Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Jurnal of Bionursing

Jurnal of Bionursing
2020, VOL. 2, NO. 1, 9–14
ARTIKEL

Peningkatan Pengetahuan Gizi Seimbang pada Ibu Balita Melalui Edukasi dan
Simulasi Pembuatan Makanan Bergizi
Lita Heni Kusumawardani1, Anis Khoiriyah2, Adinda Handayani Trenggono2, Rinda Bagus Saputra2, Selina
Nur Annisa2, Siti Wakhidatun Muniroh2, Eva Kholifa2, Esa Shofiantyna Putri2, Irna Riyanti2, Diki Purnomo2
1Jurusan Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto,
2 Program Profesi Ners, Jurusan Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

ABSTRACT
Introduction: The problem of malnutrition in children under five is still a problem that has not been
overcome properly. The role of the family in overcoming the problem of malnutrition is very necessary
because toddlers have a dependency in terms of nutritional fulfillment. At present the family's
knowledge and awareness of the importance of providing nutrition to infants is still lacking. Therefore,
efforts are needed to overcome this problem by increasing the provision of appropriate nuntrisi
education for children under five so that toddlers avoid malnutrition.
Objective: This study aimed to increase the mother's knowledge about balanced nutrition in infants.
Methods: The practice method used education and simulation intervention for 4 weeks. The activity
was attended by 22 mothers of children under five by involving health cadres.
Results: The results of the study showed that educational and simulation interventions were able to
increase the knowledge and skills of mothers of toddlers related to balanced nutrition based on the
results of p value = 0.037. KEYWORDS
Conclusion: Educational intervention and simulation of balanced nutrition could be an opportunity for toddlers, education and
community nurses to develop promotive and preventive efforts in the prevention of malnutrition, simulation, balanced
especially stunting in infants. nutrition

PENDAHULUAN merupakan faktor penting dalam pencegahan


Kementrian RI (2018) menjelaskan tujuan utama timbulnya masalah gizi dan mempertahankan
pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas status gizi yang baik (Reinbott et al. 2016). WHO
sumber daya manusia sejak pembuahan sampai (2015) menjelaskan bahwa jumlah penderita gizi
mencapai remaja. Salah satu ciri bangsa maju kurang di dunia mencapai 104 juta anak.
adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, Sedangkan menurut Badan Penelitian dan
kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Pengembangan Kesehatan (2013) prevalensi
Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi. Gizi balita gizi kurang adalah berjumlah 13,9%, dan
yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan prevalensi balita gizi buruk adalah 5,7%. Angka
normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan ini meningkat dari tahun 2010 dengan angka
bayi, anak-anak, serta seluruh kelompok umur. 4,9% gizi buruk dan angka gizi kurang 17,9%.
Pertumbuhan dan perkembangan sangat Berdasarkan hasil pengkajian data yang
dipengaruhi oleh asupan gizi, jika asupan gizi didapatkan dari bidan desa, diperoleh jumlah
kurang pada anak sejak lahir hingga lima tahun balita di Desa Kebumen yaitu sebanyak 217
akan sangat berpengaruh terhadap kualitas otaknya. balita. Dari jumlah tersebut, sebanyak 8,8% balita
Balita adalah anak berusia dibawah 5 tahun. mengalami stunting, 79,3% balita memiliki risiko
Masalah gizi balita di Indonesia masih menjadi stunting dan hanya 12% balita yang tidak
permasalahan. Bappenas (2018) menunjukkan mengalami stunting.
bahwa “stunting” pada balita makin meningkat. Hasil observasi memperlihatkan bahwa biasanya
Dengan kondisi demikian maka perhatian terhadap anak balita sering jajan di warung dan jenis
masalah gizi ganda perlu lebih ditingkatkan antara jajanan yang ada seperti pop ice, chiki, dan es.
lain melalui upaya perubahan perilaku gizi Selain itu, hasil wawancara dengan orangtua
masyarakat ke arah perilaku gizi seimbang yang balita didapatkan data bahwa rata-rata ibu

9
Jurnal of Bionursing

menyediakan makan pagi dengan cara membeli setelah diberikan pendidikan kesehatan. Amaya-
bubur ayam atau nasi uduk. Kemudian makan siang Castellanos et al. (2015) menjelaskan bahwa
dengan menu nasi, mie dan telor, jarang masak setelah diberikan intervensi edukasi nutrisi pada
sayur karena anak tidak terlalu menyukai sayuran. keluarga balita didapatkan hasil peningkatan
Berdasarkna data tersebut dapat disimpulkan secara bermakna terhadap pengetahuan keluarga.
bahwa balita belum mendapatkan makanan yang Berdasarkan hal tersebut maka peneliti
sesuai dengan yang dianjurkan. Pengetahuan menganggap perlu untuk melakukan penelitian
keluarga terutama ibu tentang pemberian makan dan melihat bagaimana pengaruh pemberian
perlu ditingkatkan dengan cara memberikan intervensi edukasi nutrisi terhadap perubahan
edukasi kesehatan tentang nutrisi pada balita. berat badan balita di Desa Kebumen Kecamatan
Peran keluarga sangat berpengaruh terhadap Baturraden. Fenomena tersebut perlu ditelaah
permasalahan gizi kurang pada balita karena pola lebih lanjut apakah pendidikan kesehatan untuk
makan atau kebiasaan makan anak tergantung pada meningkatkan perilaku ibu dalam praktik
pola makan keluarga (Kusumawardani, Mulyono, pemberian makan yang dilakukan oleh ibu dapat
et al. 2019). Selain itu balita juga masih sangat meningkatkan berat badan balita. Tujuan edukasi
tergantung pada keluarga terutama dalam dan simulasi gizi seimbang adalah meningkatkan
pemenuhan asuhan kebutuhan gizinya pengetahuan ibu tentang gizi seimbang pada
(Kusumawardani et al. 2018). Oleh karena itu, balita.
untuk mengatasi masalah gizi kurang pada balita METODE PELAKSANAAN
diperlukan pemberdayaan keluarga terutama dalam
a. Rancangan kegiatan
meningkatkan pengetahuan keluarga. Perawat
Persiapan dilakukan dengan berkoordinasi
komunitas mempunyai peranan sebagai pendidik
dengan Kepala Desa Kebumen, kader Desa
dalam mengatasi masalah gizi balita. Aspek yang
Kebumen, dan para ibu balita meliputi kontrak
paling penting dari peran perawat komunitas adalah
waktu, persiapan tempat, persiapan sarana,
menurunkan risiko kesehatan dan meningkatkan
prasarana, dan sasaran kegiatan. Para ibu balit
kesehatan populasi balita dengan gizi kurang.
merasa antusias dengan rencana kegiatan yang
Berdasarkan hal tersebut maka peran perawat
akan dilakukan dan bekerja sama dengan
komunitas dalam memberikan pendidikan
menyediakan seluruh fasilitas yang dibutuhkan
kesehatan di komunitas harus lebih ditingkatkan
seperti tempat kegiatan yang nyaman dan
khususnya dalam mengatasi masalah gizi pada
peralatan. Proses selanjutnya adalah
balita.
mempersiapkan intervensi kegiatan. Intervensi
Pendidikan kesehatan adalah kegiatan
edukasi dan simulasi gizi seimbang dilakukan
memperoleh pengetahuan baru, perubahan sikap,
berdasarkan hasil modifikasi dari penelitian
adopsi perilaku baru atau pelaksanaan
sebelumnya. Reinbott et al. (2016) memberikan
keterampilan baru (Kusumawardani, Rekawati,
intervensi edukasi gizi seimbang dan simulasi
et al. 2019). Sedangkan menurut Notoatmodjo
pembuatan nuget nti stunting. Peneliti
(2012) pendidikan kesehatan adalah suatu usaha
memberikan edukasi selam 60 menit lalu
atau kegiatan yang dilakukan untuk membantu
dilanjutkan dengan demontrasi dan redemonstrsi
individu, keluarga dan komunitas dalam
pembuataan nuget anti stunting. Nuget unti
meningkatkan perilakunya untuk mencapai
stunting merupakan nuget yang dapat dibuat
kesehatan yang optimal. Tujuan pendidikan
sendiri oleh ibu balita dengan bahan baku ayam
kesehatan adalah membantu individu, keluarga
dan sayur seperti brokoli dan bayam. Kandungan
atau komunitas untuk mencapai tingkat yang
protein dan vitamin sertaa mineral lainnya di
optimal (Edelman dan Mandle 2015).
dalam nuget anti stunting diharpakan menjadi
Hasil penelitian Gabida et al. (2015) didapatkan
alternatif makanan sehat balita Tahapan
data terdapat perbedaan bermakna peningkatan
intervensi edukasi dan simulasi gizi seimbang
asupan gizi balita antara intervensi dan kontrol
sebagai berikut:

10
Jurnal of Bionursing

1) Tahap Pengkajian dan Observasi Kegiatan dilakukan di Desa Kebumen Kecamatan


Peneliti mengukur pengetahuan gizi seimbng Baturraden Kabupaten banyumas dengan sasaran
menggunakan kuesioner yang telah dimodifikasi ibu yang mempunyai balita.
dari hasil penelitian sebelumnya. Kuesioner c. Bahan dan alat
berjumlah 10 point. Pengisian kuesioner dilakukan Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam kegiatan
selama 15 menit. antara lain LCD dan speaker untuk kegiatan
2) Tahap Intervensi atau Perlakuan edukasi sedangkan simulasi/praktik pembuatan
Sesi pertama diisi dengan edukasi gizi seimbang nuget stunting menggunakan peralatan masak dan
terutama daalam pencegahan stunting. Metode bahan pembuatan nuget seperti daging ayam,
yang digunakan adalah ceramah dan diskusi. telur, sayur, dan tepung.
Moderator memulai dengan permainan mitos dan d. Metode pelaksanaan kegiatan
fakta tentang gizi seimbang yang berkembang di Metode pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan
masyarakat. Ibu balita menjawab dengan antusias edukasi simulasi/praktik gizi seimbang secara
pertanyaan mitos dan fakta tersebut. Selanjutnya, langsung agar pengetahuan dan ketrampilan lebih
kegiatan diisi dengan edukasi gizi seimbang oleh menetap pada ibu balita.
peneliti. Materi edukasi terdiri dari pengertian, e. Metode pengumpulan data
komponen, makanan yang mengandung gizi Pengumpulan data dilakukan dengan metode data
seimbang, akibat bila kurang gizi, dan pencegahan primer melalui pengisian kuesioner sebelum dan
stunting. Edukasi brlangsung selama 60 menit setelah dilakukan kegiatan/intervensi.
dilanjutkan dengan sesi diskusi. Peserta antusias f. Pengolahan dan analisis data
memberikan pertanyaan kepada peneliti. Analisis data dilakukan secara analisis bivariat
Intervensi selanjutnya adalah simulasi/praktik menggunakan uji t berpasangan untuk
pembuatan nuget anti stunting. Bahan nuget terdiri menggambarkan perubahan pengetahuan ibu
dari daging ayam yang sudah dihaluskan, sayur balita dalam bentuk tabel.
brokoli, telur, terigu, dan bumbu seperti gula dan HASIL DAN PEMBAHASAN
garam. Nuget tidak menggunakan penyedap
Hasil pelaksanaan kegiatan
karena konsumen adalah balita. Ibu balita juga
Pendidikan kesehatan adalah kegiatan
turut membuat nuget anti stunting. Rasa nuget
memperoleh pengetahuan baru, perubahan sikap,
enak dan bergizi. Peserta sangat antusias dalam
adopsi perilaku baru atau pelaksanaan
praktik pembuatan nuget tersebut dan
keterampilan baru (Burke et al. 2014). Sedangkan
berkomitmen akan mempraktikkan kembali di
menurut Notoatmodjo (2012) pendidikan
rumah.
kesehatan adalah suatu usaha atau kegiatan yang
3) Tahap Tindak Lanjut
dilakukan untuk membantu individu, keluarga
Peneliti mengobservasi gizi balita melalui KMS
dan komunitas dalam meningkatkan perilakunya
balita saat kegiatan posyandu dan kunjungan rumah
untuk mencapai kesehatan yang optimal. Tujuan
keluarga dengan balita terutama balita gizi kurang.
pendidikan kesehatan adalah membantu individu,
4) Tahap Evaluasi
keluarga atau komunitas untuk mencapai tingkat
Tahap evaluasi dilakukan untuk mengukur
yang optimal (Edelman dan Mandle, 2015).
pengetahuan ibu balita menggunakan kuesioner
Berikut hasil edukasi dan simulasi/praktik gizi
yang sama.
seimbang pada ibu balita di Desa Kebumen
Kelompok Intervensi
Variabel Mean Mean Beda p value Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas.
sebelum Sesudah mean Tabel 1 Hasil uji paired t test pada variabel
Pengetahuan 6,59 8,18 1,59 0.037
pengetahuan tentang gizi seimbang ibu balita di
b. Lokasi kegiatan dan partisipan kegiatan Desa Kebumen Kecamatan Baturraden tahun
2019 (n=22)

11
Jurnal of Bionursing

10 8,18 komunitas harus lebih ditingkatkan khususnya


6,59
dalam mengatasi masalah nutrisi pada balita
5 Sebelum melalui pendidikan kesehatan.
Sesudah Menurut Pender (2002), peran perawat komunitas
0
dalam menangani masalah gizi sangat penting
Pengetahuan
yaitu harus mampu memberikan dorongan secara
Grafik 1. Distribusi pengetahuan gizi seimbang pada ibu profesional kepada klien agar mereka mampu
balita di Desa Kebumen Kecamatan Baturraden Kabupaten merubah dan memodifikasi perilaku dalam
Banyumas
pemenuhan gizi. Sedangkan menurut Allender et
Intervensi dilakukan pada ibu balita selama
al. (2014), peran perawat komunitas dalam
sekitar empat minggu. Pengetahuan ibu balita
mengatasi masalah gizi pada populasi balita
tentang gizi seimbang rata-rata meningkat
meliputi pendidikan kesehatan tentang nutrisi
sebesar 1,59. Berdasarkan hasil uji t berpasangan
pada anak balita dan pemberian informasi pada
menunjukkan nilai p sebesar 0.037. Hal tersebut
orang tua tentang tanggungjawab dalam
menunjukkan bahwa edukasi dan
memelihara dan kesehatan anak.
simulasi/praktik gizi seimbang mampu
Intervensi keperawatan komunitas pada populasi
meningkatkan pengetahuan ibu balita tentang
balita gizi kurang dapat dilakukan dengan tiga
gizi seimbang. Berdasarkan grafik 1
tingkat pencegahan masalah yaitu pencegahan
menunjukkan bahwa ada peningkatan rata-rata
primer, sekunder, dan tersier. Menurut Stanhope
pengetahuan ibu balita tentang gizi seimbang
and Lancaster (2015), pencegahan primer adalah
setelah diberikan edukasi dan simulasi/praktik
suatu upaya untuk meningkatkan kesehatan dan
gizi seimbang.
mencegah munculnya penyakit. Pencegahan
sekunder dapat berupa deteksi dini keadaan
kesehatan masyarakat dan penatalaksanaan yang
tepat untuk mengatasi masalah. Sedangkan
pencegahan tersier adalah upaya untuk
mengembalikan kemampuan individu agar dapat
berfungsi secara optimal. Menurut Gabida et al.
(2015) intervensi keperawatan yang dapat
Gambar 1. Peneliti memberikan edukasi gizi seimbang dilakukan untuk mengatasi masalah gizi kurang
pada balita pada level pencegahan primer adalah
dengan cara memberikan edukasi pada orang tua
tentang nutrisi anak, melakukan kunjungan
rumah, dan membantu keluarga dalam
penyediaan makanan.
Hasil penelitian Dehdari et al. (2016) didapatkan
data terdapat perbedaan bermakna peningkatan
asupan gizi balita antara intervensi dan kontrol
setelah diberikan pendidikan kesehatan. Amaya-
Gambar 2. Peneliti mengajarkan cara membuat nuget anti Castellanos et al. 2015) menjelaskan bahwa
stunting setalah diberikan intervensi edukasi nutrisi pada
Perawat komunitas mempunyai peranan penting keluarga balita didapatkan hasil peningkatan
dalam mengatasi masalah gizi pada populasi balita. secara bermakna terhadap pengetahuan keluarga.
Menurut Fasoranti (2016), aspek yang paling Nies, M.A. & McEwen (2015) mengatakan
penting dari peran perawat komunitas adalah bahwa perilaku yang sehat dalam keluarga
menurunkan risiko kesehatan dan meningkatkan termasuk dalam pelaksanaan promosi dan
kesehatan populasi balita dengan gizi kurang. proteksi kesehatan. Keluarga dengan balita
Berdasarkan hal tersebut maka peran perawat

12
Jurnal of Bionursing

mempunyai kewajiban mulai dengan memberikan Amaya-Castellanos, C. et al., (2015).


ASI, imunisasi, memberikan makanan yang Development of an educational intervention
mencukupi kebutuhan nutrisi dan menerima to promote healthy eating and physical
pelayanan kesehatan, dan melakukan pola hidup activity in Mexican school-age children.
sehat. Lebih lanjut Kimani-murage et al. (2015) Evaluation and Program Planning, 52,
mengatakan orang tua menjadi model perilaku pp.159–168.
hidup sehat yang merupakan hal penting bagi anak Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
balita. Tugas penting lainnya untuk orang tua (2013). Riset Kesehatan Dasar
adalah menciptakan kesehatan lingkungan sekitar (RISKESDAS) 2013. Laporan Nasional
rumah, tetangga, dan sekolah yang aman. Orang tua 2013, pp.1–384.
harus belajar bagaimana melakukan peran
pengasuh, pembimbing, dan penjaga anak-anak Bappenas, K.P., (2018). Intervensi Penurunan
secara efektif untuk melalui tahap perkembangan Stunting. , (November).
anak. Burke, R.M. et al., (2014). A holistic school-
Kendala yang dihadapi serta dampak based intervention for improving health-
Kendala yang dihadapi saat kegiatan adalah sarana related knowledge, body composition, and
prasarana kegiatan seperti sarana kompor dan fitness in elementary school students: an
tempat praktik pembuatan nuget yang kurang luas. evaluation of the HealthMPowers program.
Upaya keberlanjutan kegiatan The international journal of behavioral
Rencana tindak lanjut kegiatan antara lain: 1) nutrition and physical activity, 11(1), p.78.
Puskesmas: Puskesmas Baturraden 1 diharapkan Available at:
melakukan program KIA home visit secara rutin http://www.ijbnpa.org/content/11/1/78.
pada balita gizi kurang. 2) Puskesmas Baturraden 1
bisa menggunakan program edukasi gizi seimbang Dehdari, T. et al., (2016). Effect of nutrition
keliling (edu-ling) di masyarakat. 3) Desa: Desa education intervention based on Pender’s
dapat mengintegrasikan program pencegahan Health Promotion Model in improving the
stunting melalui intervensi gizi sensitif dengan frequency and nutrient intake of breakfast
program intervensi pemberdayaan perempuan. consumption among female Iranian
SIMPULAN DAN SARAN students. Public Health Nutrition, 17(3),
Pengetahuan ibu balita meningkat setelah pp.657–666.
dilakukan intervensi edukasi dan simulasi/praktik Edelman, C. L & Mandle, C.L., (2015). Health
gizi seimbang. Edukasi dilakukan dengan metode promotion throughout the life span,
ceramah dan diskusi. Selanjutnya kegiatan Missouri: Mosby.
simulasi/praktik pembuatan nuget anti setunting
yang enak bergizi menjadi alternatif makanan sehat Fasoranti, A.J., (2016). Health Education and
dan bergizi bagi balita. Kegiatan simulasi/praktik Information : a Panacea to Tuberculosis
diharapkan mampu diterapkan oleh ibu balita Prevention and Eradication in Nigeria. ,
sehingga mampu mencegah terjadinya stunting 53(3), pp.323–342.
pada balita. Puskesmas bekerja sama dengan desa Gabida, M. et al., (2015). Effect of distribution of
dalam upaya pencegahan stunting melalui program educational material to mothers on duration
KIA. Peran perawat komunitas sangat penting and severity of diarrhoea and pneumonia,
melalui upaya preventif primer, sekunder, dan Midlands Province, Zimbabwe: a cluster
tersier. randomized controlled trial. International
DAFTAR PUSTAKA breastfeeding journal, 10, p.13.
Allender, J.A., Rector, C. & Warner, K.D., (2014). Kementrian RI, (2018). Penanganan Stunting
Community & public health nursing: Terpadu Tahun 2018. , pp.11–23.
promoting the public’s health,

13
Jurnal of Bionursing

Kimani-murage, E.W. et al., (2015(. Feasibility and Journal of Child Health, 48(3), p.240.
effectiveness of the baby friendly community Marcia Stanhope and Jeanette Lancaster, (2015).
initiative in rural Kenya : study protocol for a Public Health Nursing: Population-
randomized controlled trial. , pp.1–14. Centered Health Care in the Community 9th
Kusumawardani, L.H., Mulyono, S. & Fitriyani, P., ed., Elsevier Health Sciences.
(2018). Improving diarrheal preventive Nies, M.A. & McEwen, M., (2015).
behavior through therapeutic sociodramatic Community/public health nursing:
play in school-aged children. Enfermeria Promoting the health of populations 6th ed.,
Global, 17(3). St. Louis: Elsevier Saunders.
Kusumawardani, L.H., Mulyono, S. & Fitriyani, P., Notoatmodjo, S., (2012). Promosi kesehatan dan
(2019). Parental Knowledge Influenced the perilaku kesehatan, Jakarta: Rineka cipta.
Effectiveness of Therapeutic Sociodramatic
Play on Diarrheal Preventive Behavior in Pender, (2002). Health promotion in nursing
School-Age Children. Comprehensive Child practise, Sydney: Apleton & Iange.
and Adolescent Nursing, 42(sup1), pp.122– Reinbott, A. et al., (2016). Nutrition education
134. Available at: linked to agricultural interventions improved
https://doi.org/10.1080/24694193.2019.1578 child dietary diversity in rural Cambodia. ,
433. pp.1457–1468.
Kusumawardani, L.H., Rekawati, E. & Fitriyani, WHO, 2015. World heath statistics (2015),
P.F., (2019). Improving diarrhoeal and clean https://www.who.int/gho/publications/worl
and healthy living behaviour (PHBS) through d_health_statistics/2015/en/
collaboration socio-dramatic play (Ko-
Berdrama) in school age children. Sri Lanka

14

You might also like