Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),

Volume 2, Nomor 3, Maret 2014


Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Analisis Manfaat Kaki Palsu (Prothesa) Terhadap Aktivitas Fisik Pada Kaum Difabel
(Tuna Daksa) Di Paguyuban Penyandang Cacat Jasmani Dan Wirausaha

Raden Adhi Warsyah*), Ida Wahyuni**), Baju Widjasena**)


*)
Mahasiswa Bagian Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
**)
Staf Pengajar Bagian Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro

ABSTRACT
Disabled is a disorder or disability that caused disruption the body function, this disorder can be
happen at limb bones, body muscles, or at the joints, both congenital or got by accident or disease.
The using of tools such as prostheses used to support the daily activities of the disabled people so they
can live independently and not depend on others. The aim of this research is to analyze the benefit of
prosthetic limbs with the physical activity of the diffable people in association of physical disabilities
and entrepreneurial. This research used qualitative research by observational approach and
descriptive analytic. The informants of this research were the disabled people who using prothesa in
association of physical disabilities and entrepreneurial. The number of informants in this research is
8 informants. This research was done by in-depth interview and observation. Validity test was done by
triangulation and technique. The result of this research shows that all of the informants have the
motivation in the use of prostheses which is to become rise up so they can fulfilled their daily needs.
All of the informants had known the function of the use of prostheses with the physical activity and
seven of them knew the types of treatment that done to the prostheses. All of the informants can do
physical activities such self-care, mobility but about take the stairs they still need a little to middle
help, depends on the type of amputation. All of informants said that they can do physical activities just
like the normal people but in longer frequency because they need to adjust their balance from the
body movement. It’s recommended for the informants to do treatment towards their prostheses such
as giving oil at the joints, add more rubber at their footware so it won’t be slippery and do cleaning
so the prostheses will keep clean.
Keywords : Disabled, Prosthetic limbs (prostheses), Physical activity

170
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 3, Maret 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

PENDAHULUAN melakukan kegiatan yang membutuhkan


Difabel merupakan pengindonesiaan dari keterampilan motorik.5 Prothesa memudahkan
kependekan istilah different abilities people penderita dalam melakukan aktivitas sehari hari
(orang dengan kemampuan yang berbeda). dan dapat meningkatkan kemandirian bagi
Pemakaian kata difabel dapat dimaksudkan penderita tuna daksa. Seperti kisah sugeng dari
sebagai kata eufemisme, yaitu penggunaan kata mojokerto jawa timur ia seorang difabel
yang memperhalus istilah penyandang cacat. amputasi kaki yang mampu menciptakan kaki
Dengan istilah difabel, masyarakat diajak untuk palsu sendiri, kreatifitas yang dimiliki telah
merekontruksi nilai-nilai sebelumnya yang menginspirasi pemerintah untuk melakukan
semula memandang kondisi cacat atau tidak program seribu kaki palsu dantelah direalisasikan
normal sebagai kekurangan atau selama tahun 2009 dan saat ini dapat beraktivitas
ketidakmampuan menjadi pemahaman terhadap seperti hal nya manusia normal.6
difabel sebagai manusia dengan kondisi fisik Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh
berbeda yang mampu melakukan aktivitas yang dihasilkan oleh otot rangka yang
dengan cara dan pencapaian yang berbeda pula.1 memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik
Undang-Undang No. 4 Tahun 1997 yang tidak ada (kurangnya aktivitas fisik)
mendefinisikan, difabel adalah setiap orang yang merupakan faktor risiko independen untuk
mempunyai kelainan fisik dan atau mental yang penyakit kronis, dan secara keseluruhan
dapat mengganggu atau merupakan rintangan diperkirakan menyebabkan kematian secara
dan hambatan baginya untuk melakukan secara global.7 Aktivitas fisik dapat meliputi berjalan
selayaknya, yang terdiri dari: difabel fisik, kaki, berenang, mencuci, berolahraga,
difabel mental dan difabel fisik dan mental.2 mengangkat atau memikul beban dan kegiatan
Tuna daksa merupakan salah satu bagian lain dalam kehidupan sehari hari. Aktivitas fisik
dari difabel fisik. Tuna daksa yaitu kelainan atau bagi penderita difabel sangat penting hal ini
kecacatan yang menyebabkan terganggunya berhubungan dengan kebugaran fisik dan
fungsi tubuh, kelainan tersebut dapat terjadi pada kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari
anggota gerak bagian tulang, otot tubuh maupun hari.7 Dengan pemakaian Prothesa diharapkan
daerah persendian, baik yang dibawa sejak lahir dapat melakukan aktivitas sehari-hari agar
(congenital) maupun yang diperoleh kemudian difabel tidak bergantung kepada orang lain,
karena penyakit atau kecelakaan, misalnya seperti: perawatan diri, berjalan, mengangkat
kelainan pertumbuhan anggota badan atau beban walaupun berat beban yang diangkat
anggota badan yang tidak sempurna, cacat hanya mencapai 15 kg karena disesuaikan
punggung, amputasi tangan, lengan, kaki dan dengan keseimbangan kaki dan bahan prothesa
lainnya.3 yang digunakan.
Prothesa adalah pengganti buatan bagian Tujuan penelitian ini adalah
tubuh yang hilang yang disebabkan karena Mendeskripsikan karakteristik umur, jenis-jenis,
traumatik, patologik maupun yang didapat sejak frekuensi aktivitas fisik dan hasil kerja sebelum
lahir / kongenital. Keuntungan penggunaan kaki dan sesudah pemakaian kaki palsu serta
palsu adalah tingkat fleksibilitas yang lebih menganalisis motivasi, pengetahuan pada kaum
tinggi dibandingkan dengan alat bantu yang lain difabel (tuna daksa) di paguyuban penyandang
seperti kursi roda dan tongkat.4 Kondisi tuna cacat jasmani dan wirausaha.
daksa dalam mencapai kemandirian lebih sulit
dibanding dengan yang tidak mengalami METODE PENELITIAN
kecacatan fisik. Kondisi sulit yang biasanya Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
dialami oleh tuna daksa dalam mencapai kualitatif. Metode penelitian yang digunakan
kemandirian adalah keterbatasan untuk ialah deskriptif. Penelitian deskriptif digunakan

171
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 3, Maret 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

untuk menggambarkan atau memotret masalah HASIL DAN PEMBAHASAN


analisis manfaat kaki palsu terhadap aktivitas Karakteristik Informan
fisik pada kaum difabel (tuna daksa) di Kelompok informan penelitian adalah
paguyuban penyandang cacat jasmani dan anggota paguyuban penyandang cacat jasmani
wirausaha. Penelitian ini menggunakan dan wirausaha berjumlah 8 orang, sedangkan
pendekatan observasional terhadap aktivitas fisik untuk informan triangulasi pada penelitian ini
yang dilakukan responden saat aktivitas sehari- berjumlah 8 orang, yaitu keluarga dan rekan
hari. Subyek penelitian ini adalah kaum difabel kerja informan, dilihat dari usia informan
yang melakukan aktivitas fisik yang berbeda- penelitian, rentang usianya diantara 24-48 tahun.
beda di paguyuban penyandang cacat jasmani Umur berhubungan langsung dengan fisik, daya
dan wirausaha. pikir maupun produktivitas seseorang.8
Teknik quota sampling, yaitu teknik Satu orang informan berpendidikan sarjana,
pencuplikan non-random dimana peneliti enam dari delapan informan penelitian
membagi populasi ke dalam kategori, lalu berpendidikan SMA, dan satu orang informan
memberikan jatah jumlah subyek untuk masing- berpendidikan SMP. Pendidikan yang dimiliki
masing kategori. Sehingga informan dalam seseoarang akan mempengaruhi kemampuan
penelitian ini diambil 8 orang dari aktivitas yang untuk mencerna informasi-informasi yang
berbeda-beda. Fokus dalam penelitian ini adalah mereka terima sekaligus mempertimbangkan
aktivitas fisik pada kaum difabel dan faktor- apakah informasi tersebt dapat dijadikan dasar
faktor yang menyebabkan perilaku tersebut. bagi perilaku mereka selanjutnya.9
Faktor-faktor tersebut antara lain adalah Analisis Motivasi
karakteristik informan, pengetahuan, motivasi, Wawancara dengan informan didapatkan
ukuran antropometri dan hasil kerja sebelum dan tiga dari delapan responden mengaku yang
sesudah pemakaian kaki palsu. Tahap pertama menyuruh mereka memakai kaki palsu awal
penelitian dimulai dari observasi terhadap mula dijenguk oleh pak sugeng sebagai pembuat
perilaku para kaum difabel dengan menggunakan dan pemakai kaki palsu namun setelah itu
kuesioner functional independence measure saat diberikan motivasi untuk bangkit dan akhir nya
beraktivitas atau bekerja dengan cara mau memakai kaki palsu, dua orang informan
mendokumentasikannya ke dalam foto dan mengaku awal mula memakai kaki palsu karena
video. Tahap kedua dilanjutkan dengan disuruh oleh dokter yang merawat ketika selesai
melakukan wawancara mendalam kepada para di amputasi, dua dari delapan informan mengaku
informan, pada saat wawancara mendalam ini yang menyuruh memakai kaki palsu adalah
juga dilakukan perekaman sehingga dapat orang terdekatnya seperti keluarga, guru dan
digunakan untuk menganalisis ulang oleh teman sedangkan satu dari delapan informan
penulis. Selain melakukan observasi dan berpendapat bahwa diri sendirilah yang
wawancara mendalam juga dilakukan menyuruh memakai kaki palsu namun setelah
pengukuran terhadap tinggi dan lingkar kaki. melihat tayangan di televisi di acara Kick Andy.
Tahap terakhir adalah melakukan wawancara Jika dilihat dari beberapa pernyataan
dengan triangulasi. Triangulasi dilakukan sebagai informan, motivasi mereka dalam menggunakan
validitas data. Triangulasi sumber dilakukan alat bantu seperti kaki palsu adalah karena
kepada keluarga dan rekan kerja informan. adanya pengalaman-pengalaman dari pengguna
Analisis data dalam penelitian kualitatif pada sebelumnya, hal ini sependapat dengan Teori Mc
prinsipnya berproses secara analisa deskripsi. Clelland yaitu motivasi yang ditimbulkan karena
Adapun urutan analisa isi adalah sebagai berikut: adanya interaksi dengan orang lain atau interaksi
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data sosial, bisa juga dikatakan motivasi ini terbentuk
dan menyimpulkan. akibat adanya pengalaman atau hal-hal baru yang

172
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 3, Maret 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

dipelajari. Contohnya yang termasuk motivasi estetika kerja.13 Keseimbangan kaki yang
sekunder adalah motivasi untuk berprestasi, amputasi atas lutut dan bawah lutut pun berbeda
motivasi untuk berafiliasi dan motivasi untuk untuk amputasi bawah lutut titik
berkuasa.10 keseimbangannya berada di Tendon Pattela atau
Analisis Pengetahuan biasa disebut patelar tendon bearing dan untuk
Wawancara kepada seluruh informan amputasi atas lutut titik keseimbangannya berada
terhadap variabel pengetahuan dapat diambil di Tuber Ischiadium os ischiu.12
kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan Analisis Hasil Kerja Sebelum Dan Sesudah
responden tentang kaki palsu sudah baik hal ini Pemakaian Kaki Palsu
terlihat dari fungsi kaki palsu, mengetahui Recall aktivitas harian sebelum dan sesudah
kondisi kaki palsu dan jenis-jenis perawatan apa pemakaian kaki palsu, empat dari delapan orang
yang seharusnya dilakukan, dengan adanya informan berpendapat bahwa setelah diamputasi
pengetahuan yang baik akan terwujud dalam informan tidak melakukan aktifitas sama sekali
sikap yang baik pula dan pada akhirnya akan karena kondisi tubuh masih drop dan belum
terbentuk menjadi tindakan atau praktik yang percaya diri untuk bertemu dengan banyak orang
baik. Seseorang akan lebih mudah melakukan jadi hanya makan dan tidur dirumah, namun
suatu hal ketika dia mengetahui manfaat dari apa setelah pemakaian kaki palsu seluruh informan
yang dia lakukan. Sesuai dengan pendapat mampu beraktivitas layaknya manusia normal
Notoatmojo yang menyatakan bahwa sesuai dengan kondisi dan keterampilan yang
pengetahuan adalah domain yang sangat penting dimiliki.
untuk terbentuknya tindakan atau perilaku. Analisis Hasil Pengukuran Functional
Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih Independence Measure
langgeng jika dibandingkan dengan perilaku Kemampuan kemandirian pada tuna daksa
yang tidak didasari oleh pengetahuan.11 dinilai melalui kemampuan untuk melakukan
Analisis Ukuran Antropometri aktivitas perawatan diri dan mobilitas yaitu
Pada perbandingan ukuran antropometri makan, berhias, memakai pakaian bagian atas
antara kaki normal dan kaki palsu dari hasil dan bawah serta berjalan dan naik tangga. Hasil
pengukuran diketahui bahwa ukuran kaki palsu kemandirian dalam penelitian ini menunjukan
yang digunakan memiliki ukuran lebih kecil pada orang tuna daksa setelah menggunakan kaki
dibanding ukuran kaki normal pada bagian yang palsu mampu melakukan aktivitas perawatan diri
diamputasi nya seperti ukuran lingkar paha tanpa bantuan namun seluruh informan tidak
(untuk amputasi diatas lutut) dan ukuran lingkar dapat memakai kaki palsu ketika mandi karena
betis untuk amputasi dibawah lutut. pada saat mandi seluruh informan tidak memakai
Hal ini disebabkan karena tidak adanya kaki palsu hal ini karena bahan kaki palsu yang
latihan pada puntung otot-otot kaki seperti mengandung besi pada pegas, jika pada saat
latihan muscle pumping exercise untuk mandi menggunakan kaki palsu maka akan
mengkontraksikan otot-otot di puntung dengan menyebabkan korosi pada besi yang melekat
pasif atau dengan bantuan alat transcutaneous dibagian kaki palsu. Sedangkan untuk mobilitas
nerve stimulation untuk gerakan aktif dengan seperti berjalan dengan menggunakan kaki palsu
usaha pasien sendiri.12 Untuk panjang kaki palsu seseorang tidak membutuhkan bantuan dari
disesuaikan dengan panjang ukuran kaki normal. anggota keluarganya hanya saja ketika menaiki
Setiap desain produk, baik produk sederhana tangga, seorang informan yang menggunakan
maupun produk yang sangat komplek harus kaki palsu dibawah lutut masih bisa jika ingin
selalu berpedoman kepada ukuran antropometri naik tangga namun masih harus memperhatikan
pemakainya dengan harapan dapat menciptakan keseimbangan dari tubuh dan memperoleh
kenyamanan, kesehatan, keselamatan dan bantuan ringan seperti berpegangan pada tangga,

173
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 3, Maret 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

seorang informan yang amputasi atas lutut jika tujuh informan mengetahui jenis-jenis
ingin naik tangga informan tersebut mendapat perawatan yang dilakukan untuk kaki palsu.
bantuan sedang seperti satu tangan memegang 4. Seluruh informan dapat melakukan aktivitas
tongkat dan tangan yang lainnya memegang fisik seperti perawatan diri dan mobilitas
pegangan tangga, namun informan yang yaitu makan, berhias,memakai pakaian
memakai kaki palsu pada kedua kakinya jika bagian atas dan bawah serta berjalan secara
ingin menaiki anak tangga harus dibantu oleh mandiri namun aktivitas naik tangga masih
anggota keluarganya. Pada penelitian ini memerlukan bantuan ringan hingga sedang
mengamati kemampuan perawatan diri pada tergantung dengan jenis amputasinya dan
orang disabilitas usia 24-48 tahun dalam seluruh informan menyatakan bahwa dapat
penelitian ini terkategorikan mempunyai melakukan aktivitas fisik namun
kemampuan perawatan diri yang baik frekuensinya lebih lambat karena
berdasarkan area kegiatan perawatan diri yang menyesuaikan keseimbangan dari gerak
dapat dilakukan oleh seseorang disabilitas tubuh.
sehingga dapat disimpulkan bahwa informan 5. Seluruh informan menyatakan setelah
sudah mempunyai kemampuan untuk merawat memakai kaki palsu hasil kerja lebih
dirinya sendiri dengan baik namun jika ingin meningkat karena dapat melakukan aktivitas
menaiki anak tangga masih perlu bantuan ringan fisik namun belum optimal.
hingga sedang tergantung jenis amputasinya. Saran
Bagi Kaum Difabel
KESIMPULAN 1. Bagi kaum difabel yang belum
Difabel adalah orang dengan kemampuan menggunakan kaki palsu sebaiknya
berbeda dan tuna daksa salah satu bagian dari menggunakan kaki palsu, karena dengan
difabel fisik. Keuntungan penggunaan prothesa menggunakan kaki palsu dapat melakukan
adalah tingkat fleksibilitas yang tinggi dibanding aktivitas sehari-hari karena tingkat
dengan kursi roda maupun tongkat. Berdasarkan fleksibilitas kaki palsu lebih tinggi
hasil wawancara dan observasi pada kaum dibanding menggunakan tongkat maupun
difabel di paguyuban penyandang cacat jasmani kursi roda.
dan wirausaha, dapat ditarik kesimpulan sebagai 2. Bagi kaum difabel yang sudah
berikut: menggunakan kaki palsu sebaiknya setiap 1
1. Kelompok informan penelitian adalah minggu dilakukan perawatan seperti
anggota paguyuban penyandang cacat memberikan oli pada engsel, menambah
jasmani dan wirausaha berjumlah 8 karet pada alas kaki agar tidak licin dan
orang,dilihat dari usia informan penelitian, dilakukan pembersihan agar kondisi kaki
rentang usianya diantara 24-48 tahun. Umur palsu tetap bersih.
berhubungan langsung dengan fisik, daya Bagi Pemerintah
pikir maupun produktivitas seseorang. Daerah atau pembuat kebijakan membuat
2. Seluruh informan memiliki motivasi dalam lapangan pekerjaan untuk para kaum difabel
penggunaan kaki palsu yaitu agar bisa (tuna daksa) sesuai dengan tingkat kecacatan
bangkit untuk mencukupi kebutuhan sehari- agar tidak adanya diskriminasi.
hari agar tidak bergantung kepada orang Bagi Peneliti Selanjutnya
lain. Dapat meneruskan penelitian ini dengan
3. Seluruh informan mengetahui pengetahuan meneliti lebih lanjut tentang analisis ukuran
tentang fungsi pemakaian kaki palsu antropometri pada kaki palsu, pengeluaran energi
terhadap aktivitas fisik yang dilakukan, akibat pemakaian kaki palsu.

174
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 3, Maret 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

DAFTAR PUSTAKA ah_lutut.pdf, diakses tanggal 21 Oktober


1. Nasirin. Kebermaknaan Hidup Difabel. 2013).
Skripsi Fakultas Dakwah Universitas Negeri 13. Sanders, MJ. Ergonomics and The
Sunan Kalijaga. Yogyakarta: 2010. Management of Musculoskeletal Disorders,
2. Undang-Undang Negaran Republik Second Edition. Amsterdam: Elsevier. 2004.
Indonesia No. 4 Tahun 1997 tentang
Penyandang Cacat.
3. Effendi. Pengantar Psikopedagogik Anak
Berkelainan. Jakarta. Bumi aksara. 2006.
4. Ibnu, R. Rancang Bangun Kaki Palsu. LIPI.
2003.
5. Kusumawardani, Arifah. Hubungan
kemandirian dengan Adversity Intelligence
Pada Remaja Tuna Daksa di SLB-D YPAV
Surakarta. Proceeding Konferensi Nasional
II Ikatan Psikologi Klinis-Himpsi ISBN:
978-979-21-2845-1.
6. Berbagi Dalam Keterbatasan. 2009.
(Online), (http://www.kickandy.com,
diakses tanggal 1 Oktober 2013).
7. WHO. Definition of Physical Activity.
(Online),
(http://www.who.int/dietphysicalactivity/pa/
en/index.html, diakses tanggal 29
September 2013).
8. Notoatmodjo, Soekidjo. Pengantar
Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan. Yogyakarta : Andi Offset, 2003.
9. Anizar. Teknik Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Yogyakarta: PT Graha Ilmu. 2009.
10. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rinekacipta.
2007.
11. Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rinekacipta. 2010.
12. Vitriana. Rehabilitasi Pasien Amputasi
Bawah Lutut dengan Menggunakan
Immediate Post Operative Prosthetic.
(Online),
(http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploa
ds/2009/05/rebilitasi_pasien_amputasi_baw

175

You might also like