Lamlaj: Perlindungan Hukum Terhadap Independensi Kurator Dalam Mengurus Dan Membereskan Harta Pailit

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 16

Volume 1 Issue 2, September 2016: pp. 192-204. Copyright @ LamLaj.

Faculty of Law, Lambung Mangkurat University, Banjarmasin,


LamLaj South Kalimantan, Indonesia. ISSN: 2502-3136 | e-ISSN: 2502-3128.
Open Access at: http://lamlaj.unlam.ac.id

Perlindungan Hukum Terhadap Independensi Kurator


dalam Mengurus dan Membereskan Harta Pailit

Novitasaril, Tata Wijayanta2


1
Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Bulaksumur,
Daerah Istimewa Yogyakarta 55281, Indonesia Telp/Fax: +62
(274) 588688 E-mail : Novitaeffendi06@yahoo.com
2
Fakultas Hukum Universitas Gadjah
Mada
Bulaksumur, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281,
Indonesia
Telp/Fax: +62 (274) 588688 E-mail: wijayanta@mail.ugm.ac.id

Diterima: 25/05/2016.; Revisi: 23/08/2016; Disetujui: 25/09/2016

Abstract:This research are aimed at: (1) identifying and investigating the problems of the
independency of Curators in performing their duties to settle the insolvent estate to the
emergence of a lawsuit from the bankrupt debtor; (2) identifying and investigating the
standard in determining the independence of Curator in performing their duties to settle
and administer the insolvent estate; and (3) identifying and investigating legal protection
for Curator in performing their duties. This research is an empirical normative legal
research. Data included primary data and secondary data. The primary data were
obtained through interviews with interview guide, while secondary data were obtained
through documentation method with documentation tools. The data were analyzed
qualitatively. The research results indicated that the lawsuits against the Curators
performed by debtors and creditors were basically from few cases experienced by the
curators only aimed at preventing the settlement process of insolvent estate, resulting in
the increase of bankruptcy costs, especially in terms of the cost of securing assets that
must be borne by the curators and the longer time to settle. Moreover, there are no
provisions regarding the standards or parameters of the independence of the curators,
making it di cult to identify the independence of curators in performing their duties,
and Law Number 37 of 2004 on Bankruptcy And Suspension of Debt Payment Obligation
did not provide in writing about the legal protection for the profession of Curators in
performing their duties. This research concluded that: (1) the independence of the curators
is not the main cause of a lawsuit of the debtor and the creditor; (2) the independence
of the curator is di cult to be identified; and (3) legal protection for the curators has
been regulated in the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia and the ethical code
of the Indonesian Curator and Administrators Association (AKPI) as one of the Curator
192
1
organizations. Based on these conclusions it is suggested that: (1) it is necessary to
establish

192
2
Lambung Mangkurat Law Journal
Lambung Mangkurat
Vol 1 Issue Law
2, September
Journal (2016)
Vol 1 Issue 2, September (2016)

provisions concerning sanctions of the emergence of a lawsuit undertaken by the debtor


and the creditor against the Curator which is aimed at preventing the process of
settlement; (2) it is necessary to establish provisions concerning standards or parameters
of the independence of Curator, and (3) it is not necessary to make specific rules
concerning the legal protection for the profession of Curator.

Keywords: Independence, Legal Protection, Curator, Insolvent


Estate

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui dan mengkaji permasalahan
independensi Kurator dalam melaksanakan tugas membereskan harta pailit terhadap
munculnya gugatan dari debitor pailit, (2) mengetahui dan mengkaji tolok ukur
menentukan independensi Kurator dalam melaksanakan tugasnya membereskan dan
mengurus harta pailit serta, dan (3) perlidungan hukum terhadap Kurator dalam
melaksanakan tugasnya. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif empiris.
Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh melalui wawancara dengan alat pedoman wawancara, sedangkan
data sekunder diperoleh melalui metode dokumentasi dengan alat studi dokumentasi dan
analisis data dilakukan secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa gugatan
terhadap Kurator yang dilakukan oleh debitor maupun kreditor pada dasarnya dari
beberapa kasus yang dialami Kurator, hanya bertujuan untuk menghambat proses
pemberesan harta pailit, akibatnya biaya kepailitan membengkak, terutama dalam hal
biaya pengamanan aset yang harus ditanggung Kurator dan waktu untuk membereskan
menjadi lebih lama, kemudian tidak ada ketentuan mengenai tolok ukur/parameter
independensi Kurator, sehingga sulit mengidentifikasi Kurator independen atau tidak
dalam melaksanakan tugasnya, dan Undang Undang Nomor
37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang tidak
memberikan secara tertulis mengenai perlidungan hukum terhadap profesi Kurator dalam
melaksanakan tugasnya. Kesimpulan penelitian adalah: (1) independensi Kurator bukan
penyebab utama munculnya gugatan oleh debitor maupun kreditor, (2) independensi
Kurator sulit diindentifikasi, dan (3) perlindungan hukum terhadap Kurator telah diatur
dalam UUD
1945 dan kode etik AKPI sebagai salah satu organisasi Kurator. Berdasarkan kesimpulan
tersebut, maka disarankan: (1) perlu diatur ketentuan mengenai sanksi dari munculnya
gugatan yang dilakukan oleh debitor maupun kreditor terhadap Kurator yang bertujuan
menghambat proses pemberesan; (2) perlu diatur ketentuan mengenai tolok
ukur/parameter independensi Kurator; dan (3) tidak perlu dibuatkan aturan khusus
mengenai perlidungan hukum terhadap profesi Kurator.

Kata-kata Kunci: Harta Pailit, Independensi, Kurator, Perlindungan Hukum


PENDAHULUAN pengurusan dan atau pemberesan harta pailit.
Menurut Pasal 1 angka 1 Undang Salah satu contoh kasus pada tahun 2014
Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang mengenai sengketa pailit PT Metro Batavia
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban atau dikenal dengan Batavia Air belum
Pembayaran Utang (Lembaran Negara berakhir, setelah digugat actio pauliana oleh
Republik Indonesia Tahun tim Kurator Batavia Air, Mantan Direktur
2004 Nomor 131, Tambahan Lembaran Utama Batavia YT mengugat balik Kurator
Negara Republik Indonesia Nomor 4443; karena memasukkan harta pribadinya dalam
untuk selanjutnya disebut UU No. 37/2004) budel pailit.2 Ketika Kurator dalam hal ini
kepailitan diartikan sebagai sita umum atas digugat oleh debitor maupun kreditor pada
semua kekayaan debitur pailit yang waktu pemberesan harta pailit dimungkinkan
pengurusan dan pemberesannya dilakukan adanya masalah ketidak independenan dari
oleh kurator dibawah pengawasan hakim Kurator dalam melaksanakan tugasnya, terkait
pengawas. Kurator dalam proses kepailitan siapa yang mengajukan penunjukan Kurator
memiliki peranan penting. Dalam Pasal 15 tersebut, artinya gugatan yang diajukan oleh
ayat (1) UU No. 37/200 disebutkan, bahwa debitor ataupun kreditor diakibatkan oleh
Kurator harus diangkat beserta hakim ketidakpercayaan debitor terhadap proses
pengawas yang ditunjuk oleh Hakim pemberesan harta pailit yang dilakukan
Pengadilan untuk mengurus dan oleh Kurator yang ditunjuk oleh salah
membereskan harta pailit. satu pihak. Permasalahan tersebut di atas
menandakan bahwa independensi Kurator
Kurator, berwenang melaksanakan
dalam melaksanakan tugas dan
tugas pengurusan dan/atau pemberesan atas
kewenanganya perlu dipertanyakan. Hal ini
harta pailit, terhitung sejak tanggal putusan
berkaitan dengan tanggung jawab Kurator
pernyataan pailit ditetapkan. Kewenangan
selama melaksanakan tugasnya apakah sesuai
tersebut berlaku meskipun terhadap putusan
dengan independen, seperti yang
yang diajukan kasasi atau peninjauan
dimaksud dalam ketentuan UU No.
kembali.1
37/2004 dan Kode Etik Profesi Kurator,
Tugas Kurator dalam melakukan pemberesan
yang secara jelas menghendaki agar
dan pengurusan sebagaimana dimaksud Pasal
menjunjung tinggi independensi, integritas
16 Undang Undang Kepailitan dan
dan objektifitasnya. Berdasarkan latar
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
belakang masalah penelitian yang diuraikan
dalam praktik sulit sekali dilakukan apabila
di atas, dapat dirumuskan isu hukumnya,
debitor pailit melakukan perlawanan.
yaitu: (1) apakah permasalahan
Perlawanan yang dimaksud baik perlawanan
independensi Kurator dalam melaksanakan
dari debitor pailit terhadap Kurator untuk
tugas membereskan harta pailit menjadi
masuk ke tempat harta pailit, debitor atau
penyebab munculnya gugatan dari debitor
kreditor melakukan gugatan terhadap Kurator
pailit; (2) bagaimana menentukan tolok ukur
dalam melaksanakan tugasnya maupun
independensi Kurator menurut UU No.
pelaporan Kurator kepada pihak Kepolisian
37/2004?; dan (3) bagaimana perlindungan
yang dianggap melakukan tindakan
merugikan harta palit milik debitor
Pailit, sehingga Kurator sulit untuk
melakukan

194194
2 http://bisniskeuangan.kompas.com/Dirut.Batavia.
1 Rahayu Hartini. 2008. Hukum Kepailitan. Air.Gugat.Balik.Tim.Kurator, Diakses pada
Malang: UMM Press, hlm. 127. tanggal 18 Juli 2015

195195
hukum terhadap Kurator dalam diberikan oleh pengadilan untuk mencegah
melaksanakan kewenangannya mengurus dan "eigen rihcting". 4 Syarat mutlak untuk
membereskan harta pailit? dapat mengajukan gugatan adalah adanya
kepentingan langsung atau melekat dari si
METODE penggugat. Artinya tidak semua orang yang
Penelitian hukum ini merupakan mempunyai kepentingan dapat mengajukan
penelitian hukum normatif empiris. gugatan apabila kepentingan itu tidak
Penelitian hukum normatif empiris langsung dan melekat pada dirinya.5
merupakan penelitian yang menggabungkan Terkait apakah independensi Kurator
antara penelitian hukum normatif dan menjadi penyebab munculnya gugatan, UU
penelitian hukum empiris yang menggunakan No. 37/2004 menyebutkan, bahwa
data sekunder dan data primer melalui jenis independen adalah kelangsungan
penelitian kepustakaan dan lapangan. keberadaan Kurator tidak tergantung pada
Fokus penelitian hukum normatif empiris debitor atau kreditor dan Kurator tidak
selalu diarahkan pada dua hal, yakni pertama memiliki kepentingan ekonomis yang sama
penerapan ketentuan hukum normatif dan dengan kepentingan ekonomis debitor atau
kedua hasil yang dicapai.3 kreditor. 6
Analisis data dalam penelitian ini, yakni Ketua Asosiasi Kurator dan Pengurus
seluruh data yang diperoleh dari kepustakaan, Indonesia (AKPI) mengatakan, bahwa dalam
responden dan narasumber kemudian hal Kurator tidak independen tentu akan
dianalisis secara kualitatif. Dalam penelitian membuat salah satu pihak merasa dirugikan,
ini menganalisis data-data kepustakaan dan maka setiap orang yang merasa dirugikan
keterangan-keterangan hasil wawancara mempunyai hak hukum untuk melakukan
dengan responden dan narasumber mengenai gugatan tersebut. Sepanjang Kurator dapat
perlindungan hukum terhadap independensi membuktikan bahwa tindakan Kurator dalam
Kurator dalam melaksanakan kewenangan melakukan proses pemberesan sudah sesuai
mengurus dan membereskan harta pailit. dengan aturan yang berlaku maka tidak
masalah.7
PEMBAHASAN
Perilaku yang melanggar kode etik
Independensi Kurator dalam Melak- Kurator antara lain mengenai tidak
sanakan Tugas Membereskan Harta Pailit independennya kurator, serta tidak mematuhi
Menjadi Penyebab Munculnya Gugatan standar profesi. Misalkan Kurator merupakan
dari Debitor Pailit mantan kuasa hukum dari salah satu pihak,
Gugatan dalam kehidupan sehari sering maka Kurator yang ditunjuk dianggap tidak
juga disebut tuntutan, dakwaan atau eis. independen. 8
4 Darwan Prinst. 2002. Strategi Menyusun dan
Sementara itu sarjana lain menyebutkan Menangani Gugatan Perdata. Bandung: Citra
bahwa tuntutan hak, yaitu tindakan yang Adtya Bakti, hlm. 2.
bertujuan memperoleh perlindungan yang 5 Darwan Prinst, 0p. Cit. hlm. 2
6 Lihat Pasal 15 ayat (3) UU No. 37/2004.
3 Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan 7 Ibid
Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti, 8 Jamaslin Purba, Independensi dan Perlindungan
hlm. 137. Kurator, Wawancara, Jakarta, 4 September 2015.
Apabila ada pelanggaran kode etik oleh gugatan agar harta yang sudah terlanjur
Kurator anggota AKPI, biasanya langsung dicatat dalam daftar budel pailit dikeluarkan
diproses secara kode etik Kurator. Tentunya dari budel pailit karena menurut mereka itu
Kurator yang diindikasikan bermasalah harus bukan harta debitor pailit. Dengan adanya
dilaporkan terlebih dahulu baik oleh sesama gugatan tersebut malah akan membuat status
anggota Kurator maupun oleh pihak yang harta menjadi jelas apakah memang budel
merasa dirugikan.9 atau bukan. Faktanya dari beberapa kasus
Sudah menjadi hak semua warga negara gugatan terhadap Kurator, debitor pailit
yang merasa dirugikan dapat melakukan maupun kreditor yang bertujuan untuk
upaya hukum melalui gugatan maupun menghambat proses pemberesan ini yang
pelaporan kepada pihak berwenang ketika sulit, karena mau tidak mau kurator harus
merasa dirugikan, jika hal ini dikaitkan mengikuti dan akhirnya biaya kepailitan
dengan independensi sebagai salah satu membengkak dan waktu yang dibutuhkan
penyebab munculnya gugatan oleh debitor untuk membereskan menjadi lebih lama.13
maupun kreditor itu sangat wajar.10 Hakim Munculny a gugatan dikarenakan
pengawas selaku orang yang memiliki tugas independensi dalam hal siapa yang menunjuk
melakukan pengawasan terhadap Kurator Kurator perlu diketahui bahwa Independensi
dalam mengurus dan membereskan harta Kurator bukan ditentukan dari siapa yang
pailit, tidak boleh intervensi terhadap menunjuk, melainkan lebih kepada balancing
permasalahan tersebut. Proses gugatan yang atau keseimbangan antara kepentingan para
dilakukan oleh debitor maupun kreditor pailit kreditur dan kepentingan debitur dalam satu
ini tentu akan memberi berpengaruh terhadap perkara kepailitan. Gugatan itu seringkali
proses pemberesan dan pengurusan harta merupakan tindakan yang dipergunakan
pailit yang menimbulkan ketidakpastian baik oleh debitur pailit atau kreditur dalam
penyelesaian pemberesan harta pailit itu pemenuhan atau menuntut apa-apa yang
sendiri terkait efesiensi waktu pemberesan dianggap haknya menurut UU No. 37/2004.14
yang semakin lama.11 Terhadap gugatan yang dilakukan oleh
Gugatan oleh kreditor ataupun debitor debitor maupun kreditor pada dasarnya tidak
pailit atas tindakan yang dilakukan oleh dapat hanya disebabkan oleh independensi
Kurator dalam membereskan harta pailit, terkait siapa yang melakukan permohonan
maka dapat saja independensi Kurator penunjukan Kurator, hal ini dikarenakan
menjadi penyebab gugatan itu terjadi.12 Jika Pengangkatan Kurator adalah sepenuhnya
debitor atau kreditor menggugat dengan kewenangan Hakim Pengadilan (Hakim
alasan dan dasar hukum yang jelas, tidak Pemu- tus).
masalah, misalnya
9 Ibid Maksud dari Pasal 15 ayat (1) UU No. 37/
10 Bambang Setianto, Independensi dan Perlindungan adalah itikad baik dari debitor atau kreditor
Kurato, Wawancara, Pengadilan Niaga Semarang, sebagai pemohon pailit untuk menunjuk
27 Agustus 2015.
11 Ibid 13 Ibid
12 Anselmus B.P Sitanggang, Independensi dan 14 Yuda yustisia, Independensi dan Perlindungan
Perlindungan Kurator , Wawancara, Kurator, Kurator, Wawancara, Surabaya, 8 September
Jakarta, 2 September 2015. 2015.
Kurator, mengenai pengangkatan Kurator, sebaliknya yang dapat menghambat tugas
sebenarnya hal tersebut bukan kesalahan dari Kurator dalam proses pemberesan dan
Hakim Majelis sebagai orang yang memiliki pengurusan harta pailit setelah adanya
kewenangan memutuskan penunjukan putusan pailit, agar debitor pailit maupun
Kurator yang menangani pemberesan dan kreditor tidak dapat dengan mudah
pengurusan harta pailit, tetapi dapat saja mengajukan gugatan terhadap proses
hal itu dikarenakan Kurator yang ditunjuk pemberesan dan pengurusan harta pailit
oleh pemohon baik debitor maupun kreditor yang dilakukan oleh Kurator apabila terbukti
yang kemudian dimintakan pengangkatannya memiliki tujuan yang tidak baik.
kepada Hakim Majelis merupakan Kurator
Bentuk dan Tolak Ukur Independensi
yang itu-itu saja, sehingga seharusnya para
Kurator Privat Menurut Undang-Undang
pengacara yang mewakili pihak pemohon
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
tidak menggunakan Kurator yang itu-itu
Pembayaran Utang
saja tersebut. Agar penunjukan Kurator
menjadi independen dan tidak ada benturan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
kepentingan dengan para pihak. tidak ditemukan definisi dari pada
independen tetapi memiliki padanan kata
Independensi sebagai salah satu
yakni mandiri.15
penyebab munculnya gugatan oleh debitor
Kemandirian, bebas yang memiliki makna
maupun kreditor dapat terjadi, tetapi perlu
tidak memiliki ikatan pada pihak lain dalam
dilihat lagi apakah gugatan debitor atau
melakukan segala bentuk aktifitasnya, bebas,
kreditor memiliki alasan dan dasar hukum
otonomi, ketidak berpihakan, kemandirian,
yang jelas. Dilihat dari tujuan dari gugatan
atau hal lain yang memiliki persamaan makna
yang dilakukan oleh debitor pailit mapun
tidak memiliki ketergantungan pada organ
kreditor dalam beberapa kasus hanyalah
atau lembaga lain dan dapat menjalankan
upaya mengambil atau mengeluarkan aset
tindakan sendiri termasuk dalam membuat
dari budel pailit yang dikuasai oleh Kurator.
suatu keputusan.16
Jika tujuan dari gugatan tersebut untuk
memperjelas harta tersebut memang bukan Independensi Kurator selain dari
bagian dari budel pailit tentu tidak menjadi ketentuan Pasal 15 ayat (3) UU No. 37/2004,
permasalahan. Hanya saja ketika gugatan hanya dapat dilihat dari keseimbangan antara
yang dilakukan dengan tujuan agar harta kepentingan para kreditor dan kepentingan
yang sudah menjadi budel pailit menjadi debitor dalam satu perkara kepailitan. Intinya
harta pribadi ini yang akan memberi menjembatani kepentingan para kreditor
pengaruh terhadap efesiensi proses dengan kepentingan debitor. Harta debitor
pemberesan dan pengurusan harta pailit tidak menjadi rebutan para kreditor, dan hasil
oleh Kurator dan juga dapat menimbulkan penjualan harta dapat di bagi secara tepat
kerugian kepada para kreditornya, begitu kepada para kreditor sesuai dengan aturan
juga sebaliknya jika yang yang melakukan yang ada artinya tidak
gugatan adalah kreditor dengan tujuan sama.
Kedepannya diperlukan aturan yang 15 Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus
mengatur mengenai sanksi terhadap tindakan Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta:
debitor yang dapat merugikan kreditor atau Balai Pustaka, hlm. 655.
16 http://digilib.unila.ac.id/8899/3/BAB%20II .pdf,
diakses pada tanggal 20 Mei 2015.
ada keberpihakan Kurator terhadap salah Hanya saja sulit untuk AKPI sendiri
satu pihak dalam melakukan pemberesan dan untuk mengetahui apakah setiap anggotanya
pengurusan harta pailit.17 benar- benar menangani 3 (tiga) perkara
Pada saat Kurator dimohonkan untuk kepailitan atau lebih, karena sifat orgnisasi
menjadi Kurator dalam suatu perkara ke- yang pasif artinya ketika ada pelanggaran
pailitan, maka Kurator harus membuat surat yang terjadi mengenai independensi
pernyataan kesediaan untuk menjadi Kurator tersebut haruslah orang yang merasa
dalam perkara tersebut. Di dalam surat per- dirugikan yang melaporkan kepada organisasi
nyataan tersebut dengan "menyatakan bahwa AKPI.21
Kurator tidak memiliki konflik/benturan Tidak ada ketentuan mengenai tolak
kepentingan terhadap pemohon atau ukur/parameter independensi Kurator dalam
termohon pailit" dan tidak sedang menangani melaksanakan tugasnya, tetapi memang
lebih dari didalam ketentuan UU No. 37/2004, menye-
3 (tiga) perkara kepailitan.18 Apabila Kurator butkan bahwa independen yang dimaksud
merasa ada benturan kepentingan yang dapat jika dikaitkan dengan pengertian secara luas,
menyebabkan Kurator tidak independen maka tentu yang dimaksud independen itu
maka menurut Pasal 71 UU No. 37/2004 dan adalah tidak ada intervensi baik dari kreditor
kode etik profesi, Kurator dapat minta agar maupun debitor, merdeka dan mandiri.
diganti.19 Dengan definisi tersebut, maka Kurator
Menurut Ketua AKPI, bahwa sudah dapat dikatan independen, dan selama
independensi yang dimaksud dalam Pasal melakukan pengawasan terhadap Kurator
15 UU No. sejauh ini Kurator masih independen dalam
37/2004 dan ketentuan dalam Kode etik melaksanakan tugasnya.22
profesi Kurator dan Pengurus Indonesia, Independesi Kurator saat ini sulit di-
bahwa Kurator tidak memiliki kepentingan identifikasi oleh hakim pengawas, apalagi
dengan salah satu kreditor ataupun debitor, Kurator tersebut memiliki benturan/konflik
tidak memiliki hubungan keluarga dan kepentingan atau tidak dengan salah satu
tidak pernah menjadi kuasa hukum salah pihak debitor pailit maupun kreditor. Kurator
satu kreditor mapun debitor pailit. Artinya harus memberikan surat keterangan kalau
Kurator tidak memiliki kepentingan dengan kurator tidak memiliki hubungan atau konflik
pemberesan harta pailit yang ditanganinya kepentingan debitor pailit yang disampaikan
serta tidak sedang menangani lebih dari 3 bersamaan dengan surat
(tiga) perkara pemberesan harta pailit. Jadi, pernyataan/keterangan yang disampaikan
dapat dilihat dari situ saja independen atau depan majelis hakim bahwa Kurator tersebut
tidak kurator.20 tidak menangani perkara kepailitan lebih
17 Yuda Yustisia, Independensi dan Perlindungan dari 3 (tiga)atau
perkara. Namundari kedua surat
Kurator, Wawancara, Surabaya, 8 September
keabsahan kebenaran
2015. keterangan tersebut sulit dibuktikan oleh
18 Bambang Setianto, Independensi dan Perlindungan hakim pengawas, karena tidak ada hakim
Kurator, Wawancara, Pengadilan Niaga Semarang, yang dapat tahu kalau seandainya Kurator
27 Agustus 2015.
19 Ibid
20 Jamaslin Purba, Independensi dan Perlindungan 21 Ibid
Kurator, Wawancara, Jakarta 4 September 2015. 22 0p. Cit Bambang Setianto
melakukan pemberesan harta pailit dikota pailit yang disampaikan bersamaan dengan
lain.23 surat pernyataan/keterangan yang
Menentukan parameter Independensi disampaikan didepan Majelis Hakim bahwa
Kurator agak-agak sulit, kalau merujuk Kurator tersebut tidak menangani perkara
pada ketentuan Pasal 15 UU No. 37/2004, kepailitan lebih dari
independen maksudnya adalah, Kurator 3 (tiga) perkara. Keabsahan atau kebenaran
dalam proses pengurusan dan pemberesan dari kedua surat keterangan tersebut sulit
tidak boleh terikat dengan pihak lain yang dibuktikan oleh hakim pengawas, karena
dapat mengakibatkan pihak lain mengalami tidak ada hakim yang dapat tahu kalau
kerugian.24 seandainya Kurator melakukan pemberesan
Menurut kode etik profesi Asosiasi harta pailit di kota lain.
Kurator dan Pengurus Indonesia (AKPI), Keterangan dalam Pasal 15 ayat (3) UU
Kurator AKPI harus memegang prinsip No. 37/2004 belum cukup spesifik, hal ini
independensi dan benturan kepentingan. 25 dapat dilihat dari pembatasan terhadap
Apabila ada pelanggaran kode etik terkait Kurator dalam menangani perkara pailit,
independensi dan benturan kepentingan oleh yaitu tidak sedang menangani lebih dari 3
Kurator anggota AKPI, biasanya langsung (tiga) perkara pailit, akan menjadi pertanyaan
diproses secara kode etik Kurator. Kurator apakah aturan tersebut berlaku bagi Kurator
yang diindikasikan bermasalah harus yang menangani perkara secara tim, hal ini
dilaporkan terlebih dahulu oleh pihak yang tidak dijelaskan UU No. 37/2004. Akibatnya
merasa dirugikan. Apabila Kurator terbukti dalam praktek dan banyak contoh kasus,
melakukan pelanggaran maka Asosiasi akan Kurator secara tim dapat menangani perkara
memberikan sanksi berupa teguran secara pailit dapat lebih dari 3 (tiga) perkara pailit.
tertulis, peringatan keras dengan surat, ketidakjelasan ini menjadi celah untuk
pemberhentian sementara dari keanggotaan dimanfaatkan oknum Kurator nakal.
asosiasi pemberhentian sebagai anggota AKPI sebagai salah satu organisasi tidak
asosiasi.26 Ini dapat dikatakan sebuah dapat mengetahui apakah setiap anggotanya
kelemahan bagi kode etik karena sangat kecil benar-benar menangani 3 perkara kepailitan
kemungkinan sesama anggota dalam sebuah atau lebih mengingat sifat organisasi yang
organisasi mau melaporkan rekan sesama pasif, setiap ada pelanggaran yang dilakukan
anggota kepada AKPI apabila ada indikasi oleh anggotanya terkait dengan kode etik
pelangaran tersebut hanya akan diproses dengan adanya laporan
Ketentuan mengenai surat keterangan kepada organisasi AKPI, sepanjang tidak ada
atau pernyataan Kurator tidak memiliki laporan maka kurator dianggap independen,
hubungan atau konflik kepentingan debitor sehingga tidak ada jaminan yang pasti
bahwa Kurator benar-benar melaksanakan
23 Ibid ketentuan UU No. 37/2004, mengingat tidak
24 Anselmus B.P Sitanggang, Independensi dan ada pengawasan tentang hal itu baik dalam
Perlindungan Kurator, Wawancara, Jakarta, 2 UU No. 37/2004 itu sendiri maupun dalam
September 2015.
kode etik oganisasi dimana Kurator terdaftar
25 Ibid
sebagai anggota.
26 Jamaslin Purba, Independensi dan Perlindungan
Kurator, Wawancara, Jakarta, 4 September 2015.
Seharusnya adanya aturan mengenai Konsep perlindungan hukum sendiri
tindakan pengawasan terhadap anggota secara khusus telah tercermin dalam UUD
dari asosiasi terhadap setiap anggotanya 1945, dimana di dalam UUD 1945
sebagai salah satu tindakan preventif ter- mengamanatkan untuk memberikan
hadap terjadinya pelanggaran kode etik perlindungan hukum tanpa terkecuali.
yang dilakukan oleh Kurator dan diperlukan Hukum dapat dimaknai sebagai
kerjasama AKPI dengan Pengadilan Niaga perlindungan kepentingan manusia yang
mengenai pendataan Kurator yang sedang berbentuk norma dan kaidah. Kumpulan
menangani perkara kepailitan di setiap norma dan kaidah ini mengandung isi yang
Pengadilan Niaga secara berkala. Dengan bersifat umum dan normatif umum karena
adanya aturan tersebut tentunya akan terlihat berlaku bagi setiap orang. Setiap produk
apakah Kurator sedang menangani lebih dari hukum yang dihasilkan oleh pemerintah
3 (tiga) perkara kepailitan baik secara ataupun badan legislatif senantiasa harus
individu maupun tim, sehingga apabila ada berpedoman pada UUD 1945 harus mampu
pelanggaran dapat langsung ditindaklanjuti memberikan perlindungan hukum kepada
tanpa harus menunggu adanya laporan dari setiap insan yang menjadi bagian dari
pihak yang merasa dirugikan. Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Perlindungan Hukum Terhadap Kurator Perlindungan hukum bagi Kurator
dalam Melaksanakan Kewenangan berdasarkan UU No. 37/2004 yaitu, debitor
Mengurus dan Membereskan Harta Pailit tidak dapat menghalangi ataupun melakukan
tindakan-tindakan penolakan terhadap
Hukum pada dasarnya berfungsi untuk
kehadiran Kurator yang bertugas, dikarenakan
memberikan perlindungan kepada setiap
kewenangan untuk melakukan pengurusan dan
kepentingan manusia. Hal itu disebabkan
pemberesan harta pailit oleh Kurator untuk
dalam kehidupan dan hubungan hukum, para
melaksanakan tugas dan kewenangannya
pihak yang terkait mempunyai
telah diatur dalam UU No. 37/2004. Apabila
kepentingannya masing-masing.
ketentuan Pasal 24 dipatuhi oleh debitor pailit
Kepentingan dimaksud adakalanya
tentunya Kurator tidak akan kesulitan untuk
bersamaan, berbeda atau bahkan
pelaksanaan tugas dan kewenangannya28
bertentangan. Dalam hal kepentingan ter-
sebut bersamaan barangkali tidak akan me- Kurator bergerak untuk pelaksanaan
nimbulkan masalah dalam kehidupan atau tugasnya setelah ada putusan Pengadilan
hubungan hukum tesebut. Demikian pula Niaga dan karenanya punya kewenangan
dalam hal kepentingannya berbeda, tetapi yang diatur oleh UU No. 37/2004.
tidak dipertentangkan atau tidak Berdasarkan Kitab Undang Undang Hukum
dipersoalkan. Menjadi masalah dalam hal Pidana (KUHP), walaupun Kurator
memasuki pekarangan orang lain (debitor)
kepentingan tersebut bertentangan dan
tanpa seijinnya dan/ atau melakukan
dimunculkan kepermukaan, sehinga
perbuatan pidana, sepanjang berkaitan
menimbulkan suatu konflik kepentingan.27
dengan tugasnya berdasarkan

27 Man S. Sastrawidjaja. 2006. Hukum Kepailitan 28 Anselmus B.P Sitanggang, Independensi dan
dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Perlindungan Kurator, Wawancara, Jakarta, 2
Bandung: Alumni, hlm. 71. September 2015.
undang-undang, maka perbuatan tersebut Dewan Kehormatan dan selama ini sarana
bukanlah tindak pidana.29 tersebut jarang dipergunakan oleh Kurator.32
Misalkan dalam hal perdata, Kurator Kode etik AKPI Pasal 5 menyebutkan
pernah ditunjuk untuk menjadi Kurator dari bahwa AKPI wajib untuk memberikan
PT X. Menurut pemohon pailit, direktur PT perlindungan dalam hal terjadi ketidakadilan
X yang dimohonkan pailit ini dari awal terhadap anggota sehubungan dengan
sidang tidak mau hadir dalam persidangan, pekerjaannya sebagai Kurator, perlindungan
sehingga perkara tersebut diputus secara itu diberikan dalam bentuk misalkan bagi
verstek dan majelis hakim mengabulkan setiap anggota yang mengalami masalah
permohonan pailit pemohon.30 hukum diberikan upaya hukum berupa
Proses verifikasi ditetapkan tagihan para pendampingan bagi Kurator yang digugat
kreditor pada debitor pailit adalah kurang maupun dilaporkan oleh debitor pailit maupun
lebih Rp 14 Milyar. Oleh karena debitor kreditor secara cuma-cuma.33
pailit tidak mau kooperatif, selaku Kurator Mengenai perlindungan terhadap gugatan
sangat kesulitan untuk menemukan dan maupun pelaporan yang dilakukan oleh
mengamankan harta pailit. Akhirnya Kurator debitor maupun kreditor pailitnya terhadap
mohon izin pada kreditor dan hakim Kurator, sepanjang dapat dibuktikan bahwa
pengawas untuk mengajukan gugatan pada kurator tidak melakukan penyimpangan,
direktur debitor pailit. Setelah mendapat maka tentunya mereka akan bebas dari segala
izin dari hakim pengawas Kurator tuntutan maupun ganti rugi terhadap kerugian
mengajukan gugatan. Dalam gugatan intinya yang ditimbulkan, Kurator akan terlindungi
Kurator mohon agar direktur dari PT X secara otomatis dengan syarat kurator
(pailit) dinyatakan telah melakukan tersebut melakukan tugasnya sesuai prosedur
perbuatan melawan hukum dan akhirnya yang diatur oleh UU No. 37/2004 dalam
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat melaksankan pemberesan maupun pengurusan
31
mengabulkan gugatan tersebut . harta pailit.34 tetapi dalam hal lain perlu satu
Di Indonesia ada 3 (tiga) organisasi bentuk aturan yang termuat didalam ketentuan
Kurator, ada Ikatan Kurator dan Pengurus UU No. 37/2004 yang mendetail mengenai
Indonesia (IKPI), Asosiasi Kurator dan hal-hal apa saja yang tidak dapat dilakukan
Pengurus Indonesia (AKPI) dan Himpunan oleh Kurator, misalkan dalam ketentuan Pasal
Kurator dan Pengurus Indonesia (HKPI). 72 yang menyebutkan bahwa Kurator harus
Pada prinsipnya ada perlindungan hukum bagi bertanggungjawab terhadap kelalaian dalam
setiap anggota Organisasi tersebut, tetapi melaksanakan tugasnya, aturan tersebut tidak
masih menggunakan mekanisme melalui memberikan pejelasan kelalaian yang seperti
lembaga Dewan Kehormatan, jadi apabila apa yang dapat dikenakan terhadap Kurator,
ada yang merasa dirugikan dan ingin
meminta bantuan
hukum dapat melakukan permohonan melalui
32 Jamaslin Purba, Independensi dan Perlindungan
Kurator, Wawancara, Jakarta, 4 September 2015.
33 Ibid
29 Ibid
34 Bambang Setianto, Independensi dan Perlindungan
30 Ibid Kurator, Wawancara, Pengadilan Niaga Semarang,
31 Ibid 27 Agustus 2015.
sehingga Kurator dapat dikatakan lalai dalam yang mendapatkan permasalahan hukum
melaksanakan tugasnya.35 didalam menjalankan profesi sebagai Kurator
Tidak secara khusus UU No. 37/2004 ataupun pengurus. 36 yaitu dengan adanya
mengatur mengenai perlindungan hukum Bidang Advokasi (perlindungan hukum) di
terhadap Kurator. Bukan berarti Kurator dalam susunan bidang kepengurusan AKPI.
tidak mempunyai perlindungan hukum dalam Bidang Advokasi ini khusus memberikan
melaksanakan kewenangannya, apabila dalam bantuan hukum secara cuma-cuma terhadap
hal Kurator dapat dengan mudah anggota AKPI yang terjerat permasalahan
melaksanakan tugasnya untuk kepentingan hukum didalam menjalankan tugasnya sebagai
para kreditor dan debitor pailit sesuai Kurator maupun Pengurus. Meski telah
ketentuan UU No. diatur, para Kurator yang digugat oleh debitor
37/2004. Artinya kebebasan Kurator dalam pailit maupun kreditor jarang meminta
melaksanakan tugasnya membereskan harta bantuan kepada Asosiasi, hal ini dikarenakan
pailit sesuai aturan, maka Kurator dilindungi Kurator Kurator tesebut merasa berlum perlu
kewenangannya oleh undang-undang, meminta bantuan AKPI.
termasuk sikap independensi Kurator dalam UU No. 37/2004 tidak mengatur bahwa
melaksanakan tugasnya. Kurator dalam melaksanakan tugas dan
Jaminan perlindungan hukum juga sudah kewenangannya tidak dapat digugat atau
diatur dalam Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 dilaporkan oleh pihak yang merasa dirugikan.
yang menyebutkan "Setiap orang berhak Karena pada dasarnya sudah menjadi hak
atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan setiap orang atau badan hukum yang merasa
kepastian hukum yang adil serta perlakuan dirugikan dapat melakukan tindakan hukum
yang sama di hadapan hukum". berupa gugatan maupun pelaporan atas
Terkait gugatan yang dilakuan debitor kerugian yang diderita oleh orang yang
pailit maupun kreditor terhadap kewenangan memiliki kepentingan sebagai akibat dari
Kurator dalam melaksanakan pemberesan perbuatan Kurator. Hanya saja akibat gugatan
dan pengurusan harta pailit, Pasal 28D ayat tehadap Kurator, dapat menimbulkan waktu
(1) UUD 1945, memberikan pijakan dasar pemberesan yang semakin lama dikarenakan
dan perintah konstitusi untuk menjamin aset tidak dapat dilelang atau dijual dalam
setiap warga Negara, untuk mendapatkan jangka waktu cepat sehingga biaya yang
akses terhadap warga negara untuk dikeluarkan untuk pengamanan aset selama
mendapatkan pengakuan, jaminan, perselisihan terjadi menjadi tanggungan
perlindungan, dan kepastian hukum yang Kurator secara pribadi. Selain itu juga dapat
adil serta perlakuan yang sama di hadapan menimbulkan ketidak pastian mengenai
pembayaran piutang bagi para kreditor
hukum. Apabila Kurator mengalami
setelah adanya putusan pailit terkait aset yang
permasalahan hukum dalam menjalankan
masih diperebutkan Kurator dan debitor
tugasnya maka Kontitusi negara, yaitu UUD
pailit.
1945 sudah memberikan jaminan
perlindungan tersebut dan AKPI sebagai
salah satu organisasi juga telah
mempersiapkan perlindungan hukum
terhadap anggotanya
35 Ibid
36 Pasal
5 ayat (2)
Kode
Etik
Asosiasi
Kurator
dan
Peng
urus
Indo
nesia
UU No. 37/2004 memberikan dasarnya yang dialami Kurator selama ini
kewenangan Kurator dalam melaksanakan hanya bertujuan untuk menghambat
tugasnya selama pemberesan dan proses pemberesan harta pailit, akibatnya
pengurusan harta pailit. Ketentuan tersebut waktu untuk pemberesan menjadi lebih
merupakan bentuk perlindungan yang lama dan biaya pengamanan aset
diberikan kepada Kurator dalam membengkak. Ada juga gugatan yang
melaksanakan tugasnya, meskipun diajukan dalam rangka pemenuhan hak-
kewenangan dalam melaksanakan tugas haknya yang tidak dipenuhi oleh Kurator,
tesebut, di lapangan tidak dapat berjalan sehingga perkara gugatan debitor pailit
sesuai harapan dikarenakan banyaknya mapun kreditor memang harus dilihat
kendala yang harus dihadapi oleh Kurator kasusnya.
selama pemberesan harta pailit. Mulai dari b. Tidak ada ketentuan mengenai tolok
sulitnya mengeksekusi harta pailit yang ukur/ parameter independensi Kurator
dikuasai pihak lain kemudian debitor pailit dalam melaksanakan tugasnya semua
atau kreditor nakal yang melakukan gugatan hanya dilihat dari ketentuan dan
dengan berbagai alasan dengan tujuan Penjelasan Pasal 15 ayat (3) UU
mengeluarkan sebagian harta dari budel pailit No.37/2004, apabila terpenuhi
ini yang sampai sekarang masih menjadi kalaupun terjadi pelang- garan
masalah bagi Kurator dalam pengurusan dan sepanjang hal itu tidak ada yang
pemberesan harta pailit. mengetahui tentu dianggap Kurator
Adanya jaminan perlindungan hukum telah independen dalam melaksanakan
secara umum telah diatur didalam UUD 1945 tugasnya. Terdapat beberapa masalah
Pasal 28D ayat (1), tetapi diperlukan salah mengenai independensi Kurator dalam
satu bentuk aturan yang termuat di dalam melaksanakan tugasnya mengenai:
ketentuan UU No. 37/2004 yang mendetail, 1) Keabsahan surat pernyataan Kurator
misalkan dalam ketentuan Pasal 72 dalam hal tidak memiliki hubungan atau konflik
apa saja kurator dapat dikatakan lalai dalam kepentingan debitor pailit ataupun
melaksanakan tugasnya, agar kewenangan kreditor sulit dibuktikan oleh hakim
Kurator dalam melaksanakan tugasnya pengawas.
benar-benar dapat terlidungi, sehingga proses
2) Tidak adanya aturan mengenai peng-
pemberesan dan pengurusan harta pailit dapat
awasan tehadap anggota Kurator
berjalan sesuai aturan yang berlaku, tanpa
oleh AKPI sebagai salah satu orga-
hambatan untuk kepentingan debitor pailit
nisasi, sehingga asosiasi tidak dapat
dan para kreditor.
mengetahui apakah setiap anggotanya
SIMPULAN benar-benar sedang menangani 3
(tiga) perkara kepailitan atau lebih.
a. Permasalahan independensi terkait siapa
3) Pembatasan terhadap Kurator dalam
yang melakukan permohonan penunjukan
menangani perkara pailit, yaitu tidak
Kurator bukanlah penyebab utama
sedang menangani lebih dari 3 (tiga)
munculnya gugatan oleh debitor maupun
perkara pailit. apakah aturan tersebut
kreditor, meskipun itu dapat terjadi.
berlaku bagi Kurator yang
Gugatan terhadap Kurator yang
menangani perkara secara tim.
dilakukan oleh debitor maupun
kreditor pada
c. Secara impilist UU No. 37/2004 tidak Sastrawidjaja Man S. 2006. Hukum
mengatur mengenai perlindungan hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
terhadap Kurator, tetapi kebebasan dalam Pembayaran Utang. Bandung: Alumni.
setiap tindakan Kurator untuk melakukan
Peraturan Perundang-undangan
pengurusan dan pemberesan harta pailit,
misalkan Kurator tidak perlu meminta Undang Undang Dasar Negara Republik
persetujuan debitor pailit dalam Indonesia Tahun 1945.
melakukan penjualan aset maupun Kitab Undang Undang Hukum Perdata
pengelolaan aset selama dalam (Staatsblad Tahun 1847 Nomor 23)
penguasaan Kurator adalah salah satu Kitab Undang Undang Hukum Pidana
bentuk perlindungan hukum yang (Staatsblad Tahun 1915 Nomor 732)
diberikan oleh UU No.
Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004
37/2004 terhadap kewenangan Kurator
tentang Kepailitan dan Kewajiban
dalam melaksanakan tugasnya. Aturan
Penundaan Pembayaran Utang
perlindungan hukum terhadap Kurator
(Lembaran Negara Republik Indonesia
juga telah termuat didalam:
Tahun 2004
1) Pasal 28D ayat (1) UUD 1945; Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara
2) Pasal 5 ayat (2) Kode Etik Asosiasi Republik Indonesia Nomor 4433).
Kurator dan Pengurus Indonesia Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007
wajib memberikan perlindungan tentang Perseroan Terbatas (Lembaran
hukum secara cuma-cuma terhadap Negara Republik Indonesia Tahun 2007
anggotanya. Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4756).
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Azasi
DAFTAR PUSTAKA
Manusia Nomor 18 Tahun 2013 tentang
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Syarat dan Tata Cara Pendaftaran
Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi Kurator.
ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Kode Etik dan Standar Profesi
Hartini, Rahayu. 2008. Hukum Kepailitan.
Kode Etik Profesi Asosiasi Kurator dan
Malang: UMM Press.
Pengurus Indonesia.
Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan
Standar Profesi Kurator dan Pengurus.
Penelitian Hukum. Bandung: Citra
Aditya Bakti. Internet
Prinst Darwan. 2002. Strategi Menyusun dan http://bisniskeuangan.kompas.com/Dirut.
Menangani Gugatan Perdata. Bandung: Batavia.Air.Gugat.Balik.Tim.Kurator,
Citra Adtya Bakti. diakses pada tanggal 18 Juli 2015.
http://digilib.unila.ac.id/8899/3/BAB%20II.
pdf., diakses pada tanggall 20 Mei 2015.

You might also like