Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 113

KAJIAN PERIKANAN PURSE SEINE MINI

DI DESA SATHEAN KABUPATEN MALUKU TENGGARA

ERWIN TANJAYA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Kajian Perikanan Purse Seine Mini Di
Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara” adalah karya saya sendiri dengan arahan
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juni 2011

Erwin Tanjaya
NRP. C451090031
ABSTRACT

ERWIN TANJAYA. Assessment of Mini Purse Seine Fishery in Sathean Village,


Southeast Maluku District. Under Supervision of M. FEDI A SONDITA and ROZA
YUSFIANDAYANI

Small scale mini purse seine fishery is one of prominent fisheries in the Southeast
Maluku District; the fishery is managed by individuals from Sathean village. The
technology of the fishery is considered modern with short distance fishing ground or one
day fishing operation in nearby coastal waters. Fishing units with such technology are
generally considered having poor performance, i.e. low productivity, however, this is not
necessarily a case to the fishing fleets in the district. Technical constraints may also affect
spatial and temporal coverage of fishing operation. Effect of such constraint can be
observed from location of fishing ground and fishing pattern in relation to seasonal feature
of the marine environment. The purpose of this study were: 1) to describe fishing ground
throughout the year, 2) to compare productivity (catch per trip) and setting duration
among 3 (three) units of mini purse seine that have different specifications in terms of net
dimensions (length, height, and mesh size), 3) to compare the size composition of fish
among 3 (three) units of mini purse seine fishing that have different specifications in terms
of net dimensions (length, height, and mesh size). The main catch of the fishery are Indian
scad (Decapterus russelli), frigate tuna (Auxis thazard), and yellowstriped scad
(Selaroides leptolepsis). Over 14 fishing trips, KM Virus with a 400 meter net caught
157,382 fish individuals with a total weight of 18,766 kg, KM Mujur with a 350 meter net
caught 139,985 fish individuals with a total weight of 15,502 kg while KM Dewo with a
300 meter net caught 139,941 fish individuals with a total weight of 13,871 kg. The
analysis of variance (ANOVA) on daily catch resulted in Ftest = 3,255 while Ftable = 3,238
(at = 0,05), hence concludes a difference in daily catch among the three vessels. The
ANOVA on setting time resulted in Ftest = 31,055 while Ftable = 3.238, hence concludes that
the analysis difference in setting time among the three fishing vessels.

Keywords: Assessment, mini purse seine, Southeast Maluku District.


RINGKASAN

ERWIN TANJAYA. Kajian Perikanan Purse Seine Mini Di Desa Sathean Kabupaten
Maluku Tenggara. Dibimbing oleh M. FEDI A SONDITA dan ROZA
YUSFIANDAYANI

Salah satu jenis perikanan yang menonjol di Kabupaten Maluku Tenggara adalah
perikanan purse seine mini yang diusahakan oleh perorangan. Perikanan ini berbasis di
Desa Sathean. Jenis teknologi yang diterapkan tergolong modern namun dengan jangkauan
operasi yang terkonsentrasi di perairan pantai karena nelayan membatasi diri untuk
beroperasi dengan sistem one-day trip dari basis perikanan terdekat. Sistem operasi
penangkapan ikan seperti ini dapat menyebabkan produktivitas yang rendah (Barus et al.
1991). Faktor yang dianggap sebagai penyebab rendahnya produktivitas ini di antaranya
adalah keterampilan dan pengetahuan nelayan yang terbatas serta penggunaan teknologi
alat dan kapal penangkapan ikan sederhana.
Hingga kini, produktivitas untuk armada purse seine mini di kabupaten ini belum
diketahui. Selain itu, belum diketahui dengan pasti dimana kapal-kapal ikan ini
dioperasikan, apakah selalu pada lokasi yang sama sepanjang tahun atau lokasi daerah
penangkapan ikan disesuaikan dengan kondisi laut yang umumnya bersifat musiman.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1) mengetahui daerah penangkapan ikan
(fishing ground) sepanjang tahun, 2) membandingkan produktivitas (hasil tangkapan per
trip) dan lama pelingkaran jaring di antara 3 (tiga) buah unit penangkapan ikan dengan
purse seine mini yang memiliki perbedaan spesifikasi dalam hal alat tangkap (panjang,
tinggi dan mesh size), 3) membandingkan komposisi ukuran ikan di antara 3 (tiga) buah
unit penangkapan ikan dengan purse seine mini yang memiliki perbedaan spesifikasi dalam
hal alat tangkap (panjang, tinggi dan mesh size).
Selama penelitian ini, ketiga kapal masing-masing dioperasikan sebanyak 14 kali
(trip). KM Virus dengan panjang jaring 400 meter menangkap 157.382 ekor ikan (37%)
dengan berat 18.766 kg. KM Mujur dengan panjang jaring 350 meter menangkap 139.985
ekor ikan (33%) dengan berat 15.502 kg. KM Dewo dengan panjang jaring 300 meter
menangkap 139.941 ekor ikan (30%) dengan berat 13.871 kg. Ikan yang dominan
tertangkap adalah layang (Decapterus russelli), tongkol (Auxis thazard) dan selar
(Selaroides leptolepsis).
Anova terhadap hasil tangkapan pertrip menyimpulkan ada perbedaan nyata
diantara ketiga kapal tersebut (Fhit = 3,255 dan Ftab = 3,238 pada ( = 0,05), selain itu
Anova pada lama pelingkaran jaring menyimpulkan adanya perbedaan diantara ketiga
kapal tersebut (Fhit = 31,055 dan Ftab = 3,238 pada ( = 0,05).

Kata Kunci : Kajian, Purse seine mini, Kabupaten Maluku Tenggara


© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2011
Hak cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber :
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
KAJIAN PERIKANAN PURSE SEINE MINI
DI DESA SATHEAN KABUPATEN MALUKU TENGGARA

ERWIN TANJAYA

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tesis : Kajian Perikanan Purse Seine Mini Di Desa Sathean Kabupaten
Maluku Tenggara
Nama Mahasiswa : Erwin Tanjaya
NRP : C 451090031
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. M. Fedi. A. Sondita, M.Sc Dr. Roza Yusfiandayani, S.Pi


Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Teknologi dan Dekan Sekolah Pascasarjana


Manajemen Perikanan Tangkap

Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr

Tanggal Ujian : 13 Juli 2011 Tanggal Lulus :


Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Domu. Simbolon, M.Si
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tual Kabupaten Maluku Tenggara pada tanggal 6


Desember 1970 sebagai anak keempat dari Sembilan bersaudara dari
pasangan Bapak Denston Tanjaya dan Ibu Nelly Theminsery/T (Almarhum).
Pendidikan dasar diselesaikan oleh penulis di SD Naskat Mathias I Tual pada
tahun 1984. Pendidikan menengah pertama diselesaikan di SMP Negeri 1 Tual pada tahun
1987, kemudian lulus dari Sekolah Menengah Atas pada tahun 1990 di SMA Negeri 1
Tual. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Pattimura
(UNPATTI) pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan dinyatakan lulus strata satu
pada tahun 1997. Pada tahun 2009, penulis melanjutkan pendidikan strata dua di Institut
Pertanian Bogor pada Program Studi Teknologi Perikanan Tangkap. Penulis bekerja
sebagai staf pengajar pada Politeknik Perikanan Negeri Tual sejak tahun 2006 sampai
sekarang.
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas segala
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga tesis dengan judul “Produktivitas Unit Penangkapan
Perikanan Purse Seine Di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara” dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada
Bapak Ir P. Beruatwarin. M.Si selaku mantan Direktur Politeknik Perikanan Negeri Tual,
Bapak Dr. rer nat. Ir. E. A. Renjaan, M.Sc, selaku Direktur Politeknik Perikanan Negeri
Tual yang telah memberikan izin Tugas Belajar pada Program Studi Teknologi dan
Manajemen Perikanan Tangkap Pascasarjana IPB Bogor. Ucapan terima kasih dan
penghargaan yang tinggi dan tak terhingga juga kepada Bapak Dr. Ir. M. Fedi A. Sondita,
M.Sc. dan Dr. Roza Yusfiandayani, S.Pi, sebagai ketua komisi pembimbing dan anggota
komisi pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu serta memberikan arahan dan
bimbingan kepada penulis dari penyusunan proposal hingga selesainya tesis ini, serta
Bapak Dr. Ir. Domu Simbolon, M.Si selaku penguji luar komisi yang bersedia menguji dan
memberikan petunjuk, arahan dan masukan untuk perbaikan dan kesempurnaan tesis ini.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga disampaikan kepada Dekan Sekolah
Pascasarjana Bapak Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr dan Ketua Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Bapak Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc, serta Ketua Program Studi
Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Bapak Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc
Institut Pertanian Bogor beserta para staf pengajar yang telah membekali ilmu
pengetahuan.
Kepada Bapak Djailani Jamlean, Ladatimo Jamlean dan Musa Jamlean beserta
keluarga, pemilik armada purse seine mini di Desa Sathean Kecamatan Kei Kecil
Kabupaten Maluku Tenggara yang telah banyak membantu penulis selama kegiatan
penelitian dilapangan. Khususnya untuk Kel. Linda Yanti Noya, Kel. Maria Theresia
Sarbunan penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga atas bantuannya selama penulis
menempuh studi.
Rekan-rekan Mahasiswa Pascasarjana Departemen PSP Program Studi TPT/SPT
2009: Yusrizal, S.Pi, Erfind Nurdin, S.Pi, Moh Amin, S.Pi, Moh Rijal, S.Pi, Irnawati
Sinaga, S.Pi, Noer Kholifah, S.Pi, Gunawan Wicaksono, S.Pi, Ali Rahantan, S.Pi, Toni
Kilmanun, ST, Jufri Laitupa, S.Pi, Budi Wiyono, S.Pi, Yudi Herdiana, S.Pi, Aulia Putra,
S.Pi, Agustin Ross, S.Pi. Teman-teman mahasiswa Pascasarjana dari Politeknik Perikanan
Tual, Teman-teman dari Persatuan Mahasiswa Maluku (PERMAMA) di Bogor atas segala
kerjasama dan dukungan serta kebersamaannya selama ini. Tak lupa kepada pihak
sekretariat PSP atas segala bantuan selama penulis mengikuti pendidikan. Semua pihak
yang tidak sempat penulis sebutkan yang telah memberikan dukungan dan sumbangsih
pemikiran selama penulis menempuh pendidikan.
Khusus kepada keluarga terima kasih yang tak terhingga kepada orangtuaku: Papa
Denston Tanjaya dan Mama Nelly Theminsery/T (Almarhum) serta kakak-adik sekeluarga,
keluarga Papa Alex Noya sekeluarga atas bantuan, doa dan motivasinya kepada penulis.
Yang terakhir dan yang paling utama terima kasih kepada Istriku tersayang dan
tercinta Mieke Noya/T, SKM dan Anak-anakku tersayang Anggella Nelly Vania dan
Vanezia Alexandra yang tidak pernah berhenti mencurahkan kasih sayang dan
pengorbanan yang luar biasa dan selalu setia mendampingi penulis selama mengikuti
pendidikan Pascasarjana di IPB.
Akhir kata semoga Tuhan selalu menyertai perjalanan karier dan hidup
bapak/Ibu/Saudara/i sekalian.

Bogor, Juli 2011

Erwin Tanjaya
DAFTAR ISTILAH

Daerah Penangkapan Ikan Suatu daerah perairan tempat ikan berkumpul dimana
penangkapan ikan dapat dilakukan

Haulling (Penarikan jaring) Proses penarikan jaring purse seine mini setelah proses
pelingkaran selesai dilakukan

Kapal Perikanan Kapal, perahu atau alat apung lainnya yang dipergunakan
untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi
penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan
ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan dan pelatihan
atau eksplorasi perikanan.

Pengembangan Usaha perubahan dari suatu nilai yang kurang kepada


sesuatu yang lebih baik, proses yang menuju pada suatu
kemajuan.

Perikanan Semua kegiatan yang berhuungan dengan pengolahan dan


pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai
dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan
pemasaran, yang dilaksakan dalam suatu sistem bisnis.

Perikanan Tangkap Kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak


dalam keadaan di budidayakan dengan alat atau denan
cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal
untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan,
menangani, mengolah dan atau mengawetkannya.

Produktivitas Perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan


keseluruhan sumberdaya yang dipergunakan (input) atau
dapat dikatakan sebagai ukuran tingkat efisiensi dan
efektivitas dari setiap sumber yang digunakan selama
proses produksi berlangsung.

Purse line Tali yang dipasang pada bagian bawah jaring yang
berfungsi untuk mengerutkan jaring pada saat tali tersebut
ditarik.

Rumpon Alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan


ditempatkan pada perairan laut.

Setting (Pelingkaran jaring) Salah satu tahapan dalam metode pengoperasian purse
seine mini yaitu proses pelingkaran jaring untuk
melingkari kawanan ikan.
Sumberdaya ikan Potensi semua jenis ikan termasuk krustasea, moluska dan
biota air lainnya.

Sumberdaya Perikanan Terdiri dari sumberdaya ikan, sumberdaya lingkungan


serta sumberdaya buatan manusia, yang digunakan untuk
memanfaatkan sumberdaya ikan

Unit Penangkapan ikan Satu kesatuan teknis dalam suatu operasi penangkapan
ikan yang terdiri dari kapal perikanan, alat tangkap dan
nelayan.
xi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................. xiii


DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xvi

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1


1.2 Perumusan Masalahan .................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 4
1.5 Hipotesis Penelitian ......................................................................... 4
1.6 Kerangka Pikir Penelitian ............................................................. 4

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pukat Cincin (Purse Seine Mini) ...................................................... 6


2.2 Unit Penangkapan Purse Seine Mini di Kabupaten Maluku Tenggara 8
2.3 Daerah Penangkapan .................................................................... 9
2.4 Alat Bantu Penangkapan ............................................................... 10
2.5 Sumberdaya Ikan Pelagis ............................................................... . 12
2.6 Ikan Pelagis Kecil ............................................................................. 13
2.6.1 Ikan layang (Decapterus sp) .................................................... 14
2.6.2 Ikan selar (Selaroides spp) ..................................................... 16
2.6.3 Ikan tongkol (Auxis thazard.................................................... 17

3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 19


3.2 Alat dan Bahan ............................................................................. 19
3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 21
3.4 Teknik Pengambilan Sampel ........................................................... 24
3.4.1 Teknik pengambilan sampel unit purse seine mini .............. . 24
3.4.2 Teknik pengambilan sampel ikan .......................... ............... 24
3.5 Pendekatan Studi .......................................................................... 25
3.6 Metode Analisis Data .................................................................... 25
3.6.1 Komposisi panjang dan berat ikan ........................................... 25
3.6.2 Hubungan panjang dan berat ikan ........................................... 25
3.7 Data hasil tangkapan per trip dan lama pelingkaran ........................ 26
xii

4 HASIL PENELITIAN

4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian ............................................... 28


4.1.1 Keadaan umum sumberdaya ikan .......................................... 29
4.1.2 Produksi perikanan tangkap .................................................. 30
4.1.3 Sarana perikanan tangkap ...................................................... 31
4.1.4 Alat penangkapan ikan ......................................................... 31
4.2 Unit Penangkapan Purse Seine Mini ……………………………… 33
4.2.1 Kapal purse seine mini ............................................................ 33
4.2.2 Alat tangkap purse seine mini ............................................... 35
4.2.3 Rumpon ............................................................................... 37
4.2.4 Nelayan dan sistem bagi hasil ............................................... 39
4.3 Daerah Penangkapan ..................................................................... .. 41
4.3.1 Musim penangkapan ikan ……................................................ 41
4.3.2 Operasi penangkapan ikan ....................................................... 43
4.4 Hasil Tangkapan ............................................................................... 45
4.4.1 Produktivitas (hasil tangkapan per trip) ................................... 47
4.4.2 Lama pelingkaran jaring .......................................................... 50
4.5 Komposisi Ukuran dan Jenis Hasil Tangkapan ............................... 53
4.6 Ukuran Ikan Layak Tangkap ........................................... ............... 57
4.7 Hubungan Panjang dan Berat Ikan .................................................. 59

5 PEMBAHASAN
5.1 Unit Penangkapan Ikan ................................................................. 62
5.2 Hasil Tangkapan .......................................................................... 65
5.3 Pola Operasi Armada Purse Seine Mini .......................................... 72
5.3 Penelitian Selanjutnya ...................................................................... 73

6 KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan .................................................................................... 76
6.2 Saran .............................................................................................. 76

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 77

LAMPIRAN .............................................................................................. 84
xiii

DAFTAR TABEL

1 Spesifikasi kapal purse seine mini yang digunakan kelompok nelayan


Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara........................................ 19

2 Spesifikasi purse seine mini yang digunakan oleh masing-masing


kelompok nelayan................................................................................ 20

3 Perkembangan jumlah produksi ikan pelagis Kecil di Kabupaten


Maluku Tenggara selama periode tahun 2005 – 2009......................... 31

4 Perkembangan jumlah kapal penangkap ikan di Kabupaten Maluku


Tenggara Tahun 2005 – 2009.............................................................. 32

5 Perkembangan jumlah jenis alat tangkap ikan di Kabupaten


Maluku Tenggara Tahun 2005 – 2009................................................. 33

6 Spesifikasi komponen material rumpon bambu yang digunakan


nelayan Kabupaten Maluku Tenggara................................................. 38

7 Trip operasi armada purse seine mini yang beroperasi berdasarkan


musim penangkapan di Kabupaten Maluku Tenggara ........................ 43

8 Perbandingan trip hasil tangkapal ke 3 kapal purse seine mini


di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara……………………… 49

9 Hasil ANOVA terhadap data trip hasil tangkapan dari 3 kapal purse
seine mini …………………………………………………………… 49

10 Perbandingan lama pelingkaran jaring ke 3 kapal purse seine mini


di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara……………………. 52

11 Hasil ANOVA terhadap data lama pelingkaran jaring dari 3 kapal


purse seine mini…………………………………………………….. 52

12 Komposisi panjang dan berat jenis ikan utama yang tertangkap


oleh 3 kapal purse seine mini di Desa Sathean……………………. 56

13 Perbandingan panjang dan tinggi purse seine dari beberapa tempat


di Indonesia…………………………………………………………. 64

14 Perbandingan panjang purse seine dan produktivitas kapal purse seine


dari beberapa tempat di Indonesia ..………………………………… 66
xiv

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir produktivitas perikanan purse seine mini di Desa


Sathean Kabupaten Maluku Tenggar .…………………………............. 5

2 Unit penangkapan pukat cincin (Purse seine mini) di Kabupaten


Maluku Tenggara ………………………………………………..……… 7

3 Rumpon bambu di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara.............. 12

4 Ikan layang (Decapterus russselli)............................................................ 15

5 Ikan selar (Selarroides leptolepsis)............................................................................ 17

6 Ikan tongkol (Auxis thazard) ......................................................................... 18

7 Jenis kapal utama (tipe lembut) di Kabupaten Maluku Tenggara ............ 34

8 Jenis kapal johnson (tipe slep) di Kabupaten Maluku Tenggara .............. 34

9 Desain jaring purse seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara ............. 35

10 Pelampung dan floatline pada bagian atas purse seine mini di Kabupaten
Maluku Tenggara ...................................................................................... 36

11 Cincin dan pemberat pada bagian bawah purse seine mini di Kabupaten
Maluku Tenggara ...................................................................................... 37

12 Konstruksi rumpon bambu di Desa Sathan Kabupaten Maluku Tengggara 37

13 Sistem bagi hasil pada perikanan purse seine mini di Kabupaten Maluku
Tenggara .................................................................................................... 40

14 Peta daerah penangkapan ikan di Desa Sathean Kabupaten Maluku


Tenggara .................................................................................................... 41

15 Musim penangkapan ikan berdasarkan musim angin di Kabupaten Maluku


Tenggara..................................................................................................... 42

16 Total hasil tangkapan tiga kapal purse seine mini selama tanggal 21 Juli –
4 September 2010 di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara. ……. 46

17 Perbandingan komposisi jenis ikan pada hasil tangkapan 3 kapal purse


seine mini selama tanggal 21 Juli – 4 September 2010 di Desa Sathean.. 46

18 Perbandingan hasil tangkapan 3 kapal purse seine mini berdasarkan DPI


di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara ............................................. 47
xv

19 Hasil tangkapan KM Virus per trip operasi penangkapan di Desa


Sathean (Juli – Agustus 2010)………………………………………… 48

20 Hasil tangkapan KM Mujur per trip operasi penangkapan di Desa


Sathean (Agustus – September 2010) ……………………………….. 48

21 Hasil tangkapan KM Mujur per trip operasi penangkapan di Desa


Sathean (Juli – Agustus 2010) ………………………………………… 48

22 Perbandingan hasil tangkapan per trip ke 3 kapal purse seine mini di


Desa Sathean selama penelitian ...........………………………………… 50

23 Lama pelingkaran jaring KM Virus di Desa Sathean (Juli –


Agustus 2010) …….…………………………………………………… 51

24 Lama pelingkaran jaring KM Mujur di Desa Sathean (Agustus -


September 2010)………………………………………………………. 51

25 Lama pelingkaran jaring KM Dewo di Desa Sathean (Juli –


Agustus 2010)…………………………………………………………. 51

26 Perbandingan lama pelingkaran ke 3 kapal purse seine mini di Desa


Sathean Kabupaten Maluku Tenggara…………………………………. 53

27 Komposisi panjang dan berat 3 jenis ikan yang banyak tertangkap


KM Virus di Desa Sathean……………………………………………… 54

28 Komposisi panjang dan berat 3 jenis ikan yang banyak tertangkap


KM Mujur di Desa Sathean……………………………………………… 55

29 Komposisi panjang dan berat 3 jenis ikan yang banyak tertangkap


KM Dewo di Desa Sathean……………………………………………… 56

30 Total ukuran ikan layak tangkap hasil tangkapan ketiga jenis ikan pada
KM Virus selama penelitian ..................................................................... 57

31 Total ukuran ikan layak tangkap hasil tangkapan ketiga jenis ikan pada
KM Mujur selama penelitian ..................................................................... 58

32 Total ukuran ikan layak tangkap hasil tangkapan ketiga jenis ikan pada
KM Dewo selama penelitian .................................................................... 58

33 Hubungan panjang dan berat dari tiga jenis ikan dominan tertangkap
Oleh KM Virus…………………………………………………………… 59

34 Hubungan panjang dan berat dari tiga jenis ikan dominan tertangkap
Oleh KM Mujur………………………………………………………….. 60
xvi

35 Hubungan panjang dan berat dari tiga jenis ikan dominan tertangkap
Oleh KM Dewo………………………………………………………….. 61
xvii

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lokasi Penelitian …………………………............................................ 84

2 Tahapan operasi penangkapan ikan purse seine mini di Desa Sathean.... 85

3 Data Hasil Tangkapan Ke 3 Kapal purse seine mini …………………… 86

4 Data Hasil Tangkapan KM Virus Per jenis Ikan …………………..…... 89

5 Data Hasil Tangkapan KM Mujur Per jenis Ikan ………………..…….. 90

6 Data Hasil Tangkapan KM Dewo Per jenis Ikan ………………..…….. 91

7 Hasil Uji Lanjut (BNT) Data Trip Hasil Tangkapan ke 3 Kapal purse
seine mini ……………………………………………………………... 92

8 Hasil Uji Lanjut (BNT) Data Lama Pelingkaran Jaring ke 3 Kapal purse
seine mini ………………………………...……………………………. 93
1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tenggara merupakan salah satu
sektor andalan yang memberikan kontribusi yang cukup besar bagi Pemerintah
daerah setempat, salah satu jenis perikanan tangkap yang sangat dominan adalah
perikanan purse seine mini selain bagan, gill net dan pancing. Produksi hasil
tangkapan dari perikanan ini sendiri pada tahun 2009 mencapai 9.807 ton atau
48,2 % dari total produksi perikanan laut (DKP Kabupaten Maluku Tenggara
2009).
Potensi sumberdaya ikan di perairan Maluku Tenggara dapat dilihat dari
volume produksi ikan yang didaratkan pada tahun 2008, yaitu sebesar 67.309,33
ton (DKP Kabupaten Maluku Tenggara 2009). Jenis ikan pelagis kecil yang
banyak tertangkap di perairan ini adalah layang (momar, Decapterus spp),
kembung (lema, Rastrelliger spp), selar (kawalinya, Selaroides spp), tembang
(tembang, Sardinalla sp), dan teri (puri, Stolephorus spp). Jenis-jenis ikan tersebut
tersebar di sekitar kepulauan Kei Kecil dan Kei Besar. Kelompok ikan pelagis
kecil merupakan kelompok yang memiliki keragaman jenis dan produksi lebih
besar dibandingkan dengan jenis ikan pelagis besar dan ikan demersal.
Visi Kabupaten Maluku Tenggara yaitu terwujudya Kabupaten Maluku
Tenggara sebagai daerah penghasil perikanan dan daerah pendidikan,
perdagangan serta pariwisata yang kompetitif. Pemerintah daerah memiliki
harapan besar terhadap sektor kelautan dan perikanan sebagai salah satu sektor
andalan Kabupaten Maluku Tenggara.
Salah satu jenis perikanan yang menonjol di kabupaten ini adalah
perikanan purse seine mini. Jenis perikanan ini telah lama dilakukan oleh
nelayan dengan modal perorangan. Basis utama perikanan ini adalah Desa
Sathean, Kabupaten Maluku Tenggara. Jenis teknologi yang diterapkan tergolong
modern namun dengan jangkauan operasi yang terkonsentrasi di perairan pantai
karena nelayan membatasi diri untuk beroperasi dengan sistem one-day trip dari
basis perikanan terdekat. Sistem operasi penangkapan ikan seperti ini dapat
menyebabkan produktivitas yang rendah (Barus et al. 1991). Faktor yang
2

dianggap sebagai penyebab rendahnya produktivitas ini di antaranya adalah


keterampilan dan pengetahuan nelayan yang terbatas serta penggunaan teknologi
alat dan kapal penangkapan ikan yang sederhana.
Produktivitas adalah perbandingan pelaksanaan antara satu unit alat dalam
suatu proses produksi dengan lainnya dan pengukuran seperti ini menunjukan
pencapaian secara relative. Sedangkan secara teknis produktivitas mengandung
pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan
sumberdaya yang dipergunakan (input) atau dapat dikatakan sebagai ukuran
tingkat efesiensi dan efektivitas dari setiap sumber yang digunakan selama proses
produksi berlangsung (Sinungan, 1987).
Metode penangkapan ikan yang diterapkan dalam perikanan purse seine
mini adalah melingkari dan mengurung kawanan ikan, baik kawanan ikan yang
bergerak aktif maupun kawanan ikan yang sedang diam berkumpul di sekitar fish
aggregating devices (FAD), seperti rumpon dan lampu pemikat ikan. Rumpon
merupakan alat pemikat ikan yang digunakan untuk mengkonsentrasikan ikan
sehingga operasi penangkapan ikan dapat dilakukan dengan mudah. Di samping
berfungsi sebagai pengumpul kawanan ikan, pada prinsipnya memudahkan
kawanan ikan untuk ditangkap dan juga dapat menghemat waktu dan bahan bakar,
karena daerah penangkapannya yang sudah pasti (Subani, 1986). Lebih lanjut
Monintja (1993) menyatakan bahwa manfaat yang diharapkan selain menghemat
waktu dan bahan bakar juga dapat menaikkan hasil tangkapan per satuan upaya
penangkapan.
Proses pelingkaran dan pengurungan ikan ini menentukan keberhasilan
nelayan dalam menangkap kawanan ikan. Faktor yang dianggap mempengaruhi
keberhasilan ini di antaranya adalah panjang jaring (L) dan kecepatan kapal (v)
ketika menebar jaring untuk melingkari dan mengurung ikan. Kecepatan kapal
sangat menentukan kesempurnaan pelingkaran jaring secara sempurna sehingga
tidak ada celah bagi ikan untuk meloloskan diri (Fridman, 1986). Spesifikasi unit
penangkapan ikan di suatu basis penangkapan ikan belum tentu seragam karena
nelayan atau pemilik usaha dapat memiliki keinginan yang berbeda. Kapal-kapal
penangkap ikan dapat menggunakan mesin-mesin dengan kekuatan yang berbeda,
alat penangkapan ikan menyebabkan perbedaan kinerja operasi, yaitu
3

produktivitas yang berbeda. Keragaman unit penangkapan ikan seperti ini terjadi
juga pada perikanan purse seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara. Oleh
karena itu, menarik untuk mengetahui apakah kinerja di antara unit-unit
penangkapan ikan dengan purse seine mini sama atau berbeda.
Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan di atas maka dipandang perlu
untuk melakukan penelitian tentang “Kajian Perikanan purse seine mini di Desa
Sathean Kabupaten Maluku Tenggara” khususnya dikaitkan dengan
produktivitas (hasil tangkapan per trip) dari unit penangkapan purse seine mini
pada saat melakukan operasi penangkapan ikan. yang dipengaruhi oleh musim
penangkapan ikan. Dari penelitian ini diharapkan akan diperoleh strategi operasi
penangkapan ikan yang dapat meningkatkan produksi hasil tangkapan nelayan dan
menjamin keberlanjutan usaha perikanan purse seine sehingga sektor perikanan
menjadi pilar pertumbuhan ekonomi daerah.

1.2 Perumusan Masalah


Usaha perikanan purse seine mini di Desa Sathean Kabupaten Maluku
Tenggara saat ini diperkirakan sangat ditentukan oleh karakteristik sumberdaya
ikan, spesifikasi unit penangkapan ikan serta pola operasi penangkapan ikan yang
diterapkan para nelayan. Secara umum, kegiatan penangkapan ikan ditentukan
oleh dinamika lingkungan yang bersifat musiman. Dinamika musiman ini sudah
selayaknya disikapi nelayan dengan tepat, yaitu baik dengan pemilihan teknologi
yang tepat maupun pola operasi yang sesuai. Pola operasi penangkapan ikan yang
dimaksud mencakup lama trip operasi penangkapan ikan, frekuensi trip operasi
penangkapan dan menentukan daerah penangkapan ikan berdasarkan musim
penangkapan. Hingga saat ini, belum diketahui dengan pasti bagaimana nelayan
purse seine mini yang berpangkalan di Desa Sathean mengatasi permasalahan ini.
Belum diketahui apakah para nelayan berpindah daerah penangkapan ikan untuk
menyesuaikan diri dengan kondisi laut yang bersifat musiman agar kegiatan
penangkapan ikan tetap berlangsung sepanjang tahun.

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk :
1) mengetahui daerah penangkapan ikan sepanjang tahun.
4

2) Membandingkan produktivitas (hasil tangkapan per trip) dan lama


pelingkaran jaring di antara 3 (tiga) unit penangkapan ikan dengan purse
seine mini yang memiliki perbedaan spesifikasi dalam hal alat tangkap
(panjang, tinggi, dan mesh size).
3) Membandingkan komposisi ukuran ikan di antara 3 (tiga) unit penangkapan
ikan dengan purse seine mini yang memiliki perbedaan spesifikasi dalam hal
alat tangkap (panjang, tinggi, dan mesh size).

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat berupa:

1) Informasi yang dapat dipertimbangkan oleh Pemerintah Kabupaten Maluku


Tenggara dalam mengelola perikanan tangkap, khususnya perikanan purse
seine mini.
2) Informasi bagi para nelayan dan stakeholders perikanan dalam rangka
berpartisipasi untuk mewujudkan pengelolaan perikanan yang efektif.
3) Pengetahuan tentang strategi yang diterapkan nelayan dalam menyikapi
dinamika lingkungan perairan yang sangat mempengaruhi modus operasi
penangkapan ikan yang menerapkan teknologi sederhana.

1.5 Hipotesis Penelitian

Produktivitas (hasil tangkapan per trip) purse seine mini di Desa Sathean
Kabupaten Maluku Tenggara sangat dipengaruhi oleh spesifikasi unit
penangkapan, lama pelingkaran jaring dan komposisi ukuran ikan yang
tertangkap.

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini memerlukan informasi terkini tentang usaha perikanan purse


seine mini yang berbasis di Desa Sathean untuk dapat menjawab tujuan diatas.
Informasi ini sebaiknya mencakup berbagai hal mendasar, di antaranya adalah
karakteristik sumber daya ikan, spesifikasi teknis unit penangkapan ikan, pola
operasi penangkapan ikan dan penentuan daerah penangkapan berdasarkan musim
5

penangkapan ikan, dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan


produktivitas hasil tangkapan nelayan (Gambar 1).

Usaha perikanan
purse seine mini saat ini

- Kurangnya informasi komposisi hasil tangkapan dominan


- Modus operasi masih terbatas (one day trip)
- Daerah penangkapan ikan (fishing ground) belum pasti

Karakteristik Spesikasi teknis Identifikasi pola Menentukan daerah


sumberdaya ikan unit penangkapan Operasi penangkapan penangkapan ikan

- Komposisi dan jenis - Ukuran alat tangkap ; - Persiapan dan strategi - DPI berdasarkan
hasil tangkapan Panjang dan tinggi operasi penangkapan musim penangkapan
- Hubungan Panjang - Armada Penangkapan - Lama hari operasi - Operasi pada DPI
dan berat ikan Ukuran; kapal, mesin penangkapan yang berbeda
- Ukuran ikan layak - Spesifikasi alat bantu
tangkap penangkapan

Metode deskriptif komperatif

Peningkatan produktivitas hasil tangkapan


purse seine mini Desa Sathean

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian produktivitas perikanan purse seine mini di


Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara
2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pukat Cincin


Pukat cincin adalah jenis alat penangkap ikan yang terbuat dari jaring
dengan ukuran besar, membutuhkan tenaga banyak untuk mengoperasikannya.
Pukat cincin memiliki bentuk dasar berupa sebuah empat persegi panjang, tanpa
kantong dan digunakan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan (pelagic
fish). Harahap (2006) mengemukakan bahwa panjang pukat cincin yang
dioperasikan di perairan laut Sibolga (Sumatera utara) dapat mencapai 500 –
1.000 m dan tingginya mencapai 50 – 70 m, sedangkan hasil penelitian Irham
(2005) panjang mini purse seine (soma pajeko) yang dioperasikan di Maluku
utara memiliki panjang 200 – 600 m. Di Pekalongan operasi penangkapan ikan
dengan purse seine pada kapal ukuran > 30 GT memerlukan nelayan hingga 34
orang (Hufiadi, 2007) sedangkan di perairan Sulawesi utara (Tumumpa, Belang,
Lolak, dan Bitung) kapal purse seine yang beroperasi berukuran 18 – 20 GT
dan dalam melakukan operasi memerlukan nelayan 20 – 22 orang (Marasut,
2005). Spesifikasi pukat cincin dan kemampuan nelayan dalam mendeteksi
gerombolan ikan secara tepat dan ketrampilan untuk mengoperasikannya
merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan setiap operasi
penangkapan ikan.
Alat tangkap ini dioperasikan secara aktif, yaitu menemukan, mengejar
dan mengurung kawanan ikan pelagis yang bergerombol dan bergerak cepat
dalam jumlah besar atau melalui alat pengumpul ikan (Zarochman dan Wahyono
2005). Oleh karena itu, alat tangkap ini termasuk dalam jenis jaring lingkar
(surrounding nets) (Martasuganda, 2004). Brandt (2005) menyatakan bahwa
pukat cincin merupakan alat tangkap yang lebih efektif untuk menangkap ikan-
ikan pelagis di sekitar permukaan air. Purse seine dibentuk dari dinding jaring
yang sangat panjang, biasanya tali ris bawah (leadline) sama atau lebih panjang
dari pada tali ris atas (floatline) Bentuk konstruksi jaring seperti ini tidak ada
kantong yang berbentuk permanen pada jaring. Karakteristik jaring purse seine
terletak pada cincin yang terdapat pada bagian bawah jaring. Dilihat dari segi
konstruksi maka komponen jaring pukat cincin dapat dikelompokkan dalam 5
7

bagian besar yaitu; (1) badan jaring, (2) tali kerut, (3) cincin (ring), (4) pelampung
dan pemberat, dan (5) tali selembar (Martasuganda, 2004).
Selanjutnya (Baskoro, 2002), menyatakan bahwa pukat cincin dilengkapi
dengan tali kerut yang dilewatkan melalui cincin yang diikatkan pada bagian
bawah jaring (tali ris bawah), sehingga dengan menarik tali kerut bagian bawah
jaring dapat dikuncupkan dan jaring akan berbentuk seperti mangkok (Gambar 2).

Sumber: von Brandt (2005)


Gambar 2 Ilustrasi tentang sosok pukat cincin ketika dioperasikan untuk
melingkari atau mengurung kawanan ikan

Keberhasilan penangkapan ikan dengan pukat cincin semakin tinggi


dengan penggunaan rumpon dan lampu sebagai pemikat ikan ( Zarochman dan
Wahyono 2005). Chodriyah (2009) menyatakan bahwa perikanan purse seine di
Pekalongan mengalami perubahan taktik penangkapan dari rumpon dan lampu
petromaks digantikan dengan rumpon dan lampu sorot sebagai alat bantu
penangkapan. Namun demikian Potier dan Petit (1997) menyatakan bahwa
perubahan strategi penangkapan dari petromaks menjadi lampu sorot sebagai
alat bantu pengumpul ikan tidak merubah secara drastis komposisi hasil
tangkapan, perbedaan komposisi hasil tangkapan sangat tergantung pada musim
dan daerah penangkapan.
Jenis alat tangkap ini semakin populer digunakan setelah ada larangan
penggunaan trawl atau pukat harimau pada tahun 1980. Armada perikanan pukat
cincin kemudian berkembang menjadi semi industri, diiringi dengan peningkatan
kapasitas penangkapan yang dicirikan oleh peningkatan ukuran kapal dan
8

kekuatan mesin serta perluasan daerah penangkapan, serta peningkatan


penggunaan lampu sorot (cahaya) sebagai alat bantu penangkapan ikan (Nugroho
2006). Sainsbury (1996) menyatakan bahwa ukuran ikan yang dapat ditangkap
oleh alat ini tergantung pada ukuran mata jaring yang digunakan. Semakin kecil
ukuran mata jaring maka semakin kecil peluang ikan-ikan kecil tertangkap karena
tidak dapat meloloskan diri dari mata jaring.

2.2 Unit Penangkapan purse seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara


Jeujanan (2008) melaporkan bahwa pukat cincin yang beroperasi di
perairan Kabupaten Maluku Tenggara memiliki panjang yang berkisar antara 200
- 600 m dengan tinggi yang berkisar antara 40 - 70 m. Bagian kantong atau bunt
sebagai tempat berkumpul ikan terbuat dari bahan PA 210/D12 dan PA 210/D9
dengan ukuran mata jaring (mesh size) 1 – 1,25 inci. Badan jaring terbuat dari
bahan PA 210/D6, PA 210/D9 dan PA/210/D12 dengan ukuran mesh size sebesar
1 inci. Bagian sayap yang berfungsi sebagai pagar pencegah gerombolan ikan
untuk meloloskan diri atau mencengah ikan keluar dari bagian kantong, terbuat
dari bahan PA 210/D6, PA 210/D9 dan PA 210/D12 dengan ukuran mesh size
1,25 inci.
Jaring pada pinggir badan jaring (selvedge) terbuat dari bahan PVA
380/D15 dengan ukuran mata jaring (mesh size) 1 inci yang terdiri dari 3 mata
untuk arah ke bawah. Tali ris atas (floatline) terbuat dari bahan PVA dengan
panjang 410 m, dan diameter tali sebesar 14 mm, sedangkan tali ris bawah
(leadline) terbuat dari bahan PVA dengan diameter tali sebesar 14 mm yang
memiliki panjang 470 m (Jeujanan, 2008)
Jeujanan (2008) menyatakan bahwa jumlah pemberat dalam suatu unit
pukat cincin terdiri dari 2200 buah, dengan berat 100 gr/buah. Pemberat pada
pukat cincin memiliki panjang 2,9 cm dengan diameter tengah 2,8 cm yang
terbuat dari bahan timah hitam. Jarak antara pemberat berkisar 10 - 15 cm. Tali
pemberat pada pukat cincin terbuat dari bahan PVA dengan diameter tali 12 mm.
Jumlah pelampung dalam satu unit pukat cincin terdiri dari 1100 buah, dengan
jarak antara pelampung sekitar 15-20 cm. Pelampung pukat cincin berbentuk elips
dengan panjang 12,7 cm dan diameter tengah 9,5 cm yang terbuat dari bahan karet
sintetis. Jumlah cincin dalam satu unit pukat cincin rata-rata sebanyak 50 buah.
9

Cincin yang digunakan oleh nelayan di Maluku Tenggara memiliki diameter luar
10 cm dan diameter dalam 6,6 cm. Cincin yang digunakan terbuat dari bahan
kuningan dengan jarak antar cincin berkisar 5 - 10 m. Purse line pada pukat
cincin terbuat dari bahan PVA dengan diameter tali 20 mm yang memliki panjang
500 m.
Kegiatan operasi penangkapan dengan pukat cincin di Kabupaten
Maluku Tenggara melibatkan dua jenis perahu sehingga operasi penangkapan
ikan ini termasuk jenis two boat system. Satu kapal berperan sebagai kapal utama
(tipe lambut); kapal ini berfungsi untuk menebarkan jaring yang dibawanya untuk
melingkari atau mengurung kawasan ikan yang berkumpul di sekitar rumpon.
Satu kapal lain yang disebut kapal johnson (slep) berfungsi untuk menarik purse
line setelah jaring dilingkarkan dan menyimpan hasil tangkapan hingga
dibongkar di fishing base.
Kedua kapal tersebut terbuat dari bahan kayu. Kapal utama (tipe lambut)
umumnya berukuran 13 -15,5 GT dengan panjang (L) antara 15,0 – 17,0 meter,
lebar (B) 2,5 – 2,75 meter dan dalam (D) 1,5 - 2 m, sedangkan untuk kapal
johnson (slep) memiliki ukuran 5,40 - 7,60 GT dengan panjang antara 5,0 – 13,0
meter, lebar 1,5 - 2,5 meter dan dalam 1,0 - 1,25 meter. Tenaga penggerak kapal
utama adalah dua buah mesin tempel (outboard engine) masing-masing
berkekuatan 40 PK yang bermerek Yamaha, sedangkan kapal johnson
digerakkan oleh sebuah mesin tempel (outboard engine) berkekuatan 40 PK
yang bermerek Yamaha. Mesin-mesin tersebut menggunakan bahan bakar
campuran minyak tanah, bensin dan oli.
Jumlah awak yang terlibat dalam operasi penangkapan ikan dengan purse
seine mini umumnya berjumlah 17 - 20 orang. Mereka terdiri dari seorang
juragan laut, 2 orang juru tawur, 2 orang juru mesin, seorang juru pantau, 2 orang
juru pelampung, 2 orang juru pemberat, nelayan biasa, seorang juru mesin kapal
johnson atau slep, 2 orang juru hasil tangkapan.

2.3 Daerah Penangkapan Ikan


Daerah penangkapan perikanan tangkap purse seine mini di perairan
Kabupaten Maluku Tenggara pada umumnya masih dilakukan di sekitar wilayah
perairan antara Kepulauan Kei Kecil dan Kei Besar Perairan Selat Nerong, Desa
10

Mastur, Dusun Udar, Desa Mataholat, Perairan Tanimbar Kei, perairan Dullah
laut dan perairan kepulauan Kur-Toyando. yang mempunyai kedalaman berkisar
100 - 500 meter. Daerah penangkapan ini adalah merupakan lokasi bagi para
nelayan purse seine mini desa Sathean melakukan operasi penangkapan pada
musim-musim tertentu. Biasanya nelayan menentukan daerah penangkapan
(fishing ground) yaitu sesuai dengan musim penangkapan ikan, daerah
penangkapan perikanan purse seine mini adalah dimana ditempatkan atau
dilabuhkan rumpon sebagai alat bantu pengumpul ikan.

2.4 Alat Bantu Penangkapan


Rumpon adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan
ditempatkan pada perairan laut. Menurut Permen Kelautan dan Perikanan No
02/Men/2011 rumpon merupakan alat bantu untuk mengumpulkan ikan dengan
menggunakan berbagai bentuk dan jenis pemikat/atraktor dari benda padat yang
berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul. Berdasarkan tempat pemasangan
dan pemanfaatan rumpon menurut Permen tersebut dikategorikan atas :
(1) Rumpon hanyut adalah merupakan rumpon yang ditempatkan tidak menetap,
tidak dilengkapi dengan jangkar dan hanyut mengikuti arah arus.
(2) Rumpon menetap adalah merupakan rumpon yang ditempatkan secara
menetap dengan menggunakan jangkar dan/atau pemberat, terdiri dari :
a) Rumpon permukaan, merupakan rumpon menetap yang dilengkapi atraktor
yang ditempatkan di kolom permukaan perairan untuk mengumpulkan ikan
pelagis
b) Rumpon dasar, merupakan rumpon menetap yang dilengkapi atraktor yang
ditempatkan di dasar perairan untuk mengumpulkan ikan demersal
Menurut Badan Litbang Pertanian (1992), rumpon yang dikembangkan saat
ini dikelompokkan berdasarkan:
(1) Posisi dari pemikat atau pengumpul (aggregator), rumpon dibagi menjadi
rumpon perairan permukaan lapisan tengah dan dasar. Rumpon perairan
permukaan lapisan tengah terdiri dari jenis rumpon perairan dangkal dan
rumpon perairan dalam.
(2) Kriteria portabilitas, rumpon dikelompokkan menjadi rumpon yang dijangkar
secara tetap (statis) dan rumpon yang dijangkar tetapi dapat dipindah-pindah
11

(dinamis).
(3) Tingkat teknologi yang digunakan, rumpon dikelompokkan menjadi
tradisional dan modern.
Rumpon tradisional umumnya digunakan oleh nelayan tradisional yang
terdiri dari pelampung, tali jangkar atau pemberat serta pemikat yang dipasang
pada kedalaman 300 – 2000 meter. Rumpon modern umumnya digunakan oleh
perusahaan perikanan (swasta dan BUMN). Komponen rumpon modern biasanya
terdiri dari pelampung yang terbuat dari plat besi atau drum, tali jangkar terbuat
dari kabel baja (steel wire), tali sintesis dan dilengkapi dengan swivel, pemberat
biasanya terbuat dari semen cor. Pemikat yang digunakan umumnya terbuat dari
bahan alami dan bahan sintesis seperti ban, pita plastik dan lain-lain.
Rumpon merupakan alat pemikat ikan yang digunakan untuk
mengkonsentrasikan ikan sehingga operasi penangkapan ikan dapat dilakukan
dengan mudah (Subani 1972). Cara pengumpulan ikan dengan pikatan berupa
benda terapung tersebut menurut Sondita (1986), merupakan salah satu bentuk
dari fish aggregating device (FAD), yaitu metode benda atau bangunan yang
dipakai sebagai sarana untuk penangkapan ikan dengan cara memikat dan
mengumpulkan ikan-ikan tersebut. Selanjutnya Simbolon (2004), menyatakan
bahwa rumpon ini dimaksudkan untuk memikat dan mengkonsentrasikan ikan,
baik ikan yang berada di sekitar pemasangan rumpon maupun ikan yang sedang
melakukan ruaya, dengan demikian ikan akan berada lebih lama di sekitar
pemasangan rumpon, dan akibatnya penangkapan dapat dilakukan dengan lebih
mudah, efektif dan efisien.
Rumpon selain berfungsi sebagai pengumpul kawanan ikan, pada prinsipnya
juga memudahkan kawanan ikan untuk ditangkap sesuai dengan alat tangkap yang
dikehendaki. Penggunaan rumpon oleh kapal penangkap ikan juga dapat menghemat waktu
dan bahan bakar, karena tidak perlu lagi mencari dan mengejar gerombolan-gerombolan
ikan (Subani, 1986). Selanjutnya Monintja (1993), menyatakan lebih lanjut bahwa manfaat
yang diharapkan dengan penggunaan rumpon selain menghemat waktu dan bahan bakar juga
dapat menaikkan hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan, meningkatkan
mutu hasil tangkapan ditinjau dari spesies dan komposisi ukuran berdasarkan
selektivitas alat.
12

Menurut Jeujanan (2008), umumnya nelayan di perairan Kabupaten


Maluku Tenggara dalam pengoperasian purse seine mini biasanya nelayan
menggunakan rumpon sebagai alat bantu penangkapan, masing-masing armada
penangkapan mempunyai sekitar 1 – 2 buah rumpon (Gambar 3). Rumpon ini di
pasang pada beberapa mil laut dan bergantung pada warna dan transparansi
perairan, dilengkapi dengan bendera tanda dengan jarak pemasangan sekitar jarak
4 – 20 mil laut dari garis pantai. Daerah penangkapan berdasarkan pada rumpon
yang telah dipasang pada perairan. Dalam proses operasi penangkapan unit
penangkapan purse seine mini bisa melakukan pada rumpon yang bukan milik
mereka hal ini tentu berdasarkan kesepakatan sebelumnya antara sesama mereka.

Gambar 3 Rumpon bambu di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara

2.5 Sumberdaya Ikan Pelagis


Ikan pelagis adalah ikan-ikan permukaan yang hidupnya sangat aktif di
dekat permukaan laut. Direktorat Jenderal Perikanan (1979) mengelompokkan
ikan pelagis berdasarkan ukurannya menjadi dua jenis yaitu: (1) Jenis-jenis ikan
pelagis besar yaitu jenis ikan pelagis yang mempunyai ukuran panjang 100 – 250
cm (ukuran dewasa) antara lain adalah; tuna (Thunnus spp), cakalang
(Katsuwonus pelamis), tenggiri (Scomberomorus spp), tongkol (Euthynnus spp),
setuhuk (Xiphias spp) dan lamadang (Coryphaena spp). Jenis ikan pelagis besar,
kecuali jenis-jenis tongkol biasanya berada diperairan yang lebih dalam dengan
salinitas yang lebih tinggi.
13

Ikan pelagis kecil adalah ikan yang hidup dipermukaan sampai kedalaman
30 – 60 meter, tergantung pada kedalaman laut yang bersangkutan dan
mempunyai ukuran panjang 5 – 50 cm (ukuran dewasa). Kelompok ikan pelagis
kecil biasanya hidup bergerombol (schooling), hidup di perairan neritic (dekat
pantai). Bila hidup di perairan yang secara berkala/musiman mengalami up
welling ikan pelagis kecil dapat membentuk biomassa yang besar.
Kedalaman renang kelompok ikan pelagis tergantung pada struktur suhu secara
vertikal. Apabila suhu permukaan air menjadi lebih tinggi, maka jenis-jenis ikan
pelagis akan berenang semakin dalam. Hampir semua ikan pelagis berada dalam satu
kelompok dan akan naik ke lapisan permukaan pada sore hari. Selanjutnya setelah
matahari terbenam, kelompok ikan tersebut menyebar di lapisan pertengahan
perairan dan saat matahari terbit akan turun menuju lapisan yang lebih dalam (Gunarso,
1985). Gunarso (1985) juga menambahkan bahwa kolom perairan tersebut diduga
merupakan batas aman lapisan renang (swimming layer) dari pergerakan ikan pelagis
kecil. Ikan pelagis kecil memiliki densitas lebih tinggi di perairan dangkal jika
dibandingkan dengan laut dalam. Salah satu faktor yang mempengaruhi hal tersebut
adalah adanya pengaruh cahaya matahari terhadap ruaya vertikal harian dari
kelompok ini. (Ayodhyoa, 1981), menyatakan hal yang sama dengan pengecualian
pada daerah upwelling yang merupakan daerah subur akibat pengangkatan zat hara ke
permukaan.

2.6 Ikan Pelagis Kecil


Di Indonesia sumberdaya ikan pelagis kecil diduga merupakan salah satu
sumberdaya perikanan yang paling melimpah dan paling banyak ditangkap untuk
dijadikan konsumsi masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan bila dibandingkan
dengan tuna yang sebagian besar produk unggulan ekspor dan hanya sebagian
kelompok dapat menikmatinya.
Sumberdaya perikanan pelagis kecil diduga merupakan salah satu
sumberdaya perikanan yang paling melimpah di perairan Indonesia. Sumberdaya ini
merupakan sumberdaya neritik, yang mempunyai sifat hidup di sekitar permukaan,
seperti di daerah perairan dekat pantai (Imawati, 2003). Secara umum, hampir semua
jenis ikan pelagis terdapat di seluruh perairan Indonesia kecuali ikan lemuru
(Sardinella lemuru) yang hanya terdapat di Selat Bali dan sekitarnya. Musim
14

penangkapan ikan pelagis kecil yang baik di perairan Indonesia umumnya


berlangsung pada peralihan musim timur ke musim barat yaitu sekitar bulan
Agustus sampai Desember (Nurhakim et al. 1988).
Beberapa sifat ikan pelagis kecil (pipp.dkp.go.id. 24 Oktober 2010) yaitu : 1)
biasanya dapat ditemukan pada perairan pesisir (selat dan teluk) sampai dengan laut
terbuka; 2) mampu melakukan migrasi atau ruaya dalam skala kecil sampai besar
(bergerombol); 3) tubuh didominasi warna biru pada bagian punggung (dorsal) dan
warna abu-abu pada bagian perut, berkaitan dengan kemampuan beradaptasi secara
dominan pada daerah permukaan perairan dan menghindari pemangsaan; 4) bentuk
tubuhnya agak bulat lonjong dan cenderung sintesis bilateral dengan kemampuan
renang yang cepat sehingga mudah melakukan migrasi; 5) telur yang dihasilkan saat
pemijahan adalah sangat banyak dan dilepaskan langsung ke kolom air sehingga
langsung terbawa oleh arus.

2.6.1 Ikan layang (Decapterus spp)


Ikan layang merupakan salah satu sumber perikanan lepas pantai yang
terdapat di Indonesia. Ada lima jenis ikan layang yang ditemukan di perairan
Indonesia yaitu: Decapteru russelli, Decapterus makrosoma, Decapterus kuroides,
Decapterus maruadsi, Decapterus lajang. Dari kelima jenis tersebut diketahui bahwa
Decapterus russelli memiliki penyebaran yang paling luas yaitu mulai dari Kepulauan
Seribu hingga Pulau Bawean dan Pulau Masalemho (Nontji, 1993).
Ikan layang memiliki bentuk badan seperti cerutu dan sisiknya sangat halus.
Bentuk yang demikian memungkinkan ikan tersebut untuk berenang dengan
kecepatan tinggi di laut. Ikan layang, meskipun aktif berenang tetapi terkadang juga
pasif yaitu pada saat membentuk gerombolan pada suatu daerah yang sempit atau di
sekitar benda-benda terapung. Ikan layang sering ditemukan suka bergerombol di
sekitar rumpon dengan posisi membelakangi rumpon dan senantiasa menghadap dan
menentang arus (Asikin, 1985). Makanan utamanya adalah jenis avertebrata
berukuran kecil. Daerah penyebaran ikan layang ini biasanya mulai dari barat
Sumatera, selatan Jawa, timur, selatan dan barat Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku
serta Irian Jaya.
Ukuran layak tangkap pada ikan layang dimulai pada saat ikan telah dewasa
mencapai ukuran tertentu dan telah memijah untuk pertama kali (length at first
15

maturity – Lm). Terdapat beberapa hasil penelitian tentang ukuran pertama kali
matang gonad (Lm) ikan layang (Decapterus russelli) dengan hasil yang
bervariasi. Menurut Najamudin (2004) bahwa di perairan selat Makasar ukuran
Lm ikan layang jantan 19,6 cm dan layang betina 19,1 cm. Augy Syahailatua
(1997) bahwa di perairan Teluk Ambon ukuran Lm ikan layang jantan 16,3 cm
dan layang betina 16,2 cm. Irham (2008) bahwa di perairan Maluku Utara Lm
ikan layang (Decapterus spp) adalah 25,8 cm. Paxton, J.R et al. (1998) di
Arafura Sea Lm ikan layang 19,3 cm. Sedangkan pada Fish base ukuran Lm
berkisar 19,3 cm (www.fishbase.org).

Klasifikasi ikan layang menurut Saanin (1984), adalah sebagai berikut;


Phylum : Chordata;
Sub Phylum : Vertebrata;
Class : Pisces
Sub Class : Teleostei;
Ordo : Percomorphi;
Divisi : Perciformes;
Genus : Decapterus,
Species : Decapterus russelli, (Rupped)
Nama Indonesia : Layang
Nama Kei : Momar Merah

Sumber : FAO 1984


Gambar 4 Ikan layang (Decapterus russselli)
16

2.6.2 Ikan selar (Selaroides spp)

Ikan selar termasuk dalam kelompok ikan pelagis kecil dari famili Carangidae.
Menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1997) terdapat dua jenis ikan selar yang
umumnya tertangkap di perairan Indonesia yaitu selar kuning (Selaroides leptolepis)
dan selar bentong (Selar crumenophthalmus).
Ikan selar kuning (Selaroides leptolepis) memiliki bentuk badan yang
lonjong, pipih. Bagian atas tubuhnya berwarna hijau kebiruan, bagian bawah
berwarna putih keperakan. Terdapat pita warna kuning keemasan membujur mulai dari
mata sampai sirip ekor. Pada tutup insang bagian atas terdapat bintik warna gelap. Ikan
selar bentong (Selaroides leptolepis) memiliki bentuk badan dan warna yang sama
dengan selar kuning tetapi memiliki mata yang lebih besar dan warna sirip keabu-
abuan atau pucat (Wiyono, 2001)
Ikan selar hijau (Atule mate) juga tennasuk famili Carangidae yang
memiliki ciri hampir sama dengan ikan selar kuning. Perbedaanya pada ikan selar
hijau terdapat pita wama hijau membujur mulai dari mata sampai sirip ekor.
Memiliki adipose eyelid, kecuali pada bagian pipih yang terdapat vertical sin.
Daerah penyebaran ikan selar hijau (Atule mate) selain di Indonesia ikan ini
juga terdapat di Samudera Hindia bagian barat dan timur (FAO 2002). Ikan selar
kuning (Selaroides leptolepis) dan selar bentong (Selar cntmenopthalmus) menyebar di
wilayah perairan timur Sumatera, utara Jawa, Selat Malaka, barat Sumatera, timur
Kalimantan, utara dan selatan Sulawesi, Maluku serta irian Jaya.
Ukuran layak tangkap pada ikan selar dimulai pada saat ikan telah dewasa
mencapai ukuran tertentu dan telah memijah untuk pertama kali (length at first
maturity – Lm). Hasil penelitian Collette, B.B. & C.E. Nauen 1983 di Indo-West
Pacific Sea ukuran Lm ikan selar (Selaroides leptolepsis) adalah 15,3 cm . Sedangkan
pada Fish base ukuran Lm berkisar 15,3 cm (www.fishbase.org).

Klasifikasi selar menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:


Phylum : Chordata;
Sub Phylum : Vertebrata;
Class : Pisces;
Sub Class : Teleostei;
17

Ordo : Percomorphi;
Sub Ordo : Percoidea;
Famili : Caranggidea;
Genus : Caranx;
Sub Genus : Selar
Species : Selarouides leptolepsis
Nama Indonesia : Selar
Nama Kei : Kawalinya

Sumber : FAO 1984


Gambar 5 Ikan selar (Selarroides leptolepsis)

2.6.3 Ikan tongkol (Auxis thazard)


Ikan tongkol termasuk dalam famili Scombridae yang umumnya hidup
bergerombol. Bentuk badannya badannya secara umum seperti cerutu dan kulit yang
licin, berwarna biru keperakan. Ikan ini dikenal sebagai ikan berenang cepat dan
terkuat anara ikan-ikan laut yang ada disamping ikan tenggiri (Pakpahan 1999 dalam
Imawati 2003). Ikan tongkol (Auxis thazard) memakan nekton dan zoobentos
sebagai makanan utamanya. Daerah penyebaran ikan tongkol di Indonesia meliputi
perairan Maluku, laut Sawu, Samudara Indonesia, sebelah selatan Nusa Tenggara
dan barat Sumatera.
Ukuran layak tangkap pada ikan tongkol dimulai pada saat ikan
telah dewasa mencapai ukuran tertentu dan telah memijah untuk pertama kali
(length at first maturity – Lm). Hasil penelitian Collette, B.B. & C.R. Aadland 1996
di Indian-and Pacific Sea ukuran Lm ikan tongkol (Auxis thazard) adalah 30 cm.
Sedangkan pada Fish base ukuran Lm berkisar 30 cm (www.fishbase.org).
18

Klasifikasi tongkol menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:


Phylum : Chordata;
Sub Phylum : Vertebrata;
Class : Pisces;
Sub Class : Teleostei;
Ordo : Percomorphi;
Famili : Scombridae;
Genus : Auxis thazard,
Sub Genus : Tongkol
Species : Auxis thazard
Nama Indonesia : Tongkol
Nama Kei : Komu

Sumber : FAO 1984


Gambar 6 Ikan tongkol (Auxis thazard)
3 METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai September 2010.


Pengambilan data lapangan dilakukan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara,
sejak 21 Juli – 4 September 2010 dengan cara mengikuti langsung kegiatan
operasi penangkapan ikan dari armada purse seine mini yang berpangkalan di
Desa Sathean. Lokasi penelitian ditunjukkan dalam sebuah peta pada Lampiran 1.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian


Bahan atau obyek utama penelitian ini adalah 3 unit penangkapan purse
seine mini yaitu KM Virus, KM Mujur dan KM Dewo. Unit penangkapan ini
dipilih sebagai obyek penelitian karena memiliki spesifikasi dan ukuran berbeda
(Tabel 1 dan 2).
Tabel 1 Spesifikasi 3 kapal purse seine mini milik kelompok nelayan Desa
Sathean Kabupaten Maluku Tenggara yang digunakan dalam penelitian

Nama kapal
No Spesifikasi
KM Virus KM Mujur KM Dewo

1 Kapal utama
Bahan utama Kayu Kayu Kayu
a. Panjang (L) 17,0 meter 16,25 meter 15,0 meter
b. Lebar (B) 2,75 meter 2,75 meter 2,5 meter
c. Dalam (D) 1,90 meter 1,90 meter 1,5 meter
Volume 15,5 GT 15,0 GT 13,0 GT
Tenaga penggerak 2 buah Yamaha 2 buah Yamaha 2 buah Yamaha
40 PK 40 PK 40 PK

2 Kapal Johnson
Bahan utama Kayu Kayu Fibre glass
a. Panjang (L) 13,0 meter 12,5 meter 5,0 meter
b. Lebar (B) 1,5 meter 1,5 meter 2,5 meter
c. Dalam (D) 1,25 meter 1,0 meter 1,0 meter
Volume 7,60 GT 7,0 GT 5,40 GT
Tenaga penggerak 1 buah Yamaha 1 buah Yamaha 1 buah Yamaha
40 PK 40 PK 40 PK
20

Tabel 2 Spesifikasi purse seine mini milik kelompok nelayan Desa Sathean
Kabupaten MalukuTenggara yang digunakan dalam penelitian

No Bagian jaring KM Virus KM Mujur KM Dewo

1 Panjang jaring (L) 400 meter 350 meter 300 meter


2 Dalam jaring (D) 90 meter 75 meter 60 meter
3 Kantong PA 210/D 12 mm, PA 210/D 12 mm, PA 210/D 12 mm,
mesh size 1,5 inci mesh size 1,25 inci mesh size 1 inci
4 Badan jaring PA 210/D 9 mm, PA 210/D 9 mm, PA 210/D 9 mm,
mesh size 1,25 inci mesh size 1 inci mesh size 0,9 inci

5 Bagian sayap PA 210/D 9 mm, PA 210/D 9 mm, PA 210/D 9 mm,


mesh size 1,5 inci mesh size 1,25 inci mesh size 1 inci

6 Badan jaring PVA 380/D 15 mm, PVA 380/D 15 PVA 380/D 15 mm,
(selvedge) mesh size 1,5 inci mm, mesh size mesh size 1 inci
1,25 inci
7 Tali ris atas (floats) L 480 m/ Ø 14 mm L 420 m/ Ø 14 mm L 360 m/ Ø 14 mm
8 Tali ris bawah L 580 m/ Ø 14 mm L 520 m/ Ø 14 mm L 460 m/ Ø 14 mm
(lead line)
9 Pemberat (timah) 2.400 buah 2.300 buah 2.200 buah
10 Pelampung 1.300 buah 1.200 buah 1.100 buah
(sintetis rubber)
11 Cincin (kuningan) 70 buah 60 buah 50 buah
12 Purse line L 600 m/ Ø 20 mm L 500 m/ Ø 20 mm L 400 m/ Ø 20 mm
(Polyvinyl amide)

Alat yang digunakan selama penelitian ini adalah sebagai berikut:


(1) GPS Garmin untuk mengetahui posisi kapal ketika operasi penangkapan
ikan dilakukan.
(2) Peta perairan Kabupaten Maluku Tenggara untuk memplot posisi kapal
ketika operasi penangkapan ikan dilakukan.
(3) Timbangan untuk mengukur berat ikan.
(4) Penggaris untuk mengukur panjang ikan atau panjang benda-benda lain.
(5) Wadah plastik kapasitas 100 liter.
(6) Fish measuring board untuk pengukuran panjang tubuh ikan.
(7) Kamera digital untuk merekam gambar komponen unit penangkapan ikan
dan sebagainya.
(8) Stopwatch untuk mengukur waktu.
(9) Alat tulis menulis.
21

(10) Buku identifikasi (Saanin, 1984) untuk menentukan jenis ikan yang
tertangkap armada pukat cincin.
(11) Data sheet untuk mencatat data selama proses pengumpulan data.
(12) Kuesioner untuk memandu proses wawancara terhadap informan kunci.

3.3 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilaksanakan dalam kunjungan lapangan atau survei
terhadap obyek penelitian, yaitu unit penangkapan ikan, nelayan di basis operasi
penangkapan ikan, yaitu Desa Sathean. Khusus untuk informasi dari nelayan,
dilengkapi dengan daftar pertanyaan (kuesioner) sehingga informasi yang
diperoleh lebih terarah pada inti permasalahan. Pengumpulan data juga dilakukan
dengan cara mengikuti langsung kegiatan operasi penangkapan ikan untuk
mengetahui dan mengklarifikasi data yang berhubungan dengan teknik operasi
penangkapan ikan yang diterapkan nelayan. Posisi kapal ikan saat operasi
penangkapan ikan dapat diketahui dari GPS dan memplot posisi yang tercatat di
dalamnya pada sebuah peta. Selain itu, daerah operasi penangkapan ikan selama
musim penangkapan ikan diketahui dari wawancara terhadap nelayan yang
diminta untuk menunjukkan posisi-posisi lokasi operasi penangkapan ikan pada
sebuah peta yang sudah disiapkan. Pertanyaan yang diajukan kepada nelayan
adalah kapan dan dimana operasi penangkapan ikan setiap bulan sepanjang
tahun.
Data teknis atau spesifikasi purse seine mini dan kapal serta alat bantu
(rumpon) diperoleh dari pengukuran langsung terhadap sampel kapal dan alat
penangkapan ikan yang digunakannya, sedangkan spesifikasi rumpon melalui
wawancara dengan pemilik rumpon. Data ukuran panjang, berat dan lingkar badan
ikan dilakukan pengukuran langsung, dengan menggunakan sistem random
sampling yang diambil pada saat operasi penangkapan. Data lainnya diperoleh
melalui wawancara dengan pemilik kapal, nelayan, dan instansi-instansi terkait
yang dianggap perlu untuk memperoleh data menyangkut rantai produksi
perikanan, kelembagaan serta informasi lainnya yang berkaitan dengan usaha
perikanan tangkap purse seine mini. Data yang dikumpulkan meliputi:
22

1) Jenis ikan yang ditangkap


(1) Komposisi dan jenis ikan
Data dikumpulkan dengan cara pengambilan sampel ikan dari masing-
masing spesies ikan pada daerah penangkapan ikan atau yang
didaratakan oleh kapal purse seine mini kemudian diidentifikasi dengan
menggunakan buku identifikasi (Saanin, 1984).
(2) Panjang dan berat ikan
Data akan dikumpulkan dengan cara pengambilan sampel dari masing-
masing spesies ikan, kemudian diukur panjang dengan menggunakan
penggaris dan menimbang berat dengan menggunakan timbangan.
(3) Jumlah hasil tangkapan
Data akan dikumpulkan dengan cara pengambilan sampel dari masing-
masing spesies secara random sebanyak satu ember kemudian ditimbang
dan dicatat pada masing-masing daerah penangkapan pada setiap trip
operasi penangkapan.
2) Kapal penangkapan ikan
(1) Ukuran kapal (GT) meliputi panjang, lebar dan dalam
Data ukuran kapal diperoleh dari hasil pengukuran panjang, lebar dan
dalam kapal, wawancara langsung dengan pemilik kapal dan nelayan di
lapangan, dengan mengacu pada surat ukur kapal tersebut.
(2) Spesifikasi mesin yang digunakan pada kapal
Data dikumpulkan dengan mewawancarai langsung pemilik kapal dan
nelayan di lapangan, melihat jenis mesin yang digunakan pada kapal
dalam melakukan operasi penangkapan dengan tetap mengacu pada buku
pedoman manual mesin tersebut.
3) Alat tangkap
(1) Spesifikasi ukuran purse seine mini
Data yang dikumpulkan dengan cara mengukur panjang, tinggi dan
mesh size. Data lain yang terkait meliputi jenis bahan dan jumlah ukuran
perlengkapan purse seine, seperti pelampung, pemberat, cincin dan tali
kolor dilakukan melalui wawancara langsung terhadap pemilik purse
seine mini dan melihat langsung di lapangan untuk dicocokkan data.
23

(2) Spesifikasi alat bantu penangkapan (rumpon)


Data dikumpulkan dengan mewawancarai langsung pemilik rumpon,
yaitu meliputi panjang dan lebar rumpon, jenis bahan yang digunakan
dan jenis rumpon tersebut.
4) Pola operasi penangkapan ikan
(1) Waktu operasi penangkapan ikan
Data dikumpulkan dengan cara mengikuti langsung operasi penangkapan
ikan. Data yang dikumpulkan meliputi waktu berangkat dari basis
menuju daerah penangkapan, waktu penurunan jaring (setting), waktu
penarikan jaring (hauling) dan waktu perjalanan dari daerah
penangkapan ikan menuju basis penangkapan ikan.
(2) Lokasi penangkapan ikan
Data yang dikumpulkan meliputi: kondisi oseanografi daerah
penangkapan, jenis daerah penangkapan, dan kedalaman laut.
(3) Frekuensi penangkapan
Data yang dikumpulkan meliputi: jumlah hari penangkapan/trip dan
jumlah trip operasi penangkapan ikan setiap bulan.
(4) Strategi operasi penangkapan
Data yang dikumpulkan pada strategi operasi penangkapan yaitu
mengikuti langsung operasi penangkapan di lapangan meliputi metode
operasi penangkapan yang digunakan.
5) Penentuan daerah penangkapan ikan (DPI)
(1) DPI berdasarkan bertiupnya angin moonsun
Data yang dikumpulkan meliputi kapan dan dimana lokasi daerah
penangkapan ikan pada waktu angin musim barat, timur, musim
peralihan I dan II purse seine mini dioperasikan dengan melakukan
wawancara terhadap 8 (delapan) orang nelayan pemilik.
(2) DPI berdasarkan musim penangkapan ikan
Data yang dikumpulkan meliputi kapan dan dimana lokasi daerah
penangkapan ikan pada saat musim puncak ikan, musim sedang dan
musim kurang ikan / paceklik dengan melakukan wawancara terhadap 8
(delapan) orang nelayan pemilik.
24

6) Instansi yang terkait dengan pengelolaan perikanan


(1) Statistik Perikanan Tangkap Kabupaten Maluku Tenggara.
(2) Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Maluku.
(3) Data pendaratan ikan pada PPN Tual.
(4) Data perencanaan dan tata ruang wilayah pesisir dan laut dari
BAPPEDA Kabupaten Maluku Tenggara.
Data yang dikumpulkan pada lembaga/instansi terkait yaitu dengan
mewawancarai langsung dan melalui kuesioner yang dibagikan.

3.4 Teknik Pengambilan Sampel


3.4.1 Teknik pengambilan sampel unit purse seine mini
Pengambilan contoh sampel unit penangkapan purse seine mini dilakukan
pada 3 (tiga) alat tangkap purse seine mini dengan spesifikasi ukuran yang
berbeda. Pengambilan sampel ini sudah merupakan keterwakilan dari total jumlah
8 (delapan) unit penangkapan purse seine mini yang beroperasi di Desa Sathean
Kabupaten Maluku Tenggara.

3.4.2 Teknik pengambilan sampel ikan


Pengambilan sampel ikan dilakukan untuk mengetahui jenis ikan dan
ukuran individu ikan yang ditangkap. Sampel tersebut diperoleh dari 42 trip
operasi penangkapan ikan dari 3 (tiga) kapal masing-masing 14 trip operasi
yang diikuti langsung oleh peneliti. Identifikasi jenis ikan hasil tangkapan
dilakukan dengan mengacu pada buku identifikasi (Saanin, 1994). Sampel untuk
mengetahui ukuran ikan diperoleh setelah kapal mendarat di fishing base.
Pengambilan sampel untuk mengetahui ukuran ini dilakukan sesuai dengan saran
pendapat Usman dan Akbar (1998). Jumlah sampel ini ditetapkan minimum 10%
dari total hasil tangkapan. Nelayan umumnya mengelompokkan ikan menurut
jenis ikan (sortir), Sampel ikan untuk pengukuran panjang dan berat dari satu
jenis ikan adalah sebanyak 1 ember ukuran 100 liter. Jumlah keseluruhan sampel
ikan yang diidentifikasi dari 3 (tiga) alat tangkap purse seine mini selama
penelitian sebanyak 3.053 ekor dimana KM Virus dengan hasil tangkapan
sebanyak 1.013 ekor, KM mujur dengan hasil tangkapan 1.021 ekor dan KM
25

Dewo dengan hasil tangkapan 1.019 ekor. Dalam penelitian ini diketahui ada tiga
jenis ikan dominan yaitu layang (Decapterus russelli ), tongkol (Auxis thazard),
dan selar (Selaroides leptolepsis).

3.5 Pendekatan Studi


Produktivitas perikanan purse seine mini di Desa Sathean Kabupaten
Maluku Tenggara menghadapi berbagai masalah sebagaimana yang telah
diuraikan pada rumusan masalah di depan. Guna mengatasi permasalahan-
permasalahan yang ada dalam pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten
Maluku Tenggara, dalam penelitian ini dilakukan pendekatan studi bertahap.
Tahap awal, mengidentifikasi karakteristik sumberdaya ikan, spesifikasi teknis
unit penangkapan, identifikasi pola operasi penangkapan dan penentuan daerah
penangkapan ikan berdasarkan musim penangkapan ikan.

3.6 Metode Analisa Data


3.6.1 Komposisi panjang dan berat ikan
Data panjang dan berat ikan sampel diolah untuk melihat komposisi panjang
dan berat ikan. Komposisi ini disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi
mengikuti Walpole (1995) yaitu:

K = 1 + 1.33 log n
R
i =
K
Keterangan :
K = Jumlah kelas
n = Banyaknya data
i = Interval kelas dan
R = Nilai terbesar – nilai terkecil

3.6.2 Hubungan panjang dan berat ikan

Hubungan panjang dan berat ikan dipakai untuk melihat faktor tingkat
kedekatan dan kondisi ikan dan dianalisis dengan menggunakan rumus menurut
(Effendie, 1997) yaitu :
26

b
W= aL

dimana ;

W = Berat
L = Panjang
a dan b = konstanta

Nilai b digunakan sebagai penduga tingkat kedekatan hubungan antara


panjang dan berat:
- Nilai b = 3, merupakan hubungan yang isometrik (pertambahan berat
seimbang dengan pertambahan panjang pangkat tiga)
- Nilai b > 3, merupakan hubungan alometrik positif (pertambahan berat lebih
besar dari pertambahan panjang pangkat tiga)
- Nilai b < 3, merupakan hubungan allometrik negatif (pertambahan berat lebih
kecil dari pertambahan panjang pangkat tiga ).

3.7 Data hasil tangkapan per trip dan lama pelingkaran jaring

Pengukuran lama setting dilakukan pada 42 trip operasi penangkapan ikan


dari 3 (tiga) alat tangkap yang menjadi obyek penelitian. Data
hasil tangkapan per trip dan lama pelingkaran jaring kemudian diolah untuk
dianalisis sesuai dengan desain penelitian, yaitu menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) klasifikasi satu arah atau ANOVA single factor). Faktor atau
sumber keragaman dari hasil tangkapan per trip dan lama setting adalah kapal
penangkapan ikan. Metode penghitungan dalam analisis dilakukan dengan
perangkat lunak SPSS 16.0.
Untuk analisis hasil tangkapan per trip menggunakan analisis sidik ragam
satu faktor seperti dijelaskan oleh Walpole (1995) yaitu :

Yij = µ +τi +εij

dimana i = 1,2,3 dan j = 1,2,……14


Yij : Hasil tangkapan dari kapal ke - i dan trip ke – j
µ : Nilai tengah rata-rata hasil tangkapan per trip
i : Pengaruh faktor kapal
ij : sisa dari pengaruh kapal ke - i dan trip ke – j
27

Untuk analisis lama pelingkaran jaring menggunakan analisis sidik ragam


satu faktor seperti dijelaskan oleh Walpole (1995) yaitu :

x
Yij = µ +τi +εij

dimana i = 1,2,3 dan j = 1,2…….14


Yij : Lama pelingkaran jaring dari kapal ke - i dan trip ke – j
µ : Nilai tengah rata-rata lama pelingkaran jaring
i : Pengaruh faktor kapal
ij : sisa dari pengaruh kapal ke - i dan trip ke – j

Jika ANOVA menyimpulkan pengaruh faktor - i dan trip ke - j adalah


signifikan maka dilakukan uji lanjutan berupa uji beda nyata terkecil (BNT).
Rumus perhitungan nilai LSD untuk perlakuan dengan ulangan yang sama (r)
adalah:

BNT = t (2s2/r)½

Keterangan :
• Konstanta t merupakan nilai t dari tabel t pada taraf nyata dengan derajat
bebas galat.
• s2 : nilai kuadrat tengah galat (KTG).
• r : jumlah ulangan.
Jika beda dua nilai tengah perlakuan lebih besar dari nilai LSD, maka
kombinasi dua perlakuan tersebut dikatakan memberikan pengaruh yang berbeda
nyata pada taraf nyata . Sebalikya apabila beda dua nilai tengah perlakuan lebih
kecil dari nilai LSD, maka kombinasi dua perlakuan tersebut tidak memberikan
pengaruh yang berbeda nyata.
4 HASIL PENELITIAN

4.1 Keadaan umum daerah penelitian


Kabupaten Maluku Tenggara merupakan wilayah kepulauan dengan 119
buah pulau yang menghasilkan daratan seluas 4.676,00 Km2 dan luas perairan
3.180,70 Km2. Kabupaten Maluku Tenggara terdiri dari 2 gugus kepulauan, yaitu
kepulauan Kei Kecil dengan jumlah pulau 98 pulau dimana 12 pulau tidak dihuni
dan kepulauan Kei Besar dengan jumlah pulau 21 pulau dimana 7 pulau tidak
dihuni (BPS Kabupaten Maluku Tenggara, 2008).
Kabupaten Maluku Tenggara terletak di antara 50 – 6,50 LS dan 1310–
133,50 BT. Wilayah kabupaten ini memiliki batas-batas: (1) di sebelah utara
dengan perairan Papua bagian selatan, (2) di sebelah selatan dengan laut Arafura,
(3) di sebelah barat dengan laut Banda dan perairan bagian utara kepulauan
Tanimbar dan (4) di sebelah timur dengan kepulauan Aru (BPS Kabupaten
Maluku Tenggara 2009). Perairan Maluku Tenggara pada umumnya merupakan
perairan yang dangkal. Perairan ini merupakan perairan yang kaya akan
sumberdaya hayati, khususnya ikan (pelagis, demersal dan udang).
Desa Sathean adalah merupakan salah satu desa sentral perikanan yang
berada di Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara. Jumlah penduduk
desa ini sebanyak 1.634 jiwa dimana 340 orang di antara mereka adalah nelayan.
Dari segi produksi ikan yang dihasilkan purse seine mini adalah salah satu jenis
alat tangkap yang dominan di Desa Sathean, selain bagan, jaring insang dan
pancing (DKP Kabupaten Maluku Tenggara 2009).
Iklim merupakan gabungan berbagai kondisi sehari-hari dimana unsur
penyusun iklim utama adalah temperatur dan curah hujan, sehingga untuk
mengetahui tipe iklim suatu wilayah perlu mengetahui karakteristik temperatur
dan dan curah hujan. Suhu rata-rata Kabupaten Maluku Tenggara dalam tahun
2004 – 2009 ditemukan pada bulan Agustus yaitu 23,6 oC dan suhu tertinggi pada
bulan Oktober - Nopember yakni 32,5 – 32,7°C. Suhu udara musim angin Barat
berkisar dari 24,1 – 31,5 °C, pada musim pancaroba 1 berkisar dari 31,3 – 31,4
°C, pada musim angin Timur 30,1 – 30,5 °C, dan musim Pancaroba 2 berkisar
dari 24 – 32,7 °C, sedangkan suhu udara dekat permukaan laut berkisar dari 23 –
29

23,5 °C (rata-rata 23,3 °C) (Tim Rencana Tata Ruang Laut DKP Provinsi Maluku
2006).
Iklim Kabupaten Maluku Tenggara adalah tipe A (nilai Q = 0,10) dengan
10 bulan basah, 1 bulan kering dan 1 bulan lembab. Curah hujan di daerah ini
memiliki pola Moonsun (musiman) dengan ciri distribusi curah hujan bulanan
berbentuk “V”. Musim angin barat berlangsung pada bulan Desember hingga
Pebruari, musim angin timur pada Juni hingga Agustus, musim pancaroba 1 pada
bulan Maret hingga Mei dan musim pancaroba 2 pada bulan September hingga
Nopember.
Pengurangan jumlah curah hujan terjadi saat pertengahan musim Timur
(Juni-Agustus) hingga pertengahan musim pancaroba 2 (Oktober), tetapi
melimpah pada saat musim angin barat hingga akhir Pancaroba 1. Nilai rata-rata
curah hujan terendah dalam 5 tahun terakhir dicapai pada bulan Agustus yakni
50,8 mm. Terindikasi bahwa jumlah curah hujan Agustus–September semakin
menurun sejak tahun 2008 sampai sekarang, dan dua bulan ini tergolong bulan
sangat kering. Secara umum terlihat bahwa saat musim angin barat dan angin
pancaroba 1, curah hujan melimpah sepanjang tahun dengan rata-rata > 300 mm
dan hari hujan rata-rata 18 – 24 hari (Tim Rencana Tata Ruang Laut DKP
Provinsi Maluku 2006).

4.1.1 Keadaan umum sumberdaya ikan


Pada perairan laut Kabupaten Maluku Tenggara tersimpan sumber daya
ikan dengan potensi sebesar 6.689,8 ton di wilayah pengelolaan selebar 4 mil laut
dari potensi ini, pemerintah daerah telah menetapkan hanya 5.351,9 ton sebagai
jumlah tangkapan yang diperbolehkan (DKP Kabupaten Maluku Tenggara 2009).
Perairan Kabupaten Maluku Tenggara memiliki potensi sumber daya ikan
pelagis kecil namun pengelolaannya belum menghasilkan manfaat yang optimal.
Hal ini dapat diketahui dari sarana dan prasarana yang belum memadai berupa
jumlah armada dan alat tangkap yang masih minim dengan usaha penangkapan
yang masih bersifat tradisional. Di samping itu kualitas sumber daya manusia
(nelayan) relatif masih rendah dalam mengelolah perikanan tangkap. Dengan
melihat faktor-faktor tersebut diatas, ini menunjukan bahwa usaha penangkapan
30

yang ada di Kabupaten Maluku Tenggara masih dapat digolongkan bersifat


sederhana dan dalam skala usaha yang kecil.
Tahapary (2009) menyimpulkan bahwa potensi lestari maksimum ikan
pelagis kecil kabupaten ini sebesar 22.089,6 ton /tahun dengan tingkat upaya
penangkapan optimum (fopt) sebesar 18.953 hari pertahun. Secara umum
perkembangan produksi, effort dan CPUE ikan pelagis kecil di Kabupaten Maluku
Tenggara cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data produksi
pada tahun 2005 – 2009, tingkat pemanfaatan aktual pelagis kecil di perairan
Kabupaten Maluku Tenggara pada tahun 2009 masih di bawah tingkat MSY, yaitu
sebesar 11.146.6 ton /tahun atau (55,5 %) dari potensi lestari maksimum.

4.1.2 Produksi perikanan tangkap


Produksi perikanan Kabupaten Maluku Tenggara masih didominasi oleh
produksi perikanan laut dari kegiatan penangkapan. Jenis ikan pelagis kecil yang
banyak didaratkan adalah layang, tongkol, selar, kembung, lemuru, julung,
tembang dan teri, sedangkan jenis ikan pelagis besar adalah tenggiri, tuna dan
cakalang; sementara itu jenis ikan demersal adalah ikan merah, kerapu, kakap,
ekor kuning dan cucut (DKP Kabupaten Maluku Tenggara 2009).
Jumlah produksi hasil tangkapan ikan pelagis kecil yang ada di Kabupaten
Maluku Tenggara dalam periode tahun 2005 – 2009 menunjukan volume yang
bervariasi pada peningkatan produksi dari tahun ke tahun (Tabel 3). Jumlah
produksi ikan pelagis kecil di Kabupaten Maluku Tenggara dalam periode tahun
2005 – 2009 terlihat meningkat pada periode 3 (tiga) tahun berjalan yaitu tahun
2005 – 2007 namun kemudian menurun pada periode 2 (dua) tahun terakhir yaitu
tahun 2008 – 2009. Produksi tertinggi terjadi pada ikan kembung yang meningkat
dari 7.411,2 ton pada tahun 2005 menjadi 14.550,1 ton pada tahun 2007 namun
kemudian menurun menjadi 8.200,4 ton pada tahun 2008 dan jatuh drastis
menjadi 319,7 ton pada tahun 2009. Penurunan produksi ini disebabkan bukan
karena produksi yang menurun tetapi karena adanya pemekaran wilayah pada
Kabupaten Maluku Tenggara dimana Berdasarkan UU. No. 31, tanggal 10
Agustus 2007, tentang pemekaran Kota Tual. Wilayah Kabupaten Maluku
Tenggara terjadi lagi pemekaran wilayah yaitu dengan wilayah pemekaran kota
31

Tual sehingga secara statistik produksi ikan tercatat hanya pada wilayah
kabupaten.

Tabel 3 Perkembangan jumlah produksi ikan pelagis Kecil di Kabupaten Maluku


Tenggara selama periode tahun 2005 – 2009.

Produksi ikan (ton)


Jenis ikan 2005 2006 2007 2008 2009

Layang 6.102,4 10.260,6 10.684,6 646,7 671,2


Tongkol 652,4 478,8 3.753,0 349,1 510,2
Selar 723,0 994,2 1.048,1 706,9 735,0
Kembung 7.411,2 13.470,8 14.550,1 8.200,4 319,7
Teri 377,0 829,1 866,7 660,6 665,0
Tembang 322,7 693,1 724,0 524,0 637,5
Julung 141,1 403,8 422,0 255,0 260,0
Lemuru 352,0 772,2 807,1 408,0 450,8

Jumlah 16.081,8 27.902,6 32.855,6 11.750,7 4.249,4


Sumber : DKP Kab. Maluku Tenggara (2009)

4.1.3 Sarana perikanan tangkap


Perkembangan jumlah kapal penangkap ikan yang beroperasi di perairan
Kabupaten Maluku Tenggara dalam periode tahun 2005 – 2009 dapat dilihat pada
(Tabel 4). Untuk perahu tanpa motor pada tahun 2005 sebanyak 1.833 unit dan
meningkat pada tahun 2007 sebesar 2.108 unit dan menurun pada 2 (dua)
periode tahun berikutnya sebanyak 1.416 unit pada tahun 2008 dan 1.538 unit
tahun 2009. Motor tempel terjadi peningkatan pada tahun 2005 sebanyak 165
unit dan meningkat pada tahun 2009 sebesar 377 unit. Kapal motor pada tahun
2005 sebanyak 44 unit dan meningkat sebanyak 159 pada tahun 2007 dan
menurun pada tahun 2009 sebesar 119 unit. Seperti dijelaskan pada bagian
sebelumnya, secara keseluruhan fluktuasi jumlah kapal penangkapan di
Kabupaten Maluku Tenggara dipengaruhi oleh pemekaran wilayah yang terjadi
pada tahun 2008.
32

Tabel 4 Perkembangan jumlah kapal penangkap ikan di Kabupaten Maluku


Tenggara Tahun 2005 – 2009

Tahun
Jenis armada 2005 2006 2007 2008 2009
Perahu Tanpa Motor 1.833 1.833 2.108 1.416 1.538
Motor Tempel 165 165 172 254 377
Kapal Motor 44 31 159 124 119
Jumlah 2.042 2.029 2.439 1.794 2.034
Sumber : DKP Kab. Maluku Tenggara (2009)

4.1.4 Alat penangkapan ikan

Jumlah alat penangkapan ikan yang dioperasikan di perairan


Kabupaten Maluku Tenggara dalam periode 2005 – 2009 dapat dilihat pada
(Tabel 5). Jenis alat tangkap terbanyak adalah pancing. Jumlah pancing tonda
pada tahun 2005 mencapai 543 unit namun berkurang menjadi 490 unit
pada tahun 2006. Jumlah pancing ulur mencapai tertinggi pada tahun 2005
mencapai 485 unit dan terendah pad tahun 2008 mencapai 251 unit. Jumlah
pancing tegak dengan jumlah tertinggi 480 dan terendah 302. Pada alat tangkap
jaring, jaring insang hanyut merupakan jumlah terbanyak pada tahun 2005
sebanyak 362 unit dan terendah sebanyak 284 unit di tahun 2008, jaring
insang tetap tahun 2009 dengan jumlah tertinggi 390 unit dan terendah 350
tahun 2007, kemudian diikuti jaring lingkar dengan jumlah tertinggi 357 unit
dan terendah 325 unit di tahun 2009. Alat tangkap bubu pada tahun 2005
sebanyak 295 unit dan meningkat pada tahun 2009 sebanyak 323 unit.
Sedangkan pukat cincin (purse seine mini) terbanyak pada tahun 2005
sebanyak 10 unit dan terjadi penurunan pada tahun 2008 – 2009 yang hanya
sebanyak 8 unit. Penurunan secara drastis terlihat pada alat tangkap bagan
perahu dan sero. Di mana untuk alat tangkap bagan perahu pada tahun 2005
sebanyak 87 unit dan menurun pada tahun 2008 yang hanya sebanyak 33
unit sedangkan pada alat tangkap sero pada tahun 2005 sebanyak 50 unit dan
mengalami penurunan pada periode tahun 2008 - 2009 yang ada hanya
sebanyak 4 unit.
33

Tabel 5 Perkembangan jumlah jenis alat tangkap ikan di Kabupaten Maluku


Tenggara Tahun 2005 – 2009

Tahun
Jenis Alat Tangkap 2005 2006 2007 2008 2009
Pukat cincin 10 10 10 8 8
Pukat tarik ikan 134 120 96 107 67
Jaringinsang hanyut 364 365 369 284 295
Jaring insang tetap 362 352 350 379 390
Jaring lingkar 352 349 357 332 325
Bagan perahu 87 96 98 33 49
Pancing tonda 543 490 495 314 455
Pancing ulur 485 466 460 251 269
Pancing tegak 480 488 483 302 342
Sero 50 45 48 4 4
Bubu 295 261 255 305 323
Jumlah 3.162 3.042 3.021 2.319 2.527
Sumber : DKP Kab. Maluku Tenggara (2009)

4.2 Unit penangkapan purse seine mini

Salah satu sarana penting dalam memanfaatkan sumber daya ikan di laut
adalah unit penangkapan berupa kapal, alat tangkap dan nelayan. Kegiatan yang
dilakukan oleh armada perikanan ini sangat produktif dalam menangkap jenis ikan
pelagis kecil. Unit-unit usaha penangkapan purse seine mini umumnya dimiliki
perorangan.

4.2.1 Kapal
Operasi penangkapan ikan dengan purse seine mini dilakukan dengan
menggunakan dua buah kapal, sehingga jenis operasi penangkapan ini disebut two
boat system. Kedua kapal tersebut adalah kapal utama dan kapal johnson. Kapal
utama (Gambar 7) berfungsi sebagai pengangkut dan penebar jaring ketika
mengurung kawanan ikan. Jumlah awak di kapal utama tersebut mencapai 15
orang. Kawanan ikan yang menjadi sasaran utama adalah kawanan ikan yang
bergerombol di sekitar rumpon, atau ikan yang berenang bebas. Kapal johnson
(Gambar 8) berfungsi sebagai penarik purse line setelah jaring dianggap telah
mengurung kawanan ikan. Hasil tangkapan akan disimpan dan diangkut oleh
kapal ini menuju tempat pendaratannya.
34

Gambar 7 Jenis kapal utama (tipe lembut) di Kabupaten Maluku Tenggara

Gambar 8 Jenis kapal Johnson (tipe slep) di Kabupaten Maluku Tenggara

Kapal utama (tipe lembut) terbuat dari bahan kayu sedangkan kapal
Johnson (tipe slep) biasanya bisa terbuat dari bahan kayu dan fibre glass. Tenaga
peggerak yang diperoleh dari mesin tempel (outboard engine) bermerek Yamaha
dengan kekuatan 40 PK. Kapal utama menggunakan dua buah mesin sedangkan
kapal Johnson menggunakan satu buah mesin. Tenaga penggerak pada kedua
kapal menggunakan bahan bakar campuran yaitu minyak tanah, bensin dan oli.
Pada kapal utama juga terdapat palka ikan dengan kapasitas antara 2-3 ton. Palka
ini biasanya digunakan untuk menyimpan ikan ketika hasil tangkap banyak
melebihi kapasitas simpan kapal Johnson, umumnya ketika musim ikan.
Kapasitas muatan ikan kapal johnson berkisar antara 3 – 5 ton. Pada penelitian ini
35

ada 3 (tiga) ukuran kapal yang digunakan dalam pengoperasian purse seine mini
di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara. Ketiga ukuran kapal ini
dipergunakan untuk membandingkan pengukuran kecepatan pelingkaran jaring
purse seine mini pada saat melakukan penurunan jaring (setting).

4.2.2 Alat tangkap purse seine mini


Pukat cincin atau purse seine mini di daerah Kabupaten Maluku Tenggara
yang menjadi objek penelitian ini disebut masyarakat lokal sebagai jaring bobo.
Alat tangkap ini terdiri dari kantong (bunt), badan jaring, sayap, jaring pada
pinggir badan jaring (selvedge), tali ris atas (floatline), tali ris bawah (leadline),
pemberat (sinkers), pelampung (floats) dan cincin (purse rings).
Panjang purse seine mini yang digunakan di Kabupaten Maluku Tenggara
berkisar antara 200 - 600 m dan lebar berkisar antara 60 - 90 m. Kantong sebagai
tempat berkumpul ikan terbuat dari bahan PA 210/D12 dan PA 210/D9 dengan
mesh size 1,0 inci – 1,5 inci. Badan jaring terbuat dari bahan PA 210/D6, PA
210/D9 dan PA /210/D12 dengan mesh size sebesar 1 inci. Bagian sayap yang
berfungsi sebagai pagar pencegah gerombolan ikan untuk meloloskan diri atau
mencengah ikan keluar dari bagian kantong, terbuat dari bahan PA 210/D6, PA
210/D9 dan PA 210/D12 dengan mesh size 1,25 inci. Jaring pada pinggir badan
jaring (selvedge) terbuat dari bahan PVA 380/D15 dengan mesh size 1 inci yang
terdiri dari 3 mata untuk arah ke bawah. Desain purse seine mini dapat dilihat
pada (Gambar 9).
14

200-600 m
2 8
1
7 10
60-90 m

3
13 12 13

11
9
15
4 7 6

Gambar 9 Desain jaring purse seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara.


36

Keterangan :
1. Tali selembar 9. Sinker line
2. Pelampung 10. Tali ris atas
3. Tali kolor 11. Tali ris bawah
4. Tali ring 12. Kantong
5. Ring 13. Sayap
6. Pemberat 14. Panjang jaring
7. Selvedge 15. Tinggi jaring
8 Float line

Komponen purse seine di bagian atas adalah tali ris atas (floatline) yang
terbuat dari tali berbahan PVA dengan diameter sebesar 14 mm. Pada tali ris atas
terdapat pelampung yang berbentuk elips dengan panjang 12,7 cm dan diameter
tengah 9,5 cm yang terbuat dari bahan karet sistentis dengan jarak antara
pelampung satu dengan yang lainya sekitar 15-20 cm (Gambar 10).

Gambar 10 Pelampung dan floatline pada bagian atas purse seine mini

Sedangkan tali ris bawah (leadline) terbuat dari bahan PVA berdiameter 14
mm. Pada tali ris bawah terdapat pemberat yang memiliki panjang 2,9 cm dengan
diameter tengah 2,8 cm yang terbuat dari bahan timah hitam. Jarak antara
pemberat berkisar 10-15 cm, tali pemberat pada purse seine mini terbuat dari
bahan PVA berdiameter tali 12 mm. Cincin yang digunakan oleh nelayan di
Kabupaten Maluku Tenggara berdiameter luar 10 cm dan berdiameter dalam 6,6
cm. Cincin yang digunakan terbuat dari bahan kuningan dengan jarak antar cincin
berkisar 5-10 m. Purse line pada pukat cincin terbuat dari bahan PVA
berdiameter tali 20 mm (Gambar 11).
37

Gambar 11 Cincin dan pemberat pada bagian bawah purse seine mini

4.2.3 Rumpon
Rumpon merupakan suatu alat bantu yang berperan penting dalam
kegiatan penangkapan ikan. Dalam perikanan purse seine, kawanan ikan
diharapkan mudah ditangkap sehingga rumpon sangat cocok untuk menghentikan
kawanan ikan yang beruaya dan terkonsentrasi di sekitar tempat pemasangan
rumpon. Nelayan purse seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara umumnya
menggunakan 1 hingga 3 unit rumpon. Konstruksi rumpon Desa Sathean
Kabupaten Maluku Tenggara dapat dilihat pada (Gambar 12).

2
Keterangan gambar
1. Rumah rumpon
2. Rakit bamboo
3. Swivel (kili-kili) 3
4. Atraktor (Pelepah daun kelapa)
5. Tali utama
6. Pemberat atraktor
7. Pemberat rumpon 20 m
5 4
8. Dasar perairan 200-400 m

7
8

Gambar 12 Konstruksi rumpon bambu di Desa Sathean Kabupaten Maluku


Tengggara
38

Rumpon ini dipasang pada lokasi yang jaraknya 4–20 mil laut dari pantai.
Lokasi pemasangan rumpon adalah perairan yang dasar perairan terdiri atas pasir
dan lumpur dan bergantung pada warna dan transparansi perairan. Jarak antara
satu rumpon dengan rumpon lainnya berkisar dari 1 hingga 2 mil dari rumpon satu
dengan yang lain. Nelayan dapat menangkap ikan-ikan yang berkumpul di sekitar
rumpon yang bukan miliknya. Hal ini tentu dapat dilakukan jika sudah ada
kesepakatan di antara nelayan dengan dengan pemilik rumpon.
Satu unit rumpon terdiri atas pelampung rakit yang terbuat dari batangan
bambu, dibawahnya tergantung alat pemikat ikan (attractor) yang terbuat dari
daun kelapa, tali pengikat dan tali pemberat dari polyethylene, tali kawat dan
swivel serta pemberat atau jangkar yang terbuat dari drum dan dicor beton.
Spesifikasi bahan-bahan pembuat rumpon yang digunakan nelayan Kabupaten
Maluku Tenggara disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Spesifikasi komponen material rumpon bambu yang digunakan nelayan


di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara

No Komponen Bahan Spesifikasi

1 Pelampung (Rakit) Bambu P = 7 m; L = 5 m; T = 1 m


Terdiri dari 3 – 4 lapis
2 Tali – temali
a. Tali utama Tali nilon (PE) P = 200-400 m ; = 12
b. Tali penghubung pemberat Tali kawat (WR) cm
c. Tali penghubung swivel Tali kawat (WR) P = 10 – 12 m ; = 1.5
d. Tali pengikat bambu Tali nilon (PE) cm
e. Tali pengikat daun kelapa Tali nilon (PE) P = 10 m ; = 1.5 cm
P = 200 m ; = 5 cm
P = 50-70 m ; = 3 cm
3 Atraktor Daun kelapa = 10 – 15 pelepah
4 Swivel Almunium = 3 buah
5 Pemberat
a. Pemberat utama Cor beton (drum) = 3 buah; W = 120
b. Pemberat atraktor Cor beton (ember kg/buah
plastik) = 2 buah; W = 20 - 25
kg/buah
39

4.2.4 Nelayan dan sistem bagi hasil


Nelayan purse seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara terdiri atas
nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik rata-rata berpendidikan
terakhir SMP dan SMA, sedangkan nelayan buruh berpendidikan terakhir dari
tingkat SD sampai SMA. Nelayan pemilik umumnya memiliki satu hingga dua
unit penangkapan ikan.

Dalam operasi penangkapan nelayan mempunyai peran yang sangat


penting, terutama dalam mengoperasikan alat tangkap, para anak buah kapal
(ABK) harus trampil, ulet dan mempunyai fisik yang kuat. Jumlah ABK yang
ikut pada operasi penangkapan purse seine sebanyak 17 hingga 20 orang.
Sebagian besar nelayan adalah penduduk setempat yang mata pencarian utama
dari melaut. Jika pada saat kapal tidak melakukan kegiatan penangkapan, yaitu
terutama pada saat musim kurang ikan, mereka pekerja sampingan sebagai petani
dan memancing. Dengan demikian, mereka masuk dalam kategori nelayan
sambilan.

Adapun pembagian tugas nelayan ketika operasi penangkapan ikan


adalahsebagai berikut ;
1. Juragan laut (1 orang), bertugas sebagai penanggung jawab dalam
mengoperasikan kapal utama ntuk melakukan kegiatan penangkapan ikan
2. Juru tawur ( 2 orang), bertugas melempar jaring pada saat proses setting
dilakukan
3. Juru mesin (2 orang), bertugas dalam mengoperasikan mesin baik untuk
mesin pada kapal utama maupun kapal jhonson
4. Juru pantau (1 orang), bertugas memantau keberadaan ikan yang
berkumpul di bawah rumpon.
5. Juru pelampung (2 orang), bertugas mengatur dan merapikan pelampung
sebelum dan sesudah melakukan kegiatan penangkapan ikan;
6. Juru pemberat (2 orang), bertugas mengatur dan merapikan pemberat
sebelum dan sesudah melakukan kegiatan penangkapan ikan;
7. Nelayan biasa, yang bertugas menarik merapikan dan memperbaiki jaring
jika ada kerusakan;
8. Juru mesin kapal jhonson atau slep (1 orang), bertugas menyiapkan
40

kapalnya untuk tempat penampungan ikan hasil tangkapan


9. Juru hasil tangkapan (2 orang), bertugas mengambil hasil tangkapan untuk
ditempatkan pada kapal Johnson. dua orang tersebut berada di kapal
Johnnson bersama juru mesin.
Pendapatan nelayan di kabupaten ini ditentukan oleh besarnya nilai
penjualan ikan dan sistem bagi hasil yang diterapkan. Sistem pembagian hasil di
kalangan nelayan ini diatur berdasarkan kesepakatan antara pemilik usaha atau
pemilik modal, penjaga rumpon dan para nelayan (ABK). Hasil yang dibagikan
dihitung setelah nilai hasil penjualan (laba kotor) dikurangi biaya operasional;
hasil pengurangan ini disebut pendapatan bersih. Biaya operasional adalah semua
biaya yang diperlukan untuk kegiatan operasi terdiri atas BBM, Lumpsum.
Selanjutnya, pengusaha atau pemilik modal akan mendapat bagian (share)
sebanyak 25 %, penjaga rumpon mendapat sebanyak 25 % dan sisanya (50%)
dibagikan untuk para nelayan secara kolektif. Pembagian pendapatan bersih di
antara nelayan ditentukan oleh posisi atau jabatannya selama operasi penangkapan
ikan yaitu Juragan laut (fishing master) mendapat 2 bagian, juru mesin mendapat
1,5 bagian dan setiap nelayan ABK mendapat 1 bagian (Gambar 13).

Hasil Tangkapan

Biaya operasional Laba bersih

Pemilik Purse Nelayan / Crew 50% Penjaga rumpon


seine mini 25% 25%

Juragan laut 2 Juru mesin 1.5 Setiap nelayan


bagian bagian ABK 1 bagian

Gambar 13 Sistem bagi hasil pada perikanan purse seine mini di Kabupaten
Maluku Tenggara
41

4.3 Daerah Penangkapan ikan


Daerah penangkapan ikan (fishing ground) perikanan purse seine mini di
perairan Kabupaten Maluku Tenggara pada umumnya berdasarkan musim
penangkapan dan dilakukan di sekitar dua kepulauan, yaitu di sekitar kepulauan
Kei Kecil (perairan Desa Mastur, Danar, Tanimbar Kei, Dullah dan Kur Tayando)
dan di sekitar perairan kepulauan Kei Besar (perairan Desa Mataholat, Udar,
Nerong, Ngafan dan Weduar). Umumnya daerah penangkapan dipasang sekitar 4
– 20 mil laut diukur dari garis pantai yaitu perairan dengan kedalaman berkisar
200 – 400 meter.
Pada saat penelitian dilakukan, lokasi daerah penangkapan ikan adalah
perairan Udar, Mataholat dan Mastur (Gambar 14). Ketiga lokasi ini merupakan
daerah penangkapan yang biasanya dipakai untuk nelayan ketika beroperasi pada
saat musim angin timur. Daerah penangkapan ikan ini tidak lain adalah lokasi
dimana rumpon ditempatkan. Lokasi rumpon ini berada pada perairan yang agak
terlindung dari tiupan angin sehingga gelombang dan ombak tidak besar.

Gambar 14 Peta daerah penangkapan ikan di Desa Sathean Kabupaten


Maluku Tenggara

4.3.1 Musim Penangkapan Ikan


Operasi penangkapan purse seine mini dilaksanakan dengan sistem one day
trip, yaitu mulai dari subuh jam 02.30 – 09.00 WIT. Pembagian musim
42

penangkapan ikan biasanya disesuaikan dengan musim angin yang bertiup


(Gambar 15). Musim banyak ikan pada umumnya terjadi mulai dari sekitar bulan
Januari sampai dengan Maret (musim angin barat), musim sedang dimulai dari
sekitar bulan September – Desember, sedangkan musim paceklik (sedikit ikan)
terjadi mulai dari sekitar bulan Juni hingga bulan Agustus (musim angin timur).
Pada musim paceklik ini biasanya kegiatan penangkapan ikan menurun drastis
dibandingkan dengan pada saat musim ikan. Selama operasi penangkapan ikan,
kapal utama akan berlabuh di pantai dekat desa atau pemukiman yang dekat
dengan lokasi rumpon sambil menunggu pesan kapan harus bergerak dari
pengamat yang berada di sekitar atau di atas rumpon. Pola operasi seperti ini
terjadi apabila daerah penangkapan (fishing ground) tempat rumpon berlabuh
sangat dekat dengan desa dengan pantai yang pada saat surut, ketinggian air laut
masih bisa dilalui oleh kapal utama untuk melakukan operasi penangkapan.

Musim DPI A Puncak Paceklik Sedang


ikan DPI B
Bulan O N D J F M A M J J A S O N D J F
Musim DPI A Barat Peraliahan I Timur Peraliahan II
angin DPI B

Gambar 15 Musim penangkapan ikan berdasarkan musim angin di Kabupaten


Maluku Tenggara

Berdasarkan wawancara dengan nelayan dan pengamatan langsung terhadap


operasi penangkapan, pada saat musim puncak ikan nelayan beroperasi setiap
malam di perairan sebelah timur Kepualauan Kei Kecil, yaitu selat Nerong
(Gambar 14). Pada musim puncak ikan ini mereka juga memakai rumpon
sebagai alat pengumpul ikan. Daerah penangkapan ini merupakan daerah yang
terlindung dari tiupan angin sehingga gelombang laut tidak besar. Pada musim
paceklik, nelayan beroperasi di perairan Kei Besar barat, jika ikan sudah
terkumpul banyak di sekitar rumpon. Keadaan ini pada musim paceklik ikan
biasanya ditandai oleh adanya angin yang bertiup kencang dan gelombang yang
besar, sehingga dapat membahayakan nelayan. Kegiatan nelayan pada masa ini
tidak produktif dan biasanya yang dilakukan adalah memperbaiki alat
penangkapan ikan.
43

Dalam pengamatan terhadap operasi penangkapan, lama waktu yang


diperlukan untuk mengumpulkan ikan pada sebuah rumpon berkisar 2 – 3 hari.
Rumpon tersebut berada di perairan sebelah barat Kepulauan Kei Besar, yaitu
perairan Udar, Mataholat dan Weduar dalam penelitian ini perairan tesebut
dinamakan daerah penangkapan ikan (DPI) A. Kegiatan penangkapan ikan pada
musim ini berkurang karena tingginya gelombang dan angin yang kencang.
Musim penangkapan ikan di Kabupaten Maluku Tenggara terbagi menjadi tiga
musim, yaitu musim puncak (Januari – April), musim sedang (September -
Desember) dan musim paceklik (Mei - Agustus) (Tabel 7).

Tabel 7 Trip operasi armada Purse seine mini yang beroperasi berdasarkan
musim penangkapan di Kabupaten Maluku Tenggara

Bulan Musim Jumlah Unit DPI


Puncak Sedang Paceklik trip
Januari X 20-24 8 A
Februari X 20-24 8 A
Maret X 20-24 8 A
April X 20-24 8 A
Mei X 1-7 3 A&B
Juni X 1-7 3 A&B
Juli X 1-7 3 A&B
Agustus X 1-7 3 A&B
September X 7-14 8 A&B
Oktober X 7-14 8 A&B
Nopember X 7-14 8 A&B
Desember X 7-14 8 A&B
Keterangan
DPI A : Perairan Kei kecil Timur, Kei besar Timur, Selat Nerong
DPI B : Perairan Tanimbar Kei, Dullah laut, Kur – Tayando

4.3.2 Operasi Penangkapan Ikan

Operasi penangkapan ikan dengan purse seine mini di Kabupaten Maluku


Tenggara biasanya dilakukan mulai dini hari sebelum fajar (sekitar pukul 03.00
WIT) hingga pagi yaitu sekitar pukul 06.30 WIT; kegiatan operasi penangkapan
ikan selesai ketika nelayan mendarat kembali ke fishing base sekitar pukul 07.00
– 09.00 WIT. Dalam satu trip tersebut biasanya mereka hanya melakukan satu kali
44

setting di daerah penangkapan ikan yang biasanya tidak jauh dari fishing base,
yaitu dapat dijangkau dalam perjalanan selama sekitar 1 - 2 jam.
Selama pengamatan langsung, nelayan berangkat dari fishing base pada
pukul 03.00 WIT dan tiba di fishing ground sekitar pukul 04.30 – 05.00 WIT.
Ketika kapal utama sudah mendekati rumpon sekitar jarak 100 meter mesin
dimatikan dan kapal utama dibiarkan terbawa arus dan kemudian menunggu aba-
aba dari nelayan pemantau untuk memberitahukan keberadaan ikan di rumpon
dengan mempergunakan kaca keker nelayan pemantau bisa melihat banyak
sedikitnya ikan. Setelah memastikan banyaknya ikan dan memperhitungkan
posisi arus dan kecepatan angin yang bertiup maka pemantau akan memberi aba-
aba kepada fishing master melalui radio handy talky (HT) untuk segera
mengoperasikan purse seine mini dengan cara melingkari rumpon. Informasi
dalam metode operasi penangkapan purse seine dibagi kedalam beberapa tahap,
yaitu tahap persiapan, penurunan jaring dan penarikan jaring (Lampiran 2).
1) Tahap persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap yang harus dilakukan sebelum operasi
penangkapan purse seine mini dilakukan. Tahap persiapan ini meliputi
kegiatan pemeriksaan mesin baik mesin utama maupun mesin johnson,
pemeriksaan alat tangkap, penyiapan bahan bakar minyak (BBM) serta bahan
komsumsi. Hal ini untuk memperlancar kegiatan penangkapan ikan.

2) Kapal berangkat menuju rumpon yang merupakan daerah penangkapan ikan


(fishing ground). Penentuan daerah penangkapan ikan (rumpon) yang tepat
yang akan menjadi tujuan daerah penangkapan berdasarkan hasil pemantauan
oleh nelayan pemantu yang telah dilakukan pada malam harinya sebelum
kapal berangkat, dan jika kegiatan penangkapan sebelumnya mendapatkan
hasil tangkapan yang banyak, maka kegiatan penangkapan berikutnya tidak
akan jauh dari daerah penangkapan sebelumnya.

3) Setting
Setelah tiba di daerah penangkapan ikan (rumpon), kemudian dilakukan
proses setting yang diawali dengan penurunan jaring purse seine mini pada
bagian kantong dari kapal utama yang berada di bagian buritan sebelah kiri.
Tali selembar dilemparkan pada kapal Johnson untuk dilakukan proses
45

setting. Kapal Johnson menunggu proses setting hingga selesai untuk


melakukan proses selanjutnya yaitu penarikan purse line. Proses pelingkaran
gerombolan ikan oleh kapal utama harus dilakukan dengan kekuatan penuh.
Hal ini dilakukan agar gerombolan ikan yang menjadi target tidak lolos baik
dari arah horisontal maupun vertikal. Proses pelingkaran gerombolan ikan
membutukan waktu sekitar 6 -12 menit.
4) Hauling
Setelah proses pelingkaran gerombolan ikan selesai oleh kapal utama (tipe
lambut), salah satu nelayan yang berada pada kapal utama melempar purse
line dengan kekuatan penuh yang arahnya menjauh kapal utama. Pada saat
dilakukan penarikan purse line oleh kapal johnson, proses penarikan jaring
juga dilakukan oleh nelayan pada kapal utama. Setelah proses penarikan
purse line selesai, kapal johnson kembali dan mendekati purse seine mini
yang sudah membentuk sebuah mangkok, kemudian dilakukan pengangkatan
pelampung yang berada di kantong. Penarikan jaring purse seine mini selesai
hingga tersisa bagian kantong, maka dilakukan pengangkutan hasil tangkapan
oleh nelayan yang berada pada kapal Johnson untuk diletakan pada kapal
johnson. Proses penarikan purse seine mini hingga selesai membutuhkan
waktu 45 - 60 menit.

4.4 Hasil Tangkapan


Jumlah seluruh hasil tangkapan yang diperoleh 3 kapal yang masing-
masing beroperasi sebanyak 14 kali trip operasi adalah 48,14 ton (Gambar 16),
yang terdiri dari ; KM Virus yang menggunakan mata jaring 1,5 inci dengan
panjang 400 meter menangkap 157.382 ekor ikan (37 %) dengan berat 18.766 kg.
KM Mujur yang menggunakan mata jaring 1,25 inci dengan panjang 350 meter
menangkap 139.985 ekor ikan (33 %) dengan berat 15.502 kg. KM Dewo yang
menggunakan mata jaring 1 inci dengan panjang 300 meter menangkap 124.792
ekor ikan (30%) dengan berat 13.871 kg. Rincian data hasil tangkapan dari setiap
kapal dapat dilihat pada (Lampiran 3). Jenis ikan yang banyak tertangkap selama
operasi penangkapan ke 3 kapal purse seine mini di Desa Sathean adalah; ikan
layang (Decapterus russelli), ikan tongkol (Auxis thazard) dan ikan selar
(Selaroides leptolepsis).
46

Gambar 16 Total hasil tangkapan (ekor) ketiga kapal purse seine mini 21 Juli – 4
September 2010 di desa sathean

Untuk perbandingan hasil tangkapan purse seine mini berdasarkan operasi


penangkapan perjenis ikan pada ke 3 kapal (Lampiran 4, 5 dan 6). Terlihat bahwa
jumlah tangkapan yang paling dominan pada hasil tangkapan ketiga kapal adalah
ikan layang (Decapterus russelli) dengan hasil tangkapan terbanyak KM Virus
sebesar 102.013 ekor (37 %), kemudian KM Mujur sebesar 99.975 ekor (36 %)
dan KM Dewo sebesar 76.713 ekor (27 %) dari jumlah hasil tangkapan jenis ikan
layang, kemudian jenis ikan tongkol (Auxis thazard) dengan hasil tangkapan
terbanyak KM Virus sebesar 50.050 ekor (42 %) kemudian KM Mujur sebesar
35.029 ekor (30 %) dan KM Dewo sebesar 32.930 ekor (28 %) dari jumlah hasil
tangkapan jenis ikan tongkol dan jenis ikan selar (Selaroides leptolepsis,) dengan
hasil tangkapan terbanyak KM Dewo sebanyak 15.149 ekor (59 %) kemudian KM
Virus sebanyak 5.319 ekor (21 %) dan KM Mujur sebanyak 4.981 ekor (20 %)
dari jumlah hasil tangkapan jenis ikan selar. Perbandingan komposisi jenis ikan
hasil tangkapan dari 3 kapal purse seine mini dapat dilihat pada (Gambar 17).

Gambar 17 Perbandingan komposisi jenis ikan pada hasil tangkapan ketiga


kapal purse seine mini selama penelitian
47

Perbandingan hasil tangkapan berdasarkan daerah penangkapan (Fishing


ground) pada ke-tiga kelompok, Terlihat bahwa pada daerah penangkapan
perairan dusun Udar presentasi hasil tangkapan terbanyak adalah KM Virus
memperoleh hasil tangkapan 82,998 ekor (42 %), KM Mujur memperoleh hasil
tangkapan 60.248 ekor (30 %) dan KM Dewo memperoleh hasil tangkapan 54.686
ekor (28 %). Selanjutnya daerah penangkapan perairan desa Mataholat presentasi
hasil tangkapan terbanyak adalah KM Mujur memperoleh hasil tangkapan 62.313
ekor (37 %), KM Virus memperoleh hasil tangkapan 55.904 ekor (33 %) dan KM
Dewo memperoleh hasil tangkapan 50.160 ekor (30 %) dan daerah penagkapan
perairan desa Mastur presentasi hasil tangkapan terbanyak adalah KM Dewo
memperoleh hasil tangkapan 19.946 ekor (36 %), KM Virus memperoleh hasil
tangkapan 18.480 ekor (33 %) dan KM Mujur memperoleh hasil tangkapan
17.424 (31 %). Perbandingan hasil tangkapan masing-masing kelompok dapat
dilihat pada (Gambar 18).

! "# " "

Gambar 18 Perbandingan hasil tangkapan ketiga kapal purse seine mini selama
tanggal 21 Juli – 4 September 2010 berdasarkan DPI

4.4.1 Produktivitas (hasil tangkapan per trip)


Hasil tangkapan per trip sebanyak 14 kali trip operasi penangkapan
masing-masing kapal adalah sebagai berikut KM Virus dengan jumlah hasil
tangkapan 18.766 kg dimana trip tertinggi yaitu pada operasi penangkapan ke 3
dengan hasil tangkapan 2.059 kg sedangkan
sedangkan terendah yaitu pada operasi
penangkapan ke 6 dengan hasil tangkapan 410 kg (Gambar 19), KM Mujur
dengan jumlah hasil tangkapan 15.502 kg dimana trip tertinggi yaitu pada
48

operasi penangkapan ke 5 dengan hasil tangkapan 1.439 kg sedangkan terendah


yaitu pada operasi penangkapan ke 6 dengan hasil tangkapan 552 kg (Gambar 20)
dan KM Dewo dengan jumlah hasil tangkapan 13.871 kg dimana trip tertinggi
yaitu pada operasi penangkapan ke 13 dengan hasil tangkapan 1.423 kg
sedangkan terendah yaitu pada operasi penangkapan ke 14 dengan hasil tangkapan
408 kg (Gambar 21).

$ %

Gambar 19 Hasil tangkapan KM Virus per trip operasi penangkapan di Desa


Sathean (Juli – Agustus 2010)

$ %

Gambar 20 Hasil tangkapan KM Mujur per trip operasi penangkapan di Desa


Sathean (Agustus – September 2010)

$ %

Gambar 21 Hasil tangkapan KM Dewo per trip operasi penangkapan di Desa


Sathean (Juli – Agustus 2010)
49

Rincian perbandingan hasil tangkapan per trip operasi penangkapan purse


seine mini dari masing-masing kapal disajikan pada (Tabel 8).

Tabel 8 Perbandingan trip hasil tangkapal ke 3 kapal purse seine mini di Desa
Sathean Kabupaten Maluku Tenggara

Hasil tangkapan (kg)


Nama kapal Kisaran Total Rataan Standar
(gram) (14 trip) deviasi
KM Virus 40 – 270 18.766 1.340,4 429.4
KM Mujur 40 – 270 15.502 1.107,3 326.3
KM Dewo 40 - 250 13.871 990,8 343.6

Tabel 9 Hasil ANOVA terhadap data trip hasil tangkapan dari 3 kapal purse
seine mini

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung Peluang F table


Keragaman Bebas Kuadrat Tengah
Kapal 2 887497,2 443748,6 3,255265 0,049269 3,238096
Error 39 5316371 136317,2
Jumlah 41 6203868

Hasil uji statistik dengan menggunakan ANOVA (Tabel 9) menunjukan


bahwa hasil tangkapan per trip dari ke 3 kapal sangat dipengaruhi oleh ukuran
panjang jaring pada ( = 0,05) menghasilkan nilai F hit > F tab hal ini berarti ada
perbedaan yang nyata hasil tangkapan dari ke 3 kapal purse seine mini yang
dioperasikan di desa Sathean. Hasil uji lanjut BNT (Lampiran 7) menunjukkan
bahwa antara panjang jaring 300 meter dan 400 meter memberikan pengaruh
yang berbeda nyata terhadap trip hasil tangkapan, sedangkan pasangan yang lain
tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Bila dilihat dari nilai rata-rata hasil
tangkapan maka jaring dengan panjang 400 m memberikan hasil tangkapan yang
paling besar dibandingkan dengan ukuran panjang yang lain. Nilai rata-rata hasil
tangkapan KM Virus adalah 1.340,4 (kg) dengan standar deviasi 429,4 nilai rata-
rata KM Mujur adalah 1.107,3 (kg) dengan standar deviasi 326,3 sedangkan nilai
rata-rata KM Dewo adalah 990,8 (kg) dengan standar deviasi 343,6 (Gambar 22).
50

Gambar 22 Perbandingan hasil tangkapan per trip ketiga kapal purse seine mini
di Desa Sathean selama penelitian

4.4.2 Lama pelingkaran jaring

Pelingkaran jaring pada purse seine mini dimulai dengan diturunkannya


salah satu ujung jaring yang diberi pelampung diikuti badan jaring, proses
penurunan jaring ini dilakukan oleh para ABK yang berada pada kapal utama ke
laut kemudian tali selambar diberikan ke kapal Johnson untuk membantu menarik
jaring, dengan kecepatan penuh kapal utama tersebut bergerak membentuk
lingkaran mengelilingi kawanan ikan yang berkumpul di sekitar rumpon, sehingga
rumpon menjadi acuan manuver bagi kapal utama dalam mengoperasikan purse
seine mini. Setelah jaring membentuk lingkaran secara sempurna maka dilakukan
proses penarikan jaring. Lama waktu pelingkaran jaring dari ke 3 kapal selama 14
trip operasi penangkapan adalah berkisar antara 7 – 15 menit sedangkan waktu
pelingkaran untuk masing-masing kapal adalah sebagai berikut KM Virus waktu
pelingkaran jaring tercepat adalah 10 menit dan waktu terlama adalah 15 menit
(Gambar 23), KM Mujur waktu pelingkaran jaring tercepat adalah 8 menit dan
waktu terlama adalah 12 menit (Gambar 24) dan KM Dewo waktu pelingkaran
jaring tercepat adalah 7 menit dan waktu terlama adalah 10 menit (Gambar 25).
51

$ %

Gambar 23 Lama pelingkaran jaring KM Virus di Desa Sathean (Juli –


Agustus 2010)

$ %

Gambar 24 Lama pelingkaran jaring KM Mujur di Desa Sathean (Agustus –


September 2010)

$ %

Gambar 25 Lama pelingkaran jaring KM Dewo di Desa Sathean (Juli –


Agustus 2010)

Rincian perbandingan lama pelingkaran per trip operasi penangkapan


purse seine mini dari masing-masing kapal disajikan pada (Tabel 10).
52

Tabel 10 Perbandingan lama pelingkaran jaring ke 3 kapal purse seine mini di


Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara

Lama pelingkaran jaring (menit)


Nama Kapal
Kisaran (menit) Rataan Standar deviasi
KM Virus 10 - 15 12,43 1,40
KM Mujur 8 – 12 10,00 1,30
KM Dewo 7 - 10 8,57 1,22

Tabel 11 Hasil ANOVA terhadap data lama pelingkaran jaring dari 3 kapal
purse seine mini

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung Peluang F table


Keragaman Bebas Kuadrat Tengah
Kapal 2 106,4762 53,2381 31,05556 8,55E-09 3,238096
Error 39 66,85714 1,714286
Jumlah 41 173,3333

Hasil uji statistik dengan menggunakan ANOVA (Tabel 11) menunjukkan


bahwa lama pelingkaran jaring dari ke 3 kapal sangat dipengaruhi oleh ukuran
panjang jaring pada ( = 0,05) menghasilkan nilai F hit > F tab hal ini berarti ada
perbedaan yang nyata lama pelingkaran dari ke 3 kapal purse seine mini yang
dioperasikan di desa Sathean. Oleh karena itu dilakukan uji lanjut BNT
(Lampiran 8). Berdasarkan hasil uji lanjut dapat disimpulkan bahwa semua
ukuran panjang jaring memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap lama
pelingkaran jaring. Jaring dengan ukuran panjang 400 m merupakan jenis jaring
yang memiliki waktu pelingkaran paling lama yaitu rata-rata 12.43 menit dengan
standar deviasi 1,40 menit, kemudian jaring dengan ukuran panjang 350 m
dengan waktu pelingkaran rata-rata 10 menit dengan standar deviasi 1,30 menit
dan jaring dengan ukuran 300 m dengan waktu pelingkaran rata-rata 8.57 menit
dengan standar deviasi 1,22 menit (Gambar 26).
53

Gambar 26 Perbandingan lama pelingkaran jaring ketiga purse seine mini di Desa
Sathean selama penelitian

4.5 Komposisi ukuran dan jenis ikan hasil tangkapan


Pada KM Virus ukuran ikan layang (Decapterus russelli) yang paling
banyak adalah kelas panjang 18 – 18,8 cm sedangkan yang paling sedikit adalah
kelas panjang 25,2 – 26 cm. Berat individu ikan yang paling banyak tertangkap
adalah kelas berat 58 – 65 gram dan yang paling sedikit adalah kelas berat 106 –
113 gram. Ukuran panjang tongkol (Auxis thazard) paling banyak tertangkap
adalah kelas panjang 24,8 – 25,6 cm dan yang paling sedikit adalah kelas panjang
30,2 – 31 cm; ukuran berat paling banyak tertangkap adalah selang kelas berat
180 – 190 gram dan yang paling sedikit adalah kelas berat 268 – 278 gram.
Ukuran panjang selar (Selaroides leptolepsis) yang paling banyak tertangkap
adalah kelas panjang 17,8 – 18,1 cm dan yang paling sedikit tertangkap adalah
kelas panjang 16,6 – 16,9 cm sedangkan ukuran berat paling banyak tertangkap
adalah kelas berat 70 – 74 gram dan yang paling sedikit adalah kelas berat 80 –
84 gram (Gambar 27).
54

$ $

$ $

$ $

$ $

Gambar 27 Komposisi panjang dan berat 3 jenis ikan yang banyak tertangkap
KM Virus selama penelitian tanggal 25 Juli – 26 Agustus 2010

Komposisi panjang dan berat pada KM Mujur adalah ukuran ikan layang
(Decapterus russelli) yang paling banyak adalah kelas panjang 18 – 18,8 cm
sedangkan yang paling sedikit adalah kelas panjang 25,2 – 26 cm. Berat individu
ikan yang paling banyak tertangkap adalah kelas berat 58 – 65 gram dan yang
paling sedikit adalah kelas berat 114 – 121 gram. Ukuran panjang tongkol (Auxis
thazard) paling banyak tertangkap adalah kelas panjang 25 – 25,9 cm dan yang
paling sedikit adalah kelas panjang 30 – 30,9 cm; ukuran berat paling banyak
tertangkap adalah selang kelas berat 180 – 190 gram dan yang paling sedikit
adalah kelas berat 268 – 278 gram. Ukuran panjang selar (Selaroides leptolepsis)
yang paling banyak tertangkap adalah kelas panjang 16 – 16,4 cm dan yang
paling sedikit tertangkap adalah kelas panjang 15,5 – 15,9 cm sedangkan ukuran
berat paling banyak tertangkap adalah kelas berat 60 – 64 gram dan yang paling
sedikit adalah kelas berat 80 – 84 gram (Gambar 28).
55

$ $

$ $

$ $

$ $

Gambar 28 Komposisi panjang dan berat tiga jenis ikan yang banyak tertangkap
KM Mujur selama penelitian tanggal 2 Agustus – 4 September 2010

Komposisi panjang dan berat pada KM Dewo adalah ukuran ikan layang
(Decapterus russelli) yang paling banyak adalah kelas panjang 18 – 18,8 cm
sedangkan yang paling sedikit adalah kelas panjang 24,3 – 25,1 cm. Berat
individu ikan yang paling banyak tertangkap adalah kelas berat 50 – 56 gram dan
yang paling sedikit adalah kelas berat 85 – 91 gram. Ukuran panjang tongkol
(Auxis thazard) paling banyak tertangkap adalah kelas panjang 23 – 23,9 cm dan
yang paling sedikit adalah kelas panjang 27 – 27,9 cm; ukuran berat paling
banyak tertangkap adalah selang kelas berat 190 – 199 gram dan yang paling
sedikit adalah kelas berat 250– 259 gram. Ukuran panjang selar (Selaroides
leptolepsis) yang paling banyak tertangkap adalah kelas panjang 15,5 – 15,9 cm
dan yang paling sedikit tertangkap adalah kelas panjang 16 – 16,4 cm sedangkan
ukuran berat paling banyak tertangkap adalah kelas berat 60 – 64 gram dan yang
paling sedikit adalah kelas berat 80 – 84 gram (Gambar 29).
56

$
$

$ $

$ $

$ $

Gambar 29 Komposisi panjang dan berat tiga jenis ikan yang banyak tertangkap
KM Dewo selama penelitian tanggal 21 Juli – 25 Agustus 2010

Rincian komposisi panjang dan berat ikan yang tertangkap oleh masing-
masing kapal purse seine mini selama 14 trip operasi penangkapan pada penelitian
ini dapat disajikan dalam (Tabel 12).

Tabel 12 Komposisi panjang dan berat jenis ikan utama yang tertangkap oleh 3
kapal purse seine mini di Desa Sathean, Kabupaten Maluku Tenggara.

Jenis ikan Ukuran dan Berat Ikan KM Virus KM Mujur KM Dewo


Layang Jumlah ikan (ekor) dan (%) 102.013 (37%) 99.975 (36%) 76.713 (23%)
Kisaran panjang (cm) 18 – 25,5 18 – 25,8 18 – 24,8
Kelas panjang dominan (cm) 18 – 18,8 18 – 18,8 18 – 18,8
Jumlah berat (kg) 8.161 (37%) 7.998 (36%) 6.137 (23%)
Kisaran berat (g) 50 – 120 50 – 120 50 – 100
Kelas berat dominan (g) 58 – 65 58 – 65 50 – 56
Tongkol Jumlah ikan (ekor) 50.050 (42%) 35.029 (30%) 32.930 (28%)
Kisaran panjang (cm) 23 – 30,8 23 – 30,8 22 – 30.6
Kelas panjang dominan (cm) 24,8 – 25,6 25 – 25,9 23 – 23,9
Jumlah berat (kg) 10.260 (42%) 7.180 (30%) 6.750 (28%)
Kisaran berat (g) 180 – 270 180 – 270 170 – 250
Kelas berat dominan (g) 180 – 190 180 – 190 190 – 199
57

Selar Jumlah ikan (ekor) 5.319 (21%) 4.981 (20%) 15.149 (59%)
Kisaran panjang (cm) 15 – 18,7 15 – 18,8 15 – 18,7
Kelas panjang dominan (cm) 17,8 – 18,1 16 – 16,4 15,5 – 15,9
Jumlah berat (kg) 691 (21%) 323 (20%) 1.969 (59%)
Kisaran berat (g) 40 - 80 40 - 80 40 – 80
Kelas berat dominan (g) 70 – 74 60 – 64 60 – 64

4.6 Ukuran ikan layak tangkap


Jumlah sampel ikan hasil tangkapan KM Virus adalah 1.013 ekor dimana
untuk ikan layang (Decapterus russelli) dengan jumlah hasil tangkapan sebanyak
338 ekor, dimana ukuran layak tertangkap adalah 239 ekor (71%) dan belum
layak tertangkap 99 ekor. Ikan tongkol (Auxis thazard) dengan jumlah hasil
tangkapan sebanyak 260 ekor, dimana ukuran layak tertangkap adalah 30 ekor
(12%) dan belum layak tertangkap 230 ekor. Selar (Selaroides leptolepsis) dengan
jumlah hasil tangkapan sebanyak 415 ekor, dimana ukuran layak
layak tertangkap
adalah 349 ekor (90%) dan belum layak tertangkap 40 ekor selengkapnya dapat
dilihat pada (Gambar 30).

"

Ikan Layak Tangkap Belum layak tangkap

Gambar 30 Total ukuran ikan layak tangkap hasil tangkapan ketiga jenis ikan
pada KM Virus selama penelitian

Sedangkan jumlah sampel hasil tangkapan KM Mujur adalah 1.021 ekor


dimana untuk ikan layang (Decapterus russelli) dengan jumlah hasil tangkapan
sebanyak 342 ekor, dimana ukuran layak tertangkap adalah 222 ekor (65%) dan
belum layak tertangkap 120 ekor. Ikan tongkol (Auxis thazard) dengan jumlah
hasil tangkapan sebanyak 262 ekor, dimana ukuran layak tertangkap adalah 19
ekor (7%) dan belum layak tertangkap 243 ekor. Selar (Selaroides leptolepsis)
dengan jumlah hasil tangkapan sebanyak 417 ekor, dimana ukuran layak
58

tertangkap adalah 310 ekor (89%) dan belum layak tertangkap 39 ekor,
selengkapnya dapat dilihat pada (Gambar 31).

"

$ %
%

Ikan Layak Tangkap Belum layak tangkap

Gambar 31 Komposisi ukuran ikan layak tangkap hasil tangkapan ketiga jenis
ikan pada KM Mujur selama penelitian

Dan jumlah sampel hasil tangkapan KM Dewo adalah 1.019 ekor dimana
untuk ikan layang (Decapterus russelli)
russelli) dengan jumlah hasil tangkapan sebanyak
348 ekor, dimana ukuran layak tertangkap adalah 184 ekor (53%) dan belum
layak tertangkap 164 ekor. Ikan tongkol (Auxis thazard) dengan jumlah hasil
tangkapan sebanyak 256 ekor, dimana uk
ukuran
uran layak tertangkap adalah 26 ekor
(10%) dan belum layak tertangkap 230 ekor. Selar (Selaroides leptolepsis)
dengan jumlah hasil tangkapan sebanyak 415 ekor, dimana ukuran layak
tertangkap adalah 353 ekor (85%) dan belum layak tertangkap 62 ekor,
selengkapnya dapat dilihat pada (Gambar 32).

"

$
%
$

Ikan Layak Tangkap Belum layak tangkap

Gambar 32 Komposisi ukuran


ukuran ikan layak tangkap hasil tangkapan ketiga jenis
ikan pada KM Dewo selama penelitian
59

4.7 Hubungan panjang dan berat ikan


Hasil persamaan regresi linier setelah dilakukan transformasi (LN)
hubungan panjang dan berat ikan dari KM Virus untuk jenis ikan layang y =
2,173x – 2,369 dengan nilai R² 0,908, jenis ikan tongkol y = 1,298x – 1,126
dengan nilai R² 0,966 dan ikan selar y = 3,246x – 5,149 dengan nilai R² 0,894
(Gambar 33).

" "
$ '
'
& '% (
)*& '% '

!
$ & ' (+ ' %
' )*& '%
!

'
' ' ' '$ ' '$

$'
& ' % (, '
$' )*& '%
& ' $( ' % $'
!

)*& '%
$'
!

$'
' ' ' ' ' ' ' '

'
& ' $( '
$
)*& ' % '
$
!

& ' ( + $' %


'
$ )*& ' %
!

'
' $' ' '$ ' '% '

Gambar 33 Hubungan panjang dan berat dari tiga jenis ikan dominan yang
tertangkap oleh KM Virus

Hasil persamaan regresi linier setelah dilakukan transformasi (LN)


hubungan panjang dan berat ikan KM Mujur untuk jenis ikan layang y = 1,836x –
60

1,310 dengan nilai R² 0,897, jenis ikan tongkol y = 1,138x – 1,621 dengan nilai
R² 0,956 dan ikan selar y = 2,764x – 3,772 dengan nilai R² 0,907 (Gambar 34).

" "
$ '
& ' %( '
)*& ' % '
& ' (+ '

!
$ ' )*& ' %
!

'
'$ ' '$

$'
$ & $' ( ' $
$'
)*& '%$
$ !
$' & ' (, '
$ )*& '%$
#

$'
' ' ' '

'
& ' (' ' & ' (+ '
$ )*& '%
)*& '% '
$
!

'
$ '
!

'
'$ ' '% '

Gambar 34 Hubungan panjang dan berat dari tiga jenis ikan dominan tertangkap
oleh KM Mujur

Sedangkan hasil persamaan regresi linier setelah dilakukan transformasi


(LN) hubungan panjang dan berat ikan KM Dewo untuk jenis ikan layang y =
1,886x – 1,562 dengan nilai R² 0,868, jenis ikan tongkol y = 1,041x – 1,950
dengan nilai R² 0,975 dan ikan selar y = 2,922x – 4,219 dengan nilai R² 0,962
(Gambar 35).
61

" "
$ '
& ' %( '
'
)*& '
& ' ( + '$

!
$ ' )*& '
!

'
'$ ' '$

$'
& ' $( '
)*& '% $ $' & ' ( , '%$
)*& '% $

!
$'
!

$'
'$ ' '$

'
& ' ( '% ' & '% ( + ' %
)*& '% )*& '%
'
$
!

'
'
!

'
'$ ' '% '

Gambar 35 Hubungan panjang dan berat dari tiga jenis ikan dominan tertangkap
oleh KM Dewo
5 PEMBAHASAN

5.1 Unit Penangkapan Ikan


Spesifikasi ketiga buah kapal purse seine mini yang digunakan dalam
penelitian ini hampir sama antara satu dengan yang lainnya. Ukuran kapal
tersebut dapat dikatakan sebagai ukuran standar di Desa Sathean. Kapal-kapal
tersebut dibuat oleh galangan kapal milik rakyat yang juga umumya ada di
beberapa desa nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara. Ukuran kapal tersebut
cukup untuk memuat purse seine mini yang memiliki panjang dan tingginya
masing-masing hingga 400 meter dan 75 meter. Kapal yang lebih besar akan
diperlukan jika nelayan ingin mengoperasikan purse seine yang lebih panjang
karena volume tumpukan jaring akan menjadi lebih besar sementara ruang kerja
untuk nelayan tetap diperlukan.
Kapal-kapal purse seine mini tersebut tergolong kecil jika dibandingkan
dengan kapal-kapal purse seine yang berpangkalan di Pekalongan, yaitu kapal
yang memuat hingga 34 orang nelayan dan beroperasi cukup lama, yaitu hingga
30 - 40 hari, di lokasi yang cukup jauh dari pangkalannya (Hufiadi, 2007). Kapal-
kapal purse seine Pekalongan memiliki panjang minimal 30,25 meter, lebar
minimal 5 meter dan dalam 2,5 meter. Kapal-kapal tersebut memiliki kapasitas
volume sekitar 30 GT dengan menggunakan kekuatan lampu berkisar 15.000-
40.000 watt (Atmaja et.al, 2002). Di pesisir utara pulau Jawa juga dikenal purse
seine mini, seperti di perairan Kabupaten Pati dan Tegal (Yusron, 2005). Kapal-
kapal purse seine mini tersebut memiliki panjang minimal 15 – 18 meter, lebar 3 -
5 meter dan dalam 1,5 meter dengan volume > 30 GT. Dibandingkan dengan
kapal purse seine mini di Jawa tersebut, maka kapal yang menjadi obyek
penelitian tergolong lebih kecil.
Di Provinsi Aceh menurut Mahdi (2002), kapal purse seine umumnya
berukuran lebih besar, yaitu dengan panjang 16 – 28 m, lebar antara 3,5 – 6 m dan
dalam antara 1,4 – 2 m. Kapal-kapal tersebut memiliki volume sekitar 40 GT
sehingga mesin inboard yang digunakannya berkekuatan 105 – 320 PK.
Sementara itu (Pottier, 1998) dalam (Atmaja et.al, 2002) memberikan deskripsi
bahwa kapal pukat cincin yang beroperasi di sepanjang pantai utara Jawa
63

mempunyai panjang rata-rata 26,4 m, lebar 6,7 m dan dalamnya 2,1 m, mesin
inboard yang berkekuatan 250 – 320 PK dilengkapi dengan generator lampu 6000
watt.
Kapal purse seine yang berpangkalan di Pekalongan adalah kapal pukat
cincin besar kapal ini juga dilengkapi dengan alat bantu seperti lampu-lampu
sorot sebanyak 30 – 40 buah, radio komunikasi dan sejak tahun 1997 sebagian
besar kapal juga telah dilengkapi dengan alat global position system (Pottier dan
Sadhotomo, 1995). Jika dibandingkan dengan kapal-kapal purse seine dari pesisir
utara pulau Jawa tersebut maka kapal purse seine mini yang ada di Kabupaten
Maluku Tenggara sangat jauh berbeda, baik dari segi ukuran maupun alat bantu
yang digunakan. Namun perbedaan tersebut tidak berarti secara teknis armada
purse seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara lebih terbelakang karena
kebutuhan teknisnya berbeda, yaitu disebabkan oleh sifat operasinya yang one day
trip di lokasi pemasangan rumpon yang dekat pantai. Status teknologi armada
purse seine Kabupaten Maluku Tenggara akan berubah menjadi “rendah” atau
“terbelakang” jika nelayan lokal berniat untuk operasi lebih jauh dari basis yang
sekarang dan lebih lama. Namun hal tersebut tidak mungkin dilakukan dengan
kapal-kapal yang memiliki spesifikasi saat ini, kecuali modus operasi
penangkapan ikan menerapkan sistem kapal induk. Dalam sistem ini, kapal-kapal
purse seine hanya berfungsi sebagai penangkap ikan, hasil tangkapan kemudian
ditransfer ke kapal penampung atau pengangkut ikan yang juga berfungsi sebagai
penyedia kebutuhan perbekalan, termasuk mengangkut nelayan, di tengah laut
sehingga kapal-kapal purse seine tersebut tidak perlu terlalu sering ke pangkalan
untuk mengisi perbekalan.
Masalah yang dihadapi untuk pengembangan produktivitas perikanan purse
seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara seperti ini adalah adanya daerah
penangkapan ikan pelagis kecil pada musim kurang ikan (paceklik) maka nelayan
di desa Sathean akan melakukan operasi penangkapan yang lebih jauh dari lokasi
penangkapan sebelumnya. Lokasi daerah penangkapan kawanan ikan dimaksud
adalah perairan sebelah barat Dullah laut dan Kur-Tayando dimana lokasi-lokasi
tersebut berada lebih jauh dari pantai. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
kawanan ikan pelagis kecil biasanya berada tidak jauh dari pantai, seperti di
64

sekitar pulau Mayau dan pulau-pulau di sebelah barat pulau Halmahera (Karman,
2008).
Spesifikasi purse seine di Indonesia ada bermacam-macam, paling tidak
dilihat dari panjang dan tinggi jaring (Tabel 13). Sebagai contoh, purse seine
yang dioperasikan nelayan Banda Aceh untuk menangkap cakalang memiliki
panjang yang berkisar mulai dari 600 m hingga 1350 m, lebar dari 60 hingga 85
m, dengan bahan dari jaring dengan mesh size 2 inci (Chaliluddin 2002).
Dibandingkan dengan purse seine yang dioperasikan nelayan Banda Aceh, seperti
dilaporkan oleh Chaliluddin (2002), maka purse seine yang ada di Maluku
Tenggara adalah lebih pendek ukuran purse seine dibandingkan dengan di Aceh.

Tabel 13 Perbandingan panjang dan tinggi purse seine dari beberapa tempat di
Indonesia

No Lokasi Jenis ikan sasaran Panjang Tinggi Sumber


(meter) (meter)
1 Maluku Tenggara layang, kembung, 200 - 400 60 -7 5 Hasil
tongkol, selar. Penelitian
2 Banda Aceh Cakalang, tuna 600 – 1350 60 - 85 Chaliludin
(2002)
3 Ternate layang, tongkol, 200 - 600 40 - 60 Irham (2005)
selar.
4 Prigi tongkol, layang, 400 - 600 60 - 70 Perkasa (2004)
teri, slengseng.
5 Pekalongan layang, kembung, 470 - 600 90 - 110 Hufiadi (2007)
selar, siro, tembang
6 Probolinggo lemuru, teri, 350 - 400 60 - 70 Lutfiah (2004)
layang.
7 Jenoponto cakalang, tongkol, 375 - 500 50 - 70 Ghaffar (2006)
layang, kembung
8 Pengambengan, lemuru, tongkol, 200 - 300 60 - 70 Pratiwi (2002)
Bali layang.
9 Lampung Layang, kembung, 260 - 300 50 - 70 Yusfiandayani
selar, tongkol (1997)

Panjang purse seine sebaiknya disesuaikan dengan jenis ikan yang akan
ditangkap, khususnya pertimbangan pada kecepatan renang ikan, dan jarak aman
di mana ikan tidak terusik tingkah lakunya oleh jaring (Fridman, 1986). Semakin
tinggi kecepatan renang ikan maka purse seine harus semakin panjang;
sebaliknya, semakin rendah kecepatan renang ikan maka purse seine dapat lebih
pendek. Menurut rumus yang dibuat Fridman dan Carrother (1986) untuk
65

menghitung panjang purse seine, maka untuk menangkap ikan yang bergerombol
di sekitar rumpon (kecepatan renang dianggap sama dengan nol) tidak diperlukan
purse seine yang terlalu panjang. Itulah sebabnya mengapa purse seine nelayan
Aceh yang menangkap kawanan cakalang yang berenang bebas jauh lebih panjang
dari purse seine yang ada di Maluku Tenggara dan Prigi yang menangkap ikan-
ikan pelagis kecil (layang, tongkol, teri, selar). Panjang purse seine mini untuk
yang dioperasikan dengan metode seperti diterapkan nelayan Maluku Tenggara
lebih ditentukan oleh ukuran atau diameter kawanan ikan dan jarak aman antara
jaring dan kawanan ikan. Mungkin itulah sebabnya mengapa purse seine mini
nelayan Maluku Tenggara lebih pendek dari purse seine nelayan Prigi (Jawa
Timur) yang menangkap kawanan ikan yang bergerak bebas (Perkasa 2004).

5.2 Hasil Tangkapan


Metode pengoperasian purse seine dengan dua kapal (two-boat system) yang
dilakukan nelayan Maluku Tenggara adalah sama dengan yang dilakukan oleh
nelayan Prigi di pesisir selatan Jawa Timur (Perkasa 2004) dan nelayan Ternate
(Irham 2005). Namun berbeda dengan nelayan Maluku Tenggara dan Ternate,
nelayan Prigi tidak menggunakan rumpon dan operasi penangkapan ikan
dilakukan pada siang hari dengan cara mengejar dan melingkari kawanan ikan
yang berenang bebas (Perkasa 2004). Oleh karena itu, pekerjaan nelayan Prigi
lebih berisiko karena ikan-ikan yang menjadi sasaran memiliki peluang lolos lebih
besar dibandingkan dengan ikan-ikan-ikan yang bergerombol di sekitar rumpon.
Perbandingan antara perikanan purse seine mini di Maluku Tenggara
dengan di tempat lain dapat dilakukan dengan melihat jumlah ikan yang diperoleh
per hari (Tabel 14). Namsa (2006) melaporkan bahwa hasil tangkapan rata-rata
kapal purse seine mini di Ternate adalah ± 1.706 kg per hari dengan jenis ikan
utama adalah layang, tongkol dan selar. Jika dibandingkan dengan produktivitas
kapal-kapal yang diteliti, maka produktivitas kapal-kapal purse seine mini di
Ternate adalah hampir sama. Hasil tangkapan dari setiap kapal yang diteliti
menunjukan bahwa semakin besar ukuran panjang jaring maka semakin lama
waktu yang diperlukan untuk purse seine mini dapat melingkari gerembolan ikan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin panjang ukuran jaring purse seine
66

mini maka hasil tangkapan yang di dapat semakin banyak. Namun ukuran
panjang jaring bukan merupakan tolak ukur keberhasilan suatu operasi
penangkapan. Hasil tangkapan terutama ditentukan oleh keefektifan rumpon
dalam mengumpulkan ikan.

Tabel 14 Perbandingan panjang purse seine dan produktivitas kapal purse seine
dari beberapa tempat di Indonesia

No Lokasi Jenis ikan sasaran Panjang Produktivitas Sumber


purse seine (kg per hari)
1 Maluku layang, kembung, 200 - 400 1,340 ton Penelitian ini
Tenggara tongkol, selar.
2 Banda Aceh Tuna, cakalang, layang 650 – 1100 4,446. ton (Yustom,
2009)
3 Ternate layang, tongkol, selar. 200 - 600 1,706. ton (Namsah,
2006)
4 Prigi tongkol, layang, teri, 400 - 600 1,182. ton Perkasa (2004)
slengseng.
5 Pekalongan Tongkol,layang, siro, 470-600 m 3,789. ton (Chodriyah,
kembung, selar. 2009)
6 Probolinggo lemuru, teri, layang. 350-400 m 1,030. Ton Lutfiah (2004)

7 Jenoponto Cakalang, layang, 375-500 m 3,783. Ton (Ghaffar,


kembung, tongkol 2006)
8 Pengambeng lemuru, tongkol, 200-300 m 1,967 ton (Pratiwi, 2002)
an, Bali layang.
9 Lampung layang, kembung, 260 - 300 2,500 ton Yusfiandayani
selar, tongkol. (1997)

Perbedaan produktivitas kapal purse seine mini di dua lokasi tersebut


(Maluku Tenggara dan Ternate) kemungkinan besar disebabkan oleh sejumlah
faktor, di antaranya adalah ukuran panjang jaring dan waktu kecepatan
pelingkaran. Perbandingan ukuran panjang purse seine mini pada kedua daerah
tersebut menunjukan adanya perbedaan dimana ukuran panjang jaring di
Kabupaten Maluku Tenggara 400 m sedangkan ukuran panjang jaring di Ternate
600 m, perbandingan ukuran ini juga mempengaruhi produktivitas hasil
tangkapan. Jumlah rata-rata produktivitas purse seine mini di Kabupaten Maluku
Tenggara 1.340 kg per hari sedangkan di Ternate rata-rata produktivitas 1.706 kg
per hari. Pengaruh ukuran panjang jaring juga berpengaruh pada pengoperasian
purse seine mini di Kabupaten Jenoponto (Sulawesi Selatan) dimana semakin
panjang jaring maka cakupan luasan yang berbentuk mangkok semakin luas dan
67

peluang ikan tertangkap semakin besar (Ghaffar, 2006). Ukuran panjang jaring
minimal yang dioperasikan di perairan Jenoponto adalah 500 m dan tinggi 70 m
dengan rata-rata hasil tangkapan 3.783 kg per hari.
Faktor waktu kecepatan pelingkaran sangat ditentukan oleh ukuran kapal
(GT) dan tenaga penggerak (HP). Ukuran kapal purse seine mini di Kabupaten
maluku Tenggara adalah panjang 17,0 m, lebar 2,75 m, dalam 1,90 m dan tonage
15,5 GT dengan kecepatan pelingkaran rata-rata 10 menit sedangkan di Ternate
panjang 14,0 m, lebar 3,15 m, dalam 1,90 m dan tonage 17,5 GT dengan
kecepatan rata-rata 7 menit. Perbedaan ini sangat berpengaruh pada saat
pelingkaran jaring dimana pada saat melingkari kawanan ikan, kapal memerlukan
kecepatan penuh untuk mencegah lolosnya ikan untuk itu perlu menggunakan
tenaga penggerak berukuran besar tetapi juga harus memperhatikan ukuran
panjang kapal hal ini untuk menjaga kestabilan kapal saat melakukan operasi
penangkapan (Anhar, 1993). Faktor kekuatan mesin penggerak (HP) juga sangat
berpengaruh pada hasil tangkapan di perairan Jenoponto (Sulawesi Selatan).
kekuatan mesin akan menentukan kecepatan kapal saat mengejar gerombolan
ikan dan melingkari purse seine mengelilingi gerombolan ikan yang bergerak.
Kapal dengan kecepatan yang relatif tinggi dapat menghalangi atau menyaingi
kecepatan renang ikan. Oleh karena itu, kapal yang bergerak relatif lebih cepat
dari kecepatan renang ikan akan meningkatkan peluang tertangkapnya
gerombolan ikan (Fridman, 1986) diacu dalam Ghaffar (2006).
Analisis statistik terhadap data produksi ikan dan panjang purse seine mini
dari penelitian ini menyimpulkan semakin panjang jaring maka hasil tangkapan
yang diperoleh juga semakin besar. Salah satu faktor produksi yang
mempengaruhi hasil tangkapan adalah panjang jaring, dimana berdasarkan hasil
penelitian (Namsa, 2006), fungsi produksi untuk unit penangkapan purse seine
mini (soma pajeko) di perairan Kota Tidore Kepulauan memperlihatkan pengaruh
yang nyata terhadap hasil tangkapan, keadaan ini berarti bahwa setiap
penambahan atau pengurangan ukuran panjang jaring akan mengakibatkan
peningkatan atau pengurangan jumlah hasil tangkapan. Faktor panjang pukat
cincin dilaporkan juga signifikan untuk produksi ikan yang ditangkap dengan
pukat cincin di Pekalongan (Sudibyo, 1998) dan di Pengambengan Kabupaten
68

Jembrana Bali (Sugiarta, 1992). Secara teoritis semakin panjang jaring pada
purse seine maka akan semakin besar pula garis tengah lingkaran dan
menyebabkan semakin besar peluang gerombolan ikan tidak terusik perhatiannya
karena jarak antara gerombolan ikan dengan dinding purse seine semakin besar
sehingga ikan tersebut semakin besar peluangnya untuk tertangkap (Fridman,
1986).
Penelitian ini membandingkan lama atau waktu yang diperlukan untuk
melingkarkan secara sempurna jaring-jaring yang berbeda panjangnya, yaitu 400
meter, 350 meter dan 300 meter. Secara teori, jika tidak ada hambatan teknis
yang diakibatkan oleh kondisi laut dan kesalahan manusia, maka semakin panjang
jaring akan semakin lama waktu yang diperlukan untuk melingkarkannya jika
kecepatan pelingkaran jaring dari setiap kapal yang mengoperasikannya adalah
sama. Analisis statistik sebenarnya tidak diperlukan jika penelitian hanya sekedar
bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang nyata. Sesungguhnya
penelitian ini menunjukkan bahwa fishing master dari kapal purse seine mini yang
diteliti melingkarkan jaring dengan kecepatan yang tidak terlalu berbeda, yaitu
KM Virus rata-rata lama pelingkaran 12,43 menit dengan standar deviasi 1,40
(menit), KM Mujur rata-rata lama pelingkaran 10 menit dengan standar deviasi
1,30 (menit) dan KM Dewo rata-rata lama pelingkaran 8,57 menit dengan
standar deviasi 1,22 (menit). Adanya perbedaan nyata dalam lama pelingkaran
jaring tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh perbedaan ukuran panjang
jaring pada saat melingkari gerombolan ikan sementara tenaga penggerak dari
masing-masing kapal adalah sama yaitu menggunakan mesin outboard 40 PK dua
buah, jumlah ABK masing-masing kapal 15 – 17 orang. Keahlian dan
ketrampilan ABK saat melakukan pelingkaran jaring juga sangat menentukan
waktu lama pelingkaran selain faktor kondisi oseanografi; arus, ombak dan angin
juga berpengaruh pada saat melingkari jaring.
Ukuran mata jaring pada alat penangkapan ikan yang berfungsi untuk
menjerat atau mencegah lolosnya ikan akan menentukan komposisi ikan yang
tertangkap. Ulasan tentang pengaruh faktor mesh size ini sering muncul dalam
penelitian tentang selektivitas alat penangkapan ikan, seperti yang dikemukakan
oleh Gulland (1983) selektivitas adalah kemampuan dari alat tangkap untuk
69

meloloskan ikan. Lebih lanjut FAO (1995) menyatakan bahwa selektivitas


merupakan sifat alat tangkap tertentu untuk mengurangi atau mengeluarkan
tangkapan yang tidak sesuai ukuran (unwanted catch) dan selektivitas merupakan
fungsi dari suatu alat penangkapan ikan dalam menangkap spesies ikan dalam
jumlah dan selang ukuran tertentu pada suatu populasi di daerah penangkapan
ikan. Nomura et al. (1990) mendefinisikan lebih jauh tentang selektivitas ukuran
adalah pernyataan kuantitatif dari kemampuan alat tangkap untuk menangkap ikan
terhadap spesies dengan ukuran tertentu, kemampuan tersebut dengan
menghindarnya ikan dari hadangan jaring yang merupakan proses penentu
peluang tertangkapnya ikan. Selanjutnya, Fridman (1986) menyatakan bahwa
ukuran mata jaring mempunyai pengaruh terbesar pada selektivitas alat tangkap.
Memperbesar ukuran mata jaring dapat menyebabkan perubahan komposisi pada
jumlah hasil tangkapan, sehingga pengetahuan tentang selektivitas sangat
membantu dalam merancang, membuat dan mengoperasikan alat tangkap dengan
baik. Jika jaring diharapkan dapat mencegah lolosnya ikan maka ukuran ikan
terkecil yang tertangkap akan cenderung ditentukan oleh ukuran mata jaring.
Sehingga semakin besar ukuran mata jaring maka semakin kecil peluang ikan-
ikan terkecil yang tertangkap. Sebaliknya, jika ukuran mata jaring lebih kecil
maka peluang ukuran ikan terkecil yang tertangkap akan cenderung semakin
besar. Namun fenomena ini tidak ditemukan dalam penelitian di Maluku
Tenggara, baik pada komposisi ukuran ikan layang, tongkol maupun selar dalam
hasil tangkapan ketiga kapal yang masing-masing menggunakan purse seine mini
dengan ukuran mata jaring yang berbeda.
Ukuran ikan yang tertangkap pada ketiga kapal purse seine mini pada
penelitian ini adalah untuk jenis ikan layang dan selar didominasi ukuran yang
sudah matang gonad, dimana ikan layang dengan kisaran panjang 18 – 25,8 cm
dan mengalami pertama matang gonad pada ukuran Lm (length at first maturity)
pada ukuran 19,3 cm dan ikan selar dengan kisaran panjang 15 – 18,8 cm dan
mengalami pertama matang gonad pada ukuran Lm (length at first maturity) pada
ukuran 15,3 cm sedangkan untuk jenis ikan tongkol dengan kisaran panjang 22 –
30,8 cm umumnya ikan tertangkap didominasi ukuran kecil dan mengalami
70

pertama matang gonad pada ukuran Lm (length at first maturity) pada ukuran 30
cm (www.fishbase.org).

Hasil penelitian menunjukan bahwa ukuran ikan tertangkap pada jenis


layang (Decapterus russelli) dan selar (Selaroides leptolepsis) didominasi oleh
ikan dewasa (matang gonad). Sedangkan ikan tongkol (Auxis thazard) ikan
tertangkap didominasi oleh ikan kecil. Umumnya ukuran ikan tertangkap pada
suatu perairan tersebut dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor, di antaranya
adalah musim penangkapan ikan dan ukuran matang gonad ikan. Penelitian
tentang musim penangkapan ikan dibeberapa daerah di Indonesia menurut Irham
(2005) bahwa musim penangkapan beberapa jenis ikan pelagis di perairan Maluku
utara adalah layang (Decapterus russelli) musim ini terjadi pada bulan ( Mei –
Juli ) dimana puncaknya pada bulan Juli yaitu pada saat musim timur, tongkol
(Auxis thazard) musim ini terjadi pada bulan ( September – Desember ) dimana
puncaknya terjadi pada bulan Oktober yaitu pada saat musim peralihan Timur-
Barat. Yusfiandayani (2004), menyatakan bahwa panjang ikan yang matang gonad
berdasarkan hasil penelitiannya di perairan Pasauran untuk ikan layang (20 – 21
cm), ikan tongkol (28 – 30 cm) dan ikan selar (22 – 24 cm). Sedangkan
berdasarkan hasil penelitian Najamudin (2004), bahwa hasil perhitungan dengan
selang kepercayaan 95% menunjukan bahwa ikan layang betina pertama kali
matang gonad pada ukuran panjang cagak (fork length) 14,28 cm dengan kisaran
panjang antara 14,08 – 14,47 cm, ikan layang jantan matang gonad pada ukuran
panjang cagak 15,54 cm dengan kisaran panjang antara 15,18 – 15,91 cm. Di
Teluk Ambon ditemukan ukuran pertama kali matang gonad pada panjang total 15
cm (Sumadhiharga, 1991), perairan laut Jawa ukuran pertama kali matang gonad
ikan layang yaitu pada panjang 15,53 cm (Widodo, 1988) dan di perairan
Kabupaten Barru teridentifikasi ada yang memijah pada panjang total 15 cm
(Sudirman, 2003).
Hasil penelitian hubungan panjang berat dari ketiga jenis ikan untuk
masing-masing kapal purse seine mini menunjukan bahwa KM Virus nilai b
(koefisien regresi) yang didapat dari hubungan panjang dan berat, untuk ikan
layang 2,173, ikan tongkol 1,289 dan ikan selar 3,246 sehingga dapat dikatakan
bahwa pertumbuhan ikan layang dan tongkol menunjukkan nilai lebih kecil dari 3
71

(b < 3) bersifat allometrik negatif di mana pertambahan berat lebih lambat dari
pada pertambahan panjang sedangkan untuk jenis selar menunjukkan nilai lebih
besar dari 3 (b > 3) sehingga dapat dikatakan pertumbuhan untuk selar bersifat
allometrik positif dimana pertambahan berat lebih cepat dari pertambahan
panjang. KM Mujur nilai b (koefisien regresi) yang didapat dari hubungan
panjang dan berat, untuk ikan layang 1,836, ikan tongkol 1,138 dan ikan selar
2,764 sehingga dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ikan layang, tongkol dan
selar menunjukkan nilai lebih kecil dari 3 (b < 3) bersifat allometrik negatif di
mana pertambahan berat lebih lambat dari pada pertambahan panjang. KM Dewo
nilai b (koefisien regresi) yang didapat dari hubungan panjang dan berat, untuk
ikan layang 1,886, ikan tongkol 1,041 dan ikan selar 2,922 sehingga dapat
dikatakan bahwa pertumbuhan ikan layang, tongkol dan selar menunjukkan nilai
lebih kecil dari 3 (b < 3) bersifat allometrik negatif di mana pertambahan berat
lebih lambat dari pada pertambahan panjang.
Penelitian tentang hubungan panjang dan berat pernah dilakukan oleh
beberapa peneliti pada daerah yang berbeda diantaranya, di Laut Jawa dilakukan
oleh Widodo (1988) pada ikan layang (Decapterus spp) didapatkan nilai b = 2,997
untuk ikan jantan dan b = 3,043 untuk ikan betina dan di Perairan Teluk Ambon
dilakukan oleh Sumadhiharga (1991) diperoleh nilai b = 2,298. Perbedaan nilai b
dari beberapa penelitian ini diduga karena dipengaruhi oleh perbedaan musim dan
tingkat kematangan gonad serta aktivitas penangkapan. Menurut Graham (1935)
dalam Soumokil (1996) tekanan penangkapan yang cukup tinggi pada suatu
daerah turut mempengaruhi kehidupan dan pertumbuhan populasi ikan.
Berdasarkan hasil tangkapan selama operasi penangkapan yang dilakukan
oleh masing-masing kapal purse seine mini ternyata ikan-ikan yang tertangkap
adalah ikan yang sudah matang gonad (memijah). Penangkapan ikan yang sudah
memijah tidak akan membahayakan kelestarian sumberdaya ikan sebaliknya jika
penangkapan ikan yang belum sempat memijah akan membahayakan kelestarian
di perairan tersebut. Hal ini menunjukan bahwa kecil presentasi tertangkapnya
ikan-ikan ukuran kecil khususnya pada jenis layang dan selar pada saat penelitian
ini berlangsung, karena hasil tangkapan pada daerah penangkapan ikan di
perairan Udar, Mataholat dan Mastur di Kabupaten Maluku Tenggara di dominasi
72

oleh ikan-ikan yang sudah memijah (dewasa) hal ini berdasarkan sebaran
perbandingan panjang ikan yang tertangkap pada saat dimana musim
penangkapan ikan akan berlangsung.

5.3 Pola Operasi Armada Purse Seine Mini


Pola operasi kapal-kapal purse seine mini di Desa Sathean berkaitan erat
dengan lokasi pemasangan rumpon dan desa atau pemukiman terdekat dengan
lokasi rumpon tersebut. Sebagai contoh, jika nelayan akan beropeasi di perairan
sebelah timur Pulau Kei Kecil dan selat Nerong, maka Desa Mastur akan menjadi
basis sementara karena berdekatan dengan posisi rumpon yang akan menjadi
daerah penangkapan ikan. Biasanya, nelayan harus diangkut dari Desa Sathean
menuju Desa Mastur dengan kendaraan darat sementara kedua kapal ikan (yaitu
kapal utama dan kapal Johnson) sudah tiba di Desa Mastur beberapa hari lebih
awal dari kedatangan nelayan. Biaya operasi dapat dihemat dengan cara
menyertakan beberapa penduduk desa menjadi sebagian dari nelayan yang ikut
dalam kegiatan penangkapan ikan. Jika nelayan akan beroperasi di perairan
sebelah timur Pulau Kei Besar maka kedua kapal akan berlayar bersamaan dari
Desa Sathean, melalui perairan dusun Udar dan Desa Mataholat.
Selama operasi penangkapan ikan, kapal utama akan berlabuh di perairan
desa atau pemukiman yang dekat dengan lokasi rumpon sambil menunggu pesan
kapan harus bergerak dari pengamat yang berada di sekitar atau di atas rumpon.
Pola operasi seperti ini terjadi apabila daerah penangkapan (fishing ground)
tempat rumpon berlabuh sangat dekat dengan desa dengan pantai yang pada saat
surut, ketinggian air laut masih bisa dilalui oleh kapal utama untuk melakukan
operasi penangkapan. Modus operasi penangkapan ikan seperti ini sama dengan
yang dilakukan oleh nelayan pajeko, nama lokal untuk kapal purse seine, di
Minahasa Selatan (Zainuddin 1994). Rumpon tersebut biasanya tidak jauh dari
pantai, sekitar 4 mil dari pantai, pada perairan yang relatif dangkal, yaitu kurang
dari 200 meter. Jarak antara lokasi rumpon dengan pantai tersebut serupa dengan
lokasi penempatan rumpon oleh nelayan-nelayan dari Kota Tidore, seperti
dilaporkan oleh (Hajatuddin 2008).
73

Rumpon yang ada dilokasi penelitian umumnya relatif sama dengan rumpon
yang ada di daerah lain di Indonesia. Di Ternate Provinsi Maluku Utara
berdasarkan hasil penelitian Kamran (2006), rumpon terdiri dari tiga komponen
utama yaitu; rakit bambu dengan ukuran panjang (L) 6,0 m, lebar 4,0 m, dan
tinggi 0,70 m; tali temali dari bahan PE; dan atraktor dari daun kelapa sebanyak
12 pelepah direndam pada kedalaman 15 m didalam laut dan jangkar dari bahan
drum cor. Selanjutnya Subani (1986), menyatakan bahwa rumpon terdiri dari tiga
komponen utama yaitu pemikat ikan (atraktor), jangkar, dan pelampung. Panjang
tali jangkar (tali utama) yang digunakan pada rumpon di Desa Sathean berkisar
1,5 – 2,0 kali kedalaman laut tempat rumpon tersebut dilabuhkan. Menurut Subani
(1986), panjang tali jangkar (tali utama) bervariasi, tetapi pada umumnya adalah
1,5 kali kedalaman laut tempat rumpon tersebut dipasang. Panjang tali jangkar
(tali utama) 1,5 kali untuk mengantisipasi agar rumpon tidak mudah putus.
Nelayan purse seine mini Kabupaten Maluku Tenggara menentukan
daerah penangkapan ikan mengikuti angin moonsun, seperti umumnya dilakukan
oleh nelayan-nelayan di berbagai tempat di Indonesia. Menurut Nontji (2002), di
perairan Indonesia terdapat 2 (dua) kali angin musim sedangkan diantara dua
musim tersebut terdapat juga musim peralihan yaitu musim peralihan Barat-Timur
dan musim peralihan Timur-Barat. Perilaku adaptasi ini wajar dilakukan karena
nelayan selalu berusaha mencari tempat yang banyak ikan dan aman untuk
keselamatan dirinya, yaitu terhindar dari gelombang besar yang biasanya
ditimbulkan oleh angin yang bertiup kencang. Jika angin timur bertiup kencang
maka nelayan akan beroperasi di perairan sebelah barat pulau-pulau. Sebaliknya,
jika angin barat bertiup kencang maka nelayan akan beroperasi di perairan sebelah
timur pulau-pulau. Pola seperti ini juga dijumpai pada perikanan bagan rambo di
selat Makasar - Sulawesi Selatan (Syafiudin, 1991). Pola musiman daerah
penangkapan ikan tersebut berkaitan erat dengan pola angin moonsun.

5.4 Penelitian Selanjutnya


Pengamatan langsung terhadap operasi penangkapan ikan dalam penelitian
ini dilakukan dalam kurun waktu yang terbatas, yaitu selama tiga bulan, mulai
dari bulan Juli hingga bulan September 2010. Penelitian selanjutnya hendaknya
74

dilakukan pada musim yang berbeda dengan tujuan diantaranya untuk


membandingkan komposisi ukuran ikan di antara musim yang berbeda. Pada
musim ini antara bulan (Juli – September) nelayan di Desa Sathean Kabupaten
Maluku Tenggara dalam melakukan operasi penangkapan diperhadapkan dengan
kondisi laut dimana angin dan gelombang yang besar. Faktor kondisi angin dan
gelombang ini sering menyebabkan hasil tangkapan menjadi sedikit, nelayan
hanya bisa melakukan operasi penangkapan ditempat daerah penangkapan
(fishing ground) yang sebelumya, ini diakibatkan informasi mengenai daerah
penangkapan ikan pada nelayan di Desa Sathean masih terbatas.
Keterbatasan informasi ini diakibatkan karena upaya penangkapan yang
dilakukan dengan unit penangkapan purse seine mini masih sangat sederhana
apabila dibandingkan dengan perikanan purse seine di daerah lain di Indonesia
yang sudah dilengkapi dengan alat bantu yang bersifat modern seperti ( GPS,
Fish finder dan Lampu sorot) yang dapat melakukan operasi penangkapan tanpa
mengenal waktu kapanpun baik itu kondisi laut bergelombang pada siang maupun
malam hari, tanpa mempertimbangkan musim angin bertiup baik itu pada waktu
musim angin timur maupun barat yang selalu bertiup kencang sehingga sering
mengganggu nelayan dalam mengoperasikan alat tangkap . Untuk itu pada
penelitian selanjutnya diharapkan perlu adanya perubahan pada unit perikanan
purse seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara. Dengan informasi yang
diperoleh dari penelitian selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk menilai prospek
pengembangan perikanan purse seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara.
Pengembangan perikanan tersebut dapat mencakup baik peningkatan upaya
penangkapan ikan ataupun pengendalian kegiatan penangkapan ikan.
Peningkatan upaya penangkapan ikan dapat dirangsang dengan
penambahan atau perbaikan prasarana penangkapan ikan, seperti pada kapal
harus dilengkapi dengan fasilitas penyimpanan atau pendinginan ikan,
ketersediaan pabrik es untuk melayani kebutuhan kapal yang beroperasi dengan
trip operasi lebih dari satu hari, pengembangan industri pengolahan perikanan dan
belum beroperasinya pangkalan pendaratan ikan (PPI) juga merupakan hal yang
utama bagi nelayan untuk mendaratkan hasil tangkapan. Pengendalian
penangkapan ikan dapat mencakup penerapan pembatasan ijin penangkapan ikan
75

untuk menjaga kelayakan usaha dari unit-unit penangkapan ikan yang ada,
mencegah terjadinya kerugian kolektif karena terlalu banyak modal dikerahkan
namun tidak menambah manfaat. Upaya-upaya ini dilakukan agar
mengkuantifikasi usaha perikanan purse seine mini yang nantinya dapat
meningkatkan produksi hasil tangkapan serta kesejahteraan nelayan pada sektor
perikanan dan memberikan kontibusi bagi pembangunan daerah di Kabupaten
Maluku Tenggara.
6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai


berikut :

1. Armada purse seine mini di Desa Sathean hanya beroperasi di perairan


dekat pantai, dengan perubahan lokasi sesuai dengan daerah penangkapan
yang disesuaikan dengan musim lokal. Perairan Kei Kecil Timur, Kei
Besar Barat, dan Selat Nerong selalu dimanfaatkan nelayan sepanjang
tahun sedangkan Perairan Tanimbar Kei, Dullah Laut, Kur–Tayando
hanya dimanfaatkan selain pada musim puncak.
2. Di antara ketiga kapal yang menjadi obyek penelitian, ada perbedaan yang
nyata dalam produksi ikan per trip dimana KM Virus dengan panjang
jaring 400 meter sangat produktif dibandingkan dengan dua kapal lainnya
dan lama pelingkaran jaring diantara ketiga kapal juga berbeda nyata.
3. Jenis ikan layang dan selar yang tertangkap pada ketiga unit penangkapan
purse seine mini adalah didominasi ukuran layak tangkap dimana Lm
(length at first maturity ukuran ikan layang 19,7 cm dan ikan selar 15,3
cm, sedangkan ikan tongkol yang tertangkap belum layak tangkap dimana
Lm (length at first maturity) adalah 30 cm.

6.2 Saran

Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu yang terbatas, yaitu selama
tiga bulan, mulai dari bulan Juli hingga bulan September 2010 (Musim Timur).
Disarankan adanya penelitian lanjutan pada musim yang berbeda dengan tujuan
diantaranya untuk membandingkan komposisi jenis dan ukuran ikan serta dapat
melihat kondisi daerah penangkapan ikan.
DAFTAR PUSTAKA

Anhar. 1993 Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Lama Setting Penangkapan IKan
Purse Seine Mini di Indramayu. Tesis (Tidak dipublikasikan). Bogor : Sekolah
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 78 hal.

Asikin T, 1985. Petunjuk Teknis Usaha Perikanan Payaos. INFIS Manual Series No.
Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta. Halaman 16-18.

Atmaja Suherman Banon, 2002. Dinamika Perikanan Purse Seine di Laut Jawa dan
Sekitarnya. Tesis (Tidak dipublikasikan). Bogor : Sekolah Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor. 63 hal

Ayodhyoa, A.U., 1981. Metode Penangkapan Ikan. Bogor : Yayasan Dewi Sri. 81
hal.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Maluku Tenggara. 2008. Maluku Tenggara Dalam
Angka. 240 hal.

Badan Litbang Pertanian. 1992. Pedoman Teknis Peningkatan Produksi dan Efisiensi
Penangkapan Ikan Pelagis Melalui Penerapan Teknologi Rumpon. Jakarta. 87
hal.

Balai Penelitian Perikanan Laut.,1992. Ikan-ikan Laut Ekonomis Penting Indonesia. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Departemen Pertanian Republik Indonesia. Jakarta. 170 hal.

Barus H. R, Badrudin, N, Naamin., 1991. Potensi Sumberdaya Perikanan Laut dan Strategi
Pemanfaatannya Bagi Pengembangan Perikanan yang Berkelanjutan. Prosiding
Forum II Perikanan Sukabumi, 18 – 21 Juni 1991. Jakarta : Pusat Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. 165-180 hal.

Baskoro, M.S, 2002. Metode Penangkapan Ikan. Diktat Pengajaran Kuliah Jurusan
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor. 54 hal.

Brandt, A. von. 1984. Fish Catching Methods of The World. 3rd Edition. Stratford-upon-
Avon : Warwickshire: Avon Litho Ltd. 418 pp.

Chaliludin, A. 2002. Analisis Pengembangan Perikanan Pukat Cincin Cakalang (Katsuwonus


Pelamis) di Perairan Utara Nangroe Aceh Darusalam. Tesis (Tidak dipublikasikan).
Bogor : Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 78 hal.
78

Chodriyah, U. 2009. Dinamika Perikanan Purse seine yang Berbasis di PPN Pekalongan
Jawa Tengah. Tesis (Tidak dipublikasikan). Bogor : Sekolah Pascasarjana. Institut
Pertanian Bogor. 67 hal.

DKP Kabupaten Maluku Tenggara. 2009. Buku Tahunan Statistik Perikanan Kabupaten
Maluku Tenggara, 101 hal.

Direktorat Jenderal Perikanan. 1979. Buku Pedoman Pengenalan Sumberdaya


Perikanan Laut Bagian I. Jenis-Jenis ikan Pelagis Penting. Direktorat Jenderal
Perikanan, Deptan. Jakarta. 167 hal.

Direktorat Jenderal Perikanan, 1997. Statistik Perikanan Indonesi,1995. Departemen


Pertanian. Jakarta. 142 hal.

Effendie M. I, 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama Yogjakarta 112


hal.

(FAO) Food Agriculture Organiszation. 1984. Species Identification Sheets for fishery
Purposes. http://www.fao.org/fishery/species/3109/en [20 Juni 2011].

(FAO) Food Agriculture Organiszation. 1995. Code of Conduct for Responsible


Fisheries. Jakarta. Terjemahan. 104 p.

Fridman, A. L, 1986. Calculations for Fishing Gear Design (ed. By Carrothers, P.J.G)
FAO Fishing Manuals, Fishing News Books. Ltd. P 183 – 203. Fyson, J., 1985.
Design of Small Fishing Vessel. London : FAO Fishing. News Books. Ltd. P 183 –
203.

Ghaffar, 2006. Optimasi Pengembangan Usaha Perikanan Mini Purse Seine di Kabupaten
Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan. Tesis (Tidak Dipublikasikan). Bogor :
Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 83 hal.

Gunarso W, 1985. Tingkali Laku Ikan. Diktat Kuliali. Jurusan Pemanfaatan


Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 149
hal (Tidak dipublikasikan).

Gulland J A, 1983. Fsh Stock Assessment Manual of Basic Methods. Rome : Food and
Agricultural Organization of The United Nations. 233 p.

Hajatudin, 2008. Karakteristik Upaya Penangkapan Purse Seine Mini (Soma Pajeko)
di Kota Tidore Kepulauan. Tesis (Tidak dipublikasikan). Bogor : Sekolah
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 76 hal

Harahap, 2006. Optimasi Perikanan Purse Seine di Perairan Laut Sibolga. Tesis
(Tidak dipublikasikan). Bogor : Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian
Bogor. 67 hal
79

Hufiadi, 2007. Pengukuran Efesiensi Teknis Perikanan Purse Seine Mini di


Pekalongan. Tesis (Tidak dipublikasikan). Bogor : Sekolah Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor. 75 hal

Imawati N. 2003. Studi Tentang Kepadatan Ikan Pelagis Di Sekitar Rumpon Di


Perairan Pasauran, Banten Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Program Studi
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan.Institut Pertanian Bogor. 57 hal.

Irham, 2005. Analisis Pengembangan Perikanan Mini Purse Seine Berbasisi


Optimasi Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil di Maluku Utara. Tesis (Tidak
dipublikasikan). Bogor : Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 78 hal.

Jeujanan B, 2008. Efektivitas Pemanfaatan Rumpon dalam Operasi Penangkapan Ikan di


Perairan Maluku Tenggara Tesis (Tidak dipublikasikan). Bogor: Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 76 hal.

Karman, 2008. Pengembangan Perikanan Mini Purse Seine (soma pajeko) Berbasis
Rumpon di Sekitar Pulau Mayau, Kota Ternate Provinsi Maluku Utara. Tesis
(Tidak dipublikasikan). Bogor : Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 96
hal.

[KOMNASKAJIKANLUT] Komosi Nasional Pengkajian Sumber Daya Perikanan Laut.


2008. Potensi, Pemanfaatan dan Peluang Pengembangan Sumber Daya Ikan Laut
di Perairan Indonesia. Jakarta: Kerjasama Komnaskajikanlut dan FPIK IPB. 39 hal.

Lutfiah, 2004. Manajemen Operasi Produksi Unit Penangkapan Mini Purse Seine di Kota
Probolinggo Jawa Timur. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Program Studi
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan.Institut Pertanian Bogor. 47 hal.

Mahdi MR., 2005. Pengembangan Perikanan Pukat Cincin di Lampulo Kota Banda Aceh
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Tesis (Tidak dipublikasikan). Bogor :
Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 96 hal.

Marasut, 2005. Analisis Karakteristik Teknis Kapal Pukat Cincin (Small Purse Seiner)
Pada Beberapa Daerah di SULUT dengan Aplikasi Komputer. Skripsi (Tidak
Dipublikasikan). Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Sam Ratulangi Manado. 63
hal.

Martasuganda S, 2004. Teknologi untuk Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Seri


Alat Tangkap Ikan. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan Indonesia.
92 hal.
80

Mathews CP, Monintja DR, Naamin N. 1996. Studies of Indonesian Tuna Fisheries:
Part 2. Change in Yellowfin abundance in the Gulf of Tomini and North
Sulawesi. In: Shomura, R.S., J. Majkowski and R.F. Herman (Eds). Scientific
Papers from the Second FAO Expert Consultation on Interactions of Pasific
Tuna Fisheries, 23-31 January 1995, Shimizu. Japan. 298 - 305 p.

Monintja DR, 1993. Study on The Development of Rumpon as Fish Aggregating


Device (FADs). Mantek, Bulletin ITK, FPIK-IPB. 3(2): 137 p. Newell, G. E.
dan R. C. Newell. 1977. Marine Plankton. Hutchinson Educational. London.
244p.

Murniyati, A.S. 2004. 100 Ikan Laut Ekonomis Penting di Indonesia. : Jakarta. Pusdiklat
Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan.

Nahumury JR, 2001. Analisis Pengaruh Waktu Pemancingan dan Periode Bulan
Terhadap Jenis dan Komposisi Hasil Tangkapan Handline di Sekitar Rumpon
Teluk Tomini. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Fakultas Perikanan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 72 hal.

Najamudin, 2004. Kajian Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Layang (Decapterus spp)


Berkelanjutan di Perairan Selat Malaka. Disertasi (Tidak Dipublikasikan).
Makasar : Program Pascasarjana Universitas Hasanudin Makasar. 235 hal.

Namsa D, 2006. Analisis Pengembangan Perikanan Soma Pajeko (Mini Purse Seine) di
Perairan Tidore. Tesis (Tidak dipublikasikan). Bogor : Sekolah Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor. 78 hal.

Nontji A., 1993. Laut Nusantar. Penerbit Djambatan. Jakarta. 367 hal.

Nomura, N dan T Yamazaki., 1975. Fishing Techniques I. Japan International


Cooperation Agency, Tokyo. 206 p

Nugroho, D. 2006. Kondisis Trend Biomassa Ikan Layang (Decapterus spp.) di Laut
Jawa dan Sekitarnya. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Volume 12 – 1.
Pusat Riset Perikanan Tangkap. Jakarta. 167 – 174 hal.

Nurhakim S, Boely T and Potier M. 1988. Study on The Big Purse Seiner Fishery in
The Java sea III. The Fishing Method. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 39
Tahun 1987.

Paxton, J.R., D.F. Hoese, G.R. Allen and J.E. Hanley. 1989. (Ref. 7300).
www.fishbase.org [20 Juni 2011].
81

Perkasa A, 2004 Analisis Pengaruh Perbedaan Waktu Pengoperasian Purse seine


mini di Perairan Prigi Kabupaten Trenggalek. Skripsi (Tidak dipublikasikan).
Bogor : Institut Pertanian Bogor. 45 hal.

Potier M, Petitgas P, Petit D. 1997, International between fish and fishing vessels in
the Javanese purse seine mini Fishery. Aquat. Living Resour. 10, 149-156.

Potier, M and B. Sadhotomo., 1995. Exploitation of the Large and Medium Seiners
Fisheries. In : Potier and Nurhakim (Eds).: Biology, Dinamic and Exploitation
(BIODYNEX). AARD/ORSTOM. 195 – 214.

Pratiwi, 2002. Analisis Sistem Perikanan Purse Seine Pengambengan Kabupaten


Jembrana Bali. Skripsi (Tidak dipublikasikan). Bogor : Institut Pertanian
Bogor. 52 hal.

Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan. 2009. Deskripsi kategori Spesial Pelagis


www.pipp.dkp.go.id. [24 Oktober 2010].

Saanin H. 1984. taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid 1 dan 2. Bina Cipta,
Bogor. 508 hal.

Sainsbury JC. 1996. Commercial Fishing Methods. An Introduction to Vessels and


Gears. Third edition. Cambridge: Marston Book Services Ltd. 359 p.

Setyawan, L.B.,1992. Studi Tentang Aspek Target Strength Ikan Tongkol


(Euthynus affinis). Skripsi (Tidak dipublikasikan). Program Studi Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan, Bogor : Institut Pertanian Bogor. 74
hal.

Simbolon DF, 2004. Suatu Studi Tentang Potensi Pengembangan Sumberdaya Ikan
Cakalang dan Teknologi Penangkapan yang Ramah Lingkungan. Buletin PSP
Volume XIII – 1. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. 48 – 67 hal.

Sinungan M, 1987. Upaya Pengembangan Produktivitas Apa dan Bagaimana, Bina


Aksara, Jakarta

Sondita MFA, 1986. Studi Tentang Peranan Pemikat Ikan dalam Operasi Mini purse
seine Milik PT. Tirta Raya Mina (Persero). Pekalongan. Skripsi (Tidak
Dipublikasikan). Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 78 hal.

Soumokil A, 1996. Telaah Beberapa Parameter Populasi Ikan Momar Putih


(Decapterus russelli) di Perairan Kecamatan Amahai Maluku Tengah. Tesis
(Tidak dipublikasikan). Bogor : Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
103 hal.
82

Subani W, 1972. Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia. Jilid 1. Lembaga
Penelitian Perikanan Laut. Jakarta. Hal 85-104.

Subani W, 1986. Telaah Penggunaan Rumpon dan Payaos dalam Perikanan


Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. BPPL. Jakarta. 35:35-45 hal.

Subani, W, Barus, H.R. 1989. Alat Penangkap Ikan Dan Udang Laut Di Indonesia
(Fishing Gears for marine Fish and Shrimp in Indonesia). No.50 Tahun
1988/1989. Edisi Khusus. Jumal Penelitian Perikanan Laut. Jakarta : Balai
Penelitian Perikanan Laut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Departemen Pertanian. 248 hal.

Sudibyo, 1998. Studi Tentang Pengaruh Berbagai Faktor Input Terhadap Hasil
Tangkapan Mini purse seine di Pekalongan. Tesis (Tidak dipublikasikan).
Program Pasca Sarjana IPB. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 60 hal.

Sudirman, 2003. Analisis Tingkah Laku Ikan Untuk Mewujudkan Teknologi Ramah
Lingkungan Dalam Proses Penangkapan Pada Bagan Rambo. Disertasi (Tidak
dipublikasikan). Bogor : Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 307 hal.

Sugiarta, 1992 Model Optimasi Teknis Unit Penangkapan Mini purse seine di
Pengabengan Kabupaten Jembrana Bali, Skripsi (Tidak dipublikasikan) Fakultas
Perikanan, Bogor : Institut Pertanian Bogor, 90 hal.

Suherman, 2002 Karakteristik Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil di Laut Cina Selatan dan
Perkembangan Eksploitasinya. Buletin PSP Volume X No. 1 April 2001,
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Bogor : Institut Pertanian Bogor. 14 hal.

Sumadhiharga, K. 1991. Struktur Populasi dan Reproduksi Ikan Layang Merah


(Decapterus ruselli) di Teluk Dalam Ambon Perairan Maluku dan Sekitarnya.
Ambon : Balai Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut. Hal 39 – 74.

Surat Keputusan Menteri Pertanian. 1997. No. 5I/Kpts/IK.250/l/97 tentang


Pemasangan dan Pemanfaatan Rumpon, Jakarta. 13 hal.

Syafiudin, 1991 Studi Mengenai Perikanan Bagan Rambo di Perairan Barru Selat
Makasar Sulawesi Selatan Pusat Lembaga Penelitian, Universitas Hasanudin,
40 hal.

Tahapary, J 2009. Sistem Pengembangan Perikanan Pelagis Kecil di Perairan


Kabupaten Maluku Tenggara. Tesis (Tidak dipublikasikan). Bogor: Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 102 hal.
83

Tim Rencana Tata Ruang Laut, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku 2006

Undang-Undang Nomor 31, Tanggal 10 Agustus Tahun 2007, Tentang Pemekaran


Kota Tual Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara

Usman, H dan Akbar, P.S, 1998, Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : Cetakan ke
2, Bumi Aksara, 110 hal

Walpole, R.E, 1995. Pengantar Statistika. Jakarta, : Gramedia Pustaka Utama, : 515 hal.

Widodo, 1988. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Yogjakarta Gajah Mada Press.
252 hal.

Widodo J, 1988. Population Dynamics and Management of Ikan layang (Decapterus


spp) (Carangidae) in the Java Sea. Jurnal Penelitian Perikanan Laut (47). Hal 11-
44

Wiyono, E. S. 2001. Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk


Pelabuhanratu, Jawa Barat. Buletin PSP Vol X. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. IPB. Hal 33-47

Yusfiandayani, R 1997. Studi Tentang Perikanan Mini Purse Seine di Lempasing


Kecamatan Teluk Betung Barat Bandar Lampung dan Prospek Pengembanganya.
Skripsi (Tidak dipublikasikan). Fakultas Perikanan, Bogor : Institut Pertanian
Bogor, 92 hal.

Yusfiandayani, R 2004. Studi Tentang Mekanisme Berkumpulnya Ikan Pelagis Kecil di


Sekitar Rumpon dan Pengembangan Perikanan di Perairan Pasauran Propinsi
Banten. Disertasi (Tidak dipublikasikan) Bogor : Sekolah Pascasarjana. Institut
Pertanian Bogor. 231 hal.

Zainuddin, 1994 Pengkajian Upaya Penangkapan Purse Seine dan Produk Ikan
Kembung di Perairan Kabupaten Barru-Sulawesi Selatan. Skripsi (Tidak
dipublikasikan). Fakultas Perikanan, Bogor : Institut Pertanian Bogor, 82 hal

Zarochman, Wahyono A. 2005. Petunjuk Teknis Identifikasi Sarana Perikanan


Tangkap Pukat Cincin (Mini purse seine). Departemen Kelautan dan
Perikanan. Direktorat Jendral Perikanan Tangkap. Balai Pengembangan
Penangkapan Ikan Semarang. 43 hal.
Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian
Lampiran 2 Tahapan operasi penangkapan ikan purse seine mini di Desa Sathean

Persiapan

Menuju DPI

Setting

Hauling

Kembali ke fishing base


Lampiran 3 Data Hasil Tangkapan KM Virus.

Hari Setting Hasil tangkapan DPI


Tanggal operasi
operasi Awal Akhir Jumlah (Ekor) Berat (gram) Lokasi Posisi
1 25 Juli 2010 05.40 WIT 05.52 WIT 11.245 1.376 Udar S 05039.245– E 132054.983
2 26 Juli 2010 05.50 WIT 06.00 WIT 10.253 1.173 Mataholat S 050 44.520 - E1320 47,289
3 29 Juli 2010 05.38 WIT 05.50 WIT 18.568 2.059 Udar S 05039.456– E 132054.654
4 31 Juli 2010 05.45 WIT 05.57 WIT 5.230 582 Mastur S 05054.437 – E 132051.675
5 1 Agustus 2010 05.35WIT 05.48 WIT 13.042 1.476 Mataholat S 050 44.485 - E1320 47,180
6 2 Agustus 2010 05.45 WIT 06.00 WIT 3.565 410 Mastur S 05054.632 – E 132051.941
7 7 Agustus 2010 05.30 WIT 05.43 WIT 13.557 1792 Udar S 05039.350– E 132054.542
8 8 Agustus 2010 05.42 WIT 05.54 WIT 11.855 1365 Mataholat S 050 44.664- E1320 47,251
9 9 Agustus 2010 05.32 WIT 05.44 WIT 9.685 1.302 Mastur S 05054.755 – E 132051.427
10 18 Agustus 2010 05-35 WIT 05.48 WIT 12.580 1.718 Udar S 05039.486– E 132054.659
11 19 Agustus 2010 05.30 WIT 05.44 WIT 10.325 1.309 Mataholat S 050 44.575- E1320 47,232
12 24 Agustus 2010 05.37 WIT 05.49 WIT 11.508 1.278 Udar S 05039.374– E 132054.871
13 25 Agustus 2010 05.36 WIT 05.50 WIT 10.429 1.397 Mataholat S 050 44.497 - E1320 47,328
14 26 Agustus 2010 05.45 WIT 05.55WIT 15.540 1.529 Udar S 05039.187– E 132054.954
Lanjutan Lampiran 3 Data Hasil Tangkapan KM Mujur.

Hari Setting Hasil tangkapan DPI


Tanggal operasi
operasi Awal Akhir Jumlah (Ekor) Berat (gram) Lokasi Posisi
1 2 Agustus 2010 05.40 WIT 05.52 WIT 6.556 663 Mastur S 05054.763 – E 132051.872
2 3 Agustus 2010 05.48 WIT 05.58 WIT 8.245 909 Mataholat S 050 44.145- E1320 47,428
3 5 Agustus 2010 05.35 WIT 05.45 WIT 10.332 1.211 Udar S 05039.561– E 132054.754
4 8 Agustus 2010 05.38 WIT 05.48 WIT 10.955 1.341 Mataholat S 050 44.255 - E1320 47,341
5 12 Agustus 2010 05.40 WIT 05.49 WIT 11.540 1.439 Udar S 05039.632– E 132054.857
6 13 Agustus 2010 05.45 WIT 05.55 WIT 5.543 552 Mastur S 05054.621 – E 132051.254
7 14 Agustus 2010 05.40 WIT 05.48WIT 11.020 1.278 Mataholat S 050 44.528 - E1320 47.755
8 21 Agustus 2010 05.43 WIT 05.53 WIT 13.855 1.433 Udar S 05039.445– E 132054.976
9 22 Agustus 2010 05.40 WIT 05.52 WIT 10.685 1.237 Mataholat S 050 44.552 - E1320 47.174
10 25 Agustus 2010 05-35 WIT 05.45 WIT 11.586 1.308 Udar S 05039.546– E 132054.881
11 26 Agustus 2010 05.30 WIT 05.38 WIT 5.325 577 Mastur S 05054.975 – E 132051.675
12 28 Agustus 2010 05.42 WIT 05.51 WIT 6.908 847 Mataholat S 050 44.320 - E1320 47.253
13 3 September 2010 05.40 WIT 05.52 WIT 12.945 1.378 Udar S 05039.542 - E 132054.157
14 4 September 2010 05.35 WIT 05.45 WIT 14.540 1.329 Mataholat S 050 44.973 - E1320 47.354
Lanjutan Lampiran 3 Data Hasil Tangkapan KM Dewo

Hari Setting Hasil tangkapan DPI


Tanggal operasi
operasi Awal Akhir Jumlah (Ekor) Berat (gram) Lokasi Posisi
1 21 Juli 2010 05.45 WIT 05.55 WIT 8.550 929 Mataholat S 050 44.863- E1320 47,214
2 23 Juli 2010 05.30 WIT 05.37 WIT 11.985 1.356 Mataholat S 050 44.145- E1320 47,428
3 24 Juli 2010 05.40 WIT 05.48 WIT 12.423 1.418 Udar S 05039.316– E 132054.981
4 30 Juli 2010 05.50 WIT 05.59 WIT 10.320 1.243 Mataholat S 050 44.458- E1320 47,527
5 4 Agustus 2010 05.35 WIT 05.45 WIT 4.515 474 Mastur S 05054.464 – E 132051.970
6 5 Agustus 2010 05.32 WIT 05.42 WIT 5.025 566 Mastur S 05054.862 – E 132051.631
7 9 Agustus 2010 05.38 WIT 05.46 WIT 10.688 1.186 Udar S 05039.678– E 132054.795
8 10 Agustus 2010 05.42 WIT 05.49 WIT 9.821 956 Udar S 05039.476– E 132054.939
9 12 Agustus 2010 05.30 WIT 05.40 WIT 6.864 685 Mastur S 05054.175 – E 132051.564
10 13 Agustus 2010 05-45 WIT 05.53 WIT 10.545 951 Mataholat S 050 44.964- E1320 47,512
11 19 Agustus 2010 05.43 WIT 05.50 WIT 10.325 1.138 Udar S 05039.641 - E 132054.184
12 22 Agustus 2010 05.32 WIT 05.40 WIT 8.760 1.138 Mataholat S 050 44.425 - E1320 47.862
13 24 Agustus 2010 05.44WIT 05.52 WIT 11.429 1.423 Udar S 05039.542 - E 132054.157
14 25 Agustus 2010 05.40 WIT 05.50 WIT 3.542 408 Mastur S 05054.967 – E 132051.115
89

Lampiran 4 Data Hasil Tangkapan KM Virus Perjenis Ikan

Jenis Hasil Tangkapan (Ekor)


No Hari Operasi
DPI Layang Tongkol Selar

1 25 Juli 2010 Udar 6.354 3.926 965


2 26 Juli 2010 Mataholat 5.272 3.053 1.928
3 29 Juli 2010 Udar 12.584 4.739 1.245
4 31 Juli 2010 Mastur 3.522 1.354 354
5 1 Agustus 2010 Mataholat 8.650 3.565 827
6 2 Agustus 2010 Mastur 2.563 1.002 -
7 7 Agustus 2010 Udar 7.898 5.659 -
8 8 Agustus 2010 Mataholat 8.525 3.330 -
9 9 Agustus 2010 Mastur 5.466 4.219 -
10 18 Agustus 2010 Udar 6.890 5.690 -
11 19 Agustus 2010 Mataholat 6.458 3.867 -
12 24 Agustus 2010 Udar 8.650 2.858 -
13 25 Agustus 2010 Mataholat 5.925 4.504 -
14 26 Agustus 2010 Udar 13.256 2.284 -

Total 102.013 50.050 5.319


90

Lampiran 5 Data Hasil Tangkapan KM Mujur Perjenis Ikan

Jenis Hasil Tangkapan (Ekor)


No Hari Operasi
DPI Layang Tongkol Selar

1 2 Agustus 2010 Mastur 4.335 1.224 997


2 3 Agustus 2010 Mataholat 5.230 2.125 850
3 5 Agustus 2010 Udar 5.674 3.251 1.397
4 8 Agustus 2010 Mataholat 6.275 3.822 858
5 12 Agustus 2010 Udar 6.423 4.238 879
6 13 Agustus 2010 Mastur 4.675 868 -
7 14 Agustus 2010 Mataholat 7.850 3.170 -
8 21 Agustus 2010 Udar 11.255 2.600 -
9 22 Agustus 2010 Mataholat 7.624 3.061 -
10 25 Agustus 2010 Udar 8.536 3.050 -
11 26 Agustus 2010 Mastur 4.120 1.205 -
12 28 Agustus 2010 Mataholat 4.555 2.353 -
13 3 September 2010 Udar 10.209 2.736 -
14 4 September 2010 Mataholat 13.214 1.326 -

Total 99.975 35.029 4.981


91

Lampiran 6 Data Hasil Tangkapan KM Dewo Perjenis Ikan

Jenis Hasil Tangkapan


No Hari Operasi
DPI Layang Tongkol Selar

1 21 Juli 2010 Mataholat 4.055 2.230 2.265


2 23 Juli 2010 Mataholat 6.212 3.453 2.320
3 24 Juli 2010 Udar 6.895 3.624 1.904
4 30 Juli 2010 Mataholat 5.230 3.525 1.565
5 4 Agustus 2010 Mastur 2.506 1.024 985
6 5 Agustus 2010 Mastur 2.433 1.452 1.140
7 9 Agustus 2010 Udar 6.310 2.835 1.543
8 10 Agustus 2010 Udar 7.634 1.453 734
9 12 Agustus 2010 Mastur 4.320 1.245 1.299
10 13 Agustus 2010 Mataholat 8.126 1.025 1.394
11 19 Agustus 2010 Udar 7.829 2.496 -
12 22 Agustus 2010 Mataholat 5.264 3.496 -
13 24 Agustus 2010 Udar 7.356 4.073 -
14 25 Agustus 2010 Mastur 2.543 999 -

Total 76.713 32.930 15.149


92

Lampiran 7 Hasil uji lanjut BNT ke 3 kapal purse seine mini terhadap trip hasil
tangkapan.

Anova: Single Factor

SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
Kel. Virus 400 M 14 18766 1340,429 184395
Kel. Mujur 350 M 14 15502 1107,286 106477,1
Kel. Dewo 300 M 14 13871 990,7857 118079,4

ANOVA
Source of Variation SS df MS F hit P-value F tab
Between Groups 887497,2 2 443748,6 3,255265 0,049269 3,238096
Within Groups 5316371 39 136317,2

Total 6203868 41

Multiple Comparisons

Hasil_Tangkapan_LSD

95% Confidence Interval


(I) (J) Mean Lower Upper
Panjang_Jaring Panjang_Jaring Difference (I-J) Std. Error Sig. Bound Bound
400 m 350 m 233.143 139.549 .103 -49.12 515.41
300 m 349.643* 139.549 .017 67.38 631.91
350 m 400 m -233.143 139.549 .103 -515.41 49.12
300 m 116.500 139.549 .409 -165.76 398.76
300 m 400 m -349.643* 139.549 .017 -631.91 -67.38
350 m -116.500 139.549 .409 -398.76 165.76
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
93

Lampiran 8 Hasil uji lanjut BNT lama pelingkaran.jaring terhadap ukuran jaring
ke 3 kapal purse seine mini

Anova : Single Factor

SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
Panjang 400 m 14 174 12,42857 1,956044
Panjang 350 m 14 140 10 1,692308
Panjang 300 m 14 120 8,571429 1,494505

ANOVA
Source of Variation SS df MS F hit P-value F tab
Between Groups 106,4762 2 53,2381 31,05556 8,55E-09 3,238096
Within Groups 66,85714 39 1,714286

Total 173,3333 41

Multiple Comparisons

Waktu_Pelingkaran LSD

(I) (J) 95% Confidence Interval


Panjang Panjang Mean
_Jaring _Jaring Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
*
400 m 350 m 2.429 .495 .000 1.43 3.43
*
300 m 3.857 .495 .000 2.86 4.86
*
350 m 400 m -2.429 .495 .000 -3.43 -1.43
300 m 1.429* .495 .006 .43 2.43
*
300 m 400 m -3.857 .495 .000 -4.86 -2.86
*
350 m -1.429 .495 .006 -2.43 -.43
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

You might also like