Pembaharuan Hukum Perjanjian Perkawinan Dan Akibat Hukumnya Terhadap Harta Dalam Perkawinan

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

[Jurnal Hukum

JATISWARA] [Vol. 33 No. 3 November 2018]

PEMBAHARUAN HUKUM PERJANJIAN PERKAWINAN


DAN AKIBAT HUKUMNYA TERHADAP HARTA DALAM
PERKAWINAN
Rilda Murniati
Bagian Hukum Keperdataan
Fakultas Hukum Universitas Lampung
Email: rilda_murniati@ymail.com

ABSTRACT
Every marriage will give birth the union of assets that can be obtained by husband and wife
during the marriage if not excluded by the marriage agreement. However, the Marriage
Law explicitly and clearly stipulates that the marriage agreement must be made before the
marriage takes place or at the time the marriage takes place. This is the reason for the
birth of a material test suit against the provisions of the Marriage Law contained in the
Decision of the Constitutional Court No. 69 / PUU-XII / 2015. This decision forms the basis
and legal basis for new arrangements as a source of legal renewal on the procedures for
marriage agreements and their legal consequences for joint assets acquired in marriage.
The born of legal renewal is the marriage agreement that can be made any time during
the marriage in the form of an authentic deed at the notary and can be retroactive from
the date the marriage takes place as long as the husband and wife agree and bind as a law
to the parties. For this reason, the legal consequences of the legal status of joint assets
acquired during marriage are the personal property of each husband and wife and their
contents are binding on third parties as long as the third party has an interest.
Key Words: marriage agreement, joint assets, constitutional court ruling No.69/PPU-
XII/2015

A. PENDAHULUAN Harta kekayaan memiliki arti penting


dalam perkawinan karena merupakan wujud
Perkawinan menurut Hukum Islam yang
nyata dari hasil kerja keras rumah tangga
disebut dengan nikah, yaitu asas hidup yang
sebagai modal kelangsungan hidup keluarga
paling utama dalam pergaulan atau embrio
atau rumah tangga yang diperoleh suami
bangunan masyarakat yang sempurna.
dan istri disebut harta perkawinan. Namun,
Pernikahan itu bukan saja merupakan satu
kadang-kadang sebelum melangsungkan
jalan yang amat mulia untuk mengatur
perkawinan pasangan suami istri membawa
kehidupan rumah tangga dan keturunan,
harta yang diperoleh sebelum melangsungkan
melainkan dapat dipandang sebagai suatu
perkawinan yang disebut dengan harta
jalan menuju pintu perkenalan antara suatu
bawaan. Pasal 35 UU Perkawinan mengatur
kaum dengan kaum lain, dan perkenalan
tentang harta dalam perkawinan, yang
itu akan menjadi jalan interelasi antara satu
dibedakan menjadi tiga macam. Pertama,
kaum dan yang lain.1 Untuk itu, perkawinan
harta bersama yang diperoleh suami dan
menjadi hal teramat penting bagi manusia
istri selama dalam perkawinan, Kedua, harta
sebagai perwujudan ketaatan hukum dalam
bawaan yang dibawa oleh masing-masing
kelanggengan interaksi antarmanusia dengan
suami dan istri ketika terjadi perkawinan.
membentuk rumah tangga atau keluarga.
Ketiga, harta perolehan yang diperoleh

1
Dedi Ismatllah.(2011). Hukum Perdata Islam Indone-
sia, Bandung: Pustaka Setia, hlm.32

DOI : https://doi.org/10.29303/jatiswara.v33i3.184
[Jurnal Hukum
JATISWARA] [Vol. 33 No. 3 November 2018]

masing-masing suami dan istri sebagai Indonesia tetapi melangsungkan perkawinan


warisan atau hadiah.2 dengan warga negara asing maka harus
UU Perkawinan mengatur status dan membuat perjanjian perkawinan terlebih
kedudukan hukum atas harta perkawinan dahulu sebelum berlangsungnya perkawinan
yaitu bahwa terhadap harta bersama adalah atau pada saat berlangsungnya perkawinan
berstatus hak milik suami istri dan masing- sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
masing suami dan istri memiliki kedudukan Perkawinan.
hukum yang sama atas harta bersama Pada khususnya, PP No.103 Tahun 2015
perkawinan tersebut. Sedangkan harta menentukan bahwa WNI yang melakukan
bawaan dan harta perolehan adalah hak perkawinan campuran dengan WNA dapat
masing-masing dari setiap suami dan istri memiliki hak atas tanah dengan WNI lainnya
yang dilindungi undang-undang. Namun jika apabila bukan merupakan harta bersama wajib
suami istri menentukan lain yang berbeda dibuktikan dengan perjanjian pemisahan harta
dengan ketentuan UU Perkawinan maka status antara suami istri, yang dibuat dengan akta
dan kedudukan hukum harta tersebut dapat notaris. Dengan pengaturan ini menjadikan
ditentukan dalam perjanjian perkawinan. masalah dalam hal WNI yang tidak membuat
Pengaturan perjanjian perkawinan perjanjian perkawinan sebelum atau pada
dalam UU Perkawinan dalam praktik saat perkawinan dan WNI tersebut sudah
perkembangannya menimbulkan masalah melakukan perkawinan campuran dengan
dalam hal calon suami dan calon istri tidak WNA maka tidak serta merta dapat memiliki
mengetahui atau tidak mempersiapkannya hak atas tanah yang sama dengan WNI
terlebih dahulu sebelum perkawinan lainnya, antara lain hak-hak sebagai berikut:
berlangsung atau pada saat perkawinan Hak Milik, Hak Guna Bangunan, dan Hak
dilangsungkan. Dalam hal perjanjian Guna Usaha.
perkawinan dibuat dikemudian hari setelah Permasalahan hak atas kepemilikan
berlangsungnya perkawinan maka berakibat tanah yang dihadapi oleh WNI yang
hukum perjanjian kawin tersebut tidak sah melangsungkan perkawinan dengan WNA
atau batal menurut hukum. menjadikan alasan dan pertimbangan hukum
Perjanjian perkawinan yang diatur diajukan permohonan yudicial review ke
dalam UU Perkawinan menjadi masalah Mahkamah Konstitusi RI untuk melakukan
kemudian hari dalam jika terjadi perkawinan uji materi terhadap ketentuan mengenai
campuran (antara istri atau suami warga perjanjian perkawinan dalam Pasal 29 Ayat
negara Indonesia dengan istri atau suami (1), (2),(3), (4) UU No.1 Tahun 1974 yang
warga negara asing). Perkawinan campuran antara lain secara khusus mengatur bahwa
dibolehkan dalam hukum Indonesia antara perjanjian perkawinan wajib dibuat sebelum
warga negara Indonesia dan warga negara di muka Notaris atau pada saat perkawinan
asing tetapi menjadi masalah terkait adanya berlangsung di muka Pejabat Perkawinan.
ketentuan hukum Indonesia yaitu Peraturan Pada tanggal 27 Oktober 2016, Mahkamah
Pemerintah Nomor 103 Tahun 2015 tentang Konstitusi mengeluarkan Putusan Nomor
Kepemilikan Rumah Tempat Tinggal atau 69/PUU-XII/2015 yang pada pokoknya
Hunian oleh Orang Asing yang berkedudukan mengabulkan permohonan uji materi terhadap
di Indonesia (PP No.103 Tahun 2015), ketentuan tersebut.
yang merupakan peraturan pengganti dari Berdasarkan uraian permasalahan di atas,
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1996. maka penelitian ini akan mengkaji tentang
Peraturan Pemerintah ini menjadi dasar ketentuan hukum perjanjian perkawinan
hukum atas kepemilikan rumah bagi orang pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
69/PPU-XIII/2015 dan akibatnya terhadap
2
Abdulkadir Muhammad.(2014). Hukum Perdata Indo- status harta dalam perkawinan dengan judul:
nesia, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, hlm.109

368 Ridla Murniati | Pembaharuan Hukum Perjanjian Perkawinan....


[Jurnal Hukum
JATISWARA] [Vol. 33 No. 3 November 2018]

“Pembaharuan Hukum Perjanjian Perkawinan terdiri dari perundang-undangan dan buku


dan Akibat Hukumnya terhadap Harta dalam karya tulis bidang hukum, sedangkan studi
Perkawinan”. dokumen yang dimaksud adalah putusan pen-
B. METODE PENELITIAN
gadilan (yurisprudensi).6 Data yang sudah
terkumpul kemudian diolah. Pengolahan data
Jenis penelitian yang digunakan adalah umumnya dilakukan dengan cara:7
penelitian hukum normatif (normative law 1. Pemeriksaan data (editing)
research) yaitu penelitian hukum yang Pemeriksaan data yaitu proses meneliti
mengkaji hukum tertulis dari berbagai kembali data yang diperoleh dari berbagai
aspek, yaitu aspek teori, sejarah, filosofi, kepustakaan yang ada, menelaah isi putusan
perbandingan, struktur dan komposisi, lingkup Mahkamah Konstitusi Nomor 69/PUU/
dan materi, konsistensi, penjelasan umum XII/2015. .Hal tersebut dilakukan untuk
pasal demi pasal, formalitas dan kekuatan mengetahui apakah data yang terkumpul
mengikat suatu undang-undang, yang dapat sudah cukup lengkap, sudah benar dan sudah
dijadikan acuan dalam penerapan hukum sesuai dengan masalah.
atau implementasinya.3 Tipe penelitian yang 2. Penandaan data (coding)
digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu Pemberian tanda pada data yang sudah
penelitian yang bertujuan untuk memperoleh diperoleh, baik berupa penomoran ataupun
pemaparan (deskripsi) secara lengkap, penggunaan tanda atau simbol atau kata
rinci, jelas, dan sistematis tentang beberapa tertentu yang menunjukkan golongan/
aspek yang diteliti berdasarkan peraturan kelompok/klasifikasi data menurut jenis
perundang-undangan dan putusan lembaga dan sumbernya, dengan tujuan untuk
peradilan sebagai dasar kajian penelitian.4 menyajikan data secara sempurna,
Pendekatan masalah dilakukan dengan memudahkan rekonstruksi serta analisis
metode normatif-terapan (applied law data.
approach). Dengan tipe judicial case 3. Sistematisasai data (sistematizing)
study yaitu pendekatan studi kasus pada Kegiatan menabulasi secara sistematis
peristiwa hukum tertentu melalui proses data yang sudah diedit dan diberi tanda itu
pengadilan melalui putusannya.5 Studi kasus dalam bentuk table-tabel yang berisi angka-
putusan dalam penelitian ini adalah putusan angka dan presentase bila data itu kuantitatif,
Mahkamah Konstitusi Nomor 69/PUU- mengelompokkan secara sistematis data
XII/2015. yangsudahdieditdandiberitandaitumenurut
Data yang digunakan bersumber dari data klasifikasi data dan urutan masalah bila data
kepustakaan dan studi dokumen sebagai data itu kualitatif.8
sekunder. Data sekunder adalah data yang Data yang telah diperoleh kemudian
diperoleh melalui bahan pustaka, dengan cara diklasifikasikan menurut pokok bahasan
mengumpulkan dari berbagai sumber bacaan masing-masing, maka selanjutnya dilakukan
yang berhubungan dengan masalah yang analisis data. Analisis data bertujuan untuk
diteliti. Data sekunder terdiri dari: bahan menginterprestasikan data yang sudah disusun
hukum primer berupa peraturan perundang- secara sistematis yaitu dengan memberikan
undang dan putusan pengadilan, bahan penjelasan. Analisis data yang digunakan
hukum sekunder dan bahan hukum tersier. dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif,
Pengumpulan data dilakukan melalui keg- yaitu menguraikan data secara bermutu
iatan studi pustaka dan studi dokumen, dan dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun,
studi catatan hukum. Pustaka yang dimaksud logis, tidak tumpang tindih, dan efektif,
3
Abdulkadir Muhammad.(2014). Hukum dan Penelitian
Hukum, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, hlm. 120. 6
Ibid., hlm. 125.
4
Ibid., hlm.115. 7
Ibid., hlm. 126.
5
Ibid., hlm. 149. 8
Zainudin Ali, Op.cit., hlm. 90-91.

Pembaharuan Hukum Perjanjian Perkawinan.... | Ridla Murniati 369


[Jurnal Hukum
JATISWARA] [Vol. 33 No. 3 November 2018]

sehingga memudahkan interpretasi data dan b. Perjanjian tersebut tidak dapat disahkan
pemahaman hasil analisis.9 bilamana melanggar batas-batas hukum,
C. PEMBAHASAN agama dan kesusilaan.
c. Perjanjian tersebut mulai berlaku sejak
Status Hukum Perjanjian Perkawinan perkawinan dilangsungkan.
dalam UU Perkawinan dan Akibat Huk- d. Selama perkawinan berlangsung perjanjian
umnya terhadap Harta dalam Perkawinan tersebut tidak dapat dirubah, kecuali kedua
belah pihak ada persetujuan untuk merubah
1. Perjanjian Perkawinan Berdasarkan UU danperubahantidakmerugikanpihakketiga.
Perkawinan Kajian perjanjian perkawinan sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 29 tersebut dibuat
Perjanjian perkawinan merupakan
sebelum melangsungkan perkawinan.
tindakan preventif untuk mengantisipasi
Untuk itu, UU Perkawinan secara tegas
terjadinya konflik sebelum melakukan
dan terang menentukan bahwa perjanjian
perkawinan. Perjanjian perkawinan belum
perkawinan harus dibuat sebelum perkawinan
merupakan lembaga hukum yang terbiasa
dilangsungkan tidak ditentukan suatu jangka
dilakukan di masyarakat yang semula hanya
waktu maksimum tertentu yang boleh lewat
merupakan lembaga hukum khusus bagi
antara dibuatnya perjanjian kawin dan
anggota masyarakat Indonesia yang tunduk
perkawinan. Dengan demikian, perkawinan
pada KUH Perdata yang disebut dengan
boleh dilangsungkan bertahun-tahun
istilah perjanjian kawin. Bab V UU No.1
setelah perjanjian kawin telah dibuat tanpa
Tahun 1974 tentang Perkawinan, maupun
mengakibatkan tidak berlakunya perjanjian
dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) secara
perkawinan. Perjanjian perkawinan seperti
jelas telah mengatur masalah perjanjian
hibah-hibah yang diberikan berhubungan
perkawinan.
perkawinan akan gugur apabila tidak diikuti
Perjanjian perkawinan (prenuptial
oleh perkawinan. Perjanjian perkawinan
agreement) secara umum berisi tentang
yang diatur dalam Pasal 29 UU Perkawinan
pengaturan harta kekayaan calon suami
bukan hanya mengatur masalah harta benda
istri. Pada prinsipnya pengertian perjanjian
dan akibat perkawinan saja, juga meliputi
perkawinan itu sama dengan perjanjian pada
hak-hak dan kewajiban yang harus dipenuhi
umumnya, yaitu suatu perjanjian antara
kedua belah pihak sepanjang perjanjian
dua orang calon suami istri untuk mengatur
itu tidak bertentangan dengan batas-batas
harta kekayaan pribadi masing-masing yang
hukum, agama dan kesusilaan.
dibuat menjelang perkawinan, serta disahkan
Martiman Prodjohamidjodjo menyatakan
oleh pegawai pencatat nikah. Pengaturan
bahwa perjanjian perkawinan dalam Pasal 29
perjanjian perkawinan diatur lebih lanjut
UU Perkawinan lebih sempit dari perjanjian
dalam Pasal 29 UU Perkawinan yang
secara umum karena bersumber pada
mengatur:
persetujuan saja dan pada perbuatan yang
a. Pada waktu atau sebelum perkawinan
tidak melawan hukum, tidak termasuk pada
dilangsungkan kedua belah pihak atas
perikatan atau perjanjian yang bersumber
persetujuan bersama dapat mengadakan
pada Undang-undang. Walaupun tidak
perjanjian tertulis yang disahkan Pegawai
terdapat definisi yang jelas tentang perjanjian
Pencatat Perkawinan, setelah mana isinya
perkawinan, namun dapat disimpulkan bahwa
berlaku juga terhadap pihak ketiga,
hubungan hukum tentang harta kekayaan
sepanjang pihak ketiga tersangkut.
antara kedua belah pihak, yang mana satu
pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk
melakukan sesuatu hal, sedangkan dipihak
9
Soerjono Soekanto, 1994, Pengantar Penelitian Hu-
kum, Depok: Universitas Indonesia Press, hlm. 127

370 Ridla Murniati | Pembaharuan Hukum Perjanjian Perkawinan....


[Jurnal Hukum
JATISWARA] [Vol. 33 No. 3 November 2018]

lain berhak menuntut pelaksanaan perjanjian tur lebih lanjut dalam Pasal 35 UU Perkaw-
tersebut.10 inan yang mengatur mengenai lingkup harta
Pengaturan perjanjian perkawinan yang perkawinan diantaranya:
terdapat dalam Undang-undang No. 1 1. Harta benda yang diperoleh selama
Tahun 1974 kurang komprehensif, sehingga perkawinan menjadi harta bersama;
menimbulkan multi interpretasi terutama 2. Harta bawaan dari masing-masing suami
mengenai substansi dari suatu perjanjian dan isteri dan,
perkawinan. Hal ini mengakibatkan para 3. harta benda yang diperoleh masing-masing
pihak mengacu pada ketentuan lain yang sebagai hadiah atau warisan, adalah dibawah
berlaku sebelum Undang-undang No. 1 penguasaan masing-masing sepanjang para
Tahun 1974 melalui celah hukum yakni pihak tidak menentukan lain.
Pasal 66 Undang-undang No 1 Tahun Suami-istri dalam perkawinan dapat
1974 mengatur bahwa untuk perkawinan mengatur harta benda mereka terpisah
dan segala sesuatu berhubungan dengan setelah masuk dalam perkawinan. Dengan
perkawinan berdasarkan atas undang-undang dilakukannya pemisahan harta benda maka
ini, maka dengan berlakunya Undang- konsekuensinya adalah masing-masing pihak
undang ini, ketentuan yang diatur dalam berhak untuk mengurus sendiri harta bendanya
BW (Burgerlijk Wetboek), HOCI (Huwelijks baik yang diperoleh sebelum perkawinan
Ordonantie Christen Indonesiers), GHR dilangsungkan maupun pada saat dan selama
(Regeling op de Gemengde Huwelijken) berkawinan berlangsung. Sedangkan untuk
dan peraturan-peraturan lain yang mengatur membiayai keperluan rumah tangga bisa
tentang perkawinan sejauh telah diatur dalam menjadi beban suami sendiri atau ditanggung
Undang-undang ini dinyatakan tidak berlaku. bersama antara kedua belah pihak. pemisahan
Suatu perjanjian kawin dapat dikatakan harta benda ini dituangkan dalam suatu
dan memiliki kekuatan hukum apabila perjanjian kawin yang secara khusus dibuat
memenuhi unsur sebagai berikut:11 untuk itu.12
a. Atas Persetujuan Bersama Mengadakan Berdasarkan ketentuan tersebut maka suatu
Perjanjian Kawin . perjanjian kawin dapat diatur agar tiap-tiap
b. Suami Istri Cakap Membuat Perjanjian percampuran harta benda menurut Undang-
c. Objek Perjanjian Jelas Undang sama sekali ditiadakan. Dalam hal
d. Tidak Bertentangan dengan Hukum Agama ditiadakannya sama sekali percampuran harta
dan Kesusilaan. benda, maka antara suami istri hanya ada dua
e. Dinyatakan secara Tertulis dan Disahkan macam harta kekayaan saja, yaitu: 13
Pegawai Pencatan Nikah a. Harta kekayaan suami pribadi,
1. Akibat Hukum Perjanjian Perkawinan b. Harta kekayaan istri pribadi.
terhadap Harta Bersama dalam Perkawi- Pasal 164 KUHPerdata mengatur bahwa
nan berdasarkan Hukum Perkawinan apabila dijanjikan suatu persatuan hasil dari
pedapatan, mata tidak akan terjadi persatuan
Perkawinan yang sah akan menimbul- harta kekayaan secara bulat dan persatuan
kan akibat hukum diantaranya terkait dengan untung rugi. Berdasarkan ketentuan tersebut
harta benda dalam perkawinan. Pengaturan maka dapat disimpulkan bahwa Setelah
mengenai harta benda dalam perkawinan dia- adanya perjanjian perkawinan maka harta
benda masing-masing pihak suami istri
10
Martiman Projohamidjojo.(2002). Hukum Perkawinan
di Indonesia, Jakarta: Indonesia Legal Center Publishing,
akan menjadi semakin kuat pula secara
hlm.29. hukum. Masing-masing pihak suami maupun
11
Seftia Azrianti.(2014). Analisa Yuridis Perjanjian Per-
kawinan dan Akibat Hukumnya Bagi Para Pihak Berdasar-
kan Kompilasi Hukum Islam dan Undang-Undang No. 1 12
J,Andy Hartanto , Hukum harta kekayaan perkawinan,
Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Jurnal Petita, Volume 1 cet.ke.II. Laksbang Grafika: Yogyakarta 2012, hlm. 40
No. 2, hlm. 225. 13
Loc.Cit.

Pembaharuan Hukum Perjanjian Perkawinan.... | Ridla Murniati 371


[Jurnal Hukum
JATISWARA] [Vol. 33 No. 3 November 2018]

istri harus mematuhi segala isi perjanjian dengan warga negara asing dilarang untuk
perkawinan tersebut sebab segala hal yang membeli tanah dan atau bangunan dengan
menyangkut pemisahan harta sudah jelas status Hak Guna Bangunan.
dipisahkan, juga terhadap harta-harta lain Pemohon berdasarkan hal tersebut
yang kemudian hari timbul setelah tanggal beranggapan bahwa ketentuan Pasal 21
perjanjian tersebut tetap terpisah satu dengan Ayat (1), Ayat (3) dan Pasal 36 Ayat (1)
yang lainnya, sehingga tidak ada lagi berstatus UU Perkawinan melanggar konstitusi dan
harta bersama. membuat Pemohon sebagai warga Negara
Status Hukum Perjanjian Perkawinan Pas- Indonesia yang sah merasa sangat dirugikan.
ca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor Hak Pemohon untuk dapat menikah dengan
69/PPU-XIII/2015 dan Akibatnya terhadap warga Negara asing tidak bertentangan
Harta Perkawinan dengan hukum bahkan dilakukan telah
sesuai dengan hukum yang berlaku. Selain
1. Alasan Permohonan Judicial Review ter- itu juga merugikan seluruh warga negara
kait Hukum Perkawinan mengenai Per- Indonesia yang kawin dengan warga negara
janjian Perkawinan dalam Hubungan asing lainnya. Selain itu telah banyak pula
dengan Kepemilikan Hak atas Tanah warga negara Indonesia yang menjerit atas
Perkara pengujian Undang- Undang ketidakadilan dan ketidakpastian hukum yang
(judicial review) No. 69/PUU-XII/2015 didiskriminasi oleh berlakunya ketentuan
diawali dari Ike Farida selaku Pemohon yang UUPA dan Pasal 35 Ayat (1) UU Perkawinan.
mengajukan permohonan Judicial Review 2. Pertimbangan Majelis Hakim Konstitusi
mengenai konstitusionalitas Pasal 21 Ayat dalam Mengabulkan Permohonan atas
(1), Ayat (3) dan Pasal 36 Ayat (1) Undang- Hak Kepemilikan terhadap Tanah dalam
Undang No 5 Tahun 1960 (selanjutnya Hubungannnya dengan Yudisial Review
disebut UUPA); serta Pasal 29 Ayat (1), Hukum Perkawinan terkait Perjanjian
Ayat (3), Ayat (4) dan Pasal 35 Ayat (1) Perkawinan
UU Perkawinan terhadap Pasal 28D Ayat Majelis Hakim Konstitusi berdasarkan
(1), Pasal 27 Ayat (1), Pasal 28E Ayat (1), Permohonan Pemohon, Keterangan Presiden,
Pasal 28H Ayat (1) dan Ayat (4) UUD 1945. keterangan ahli dan saksi Pemohon, bukti-
Permohonan tersebut berawal dari keinginan bukti yang diajukan oleh Pemohon serta
pemohon untuk membeli sebuah rumah membaca kesimpulan Pemohon pada
(rusun) di Jakarta. Pemohon menerangkan pokoknya mempertimbangkan bahwa
bahwa setelah menabung belasan tahun perkawinan sebagaimana dimaksud dalam
akhirnya dapat mencukupi untuk membeli Pasal 1 Undang- Undang 1 Tahun 1974 adalah
sebuah rumah rusun tersebut. Akan tetapi ikatan lahir batin antara seorang pria dan
setelah pemohon membayar lunas rumah seorang wanita sebagai suami istri dengan
tersebut, rumah (rusun) tersebut tidak kunjung tujuan membentuk keluarga atau rumah
diberikan oleh pihak pengembang. Bahkan tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan
kemudian perjanjian untuk penyerahan rusun Ketuhanan Yang Maha Esa.
tersebut dibatalkan secara sepihak oleh pihak Majelis Hakim Konstitusi selanjutnya
pengembang dengan alasan suami pembeli menimbang bahwa di dalam kehidupan suatu
adalah warga negara asing dan tidak memiliki keluarga atau rumah tangga, selain masalah
perjanjian perkawinan. Pengembang hak dan kewajiban sebagai suami dan istri,
menyatakan bahwa alasan mereka adalah masalah harta benda juga merupakan salah satu
sesuai dalam Pasal 36 Ayat (1) Undang- faktor yang dapat menyebabkan timbulnya
Undang No. 5 Tahun 1960 dan Pasal 35 Ayat berbagai perselisihan atau ketegangan
(1) UU Perkawinan,yang pada pokoknya dalam suatu perkawinan, bahkan dapat
menyatakan bahwa, seseorang yang kawin

372 Ridla Murniati | Pembaharuan Hukum Perjanjian Perkawinan....


[Jurnal Hukum
JATISWARA] [Vol. 33 No. 3 November 2018]

menghilangkan kerukunan antara suami dan Sementara itu, terhadap dalil Pemohon
istri dalam kehidupan suatu keluarga. Untuk mengenai inkonstitusionalitas Pasal 35
menghindari hal tersebut maka dibuatlah Ayat (1) UU Perkawinan, Majelis Hakim
perjanjian perkawinan antara calon suami Mahkamah Konstitusi mempertimbangkan
dan istri, sebelum mereka melangsungkan bahwa dengan dinyatakannya Pasal 29 Ayat
perkawinan. (1) UU Perkawinan bertentangan dengan UUD
Majelis Hakim Konstitusi dalam Putusan 1945 secara bersyarat maka ketentuan Pasal
tersebut menilai bahwa alasan dibuatnya 35 Ayat (1) UU Perkawinan harus dipahami
Perjanjian Perkawinan antara lain: dalam kaitannya dengan Pasal 29 Ayat (1)
1. Memisahkan harta kekayaan antara pihak UU Perkawinan dimaksud. Dengan kata lain,
suami dengan pihak istri sehingga harta tidak terdapat persoalan inkonstitusionalitas
kekayaan mereka tidak bercampur. Oleh terhadap Pasal 35 Ayat (1) UU Perkawinan.
karena itu, jika suatu saat mereka bercerai, Hanya saja bagi pihak-pihak yang membuat
harta dari masing-masing pihak terlindungi, perjanjian perkawinan, terhadap harta
tidak ada perebutan harta kekayaan bersama bersama sebagaimana dimaksud dalam
atau gono-gini. Pasal 35 Ayat (1) UU Perkawinan tersebut
2. Atas hutang masing-masing pihak pun yang berlaku ketentuan tentang perjanjian
mereka buat dalam perkawinan mereka, perkawinan sesuai dengan yang dimaksud
masing-masing akan bertanggung jawab dalam Pasal 29 Ayat (1) UU Perkawinan.
sendiri-sendiri. Berdasarkan pertimbangan pertimbangan
3. Jika salah satu pihak ingin menjual harta tersebut, maka Mahkamah Konstitusi menilai
kekayaan mereka tidak perlu meminta ijin bahwa dalil Pemohon sepanjang mengenai
dari pasangannya (suami/istri). inkonstitusionalitas Pasal 35 Ayat (1) UU
4. Begitu juga dengan fasilitas kredit yang Perkawinan tidak beralasan menurut hukum.
mereka ajukan, tidak lagi harus meminta 3. Akibat Hukum Dikabulkan Permohonan
ijin terlebih dahulu dari pasangan hidupnya Yudicial Review terhadap Status Hukum
(suami/istri) dalam hal menjaminkan aset Perjanjian Perkawinan dalam Hukum
yang terdaftar atas nama salah satu dari Perkawinan dan Akibat Hukumnya ter-
mereka. hadap Harta Perkawinan
Majelis Hakim menilai frasa “pada waktu
atau sebelum perkawinan dilangsungkan” a. Akibat Hukum terhadap Bersama dalam
dalam Pasal 29 Ayat (1), frasa “...sejak Perkawinan
perkawinan dilangsungkan” dalam Pasal Akibat hukum pembuatan perjanjian
29 Ayat (3), dan frasa “selama perkawinan perkawinan setalah dilangsungkan terhadap
berlangsung” dalam Pasal 29 Ayat (4) UU status harta inheren (berkaitan erat)
Perkawinan membatasi kebebasan 2 (dua) dengan waktu mulai berlakunya perjanjian
orang individu untuk melakukan atau kapan tersebut. Untuk itu, dengan merujuk Putusan
akan melakukan “perjanjian”, sehingga Mahkamah Konstitusi Nomor 69/PUU-
bertentangan dengan Pasal 28E Ayat (2) UUD XIII/2015 yang dalam amarnya menyebutkan
1945 sebagaimana didalilkan Pemohon. bahwa “Perjanjian tersebut mulai berlaku
Dengan demikian, frasa “pada waktu sejak perkawinan dilangsungkan, kecuali
atau sebelum perkawinan dilangsungkan” ditentukan lain dalam Perjanjian Perkawinan”.
dalam Pasal 29 Ayat (1) dan frasa “selama Bunyi amar tersebut menunjukkan bahwa
perkawinan berlangsung” dalam Pasal 29 bahwa terhadap perjanjian perkawinan
Ayat (4) UU Perkawinan adalah bertentangan yang dibuat sepanjang perkawinan juga
dengan UUD 1945 secara bersyarat sepanjang berlaku mulai terhitung sejak perkawinan
tidak dimaknai termasuk pula selama dalam dilangsungkan, kecuali ditentukan lain
ikatan perkawinan. di dalam perjanjian perkawinan yang

Pembaharuan Hukum Perjanjian Perkawinan.... | Ridla Murniati 373


[Jurnal Hukum
JATISWARA] [Vol. 33 No. 3 November 2018]

bersangkutan. Pasal 29 Ayat (3) Undang- sampai pihak ketiga yaitu pembeli dalam
Undang No. 1 Tahun 1974 Perkawinan yang hal ini dirugikan atau dituntut oleh salah
berbunyi “Perjanjian perkawinan mulai satu pihak dari pasangan suami-istri tersebut
berlaku sejak perkawinan dilangsungkan.” dari penjual tanpa adanya persetujuan untuk
Menurut Mahkamah Konstitusi harus menjual karena statusnya harta bersama
dimaknai bahwa berbunyi “Perjanjian karena tanah dan bangunan dimiliki sebelum
perkawinan mulai berlaku sejak perkawinan dibuatnya penetapan Pengadilan Negeri.
dilangsungkan, kecuali ditentukan lain dalam Pembuatan perjanjian perkawinan yang
Perjanjian Perkawinan.” Bila tidak dimaknai didasarkan penetapan Pengadilan Negeri
sebagaimana tafsir Mahkamah Konstitusi yang hubungannya terhadap pihak ketiga
maka terhadap pasal-pasal demikian itu akan berlaku sejak tanggal penetapan
dinyatakan bertentangan dengan UUD 1945. Pengadilan Negeri dikeluarkan, sehingga
Perjanjian perkawinan yang dibuat pihak ketiga dalam hal ini tidak mendapatkan
setelah perkawinan dan dibuat tanpa dengan kerugian jika terjadi sesuatu dikemudian hari,
menentukan keberlakuannya maka akibat karena sudah ada kesepakatan pemisahan
hukumnya perjanjian tersebut mulai berlaku harta sebelumnya. Namun demikian jika
sejak perkawinan dilangsungkan yang diikuti pihak ketiga (kreditur) bisa membuktikan
dengan status harta bersama menjadi terpisah bahwa yang dijadikan jaminan hutang atau
bila dikehendaki kedua belah pihak dalam diperjanjikan sebagai jaminan dalam bentuk
perjanjian tersebut, tanpa harus mendapatkan apapun diperoleh sebelum atau sudah ada
penetapan pengadilan terkait pemisahan harta. pada saat dikeluarkan penetapan Pengadilan
Karena materi muatan perjanjian yang dibuat Negeri maka pihak ketiga (kreditur) dapat
oleh para pihak yaitu perjanjian pemisahan menuntut pelunasannya terhadap harta
harta yang dalam prinsip kebebasan bersama dari suami istri. Sedangkan utang
berkontrak para pihak diberikan kebebasan yang dibuat oleh salah satu pihak suami atau
untuk menentukan materi muatannya, bila istri setelah penetapan tersebut maka pihak
dalam hal ini para pihak telah menentukan ketiga dapat ditagih pelunasannya terhadap
bahwa harta yang tadinya telah berstatus pihak suami atau pihak istri yang berhutang.
harta bersama menjadi harta masing-masing Habib Adjie berpendapat bahwa ketika
pihak, maka secara hukum dapat dibenarkan, Notaris diminta untuk membuat perjanjian
sehingga harta yang dimikian itupun yang perkawinan yang mengacu pada Putusan MK
diperoleh oleh suami-istri selama perkawinan ada 2 (dua) hal yang harus diperhatikan oleh
berlangsung baik sebelum atau setelah Notaris yaitu:
dibuatnya perjanjian perkawinan menjadi a. Meminta daftar inventaris harta yang
milik masing-masing suami istri. diperoleh selama dalam ikatan perkawinan
b. Akibat Hukum terhadap Pihak Ketiga yang akan dicantumkan dalam akta;
yang Berkepentingan b. Adanya atau membuat pernyataan
bahwa harta-harta tersebut tidak pernah
Perjanjian kawin setelah perkawinan ditransaksikan dengan cara dan bentuk
diadakan tidak hanya mengatur sebab apapun, untuk dan kepada siapapun.14
akibat harta perkawinan setelah perkawinan Dalam hal ini Putusan Mahkamah Kon-
berlangsung tetapi juga terhadap pihak ketiga. stitusi tidak memerintahkan apapun tentang
Misalnya saja salah satu pihak suami atau pendaftaran pencatatannya, Habib Adjie be-
istri yang mempunyai tanah dan bangunan pendapat yang sekaligus memberikan solusi
hak milik mengadakan penjualan tanah dan
bangunan, maka harus diperhatikan si penjual 14
Eva Dwinopati.(2017). Implikasi dan Akibat Hukum
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor69/PUU-XII/2015 ter-
memiliki tanah dan bangunan sebelum atau hadap Pembuatan Akta Perjanjian Perkawinan Setelah Kaw-
sesudah penetapan tersebut sehingga jangan in yang Dibuat di Hadapan Notaris, Jurnal Lex Renaissance,
No.1 Vol 2 , hlm. 31

374 Ridla Murniati | Pembaharuan Hukum Perjanjian Perkawinan....


[Jurnal Hukum
JATISWARA] [Vol. 33 No. 3 November 2018]

terkait hal tersebut yaitu bahwa setelah per- adanya permohonan yudicial review ke
janjian kawin tersebut dibuat yang mengacu Mahkamah Konstitusi RI untuk melakukan
pada Putusan Mahkamah Konstitusi, maka uji materi terhadap ketentuan mengenai
dapat diajukan permohonan penetapan ke perjanjian perkawinan khususnya terhadap
pengadilan agar memerintahkan kepada Kan- Pasal 29 UU Perkawinan. Mahkamah
tor Catatan Sipil atau Kantor Urusan Agama Konstitusi dalam putusannya menerima
mendaftarkannya atau mencatatkannya. se- dan mengabulkan permohonan tersebut
hingga akibat hukum perjanjian perkawinan yang dimuat dalam putusan Nomor 69/
tersebut dapat memberikan kepastian hukum PUU-XII/2015.
bagi pihak ketiga.15 2. Putusan Mahkamah Konstitusi No. 69/
D. KESIMPULAN PUU-XII/2015 melahirkan akibat hukum
terjadinya pembaharuan hukum dalam
Berdasarkan hasil penelitian dan Hukum Perkawinan terkait dengan
pembahasan maka dapat diambil kesimpulan ketentuan perjanjian perkawinan yang
sebagai jawaban singkat atas permasalahan dapat dibuat sebelum, pada saat berlangsung
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: perkawinan dan atau setiap saat selama
1. Perjanjian perkawinan merupakan tindakan berlangsungnya perkawinan jika disepakati
preventif untuk mengantisipasi terjadinya oleh suami istri yang dapat dibuat dalam
konflik sebelum melakukan perkawinan akta otentik di muka notaris dan tanpa
terhadap harta yang akan diperoleh harus mendapatkan penetapan pengadilan.
pada saat perkawinan berlangsung. UU Hal ini sesuai dengan ketentuan Hukum
Perkawinan memberikan pedoman yang Perjanjian bahwa perjanjian yang sah
tegas dan terang mengenai perjanjian mengikat sebagai undang-undang bagi
perkawinan yang harus dibuat sebelum pihak yang membuatnya. Dengan demikian,
atau pada saat berlangsungnya perkawinan. perjanjian perkawinan yang dibuat pada
Ketentuan UU Perkawinan tersebut dalam waktu kemudian selama berlangsungnya
praktik menimbulkan masalah dalam perkawinan secara hukum mengakibatkan
hal ketidaktahuan calon suami istri yang terjadinya pemisahan harta dari harta
telah menikah secara sah terutama bagi perkawinan menjadi harta pribadi dari setiap
perkawinan dengan warga Negara lain. suami atau istri. Perjanjian yang sah tersebut
Dalam peraturan perundang-undangan menjadi berlaku surut sejak perkawinan
terkait dengan kepemilikan hak atas dilangsungkan terhadap harta kekayaan
tanah bagi warga negara Indonesia yang yang diperoleh suami dan istri selama
menikah dengan warga negara lain dan tidak perkawinan. Akibat hukum ini berlaku
melakukan pemisahan harta perkawinan pula terhadap pihak ketiga secara implisit
maka berakibat hukum tidak dapat memiliki dinyatakan dalam putusan Mahkamah
hak kepemilikan atas tanah. Untuk itu, Konstitusi bahwa perjanjian perkawinan
perjanjian perkawinan menjadi salah satu mengikat pihak lain sepanjang pihak
dasar pembenar lahirnya hak kepemilikan ketiga berkepentingan terhadap perjanjian
atas benda. Peraturan Pemerintah tersebut perkawinann tersebut.
membatasi hak kepemilikan dengan
persyaratan perjanjian perkawinan sehingga DAFTAR PUSTAKA
hakkepemilikanmenjadihartapribadibukan
Andy, J Hartanto.(2012). Hukum harta
harta bersama dari perkawinan dalam hal
kekayaan perkawinan. cet.ke.II.
terjadi perkawinan warga negara asing
Yogyakarta: Laksbang Grafika.
tersebut. Permasalahan hukum mengenai
hak atas tanah tersebut, menjadi alasan Azrianti, Seftia. (2014). Analisa Yuridis
Perjanjian Perkawinan dan Akibat
15
Ibid., hlm. 32

Pembaharuan Hukum Perjanjian Perkawinan.... | Ridla Murniati 375


[Jurnal Hukum
JATISWARA] [Vol. 33 No. 3 November 2018]

Hukumnya Bagi Para Pihak


Berdasarkan Kompilasi Hukum
Islam dan Undang-Undang No. 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
Jurnal Petita. Volume 1 No. 2.
Dwinopati, Eva. (2017). Implikasi dan
Akibat Hukum Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor69/PUU-XII/2015
Terhadap Pembuatan Akta Perjanjian
Perkawinan Setelah Kawin yang
Dibuat di Hadapan Notaris. Jurnal
Lex Renaissance. No.1 Vol 2.
Ismatullah, Dedi. (2011). Hukum Perdata
Islam Indonesia, Bandung: Pustaka
Setia.
Muhammad, Abdulkadir. (2014). Hukum
Perdata Indonesia, Bandung: PT
Citra Aditya Bakti.
_______________. (2014). Hukum dan
Penelitian Hukum, Bandung: PT
Citra Aditya Bakti.
Projohamidjojo, Martiman. (2002). Hukum
Perkawinan di Indonesia, Jakarta:
Indonesia Legal Center Publishing.
Soekanto, Soerjono. (1994). Pengantar
Penelitian Hukum. Depok:
Universitas Indonesia Press.

376 Ridla Murniati | Pembaharuan Hukum Perjanjian Perkawinan....

You might also like