Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

JURNAL HUTAN LESTARI (2019)

Vol. 7 (1) : 86 – 96

KEANEKARAGAMAN JENIS VEGETASI DI CAGAR ALAM


LHO FAT PUN PIE KECAMATAN MONTERADO
KABUPATEN BENGKAYANG

(Diversity Of Species In Lho Fat Pun Pie Monterado Bengkayang District)

M Alihi Putra Ganesid, Burhanuddin danTogar Fernando Manurung


Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak, Jl. Daya Nasional Pontianak 78124
email : alihiputraxxx@gmail.com

Abstract
A nature reserve is a nature reserve area which because of its natural condition has a unique or
unique type of plant or plant diversity along with natural phenomena and its ecosystem that
requires protection and preservation so that its existence and development can take place
naturally. The research objective was to obtain a variety of vegestation types, this study as a
source of information regarding the diversity of vegetation in the Lho Fat Pun Fie Nature
Reserve Monterado District, Bengkayang District. This research was conducted in Lho Fat Pun
Fie Nature Reserve, Monterado District, Bengkayang Regency, this study was conducted 4
weeks in the field. The method used is a combination of lines and grid lines. Laying of the first
line is purposive sampling, for the next paths are systematically sampling. The number of lanes
used is 4 lanes with a length of 200 meters, each lane has 10 observation plots with an area of
1.6 ha. Based on an analysis of the diversity index of vegetation types in the Lo Fat Pun Fie
Nature Reserve Monterado District, Bengkayang Regency is included in the medium category
(H’1≤ H’≤3). Overall there are 35 types of vegetation ranging from the height of the seedlings
to the level of the tree with a total of 1000 individuals. The species that dominate the study site
are the tribe myrtaceae such as Syzygium liniatum, Syzygium grande, Rhodomytus tomentosa.
Keyword : Lho Pat Pun Pie nature preserve, Monterado district, Vegetation diversity

PENDAHULUAN ekosistem terdiri atas komponen biotik


UU No.41 tahun tahun tentang dan abiotik.
Kehutanan, adalah kawasan hutan yang Keanekaragaman hayati terbagi
mempunyai fungsi pokok sebagai kedalam tiga tingkatan yaitu
pelindunga system penyangga keanekaragaman genetik, spesies, dan
kehidupan untuk megatur tata air komunitas (ekosistem).
mencegah banjir mengendali erosi tanah Keanekaragaman tersebut menentukan
mencegah intrusi air laut dan menjaga kekuatan adaptasi dari populasi yang
kesuburan tanah. Menurut Rusdianan akan menjadi bagian dari interaksi
dan Lubis (2012) hutan merupakan spesies. Keanekaragaman terdiri dari
suatu kesatuan ekosistem yang erat dua komponen yang berbeda yaitu
kaitannya dengan proses alam yang kekayaan spesies dan kemerataan.
saling berhubungan antar komponen Kekayaan spesies adalah jumlah spesies
penyusun ekosistem. Komponen total, sedangkan kemerataan adalah
distribusi kelimpahan (misalnya jumlah

86
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 86 – 96

individu, biomassa, dan lain-lain) pada Kalimantan Barat. Objek dalam


masing-masing spesies (Ludwig dalam penelitian ini, yaitu semua jenis tegakan
Nahlunnisa, 2016). dari tingkat semai, pancang, tiang, dan
Kalimantan Barat merupakan salah pohon yang berada di kawasan Cagar
satu provinsi yang memiliki kawasan Alam Lho Fat Pun Pie. Metode yang
hutan yang cukup luas dan memiliki digunakan dalam penelitian ini adalah
keanekaragaman jenis vegetasi yang metode kombinasi jalur dan garis
cukup tinggi. Cagar alam menurut UU berpetak, jalur-jalur pengamatan dibuat
No.5 Tahun 1990 tentang konservasi dan diletakan dengan melihat
sumber daya alam hayati dan ekosistem keberadaan vegetasi. Peletakan jalur
adalah kawasan suaka alam karena pertama secara purposive sampling,
keadaan alamnya yang mempunyai Untuk setiap jalur tersebut dibuat petak
kekhasan tumbuhan, satwa, dan pengamatan dengan ukuran tingkat
ekosistemnya atau ekosistem tertentu pohon 20m x 20m, untuk pengamatan
yang perlu dilindungi dan tingkat tiang 10m x 10m, untuk
perkembangannya berlangsung secara pengamatan tingkat pancang 5m x 5m,
alami. (Wiratno, 2004). Cagar Alam untuk tingkat semai di buat petak 2m
merupakan kawasan konservasi yang x2m selengkapnya contoh petak
memiliki fungsi pokok sebagai kawasan pengamatan dapat dilihat pada Gambar
pengawetan keanekaragaman hayati dan 1 (kusmana .C, 1995). Dalam penelitian
wilayah perlindungan sistem penyangga ini dibuat 4 jalur, dengan panjang jalur
kehidupan. 200m dan lebar 20 m, jarak antara jalur
METODE PENELITIAN pengamatan dibuat 30 m
Penelitian dilakukan pada kawasan disetiapjalurnya. jalur dibuat petak
Cagar Alam Lho Fat Pun Pie pengamatan dengan jarak 30 m persatu
Bengkayang Kecamatan Munterado petak.
Kabupaten Bengkayang Provisi
20 m

a c
b

Gambar 1. Desain petak penelitian di lapangan dengan metode jalur berpetak

87
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 86 – 96

Luas areal yang diteliti yaitu 20 % melihat data vegetasi yang telah ada,
dari 7,8 Ha luas Kawasana Cagar Alam dan mewakili persen luas yaitu Ha
Lho Fat Pun Pie,Jumlah jalur yang di dengan jumlah total petak pengamatan
teliti yaitu 4 jalur yang disesuaikan yaitu 40 petak. (Gambar 1).
dengan kondisi lapangan terutama

Gambar 2. Peta lokasi jalur penelitian


Analisis data frekuensi suatu jenis
= x 100%
frekuensi seluruh jenis
Indeks nilai penting adalah
Dominansi Spesies (D)
parameter yang menggambarkan jumlah luas bidang dasar suatu jenis
besarnya pengaruh yang diberikan oleh = luas petak pengamatan
jenis tumbuhan dalam suatu komunitas. Dominansi Relative (DR)
Indeks nilai penting untuk tingkat =
dominansi suatu jenis
x 100 %
pohon merupakan penjumlahan dari dominansi seluruh jenis

kerapatan relative (KR), frekuensi Indeks dominansi.


relatif (FR) dan dominansi relative (DR) Indeks dominansi (index of
(Soerianegara dan Indrawan 1988). dominance) adalah parameter yang
INP (tingkat pohon) = KR+FR+DR menyatakan tingkat terpusatnya
Kerapatan Spesies (K) dominansi (penguasaan) spesies dalam
jumlah individu suatu komunitas. Penguasaan atau
= luas petak pengamatan
dominansi spesies dalam komunitas bisa
Kerapatan Relative (KR) terpusat pada suatu spesies, beberapa
kerapatan suatu jenis
= x 100% spesies atau pada banyak spesies
kerapatan seluruh jenis
(Indriyanto 2006).
Frekuensi Spesies (F)
jumlah petak ditemukan suatu jenis D = ∑(ni/N)2
= Keterangan:
jumlah seluruh jenis
Frekuensi Relative (FR) ID = Indeks Dominansi
ni = nilai penting tiap spesies ke- i

88
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 86 – 96

N = total nilai penting jenis dan jumlah jenis yang digunakan


Indeks Keanekaragaman Jenis (H) untuk mengetahui kelimpahan suatu
Indeks keanekaragaman jenis jenis di suatu area atau suatu ukuran
digunakan untuk mengetahui contoh tertentu. Untuk itu digunakan
keanekaragaman jenis dari tegakan rumus Odum dalam Haryanto (2015).
hutan. Keanekaragaman spesies yang e = H/(Log S)
tinggi menunjukkan bahwa suatu keterangan :
komunitas memiliki kompeksitas tinggi e = kelimpahan jenis
karena intereaksi spesies yang terjadi H = keanekaragaman jenis
dalam komunitas itu sangat tinggi. S = jumlah dari jenis
Rumus yang digunakan menurut dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
menghitung keanekaragaman jenis yaitu Bedasarkan hasil penelitian
dengan rumus indeks Shannon atau terdapat tingkat pertumbuhan, mulai
Shannon Index of general diversity tingkat semai, pancang, tiang, dan
dalam Ridwansyah (2015) pohon jumlah jenis vegetasi pada
H = - ∑ {(ni/N) Log (ni/N)} tingkat semai ditemukan 27 jenis, pada
Keterangan : tingkat pancang ditemukan 29 jenis,
H = indeks keanekaragaman Shannon pada tingkat tiang ditemukan 34 jenis
ni = Nilai penting dari tiap spesies dan pada tingkat pohon ditemukan
N = Total nilai penting sebayak 28 jenis vegetasi dengan famili
Indeks Kelimpahan Jenis (e) berbeda.
Indeks kelimpahan jenis
dipengaruhi oleh keanekaragaaman

89
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 86 – 96

Tabel 1. Nilai INP untuk setiap Tingkat Pertumbuhan di Kawasan Cagar alam
Lho Fat Pun Fi Kecamatan Monterado Kabupaten Bengkayang (The
INP in every the growth rates in Loh Fat Pun Pie natural Reserve
Monterado Bengkayang District)
Spesies Family INP
Pohon Tiang Pancang Semai
Alstonia scholaris Apocynaceae 26 15,75 1,8 4,8
Alstonia spatulata Apocynaceae 4 7,58 0,8 1,2
Arehidendron clypearia Fabaceae 8 6,34 1,5
Artocarpus elasticus Moraceae 5 17,04 4,6
Blumeodendron kurzii Euphorbiaceae 2 1,73 1,2
Calophyllum lanigerum Calophyllaceae 5 3,1 0,8 3,2
Calophyllum pisiferum Calophyllaceae 7 12,63 9 12,8
Calophyllum sclerophyllum Calophyllaceae 4 1,43 1,2 8,1
Campnosperma coriaceum Anacardiaceae 91 47,27 14,5 6,3
Cratokxylum arborescens Hypericaceae 26 21,22 4,8
Cratoxylum glaucum Hypericaceae 2 1,65
Dillenia sufruticosa Dilleniaceae 14,29 49,5 32,7
Elaeocarpus Sp Elaeocarpaceae 2,81 1,3 8,5
Endospermum diadenum Euphorbiaceae 2 4,66 2,2
Eurya nitida Pentaphyllacaceae 4 1,6 6 2,2
Fikus variegate Moraceae 3 1,39 2,2 5,9
Fikus xylophylla Moraceae 2 2,57 1,3 1,9
Garcinia nevosa Clusiaceae 2 1,83
Gardenia tubifera Rubiaceae 6 4,56 9,8 11
Gynotroche axillaris Rizhophoraceae 4,3 11,1 5,1
Hevea brasiliensis Euphorbiaceae 3 2,06 0,6 1,2
Ilex cymosa Aquifoliaceae 8 4,49 8 6,1
Leaa Indica Vitaceae 1,4 2,8 6,1
Macaranga hosei Euphorbiaceae 4,11
Macaranga pruinosa Euphorbiaceae 15 4,17 1,3 8,2
Mangifera decandra Anacardiaceae 4 6,45 1,3 5,5
Melicope lunu-akenda Rutaceae 2 3,29 11,8 4,8
Ploiarium alternifolium Bonnetiaceae 7,32 1,7 2,7
Rhodomytus tomentosa Myrtaceae 6,1 1,2
Santiria mollis Burseraceae 2 1,39 109 12,7
Syzydium grande Myrtaceae 15 26,03
Syzygium lineatum Myrtaceae 12 48,58 24,3 33,8
Tarenna fragrans Rubiaceae 10 6,2 3,7 10,1
Vitex pinnata Lamiaceae 11 3,5 1,9 1,2
Xylopia Ferraginea Annonaceae 19 6,35 1,5
Kerapatan Relative. banyakanya suatu jenis per-satuan luas.
Kerapatan dari suatu jenis merupakan Mangkin besar kerapatan suatu jenis,
nilai yang menunjukkan jumlah atau mangkin banyak individu jenis tersebut

90
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 86 – 96

per-satuan luas. diketahui bahwa jenis- frekuensi tertinggi di Kawasan Cagar


jenis tingkat pohon yang memiliki nilai Alam Lho Pat Pun Pie adalah Dillenia
kerapatan tertinggi adalah jenis sufruticosa (14,19%).
Campnosperma coriaceum (26,2%), pada Berdasarkan hasil analisis vegetasi
tingkat pancang yang memiliki kerapatan yang dilakukan di kawasan Cagar Alam
tertinggi adalah jenis Campnosperma Lho Fat Pun Pie diperoleh jenis-jenis
coriaceum (18,5%), pada tingkat pacang vegetasi yang memiliki nilai frekuensi
yang memiliki nilai kerapatan tertinggi terbesar untuk tingkat pohon yaitu pada
adalah jenis Syzygium lineatum dan pada jenis adalah adalah Campnosperma
tingkat semai yang memiliki nilai coriaceum, tingkat tiang Syzygium
kerapatan tertingi pada Kawasan Cagar lineatum, tingkat pancang adalah Dillenia
Alam Lho Fat Pun Pie adalah jenis sufruticosa, dan tingkat semai adalah
Syzygium lineatum (19,57%). Dillenia sufruticosa. Jenis-jenis tersebut
Kerapatan suatu jenis pada Kawasan jenis pohon yang memiliki nilai frekuensi
Cagar Alam Lho Fat Pun Pie kecamatan tinggi tetapi kurang dari 20% .Hal ini
Monterado di dominasi oleh jenis menunjukan bahwa pada kawasan Cagar
Campnosperma coriaceum dan Syzygium Alam Lho Fat Pun Pie tergolong sedang.
lineatum yang mana salah satu faktor yang Dominasi Relative
turut mempengaruhi yaitu adanya Dominansi pada tumbuhan
kemampuan regenerasi yang tinggi, yakni merupakan jenis yang dapat
tingginya kemampuan menghasilkan buah memanfaatkan sumber daya dan
serta anakan yang siap untuk lingkungan yang ada secara lebi efisiesn
menggantikan pohon induknya. dari jenis lainnya. Dominansi banyak
Frekuensi Relative. dihubungkan dengan wilayah teritorial,
Nilai frekuensi yaitu ukuran dari yang artinya menjatahkan sumber daya
regularitas terdapatnya suatu jenis atas dasr pembagian ruang. diketahui
frekuensi yang memberikan pola bahwa jenis-jenis tingkat pohon yang
penyebaran suatu jenis, dan menyebar memiliki nilai dominansi tertinggi adalah
keseluruh kawasan atau kelompok, yang jenis tingkat pancang di dominansi oleh
menunjukkan daya penyebaran dan jenis Dillenia sufruticosa (23,18%),
adapatasinya terhadap lingkungan. untuk tingkat tiang di dominansi oleh jenis
diketahui bahwa jenis-jenis tingkat pohon Campnosperma coriaceum (18,21%), dan
yang memiliki nilai frekuensi tertinggi untuk tingkat pohon dikawasan Cagar
adalah Campnosperma coriaceum Alam Lho Fat Pun Pie di dominasi oleh
(17,14%), pada tingkat tingkat tiang yang jenis Campnosperma coriaceum
melilki nilai frekuensi adalah Syzygium (39,44%).
lineatum (17,69%),, pada tingkat pancang Berdasarkan hasil analisis vegetasi
yang memiliki nilai frekuensi adalah jenis yang dilakukan, diperoleh jenis-jenis
Dillenia sufruticosa (14,49%), dan pada vegetasi yang dominan yaitu Dillenia
tingkat semai yang memiliki nilai sufruticosa, Campnosperma coriaceu, dan

91
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 86 – 96

Campnosperma coriaceum. Jenis-jenis tingkat pancang yang memiliki INP rata-


yang mendominasi tersebut dikarenakan rata tertingi Dillenia sufruticosa, Syzygium
adanya pengaruh lingkungan tempat lineatum, dan Campnosperma coriaceum,
tumbuhnya seperti kelembapan, suhu, zat pada vegetasi tingkat tiang yang memilki
hara dan sinar matahari. Adanya jenis- INP rata-rata tertingi Syzygium lineatum,
jenis yang dominan bisa dikatakan Campnosperma coriaceum, dan Syzydium
memiliki tingkat adaptasi lingkungan yang grande dan pada vegetasi tingkat yang
tinggi dan memiliki ketersediaan akan yang memiliki INP rata-rata tertingi di
anakan untuk regenerasi selanjutnya. Kawasan Cagar Alam Lho Fat Pun Fi
Indeks Nilai Penting. yaitu jenis Campnosperma coriaceum,
Jenis vegetasi yang memiliki nilai Alstonia scholaris dan dan Cratokxylum
INP tertinggi adalah spesies yang memiliki arborescens
tingkat kesesuai terhadap tempat tumbuh Bedasarkan penelitian yang dilakukan
atau adaptasi yang lebih baik indeks nilai penting pohon lebih di
dibandingkan dengan jenis lainnya. dominansi oleh jenis Campnosperma
Indriyanto (2006) mengatakan bahwa coriaceum dan Alstonia scholaris
spesies-spesies yang dominan (yang sedangkan tingkat semai, pancang dan
berkuasa) dalam suatu komunitas tiang lebih di dominansi oleh jenis
tumbuhan yang memiliki indeks nilai Syzygium lineatum dan Dillenia
penting yang tinggi, sehingga spesies yang sufruticosa menunjukan bahwa jenis
paling dominan tentu saja jenis yang Syzygium lineatum dan Dillenia
memiliki INP yang paling besar. Dapat sufruticosa mampu beradaptasi dan
diketahui bahwa pada Kawasan Cagar berkopetisi dengan sesama atau jenis
Alam Lho Fat Pun Pie terdapat jenis lainnya disebabkan jenis tersebut
vegetasi tingkat semai yang memiliki INP mempunyai teloransi yang besar sehingga
rata-rata tetingi Dillenia sufruticosa, mampu bertahan hidup lebih lama yang
Syzygium lineatum, Syzydium grande dan menyebabkan jenis tersebut dapat tumbuh
Calophyllum pisiferum, Pada vegetasi dan berkembang dengan lebih baik.
Tabel 2. Indeks Dominasi (C), Indeks Keanekargaman Jenis (H), Indeks
Kelimpahan Jenis (E) Vegetasi Penyusun Hutan di Kawasan Cagar
Alam Lho Fat Pun Pie Kecamatan Monterado Kabupaten Bengkayang
(Index domination (C), index keanekargaman (H’), index Kelimpahan (e)
vegetation forest authors in Loh Fat Pun Pie natural Reserve Monterado
Bengkayang District)
No Tingkat Indeks Indek Indeks
Pertumbuhan Dominasi Keanekaragaman Kelimpahan
(C) Jenisi (H’) Jenis (E)
1 Semai 0,0812 1,241 0,867
2 Pancang 0,0872 1,236 0,845
3 Tiang 0,0787 1,285 0,839
4 Pohon 0,1230 1,166 0,806

92
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 86 – 96

Indeks Dominansi jenis vegetasi di sehingga kondisi demikian dapat diartikan


Kawasan Cagar Alam Lho Fat Pun Pie bahwa dinamika masyarakat tumbuhan
Kecamatan Monterado Kabupaten masih terus berjalan sampai pada tahap
Bengkayang. dimana suatu jenis akan mendominasi
Indeks dominansi digunakan untuk kawasan tersebut. Odum (1993)
menentukan tingkat dominansi menyatakan bahwa kebayakan kumunitas
(penguasaan) suatu jenis dalam komunitas alam mengandung sedikit jenis dengan
pada kawasan hutan. Adapun kriteria jumlah individu yang sangat besar, dengan
dalam menentukan indeks dominansi jumlah jenis yang sedikit jenis maka
menurut Indeks Simpon yaitu C = 0 penguasaan terhadap tempat tumbuhnya
menunjukkan dominansi rendah atau tidak semakin besar, dengan demikian pola
terdapat spesies yang mendominansi pemusatan jenis-jenis dominan akan
spesies lainnya, sedangkan C = 1 tersebar karena dengan sedikit jenis
menunjukkan dominansi tinggi atau memungkin sejumlah individu yang ada
terdapat spesies yang mendominasi jenis dapat tumbuhan dan berkembang.
spesies yang lainnya. Indeks Dominansi Indeks Keanekaragaman jenis vegetasi
tertingi pada Cagar Alam Lho Pat Pun Pie di Kawasan Cagar Alam Lho Fat Pun
teletak pada tingkat pohon 0,1230, diikutin Pie Kecamatan Moterado Kabupaten
tingkat pancang 0,0872, tingkat semai Bengkayang.
0,0812 dan tinggkat tiang 0,0787. Indeks keanekaragaman jenis
Bedasarkan hasil penelitian ini termasuk dalam kategori sedang (1<
menunjukan bahwa Indeks dominansi H’>3) namun bila dilihat dari perubahan
pada setiap tingkat pertumbuhan di nilai indeks keanekaragaman mulai dari
Kawasan Cagar Alam Lho Fat Pun Pie semai sampai tingkat pohon terlihat
memiliki indeks dominansi yang rendah adanya cendreung menurun. Hal ini
(C) secara keseluruhan masih tergolong menggambarkan bahwa telah terjadinya
rendah yaitu (C=<1), karena nilai Indeks suksesi sehingga ada jenis jenis tingkat
Dominansi tertingin adalah (C=1). bawah yang tidak mampu bertahan sampai
Menunjukkan di Cagar Alam Lho Pat Pun ke pohon. Indeks keanekaragaman jenis
Pie terjadi gangguan yang tetinggi teletak pada tingkat tiang sebesar
menggakibatkan kawasan terbuka, 1,285, diikuti oleh tingkat semai sebesar
menyebabkan kawasan mudah ditumbuhin 1,241, tingkat pancang 1,236, dan nilai
oleh tumbuhan intoleran, sehingga indeks keanekaragaman jenis tingkat
kawasan memiliki nilai indeks dominansi pohon sebesar 1,166.
yang rendah atau didominansi oleh Indeks keanekaragaman jenis
beragam jenis vegetasi, lebih dari satu digunakan untuk mengetahui
jenis. Artinya, bahwa kawasan Cagar keanekaragaman jenis dari tegakan hutan.
Alam Lho Fat Pun Pie hanya satu jenis Keanekaragaman spesies yang tinggi
saja yang dominan terhadap jenis yang lain menunjukkan bahwa suatu komunitas

93
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 86 – 96

memiliki kompeksitas tinggi atau disusun pancang, tiang hingga tingkat pohon
banyak jenis karena interaksi spesies yang dengan total individu 1000. Jenis yang
terjadi dalam komunitas itu sangat tinggi mondominasi pada lokasi penelitian yaitu
dan sebaliknya keanekaragaman jenis dari family myrtaceae seperti Syzigium
dikatakan rendah apabila jenis yang leniantum, Syzigium grande,dan
menempati kawan tersebut adalah sedikit. Rhodomytus tomentosa. Indeks keragaman
Menurut Viktor (2000), disetir jenis (H) mencerminkan jumlah jenis dan
Nurfiana.dkk (2014) jumlah individu suatu jumlah individu dalam suatu komunitas,
jenis berpengaruh terhadap indeks dimana keanekaragaman jenis tertinggi
keanekaragaman. Semakin tinggi jumlah akan mempunyai dominansi rendah.
individu suatu jenis, maka semakin tinggi Indeks Kelimpahan jenis vegetasi di
pula indeks keanekaragaman. Namun, Kawasan Cagar Alam Lho Fat Pun Pie
pada tingkat pohon hal ini tidak berlaku Kecamatan Monerado Kabupaten
mutlak karena selain nilai KR dan FR pada Bengkayang.
tingkatan ini di pengaruhi oleh nilai Indeks kelimpahan jenis (E) adalah
dominansi (DR), di mana dominansi indeks yang digunakan untuk mengetahui
tersebut juga di pengaruhi oleh bidang kelimpahan suatu jenis. Indeks kelimpahan
dasar atau basal area dengan melihat jenis sangat dipengaruhi oleh nilai
diameter batang suatu jenis. Semakin besar keanekaragaman jenis. Dari tabel
diameter suatu jenis, maka semakin besar menunjukan bahwa indeks kelimpahan
pula dominansinya. jenis tertinggi berada pada tingkat semai
Bedasarkan hasil penelitian yang sebesar 0,867, diikuti tingkat pancang
dilakukan di Kawasan Cagar Alam Lho 0,845, tingkat tiang sebesar 0,839, dan
Fat Pun Pie nilai indeks keanekaragaman nilai kelimpahan jenis pada tingkat pohon
secara keseluruhan termasuk dalam 0,806. Hal ini menujukan bahwa indeks
kategori sedang (1<H’<3). Hal ini kelimpahan jenis pada semua tingkat
menunjukan di Cagar alam Lho Pat Pun pengamatan dalam kategori sedang atau
Pie keanekaragaman jenis yang semangkin cukup melimpah.
tinggi dalam suatu komunitas Berdasarkan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa semangkin tinggi dilakukan di kawasan Cagar Alam Lho Fat
kemampuan jenis yang lain untuk tumbuh Pun Pie Indeks Kelimpahan jenis
dan berkembang pada kawasann tersebut. bedasarkan ketentuan Magguran (1988)
Hal ini disebabkan vegetasi hutan yang apabila kelimpahan (E≤0,3) menunjukkan
tumbuh beranekaragam dan jumlah kelimpahan jenis rendah, 0,3–0,6
individu masing-masing jenis yang tinggi. menunjukkan kelimpahan jenis tergolong
Namun bila dilihat dari perubahan nilai sedang dan jika E=≥0,6 kelimpahn jenis
indeks keanekaragamannya mulai dari tergolong tinggi. Pada umumnya semua
semai sampai ke tingkat pohon cenderung tingkat vegetasi dari tingkat semai,
mengalami penurunan. Secara keseluruhan pancang, tiang, dan pohon di Cagar Alam
terdapat 34 jenis mulai dari tingkat semai, Lho Fat Pun Pie menunjukan Indeks

94
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 86 – 96

kelimpahan jenis yang tinggi, yaitu dengan Rhodomytus, Syzydium grande,


nilai di atas E<0,7 (E<0,6). Hal ini Syzygium lineatum,
menunjukkan bahwa populasi antara 2. Nilai indeks penting (INP) tertingi pada
spesies pohon yang ada di kawasan Cagar tingkat semai adalah Syzygium lineatum
Alam Lho Pat Pun Pie cukup merata (33,8 %), tingkat pancang adalah
sehingga tidak mudah mendapatkan Dillenia sufruticosa (49,5 %), tingkat
gangguan serta mudah kembali ke keadaan tiang adalah Syzygium lineatum (48,58
semula. Komunitas dengan %), tingkat pohon adalah
keanekaragaman tinggi akan lebih mantap Campnosperma coriaceum (91%).
terhadap gangguan lingkungan/iklim. 3. Secara jumlah indeks dominansi sama
Keanekaragaman cenderung meningkat pada tingkat pertumbuhan hutan
pada komunitas yang lebih tua dan memiliki indeks dominansi yang
keanekaragaman rendah pada komunitas rendah yang menunjukan bahwa pada
yang baru terbentuk. Perangin-agin ( 2009) komunitas tidak dikuasai oleh satu jenis
yang menyatakan bahwa semakin besar vegetasi
nilai indeks kelimpahan jenis maka Saran.
komposisi penyebaran jenis semangkin Hasil penelitian menunjukkan bahwa
merata pula, artinya tidak di dominasi satu jenis Syzygium lineatum, dan
jenis saja. Keadaan ini menunjukan tingkat Campnosperma coriaceum adalah jenis
penyebaran dan adaptasi yang tinggi dari yang paling dominan di areal penelitian.
masing-masing famili terhadap kondisi Mengingat penelitian ini hanya
family terhadap kondisi fisik lingkungan mengunakan sampilng 20%, sehingga
hutan tersebut, sehinga dapat ditemukan tidak semua kawasan yang di data maka
berapa jenis yang sama pada masing- perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut
masing jenis petak pengamatan. pada seluruhan kawasan Cagar Alam Lho
PENUTUP Fat Pun Pie mulai dari semai (seedling),
Kesimpulan pancang (Sapling), tiang (Poles), dan
Berdasarkan hasil penelitian di pohon (Tree) yang dapat dijadikan sumber
kawasan Cagar Alam Lho Fat Pun Pie di data di Kawasan Cagar Alam Lho Pat Pun
Kecamatan Monterado dapat ditari Pie Kecamatan Monterado Kabupaten
kesimpulan sebagai berikut Bengkayang Kalimatan Barat agar dapat
1. Ditemukan 22 family dengan 35 jenis mengetahui seluruh vegetasi yang ade di
penyusun vegetasi, yang di dominasi kawasan tersebut.
oleh jenis Alstonia scholaris, Alstonia Daftar Pustaka
spatulat, Calophyllum lanigerum, Ewusie J Y, dalam Ilham Kurnia
Calophyllum pisiferum, Abywijaya (2014). Keanekargaman
Campnosperma coriaceum, Dillenia Dan Pola Species In Sempu Island
sufruticosa, Gynotroche axillaris, Nature Reserve, East Java. Jurnal
Hevea brasiliensis, Mangifera Biologi Indonesia. Vol 10 (2) Hal
decandra, Melicope lunu-akenda, 221-235.

95
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 86 – 96

Haryanto. 2015. Keanekaragaman Jenis Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.


dan Potensi Tegakan Pada kawasan 126 p.
Hutan Lindung Gunung Raya Undang-Undang Republik Indonesia
Kabupaten Ketapang Kalimantan Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
Barat. Jurnal Universitas Negeri Kehutanan.
Gorontalo. Hal 1-34.
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun
Hastuti, E.D. 2012. Interaksi Struktur 2011 tentang Pengelolaan Kawasan
Komunitas Vegetasi dengan
Suaka Alam Dan Kawasan
Kualitas Lingkunga di Kawasan Pelestarian Alam.
Sempadan Pantai Semarang-
Demak. Ge Environmental Perangi-angin, Y.P. 2009. Keadaan
Sciences. Universitas Diponegoro Tegagakan dan Pertumbuhan Shore
Semarang. parvifolia Dyer pada Sistem
Silvikultur Tebangan Pilih Tanam
Nahlunnisa, H (2016). Keanekargaman Jalur (TPJT). Fakultas Kehutanan
Species Tumbuh Di Areal Nilai IPB. Bogor.
Konservasi Tinggi (NKT)
Perkebunan Kelapak Sawit Provinsi Wiratno, Indriono D. Syarifuddin A. dan
Riau. Media Konservasi Vol 21 Kartikasari, A. 2004. Berkaca di
No.1 April 2016: 91-98 91. Cermin Retak; Refleksi Konservasi
dan Implikasi Bagi Pengelolaan
Magurran, E.P. 1993.Dasar-dasar Taman Nasional. Jakarta. The
Ekologi.terjemahan T. Saminang Gibbon Faoundation Indonesia.
Edisi Ketiga Pengantar Ekologi. CV
. Remadja Karya, Bandung.
Ridwansyah, Husni H, dan Wulandari R.S.
2015. Keanekaragaman Jenis
Bambu Di Hutan Kota Kelurahan
Bunut Kabupaten Sanggau. Jurnal
Hutan Lestari. Vol 3 (1). Hal 13-20.
Rusdianan O, Lubis R.S. 2012.
Pendugaan Korelasi antara
Karakteristik Tanah terhadap
Cadanga1n Karbon (Carbon Stock)
pada Hutan Sekunder. Jurnal
Silvikultur Tropika vol 03 (1) : 14-2.
Soerianegara, I. dan Indrawan, A. 1988.
Ekologi Hutan Indonesia.
Buku.Laboratorium Ekologi Hutan.

96

You might also like