Professional Documents
Culture Documents
Strategi Pemasaran Dan Persepsi Konsumen Mie Sagu Di Kelurahan Selat Panjang Selatan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Meranti
Strategi Pemasaran Dan Persepsi Konsumen Mie Sagu Di Kelurahan Selat Panjang Selatan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Meranti
Strategi Pemasaran Dan Persepsi Konsumen Mie Sagu Di Kelurahan Selat Panjang Selatan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Meranti
Abstract: Sago is a potential source of carbohydrates which can be utilized for food
diversification to reduce the burden on rice, which is currently not used optimally. One of
the processed products from sago which is widely known by the people of Riau Province
is sago noodle. This study aims to: (1) analyze the marketing strategy for sago noodles
and (2) determine the consumers’ perception on sago noodles in Pekanbaru city and
Selatpanjang Selatan village, District of Tebing Tinggi, Kepulauan Meranti Regency. The
research was conducted at sago noodle producers (cottage agroindustries) area in
Selatpanjang Village, as this village is the sago production center in Meranti Regency.
The results showed that the producers believe sago noodle is a well-known product and
they did not conduct specific marketing strategies, as such that no special promotional
efforts have been done to increase consumers’ interest to purchase their sago noodle
products. The consumers considered sago noodle could serve as a staple food especially
for breakfast, other than as snackfoods and as additional dishes at family gatherings.
Based on the frequency of purchase, consumers at Kepulauan Meranti Regency
purchased sago noodle more often than consumers at Pekanbaru city. Therefore there is
a potential market open for sago noodle marketing to Pekanbaru city and outside Riau
Province. Thus, the promotional strategy to introduce sago noodle is very important to
increase the consumption of sago noodle, especially for the people in Pekanbaru City and
outside Riau Province.
Abstrak: Sagu merupakan sumber karbohidrat yang perlu diperhatikan dalam rangka
mengurangi beban pangan pada beras. Selain itu, sagu juga perlu diperhatikan dalam
rangka diversifikasi pangan, mengingat potensinya yang besar, namun belum diupayakan
secara maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi pemasaran mie sagu
dan mengetahui penerimaan konsumen mie sagu di Kelurahan Selatpanjang Selatan
Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Kepulauan Meranti. Penelitian ini dilakukan pada
agroindustri mie sagu di Kelurahan Selatpanjang Selatan Kecamatan Tebing Tinggi,
Kabupaten Kepulauan Meranti dikarenakan daerah ini sebagai sentra produksi sagu di
Kabupaten Meranti. Hasil penelitian menunjukkan mie sagu merupakan produk yang
sudah dikenal dan menurut pengrajin tidak perlu adanya strategi yang khusus. Bahkan
mereka tidak melakukan promosi apapun untuk konsumen agar produk mereka dibeli.
Masyarakat menganggap mie sagu dapat berfungsi sebagai makanan pokok khususnya
saat makan pagi, selain sebagai makanan selingan dan hidangan acara keluarga, dan lebih
menyukai mie sagu putih (untuk warna dan aroma) dan mie sagu abu-abu (untuk tekstur).
Masyarakat di Kabupaten Kepulauan Meranti lebih sering membeli mie sagu dibanding
masyarakat kota Pekanbaru, sehingga potensi pasar masih terbuka untuk pemasaran mie
sagu ke Kota Pekanbaru dan luar Provinsi Riau. Dalam kondisi ini strategi promosi
(pengenalan) mie sagu sangat penting untuk meningkatkan konsumsi mie sagu terutama
masyarakat kota Pekanbaru dan luar Provinsi.
Kata Kunci: Mie Sagu, Bauran Pemasaran, Bahan Pangan Alternatif, Agroindustri
305
Evy M., Yeni K.: Strategi Pemasaran Dan Persepsi Konsumen Mie Sagu …
306
Evy M., Yeni K.: Strategi Pemasaran Dan Persepsi Konsumen Mie Sagu …
307
Evy M., Yeni K.: Strategi Pemasaran Dan Persepsi Konsumen Mie Sagu …
Provinsi Riau, Indonesia yang telah dikenal tulang punggung pertumbuhan perekonomian
sejak lama. provinsi Riau di masa mendatang. Potensi
Kabupaten Kepulauan Meranti daerah yang dimiliki kecamatan ini salah
mempunyai banyak potensi antara lain satunya di bidang perkebunan yaitu tanaman
perkebunan sagu, pertanian, perikanan dan sagu. Tanaman sagu merupakan andalan Kota
kelautan yang dapat dikembangkan dimasa Selat Panjang dan menjadi simbol dari kota
mendatang. Kecamatan Tebing tinggi Selat Panjang itu sendiri. Hal ini dikarenakan
merupakan salah satu daerah yang memiliki Selatpanjang merupakan sentra tanaman sagu
potensi ekonomi sangat besar di Kabupaten di Pulau Tebing Tinggi, pulau penghasil sagu
Kepulauan Meranti. Kecamatan ini yang cukup besar yang memiilki luas areal sagu
diperkirakan akan mampu menjadi salah satu terbesar di Kabupaten Kepulauan Meranti.
Petani Sagu
Kilang Sagu
Sagu basah Sagu kering
Produk olahan
Produk olahan
Konsumen
Kecamatan Tebing Tinggi memiliki luas satunya yaitu mie sagu. Mie sagu ini dibuat dari
areal sagu untuk tanaman menghasilkan yang tepung sagu yang diolah dari batang pohon
cukup besar yaitu 8.252 ha dari total sagu, mempunyai tekstur yang kenyal,
keseluruhan 16.501 ha tanaman sagu di menyerupai karet gelang dan berwarna putih
Kecamatan Tebing Tinggi (50,01%). Hal ini terang. Mie sagu yang ada di Kabupaten
menunjukkan bahwa kecamatan ini memiliki Kepulauan Meranti mempunyai dua macam
potensi untuk menghasilkan sagu dan bisa tetap bentuk atau jenis. Jenis mie sagu basah
melakukan usaha agroindustri sagu yang salah mempunyai ukuran lebih besar dari pada mie
308
Evy M., Yeni K.: Strategi Pemasaran Dan Persepsi Konsumen Mie Sagu …
309
Evy M., Yeni K.: Strategi Pemasaran Dan Persepsi Konsumen Mie Sagu …
memiliki warna putih keabu-abuan, namun ada belum adanya sertifikasi dari BPOM setempat.
juga produk yang berwarna lebih bersih dan Padahal manfaat Branding yaitu: 1. Identifikasi
putih, walaupun tidak seputih mie sagu produk; 2. Penjualan berulang; 3. Penjualan
produksi warga etnis Cina di luar Kabupaten produk baru. Label yang memberikan informasi
Kepulauan Meranti. Mie sagu yang dihasilkan sebaliknya didesain untuk membantu
agroindustri mie sagu berwarna putih abu-abu konsumen membuat pilihan atas suatu produk
dan berwarna putih. yang tepat dan mengurangi ketidaksesuaian
Perbedaan warna produk mie sagu terhadap harapan konsumen setelah mereka
tersebut dapat terjadi disebabkan mutu tepung membeli.
sagu yang digunakan dan proses pembuatan Kemasan merupakan faktor penting
mie sagu itu sendiri. Hasil penelitian yang untuk menarik konsumen membeli suatu
dilakukan, dua industri kecil pembuat mie sagu produk. Namun mie sagu hanya dikemas dalam
yang menghasilkan warna mie sagu lebih kemasan yang sangat sederhana. Hanya berupa
terang, memproses mie sagu dengan cara plastik putih (bening) berukuran ½ dan 1 Kg.
mengukus adonan mie sagu. Kemudian baru Kemasan plastik putih tidak memberikan
menjemurnya didalam rumah tanpa sinar pengaruh yang berarti dalam pemasaran mie
matahari langsung. Pengrajin yang lainnya sagu. Walaupun hanya menggunakan plastik
merebus adonan mie sagu sebelum putih, tingkat konsumsi mie sagu tidak
menjemurnya didalam rumah. mengalami penurunan, karena masyarakat
Perbedaan proses pembuatan mie sagu mayoritas menilai mie sagu dari segi warna
tersebut akan berpengaruh besar terhadap bukan kemasannya.
kualitas mie sagu. Daya tahan produk mie sagu
pun akan berbeda, dimana mie sagu yang b. Strategi Harga
dibuat dengan cara dikukus lebih tahan lama
Masalah kebijaksanaan harga turut menentukan
dibandingkan dengan mie sagu yang
keberhasilan pemasaran produk. Kebijaksanaan
pengolahannya dengan cara direbus. Mie sagu
harga dapat dilakukan pada setiap tingkatan
yang dikukus biasanya tahan hingga satu bulan
distribusi seperti produsen, grosir, retailer.
setelah diproduksi, sedangkan mie sagu yang
Penentuan harga produk dari suatu perusahaan
direbus tahan hanya sekitar dua minggu saja.
merupakan masalah yang cukup penting karena
Setelah itu, mie sagu akan berubah warna
dapat mempengaruhi hidup matinya serta laba
menjadi agak kekuning-kuningan dan kehitam-
dari perusahaan (Nurbaity, 2004). Harga adalah
hitaman seperti ditumbuhi oleh jamur.
sejumlah uang yang dibebankan atas suatu
Merek (Branding) adalah suatu nama,
produk. Strategi penetapan harga yang dilakukan
istilah, simbol, desain atau gabungan
agroindustri mie sagu dapat dilihat pada Tabel 1.
keempatnya, yang mengidentifikasikan produk
Penentuan harga produk dari suatu
para penjual dan membedakannya dari produk
perusahaan merupakan masalah yang cukup
pesaing. Pada mie sagu untuk masing-masing
penting karena dapat mempengaruhi hidup
agroindustri belum memiliki merek begitu juga
matinya serta laba dari perusahaan (Nurbaity,
dengan label. Para pengrajin mie sagu belum
2004). Strategi harga mie sagu yang ditetapkan
sanggup untuk memasang merek pada produk
pengrajin berdasarkan biaya dan permintaan
mie sagu yang mereka hasilkan. Mahalnya
pasar. Harga mie sagu Rp 4.000 per kg sesuai
biaya untuk membuat kemasan yang bermerek
harga pasaran kepada pedagang dan pedagang
membuat mereka hanya bisa membungkus
menjual lagi dengan harga Rp.5.000 per kg.
produk dengan plastik putih saja. Sebagian
Beberapa pengrajin yang menggunakan bahan
pengrajin memang pernah mencoba memberi
baku, yaitu tepung yang lebih mahal dan
label pada produk mie sagu mereka, namun
berkualitas bagus menetapkan harga sedikit lebih
kondisi tersebut tidak berlangsung lama karena
mahal dari harga pasaran, yaitu Rp.4.500 per kg
biaya yang cukup tinggi untuk ongkos cetak
nya.
kemasan. Selain itu, pemasangan merek atau
label pada kemasan dirasa tidak efektif, karena
310
Evy M., Yeni K.: Strategi Pemasaran Dan Persepsi Konsumen Mie Sagu …
311
Evy M., Yeni K.: Strategi Pemasaran Dan Persepsi Konsumen Mie Sagu …
1 1 – 2 kali (seminggu) 17 10
2 3 – 4 kali (seminggu) 20 -
3 2 – 3 kali (dalam 2 minggu atau 3 minggu) 13 -
4 1 – 2 kali (sebulan) - 7
5 3 – 4 kali (dalam 3 bulan) - 20
6 1 kali (dalam 6 bulan) - 13
Sumber: Data Olahan, 2008
Selain itu juga dipengaruhi oleh persepsi warna, aroma dan tekstur. Pengujian
kualitas jasa, kualitas produk, harga dan faktor– organoleptik dilakukan untuk mengetahui
faktor bersifat pribadi dan faktor bersifat tingkat kesukaan atau kelayakan suatu
situasi sesaat (Rangkuti, 2003). produk agar dapat diterima oleh konsumen.
Mie sagu merupakan produk yang sudah Pengujian meliputi warna, aroma dan tekstur
lama ada dan dikenal oleh masyarakat tidak yang dilakukan oleh 100 responden.
hanya di Kabupaten Kepulauan Meranti, tetapi Warna merupakan komponen yang
juga masyarakat yang ada diluar daerah seperti sangat penting dalam menentukan kualitas
Pekanbaru. Perbedaan lokasi konsumen atau derajat penerimaan dari suatu bahan
biasanya akan mempengaruhi persepsi pangan. Warna yang menarik akan
konsumen terhadap suatu produk. Konsumen menentukan derajat penerimaan atau nilai suatu
yang berada di Kabupaten Kepulauan Meranti bahan pangan. Suatu bahan pangan yang dinilai
mengetahui informasi yang lebih komplit enak dan disukai teksturnya tidak akan
tentang mie sagu dibandingkan konsumen yang dikonsumsi apabila mempunyai warna yang
berada di Kota Pekanbaru, karena mie sagu memberi kesan telah menyimpang dari
diproduksi di Kabupaten Kepulauan Meranti. warna yang seharusnya. Respon konsumen
Intensitas pembelian mie sagu yang terhadap warna mie sagu untuk mie sagu
dilakukan oleh konsumen sangat beragam. dengan kode 123 (mie sagu putih) bernilai 3,96
Mayoritas konsumen yang ada di Kabupaten untuk konsumen Kabupaten Kepulauan
Kepulauan Meranti mengkonsumsi terbanyak Meranti. dan untuk konsumen Pekanbaru
3-4 dalam seminggu. Konsumen yang berada di bernilai 4,14. Ini berarti warna mie sagu yang
Pekanbaru relatif jarang mengkonsumsi mie lebih putih tersebut disukai oleh konsumen mie
sagu. Hal ini dapat dilihat dari intensitas sagu. Sedangkan untuk mie sagu 321 (putih
pembelian mie sagu yang dilakukan oleh keabu-abuan), konsumen di Meranti dan di
konsumen Pekanbaru yang terbanyak hanya 3-4 Pekanbaru keduanya memberikan nilai
dalam 3 bulan sebanyak 20 orang dan ada yang kesukaan untuk warna sebesar 3,34 (agak
hanya 1 kali dalam 6 bulan. Intensitas suka).
pembelian mie sagu relatif tinggi, karena Aroma merupakan faktor yang sangat
konsumen menganggap mie sagu sebagai penting untuk menentukan tingkat penerimaan
makanan alternatif atau makanan selingan. konsumen terhadap suatu produk, sebab
Tingkat kesukaan konsumen dapat sebelum dimakan biasanya konsumen terlebih
dilihat dengan menggunakan uji kesukaan (uji dahulu mencium aroma dari produk tersebut
organoleptik). Uji organoleptik adalah untuk menilai layak tidaknya produk tersebut
pengujian yang dilakukan untuk memberikan dimakan. Aroma yang enak dapat menarik
penilaian terhadap suatu produk, dengan perhatian konsumen dan kemungkinan besar
mengandalkan panca indra. Dalam memiliki rasa yang enak pula sehingga
pelaksanaannya, konsumen diminta konsumen lebih cenderung menyukai
memberikan penilaian dalam skala yang makanan dari aromanya (Winarno, 2002).
menunjukkan tingkat dari sangat tidak suka Hasil uji organoleptik, untuk mie sagu putih
sekali sampai sangat suka sekali untuk respon (berkode 123), rata-rata konsumen yang berada
312
Evy M., Yeni K.: Strategi Pemasaran Dan Persepsi Konsumen Mie Sagu …
di Kabupaten Kepulauan Meranti dan abu-abu tersebut dari segi tekstur sangat
Pekanbaru bernilai 3,42. Hal ini menunjukkan disukai oleh konsumen.
bahwa konsumen menyukai aroma mie sagu
tersebut. Sedangkan untuk mie sagu abu-abu
(berkode 321), bernilai 2,54 (Meranti) dan 2,36 KESIMPULAN
(Pekanbaru). Artinya konsumen kurang
menyukai aroma dari mie sagu abu-abu 1. Strategi bauran pemasaran mie sagu yang
tersebut. saat ini dilakukan oleh pengrajin sangat
Tekstur merupakan faktor yang penting minimal dan masih mengandalkan posisi
dalam pemilihan produk. Menurut Kusmiadi mie sagu sebagai makanan khas
(2008), tekstur dan konsistensi bahan akan Selatpanjang yang cukup dikenal sebagian
mempengaruhi cita rasa suatu bahan. Tekstur masyarakat.
mie sagu dalam hal ini merupakan kekenyalan 2. Persepsi konsumen mie sagu dilihat dari
mie sagu tersebut. Dari hasil penelitian, aroma menyukai mie sagu putih
kesukaan konsumen terhadap tekstur mie sagu dibandingkan mie sagu abu-abu. Dari segi
dengan putih (123) bernilai 3,18 (konsumen tekstur, mie sagu putih masih disukai oleh
Meranti) dan 3,12 (konsumen Pekanbaru), konsumen. Begitu juga dengan mie sagu
artinya bahwa dari segi tekstur, mie sagu abu-abu dari segi tekstur sangat disukai oleh
tersebut masih disukai oleh konsumen. Untuk konsumen.
mie sagu dengan abu-abu (321), nilai kesukaan
konsumen adalah 4,56 (konsumen Meranti) dan
4,6 (konsumen Pekanbaru). Artinya mie sagu
313
Evy M., Yeni K.: Strategi Pemasaran Dan Persepsi Konsumen Mie Sagu …
314