Professional Documents
Culture Documents
Kajian Perikanan Purse Seine Mini Di Desa Sathean
Kajian Perikanan Purse Seine Mini Di Desa Sathean
ERWIN TANJAYA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Kajian Perikanan Purse Seine Mini Di
Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara” adalah karya saya sendiri dengan arahan
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Erwin Tanjaya
NRP. C451090031
ABSTRACT
Small scale mini purse seine fishery is one of prominent fisheries in the Southeast
Maluku District; the fishery is managed by individuals from Sathean village. The
technology of the fishery is considered modern with short distance fishing ground or one
day fishing operation in nearby coastal waters. Fishing units with such technology are
generally considered having poor performance, i.e. low productivity, however, this is not
necessarily a case to the fishing fleets in the district. Technical constraints may also affect
spatial and temporal coverage of fishing operation. Effect of such constraint can be
observed from location of fishing ground and fishing pattern in relation to seasonal feature
of the marine environment. The purpose of this study were: 1) to describe fishing ground
throughout the year, 2) to compare productivity (catch per trip) and setting duration
among 3 (three) units of mini purse seine that have different specifications in terms of net
dimensions (length, height, and mesh size), 3) to compare the size composition of fish
among 3 (three) units of mini purse seine fishing that have different specifications in terms
of net dimensions (length, height, and mesh size). The main catch of the fishery are Indian
scad (Decapterus russelli), frigate tuna (Auxis thazard), and yellowstriped scad
(Selaroides leptolepsis). Over 14 fishing trips, KM Virus with a 400 meter net caught
157,382 fish individuals with a total weight of 18,766 kg, KM Mujur with a 350 meter net
caught 139,985 fish individuals with a total weight of 15,502 kg while KM Dewo with a
300 meter net caught 139,941 fish individuals with a total weight of 13,871 kg. The
analysis of variance (ANOVA) on daily catch resulted in Ftest = 3,255 while Ftable = 3,238
(at = 0,05), hence concludes a difference in daily catch among the three vessels. The
ANOVA on setting time resulted in Ftest = 31,055 while Ftable = 3.238, hence concludes that
the analysis difference in setting time among the three fishing vessels.
ERWIN TANJAYA. Kajian Perikanan Purse Seine Mini Di Desa Sathean Kabupaten
Maluku Tenggara. Dibimbing oleh M. FEDI A SONDITA dan ROZA
YUSFIANDAYANI
Salah satu jenis perikanan yang menonjol di Kabupaten Maluku Tenggara adalah
perikanan purse seine mini yang diusahakan oleh perorangan. Perikanan ini berbasis di
Desa Sathean. Jenis teknologi yang diterapkan tergolong modern namun dengan jangkauan
operasi yang terkonsentrasi di perairan pantai karena nelayan membatasi diri untuk
beroperasi dengan sistem one-day trip dari basis perikanan terdekat. Sistem operasi
penangkapan ikan seperti ini dapat menyebabkan produktivitas yang rendah (Barus et al.
1991). Faktor yang dianggap sebagai penyebab rendahnya produktivitas ini di antaranya
adalah keterampilan dan pengetahuan nelayan yang terbatas serta penggunaan teknologi
alat dan kapal penangkapan ikan sederhana.
Hingga kini, produktivitas untuk armada purse seine mini di kabupaten ini belum
diketahui. Selain itu, belum diketahui dengan pasti dimana kapal-kapal ikan ini
dioperasikan, apakah selalu pada lokasi yang sama sepanjang tahun atau lokasi daerah
penangkapan ikan disesuaikan dengan kondisi laut yang umumnya bersifat musiman.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1) mengetahui daerah penangkapan ikan
(fishing ground) sepanjang tahun, 2) membandingkan produktivitas (hasil tangkapan per
trip) dan lama pelingkaran jaring di antara 3 (tiga) buah unit penangkapan ikan dengan
purse seine mini yang memiliki perbedaan spesifikasi dalam hal alat tangkap (panjang,
tinggi dan mesh size), 3) membandingkan komposisi ukuran ikan di antara 3 (tiga) buah
unit penangkapan ikan dengan purse seine mini yang memiliki perbedaan spesifikasi dalam
hal alat tangkap (panjang, tinggi dan mesh size).
Selama penelitian ini, ketiga kapal masing-masing dioperasikan sebanyak 14 kali
(trip). KM Virus dengan panjang jaring 400 meter menangkap 157.382 ekor ikan (37%)
dengan berat 18.766 kg. KM Mujur dengan panjang jaring 350 meter menangkap 139.985
ekor ikan (33%) dengan berat 15.502 kg. KM Dewo dengan panjang jaring 300 meter
menangkap 139.941 ekor ikan (30%) dengan berat 13.871 kg. Ikan yang dominan
tertangkap adalah layang (Decapterus russelli), tongkol (Auxis thazard) dan selar
(Selaroides leptolepsis).
Anova terhadap hasil tangkapan pertrip menyimpulkan ada perbedaan nyata
diantara ketiga kapal tersebut (Fhit = 3,255 dan Ftab = 3,238 pada ( = 0,05), selain itu
Anova pada lama pelingkaran jaring menyimpulkan adanya perbedaan diantara ketiga
kapal tersebut (Fhit = 31,055 dan Ftab = 3,238 pada ( = 0,05).
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber :
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
KAJIAN PERIKANAN PURSE SEINE MINI
DI DESA SATHEAN KABUPATEN MALUKU TENGGARA
ERWIN TANJAYA
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Tesis : Kajian Perikanan Purse Seine Mini Di Desa Sathean Kabupaten
Maluku Tenggara
Nama Mahasiswa : Erwin Tanjaya
NRP : C 451090031
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Disetujui
Komisi Pembimbing
Diketahui,
Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas segala
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga tesis dengan judul “Produktivitas Unit Penangkapan
Perikanan Purse Seine Di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara” dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada
Bapak Ir P. Beruatwarin. M.Si selaku mantan Direktur Politeknik Perikanan Negeri Tual,
Bapak Dr. rer nat. Ir. E. A. Renjaan, M.Sc, selaku Direktur Politeknik Perikanan Negeri
Tual yang telah memberikan izin Tugas Belajar pada Program Studi Teknologi dan
Manajemen Perikanan Tangkap Pascasarjana IPB Bogor. Ucapan terima kasih dan
penghargaan yang tinggi dan tak terhingga juga kepada Bapak Dr. Ir. M. Fedi A. Sondita,
M.Sc. dan Dr. Roza Yusfiandayani, S.Pi, sebagai ketua komisi pembimbing dan anggota
komisi pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu serta memberikan arahan dan
bimbingan kepada penulis dari penyusunan proposal hingga selesainya tesis ini, serta
Bapak Dr. Ir. Domu Simbolon, M.Si selaku penguji luar komisi yang bersedia menguji dan
memberikan petunjuk, arahan dan masukan untuk perbaikan dan kesempurnaan tesis ini.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga disampaikan kepada Dekan Sekolah
Pascasarjana Bapak Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr dan Ketua Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Bapak Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc, serta Ketua Program Studi
Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Bapak Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc
Institut Pertanian Bogor beserta para staf pengajar yang telah membekali ilmu
pengetahuan.
Kepada Bapak Djailani Jamlean, Ladatimo Jamlean dan Musa Jamlean beserta
keluarga, pemilik armada purse seine mini di Desa Sathean Kecamatan Kei Kecil
Kabupaten Maluku Tenggara yang telah banyak membantu penulis selama kegiatan
penelitian dilapangan. Khususnya untuk Kel. Linda Yanti Noya, Kel. Maria Theresia
Sarbunan penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga atas bantuannya selama penulis
menempuh studi.
Rekan-rekan Mahasiswa Pascasarjana Departemen PSP Program Studi TPT/SPT
2009: Yusrizal, S.Pi, Erfind Nurdin, S.Pi, Moh Amin, S.Pi, Moh Rijal, S.Pi, Irnawati
Sinaga, S.Pi, Noer Kholifah, S.Pi, Gunawan Wicaksono, S.Pi, Ali Rahantan, S.Pi, Toni
Kilmanun, ST, Jufri Laitupa, S.Pi, Budi Wiyono, S.Pi, Yudi Herdiana, S.Pi, Aulia Putra,
S.Pi, Agustin Ross, S.Pi. Teman-teman mahasiswa Pascasarjana dari Politeknik Perikanan
Tual, Teman-teman dari Persatuan Mahasiswa Maluku (PERMAMA) di Bogor atas segala
kerjasama dan dukungan serta kebersamaannya selama ini. Tak lupa kepada pihak
sekretariat PSP atas segala bantuan selama penulis mengikuti pendidikan. Semua pihak
yang tidak sempat penulis sebutkan yang telah memberikan dukungan dan sumbangsih
pemikiran selama penulis menempuh pendidikan.
Khusus kepada keluarga terima kasih yang tak terhingga kepada orangtuaku: Papa
Denston Tanjaya dan Mama Nelly Theminsery/T (Almarhum) serta kakak-adik sekeluarga,
keluarga Papa Alex Noya sekeluarga atas bantuan, doa dan motivasinya kepada penulis.
Yang terakhir dan yang paling utama terima kasih kepada Istriku tersayang dan
tercinta Mieke Noya/T, SKM dan Anak-anakku tersayang Anggella Nelly Vania dan
Vanezia Alexandra yang tidak pernah berhenti mencurahkan kasih sayang dan
pengorbanan yang luar biasa dan selalu setia mendampingi penulis selama mengikuti
pendidikan Pascasarjana di IPB.
Akhir kata semoga Tuhan selalu menyertai perjalanan karier dan hidup
bapak/Ibu/Saudara/i sekalian.
Erwin Tanjaya
DAFTAR ISTILAH
Daerah Penangkapan Ikan Suatu daerah perairan tempat ikan berkumpul dimana
penangkapan ikan dapat dilakukan
Haulling (Penarikan jaring) Proses penarikan jaring purse seine mini setelah proses
pelingkaran selesai dilakukan
Kapal Perikanan Kapal, perahu atau alat apung lainnya yang dipergunakan
untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi
penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan
ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan dan pelatihan
atau eksplorasi perikanan.
Purse line Tali yang dipasang pada bagian bawah jaring yang
berfungsi untuk mengerutkan jaring pada saat tali tersebut
ditarik.
Setting (Pelingkaran jaring) Salah satu tahapan dalam metode pengoperasian purse
seine mini yaitu proses pelingkaran jaring untuk
melingkari kawanan ikan.
Sumberdaya ikan Potensi semua jenis ikan termasuk krustasea, moluska dan
biota air lainnya.
Unit Penangkapan ikan Satu kesatuan teknis dalam suatu operasi penangkapan
ikan yang terdiri dari kapal perikanan, alat tangkap dan
nelayan.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
1 PENDAHULUAN
2 TINJAUAN PUSTAKA
3 METODOLOGI PENELITIAN
4 HASIL PENELITIAN
5 PEMBAHASAN
5.1 Unit Penangkapan Ikan ................................................................. 62
5.2 Hasil Tangkapan .......................................................................... 65
5.3 Pola Operasi Armada Purse Seine Mini .......................................... 72
5.3 Penelitian Selanjutnya ...................................................................... 73
6 KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan .................................................................................... 76
6.2 Saran .............................................................................................. 76
LAMPIRAN .............................................................................................. 84
xiii
DAFTAR TABEL
9 Hasil ANOVA terhadap data trip hasil tangkapan dari 3 kapal purse
seine mini …………………………………………………………… 49
DAFTAR GAMBAR
10 Pelampung dan floatline pada bagian atas purse seine mini di Kabupaten
Maluku Tenggara ...................................................................................... 36
11 Cincin dan pemberat pada bagian bawah purse seine mini di Kabupaten
Maluku Tenggara ...................................................................................... 37
13 Sistem bagi hasil pada perikanan purse seine mini di Kabupaten Maluku
Tenggara .................................................................................................... 40
16 Total hasil tangkapan tiga kapal purse seine mini selama tanggal 21 Juli –
4 September 2010 di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara. ……. 46
30 Total ukuran ikan layak tangkap hasil tangkapan ketiga jenis ikan pada
KM Virus selama penelitian ..................................................................... 57
31 Total ukuran ikan layak tangkap hasil tangkapan ketiga jenis ikan pada
KM Mujur selama penelitian ..................................................................... 58
32 Total ukuran ikan layak tangkap hasil tangkapan ketiga jenis ikan pada
KM Dewo selama penelitian .................................................................... 58
33 Hubungan panjang dan berat dari tiga jenis ikan dominan tertangkap
Oleh KM Virus…………………………………………………………… 59
34 Hubungan panjang dan berat dari tiga jenis ikan dominan tertangkap
Oleh KM Mujur………………………………………………………….. 60
xvi
35 Hubungan panjang dan berat dari tiga jenis ikan dominan tertangkap
Oleh KM Dewo………………………………………………………….. 61
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
7 Hasil Uji Lanjut (BNT) Data Trip Hasil Tangkapan ke 3 Kapal purse
seine mini ……………………………………………………………... 92
8 Hasil Uji Lanjut (BNT) Data Lama Pelingkaran Jaring ke 3 Kapal purse
seine mini ………………………………...……………………………. 93
1 PENDAHULUAN
produktivitas yang berbeda. Keragaman unit penangkapan ikan seperti ini terjadi
juga pada perikanan purse seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara. Oleh
karena itu, menarik untuk mengetahui apakah kinerja di antara unit-unit
penangkapan ikan dengan purse seine mini sama atau berbeda.
Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan di atas maka dipandang perlu
untuk melakukan penelitian tentang “Kajian Perikanan purse seine mini di Desa
Sathean Kabupaten Maluku Tenggara” khususnya dikaitkan dengan
produktivitas (hasil tangkapan per trip) dari unit penangkapan purse seine mini
pada saat melakukan operasi penangkapan ikan. yang dipengaruhi oleh musim
penangkapan ikan. Dari penelitian ini diharapkan akan diperoleh strategi operasi
penangkapan ikan yang dapat meningkatkan produksi hasil tangkapan nelayan dan
menjamin keberlanjutan usaha perikanan purse seine sehingga sektor perikanan
menjadi pilar pertumbuhan ekonomi daerah.
Produktivitas (hasil tangkapan per trip) purse seine mini di Desa Sathean
Kabupaten Maluku Tenggara sangat dipengaruhi oleh spesifikasi unit
penangkapan, lama pelingkaran jaring dan komposisi ukuran ikan yang
tertangkap.
Usaha perikanan
purse seine mini saat ini
- Komposisi dan jenis - Ukuran alat tangkap ; - Persiapan dan strategi - DPI berdasarkan
hasil tangkapan Panjang dan tinggi operasi penangkapan musim penangkapan
- Hubungan Panjang - Armada Penangkapan - Lama hari operasi - Operasi pada DPI
dan berat ikan Ukuran; kapal, mesin penangkapan yang berbeda
- Ukuran ikan layak - Spesifikasi alat bantu
tangkap penangkapan
bagian besar yaitu; (1) badan jaring, (2) tali kerut, (3) cincin (ring), (4) pelampung
dan pemberat, dan (5) tali selembar (Martasuganda, 2004).
Selanjutnya (Baskoro, 2002), menyatakan bahwa pukat cincin dilengkapi
dengan tali kerut yang dilewatkan melalui cincin yang diikatkan pada bagian
bawah jaring (tali ris bawah), sehingga dengan menarik tali kerut bagian bawah
jaring dapat dikuncupkan dan jaring akan berbentuk seperti mangkok (Gambar 2).
Cincin yang digunakan oleh nelayan di Maluku Tenggara memiliki diameter luar
10 cm dan diameter dalam 6,6 cm. Cincin yang digunakan terbuat dari bahan
kuningan dengan jarak antar cincin berkisar 5 - 10 m. Purse line pada pukat
cincin terbuat dari bahan PVA dengan diameter tali 20 mm yang memliki panjang
500 m.
Kegiatan operasi penangkapan dengan pukat cincin di Kabupaten
Maluku Tenggara melibatkan dua jenis perahu sehingga operasi penangkapan
ikan ini termasuk jenis two boat system. Satu kapal berperan sebagai kapal utama
(tipe lambut); kapal ini berfungsi untuk menebarkan jaring yang dibawanya untuk
melingkari atau mengurung kawasan ikan yang berkumpul di sekitar rumpon.
Satu kapal lain yang disebut kapal johnson (slep) berfungsi untuk menarik purse
line setelah jaring dilingkarkan dan menyimpan hasil tangkapan hingga
dibongkar di fishing base.
Kedua kapal tersebut terbuat dari bahan kayu. Kapal utama (tipe lambut)
umumnya berukuran 13 -15,5 GT dengan panjang (L) antara 15,0 – 17,0 meter,
lebar (B) 2,5 – 2,75 meter dan dalam (D) 1,5 - 2 m, sedangkan untuk kapal
johnson (slep) memiliki ukuran 5,40 - 7,60 GT dengan panjang antara 5,0 – 13,0
meter, lebar 1,5 - 2,5 meter dan dalam 1,0 - 1,25 meter. Tenaga penggerak kapal
utama adalah dua buah mesin tempel (outboard engine) masing-masing
berkekuatan 40 PK yang bermerek Yamaha, sedangkan kapal johnson
digerakkan oleh sebuah mesin tempel (outboard engine) berkekuatan 40 PK
yang bermerek Yamaha. Mesin-mesin tersebut menggunakan bahan bakar
campuran minyak tanah, bensin dan oli.
Jumlah awak yang terlibat dalam operasi penangkapan ikan dengan purse
seine mini umumnya berjumlah 17 - 20 orang. Mereka terdiri dari seorang
juragan laut, 2 orang juru tawur, 2 orang juru mesin, seorang juru pantau, 2 orang
juru pelampung, 2 orang juru pemberat, nelayan biasa, seorang juru mesin kapal
johnson atau slep, 2 orang juru hasil tangkapan.
Mastur, Dusun Udar, Desa Mataholat, Perairan Tanimbar Kei, perairan Dullah
laut dan perairan kepulauan Kur-Toyando. yang mempunyai kedalaman berkisar
100 - 500 meter. Daerah penangkapan ini adalah merupakan lokasi bagi para
nelayan purse seine mini desa Sathean melakukan operasi penangkapan pada
musim-musim tertentu. Biasanya nelayan menentukan daerah penangkapan
(fishing ground) yaitu sesuai dengan musim penangkapan ikan, daerah
penangkapan perikanan purse seine mini adalah dimana ditempatkan atau
dilabuhkan rumpon sebagai alat bantu pengumpul ikan.
(dinamis).
(3) Tingkat teknologi yang digunakan, rumpon dikelompokkan menjadi
tradisional dan modern.
Rumpon tradisional umumnya digunakan oleh nelayan tradisional yang
terdiri dari pelampung, tali jangkar atau pemberat serta pemikat yang dipasang
pada kedalaman 300 – 2000 meter. Rumpon modern umumnya digunakan oleh
perusahaan perikanan (swasta dan BUMN). Komponen rumpon modern biasanya
terdiri dari pelampung yang terbuat dari plat besi atau drum, tali jangkar terbuat
dari kabel baja (steel wire), tali sintesis dan dilengkapi dengan swivel, pemberat
biasanya terbuat dari semen cor. Pemikat yang digunakan umumnya terbuat dari
bahan alami dan bahan sintesis seperti ban, pita plastik dan lain-lain.
Rumpon merupakan alat pemikat ikan yang digunakan untuk
mengkonsentrasikan ikan sehingga operasi penangkapan ikan dapat dilakukan
dengan mudah (Subani 1972). Cara pengumpulan ikan dengan pikatan berupa
benda terapung tersebut menurut Sondita (1986), merupakan salah satu bentuk
dari fish aggregating device (FAD), yaitu metode benda atau bangunan yang
dipakai sebagai sarana untuk penangkapan ikan dengan cara memikat dan
mengumpulkan ikan-ikan tersebut. Selanjutnya Simbolon (2004), menyatakan
bahwa rumpon ini dimaksudkan untuk memikat dan mengkonsentrasikan ikan,
baik ikan yang berada di sekitar pemasangan rumpon maupun ikan yang sedang
melakukan ruaya, dengan demikian ikan akan berada lebih lama di sekitar
pemasangan rumpon, dan akibatnya penangkapan dapat dilakukan dengan lebih
mudah, efektif dan efisien.
Rumpon selain berfungsi sebagai pengumpul kawanan ikan, pada prinsipnya
juga memudahkan kawanan ikan untuk ditangkap sesuai dengan alat tangkap yang
dikehendaki. Penggunaan rumpon oleh kapal penangkap ikan juga dapat menghemat waktu
dan bahan bakar, karena tidak perlu lagi mencari dan mengejar gerombolan-gerombolan
ikan (Subani, 1986). Selanjutnya Monintja (1993), menyatakan lebih lanjut bahwa manfaat
yang diharapkan dengan penggunaan rumpon selain menghemat waktu dan bahan bakar juga
dapat menaikkan hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan, meningkatkan
mutu hasil tangkapan ditinjau dari spesies dan komposisi ukuran berdasarkan
selektivitas alat.
12
Ikan pelagis kecil adalah ikan yang hidup dipermukaan sampai kedalaman
30 – 60 meter, tergantung pada kedalaman laut yang bersangkutan dan
mempunyai ukuran panjang 5 – 50 cm (ukuran dewasa). Kelompok ikan pelagis
kecil biasanya hidup bergerombol (schooling), hidup di perairan neritic (dekat
pantai). Bila hidup di perairan yang secara berkala/musiman mengalami up
welling ikan pelagis kecil dapat membentuk biomassa yang besar.
Kedalaman renang kelompok ikan pelagis tergantung pada struktur suhu secara
vertikal. Apabila suhu permukaan air menjadi lebih tinggi, maka jenis-jenis ikan
pelagis akan berenang semakin dalam. Hampir semua ikan pelagis berada dalam satu
kelompok dan akan naik ke lapisan permukaan pada sore hari. Selanjutnya setelah
matahari terbenam, kelompok ikan tersebut menyebar di lapisan pertengahan
perairan dan saat matahari terbit akan turun menuju lapisan yang lebih dalam (Gunarso,
1985). Gunarso (1985) juga menambahkan bahwa kolom perairan tersebut diduga
merupakan batas aman lapisan renang (swimming layer) dari pergerakan ikan pelagis
kecil. Ikan pelagis kecil memiliki densitas lebih tinggi di perairan dangkal jika
dibandingkan dengan laut dalam. Salah satu faktor yang mempengaruhi hal tersebut
adalah adanya pengaruh cahaya matahari terhadap ruaya vertikal harian dari
kelompok ini. (Ayodhyoa, 1981), menyatakan hal yang sama dengan pengecualian
pada daerah upwelling yang merupakan daerah subur akibat pengangkatan zat hara ke
permukaan.
maturity – Lm). Terdapat beberapa hasil penelitian tentang ukuran pertama kali
matang gonad (Lm) ikan layang (Decapterus russelli) dengan hasil yang
bervariasi. Menurut Najamudin (2004) bahwa di perairan selat Makasar ukuran
Lm ikan layang jantan 19,6 cm dan layang betina 19,1 cm. Augy Syahailatua
(1997) bahwa di perairan Teluk Ambon ukuran Lm ikan layang jantan 16,3 cm
dan layang betina 16,2 cm. Irham (2008) bahwa di perairan Maluku Utara Lm
ikan layang (Decapterus spp) adalah 25,8 cm. Paxton, J.R et al. (1998) di
Arafura Sea Lm ikan layang 19,3 cm. Sedangkan pada Fish base ukuran Lm
berkisar 19,3 cm (www.fishbase.org).
Ikan selar termasuk dalam kelompok ikan pelagis kecil dari famili Carangidae.
Menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1997) terdapat dua jenis ikan selar yang
umumnya tertangkap di perairan Indonesia yaitu selar kuning (Selaroides leptolepis)
dan selar bentong (Selar crumenophthalmus).
Ikan selar kuning (Selaroides leptolepis) memiliki bentuk badan yang
lonjong, pipih. Bagian atas tubuhnya berwarna hijau kebiruan, bagian bawah
berwarna putih keperakan. Terdapat pita warna kuning keemasan membujur mulai dari
mata sampai sirip ekor. Pada tutup insang bagian atas terdapat bintik warna gelap. Ikan
selar bentong (Selaroides leptolepis) memiliki bentuk badan dan warna yang sama
dengan selar kuning tetapi memiliki mata yang lebih besar dan warna sirip keabu-
abuan atau pucat (Wiyono, 2001)
Ikan selar hijau (Atule mate) juga tennasuk famili Carangidae yang
memiliki ciri hampir sama dengan ikan selar kuning. Perbedaanya pada ikan selar
hijau terdapat pita wama hijau membujur mulai dari mata sampai sirip ekor.
Memiliki adipose eyelid, kecuali pada bagian pipih yang terdapat vertical sin.
Daerah penyebaran ikan selar hijau (Atule mate) selain di Indonesia ikan ini
juga terdapat di Samudera Hindia bagian barat dan timur (FAO 2002). Ikan selar
kuning (Selaroides leptolepis) dan selar bentong (Selar cntmenopthalmus) menyebar di
wilayah perairan timur Sumatera, utara Jawa, Selat Malaka, barat Sumatera, timur
Kalimantan, utara dan selatan Sulawesi, Maluku serta irian Jaya.
Ukuran layak tangkap pada ikan selar dimulai pada saat ikan telah dewasa
mencapai ukuran tertentu dan telah memijah untuk pertama kali (length at first
maturity – Lm). Hasil penelitian Collette, B.B. & C.E. Nauen 1983 di Indo-West
Pacific Sea ukuran Lm ikan selar (Selaroides leptolepsis) adalah 15,3 cm . Sedangkan
pada Fish base ukuran Lm berkisar 15,3 cm (www.fishbase.org).
Ordo : Percomorphi;
Sub Ordo : Percoidea;
Famili : Caranggidea;
Genus : Caranx;
Sub Genus : Selar
Species : Selarouides leptolepsis
Nama Indonesia : Selar
Nama Kei : Kawalinya
Nama kapal
No Spesifikasi
KM Virus KM Mujur KM Dewo
1 Kapal utama
Bahan utama Kayu Kayu Kayu
a. Panjang (L) 17,0 meter 16,25 meter 15,0 meter
b. Lebar (B) 2,75 meter 2,75 meter 2,5 meter
c. Dalam (D) 1,90 meter 1,90 meter 1,5 meter
Volume 15,5 GT 15,0 GT 13,0 GT
Tenaga penggerak 2 buah Yamaha 2 buah Yamaha 2 buah Yamaha
40 PK 40 PK 40 PK
2 Kapal Johnson
Bahan utama Kayu Kayu Fibre glass
a. Panjang (L) 13,0 meter 12,5 meter 5,0 meter
b. Lebar (B) 1,5 meter 1,5 meter 2,5 meter
c. Dalam (D) 1,25 meter 1,0 meter 1,0 meter
Volume 7,60 GT 7,0 GT 5,40 GT
Tenaga penggerak 1 buah Yamaha 1 buah Yamaha 1 buah Yamaha
40 PK 40 PK 40 PK
20
Tabel 2 Spesifikasi purse seine mini milik kelompok nelayan Desa Sathean
Kabupaten MalukuTenggara yang digunakan dalam penelitian
6 Badan jaring PVA 380/D 15 mm, PVA 380/D 15 PVA 380/D 15 mm,
(selvedge) mesh size 1,5 inci mm, mesh size mesh size 1 inci
1,25 inci
7 Tali ris atas (floats) L 480 m/ Ø 14 mm L 420 m/ Ø 14 mm L 360 m/ Ø 14 mm
8 Tali ris bawah L 580 m/ Ø 14 mm L 520 m/ Ø 14 mm L 460 m/ Ø 14 mm
(lead line)
9 Pemberat (timah) 2.400 buah 2.300 buah 2.200 buah
10 Pelampung 1.300 buah 1.200 buah 1.100 buah
(sintetis rubber)
11 Cincin (kuningan) 70 buah 60 buah 50 buah
12 Purse line L 600 m/ Ø 20 mm L 500 m/ Ø 20 mm L 400 m/ Ø 20 mm
(Polyvinyl amide)
(10) Buku identifikasi (Saanin, 1984) untuk menentukan jenis ikan yang
tertangkap armada pukat cincin.
(11) Data sheet untuk mencatat data selama proses pengumpulan data.
(12) Kuesioner untuk memandu proses wawancara terhadap informan kunci.
Dewo dengan hasil tangkapan 1.019 ekor. Dalam penelitian ini diketahui ada tiga
jenis ikan dominan yaitu layang (Decapterus russelli ), tongkol (Auxis thazard),
dan selar (Selaroides leptolepsis).
K = 1 + 1.33 log n
R
i =
K
Keterangan :
K = Jumlah kelas
n = Banyaknya data
i = Interval kelas dan
R = Nilai terbesar – nilai terkecil
Hubungan panjang dan berat ikan dipakai untuk melihat faktor tingkat
kedekatan dan kondisi ikan dan dianalisis dengan menggunakan rumus menurut
(Effendie, 1997) yaitu :
26
b
W= aL
dimana ;
W = Berat
L = Panjang
a dan b = konstanta
3.7 Data hasil tangkapan per trip dan lama pelingkaran jaring
x
Yij = µ +τi +εij
BNT = t (2s2/r)½
Keterangan :
• Konstanta t merupakan nilai t dari tabel t pada taraf nyata dengan derajat
bebas galat.
• s2 : nilai kuadrat tengah galat (KTG).
• r : jumlah ulangan.
Jika beda dua nilai tengah perlakuan lebih besar dari nilai LSD, maka
kombinasi dua perlakuan tersebut dikatakan memberikan pengaruh yang berbeda
nyata pada taraf nyata . Sebalikya apabila beda dua nilai tengah perlakuan lebih
kecil dari nilai LSD, maka kombinasi dua perlakuan tersebut tidak memberikan
pengaruh yang berbeda nyata.
4 HASIL PENELITIAN
23,5 °C (rata-rata 23,3 °C) (Tim Rencana Tata Ruang Laut DKP Provinsi Maluku
2006).
Iklim Kabupaten Maluku Tenggara adalah tipe A (nilai Q = 0,10) dengan
10 bulan basah, 1 bulan kering dan 1 bulan lembab. Curah hujan di daerah ini
memiliki pola Moonsun (musiman) dengan ciri distribusi curah hujan bulanan
berbentuk “V”. Musim angin barat berlangsung pada bulan Desember hingga
Pebruari, musim angin timur pada Juni hingga Agustus, musim pancaroba 1 pada
bulan Maret hingga Mei dan musim pancaroba 2 pada bulan September hingga
Nopember.
Pengurangan jumlah curah hujan terjadi saat pertengahan musim Timur
(Juni-Agustus) hingga pertengahan musim pancaroba 2 (Oktober), tetapi
melimpah pada saat musim angin barat hingga akhir Pancaroba 1. Nilai rata-rata
curah hujan terendah dalam 5 tahun terakhir dicapai pada bulan Agustus yakni
50,8 mm. Terindikasi bahwa jumlah curah hujan Agustus–September semakin
menurun sejak tahun 2008 sampai sekarang, dan dua bulan ini tergolong bulan
sangat kering. Secara umum terlihat bahwa saat musim angin barat dan angin
pancaroba 1, curah hujan melimpah sepanjang tahun dengan rata-rata > 300 mm
dan hari hujan rata-rata 18 – 24 hari (Tim Rencana Tata Ruang Laut DKP
Provinsi Maluku 2006).
Tual sehingga secara statistik produksi ikan tercatat hanya pada wilayah
kabupaten.
Tahun
Jenis armada 2005 2006 2007 2008 2009
Perahu Tanpa Motor 1.833 1.833 2.108 1.416 1.538
Motor Tempel 165 165 172 254 377
Kapal Motor 44 31 159 124 119
Jumlah 2.042 2.029 2.439 1.794 2.034
Sumber : DKP Kab. Maluku Tenggara (2009)
Tahun
Jenis Alat Tangkap 2005 2006 2007 2008 2009
Pukat cincin 10 10 10 8 8
Pukat tarik ikan 134 120 96 107 67
Jaringinsang hanyut 364 365 369 284 295
Jaring insang tetap 362 352 350 379 390
Jaring lingkar 352 349 357 332 325
Bagan perahu 87 96 98 33 49
Pancing tonda 543 490 495 314 455
Pancing ulur 485 466 460 251 269
Pancing tegak 480 488 483 302 342
Sero 50 45 48 4 4
Bubu 295 261 255 305 323
Jumlah 3.162 3.042 3.021 2.319 2.527
Sumber : DKP Kab. Maluku Tenggara (2009)
Salah satu sarana penting dalam memanfaatkan sumber daya ikan di laut
adalah unit penangkapan berupa kapal, alat tangkap dan nelayan. Kegiatan yang
dilakukan oleh armada perikanan ini sangat produktif dalam menangkap jenis ikan
pelagis kecil. Unit-unit usaha penangkapan purse seine mini umumnya dimiliki
perorangan.
4.2.1 Kapal
Operasi penangkapan ikan dengan purse seine mini dilakukan dengan
menggunakan dua buah kapal, sehingga jenis operasi penangkapan ini disebut two
boat system. Kedua kapal tersebut adalah kapal utama dan kapal johnson. Kapal
utama (Gambar 7) berfungsi sebagai pengangkut dan penebar jaring ketika
mengurung kawanan ikan. Jumlah awak di kapal utama tersebut mencapai 15
orang. Kawanan ikan yang menjadi sasaran utama adalah kawanan ikan yang
bergerombol di sekitar rumpon, atau ikan yang berenang bebas. Kapal johnson
(Gambar 8) berfungsi sebagai penarik purse line setelah jaring dianggap telah
mengurung kawanan ikan. Hasil tangkapan akan disimpan dan diangkut oleh
kapal ini menuju tempat pendaratannya.
34
Kapal utama (tipe lembut) terbuat dari bahan kayu sedangkan kapal
Johnson (tipe slep) biasanya bisa terbuat dari bahan kayu dan fibre glass. Tenaga
peggerak yang diperoleh dari mesin tempel (outboard engine) bermerek Yamaha
dengan kekuatan 40 PK. Kapal utama menggunakan dua buah mesin sedangkan
kapal Johnson menggunakan satu buah mesin. Tenaga penggerak pada kedua
kapal menggunakan bahan bakar campuran yaitu minyak tanah, bensin dan oli.
Pada kapal utama juga terdapat palka ikan dengan kapasitas antara 2-3 ton. Palka
ini biasanya digunakan untuk menyimpan ikan ketika hasil tangkap banyak
melebihi kapasitas simpan kapal Johnson, umumnya ketika musim ikan.
Kapasitas muatan ikan kapal johnson berkisar antara 3 – 5 ton. Pada penelitian ini
35
ada 3 (tiga) ukuran kapal yang digunakan dalam pengoperasian purse seine mini
di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara. Ketiga ukuran kapal ini
dipergunakan untuk membandingkan pengukuran kecepatan pelingkaran jaring
purse seine mini pada saat melakukan penurunan jaring (setting).
200-600 m
2 8
1
7 10
60-90 m
3
13 12 13
11
9
15
4 7 6
Keterangan :
1. Tali selembar 9. Sinker line
2. Pelampung 10. Tali ris atas
3. Tali kolor 11. Tali ris bawah
4. Tali ring 12. Kantong
5. Ring 13. Sayap
6. Pemberat 14. Panjang jaring
7. Selvedge 15. Tinggi jaring
8 Float line
Komponen purse seine di bagian atas adalah tali ris atas (floatline) yang
terbuat dari tali berbahan PVA dengan diameter sebesar 14 mm. Pada tali ris atas
terdapat pelampung yang berbentuk elips dengan panjang 12,7 cm dan diameter
tengah 9,5 cm yang terbuat dari bahan karet sistentis dengan jarak antara
pelampung satu dengan yang lainya sekitar 15-20 cm (Gambar 10).
Gambar 10 Pelampung dan floatline pada bagian atas purse seine mini
Sedangkan tali ris bawah (leadline) terbuat dari bahan PVA berdiameter 14
mm. Pada tali ris bawah terdapat pemberat yang memiliki panjang 2,9 cm dengan
diameter tengah 2,8 cm yang terbuat dari bahan timah hitam. Jarak antara
pemberat berkisar 10-15 cm, tali pemberat pada purse seine mini terbuat dari
bahan PVA berdiameter tali 12 mm. Cincin yang digunakan oleh nelayan di
Kabupaten Maluku Tenggara berdiameter luar 10 cm dan berdiameter dalam 6,6
cm. Cincin yang digunakan terbuat dari bahan kuningan dengan jarak antar cincin
berkisar 5-10 m. Purse line pada pukat cincin terbuat dari bahan PVA
berdiameter tali 20 mm (Gambar 11).
37
Gambar 11 Cincin dan pemberat pada bagian bawah purse seine mini
4.2.3 Rumpon
Rumpon merupakan suatu alat bantu yang berperan penting dalam
kegiatan penangkapan ikan. Dalam perikanan purse seine, kawanan ikan
diharapkan mudah ditangkap sehingga rumpon sangat cocok untuk menghentikan
kawanan ikan yang beruaya dan terkonsentrasi di sekitar tempat pemasangan
rumpon. Nelayan purse seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara umumnya
menggunakan 1 hingga 3 unit rumpon. Konstruksi rumpon Desa Sathean
Kabupaten Maluku Tenggara dapat dilihat pada (Gambar 12).
2
Keterangan gambar
1. Rumah rumpon
2. Rakit bamboo
3. Swivel (kili-kili) 3
4. Atraktor (Pelepah daun kelapa)
5. Tali utama
6. Pemberat atraktor
7. Pemberat rumpon 20 m
5 4
8. Dasar perairan 200-400 m
7
8
Rumpon ini dipasang pada lokasi yang jaraknya 4–20 mil laut dari pantai.
Lokasi pemasangan rumpon adalah perairan yang dasar perairan terdiri atas pasir
dan lumpur dan bergantung pada warna dan transparansi perairan. Jarak antara
satu rumpon dengan rumpon lainnya berkisar dari 1 hingga 2 mil dari rumpon satu
dengan yang lain. Nelayan dapat menangkap ikan-ikan yang berkumpul di sekitar
rumpon yang bukan miliknya. Hal ini tentu dapat dilakukan jika sudah ada
kesepakatan di antara nelayan dengan dengan pemilik rumpon.
Satu unit rumpon terdiri atas pelampung rakit yang terbuat dari batangan
bambu, dibawahnya tergantung alat pemikat ikan (attractor) yang terbuat dari
daun kelapa, tali pengikat dan tali pemberat dari polyethylene, tali kawat dan
swivel serta pemberat atau jangkar yang terbuat dari drum dan dicor beton.
Spesifikasi bahan-bahan pembuat rumpon yang digunakan nelayan Kabupaten
Maluku Tenggara disajikan pada Tabel 6.
Hasil Tangkapan
Gambar 13 Sistem bagi hasil pada perikanan purse seine mini di Kabupaten
Maluku Tenggara
41
Tabel 7 Trip operasi armada Purse seine mini yang beroperasi berdasarkan
musim penangkapan di Kabupaten Maluku Tenggara
setting di daerah penangkapan ikan yang biasanya tidak jauh dari fishing base,
yaitu dapat dijangkau dalam perjalanan selama sekitar 1 - 2 jam.
Selama pengamatan langsung, nelayan berangkat dari fishing base pada
pukul 03.00 WIT dan tiba di fishing ground sekitar pukul 04.30 – 05.00 WIT.
Ketika kapal utama sudah mendekati rumpon sekitar jarak 100 meter mesin
dimatikan dan kapal utama dibiarkan terbawa arus dan kemudian menunggu aba-
aba dari nelayan pemantau untuk memberitahukan keberadaan ikan di rumpon
dengan mempergunakan kaca keker nelayan pemantau bisa melihat banyak
sedikitnya ikan. Setelah memastikan banyaknya ikan dan memperhitungkan
posisi arus dan kecepatan angin yang bertiup maka pemantau akan memberi aba-
aba kepada fishing master melalui radio handy talky (HT) untuk segera
mengoperasikan purse seine mini dengan cara melingkari rumpon. Informasi
dalam metode operasi penangkapan purse seine dibagi kedalam beberapa tahap,
yaitu tahap persiapan, penurunan jaring dan penarikan jaring (Lampiran 2).
1) Tahap persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap yang harus dilakukan sebelum operasi
penangkapan purse seine mini dilakukan. Tahap persiapan ini meliputi
kegiatan pemeriksaan mesin baik mesin utama maupun mesin johnson,
pemeriksaan alat tangkap, penyiapan bahan bakar minyak (BBM) serta bahan
komsumsi. Hal ini untuk memperlancar kegiatan penangkapan ikan.
3) Setting
Setelah tiba di daerah penangkapan ikan (rumpon), kemudian dilakukan
proses setting yang diawali dengan penurunan jaring purse seine mini pada
bagian kantong dari kapal utama yang berada di bagian buritan sebelah kiri.
Tali selembar dilemparkan pada kapal Johnson untuk dilakukan proses
45
Gambar 16 Total hasil tangkapan (ekor) ketiga kapal purse seine mini 21 Juli – 4
September 2010 di desa sathean
Gambar 18 Perbandingan hasil tangkapan ketiga kapal purse seine mini selama
tanggal 21 Juli – 4 September 2010 berdasarkan DPI
$ %
$ %
$ %
Tabel 8 Perbandingan trip hasil tangkapal ke 3 kapal purse seine mini di Desa
Sathean Kabupaten Maluku Tenggara
Tabel 9 Hasil ANOVA terhadap data trip hasil tangkapan dari 3 kapal purse
seine mini
Gambar 22 Perbandingan hasil tangkapan per trip ketiga kapal purse seine mini
di Desa Sathean selama penelitian
$ %
$ %
$ %
Tabel 11 Hasil ANOVA terhadap data lama pelingkaran jaring dari 3 kapal
purse seine mini
Gambar 26 Perbandingan lama pelingkaran jaring ketiga purse seine mini di Desa
Sathean selama penelitian
$ $
$ $
$ $
$ $
Gambar 27 Komposisi panjang dan berat 3 jenis ikan yang banyak tertangkap
KM Virus selama penelitian tanggal 25 Juli – 26 Agustus 2010
Komposisi panjang dan berat pada KM Mujur adalah ukuran ikan layang
(Decapterus russelli) yang paling banyak adalah kelas panjang 18 – 18,8 cm
sedangkan yang paling sedikit adalah kelas panjang 25,2 – 26 cm. Berat individu
ikan yang paling banyak tertangkap adalah kelas berat 58 – 65 gram dan yang
paling sedikit adalah kelas berat 114 – 121 gram. Ukuran panjang tongkol (Auxis
thazard) paling banyak tertangkap adalah kelas panjang 25 – 25,9 cm dan yang
paling sedikit adalah kelas panjang 30 – 30,9 cm; ukuran berat paling banyak
tertangkap adalah selang kelas berat 180 – 190 gram dan yang paling sedikit
adalah kelas berat 268 – 278 gram. Ukuran panjang selar (Selaroides leptolepsis)
yang paling banyak tertangkap adalah kelas panjang 16 – 16,4 cm dan yang
paling sedikit tertangkap adalah kelas panjang 15,5 – 15,9 cm sedangkan ukuran
berat paling banyak tertangkap adalah kelas berat 60 – 64 gram dan yang paling
sedikit adalah kelas berat 80 – 84 gram (Gambar 28).
55
$ $
$ $
$ $
$ $
Gambar 28 Komposisi panjang dan berat tiga jenis ikan yang banyak tertangkap
KM Mujur selama penelitian tanggal 2 Agustus – 4 September 2010
Komposisi panjang dan berat pada KM Dewo adalah ukuran ikan layang
(Decapterus russelli) yang paling banyak adalah kelas panjang 18 – 18,8 cm
sedangkan yang paling sedikit adalah kelas panjang 24,3 – 25,1 cm. Berat
individu ikan yang paling banyak tertangkap adalah kelas berat 50 – 56 gram dan
yang paling sedikit adalah kelas berat 85 – 91 gram. Ukuran panjang tongkol
(Auxis thazard) paling banyak tertangkap adalah kelas panjang 23 – 23,9 cm dan
yang paling sedikit adalah kelas panjang 27 – 27,9 cm; ukuran berat paling
banyak tertangkap adalah selang kelas berat 190 – 199 gram dan yang paling
sedikit adalah kelas berat 250– 259 gram. Ukuran panjang selar (Selaroides
leptolepsis) yang paling banyak tertangkap adalah kelas panjang 15,5 – 15,9 cm
dan yang paling sedikit tertangkap adalah kelas panjang 16 – 16,4 cm sedangkan
ukuran berat paling banyak tertangkap adalah kelas berat 60 – 64 gram dan yang
paling sedikit adalah kelas berat 80 – 84 gram (Gambar 29).
56
$
$
$ $
$ $
$ $
Gambar 29 Komposisi panjang dan berat tiga jenis ikan yang banyak tertangkap
KM Dewo selama penelitian tanggal 21 Juli – 25 Agustus 2010
Rincian komposisi panjang dan berat ikan yang tertangkap oleh masing-
masing kapal purse seine mini selama 14 trip operasi penangkapan pada penelitian
ini dapat disajikan dalam (Tabel 12).
Tabel 12 Komposisi panjang dan berat jenis ikan utama yang tertangkap oleh 3
kapal purse seine mini di Desa Sathean, Kabupaten Maluku Tenggara.
Selar Jumlah ikan (ekor) 5.319 (21%) 4.981 (20%) 15.149 (59%)
Kisaran panjang (cm) 15 – 18,7 15 – 18,8 15 – 18,7
Kelas panjang dominan (cm) 17,8 – 18,1 16 – 16,4 15,5 – 15,9
Jumlah berat (kg) 691 (21%) 323 (20%) 1.969 (59%)
Kisaran berat (g) 40 - 80 40 - 80 40 – 80
Kelas berat dominan (g) 70 – 74 60 – 64 60 – 64
"
Gambar 30 Total ukuran ikan layak tangkap hasil tangkapan ketiga jenis ikan
pada KM Virus selama penelitian
tertangkap adalah 310 ekor (89%) dan belum layak tertangkap 39 ekor,
selengkapnya dapat dilihat pada (Gambar 31).
"
$ %
%
Gambar 31 Komposisi ukuran ikan layak tangkap hasil tangkapan ketiga jenis
ikan pada KM Mujur selama penelitian
Dan jumlah sampel hasil tangkapan KM Dewo adalah 1.019 ekor dimana
untuk ikan layang (Decapterus russelli)
russelli) dengan jumlah hasil tangkapan sebanyak
348 ekor, dimana ukuran layak tertangkap adalah 184 ekor (53%) dan belum
layak tertangkap 164 ekor. Ikan tongkol (Auxis thazard) dengan jumlah hasil
tangkapan sebanyak 256 ekor, dimana uk
ukuran
uran layak tertangkap adalah 26 ekor
(10%) dan belum layak tertangkap 230 ekor. Selar (Selaroides leptolepsis)
dengan jumlah hasil tangkapan sebanyak 415 ekor, dimana ukuran layak
tertangkap adalah 353 ekor (85%) dan belum layak tertangkap 62 ekor,
selengkapnya dapat dilihat pada (Gambar 32).
"
$
%
$
" "
$ '
'
& '% (
)*& '% '
!
$ & ' (+ ' %
' )*& '%
!
'
' ' ' '$ ' '$
$'
& ' % (, '
$' )*& '%
& ' $( ' % $'
!
)*& '%
$'
!
$'
' ' ' ' ' ' ' '
'
& ' $( '
$
)*& ' % '
$
!
'
' $' ' '$ ' '% '
Gambar 33 Hubungan panjang dan berat dari tiga jenis ikan dominan yang
tertangkap oleh KM Virus
1,310 dengan nilai R² 0,897, jenis ikan tongkol y = 1,138x – 1,621 dengan nilai
R² 0,956 dan ikan selar y = 2,764x – 3,772 dengan nilai R² 0,907 (Gambar 34).
" "
$ '
& ' %( '
)*& ' % '
& ' (+ '
!
$ ' )*& ' %
!
'
'$ ' '$
$'
$ & $' ( ' $
$'
)*& '%$
$ !
$' & ' (, '
$ )*& '%$
#
$'
' ' ' '
'
& ' (' ' & ' (+ '
$ )*& '%
)*& '% '
$
!
'
$ '
!
'
'$ ' '% '
Gambar 34 Hubungan panjang dan berat dari tiga jenis ikan dominan tertangkap
oleh KM Mujur
" "
$ '
& ' %( '
'
)*& '
& ' ( + '$
!
$ ' )*& '
!
'
'$ ' '$
$'
& ' $( '
)*& '% $ $' & ' ( , '%$
)*& '% $
!
$'
!
$'
'$ ' '$
'
& ' ( '% ' & '% ( + ' %
)*& '% )*& '%
'
$
!
'
'
!
'
'$ ' '% '
Gambar 35 Hubungan panjang dan berat dari tiga jenis ikan dominan tertangkap
oleh KM Dewo
5 PEMBAHASAN
mempunyai panjang rata-rata 26,4 m, lebar 6,7 m dan dalamnya 2,1 m, mesin
inboard yang berkekuatan 250 – 320 PK dilengkapi dengan generator lampu 6000
watt.
Kapal purse seine yang berpangkalan di Pekalongan adalah kapal pukat
cincin besar kapal ini juga dilengkapi dengan alat bantu seperti lampu-lampu
sorot sebanyak 30 – 40 buah, radio komunikasi dan sejak tahun 1997 sebagian
besar kapal juga telah dilengkapi dengan alat global position system (Pottier dan
Sadhotomo, 1995). Jika dibandingkan dengan kapal-kapal purse seine dari pesisir
utara pulau Jawa tersebut maka kapal purse seine mini yang ada di Kabupaten
Maluku Tenggara sangat jauh berbeda, baik dari segi ukuran maupun alat bantu
yang digunakan. Namun perbedaan tersebut tidak berarti secara teknis armada
purse seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara lebih terbelakang karena
kebutuhan teknisnya berbeda, yaitu disebabkan oleh sifat operasinya yang one day
trip di lokasi pemasangan rumpon yang dekat pantai. Status teknologi armada
purse seine Kabupaten Maluku Tenggara akan berubah menjadi “rendah” atau
“terbelakang” jika nelayan lokal berniat untuk operasi lebih jauh dari basis yang
sekarang dan lebih lama. Namun hal tersebut tidak mungkin dilakukan dengan
kapal-kapal yang memiliki spesifikasi saat ini, kecuali modus operasi
penangkapan ikan menerapkan sistem kapal induk. Dalam sistem ini, kapal-kapal
purse seine hanya berfungsi sebagai penangkap ikan, hasil tangkapan kemudian
ditransfer ke kapal penampung atau pengangkut ikan yang juga berfungsi sebagai
penyedia kebutuhan perbekalan, termasuk mengangkut nelayan, di tengah laut
sehingga kapal-kapal purse seine tersebut tidak perlu terlalu sering ke pangkalan
untuk mengisi perbekalan.
Masalah yang dihadapi untuk pengembangan produktivitas perikanan purse
seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara seperti ini adalah adanya daerah
penangkapan ikan pelagis kecil pada musim kurang ikan (paceklik) maka nelayan
di desa Sathean akan melakukan operasi penangkapan yang lebih jauh dari lokasi
penangkapan sebelumnya. Lokasi daerah penangkapan kawanan ikan dimaksud
adalah perairan sebelah barat Dullah laut dan Kur-Tayando dimana lokasi-lokasi
tersebut berada lebih jauh dari pantai. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
kawanan ikan pelagis kecil biasanya berada tidak jauh dari pantai, seperti di
64
sekitar pulau Mayau dan pulau-pulau di sebelah barat pulau Halmahera (Karman,
2008).
Spesifikasi purse seine di Indonesia ada bermacam-macam, paling tidak
dilihat dari panjang dan tinggi jaring (Tabel 13). Sebagai contoh, purse seine
yang dioperasikan nelayan Banda Aceh untuk menangkap cakalang memiliki
panjang yang berkisar mulai dari 600 m hingga 1350 m, lebar dari 60 hingga 85
m, dengan bahan dari jaring dengan mesh size 2 inci (Chaliluddin 2002).
Dibandingkan dengan purse seine yang dioperasikan nelayan Banda Aceh, seperti
dilaporkan oleh Chaliluddin (2002), maka purse seine yang ada di Maluku
Tenggara adalah lebih pendek ukuran purse seine dibandingkan dengan di Aceh.
Tabel 13 Perbandingan panjang dan tinggi purse seine dari beberapa tempat di
Indonesia
Panjang purse seine sebaiknya disesuaikan dengan jenis ikan yang akan
ditangkap, khususnya pertimbangan pada kecepatan renang ikan, dan jarak aman
di mana ikan tidak terusik tingkah lakunya oleh jaring (Fridman, 1986). Semakin
tinggi kecepatan renang ikan maka purse seine harus semakin panjang;
sebaliknya, semakin rendah kecepatan renang ikan maka purse seine dapat lebih
pendek. Menurut rumus yang dibuat Fridman dan Carrother (1986) untuk
65
menghitung panjang purse seine, maka untuk menangkap ikan yang bergerombol
di sekitar rumpon (kecepatan renang dianggap sama dengan nol) tidak diperlukan
purse seine yang terlalu panjang. Itulah sebabnya mengapa purse seine nelayan
Aceh yang menangkap kawanan cakalang yang berenang bebas jauh lebih panjang
dari purse seine yang ada di Maluku Tenggara dan Prigi yang menangkap ikan-
ikan pelagis kecil (layang, tongkol, teri, selar). Panjang purse seine mini untuk
yang dioperasikan dengan metode seperti diterapkan nelayan Maluku Tenggara
lebih ditentukan oleh ukuran atau diameter kawanan ikan dan jarak aman antara
jaring dan kawanan ikan. Mungkin itulah sebabnya mengapa purse seine mini
nelayan Maluku Tenggara lebih pendek dari purse seine nelayan Prigi (Jawa
Timur) yang menangkap kawanan ikan yang bergerak bebas (Perkasa 2004).
mini maka hasil tangkapan yang di dapat semakin banyak. Namun ukuran
panjang jaring bukan merupakan tolak ukur keberhasilan suatu operasi
penangkapan. Hasil tangkapan terutama ditentukan oleh keefektifan rumpon
dalam mengumpulkan ikan.
Tabel 14 Perbandingan panjang purse seine dan produktivitas kapal purse seine
dari beberapa tempat di Indonesia
peluang ikan tertangkap semakin besar (Ghaffar, 2006). Ukuran panjang jaring
minimal yang dioperasikan di perairan Jenoponto adalah 500 m dan tinggi 70 m
dengan rata-rata hasil tangkapan 3.783 kg per hari.
Faktor waktu kecepatan pelingkaran sangat ditentukan oleh ukuran kapal
(GT) dan tenaga penggerak (HP). Ukuran kapal purse seine mini di Kabupaten
maluku Tenggara adalah panjang 17,0 m, lebar 2,75 m, dalam 1,90 m dan tonage
15,5 GT dengan kecepatan pelingkaran rata-rata 10 menit sedangkan di Ternate
panjang 14,0 m, lebar 3,15 m, dalam 1,90 m dan tonage 17,5 GT dengan
kecepatan rata-rata 7 menit. Perbedaan ini sangat berpengaruh pada saat
pelingkaran jaring dimana pada saat melingkari kawanan ikan, kapal memerlukan
kecepatan penuh untuk mencegah lolosnya ikan untuk itu perlu menggunakan
tenaga penggerak berukuran besar tetapi juga harus memperhatikan ukuran
panjang kapal hal ini untuk menjaga kestabilan kapal saat melakukan operasi
penangkapan (Anhar, 1993). Faktor kekuatan mesin penggerak (HP) juga sangat
berpengaruh pada hasil tangkapan di perairan Jenoponto (Sulawesi Selatan).
kekuatan mesin akan menentukan kecepatan kapal saat mengejar gerombolan
ikan dan melingkari purse seine mengelilingi gerombolan ikan yang bergerak.
Kapal dengan kecepatan yang relatif tinggi dapat menghalangi atau menyaingi
kecepatan renang ikan. Oleh karena itu, kapal yang bergerak relatif lebih cepat
dari kecepatan renang ikan akan meningkatkan peluang tertangkapnya
gerombolan ikan (Fridman, 1986) diacu dalam Ghaffar (2006).
Analisis statistik terhadap data produksi ikan dan panjang purse seine mini
dari penelitian ini menyimpulkan semakin panjang jaring maka hasil tangkapan
yang diperoleh juga semakin besar. Salah satu faktor produksi yang
mempengaruhi hasil tangkapan adalah panjang jaring, dimana berdasarkan hasil
penelitian (Namsa, 2006), fungsi produksi untuk unit penangkapan purse seine
mini (soma pajeko) di perairan Kota Tidore Kepulauan memperlihatkan pengaruh
yang nyata terhadap hasil tangkapan, keadaan ini berarti bahwa setiap
penambahan atau pengurangan ukuran panjang jaring akan mengakibatkan
peningkatan atau pengurangan jumlah hasil tangkapan. Faktor panjang pukat
cincin dilaporkan juga signifikan untuk produksi ikan yang ditangkap dengan
pukat cincin di Pekalongan (Sudibyo, 1998) dan di Pengambengan Kabupaten
68
Jembrana Bali (Sugiarta, 1992). Secara teoritis semakin panjang jaring pada
purse seine maka akan semakin besar pula garis tengah lingkaran dan
menyebabkan semakin besar peluang gerombolan ikan tidak terusik perhatiannya
karena jarak antara gerombolan ikan dengan dinding purse seine semakin besar
sehingga ikan tersebut semakin besar peluangnya untuk tertangkap (Fridman,
1986).
Penelitian ini membandingkan lama atau waktu yang diperlukan untuk
melingkarkan secara sempurna jaring-jaring yang berbeda panjangnya, yaitu 400
meter, 350 meter dan 300 meter. Secara teori, jika tidak ada hambatan teknis
yang diakibatkan oleh kondisi laut dan kesalahan manusia, maka semakin panjang
jaring akan semakin lama waktu yang diperlukan untuk melingkarkannya jika
kecepatan pelingkaran jaring dari setiap kapal yang mengoperasikannya adalah
sama. Analisis statistik sebenarnya tidak diperlukan jika penelitian hanya sekedar
bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang nyata. Sesungguhnya
penelitian ini menunjukkan bahwa fishing master dari kapal purse seine mini yang
diteliti melingkarkan jaring dengan kecepatan yang tidak terlalu berbeda, yaitu
KM Virus rata-rata lama pelingkaran 12,43 menit dengan standar deviasi 1,40
(menit), KM Mujur rata-rata lama pelingkaran 10 menit dengan standar deviasi
1,30 (menit) dan KM Dewo rata-rata lama pelingkaran 8,57 menit dengan
standar deviasi 1,22 (menit). Adanya perbedaan nyata dalam lama pelingkaran
jaring tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh perbedaan ukuran panjang
jaring pada saat melingkari gerombolan ikan sementara tenaga penggerak dari
masing-masing kapal adalah sama yaitu menggunakan mesin outboard 40 PK dua
buah, jumlah ABK masing-masing kapal 15 – 17 orang. Keahlian dan
ketrampilan ABK saat melakukan pelingkaran jaring juga sangat menentukan
waktu lama pelingkaran selain faktor kondisi oseanografi; arus, ombak dan angin
juga berpengaruh pada saat melingkari jaring.
Ukuran mata jaring pada alat penangkapan ikan yang berfungsi untuk
menjerat atau mencegah lolosnya ikan akan menentukan komposisi ikan yang
tertangkap. Ulasan tentang pengaruh faktor mesh size ini sering muncul dalam
penelitian tentang selektivitas alat penangkapan ikan, seperti yang dikemukakan
oleh Gulland (1983) selektivitas adalah kemampuan dari alat tangkap untuk
69
pertama matang gonad pada ukuran Lm (length at first maturity) pada ukuran 30
cm (www.fishbase.org).
(b < 3) bersifat allometrik negatif di mana pertambahan berat lebih lambat dari
pada pertambahan panjang sedangkan untuk jenis selar menunjukkan nilai lebih
besar dari 3 (b > 3) sehingga dapat dikatakan pertumbuhan untuk selar bersifat
allometrik positif dimana pertambahan berat lebih cepat dari pertambahan
panjang. KM Mujur nilai b (koefisien regresi) yang didapat dari hubungan
panjang dan berat, untuk ikan layang 1,836, ikan tongkol 1,138 dan ikan selar
2,764 sehingga dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ikan layang, tongkol dan
selar menunjukkan nilai lebih kecil dari 3 (b < 3) bersifat allometrik negatif di
mana pertambahan berat lebih lambat dari pada pertambahan panjang. KM Dewo
nilai b (koefisien regresi) yang didapat dari hubungan panjang dan berat, untuk
ikan layang 1,886, ikan tongkol 1,041 dan ikan selar 2,922 sehingga dapat
dikatakan bahwa pertumbuhan ikan layang, tongkol dan selar menunjukkan nilai
lebih kecil dari 3 (b < 3) bersifat allometrik negatif di mana pertambahan berat
lebih lambat dari pada pertambahan panjang.
Penelitian tentang hubungan panjang dan berat pernah dilakukan oleh
beberapa peneliti pada daerah yang berbeda diantaranya, di Laut Jawa dilakukan
oleh Widodo (1988) pada ikan layang (Decapterus spp) didapatkan nilai b = 2,997
untuk ikan jantan dan b = 3,043 untuk ikan betina dan di Perairan Teluk Ambon
dilakukan oleh Sumadhiharga (1991) diperoleh nilai b = 2,298. Perbedaan nilai b
dari beberapa penelitian ini diduga karena dipengaruhi oleh perbedaan musim dan
tingkat kematangan gonad serta aktivitas penangkapan. Menurut Graham (1935)
dalam Soumokil (1996) tekanan penangkapan yang cukup tinggi pada suatu
daerah turut mempengaruhi kehidupan dan pertumbuhan populasi ikan.
Berdasarkan hasil tangkapan selama operasi penangkapan yang dilakukan
oleh masing-masing kapal purse seine mini ternyata ikan-ikan yang tertangkap
adalah ikan yang sudah matang gonad (memijah). Penangkapan ikan yang sudah
memijah tidak akan membahayakan kelestarian sumberdaya ikan sebaliknya jika
penangkapan ikan yang belum sempat memijah akan membahayakan kelestarian
di perairan tersebut. Hal ini menunjukan bahwa kecil presentasi tertangkapnya
ikan-ikan ukuran kecil khususnya pada jenis layang dan selar pada saat penelitian
ini berlangsung, karena hasil tangkapan pada daerah penangkapan ikan di
perairan Udar, Mataholat dan Mastur di Kabupaten Maluku Tenggara di dominasi
72
oleh ikan-ikan yang sudah memijah (dewasa) hal ini berdasarkan sebaran
perbandingan panjang ikan yang tertangkap pada saat dimana musim
penangkapan ikan akan berlangsung.
Rumpon yang ada dilokasi penelitian umumnya relatif sama dengan rumpon
yang ada di daerah lain di Indonesia. Di Ternate Provinsi Maluku Utara
berdasarkan hasil penelitian Kamran (2006), rumpon terdiri dari tiga komponen
utama yaitu; rakit bambu dengan ukuran panjang (L) 6,0 m, lebar 4,0 m, dan
tinggi 0,70 m; tali temali dari bahan PE; dan atraktor dari daun kelapa sebanyak
12 pelepah direndam pada kedalaman 15 m didalam laut dan jangkar dari bahan
drum cor. Selanjutnya Subani (1986), menyatakan bahwa rumpon terdiri dari tiga
komponen utama yaitu pemikat ikan (atraktor), jangkar, dan pelampung. Panjang
tali jangkar (tali utama) yang digunakan pada rumpon di Desa Sathean berkisar
1,5 – 2,0 kali kedalaman laut tempat rumpon tersebut dilabuhkan. Menurut Subani
(1986), panjang tali jangkar (tali utama) bervariasi, tetapi pada umumnya adalah
1,5 kali kedalaman laut tempat rumpon tersebut dipasang. Panjang tali jangkar
(tali utama) 1,5 kali untuk mengantisipasi agar rumpon tidak mudah putus.
Nelayan purse seine mini Kabupaten Maluku Tenggara menentukan
daerah penangkapan ikan mengikuti angin moonsun, seperti umumnya dilakukan
oleh nelayan-nelayan di berbagai tempat di Indonesia. Menurut Nontji (2002), di
perairan Indonesia terdapat 2 (dua) kali angin musim sedangkan diantara dua
musim tersebut terdapat juga musim peralihan yaitu musim peralihan Barat-Timur
dan musim peralihan Timur-Barat. Perilaku adaptasi ini wajar dilakukan karena
nelayan selalu berusaha mencari tempat yang banyak ikan dan aman untuk
keselamatan dirinya, yaitu terhindar dari gelombang besar yang biasanya
ditimbulkan oleh angin yang bertiup kencang. Jika angin timur bertiup kencang
maka nelayan akan beroperasi di perairan sebelah barat pulau-pulau. Sebaliknya,
jika angin barat bertiup kencang maka nelayan akan beroperasi di perairan sebelah
timur pulau-pulau. Pola seperti ini juga dijumpai pada perikanan bagan rambo di
selat Makasar - Sulawesi Selatan (Syafiudin, 1991). Pola musiman daerah
penangkapan ikan tersebut berkaitan erat dengan pola angin moonsun.
untuk menjaga kelayakan usaha dari unit-unit penangkapan ikan yang ada,
mencegah terjadinya kerugian kolektif karena terlalu banyak modal dikerahkan
namun tidak menambah manfaat. Upaya-upaya ini dilakukan agar
mengkuantifikasi usaha perikanan purse seine mini yang nantinya dapat
meningkatkan produksi hasil tangkapan serta kesejahteraan nelayan pada sektor
perikanan dan memberikan kontibusi bagi pembangunan daerah di Kabupaten
Maluku Tenggara.
6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu yang terbatas, yaitu selama
tiga bulan, mulai dari bulan Juli hingga bulan September 2010 (Musim Timur).
Disarankan adanya penelitian lanjutan pada musim yang berbeda dengan tujuan
diantaranya untuk membandingkan komposisi jenis dan ukuran ikan serta dapat
melihat kondisi daerah penangkapan ikan.
DAFTAR PUSTAKA
Anhar. 1993 Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Lama Setting Penangkapan IKan
Purse Seine Mini di Indramayu. Tesis (Tidak dipublikasikan). Bogor : Sekolah
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 78 hal.
Asikin T, 1985. Petunjuk Teknis Usaha Perikanan Payaos. INFIS Manual Series No.
Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta. Halaman 16-18.
Atmaja Suherman Banon, 2002. Dinamika Perikanan Purse Seine di Laut Jawa dan
Sekitarnya. Tesis (Tidak dipublikasikan). Bogor : Sekolah Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor. 63 hal
Ayodhyoa, A.U., 1981. Metode Penangkapan Ikan. Bogor : Yayasan Dewi Sri. 81
hal.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Maluku Tenggara. 2008. Maluku Tenggara Dalam
Angka. 240 hal.
Badan Litbang Pertanian. 1992. Pedoman Teknis Peningkatan Produksi dan Efisiensi
Penangkapan Ikan Pelagis Melalui Penerapan Teknologi Rumpon. Jakarta. 87
hal.
Balai Penelitian Perikanan Laut.,1992. Ikan-ikan Laut Ekonomis Penting Indonesia. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Departemen Pertanian Republik Indonesia. Jakarta. 170 hal.
Barus H. R, Badrudin, N, Naamin., 1991. Potensi Sumberdaya Perikanan Laut dan Strategi
Pemanfaatannya Bagi Pengembangan Perikanan yang Berkelanjutan. Prosiding
Forum II Perikanan Sukabumi, 18 – 21 Juni 1991. Jakarta : Pusat Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. 165-180 hal.
Baskoro, M.S, 2002. Metode Penangkapan Ikan. Diktat Pengajaran Kuliah Jurusan
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor. 54 hal.
Brandt, A. von. 1984. Fish Catching Methods of The World. 3rd Edition. Stratford-upon-
Avon : Warwickshire: Avon Litho Ltd. 418 pp.
Chodriyah, U. 2009. Dinamika Perikanan Purse seine yang Berbasis di PPN Pekalongan
Jawa Tengah. Tesis (Tidak dipublikasikan). Bogor : Sekolah Pascasarjana. Institut
Pertanian Bogor. 67 hal.
DKP Kabupaten Maluku Tenggara. 2009. Buku Tahunan Statistik Perikanan Kabupaten
Maluku Tenggara, 101 hal.
(FAO) Food Agriculture Organiszation. 1984. Species Identification Sheets for fishery
Purposes. http://www.fao.org/fishery/species/3109/en [20 Juni 2011].
Fridman, A. L, 1986. Calculations for Fishing Gear Design (ed. By Carrothers, P.J.G)
FAO Fishing Manuals, Fishing News Books. Ltd. P 183 – 203. Fyson, J., 1985.
Design of Small Fishing Vessel. London : FAO Fishing. News Books. Ltd. P 183 –
203.
Ghaffar, 2006. Optimasi Pengembangan Usaha Perikanan Mini Purse Seine di Kabupaten
Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan. Tesis (Tidak Dipublikasikan). Bogor :
Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 83 hal.
Gulland J A, 1983. Fsh Stock Assessment Manual of Basic Methods. Rome : Food and
Agricultural Organization of The United Nations. 233 p.
Hajatudin, 2008. Karakteristik Upaya Penangkapan Purse Seine Mini (Soma Pajeko)
di Kota Tidore Kepulauan. Tesis (Tidak dipublikasikan). Bogor : Sekolah
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 76 hal
Harahap, 2006. Optimasi Perikanan Purse Seine di Perairan Laut Sibolga. Tesis
(Tidak dipublikasikan). Bogor : Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian
Bogor. 67 hal
79
Karman, 2008. Pengembangan Perikanan Mini Purse Seine (soma pajeko) Berbasis
Rumpon di Sekitar Pulau Mayau, Kota Ternate Provinsi Maluku Utara. Tesis
(Tidak dipublikasikan). Bogor : Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 96
hal.
Lutfiah, 2004. Manajemen Operasi Produksi Unit Penangkapan Mini Purse Seine di Kota
Probolinggo Jawa Timur. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Program Studi
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan.Institut Pertanian Bogor. 47 hal.
Mahdi MR., 2005. Pengembangan Perikanan Pukat Cincin di Lampulo Kota Banda Aceh
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Tesis (Tidak dipublikasikan). Bogor :
Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 96 hal.
Marasut, 2005. Analisis Karakteristik Teknis Kapal Pukat Cincin (Small Purse Seiner)
Pada Beberapa Daerah di SULUT dengan Aplikasi Komputer. Skripsi (Tidak
Dipublikasikan). Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Sam Ratulangi Manado. 63
hal.
Mathews CP, Monintja DR, Naamin N. 1996. Studies of Indonesian Tuna Fisheries:
Part 2. Change in Yellowfin abundance in the Gulf of Tomini and North
Sulawesi. In: Shomura, R.S., J. Majkowski and R.F. Herman (Eds). Scientific
Papers from the Second FAO Expert Consultation on Interactions of Pasific
Tuna Fisheries, 23-31 January 1995, Shimizu. Japan. 298 - 305 p.
Murniyati, A.S. 2004. 100 Ikan Laut Ekonomis Penting di Indonesia. : Jakarta. Pusdiklat
Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan.
Nahumury JR, 2001. Analisis Pengaruh Waktu Pemancingan dan Periode Bulan
Terhadap Jenis dan Komposisi Hasil Tangkapan Handline di Sekitar Rumpon
Teluk Tomini. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Fakultas Perikanan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 72 hal.
Namsa D, 2006. Analisis Pengembangan Perikanan Soma Pajeko (Mini Purse Seine) di
Perairan Tidore. Tesis (Tidak dipublikasikan). Bogor : Sekolah Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor. 78 hal.
Nontji A., 1993. Laut Nusantar. Penerbit Djambatan. Jakarta. 367 hal.
Nugroho, D. 2006. Kondisis Trend Biomassa Ikan Layang (Decapterus spp.) di Laut
Jawa dan Sekitarnya. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Volume 12 – 1.
Pusat Riset Perikanan Tangkap. Jakarta. 167 – 174 hal.
Nurhakim S, Boely T and Potier M. 1988. Study on The Big Purse Seiner Fishery in
The Java sea III. The Fishing Method. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 39
Tahun 1987.
Paxton, J.R., D.F. Hoese, G.R. Allen and J.E. Hanley. 1989. (Ref. 7300).
www.fishbase.org [20 Juni 2011].
81
Potier M, Petitgas P, Petit D. 1997, International between fish and fishing vessels in
the Javanese purse seine mini Fishery. Aquat. Living Resour. 10, 149-156.
Potier, M and B. Sadhotomo., 1995. Exploitation of the Large and Medium Seiners
Fisheries. In : Potier and Nurhakim (Eds).: Biology, Dinamic and Exploitation
(BIODYNEX). AARD/ORSTOM. 195 – 214.
Saanin H. 1984. taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid 1 dan 2. Bina Cipta,
Bogor. 508 hal.
Simbolon DF, 2004. Suatu Studi Tentang Potensi Pengembangan Sumberdaya Ikan
Cakalang dan Teknologi Penangkapan yang Ramah Lingkungan. Buletin PSP
Volume XIII – 1. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. 48 – 67 hal.
Sondita MFA, 1986. Studi Tentang Peranan Pemikat Ikan dalam Operasi Mini purse
seine Milik PT. Tirta Raya Mina (Persero). Pekalongan. Skripsi (Tidak
Dipublikasikan). Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 78 hal.
Subani W, 1972. Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia. Jilid 1. Lembaga
Penelitian Perikanan Laut. Jakarta. Hal 85-104.
Subani, W, Barus, H.R. 1989. Alat Penangkap Ikan Dan Udang Laut Di Indonesia
(Fishing Gears for marine Fish and Shrimp in Indonesia). No.50 Tahun
1988/1989. Edisi Khusus. Jumal Penelitian Perikanan Laut. Jakarta : Balai
Penelitian Perikanan Laut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Departemen Pertanian. 248 hal.
Sudibyo, 1998. Studi Tentang Pengaruh Berbagai Faktor Input Terhadap Hasil
Tangkapan Mini purse seine di Pekalongan. Tesis (Tidak dipublikasikan).
Program Pasca Sarjana IPB. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 60 hal.
Sudirman, 2003. Analisis Tingkah Laku Ikan Untuk Mewujudkan Teknologi Ramah
Lingkungan Dalam Proses Penangkapan Pada Bagan Rambo. Disertasi (Tidak
dipublikasikan). Bogor : Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 307 hal.
Sugiarta, 1992 Model Optimasi Teknis Unit Penangkapan Mini purse seine di
Pengabengan Kabupaten Jembrana Bali, Skripsi (Tidak dipublikasikan) Fakultas
Perikanan, Bogor : Institut Pertanian Bogor, 90 hal.
Suherman, 2002 Karakteristik Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil di Laut Cina Selatan dan
Perkembangan Eksploitasinya. Buletin PSP Volume X No. 1 April 2001,
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Bogor : Institut Pertanian Bogor. 14 hal.
Syafiudin, 1991 Studi Mengenai Perikanan Bagan Rambo di Perairan Barru Selat
Makasar Sulawesi Selatan Pusat Lembaga Penelitian, Universitas Hasanudin,
40 hal.
Tim Rencana Tata Ruang Laut, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku 2006
Usman, H dan Akbar, P.S, 1998, Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : Cetakan ke
2, Bumi Aksara, 110 hal
Walpole, R.E, 1995. Pengantar Statistika. Jakarta, : Gramedia Pustaka Utama, : 515 hal.
Widodo, 1988. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Yogjakarta Gajah Mada Press.
252 hal.
Zainuddin, 1994 Pengkajian Upaya Penangkapan Purse Seine dan Produk Ikan
Kembung di Perairan Kabupaten Barru-Sulawesi Selatan. Skripsi (Tidak
dipublikasikan). Fakultas Perikanan, Bogor : Institut Pertanian Bogor, 82 hal
Persiapan
Menuju DPI
Setting
Hauling
Lampiran 7 Hasil uji lanjut BNT ke 3 kapal purse seine mini terhadap trip hasil
tangkapan.
SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
Kel. Virus 400 M 14 18766 1340,429 184395
Kel. Mujur 350 M 14 15502 1107,286 106477,1
Kel. Dewo 300 M 14 13871 990,7857 118079,4
ANOVA
Source of Variation SS df MS F hit P-value F tab
Between Groups 887497,2 2 443748,6 3,255265 0,049269 3,238096
Within Groups 5316371 39 136317,2
Total 6203868 41
Multiple Comparisons
Hasil_Tangkapan_LSD
Lampiran 8 Hasil uji lanjut BNT lama pelingkaran.jaring terhadap ukuran jaring
ke 3 kapal purse seine mini
SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
Panjang 400 m 14 174 12,42857 1,956044
Panjang 350 m 14 140 10 1,692308
Panjang 300 m 14 120 8,571429 1,494505
ANOVA
Source of Variation SS df MS F hit P-value F tab
Between Groups 106,4762 2 53,2381 31,05556 8,55E-09 3,238096
Within Groups 66,85714 39 1,714286
Total 173,3333 41
Multiple Comparisons
Waktu_Pelingkaran LSD