Professional Documents
Culture Documents
38 74 1 SM
38 74 1 SM
Abstact
The research development actors are performing on the communication functions. In this study
focused on the formal and informal communication, as of opening access, approach on location,
design, implementation and evaluation of empowerment program, located in the village of
Pasuruhan, Subdistrict Binangun of Cilacap Regency. The purpose of this study was to
construct patterns of formal and informal communication in the process of community
development activities, especially in the village of Pasuruhan, District Binangun, Cilacap
Regency, Central Java Province. The approach was qualitative and the study sample was
purposive. Data collection techniques with the Focus Group Discussion (FGD), interviews and
observations. Results showed: (1) Formal communication could not be separated from the
formal communication in the research process and implementation of empowerment. While
formal communication performed after the open access and to reinforce the aim of activity. And
then in the implementation of socialization, extension and comparative studies. (2) The failure to
informal communication processes, maked the process of qualitative research in particular,
could be resistance, minus support, distrust, and could even rejection of research informants. (3)
Formal communication had structured nature, focused and symbolic interaction of status the
institution or organization of communicators. While the informal communication had
unstructured nature, dialogical process or more flexible and could be long term, however the
discussion would be not focus.
Abstrak
Penelitian ini mengenai fungsi komunikasi yang diperankan oleh para pelaku pembangunan,
pada kegiatan pemberdayaan masyarakat. Fokus penelitian adalah bentuk komunikasi formal dan
informal, yang berlokasi di Desa Pasuruhan Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap. Tujuan
penelitian ini untuk mengonstruksi pola komunikasi baik formal maupun informal dalam proses
kegiatan pemberdayaan masyarakat khususnya di Desa Pasuruhan, Kecamatan Binangun,
Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Pendekatan penelitian adalah kualitatif dan
pengambilan sampel penelitian adalah purposif. Teknik pengumpulan data dengan Focus Group
Discussion (FGD), wawancara, dan observasi, kemudian menggunakan analisis data interaktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Komunikasi formal tidak bisa dipisahkan dari
173
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 16 No. 2, Desember 2013: 173-188
174
Model Komunikasi Formal Dan Informal Dalam Proses Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
Adhi Iman Sulaiman
memiliki dua fungsi umum yaitu fungsi sosial proses kegiatannnya yaitu fungsi komunikasi
untuk kelangsungan memelihara hubungan yang diperankan oleh penulis, penyuluh, atau
bersama, dan fungsi pengambilan keputusan. instruktur dan peserta kegiatan. Manfaat,
Maka sangat menarik penelitian problematika, dan hambatan kegiatan, juga
mengenai fungsi komunikasi, dalam hal ini bisa teridentifikasi serta mendapat solusi
memfokuskan pada komunikasi formal dan dengan meneliti (menganalisis) proses
informal ketika proses kegiatan kegiatan melalui kajian komunikasi.
pemberdayaan masyarakat di Desa
Pasuruhan, Kecamatan Binangun, Kabupaten
Cilacap, Provinsi Jawa Tengah sebagai lokasi LANDASAN KONSEP
penelitian. Pertimbangan menentukan lokasi
penelitian tersebut berdasarkan hasil Pemberdayaan Masyarakat
penelitian Suswanto (2011) bahwa (1) Lokasi
Hakikat pemberdayaan sebagaimana
tersebut sangat menarik perhatian atau
telah dibahas dalam pendahuluan, adalah
menjadi sorotan publik baik nasional maupun
suatu usaha menyinergikan kekuatan (potensi
internasional, yaitu terjadinya tiga kali
dan sumberdaya) yang dimiliki, kesempatan
peristiwa penangkapan yang diduga teroris
(yang diciptakan dan diberikan) menuju
pada tahun 2009. (2) Masyarakat di Desa
kemandirian dan perubahan yang lebih baik.
Pasuruhan, masih merasa traumatik atas
Maka dalam pemberdayaan terdapat
peristiwa tersebut, sehingga perlu mendapat
pelaku perubahan, yang melakukan sesuatu
pendekatan yang lebih humanistik melalui
terhadap klien (pelaku pemberdayaan) baik
kegiatan pembauran dan harmonisasi dalam
pada tingkat individu, keluarga, kelompok
proses pemberdayaan masyarakat. (3) Penulis
ataupun komunitas. Pemberdayaan adalah
merasa tertarik meneliti proses komunikasi
upaya memberdayakan atau mengembangkan
formal dan informal dalam kegiatan
klien dari keadaan yang tidak atau kurang
pemberdayaan masyarakat, karena selama ini
berdaya menjadi mempunyai daya guna
luput dari amatan dan kajian penulis. Padahal
mencapai kehidupan yang lebih baik.
komunikasi sangat penting serta strategis
Berkaitan dengan hal tersebut Shardlow
fungsinya dalam proses kegiatan seperti
dalam Adi (2003) mengatakan bahwa “such a
pemberdayaan masyarakat yang diperankan
definition of powerment is centrally about
oleh penulis, penyuluh, atau instruktur dan
people control of their own lives and having
para peserta.
the power to shape their own future”. Jadi
Berdasarkan hal tersebut, dapat ditarik
pemberdayaan pada intinya membahas
suatu permasalahan dalam penelitian ini yaitu
bagaimana individu, kelompok, ataupun
Bagaimana komunikasi formal dan informal
komunitas berusaha mengontrol kehidupan
dalam proses kegiatan pemberdayaan di Desa
mereka sendiri dan mengusahakan untuk
Pasuruhan, Kecamatan Binangun, Kabupaten
membentuk masa depan sesuai dengan
Cilacap, Provinsi Jawa Tengah?
keinginan mereka.
Sehingga penelitian ini bertujuan untuk
Konsep pemberdayaan merupakan
mengonstruksi pola komunikasi baik formal
proses belajar hingga mencapai status
maupun informal dalam proses kegiatan
mandiri. Meskipun demikian dalam rangka
pemberdayaan masyarakat khususnya di Desa
menjaga kemandirian tersebut tetap dilakukan
Pasuruhan, Kecamatan Binangun, Kabupaten
pemeliharaan semangat, kondisi, dan
Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Kemudian
kemampuan secara terus menerus supaya
hasil penelitian ini dapat lebih memberikan
tidak mengalami kemunduran lagi. Tahap-
perhatian pada kajian komunikasi yang sangat
tahap yang harus dilakukan dalam
penting dan strategis dalam suatu proses
pemberdayaan adalah: Pertama, tahap
kegiatan seperti pemberdayaan masyarakat.
penyadaran dan pembentukan perilaku
Karena suatu kegiatan seperti pemberdayaan
menuju perilaku sadar dan peduli sehingga
masyarakat bagi penulis bukan hanya hasil
merasa membutuhkan peningkatan kapasitas
kegiatan, tetapi penting juga mengkaji dari
175
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 16 No. 2, Desember 2013: 173-188
176
Model Komunikasi Formal Dan Informal Dalam Proses Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
Adhi Iman Sulaiman
177
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 16 No. 2, Desember 2013: 173-188
178
Model Komunikasi Formal Dan Informal Dalam Proses Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
Adhi Iman Sulaiman
informal terlebih dahulu kepada informan komunikasi formal yaitu berdialog dengan
kunci sebagai pembuka akses ke lokasi saling memperkenalkan diri dengan status
penelitian. Komunikasi informal ini dengan profesi atau institusi yang dipresentasikan.
melakukan pendekatan, melobi, dan Satu pihak penulis memperkenalkan diri
mempersuasi serta menjelaskan tujuan sebagai staf pengajar perguruan tinggi
penelitian kepada informan kunci yang (Unsoed) yang memiliki tugas untuk kegiatan
sebelumnya belum dikenal akrab dengan pemberdayaan masyarakat dan penelitian.
peneliti. Informan kunci tersebut Satu pihak lainnya adalah Kepala Desa
sesungguhnya adalah murid yang pernah (jabatan formal) yang menerima tim
mengikuti proses belajar-mengajar secara pemberdayaan masyarakat dan tim penelitian
tutorial di Universitas Terbuka pada tahun di lokasi. Kemudian komunikasi formal
2009/2010 di Kelompok belajar (Pokjar) UT tertulis juga ditransaksikan berupa surat resmi
Daerah Kemeranjen Kabupaten Banyumas permohonan izin kegiatan pemberdayaan
yang berbatasan dengan daerah Kroya masyarakat dan penelitian dari institusi
Kabupaten Cilacap. Informan kunci tersebut, perguruan tinggi yang ditandatangani dekan
penulis pilih karena rumah tempat tinggalnya dan stempel fakultas yang diterima kepada
berdekatan dengan lokasi penelitian dan kepala desa. Surat resmi yang merupakan
memiliki kerabat di lokasi penelitian. komunikasi formal tertulis tersebut kemudian
Kemudian penulis sangat membutuhkan oleh pihak desa di proses atau ditindaklanjuti
informasi tentang lokasi tersebut, mengingat pengajuan kegiatan tersebut.
desa Pasuruhan sebagai lokasi penelitian (4) Proses komunikasi informal melalui
masih dipandang oleh publik luar sangat pendekatan dan melobi kemudian dibarengi
kurang kondusif, sensitif, atau berbahaya (diperkuat) oleh komunikasi formal (antar
sehingga menimbulkan persepsi yang kurang instiusi) melalui surat resmi. Ternyata untuk
baik. kegiatan pertama sampai ketiga sebagai suatu
(2) Langkah selanjutnya dengan rangkaian pemberdayaan masyarakat,
melakukan komunikasi informal dengan komunikasi yang terjalin antara penulis
meminta kesediaan informan kunci untuk dengan pihak desa dan peserta pemberdayaan
dipertemukan dengan kerabatnya di lokasi sebagai informan penelitian terjadi
penelitian. Sehingga proses pendekatan, komunikasi informal, yang lebih cair, akrab,
melobi dan menegosiasi tujuan kegiatan dan intens, tidak formal lagi seperti ketika
pemberdayaan masyarakat sekaligus awal pembukaan akses.
penelitian kepada kerabat informan kunci (5) Hal ini membuktikan bahwa
yang menjadi peserta pemberdayaan. pembukaan akses dalam proses penelitian
Sekaligus meminta informan kunci untuk dengan dapat berkomunikasi secara informal
dipertemukan dengan Kepala Desa Pasuruhan dan formal, memiliki peran yang sangat
melalui orang tua (bapaknya) informan kunci strategis dan menentukan. Karena jika
yang merupakan teman akrabnya kepala desa pembukaan akses dengan komunikasi
tersebut. Maka terjadi lagi komunikasi informal dan formal gagal atau tidak berhasil,
informal dengan melobi dan mempersuasi maka kemungkinan proses penelitian akan
bapaknya informan kunci untuk bersedia mendapat resistensi atau tidak didukung
mempertemukan dengan kepala desa yang bahkan bisa ditolak, baik oleh informan kunci
merupakan teman akrabnya, supaya maupun informan lainnya yang menjadi
pembukaan akses lebih bisa cepat diterima sasaran penelitian.
dan lancar. Berdasarkan hasil analisis data
(3) Ketika melakukan komunikasi penelitian tersebut, maka dibuat suatu model
informal dengan melakukan pendekatan, komunikasi formal dan informal dalam proses
melobi, dan negosiasi untuk menjelaskan pembukaan akses penelitian seperti pada
tujuan kegiatan pemberdayaan masyarakat gambar 1.
dan penelitian kepada Kepala Desa
Pasuruhan, juga berlangsung suatu
179
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 16 No. 2, Desember 2013: 173-188
Model Komunikasi
dalam Proses Pembukaan Akses Penelitian
Kolaborasi
Komunikasi Informal Komunikasi Formal Komunikasi Formal
(Pendekatan dan dan Informal dalam (secara status :
jalinan yang lebih Pembukaan akses lembaga/instutusi dan
akrab) Penelitian tertulis)
Gambar 1
Model Komunikasi dalam Proses Pembukaan Akses Penelitian
180
Model Komunikasi Formal Dan Informal Dalam Proses Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
Adhi Iman Sulaiman
Namun dalam proses penelitian, tetap masuk dalam kategori melakukan teknik
bentuk komunikasi formal akan muncul lagi wawancara dalam proses penelitian yang
yaitu pertama, ketika berlangsung proses terjadi tidak terstruktur, lebih bebas dan
kegiatan Focuss Group Discussion (FGD), fleksibel. Sehingga komunikasi formal
hasil analisis penelitiannya yaitu: kembali terjadi lagi ketika kegiatan FGD
(1) Pada pelaksanaan FGD I yaitu untuk berlangung.
mengidentifikasi masalah dan potensi, di (2) Pada pelaksanaan FGD II untuk
mana para informan sebagai peserta FGD menganalisis hasil FGD I yaitu identifikasi
digabung dari semua kelompok usaha yaitu masalah dan potensi bahwa komunikasi
pengurus koperasi, kelompok tani, dan formal masih terjadi, namun sudah tidak lagi
kelompok usaha kecil. Komunikasi formal satu arah didominasi ketua atau wakil ketua
terjadi yaitu: (1) Ketika dimulai kegiatan kelompok yang mewakili kelompoknya
pemberdayaan dengan adanya seremonial dengan moderator dan instruktur. Karena
acara pembukaan seperti sambutan-sambutan pelaksanaan FGD II sudah dipisahkan dalam
dan penjelasan rangkaian kegiatan bentuk kelompok khusus (cluster) yaitu FGD
pemberdayaan. (2) Kegiatan sesi identifikasi khusus kelompok koperasi, FGD khusus
masalah dan potensi yang dipimpin seorang kelompok-kelompok tani dan FGD khusus
moderator yang mengeksplorasi para kelompok-kelompok usaha. Adapun
informan sebagai pesert FGD. Kemudian para analisisnya sebagai berikut: (1) Sudah mulai
informanpun melakukan komunikasi secara tidak lagi didominasi ketua atau wakil ketua
formal, yang ditandai dengan gaya kelompok dalam diskusi atau berpendapat,
komunikasi yang sudah disiapkan secara seperti para peserta yang memiliki jabatan
tertulis inti yang mau disampaikan dan sekretaris dan bendahara atau pengurus lain
sistematis. (3) Kemudian yang berbicara selain, sudah mulai ikut berpendapat, walau
dalam forum FGD, adalah perwakilan dari dengan pembahasan hanya menambahkan.
kelompok usaha secara struktur formal Hal tersebut dikarenakan, selain sudah dalam
organisasi, seperti oleh ketua dan wakil yang bentuk diskusi kelompok khusus, artinya
mengatasnamakan perwakilan organisasi. FGD II memang setiap peserta dalam
Sedangkan anggota atau pengurus selain kelompok diminta untuk dapat berpendapat
ketua, tidak ada yang berkomunikasi karena atau berdiskusi dan berpartisipasi secara aktif
sudah terwakili atau menyerahkan kepada untuk ikut sama-sama memecahkan masalah
ketua kelompok. Hal ini disebabkan para yang teridentifikasi dalam FGD I yang
kelompok usaha sebagai informan atau dikoordinir oleh ketua kelompok. Kemudain
peserta FGD, sepertinya sudah disepakati moderator atau instruktur juga sudah
oleh setiap kelompok usaha kalau yang akan langsung menanyakan atau meminta
berbicara atau menyampaikan pendapat tanggapan langsung kepada setiap peserta
adalah ketua atau wakil ketua. FGD kelompok khusus. (2) Kemudian lebih
Sehingga pada kegiatan FGD I mudah dan efektif dalam pengelolaan forum
berlangsung, lebih dominan komunikasi atau peserta (informan) dalam FGD kelompok
formal yang terjadi, artinya komunikasi hanya khusus lebih sedikit jumlahnya. Hal tersebut
satu arah dan terpusat yaitu dari moderator bisa disebut memiliki struktur jaringan
FGD dengan salah satu delegasi kelompok komunikasi jenis lingkaran, di mana semua
usaha yaitu ketua atau wakil ketua kelompok. anggota posisinya sama memiliki wewenang
Kecuali ketika sebelum kegiatan FGD I, atau kekuatan yang sama untuk memengaruhi
memang terjadi komunikasi formal seperti (berpendapat) dan berkomunikasi dengan
pada kegiatan pengecekan dan pengisian sesama anggota (DeVito, 2011). (3)
daftar hadir peserta, serta rehat (coffe break) Kemudian para peserta di dalam
sebelum kegiatan FGD dimulai atau ketika kelompoknya mulai saling berinteraksi
waktu istirahat dan makan siang ketika dengan menggunakan bahasa informal,
kegiatan FGD dimulai lagi, yaitu dengan artinya tidak berdiam diri secara pasif yang
berkenalan dan bercengkerama. Hal tersebut hanya mendengarkan saja. Namun peserta
181
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 16 No. 2, Desember 2013: 173-188
kelompok juga sudah tidak kaku lagi untuk mengeluarkan berpendapat dan
(sungkan) atau menjadi lebih cair, akrab, kritiknya sudah tidak sungkan dan kaku lagi,
humoris, dan dinamis. Sehingga komunikasi serta terbatasi oleh struktur dalam
tidak lagi satu arah dari ketua atau wakil kelompoknya. (4) Sehingga komunikasi
ketua kepada moderator atau instruktur tetapi informal secara nyata berbarengan dalam
sudah dua arah. Hasilnya adalah selain situasi komunikasi formal pada FGD III. (5)
analisis atas idetifikasi masalah dan potensi, Peserta sebagai informan ketika sebelum,
juga sudah mulai membuat rancangan untuk sedang, dan sesudah kegiatan FGD III, lebih
membuat model pemberdayaan. proaktif dan komunikatif secara terbuka
Sehingga komunikasi informal selain dengan peserta lain dan penulis. Hal ini
sudah terjadi ketika sebelum dan masa seperti menyapa dan tersenyum duluan, aktif
isirahat atau setelah kegaitan FGD, juga bertanya dan antusias dalam menanggapi
sudah berlangsung dalam proses FGD II pada interaksi.
situasi formal khususnya dilakukan Kedua, pada tahap wawancara dalam
antaranggota kelompok. proses penelitian, lebih ditekankan pada
(3) Pelaksanaan FGD III yaitu untuk komunikasi informal, melalui pendekatan
merancang pemodelan pemberdayaan, yang yang lebih humanis, akrab, dan persuasif.
berdasarkan hasil dari FGD II. Peserta atau Wawancara dengan teknik komunikasi
informan dari kelompok khusus sudah informal ini dilakukan dengan para peserta
digabungkan lagi secara bersama-sama kegiatan FGD ataupun pihak lainnya seperti,
dengan kelompok khusus lainnya. Setiap Kepala Desa, Perangkat Desa, Kepala Dusun,
kelompok usaha, diberikan kesempatan untuk dan anggota kelompok usaha. Pelaksanaan
mempresentasikan hasil FGD II yaitu analisis wawancara dilakukan dengan cara :
masalah dan potensi serta perancangan model 1. Ketika sedang melakukan proses
pemberdayaan. Kemudian ditanggapi, pembukaan akses untuk pendekatan,
diberikan masukan atau dikritik oleh peserta proses izin kegiatan, mengundang
satu kelompok usaha atau oleh kelompok kegiatan FGD serta melakukan persiapan
usaha lainnya. Sehingga pola komunikasi FGD.
formal yang terjadi lebih dinamis dan 2. Wawancara dilakukan ketika sedang
partisipatif, atau struktur jaringan komunikasi proses pelaksanaan FGD yaitu di awal
bersifat semua lingkaran (bintang). Artinya kegiatan sebelum dimulai, ketika rehat,
semua peserta (informan) memiliki dan setelah kegiatan FGD.
kesempatan dan kekuatan yang sama untuk 3. Wawancara juga dilakukan ketika proses
berpendapat dan memengaruhi anggota kegiatan observasi atau kunjungan ke
lainnya dan keputusan (DeVito, 2011). tempat usaha para peserta seperti kegiatan
Komunikasi informal dalam proses kunjungan ke tempat kelompok usaha dan
FGD III lebih dominan sekalipun dalam ke tempat studi banding.
keadaan atau situasi formal. Hal ini
dikarenakan: (1) Komunikasi yang terjadi Ketiga, pelaksanaan penelitian juga
tidak lagi dibatasi oleh hanya ketua atau wakil tidak lepas dari kegiatan observasi atau
ketua sebagai juru bicara atau perwakilan pengamatan secara langsung khususnya
kelompok, tetapi anggota atau semua peserta bersamaan ketika melakukan wawancara
FGD memiliki kesempatan secara terbuka. (2) mendalam, khususnya pada kegiatan
Moderator dan instruktur juga memberikan kunjungan ke tempat kelompok usaha dan
kesempatan seluas-luasnya untuk sumbang ketika melakukan studi banding.
saran atas rancangan yang dipresentasikan Pada proses wawancara dan observasi
oleh salah satu kelompok. (3) Para peserta di lapangan khususnya ketika kunjungan ke
FGD sudah sangat saling akrab, cair, dan tempat kelompok usaha, lebih dipergunakan
beradaptasi karena sudah terbiasa dengan komunikasi informal karena: (1) Peserta
kegiatan FGD yang telah dialami pemberdayaan sebagai informan telah saling
sebelumnya. Sehingga dalam berkomunikasi kenal dan akrab termasuk dengan penulis
182
Model Komunikasi Formal Dan Informal Dalam Proses Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
Adhi Iman Sulaiman
sehingga lebih cair ketika proses kegiatan Kecuali dalam mengawali dalam kegiatan
FGD yang memungkinkan melakukan resmi kunjungan atau studi banding, terlebih
wawancara dengan komunikasi informal. (2) dahulu dengan komunikasi formal, seperti
Kegiatan wawancara memanfaatkan situasi memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan
ketika sebelum, masa rehat, dan sesudah kegiatan kunjungan dan menyerahkan surat
kegiatan FGD, sehingga informan merasa izin atau permohonan kunjungan serta
tidak seperti sedang di wawancara tetapi sambutan-sambutan formal ketika mengawali
seperti berdialog atau mengobrol biasa. kunjungan. Berdasarkan analisis komunikasi
Sehingga komunikasi informal lebih tepat dan formal dan informal dalam proses penelitian
efektif. kegiatan pemberdayaan masyarakat, maka
(3) Komunikasi informal dalam wawancara dapat dibuat model, supaya lebih
juga dilakukan ketika sedang menuju, memperjelas hasil analisis, seperti pada
melakukan, dan setelah kegiatan kunjungan gambar 2.
ke tempat kelompok usaha serta kunjungan.
Observasi/Studi
Analisis, perumusan solusi (program) Banding ke
FGD Tahap III dan pembuatan model pengembangan kelompok usaha
dan penguatan kelembagaan di luar peserta
Gambar 2
Model Komunikasi Formal dan Informal dalam Proses Penelitian
183
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 16 No. 2, Desember 2013: 173-188
184
Model Komunikasi Formal Dan Informal Dalam Proses Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
Adhi Iman Sulaiman
proses dialogis partisipatif dari peserta dalam formal juga masih dominan, dikarenakan para
sosialisasi model pemberdayaan. Namun penyuluh atau instruktur menjelaskan materi
ketika sebelum dan sesudah kegiatan dan membutuhkan perhatian yang serius dari
sosialisasi dilaksanakan, komunikasi informal peserta. Kemudian peserta penyuluhan juga
dilakukan oleh penulis dan peserta tidak pernah memotong untuk bertanya atau
pemberdayaan dengan saling menyapa, menanggapi pemaparan atau penjelasan
bertanya, dan terjalin dialog yang intens, penyuluh. Kecuali ketika penyuluh atau
lebih terbuka serta harmonis. instruktur membuka kesempatan untuk tanya
Keempat, tahapan penyuluhan kegiatan jawab, maka peserta pemberdayaan baru bisa
pemberdayaan masyarakat, komunikasi berargumen dan bertanya kepada penyuluh.
Gambar 3
Model Komunikasi Formal dan Informal dalam Kegiatan Pemberdayaan
185
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 16 No. 2, Desember 2013: 173-188
Kelima, tahapan kegiatan pelatihan dan formal terjadi dalam pembukaan dan prolog
praktik kegiatan pemberdayaan masyarakat, awal dari penulis dan pihak desa akan tetapi
komunikasi informal lebih dominan dengan pada waktu penyampaian evaluasi berupa
melalui teknik wawancara mendalam dan masukan dan kritik dari peserta kegiatan,
observasi. Karena para penyuluh atau komunikasi informal mulai berlangsung. Hal
instruktur menekankan pada partisapasi tersebut dikarenakan penulis memberikan
langsung dan kerjasama dengan peserta atau kesempatan untuk peserta mengevaluasi
kelompok dan antarpeserta (kelompok). kegiatan dengan menyampaikan aspirasi dan
Komunikasi informal semakin intensif dan argumennya baik kritik, saran, dan
dinamis, ketika kegiatan pelatihan dan praktik harapannya, tanpa ada pembelaan dari pihak
atau simulasi kegiatan contoh dalam pelatihan penulis. Keakraban dan kedekatan semakin
manajemen koperasi seperti membuat struktur kuat terasa ketika peserta mengharapkan
kepengurusan, tugas pokok dan fungsi keberlanjutan kegiatan pemberdayaan
pengurus, membuat Anggaran Dasar dan masyarakat dan program pendampingan.
Anggaran Rumah Tangga Koperasi, Rencana Adapun model komunikasi formal dan
Kerja Koperasi, manajemen keuangan dan informal dalam proses pelaksanaan kegiatan
simulasi rapat pengurus serta rapat anggota pemberdayaan masyarakat seperti pada
tahunan. gambar 3.
Keenam, tahap kegiatan kunjungan dan
studi banding. Komunikasi informal lebih
dominan perannya melalui teknik wawancara PENUTUP
mendalam dan observasi ketika pelaksanaan
kegiatan kunjungan ke tempat kelompok Simpulan
usaha para peserta pemberdayaan masyarakat.
Hasil penelitian ini, menjelaskan fungsi
Penulis, penyuluh, atau instruktur dan
komunikasi formal dan informal yang sangat
terutama peserta lebih intens dan terbuka
penting dan tidak bisa terpisahkan dalam
dalam melakukan dialog, tanya jawab, dan
suatu poses penelitian, terutama dalam
menceritakan keadaan usaha yang dijalankan.
penelitian kualitatif.
Sedangkan tahap kegiatan studi banding para
Komunikasi formal tidak bisa
peserta pemberdayaan di lokasi lain atau di
dipisahkan dari komunikasi informal dalam
luar daerah para peserta pemberdayaan,
proses penelitian, artinya keduanya sangat
seperti studi banding untuk mencari
penting dan saling melengkapi. Sehingga
pengalaman ke Koperasi Senkuko Cilongok
dengan melakukan komunikasi informal
Kabupaten Banyumas sebagai koperasi
terlebih dahulu untuk membuka akses
berprestasi peringkat ke-3 tingkat Provinsi.
penelitian, melakukan pendekatan, penjelasan
Studi banding berlangsung dengan
tujuan dan lobi terhadap informan kunci dan
komunikasi formal antara penulis dan
informan lainnya. Sedangkan komunikasi
penyuluh atau instruktur sebagai fasilitator
formal dilakukan setelah akses terbuka dan
yang mempertemukan dan memperkenalkan
dalam proses kegiatan formal untuk
para peserta pemberdayaan dengan pengurus
mempertegas suatu tujuan kegiatan.
Koperasi Senkuko. Dialog dalam komunikasi
Kegagalan dalam proses komunikasi
formal juga terjadi dalam kegiatan tanya
informal, bisa membuat proses penelitian
jawab dan diskusi antara peserta
dengan pendekatan kualitatif, akan
pemberdayaan dengan pengurus Koperasi
mengakibatkan resistensi, kurang mendapat
Senkuko. Namun ketika agenda terakhir
dukungan, curiga, bahkan bisa terjadi
berupa kegiatan kunjungan ke fasilitas kantor
penolakan dari informan penelitian.
dan tempat usaha yang dimiliki Koperasi
Komunikasi formal memiliki
Senkuko, dialog dalam komunikasi informal
keutamaan seperti terstruktur atau sistematis,
lebih dominan.
fokus, dan lebih efektif serta jelas pada tujuan
Ketujuh, tahap evaluasi kegiatan
berkomunikasi. Kemudian interaksi didasari
pemberdayaan masyarakat, komunikasi
186
Model Komunikasi Formal Dan Informal Dalam Proses Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
Adhi Iman Sulaiman
oleh interaksi simbolik status atas nama kuantitaif, perlu memerhatikan dan
institusi atau lembaga yang dipresentasikan mengutamakan komunikasi informal yang
oleh masing-masing pelaku komunikasi. sangat penting dan menentukan dalam proses
Sedangkan komunikasi informal memiliki pelaksanaan serta keberlanjutan penelitian,
karakteristik seperti tidak terstruktur atau termasuk bermanfaat untuk pembukaan akses
sistematis sehingga proses komunikasi lebih bagi pelaksanaan komunikasi formal. Saran
bebas atau tidak kaku artinya komunikasi terakhir, bahwa komunikasi informal harus
(dialog) bisa berlangsung lama, namun terus dipelihara untuk keberlanjutan jalinan
pembahasan bisa saja menjadi melebar atau akses dan interaksi antara penulis dan subjek
tidak fokus. Lebih mengutamakan keakraban penelitian, walaupun kegiatan pemberdayaan
atau menjalin hubungan yang intens. dan penelitian sudah berakhir.
Komunikasi informal dan formal juga
berlangsung ketika proses pelaksanaan
kegiatan model pemberdayaan masyarakat DAFTAR PUSTAKA
sebagai implementasi hasil penelitian.
Buku:
komunikasi informal lebih dominan pada
tahapan pelaksanaan triangulasi penelitian, Adi, IR. (2003). Pemberdayaan,
pendekatan kembali di lokasi penelitian, Pengembangan Masyarakat Dan
sosialisasi kegiatan secara personal, kemudian Intervensi Komunikasi (Pengantar pada
tahap pelaksanaan pelatihan atau praktik dan Pemikiran dan Pendekatan Praktis).
kegiatan kunjungan, studi banding serta Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
evaluasi kegiatan. Sedangkan komunikasi Indonesia.
formal dominan dalam proses kegiatan Azis, A. (2008). Memahami Fenomena Sosial
sosialisasi kegiatan, penyuluhan, dan studi Melalui Studi Kasus: Di dalam Bungin,
banding serta evaluasi kegiatan. Burhan, editor. Analisis Penelitian
Dalam suatu kegiatan seperti Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers
pemberdayaan masyarakat, yang harus Blake RH, Haroldsen EO. (2005). Taksonomi
menjadi perhatian bukan hanya hasil Komunikasi. Bahanan H, penerjemah.
kegiatan, tetapi penting juga mengkaji dari Surabaya: Papyrus. Terjemahan dari : A
proses kegiatannya yaitu fungsi komunikasi Taxonomy of Concepts is
yang diperankan oleh penulis, penyuluh, atau Communication.
instruktur, dan peserta kegiatan. Karena aspek Bogdan R, Taylor SJ. (1993). Dasar-Dasar
manfaat, problematika, dan hambatan Penelitian Kualitatif. Afandi AK,
kegiatan, bisa teridentifikasi serta mendapat penerjemah. Surabaya: Usaha Nasional
solusi dengan meneliti (menganalisis) proses Denzin, K. Norman and Linclons. Yvonna
kegiatan melalui kajian komunikasi. (2009). Pendahuluan: Memasuki
Bidang Penelitian Kualitatif. Dariyanto
Saran et al, penterjemah; Denzin, K. Norman
and Linclons. Yvonna, editor.
Suatu kegiatan pemberdayaan
Handbook of Qualitative
masyarakat harus juga memerhatikan proses
Research.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
kegiatannnya, seperti fungsi dan bentuk
Terjemahan dari: Handbook of
komunikasi yang dilakukan para penulis,
Qualitative Research. 2000. Thousand
penyuluh atau instruktur, dan peserta kegiatan
Oak, California (US) : Sage Publication
sebagai aspek penting, selain hasil kegiatan
DeVito, JA. (2011). Komunikasi
pemberdayaan. Karena dari aspek komunikasi
Antarmanusia. Maulana A, penerjemah.
dapat diidentifikasi problematika dan
Wahyu YI, Prihantini Y, editor.
hambatan yang dirasakan subjek penelitian,
Tangerang Selatan: Karisma Publishing
serta pada proses kegiatan.
Group.
Kemudian pada proses penelitian,
Dasgupta, S. (2009). Sonagachi Project: A
terutama kualitatif dan juga untuk penelitian
Case-Study Set India. McPhail TL,
187
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 16 No. 2, Desember 2013: 173-188
188