Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

 Open Access, August 2020 J.

Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 12(2): 485-493


p-ISSN : 2087-9423 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
e-ISSN : 2620-309X DOI: http://doi.org/10.29244/jitkt.v12i2.21632

PENGARUH KONDISI pH TERHADAP RESPONS FISIOLOGIS


DAUN LAMUN JENIS Cymodocea rotundata

THE EFFECT OF pH CONDITIONS ON PHYSIOLOGICAL


RESPONSE OF SEAGRASS LEAVES Cymodocea rotundata

Yudho Andika1*, Mujizat Kawaroe2, Hefni Effendi3, & Neviaty P. Zamani2


1
Program Studi Ilmu Kelautan, Sekolah Pascasarjana, IPB Univeristy, Bogor, 16680, Indonesia
2
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK, IPB University, Bogor, 16680, Indonesia
3
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK, IPB Univeristy, Bogor, 16680, Indonesia
*E-mail: andikayudho43@gmail.com

ABSTRACT
Increased carbon dioxide (CO2) in the atmosphere causes ocean acidification. Acidification becomes a
threat to seagrass. Nowadays, one of the challenges that must be faced is to predict the long-term
impact of acidification on the physiology of seagrass. This research aims to analyze seagrass
Cymodocea rotundata leave physiology responses to pH that consists of chlorophyll-a and b content,
photosynthesis rate, and growth rate of seagrass leaf. This research was conducted on September–
December 2017 in Marine Habitat Laboratory, Department of Marine Science and Technology, Bogor
Agricultural University. The method used a completed randomized design with five repetitions. pH
treatment used in this research is low pH (7.55), medium pH (7.78), and control (8.20). The setting of
pH value was done by adding CO32-. Chlorophyll-a and b contents, photosynthesis rate, and growth
rate on C. rotundata leaf are higher on control pH treatment than medium pH (7.78) and low pH
(7.55). ANOVA test shows that only chlorophyll-a is significantly different. The difference pH affects
the chlorophyll content of a and b, photosynthesis rate, and leaf growth rate. The low pH of seawater
has been shown to inhibit the physiological activity of C. rotundata leaves.

Keywords: chlorophyll, growth, photosynthesis, seagrass

ABSTRAK
Meningkatnya konsentrasi karbondioksida (CO2) di atmosfer dapat menyebabkan asidifikasi laut.
Asidifikasi menjadi ancaman bagi lamun. Salah satu tantangan yang harus dihadapi saat ini adalah
memprediksi dampak jangka panjang dari asidifikasi laut terhadap fisiologi lamun. Tujuan penelitian
ini untuk menganalisis respons fisiologis lamun C. rotundata yang meliputi kandungan klorofil a dan
b, laju fotosintesis dan laju pertumbuhan daun lamun. Penelitian dilaksanakan pada bulan September–
Desember 2017 di Laboratorium Marine Habitat Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Institut
Pertanian Bogor. Metode yang digunakan adalah rancangan percobaan acak lengkap 5 pengulangan.
Perlakuan pH yang digunakan yaitu pada nilai pH rendah (7,55), menengah (7,78) dan kontrol (8,20).
Pengaturan nilai pH dengan cara menambahkan unsur CO32-. Kandungan klorofil a dan b, Laju
fotosintesis dan Laju pertumbuhan daun C. rotundata perlakuan pH 8,20 lebih tinggi dibandingkan
dengan perlakuan pH 7,78 dan pH 7,55. Uji ANOVA menunjukkan hanya klorofil a yang berbeda
signifikan. Perbedaan pH memengaruhi kandungan klorofil a dan b, laju fotosintesis dan laju
pertumbuhan daun. Rendahnya pH air laut terbukti menghambat aktivitas fisiologis daun lamun C.
rotundata.

Kata kunci: fotosintesis, klorofil, pertumbuhan, seagrass

I. PENDAHULUAN alam (IPCC, 2014). Sejak abad ke-20, tinggi-


nya penggunaan bahan bakar fosil meme-
Sumber utama karbondioksida (CO2) ngaruhi laju pertumbuhan karbon-dioksida
di atmosfer berasal dari pembakaran bahan (CO2) beberapa kali lipat (Canadell et al.,
bakar fosil seperti minyak, batu bara, dan gas 2007). IPCC (2013) menjelaskan peningka-

Department of Marine Science and Technology FPIK-IPB, ISOI, and HAPPI 485
Pengaruh Kondisi pH terhadap Respons Fisiologis Daun Lamun . . .

tan konsentrasi karbondioksida (CO2) terlihat aktivitas perikanan (Bastyan & Cambridge,
sangat signifikan, bahkan lebih cepat dari 2008). Disamping itu, lamun juga berperan
prediksi sebelumnya. Keadaan ini menye- dalam siklus gas karbondioksida yang mam-
babkan terjadinya asidifikasi laut (Fabry et pu menyerap gas karbondioksida di atmosfer
al., 2009). pH air laut diperkirakan akan (Gullstrom et al., 2017). Lamun membutuh-
turun 0,3 sampai 0,4 unit, sesuai dengan kan cukup banyak karbon anorganik untuk
meningkatnya karbondioksida (CO2) antara pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya
300–400 % (Waldbusser et al., 2011). (Fourqurean et al., 2012). C. rotundata me-
Menurut IPCC (2014) pembakaran bahan rupakan salah satu spesies yang banyak
bakar fosil terus berlanjut dalam 100 tahun ditemukan di kawasan Indo-Pasifik (Short et
kedepan, sehingga dapat menyebabkan penu- al., 2007).
runan pH permukaan laut hingga mencapai Beberapa penelitian sebelumnya me-
angka 7,5. nunjukkan bahwa asidifikasi laut meningkat-
pH air laut berkaitan erat dengan kan aktivitas fotosintesis pada spesies C.
karbon terlarut, semakin banyak karbon- serrulata, Halodule uninervis, Thalasia
dioksida (CO2) dan asam karbonat (H2CO3), hemprichii (Ow et al., 2015) dan Zoostera
maka pH akan semakin rendah (Effendi, polichlamys (Borum et al., 2016). Asidifikasi
2003). Zeebe & Wolf-Gladrow (2001) me- laut menghambat aktivitas fotosintesis lamun
nyatakan karbondioksida (CO2) berpar- Zoostera marina (Zimmerman et al., 2017).
tisipasi dalam reaksi kesetimbangan sebagai Asidifikasi laut juga mengubah keseragaman
sistem penyangga. Sarmiento & Gruber komunitas lamun (Duarte et al., 2013). pH
(2006) menyatakan dalam proses asidifikasi, sangat memengaruhi pertumbuhan dan pro-
karbondioksida (CO2) yang ada di atmosfer duktivitas dari lamun C. rotundata. Belum
masuk ke dalam laut dan bereaksi dengan air adanya data mengenai pengaruh dari asidifi-
laut (H2O) kemudian membentuk asam kasi terhadap fisiologis lamun C. rotundata
karbonat (H2CO3). Asam karbonat (H2CO3) menjadi salah satu dasar untuk dilakukannya
di perairan akan melepas ion H+ dan mem- penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk
bentuk bikarbonat (HCO3-). Ion bikarbonat menganalisis respons fisiologis daun lamun
(HCO3-) akan melepas ion H+ dan mem- C. rotundata yang meliputi kandungan
bentuk karbonat (CO32-). Ion H+ yang dilepas klorofil, laju fotosintesis, pertumbuhan daun
menyebabkan pH perairan laut menurun C. rotundata terhadap pemberian karbonat
(Mackereth et al., 1989; Sarmiento & (CO32-) pada kondisi pH yang berbeda.
Gruber, 2006).
Tantangan yang harus dihadapi II. METODE PENELITIAN
adalah mengurangi dampak dari asidifikasi
laut dan bagaimana mempertahankan fungsi 2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
dari ekosistem laut (Widdicombe & Spicer, Penelitian telah dilaksanakan pada
2008). Knutzen (1981) menyatakan bahwa bulan September–Desember 2017. Sampel
biota laut mampu mentolerir penurunan pH lamun C. rotundata berasal dari Pulau Pari
0,5 sampai 1,0 unit, dalam kondisi pH yang Kepulauan Seribu, Jakarta. Sampel lamun di-
lebih rendah akan menganggu proses foto- transplantasi kembali dalam toples di
sintesis, mengurangi kalsifikasi karang, dan Laboratorium Marine Habitat, Fakultas
menghambat pertumbuhan organisme. Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB
Fabricius et al. (2011) mengungkapkan hal University.
yang berbeda, asidifikasi berdampak pada
meningkatnya aktivitas fotosintesis, produk- 2.2. Alat dan Bahan
tivitas dan biomassa lamun. Ekosistem Penelitian menggunakan alat sebagai
lamun memegang peranan penting untuk berikut: pH meter, termometer, lampu LED

486 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Andika et al. (2020)

(Light Emitting Diode), refraktometer, untuk pemberian pupuk dilakukan setiap 1


portable photosynthesis system analysis, minggu sebanyak 1,5 mL.
gelas ukur, kantong sampel, timbangan,
penggaris, botol sampel, pipet tetes, sekop,
coolbox, kamera, dan alat tulis. Adapun
bahan yang digunakan adalah lamun C.
rotundata, pupuk cair, etanol, air laut,
akuades dan CO32-.

2.3. Prosedur Analisis Data


2.3.1. Pengambilan Sampel Figure 1. Research design.
Tunas lamun C. rotundata dan
substrat diambil di Pulau Pari Kepulauan 2.3.3. Kandungan Klorofil
Seribu. C. rotundata diambil dengan meng- Berdasarkan Granger & Izumi (2002)
gali tunas utuh dengan rimpang terhubung penentuan konsentrasi klorofil diketahui
pada sedimen sebelum dipindahkan ke dengan mengukur ekstrak daun lamun.
toples. Sampel diambil kemudian dimasuk- Setiap sampel absorbansi menggunakan
kan ke dalam coolbox dan diaerasi, selanjut- panjang gelombang 664 nm dan 647 nm.
nya ditransplantasi ke toples (Riniatsih & Kandungan klorofil lamun C. rotundata
Endrawati, 2013). Komposisi pupuk, dihitung dengan rumus:
karbonat dan lampu disesuaikan dengan hasil
penelitian pendahuluan yang dilakukan
selama 1 bulan di Laboratorium Marine .............. (1)
Habitat, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. .............. (2)

2.3.2. Rancangan Penelitian Keterangan: E664 adalah gelombang


Toples digunakan sebagai wadah absorbansi, E647 adalah gelombang
untuk menumbuhkan lamun. Rancangan absorbansi.
penelitian menggunakan rancangan acak
lengkap dengan menggunakan tabel acak 2.3.4. Laju Fotosintesis
(Figure 1). Sebanyak lima belas toples digu- Laju fotosintesis diukur mengguna-
nakan untuk 3 perlakuan dengan 5 pengu- kan Portable photosynthesis system analysis
langan. Perlakuan pH yang digunakan (LI-COR model LI-6400) dengan penyuntik
mengacu pada data IPCC (2014), untuk CO2 dan sumber cahaya LED. Data penga-
kontrol (8,20) merupakan kondisi pH laut matan dianalisis dengan pengaturan program
saat ini, dalam perlakuan pH sedang (7,78) berupa kurva respon intensitas cahaya (PAR
merupakan kondisi pH laut 50 tahun yang = Photosynthesis Active Radition) dari 1–
akan datang, sedangkan untuk pH rendah 1200 µmol CO2 m-2 s-1 (Soleh, 2017).
(7,55) merupakan kondisi pH laut 100 tahun
yang akan datang. Setiap toples diisi air laut 2.3.5. Laju Pertumbuhan
sebanyak 1,5 L dan satu tunas lamun C. Pengukuran laju pertumbuhan daun
rotundata. Pengaturan pH dilakukan dengan lamun C. rotundata mengacu pada Short &
menambahkan karbonat (CO32-). Pencahaya- Duarte (2001). Pertumbuhan daun lamun C.
an menggunakan lampu LED 12 watt yang rotundata dihitung dengan rumus:
dipasang 30 cm di atas permukaan toples
setiap 12 jam dalam satu hari. Pergantian air
............................................... (2)
dilakukan setiap 2 minggu sekali, sedangkan

J. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 12(2): 485-493 487


Pengaruh Kondisi pH terhadap Respons Fisiologis Daun Lamun . . .

Keterangan: P adalah pertumbuhan daun situ pada perlakuan pH rendah, sedang dan
lamun C. rotundata (mm/hari), Pt adalah kontrol (Table 1). Nilai rata-rata suhu ber-
panjang daun akhir (mm), P0 adalah panjang kisar antara 26,58oC–26,61oC. Suhu tertinggi
daun awal (mm), ∆t adalah lama waktu dijumpai pada perlakuan pH sedang, dan
pengamatan (hari). suhu terendah pada perlakuan pH kontrol.
Nilai rata-rata salinitas pada penelitian ini
2.3.6. Kualitas Perairan berkisar antara 33,26 psu–33,33 psu.
Parameter kualitas air yang diukur
meliputi suhu menggunakan termometer dan 3.1.2. Kandungan Klorofil C. rotundata
salinitas dengan menggunakan refraktometer Hasil pengukuran kandungan klorofil
(APHA, 2012). a dan b C. rotundata (Figure 2) perlakuan
pH kontrol (8,20) sebesar 1,77 mg/g dan
2.3.7. Analisis Statistik 1,43 mg/g berada pada kisaran 1,62–1,97
Analisis data menggunakan ANOVA mg/g (klorofil a) dan 1,21–1,94 mg/g
one way pada taraf nyata 5 % pada Microsoft (klorofil b). Kandungan klorofil a dan b C.
Excel untuk menentukan perbedaan dari rotundata perlakuan pH 7,78 sebesar 1,56
kandungan klorofil, laju fotosintesis, dan laju mg/g dan mg/g 1,24 berada pada kisaran 0–
pertumbuhan daun lamun C. rotundata 2,60 mg/g (klorofil a) dan 0–1,94 mg/g
(Suliyanto, 2012). (klorofil b). Kandungan klorofil a dan b C.
rotundata perlakuan pH 7,55 sebesar 0,58
III. HASIL DAN PEMBAHASAN mg/g dan 0,59 mg/g berada pada kisaran 0–
1,83 mg/g (klorofil a) dan 0–1,44 mg/g
3.1. Hasil (klorofil b). Hasil uji ANOVA menunjukkan
3.1.1. Kualitas Perairan rata-rata hasil kandungan klorofil a pada
Kualitas air yang diamati secara in daun lamun berbeda signifikan (P < 0,05)

Table 1. The value range of physical and chemical parameters of water quality.

pH treatments
Water quality
L (7.55) M (7.78) C (8.20)
Temperature (oC) 26.60 ± 0.41 26.61 ± 0.42 26.58 ± 0.42
Salinity (psu) 33.27 ± 2.08 33.33 ± 2.12 33.26 ± 2.06
Information: The values are presented as mean ± standard deviation. L= low pH, M=
medium pH, C= control.

Figure 2. The average hlorophyll content of C. rotundata.

488 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Andika et al. (2020)

dan rata-rata hasil kandungan klorofil b pada pH 7,75 sebesar 1,72 mm/hari yang berada
daun lamun tidak berbeda signifikan (P > pada kisaran 0,70–2,50 mm/hari. Hasil uji
0,05). ANOVA pertumbuhan daun C. rotundata
menunjukkan rata-rata hasil tidak signifikan
3.1.3. Laju Fotosintesis C. rotundata (P > 0,05).
Hasil pengukuran laju fotosintesis
lamun C. rotundata (Figure 3) pada
perlakuan pH kontrol (8,20) sebesar 8,89
µmol CO2 m-2 s-1 berada pada kisaran 6,59–
11,45 µmol CO2 m-2 s-1. Laju fotosintesis C.
rotundata pada perlakuan pH 7,78 sebesar
6,85 µmol CO2 m-2 s-1 berada pada kisaran
5,51–8,36 µmol CO2 m-2 s-1. Laju
fotosintesis C. rotundata pada perlakuan pH
7,55 sebesar 6,87 µmol CO2 m-2 s-1 berada
pada kisaran 0–13,20 µmol CO2 m-2 s-1.
Hasil uji ANOVA menunjukkan rata-rata
hasil laju fotosintesis C. rotundata tidak
signifikan (P > 0.05).
Figure 4. The average growth rate leaves of
C. rotundata.

3.2. Pembahasan
Karbonat dimasukkan ke dalam per-
lakuan pH 7,55 dan pH 7,78 bereaksi dengan
kalsium (Ca) menjadi kalsium karbonat
(CaCO3). Hal ini terlihat adanya butiran-
butiran kapur pada kolom air. Nontji (1993)
menyatakan bahwa pada dasarnya pH air laut
akan kembali pada nilai semula karena
adanya sistem karbondioksida yang ber-
fungsi sebagai penyangga. Selama satu bulan
pengamatan suhu tidak terjadi perubahan
nilai yang signifikan. Nilai suhu yang
didapatkan tergolong rendah dan masih
Figure 3. The average photosynthetic rate of dalam kisaran suhu optimal untuk per-
C. rotundata. tumbuhan lamun, hal ini disebabkan pada
bulan November–Desember termasuk ke
3.1.4. Laju Pertumbuhan Daun C. dalam musim hujan. Menurut Effendi (2003)
rotundata salah satu faktor yang memengaruhi suhu air
Berdasarkan data laju pertumbuhan laut adalah musim. Pengukuran salinitas
daun C. rotundata (Figure 4) pada perlakuan selama satu bulan tidak terjadi peningkatan
pH kontrol (8,20) memiliki laju pertumbuhan atau penurunan signifikan, hal ini disebabkan
daun C. rotundata sebesar 2,74 mm/hari tidak adanya aktivitas percampuran dengan
yang berada pada kisaran 1,00–5,56 air tawar. Kisaran nilai salinitas yang didapat
mm/hari. Laju pertumbuhan daun C. masih dalam nilai optimum untuk kehidupan
rotundata pada perlakuan pH 7,78 sebesar lamun. Salinitas optimal untuk pertumbuhan
2,51 mm/hari yang berada pada kisaran lamun berkisar antara 25–35 psu
1,53–3,56 mm/hari. Laju pertumbuhan pada (Supriharyono, 2009).

J. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 12(2): 485-493 489


Pengaruh Kondisi pH terhadap Respons Fisiologis Daun Lamun . . .

Selama satu bulan pengamatan dite- Secara tidak langsung perbedaan pH


mukan pada perlakuan pH 7,55 ada sebanyak air laut memengaruhi pertumbuhan daun
4 daun yang gugur, pada perlakuan pH 7,78 lamun C. Rotundata, tingginya nilai pertum-
ada sebanyak 5 daun dan pada perlakuan buhan daun lamun berbanding lurus dengan
kontrol (8,20) hanya 2 daun yang gugur nilai kandungan klorofil dan nilai laju foto-
selama satu bulan. Lambers et al. (1998) sintesis. Penelitian menunjukkan pada per-
menyebutkan bahwa lamun merespons peru- lakuan pH 7,55 saat lamun sudah tumbuh
bahan lingkungan hingga pada kondisi stres. pada ukuran ± 5 cm beberapa daun terlihat
Kondisi stres terjadi pada hitungan hari menguning. Hal ini mengindikasikan bahwa
hingga bulan. pH merupakan salah satu kandungan klorofil lamun sudah hilang,
faktor yang menjadi penyebab hilangnya sehingga daun lamun tersebut tidak dapat
klorofil pada daun tumbuhan. Asidifikasi tumbuh lagi. Banyak faktor dapat memenga-
berdampak pada hilangnya unsur magnesium ruhi pertumbuhan lamun (Dunton, 1994).
(Mg), sehingga akan terjadi perubahan warna Pertumbuhan daun lamun dipengaruhi oleh
pada daun. Pigmen klorofil yang berwarna faktor fisiologis, metabolisme, lingkungan
hijau akan membentuk pigmen pheophityn (Azkab & Kiswara, 1994) dan nutrien (Lee
yang berwarna cokelat. Fennema (1996) & Dunton, 2000). Vonk et al. (2015) menya-
menambahkan pada media asam (pH < 8) takan bahwa ukuran tubuh lamun juga
klorofil tidak stabil, penurunan pH pada air memengaruhi pertumbuhan lamun. Lamun
laut yang terjadi ketika pemanasan jaringan C. rotunda memiliki ukuran tubuh dan luas
daun mengakibatkan hilangnya pigmen penampang daun yang kecil, sehingga
klorofil. memiliki daya serap yang kecil.
Aktivitas fotosintesis lamun C.
rotundata dipengaruhi oleh klorofil sebagai IV. KESIMPULAN
penyerap cahaya. Daya serap sinar lampu
yang rendah pada fotosintesis dipengaruhi Perbedaan pH air laut memengaruhi
oleh kandungan klorofil-a dan b pada kandungan klorofil-a dan b, laju fotosintesis
perlakuan pH 7,55 klorofil-a dan b memiliki dan laju pertumbuhan daun. Kandungan
nilai yang rendah, sehingga berdampak pada klorofil-a dan b, laju fotosintesis dan laju
laju fotosintesis yang rendah. Berbeda pertumbuhan daun lamun C. rotundata per-
dengan pada perlakuan pH 7,78 yang lakuan pH kontrol lebih besar dibandingkan
memiliki nilai klorofil-a dan b cukup tinggi, dengan perlakuan pH 7,78 dan pH 7,55. Uji
namun laju fotosintesisnya rendah diduga ANOVA menunjukkan hanya klorofil-a yang
daun muda yang baru tumbuh memiliki daya berbeda signifikan. Rendahnya pH air laut
serap CO2 yang kecil. Perlakuan pH kontrol terbukti menghambat aktivitas fisiologis
(8,20) klorofil-a dan b memiliki nilai yang daun lamun C. rotundata.
tinggi, sehingga berdampak pada laju foto-
sintesis yang tinggi. Ketersediaan karbon- UCAPAN TERIMA KASIH
dioksida (CO2) dalam air laut memengaruhi
aktivitas fotosintesis lamun C. rotundata Penulis mengucapkan terima kasih
(Lambers et al., 1998). Laju fotosintesis kepada Ibu Dr. Mujizat Kawaroe dan Ibu Dr.
lamun tergantung pada difusi karbon melalui Neviaty P. Zamani yang telah membantu
kutikula pada permukaan daun (Kawaroe et mendanai dan memfasilitasi kegiatan riset
al., 2016). Lamun memperoleh karbon- serta semua pihak yang telah berkontribusi
dioksida (CO2) dari air laut yang memiliki selama kegiatan berlangsung.
konsentrasi karbon anorganik tinggi (Hein &
Sand-Jensen, 1997).

490 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Andika et al. (2020)

DAFTAR PUSTAKA pH. Estuarine and Coastal, 36: 221–


236. https://doi.org/10.1007/s12237-
American Public Health Association 013-9594-3
(APHA). 2012. Standar method for Dunton, K.H. 1994. Seasonal growth and
the examination of water and waste biomass of the subtropical seagrass
wayer. 22 Edition. Environmental Halodule wrightii in relation to
Protection Agency Press. Washington continuous measurements of
DC. 1360 p. underwater irradiance. Marine
Azkab, M.H. & W. Kiswara. 1994. Struktur Biology, 120: 479-489.
komunitas biologi padang lamun di https://doi.org/10.1007/BF00680223
pantai selatan lombok dan kondisi Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi
lingkungannya. Pusat Penelitian dan Pengelolaan Sumberdaya dan
Pengembangan Oseanologi LIPI. Lingkungan Perairan. Kanisius.
Jakarta. 124 p. Yogyakarta. 256 p.
Bastyan, G.R. & M.L. Cambridge. 2008. Fabricius, K.E., C. Langdon, S. Uthicke, C.
Transplantation as a method for Humphrey, S. Noonan, G. De'ath, R.
restoring the seagrass Posidonia Okazaki, N. Muehllehner, M.S. Glas,
australis. Estuarine, Coastal and & J.M. Lough. 2011. Losers and
Shelf Science, 79: 289–299. winners in coral reefs acclimatized to
https://doi.org/10.1016/j.ecss.2008.04 elevated carbon dioxide
.012 concentrations. Nature Climate
Borum, J., O. Pederson, L. Kotulo, M.W. Change, 1: 165-169.
Fraser, J. Statton, T.D. Colmer, & https://doi.org/10.1038/nclimate1122
G.A. Kendrick. 2016. Photosynthetic Fabry, V.J., J.B. McClintock, J.T. Mathis, &
response to globally increasing CO2 J.M. Grebmeier. 2009. Ocean
of co-occuring temperate seagrass acidification at high latitudes: The
species. Plant, Cell and Environment, Bellwether. Oceanography, 22(4):
39: 1240-1250. 160–171.
https://doi.org/10.1111/pce.12658 https://doi.org/10.5670/oceanog.2009
Canadell, J.P., C. Le Quere, M.R. Raupach, .105
C.B. Field, E.T. Buitenhuis, P. Ciais, Fennema. 1996. Food Chemitry 3 th edition.
T.J. Conway, N.P. Gillett, R.A. Marcel Dekker. Inc New York. 1067
Houghton, & G. Marland. 2007. p.
Contributions to accelerating Fourqurean, J.W., C.M. Duarte, H.
atmospheric CO2 growth from Kennedy, & M. Marbà. 2012.
economic activity, carbon intensity, Seagrass ecosystems as a globally
and efficiency of natural sinks. Proc significant carbon stock.
Natl Acad Sci, 104(47): 18866- Nature Geoscience, 1: 1-5.
18870. https://doi.org/10.1038/ngeo1477
https://doi.org/10.1073/pnas.0702737 Granger, S. & H. Izumi. 2002. Water quality
104 measurement methods for seagrass
Duarte, C.M., I.E. Hendriks, T.S. Moore, habitats. Elsevier Science, 20: 393-
Y.S. Olsen, A. Steckbauer, L. 405. https://doi.org/10.1016/B978-
Ramajo, J. Carstensen, J.A. Trotter, 044450891-1/50021-9
& M. Mcculloch. 2013. Is ocean Gullstrom M., L.D. Lyimo, M. Dahl, G.S.
acidification an open-ocean Samuelsson, M. Eggertsen, E.
syndrome? Understanding Enderberg, L.M. Rasmusson, H.W.
anthropogenic impacts on seawater Linderholm, A. Knudby, S. Bandeira,

J. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 12(2): 485-493 491


Pengaruh Kondisi pH terhadap Respons Fisiologis Daun Lamun . . .

L.M Nordlund, & M. Bjork. 2017. University Press. Liverpool. 456-456


Blue Carbon Storage in Tropical p.
Seagrass Meadows Relates to Nontji, A. 1993. Laut nusantara. Djambatan.
Carbonate Stock Dynamics, Plant– Jakarta. 368 p.
Sediment Processes, and Landscape Ow, Y.X., C.J. Collier, & S. Uthicke. 2015.
Context: Insights from the Western Response of three tropical seagrass
Indian Ocean. Springer Nature, 21: species to CO2 enrichment. Marine
551-566. Biology, 162: 1005-1007.
https://doi.org/10.1007/s10021-017- https://doi.org/10.1007/s00227-015-
0170-8 2644-6
Hein, M. & K. Sand-Jansen. 1997. CO2 Riniatsih I. & H. Endrawati. 2013.
Increases oceanic primary Pertumbuhan lamun hasil
production. Nature, 388: 526-527. transplantasi jenis Cymodocea
https://doi.org/10.1038/41457 rotundata di padang lamun teluk
Intergovernmental Panel on Climate Change awur jepara. Buletin Oseanografi
(IPCC). 2013. Climate Change 2013: Marina, 2: 34-40.
The Physical Science Basis. https://doi.org/10.14710/buloma.v2i1.
Contribution of Working Group I to 6924
The Fifth Assessment Report of The Sarmiento, J.L. & N. Gruber. 2006. Ocean
Intergovernmental Panel on Climate biogeochemical dynamics. Princeton
Change. Cambridge University Press. University Press. New Jersey. 503 p.
Cambridge. 1585 p. Short, F.T. & C.M. Duarte. 2001. Methods
Intergovernmental Panel on Climate Change for the measurement of seagrass and
(IPCC). 2014. Climate Change 2014: growth production. di dalam: Short
Mitigation of Climate Change. FT, Coles RG, editor. Global seagrass
Contribution of Working Group III to research methods. Elsevier Science,
the Fifth Assessment Report of the 8: 155-182.
Intergovernmental Panel on Climate https://doi.org/10.1016/B978-
Change. Cambridge University Press. 044450891-1/50009-8
Cambridge. 1434 p. Short, F.T., T. Carruters, W. Dennison, & M.
Knutzen, J. 1981. Effects of decreased pH on Waycott. 2007. Global seagrass
marine organisms. Marine Pollution distribution and diversity: a bioregion
Bulletin, 12: 25–29. model. J. of Experimental Marine
https://doi.org/10.1016/0025- Biology and Ecology, 350: 3–20.
326X(81)90136-3 https://doi.org/10.1016/j.jembe.2007.
Lambers, H, F.S. Chapin, & T.L. Pons. 1998. 06.012
Plant physiological ecology. Soleh, M.A. 2017. Overestimation
Springer. New York. 605 p. measurement of gas exchange by
Lee, K.S. & K.H. Dunton. 2000. Effects of using Portable Photosynthesis
nitrogen enrichment on biomass Analyzer LI-6400. J. Kultivasi, 16(1):
allocation, growth, and leaf 255-259.
morphology of the seagrass Thalassia https://doi.org/10.24198/kltv.v16i1.1
testudinum. Marine Ecology 1546
Progress, 196: 39–48. Suliyanto. 2012. Analisis statistik
https://doi.org/10.3354/meps196039 pendekatan praktis dengan Microsoft
Mackereth, F.J.H., J. Heron, & J.F. Tailing. excel. Andi offset. Yogyakarta. 232
1989. Water analysis. freshwater p.
biological association. Liverpool

492 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Andika et al. (2020)

Supriharyono. 2009. Konservasi ekosistem acidification on benthic diversity.


sumberdaya hayati. Pustaka Pelajar. What can animal physiology tell us?,
Yogyakarta. 428 p. J. Experimental Marine Biolology
Vonk, J.A., M.J.A. Christianen, J. Stapel, & Ecology, 366: 187–197.
K.R. O’Brien. 2015. What lies https://doi.org/10.1016/j.jembe.2008.
beneath: why knowledge of 07.024
belowground biomass dynamic is Zeebe, R.E. & D. Wolf-Gladrow. 2001. CO2
crusial to effective seagrass in seawater: equilibrium, kinetics,
management. Ecological Indicators, isotopes. Elsevier Science.
57: 259-267. Netherlands. 360 p.
https://doi.org/10.1016/j.ecolind.2015 Zimmerman, R.C., V.J. Hill, M. Jinuntuya,
.05.008 B. Celebi, D. Ruble, M. Smith, T.
Waldbusser, G.G., E.P. Voigt, H. Cedeno, & W.M. Swingle. 2017.
Bergschneider, M.A. Green, & R.I. Experimental impacts of climate
Newell. 2011. Biocalcification in the warming and ocean carbonation on
eastern oyster (Crassostrea virginica) eelgrass Zoostera marina. Marine
in relation to long-term trends in Ecology Progress Series, 566: 1-15.
Chesapeake Bay pH. Estuaries and https://doi.org/10.3354/meps12051
Coasts, 34(2): 221–231.
http://doi.org/10.1007/s12237-010- Received : 6 July 2018
9307-0 Reviewed : 27 February 2019
Widdicombe, S. & J.I. Spicer. 2008. Accepted : 18 August 2020
Predicting the impact of ocean

J. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 12(2): 485-493 493


494

You might also like