk para wirausahawan, Dengan demikian, PDRB dapat dihitung dengan formula berikut: a PDRB = 2s, +, +1, +7, 4) Dalam kenyataannya di Indonesia, data tentang keempat unsur pendapan ini masih sulit diperoleh karena menyangkut dengan kepemilikan priad. Karena itu, sampai saat ini pethitungan PDRB yang sudah dapat dilakukan baru untuk pendekatan produksi dan pengeluaran. Sedangkan PDRB dengss pendekatan pendapatan sebegitu jauh belum dapat dilaksanakan karen? keterbatasan data tersedia. ‘Untuk mendukung analisis, hasil perhitungan PRB ditampilkan dalam beberapa bentuk. Pertama, adalah dalam bentuk PDRB Dengan Harga Bert 184 PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DALAM ERA OTONOM! ; produksi barang dan jasa yang dihitung dengan ha ? si Ke dalam perhitungan ini tentunya termasuk ri tahun want berubah setiap tahunnya. Kedva, adalah PDRR a kan harga vars Mang dinilai dengan harga pada tahun tertenty ¢,y et moe : soi perk dala enghitungperumbuhan ae ‘esa. vn harga tidak termasuk ke dalamnya, Keiga, adalah aoe as tu Mas, ait nil produk!barang dan jas dinar a DRB ini diperlukan dalam menghitung Pendapatan erly a fevplan shun Kerakmuran ekonomi aera, Hin dicklan rong ‘eg besa produksiminyak dan gs bum dass leh pn pusat ‘untuk kesejahteraan bersama, , Koefisien Lokasi Dalam melakukan analisistethadap kondisi umum darah dan perumusan sqategi pembangunan yang tepat dan terarah, pertanyaan pokok yang selalu smancul adalah apa potensi pembangunan utama yang dimiliki oleh daerah bersangkutan, Pertanyaan ini sangat penting artinya katenaanaliss kone mum daerah harus dapat memunculkan analsis tentang potensi utama ekonomi daerah secara sektoral dan kalau dapat sampai ke tingkat komodits Dengan cara demikian, diharapkan perumusan strategi dan kebijakan tersebut akan menjadi lebih terarah dan tepat sesuai dengan potensi yang dimiliki leh daerah bersangkutan, Mengingat dewasa ini tingkat persaingan antar daerah maupun dengan dunia internasional sudah semakin tajam, maka sesuai dengan prinsip dalam ‘ori Ekonomi Regional, maka potensi utama suatu daerah seharusnya dilihat dari sudut pandang Keuntungan Komperatif (Comperative Avantage) dari sektor, subsektor dan komoditi tertentu secara relatif terhadap daerah lain, ‘Untuk dapat mengukur dan menentukan potensi pembangunan daerah secara relatf tethadap daerah lainnya, maka Koefisien Lokasi (Location Quotient) dapat digunakan, Secara teoritis, koefisien lokasi ini pada dasarnya adalah ‘merupakan ukuran dari Revealed Comperative Advantage yang lazim muncul dalam IImu Ekonomi Regional dan Perdagangan Internasional. Formula Pethitungan Location Quotient tersebut adalah sebagai berikut: 1Q,= ly, S95, W/S 3%] di mana y, adalah nilai tambah produksi dan usaha i di wilayah j. Prsoalan Yang mungkin timbul adalah bilamana rincian PDRB suatu anna sampai dua digit (sektor dan sub-sektor) saja sehingga analisis udek Di (9.5) 9 | TEKNIK PERENCANAAN REGIONAL | 185 sampai ke tingkat komoditi. Bila memang demikian maka data lain yay, digunakan adalah nilai produksi atau jumlah orang bekerja(employmny, kegiatan produksi dari usaha yang bersangkutan. Untuk keperluan py Sensus Ekonomi yang telah dilakukan pada tahun 2007 akan dapay dea sebagai data sekunder. a Indek koefisien lokasi lazim digunakan untuk mengukur potens yi dari suatu sektor atau subsektor terhadap perekonomian daerah dibandin en an sekior yang sama pada daerah-daerah lainnya (Tarigan, 299 Sebagaimana terlihat pada formula LQ di atas, ruas pertama ‘menghitung besarnya peranan suatu sektor dan subsektor terhadap perekonomiay daerah bersangkutan, Sedangkan ruas kedua menghitung peranan sektor day subsektor yang sama dalam perekonomian pada tingkat yang lebih besar ba potensi relatif suatu sektor dan dengan peran: provinsi maupun nasional. Dengan demikian, subsektor pada suatu kabupaten atau provinsi akan dapat diketahui dengan jalan membagi ruas pertama dengan ruas kedua. Sedangkan pengertian da hasil perhitungan yang diperoleh nantinya adalah sebagai berikut: bila LQ, >1, maka komoditi dan usaha tersebut mempunyai Keuntungan Kompetitif tinggi (unggul) dan demikian pula sebaliknya bila LQ, <1. ‘Sebagai contoh, Tabel 9.1 menyajikan hasil perhitungan Indeks Koefisien Lokasi dengan menggunakan data nilai tambah (value-added) sektoral yang menggambarkan tentang potensi ekonomi Provinsi Sumatera Barat untuk periode 2005-2011. Di sini terlihat bahwa untuk sektor pertanian seluruh subsektor yang terdapat dalam perekonomian daerah adalah mempunyal potensi yang cukup besar karena semuanya mempunyai indeks lebih besar dari 1. Bahkan sektor perkebunan merupakan subsektor yang sangat potensial dengan nilai LQ lebih dari 2. Akan tetapi, untuk sektor pertambangan dan penggalian ternyata Provinsi Sumatera Barat tidak mempunyai potensi yang cukup berarti karena indeks yang diperoleh kurang dari 1. Hal yang same juga terlihat untuk sektor industri pengolahan yang ternyata juga kurang berpotensi. Namun demikian, untuk sektor Listrik dan Air Bersih, ternyata Provins! Sumatera Barat mempunyai potensi yang cukup besar khususnya menyangkut dengan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pembangkit Listrik Tenag# Uap (PLTU) yang menggunakan batubara, Jenis pembangkit tenaga listrikiat sudah terbukti dapat beroperasi dengan biaya yang lebih murah dibandingka? dengan PLTD. Sedangkan sektor bangunan sebegitu jauh juga terbukti kuran& berpotensi untuk daerah ini karena mempunyai indeks kecil dari 1. Aka” 186 PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DALAM ERA OTONOMI : dagangan ternyat: , shor Pe ata mempun esi Sumatera Barat karen ddokung cen 78 ck tinggi. Hal yang sama bie 7A jp xkup cing Hal yang Iga terlhat untuk sektor pen akat » omunikasi yang juga Mempunyai potensi yan, Pengangkutan Senganangka indek Yang mecapal 2. Demikian pula hay ian ist dipeskirakan juga mempunyai potensi yang ae dengan sekcoy ierikan sektor Keuangan, sebegicujeuh belum mempenye Nun seg mermadal ang reiat dari ang indeks kang chain Hae 4. Hasil Perhitungan Koefisien Loka rabel94 Comatera Barat 2005-2011" 5 Ekonomi Proving Pertumbuhan | 88ek | ———— le. Sektor dan Subsektor Seaman | xotin | Pts Scan | Ie okas Daerah | [3 [Penanan 36 LF) beg 1 [a [Tonaman Pangan 34 a Sees [b, [Perkebunan 35. ry = [re [peteakan Pi ee [[keutanan oan alice | | Peranan es Ser 7 [Pertambangon dan Penggalian 56 036 | Tidak Berpotens 3: [industri Penglahan 49 | 020 | Tidak betes afisk dn Air Bersih 75° si] a296 0 bapeiead a [uistrik 70 052, Depotens [ar Bein 48 | 052 | — berets 5, | Bangunan_ 69 168 Tidak Berpotensi [Perdagangan 70 230_| _temetens 2: [Perdagangan Besar dan Eceran a1 [110 | —seotns [Hotel 75] 080 | Takepotns [Restoran G9 [107 | Teak betes 7._| Pengangkutan dan Komunikasi 71 1.26 Berpotensi 2. [Pengangutan 62 | 023 | _Sepoters | Komunikasi 52 0.20 Berpotens! 8. |Keuangan 141 187 _| Tidak Bepotens 2. [eank Sf 280 | Teak ete ‘| Lembaga Keuangan Bukan Bank 23,1 0.75 Berpotens! «.|Sewa Bangunan ea | 086 | Tan erp . |iasa Perusahaan 51 (0.61_| Tidak Bernotens [. Thasajasa 30 174 | Berpotensi__ [Ths Pemeratah asf 030 | ees [Tis Swasta oe ee L Troray 48 23 | ——— Sumber er Dung dari dari BPS, Sumatera Barat Dalam Angka,beberpe te 187 9 | TEKNIK PERENCANAAN REGIONAL Karena data yang digunakan adalah data sekunder yang Kurang tering, ‘maka besar kemungkinan hasil perhitungan yang diperoteh belum sepenuihy, tepat, Untuk itu, komoditi dan usaha yang lolos berdasarkan perhitung., Location Quotient perlu diteliti lebih lanjut lagi dengan melakukan sug Tapangan menggunakan data primer. Studi lapangan ini dimaksudkan ung smenelti lebih dalam aspek-aspek yang berkaitan dengan. indikator keungeulay ompetiif suatu komoditi atau usaha yang Secara umum mencakup agp, aspek berikut ini: 1. Pemasaran hasil produksi; 2. Ketersediaan lahan atau bahan baku; 3. Ketersediaan tenaga terampil; 4, Teknologi produksi yang digunakan; dan 5, Akses ke sumber modal. Metode analisis yang dapat digunakan untuk mengolah hasil stug lapangan adalah sistem skoring dengan menggunakan Skala Lickrt yang bergerak dari 1 sampai dengan 5, Untuk aspek pemasaran misalnya skal in dapat ditetapkan sebagai berikut: ‘Skala 1 : komoditi dipasarkan hanya dalam daerah bersangkutan; Skala 2: komoditi dipasarkan dalam provinsi bersangkutan; Skala 3 : komoditi dipasarkan sampai ke provinsi tetangga; Skala 4 : komoditi dapat dipasarkan secara nasional; Skala 5 : komoditi dipasarkan sampai ke luar negeri (ekspor). Variabel lain tentunya sebaiknya juga ditetapkan skalanya sesuai dengan sifat dari variabel yang bersangkutan yaitu skala 1 sangat buruk dan skala 5 sangat baik. Sedangkan penilaian hasil skor ditetapkan sebagai berikut: shor>3 unggul dan skor<3 tidak unggul dan seterusnya. i samping untuk mengetahui potensi ekonomi daerah, Koefisien Lokasi juga dapat digunakan uncuk mengetahui tingkat konsentrasi kegiatan ekonomi pada suatu daerah dan lokasi tertentu. Dalam hal ini koefisien lokas ii dapat diartikan sebagai berikut: bila LQ> maka hal ini mengidentifikasikan tingginya tingkat konsentrasi kegiatan ekonomi pada daerah atau lokasi tertentu dan demikian pula sebaliknya bila LQ<1. Analisis ini juga diperlukan dalam penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah karena\ dalam analisis Ekonomi Regional, khususnya Pusat Pertumbuhan memperlihatka bahwa konsentrasi kegiatan ekonomi pada suatu tempat tertentu aka? ‘membawa dampak positif yang cukup besar baik untuk perusahaan (Mikt0) 188 PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DALAM ERA OTONOM! nuncuk pembangunan daerah Secarakesey eto kepentingan perusahaan atay pone Mako). Dama ininstpengelolan ekonomi Karena konsenta ry eningkatnya xeuntunga Aglomerasi (Aglomeration Economies), Sedan Menimbulkan mbangunan daerah muncul karena konsentasg set P2* Posie cendorong pertumbuhan ekonomi, si kegiatan ekonomi k daerah sekitarnya tas tersebut ari seal PO sjan dapat aupun uncul baik pada konse C. Analisis Shift-Share Metode Shift-Share adalah salah satu teknik analisis dal phonomi Regional yang bertujuan untuk mengetahui faktor fate te yang mempengaruhi dan menentukan pertumbuhan ekonomi feo vperah, Dalam hal ini faktor yang mempengaruhi vrsebut dapat berasl don igar daerah maupun dari dalam daerah bersangkutan sendiri, Faktor lox dzerah dapat berasal dati perkembangan kegiatan ekonomi nasional ae internasional yang dapat mempengaruhi Karena terdapatnya hubungan skonomi yang cukup erat dengan perekonomian nasional dan bahkan juga imternasional. Sedangkan faktor yang berasal dari dalam daerah biasanya timbul dari struktur perekonomian daerah serta potensi khusus yang dimiliki daerah bersangkutan (Sjafrizal, 2008 dan 2012). ‘Analisis Shift-Share Analysis ini terdapat pada beberapa buku teks {mu Ekonomi Regional, antara lain adalah John P. Blair (1991). Formulasi matematika model ini adalah sebagai berikut: dy, = DO-DIFDG/YI-OIFD0/9)- OAD] 06) di mana 4y, = perubahan nilai tambah sektor i; Jf = nilai tambah sektor i di daerah pada awal periode;, nilai tambah sektor i di daerah pada akhir periode; nilai tambah sektor i di tingkat nasional pada awal periode; ¥! = nilai tambah sektor i di tingkat nasional pada akhir periode. karan nilal Formulasi pada persamaan (9.6) menunjukkan bahwa pening tambah suatu daerah dapat diuraikan (decompose) atas tiga bagian. Bogan Pertama pada sisi kiri persamaan tersebut adalah: 1. Regional Share, (¥/"~1)] adalah merupakan komponen pertunbuhan ekonomi daerah yang disebabkan oleh dorongan faktor war yaitu: eningkatan kegiatan ekonomi daerah akibat kebijaksanaa nasional 89 6 | TEKNIK PERENCANAAN REGIONAL 1 da seluruh daerah, atau karena dorongan per, an erdipeitaa dengan daerah tetangga; "Mbuhay 2, Proportionality Shift (Mixed Shift) [y, (¥:/¥/)~ (¥'/¥)] adalah kom, e pertumbuhan ekonomi dari dalam daerah sendiri yang disebapy5 struktur ekonomi daerah yang relatif baik, yaitu berspesialisas sektor-sekto yang secaranasional dapat pertumbuhannya cepa ght sektor industri. tt 3. Differential Shift (Competitive Shift) : b, 0.49 - ( 1 ada komponen pertumbuhan ekonomi daerah Karena kondisispesiticdaeap yang bersifat kompetitif. Unsur pertumbuhan inilah yang merypa., Keuntungan Kompetitif daerah yang dapat mendorong pertumbuhan ekspor daerah bersangkutan. Dengan menggunakan data PDRB Provinsi Sumatera Barat 2007-291) dan data Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product) Indonesia unryy periode yang sama akan dapat dihitung ketiga unsur persamaan di atas secara kuantitatif untuk mengetahui komponen atau unsur pertumbuhan ekonomi mana yang telah mendorong pertumbuhan ekonomi daerah bersangkutan. Nilai masing-masing komponen dapat saja negatif atau post tetapi jumlah keseluruhan akan selalu positif, bila pertumbuhan ekonomi daerah bersangkutan juga posit, Selanjutnya, untuk memudahkan menarik kesimpulan, nilai masing-masing komponen dapat ditampilkan dalam bentuk persentase sehingga dapat diketahui dengan mudah unsur yang dominan mempengaruhi pola pertumbuhan ekonomi daerah bersangkutan. Tabel 92 memberikan contoh hasil pethitungan metode Shifi-Share untuk provinsi Sumatera Barat untuk periode 2007-2011. Hasil perhitungan pada Tabel 9.2 memperlihatkan bahwa nilai Regional Share adalah sebesar Rp. 2.400 juta (29,7) yang menunjukkan kontribusi faktor luar dalam pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat. Ini berarti bahwa kontribusi dan peranan pemerintah pusat dan kegiatan ekonomi daerah tetangga cukup mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat. Hal yang cukup menarik adalah bahwa nilai Proportionality Shift ternyata cukup besar, yaitu mencapai Rp. 31.717 juta yang berarti bahwa struktur perekonomian Sumatera mempunyai kontribusi yang cukup best? terhadap pertumbuhan eknomi daerah. Ini berarti bahwa sektor-sektot yang dikembangkan dalam kegiatan ekonomi daerah ternyata cukup unggul dala arti bahwa sektor tersebut bertumbuh cepat secara nasional. 190 PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DALAM ERA OTONOMI demikian, nilai Differential shift en -Rp.26.049 yang berart a ene veg pan ekonomi daerah adalah sangat minim dan bahis pe egatifbagipertumbuhan ekonomi daerah, Kenyatansy eat provinsi Sumatera Barat memang tidak mempunyai are dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah aan on huni, batubara dan gas alam seperti yang terdapat pas Pree 2 gan Kalimantan Timur. Bahan dari segi loka cenderung member uk megan Karena posisinya menghadap ke Barat yang jauh dan pg ‘ern sondis geografs berDukitschingga ongkos transpor menjati scr icin besar dalam membawa produk ke pasa, baik Singapura, Jepang, Korea can, dan Cina yang semuanya terlerak di bagian Timur, h ternyata US tethadap memberikan ini cukup logis otensi khusus 8 Cepat seperti tabel9.2. Hasil Perhitungan Nilai Shift-Share Provinsi Sumatera Barat Menurut ‘Sektor Tahun 2007-2011* (dalam Rp. Miliar) fe] Seer Ekonomi Regional | Proportionalty| Differential | A PDRB { share shit shi frslretoden) 504 “16978 | 1.837 7. [Pertambangan 6 3.558 2737 3 [industri Pengolahan 266 8349 3286 4 [str dan Air Mum 24 “191 530 5. [angunan 109 3.351 2018 6 [Perdagangan Hotel dan 386 4.634 “8396 | Jrestoran 7, |Pergangkutan dan 308 “eae? | 33730 Koruna |Revangon 103 FEZ “1507 3, [ssa 352 3.181 “3.151 Jura 2.400 3i717 | 26089 | 8068 ‘Sumber: *Ointung menggunakan data dari BPS, Sumatera Barat Dalam Angka 2007-2011, Padang72012. Mengingat data PDRB di Indonesia dewasa ini sudah terdapat baik untuk Sngkat provinsi maupun untuk kabupaten dan kota, maka formula 9.6 di ‘tas akan dapat pula dihitung nilai Shift-Share untuk tingkat kabupaten atau eS Perbedaannya hanyalah dalam penggunaan data PDRB sesuai dengan sca an lnginkan. Untuk dapat menghitun nil Shift Share untuk tang auPaeN atau kota, maka data y, yang digunakan adalah dari nila sh sektor i pada PDRB Kabupaten dan kota. Sedangkan nilai PDRB nuk : on ese yang lebih tinggi, ¥?dan ¥! dari PDRB pada tingkat provinst it. 9 | TEKNIK PERENCANAAN REGIONAL 191 alah bahwa Mode! sy spek yang menarik dalam hal ini a " i, aa rani analisis ane nee al Ponomian daerah yang berbeda dengan $7" "0" PE™KOnOMian nag perckonompetumbuban ekonomi nasional misal mode 7% Dalam me pan yang ibaa Basan adalah Konus eng eae teknologi terhadap pertumbuhan mas Sedang fi pengaruh perekonomian nasional saruktur percumbuhanekonon ga ae ssan yang dik leh daerahtersebut tidak daar day, Karena itu, dalam membahas pertumbuhan ekonomi pada tingkat der, penggunaan model Shift Share ii dierkrakan akan lebih ses ey! struktur perekonomian daerah pada umumnya dibandingkan dengan i, srpperapken model yangbiasanyauntukperekonomian nasionl sebeginy yang terdapat dalam Teori Ekonomi Makro, pada perekonomian daerah, ey D. Indeks Ketimpangan Ekonomi Regional Kenyataan umm hampir di semua negara sedang berkembang,termasy, Indonesia, menunjukkan bahwa ketimpangan ekonomi antar wilayah adalah culkup besar. Hal ini dipicu oleh beberapa hal antara lain: perbedaan pores daerah yang sangat besar, perbedaan kondisi demografis dan ketenagakerjcan, dan perbedaan kondisi sosial budaya antar wilayah. Di samping iu, kurang lancarnya mobilitas barang dan orang antar daerah juga turut mendorong terjadinya ketimpangan pembangunan regional tersebut. Bila ketimpangan ekonomi antar wilayah tersebut cukup besar, maka ha ini dapat membawa dampak negatif dari segi ekonomi, sosial, dan politi Sebagaimana diungkapkan oleh Sjafrizal (2008), ketimpangan ekonomi antar wilayah yang besar akan menyebabkan kurang efisiennya penggunzan sumber daya yang tersedia dan mendorong terjadinya ketidakmerataan dalam distribusi pendapatan (kemakmuran). Sedangkan dari segi sosil, ketimpangan pembangunan antar daerah tersebut akan memicu terjadinya kecemburuan dan keresahan sosial. Bahkan kondisi tersebut selanjutnya dapat pula mempunyai implikasi politik yang mendorong timbulnya keinginan masyarakat dan organisasi poitik untuk melakukan pemekaran daerah. Melihat adanya ketimpangan ekonomi antar wilayah dalam suatu negat® atau suatu daerah bukanlah hal yang mudah karena hal ini dapat menimbulkan debat yang berkepanjangan. Adakalanya masyarakat berpendapat bahw2 isimpegan suatu daerah cukup tinggi setelah melihat banyak kelompo* pada daerah bersangkutan, Akan tetapi, ada pula masyarakat merasaka 19% c 2 PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DALAM ERA OTONOMI impangan yang cukup tinggi setelah mel a hay di tengah-tengah masyarakat yang me segelintr seingat di sini bahwa, berbeda dengan distribues ma mash isi jt esmpangananarkelompok masyarakay,ktimpanger ptr yang ar wilayah melihat perbedaan antar wilayah, Hal Vang dipersoalk gunan aa tara kelompok kaya dan kelompok miskin, an di sini tetapi ad, gta aj dan daerahterbelakang, Pi atalahperbedaan wt uuran keimpangan ekonomi antar wilayah yang mula. ia Wiliamson Index yang digunakan dalam studinya p fun enampuluhan (Williamson, 1965), Secara timu s ‘ebenarnya adalah coeficient of variation yang lazim digunakan untuk mengukur sotopettedaan[stlah Williamson Index muncul sebagai penghargaan kepada jeffey G. Williamson yang mula-mula menggunakan teknik ini untuk ssengukurketimpangan pembangunan antar wilayah, Walaupun indeks ini snenpunyaibeberapa Kelemahan, yaitu antara lain senstif terhadap definsi sila yangdigunakan dalam perhitungan, namun demikianindeks ini cukup Jnrim digunakan dalam mengukur ketimpangan pembangunan antar wilayah, Berbeda dengan Gini Rasio yang lazim digunakan dalam mengukur [eerdagangan Besar dan Eceran 512 was oh [Hetl 939 in [Restoran 681 wa | 7, [enganghutan dan Komunikast 359 1568 a [Pengangkutan 782 1298 3, |komurikas 15 276 1 euangan dan asa Perorangan 567 ane| a [ak 622 143 | 3 [lembaga Kevangon Bukan Bank 592 1B « [Sena Bangunan 5,06 rT] [isa Perusahaan 4.82 oa? 2 (seas 72 163! + [es Penmih oa fe aad 582 1110 ‘her Ditung dari BPS, Sumatera Barat Dalam Angka 2007-2011. Padang 2012. AL 203 9 | TEKNIK PERENCANAAN REGIO.

You might also like