Professional Documents
Culture Documents
Draft 1 Seminar 2 FitFoods
Draft 1 Seminar 2 FitFoods
MM REGULAR 60
UNIVERSITAS PRASETIYA MULYA
JAKARTA 2020
EXECUTIVE SUMMARY
FitFoods is a food services company focusing on healthy and diet meals, to help
solving the obesity issue by providing; (i) Familiar taste of healthy food menu; (ii) Quick
serving product; (iii) Calories measured intake product; and (iv) Competitive pricing
product. FitFoods provides a value proposition in the form of services that are: (i) Singture
Dish Presentation (ii) Nutrition Complete; (iii) Healthier Diet; (iv) Medium range pricing and
(v) Easy to collect. Our Business activities are planned and managed to provide middle to
large customer segments where we provide product quality standardization and controlled
through our central kitchen. Additionally, as our goal is to achieve exponential growth for
mass market adoption; The corporate strategic method that our company implement will
focus on OCL and Digitalization of process. As one the example through large acquisition
and cloud kitchen.
There are approximately 32,678,423 people in the Jabodetabek region in the year
of 2019. It is estimated that approximately 535,312 people from the population are
FitFoods’ potential customer. The healthy segment growth is estimated to grow 8% before
2024 as result the potential will reach around 728,2861 in 2024.
BAB I
PENDAHULUAN
Melihat pada dampak kesehatan yang terjadi di industri makanan dan minuman;
Baik disadari maupun tidak, optimisme dan pertumbuhan sub-sektor fast food yang
tinggi telah menghasilkan dampak negatif bagi kesehatan konsumen, khususnya di
wilayah DKI Jakarta.
Akan tetapi, sangat disayangkan peningkatan aspek ekonomi sektor F&B dinilai
masih belum signifikan bila dibandingkan tingkat obesitas di Indonesia. Berdasarkan
hasil RISKESDAS 2018, jumlah populasi nasional diatas 18 tahun yang memiliki
obesitas telah menyentuh 21,8%, dimana sebelumnya hanya 14,8% pada 2013. Data
juga menyebutkan, pada tingkatan provinsi, DKI Jakarta menjadi peringkat obesitas
tertinggi ke-2, dengan estimasi total pengidap obesitas melebihi index nasional pada
29,8%, dan tetap pada posisi ke-2 bila dilihat dari index proporsi sentral diatas 15 tahun
pada 42%.
Gambar 1.1. Proporsi Obesitas Nasional
Kondisi pasar yang berkaitan dengan obesitas dapat menghadirkan value baru
kepada konsumen, yang dilengkapi dengan persiapan planning yang matang.
Kelompok juga mencoba mengobservasi sample masyarakat Jakarta Selatan terkait
kepedulian atas pola makan sehat, dimana lebih dari 80% responden menyatakan
peduli akan produk makanan yang dikonsumsi, dan 58% telah selektif dalam memilih
makanan. Disamping itu, 38% diantaranya menyatakan telah melakukan pengaturan
pola makan (diet) dalam kurung 1-3 tahun terakhir.
Hasil survey juga menemukan beberapa hambatan yang dialami konsumen saat
melakukan pola makan sehat, berupa; (i) tidak menemukan meal sehat yang enak; (ii)
terkendala preferensi menu yang sesuai; (iii) tidak menemukan harga produk yang
sesuai; (iv) ketidaksesuaian komposisi protein dan sayu pada produk; dll. Di lain hal,
publikasi medcom.id (2016), hasil survey Qraved menyatakan sebanyak 62%
responden menyatakan faktor kemudahan konsumsi menjadi penyebab utama perilaku
tidak selektif terhadap junk food; kemudian sebesar 19% menyatakan tertarik
dikarenakan faktor cita rasa; dan 18% terpaksa dikarenakan faktor keterbatasan waktu.
Mengacu pada hal tersebut, menghadirkan produk meals yang lebih bernutrisi dan
sesuai dengan value konsumen dapat memberikan nilai ekonomi kepada penggiat
bisnis. Hal ini dapat diterapkan melalui kombinasi channel restoran dan cloud-based
outlet guna mengoptimalkan nilai value terhadap price yang ditawarkan.
Pada tahap awal, persiapan business plan FitFood dimulai dengan melakukan
analisis Industri 4 Dimensi yang terdiri atas (i) Lingkungan Umum, (ii) Lingkungan pasar
bersaing, (iii) Lingkungan Industri, dan (iv) Lingkungan perusahaan (Kristamuljana,
2001). Selain itu, berdasarkan jenis produk yang dihasilkan, Fitfood masuk kedalam
sub-sector food services yang merupakan bagian dari Industri FMCG - Food and
beverages. Hal ini mengacu pada publikasi Patil, Pramod (2016) yang menjelaskan
bahwa produk dari Industri FMCG bermanifestasi kedalam produk barang (goods) yang
digolongkan berdasarkan sektornya seperti; branded and packaged foods and
beverages, personal care, household care, tobacco, dan home electronic and lighting.
Mengacu dari publikasi Patil, Pramod (2016) dijelaskan bahwa aspek lingungan
umum yang dinilai paling berpengaruh kepada sub-sektor foodservices untuk produk
– produk healthy and dief food adalah aspek Macro Economi, Demografi, Global dan
Teknologi.
Selain itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dijelaskan bahwa
kondisi demografi di Indonesia akan meningkat sebesar 14 juta populasi dalam kurun
5 tahun sejak 2020. Untuk pertumbuhan DKI Jakarta sendiri pada tahun 2019
tercatat sebanyak 10.557.800 juta jiwa dan meningkat 0,73% dibandingkan tahun
2018 sebesar 10.467.600. Potensi pasar atas piramida penduduk DKI Jakarta juga
cukup menjanjikan dimana mayoritas penduduk dewasa tercatat sebanyak 6.705.541
jiwa (64%).
Adapun peran Teknologi dan Globalisasi turut mempengaruhi kecepatan arus
informasi dan perubahan gaya hidup sehat. Berdasarkan data google trend untuk
periode 2017 hingga 2020, hasil keyword score untuk “diet”, “sehat”, “kalori”, dan
“fitness” mengalami trend kenaikan yang stabil. Hal ini turut dijelaskan dalam laporan
“Consumer Insight” (Deloitte, 2020) bahwa preferensi atas “always choose healthier
foods” memiliki index nilai 68% untuk masyarakat DKI Jakarta.
Gambar 1.3 Preferensi healthy food by Deloitte (2020).
Selain itu, kompilasi data media dan platform agregator seperti nibble.id dan
Zomato menunjukan, terdapat 152 bisnis makanan sehat di Jakarta yang
menawarkan menu Indonesia, Chinese¸ Jepang dan Barat. Berdasarkan pembagian
lokasi, outlet – outlet makanan sehat di Jakarta paling besar terkonsentrasi di
wilayah Jakarta selatan (58), disusul oleh Jakarta utara (38), barat (26), pusat (23)
dan timur (7). Data menunjukan, 9 dari 10 outlet makanan sehat dengan popularitas
tertinggi menempatkan bisnis mereka di Kawasan pusat perbelanjaan dan Kawasan
elite perkantoran, khususnya di wilayah Jakarta Selatan, Barat, dan Pusat.
1.2.4 Lingkungan Perusahaan
Definisi bisnis dari PT. FitFoods Nutrition adalah sebagai perusahaan jasa
makanan cepat saji (branded fast-food company), yang melakukan aktivitas usaha
dengan memberikan value langsung kepada konsumen (B2C), tanpa melalui rantai
pasok distributor atau retailer.
Dalam konteks sederhana, bentuk organisasi dari PT. FitFood Nutrition hampir
serupa dengan perusahaan fast food yang ada di Indonesia, seperti; PT. Pioneerindo
Gourmet International (CFC) atau PT. Citarasaprima Indonesia Berjaya (Upnormal).
Akan tetapi, dalam implementasi pertumbuhan bisnis dan bentuk outlet, PT. FitFood
Nutrition akan menekankan strategi digitalisasi outlet, yang lebih Cost Leadership
dibandingkan model resto dan grab and go dari outlet – outlet kompetitor. Selain itu,
PT. FitFood Nutrition memiliki diferensiasi utama pada value “Healthier Diet” yang akan
dijelaskan lebih lanjut pada bab berikutnya.
Mengacu pada penjelasan diatas, definisi aktivitas usaha dari PT. FitFoods
Nutrition dibagi menjadi dua jenis core activities, yaitu; (a) Food production activities
dan (b) Food services activities. Dalam menjalankan food production activities, PT.
FitFood Nutrion akan memiki dapur utama (central kitchen) yang berfungsi untuk
mempersiapkan seluruh rangkaian kebutuhan produksi dari setiap outlet channel.
Production activities dari FitFood merupakan serangkaian aktivitias pre-cook dan final
cook berseri (sequence) yang dilakukan pada Central Kitchen (HQ) dan outlet. Disisi
lain, aktivitas food services merupakan rangkaian layanan yang diberikan kepada
konsumen terhadap pembelian produk pada outlet channel. Adapun pada gambar 1.4
dijelaskan bentuk dan kegunaan dari unit Headquarter dan outlet channel.
Penjelasaan definisi bisnis akan dilakukan melalui 4 analisis: (1) produk yang
dihasilkan, (2) pembeli dari produk, (3) nilai produk bagi pembeli, serta (4) nilai produk
bagi perusahaan.
Gambar 1.4 Definisi Bisnis – Bentuk Unit Bisnis
Pada tabel 1.2; 1.3; dan lampiran produk dijelaskan secara singkat
rincian dari konsep dan komposisi paket produk Fitfood. Selain itu, turut
dicantumkan opsi pembelian lain dimana konsumen dapat membeli produk
secara ala carte atau prasmanan.
Menu Lauk Menu Sayur
Basis Basis Basis Basis Basis Basis Basis Add-
Karbohidrat Daging Ayam Ikan Daging Ayam Ikan Others ons
Paket
Balance 1
1 100 grams 1 Porsi Porsi
Paket
Balance 1 1 Porsi (Bebas Pilih) 1
2 100 grams Porsi Porsi
Paket
Balance 1 1
3 100 grams Porsi Porsi
Paket
Cutting
1 80 grams 1 Porsi
Paket
Cutting 1 2 Porsi (Bebas Pilih)
2 80 grams porsi
Paket
Cutting 1
3 80 grams porsi
Paket
Bulking 1
1 100 grams 1 Porsi Porsi
Paket
Bulking 1 2 Porsi (Bebas Pilih) 1
2 100 grams Porsi Porsi
Paket
Bulking 1 1
3 100 grams Porsi Porsi
Tabel 1.2 Konsep Produk & Komposisi
Tabel 1.3 Konep penyajian, gramasi, dan tampilan.
1.3.1.2 Landasan Pembentukan Produk
● Mengurangi jumlah konsumsi gula tidak lebih dari 10% kebutuhan kalori
atau setara 50g.
● Mengurangi jumlah konsumsi lemak jenuh, dan trans-fat tidak lebih dari
10% dan 1% dari kebutuhan kalori.
● Menghindari konsumsi garam berlebih kurang dari 5g perhari.
● Mencukupi kebutuhan serat sayur dan buah minimal 400g per hari.
Pembeli produk yang dihasilkan oleh core business perusahaan adalah konsumen
DKI Jakarta usia produktif diatas 20 tahun yang memiliki kepedulian gaya hidup sehat
sebagai ukuran value psikografi.
Berdasarkan proyeksi BPS, demografi DKI jakarta pada 2019 mencapai angka
10,5 juta jiwa, dengan jumlah penduduk perempuan sebesar 5,3 juta jiwa, dan laki-laki
sebanyak 5,2 juta jiwa. Adapun golongan usia produktif (15-64) tahun sebanyak 7,6 juta
jiwa merupakan penduduk dengan jumlah terbanyak di Jakarta.
Adapun kriteria profil target konsumen pada tahap awal adalah sebagai berikut:
● Rentang usia 20 - 45 tahun di DKI jakarta jumlah nya sekitar 3,75 juta jiwa (data
BPS).
● Jumlah masyarakat kelas menengah di DKI Jakarta sebesar 36.03% dan jumlah
masyarakat kelas atas di DKI Jakarta sebesar 46.81% (data BPS).
● Profil pekerjaan dari konsumen kami adalah Pekerja Kantoran.
● sedangkan rata – rata pembelanjaan per kapita per bulan untuk masyarakat kelas
menengah ke atas, untuk konsumsi makanan dan minuman adalah sebesar Rp
425.505 - Rp 1.171.221 (data BPS).
● masyarakat Indonesia yang memiliki kepedulian terhadap gaya hidup sehat
memiliki proporsi dari total penduduk Indonesia sebesar 80% (menurut dari
Nielsen’s New Global Health and Ingredient-Sentiment Survey).
● Dalam tahap awal operasional perusahaan kami fokus di wilayah Jakarta
Selatan. Dikarenakan daerah Jakarta Selatan merupakan daerah ketiga dengan
jumlah penduduk terbanyak di wilayah DKI Jakarta dengan jumlah sebesar
2,261,700 jiwa atau dengan besar proporsi sebesar 21.54% dari total Penduduk
Jakarta (data BPS).
Total proyeksi calon konsumen “FitFood” sebesar:
3.750.000 x (36.03%+46.81%) x 80% x 21.54% = 535,312 jiwa di Jakarta selatan
Point of Parity dalam yang paling utama dalam industri makanan diet adalah dari
segi kandungan nutrisi produk yang sudah disusun dengan baik oleh perusahaan
sehingga produk yang mereka hasilkan sudah sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Dalam proses penyusunan kandungan nutrisi, mayoritas perusahaan telah bekerjasama
dengan ahli gizi yang kompeten. Namun dari segi point of difference yang dimiliki Fitfood
jika dibandingkan dari kompetitor sejenis adalah dari segi value for money dan kedekatan
dengan konsumen.
Hal ini dapat dilihat pada rentang harga untuk produk kami dimulai dari Rp
30.000,00 hingga Rp. 65.000,00. Apabila dibandingkan dengan kompetitor seperti
Burgreens yang memiliki rentang harga antara Rp 100.000,00 hingga Rp 200.000,00,
Toska dengan rentang harga antara Rp 50.000,00 hingga Rp 100.000,00, dan Fedwell
dengan rentang harga Rp 100.000,00 hingga Rp 200.000,00. Harga yang kami tawarkan
lebih terjangkau, namun produk yang kami hasilkan memiliki kualitas yang setara dengan
kompetitor. Selain itu dari segi kedekatan dengan konsumen kami memiliki jaringan yang
lebih luas sebanyak 30 gerai dimana kompetitor hanya memiliki satu sampai empat belas
gerai. Kami juga turut berpartisipasi dan bekerjasama dengan berbagai event dan
komunitas yang identik dengan pola hidup sehat seperti event dan komunitas lari, sepeda,
senam, dan lain-lain.
Untuk manfaat yang bisa didapatkan oleh konsumen ketika mereka rutin
mengkonsumsi produk kami adalah kemudahan dalam mendapatkan makanan diet
dengan nilai value for money yang tinggi. Sehingga mereka dapat mengkonsumsi produk
kami secara lebih rutin dibandingkan dengan produk kompetitor. Hal ini penting
dikarenakan banyak makanan diet dijual dengan harga yang kurang terjangkau maupun
sulit untuk diperoleh. Ironisnya makanan diet merupakan makanan yang sangat baik
untuk kesehatan dan dapat mencegah resiko obesitas.
Menurut Kandinasti dan Farapti (2018), Obesitas merupakan salah satu faktor
penyebab kematian secara global. Sekitar 3.4 juta orang dewasa meninggal setiap
tahunnya karena obesitas atau overweight. Sedangkan menurut hasil penelitian yang
dilakukan oleh Husnah (2012), lebih dari seperempat penduduk Indonesia memiliki berat
badan berlebihan. Faktor penyebab obesitas diantaranya adalah konsumsi lemak, protein,
dan karbohidrat yang berlebihan (Febriani et al., 2019). Tingginya tingkat obesitas
disebabkan oleh gaya hidup modern yang serba praktis. Sehingga banyak orang
mengkonsumsi fast food dengan kandungan nutrisi yang tidak sesuai.
Nilai yang dihasilkan produk bagi perusahaan mengacu pada bentuk dari masing –
masing produk yang dihasilkan. Pada bab 4 akan dijelaskan bahwa FitFood
menghasilkan dua jenis bentuk produk yaitu, (i) diet meals sebagai goods product dan
(ii) food services sebagai services product. Tujuan utama dari kedua jenis produk adalah
sebagai bentuk manifestasi value kepada konsumen dan renevue driver yang
sustainable. Berdasarkan proyeksi dan targe perusahaan, estimasi pengambilan margin
dari produk adalah sebesar 50% dari setiap produk, setelah dipotong biaya operasional
dan pemasaran dari tiap gerai.
Selain itu, value dari food services yang berbentuk Cloudkitchen dan Resto
ditujukan sebagai sarana distribusi dan exposure kepada konsumen. Melalui layanan
cloudkitchen perusahaan diharapkan mampu menekan biaya operasional dan
mempercepat persebaran growth outlet hingga ke seluruh area – are perkantoran di
Jakarta. Adapun manfaat intangible lain berupa customer experience dan customer
traffic yang dapat digunakan untuk meningkatkan branding dan kedekatan dengan
konsumen. Pembukaan gerai pertama ditujukan sebagai “jangkar”, untuk mengukur dan
mengevaluasi performa outlet terhadap respon pasar. Dalam jangka 5 tahun opeasiona,
Fitfood kepemilikan jumlah outlet sebanyak 30 gerai yang akan menyebar diseluruh DKI
Jakarta. Pada tahap 5 tahun berikutnya, FitFood berencana memperluas jangkauan ke
provinsi lain di pulau Jawa.
1.4 Metode Penelitian
Metode penelitian bisnis Fitfood dilakukan melalui analisis kualitatif dan kuantitatif atas
data – data yang didapatkan melalui pendekatan (i) In-dept interview; (ii) Kuesioner, dan (iii)
Analisis publikasi riset dan data sekunder.
1. In depth interview
In-depth interview dilakukan terhadap 3 orang narasumber profesional yang memilki
latar belakang terhadap aspek – aspek yang berkaitan dengan food services dan healthy
food diantaranya;
2. Kuesioner
Kuesioner dilakukan secara terstruktur terhadap 104 orang responden secara online
dan bebas, serta menggunakan media Google Form. Metode ini dilakukan untuk: (1)
memperoleh market validation, (2) menganalisis tren dan pola yang ada di masyarakat, serta
(3) mengetahui perilaku responden atas diet dan healthy meals products.
3. Analisis dokumen
Analisis dokumen dilakukan terhdap beberapa publikasi akademik, media online, dan
publikasi pasar yang dirilis oleh institusi publik maupun swasta.
BAB II
ANALISIS INDUSTRI
Pada analisa 5 analisis kekuatan bersaing, metode yang digunakan adalah analisis
index attractiveness yaitu tingkat kemenarikan untuk FitFood masuk dalam industri, index
attractiveness akan dikalikan terhadap bobot masing-masing variabel dari ke 5 analisis
kekuatan bersaing.
Gambar 2.1 Framework 5 Forces Porter
Hal tersebut selaras dengan, data Zomato (2020), sebuah platform aggregator Food
and Beverages yang menyatakan jumlah brand healthy foods di Jakarta baru berjumlah
149 outlet brand dimana 41% dari outlet brand tersebut terkonsentrasi dan menjadikan
wilayah Jakarta Selatan sebagai sasaran utama mereka. Selain itu, Jakarta post (2016)
juga mencantumkan baru terdapat 5 brand healthy food paling terkenal diantara healthy
enthusiast Jakarta, dimana seluruh dari brand tersebut merupakan brand dalam negeri.
Kehadiran brand lokal yang masih leluasa memberikan peluang untuk tumbuh yang cukup
signifikan dimana salah satu diantaranya “LeafWell” berhasil melahirkan diversifikasi
entitas untuk menyasar ke beberapa segmen. (Tribun News,2018).
Bila dibandingkan dengan jumlah brand outlet healthy food yang baru
ada saat ini, komparasi antara penjual dan calon konsumen makanan sehat
memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Hal ini dapat memberikan penjual
kemampuan untuk mempengaruhi bisnis untuk dalam menyediakan produk
berkualitas tinggi, layanan yang lebih baik, atau menekan harga menjadi lebih
rendah. Selain itu survey Nielsen (2016) menyatakan, sebesar 64% konsumen
bersedia mengeluarkan uang lebih untuk makanan tanpa bahan tertentu. Hal ini
dilandaskan faktor alergi, pembatasan lemak, gula, dan karbohidrat. Untuk itu
jumlah buyer yang saat ini lebih banyak dari penjual ditambah motivasi
spending akan healthy food membuat rendah power of buyers.
Total 3.135 of 5
Berdasarkan hasil Analisis business model canvas, jenis supplier yang dibutuhkan
dalam bisnis F&B tidak terlalu banyak seperti supplier bahan baku, dan supplier rekanan
logistic atau foodtech. Kelompok telah melakukan interview dan pengambilan data
sekunder dimana untuk wilayah DKI Jakarta jumlah supplier bahan baku maupun
“vendor” jasa 3rd party sangat melimpah dan menawarkan kompetitif harga yang
bersaing. Untuk itu kelompok menggunakan tiga aspek yang sama yang digunakan
dalam menilai (i) Number of buyers relative to sellers, (ii) Availability of supply, dan (iii)
Switching costs.
Kebutuhan modal dasar dalam industri F&B dinilai sangat rendah bila
dibandingkan industri lain. Terlebih pada skala UMKM, mengacu pada detik.food
(2019). Sektor F&B dinilai menjadi pilihan yang sesuai bagi individu atau entitas
untuk membuka usaha dikarenakan kebutuhan modal disetor untuk operasional
dapat lebih rendah dari Rp10,000,000. Selain itu, dalam Kompas (2019),
wirausahawan dapat melakukan bootstrapping dalam mendirikan usaha makanan
ayam geprek dengan modal mulai dari Rp6,200,000, atau membeli franchise
berkisar Rp 35,000,000 (mokapos, 2019).
Hal lain dilansir oleh Indonesia-investment.com (2016), dimana syarat
foreign investment untuk PMA terjun ke dalam industri F&B membutuhkan modal
lebih dari Rp 10 miliar atau USD$750,000. Untuk itu gap antara kebutuhan
modal PMA dan PMDN yang sangat signifikan akan memberikan peluang
lebih bagi brand lokal untuk masuk kedalam industry dan dapat meningkatkan
meningkatkan Threats of New Entrants dalam industri.
Selain itu, publikasi riset pasar Nielsen (2019) yang diadopsi oleh Mayora
terhadap konsumen the RTD (Ready to Drink) mengungkapkan bahwa, “ada
pergeseran segmen pasar dari baby boomers …. yang kini sudah menjadi pasar
yang menua, beralih ke segmen pasar milenial yang masih terbuka lebar.
Karakteristik pasar gen milenial ini sensitif terhadap harga, inovasi rasa, dan
packaging…”. Untuk itu kami menilai barrier customer loyalty pada konsumen
milenial yang rendah dapat mendorong Threats of New Entrants (High)
Dampak yang dapat berlaku dari New Entrance, Threat of Substitute juga memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi daya tawar industri kepada konsumen. Pada cakupan
industri F&B, kelompok telah menganalisa force level dari substitute products
menggunakan variabel (i) Availability of substitute product, dan (ii) Relative price
performance of substitute, terhadap sub-sektor healthy food
2.1.5.1 Availability of substitute product
Kelompok menilai, substitusi dari healthy & diet food merupakan produk -
produk makanan yang dibuat tanpa berlandaskan anjuran dan komposisi nutrisi
atau klinis. Produk - produk alternatif seperti makanan daerah, makanan pinggir
jalan, makanan kemasan, hingga junk food dapat menjadi substitusi bagi konsumen
utama subsektor healthy food.
Berdasarkan publikasi SWA (2016), survei MasterCard “Consumer
Purchasing Priorities” menyatakan sebanyak 80 persen orang Indonesia lebih
memilih untuk bersantap di outlet fast food, diikuti oleh pusat jajanan atau food court
yang menempati urutan kedua dengan 61 persen, dan restoran atau cafe kelas
menengah sebanyak 22 persen.
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Zomato (2020) Kondisi industri
sektor restoran F&B di Jakarta memiliki variasi ragam produk yang sangat luas bagi
para konsumen. Saat ini terdapat 13,672 outlet dine-in yang tersebar di seluruh
Jakarta, dimana angka tersebut belum merepresentasikan seluruh outlet di Jakarta.
Akan tetapi menurut situs data. jakarta.go.id yang berjudul “data usaha jasa
makanan dan minuman jenis usaha restoran 2014”, sebanyak 3.957 restoran
beroperasi di wilayah DKI Jakarta. Sedangkan menurut data statistik penyediaan
makanan dan minuman pada tahun 2017 yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik
(BPS) menyebutkan bahwa presentasi jenis usaha makanan dan minuman pada
tahun 2017 di wilayah DKI Jakarta didominasi oleh jenis usaha restoran sebesar
84.61%, diikuti oleh jasa penyediaan makanan dan minuman lainya sebesar
10.66%, dan diikuti oleh catering sebesar 4.73%,. Maka berdasarkan data
persentase tersebut kita dapat mengetahui keseluruhan jumlah jasa penyedia
makanan dan minuman di wilayah DKI Jakarta. Berdasarkan perhitungan kami
jumlah usaha restoran sebanyak 3.957 unit, penyedia jasa makanan lainya
sebanyak 499 unit usaha, dan jumlah usaha catering sebanyak 221 unit usaha.
Kemudian berdasarkan analisis lapangan yang kami lakukan estimasi rata-rata
untuk jenis produk yang ditawarkan oleh restoran dan outlet berkisar antara 10-15
jenis produk.
Sehingga kami menilai bahwa banyaknya unit usaha dan jenis
produk yang ditawarkan akan mendorong availability of substitute product
(High).
Total 1.8 of 5
Dari hasil Analisis 5 kekuatan bersaing, nilai Industry attractiveness yang akan
dimasuki oleh FitFood adalah 2.75, yang berarti tingkat kemenarikan industri yang akan
dimasuki oleh FitFood adalah pada tingkatan medium atau menengah, sehingga bisa
dikatakan bahwa daya Tarik dari industri Diet food atau Healthy food ini masih berada
pada tingkatan medium. Adapun faktor yang paling bermasalah adalah pada faktor
Threats of New Entrants, dan Threat of Substitute Product
Tabel 2.7 Summary Analisis 5 Forces Porter
Total 2.75 of 5
Keterangan Index attractiveness:
1.00– 1.80 (low)
1.81-2.60 (medium low)
2.61-3.40 (medium)
3.41-4.20 (medium high)
4.21-5.00 (high)
Dalam industri rencana bisnis ini tergolong dalam industri makanan dan minuman
atau yang biasa disebut sebagai F&B (food and beverage), terkhusus lagi tergolong pada
industri healthy food yaitu pada bisnis yang memiliki produk makanan dengan ciri makanan
sehat.
Dalam analisis kelompok strategik pada industri healthy food ini terdapat dua variabel
yang bisa menjadi parameter dalam penyusunan kelompok strategik, dua variabel tersebut
merupakan harga dan variasi menu yang menjadi faktor penting yang dirasakan oleh
pelanggan dari bisnis healthy food ini.
Harga disini adalah jumlah cost yang dikeluarkan konsumen untuk membeli produk
makanan sehat yang terdiri dari appetizer, main, beverage, dan dessert, sedangkan variasi
menu adalah seberapa banyak jumlah tipe menu yang disediakan bagi konsumen baik dari
segi minuman maupun makanan, dengan variasi menu yang lebih banyak maka akan
membuat konsumen tidak mudah bosan, dan mampu memenuhi keinginan menu makanan
dari konsumen.
Dengan melihat analisis kelompok stratejik pada industri makanan sehat pada
gambar diatas maka industri tersebut dapat dibagi menjadi 4 kuadran, pada kuadran 1
merupakan perusahaan yang hanya menawarkan makanan sehat yang sedang sampai
mahal namun jumlahnya cabang atau channel yang terbatas. Pada kuadran 2 merupakan
perusahaan yang hanya menawarkan makanan sehat yang sedang sampai mahal namun
jumlahnya cabang atau channel yang banyak. Pada kuadran 3 adalah lingkup perusahaan
yang menawarkan makanan sehat dengan harga rendah ke tinggi namun jumlahnya
cabang atau channel yang terbatas. Sedangkan pada kuadran 4 adalah lingkup
perusahaan yang menawarkan makanan sehat dengan harga rendah ke sedang, dengan
ketersediaan tinggi.
Maka dengan kondisi kelompok strategik tersebut, maka perusahaan pada rencana
bisnis ini direncanakan akan masuk pada kuadran 4, dikarenakan pada kuadran ini masih
belum ada pemain atau perusahaan yang beroperasi pada kuadran ini.
Berdasarkan hasil interview kami dengan Bapak Joshua Putra Saputra sebagai
COO Miyazaki Japanese Grill dan selaku narasumber ahli kami. Beliau mengatakan
bahwa potensi pasar untuk industri makanan diet di daerah DKI Jakarta tergolong besar.
Besarnya potensi pasar industri makanan diet di wilayah DKI Jakarta didukung oleh
kemudahan mendapatkan bahan baku produk yang beragam dan dapat dibeli dalam
jumlah besar. Para pelaku usaha industri makanan dapat memperoleh bahan baku
dengan cara membeli melalui pasar tradisional yang tersebar di wilayah DKI Jakarta dan
melalui pengepul.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Perusahaan Pasar Jaya Provinsi DKI
Jakarta. Terdapat 153 pasar tradisional yang tersebar di seluruh wilayah DKI Jakarta
guna memenuhi kebutuhan bahan baku industri restoran makanan diet. Namun
walaupun bahan baku cenderung mudah diperoleh, akan tetapi terdapat fluktuasi harga
bahan baku. Informasi Pangan Jakarta menyebutkan bahwa di wilayah DKI Jakarta
selama periode 1 Januari 2020 sampai 9 April 2020, beberapa komoditas seperti
bawang merah, bawang putih, tepung terigu, dan komoditas lain mengalami fluktuasi
harga sepanjang periode tersebut. Untuk komoditas bawang merah fluktuasi harga
terendah senilai Rp 41.128,00 dan harga tertinggi senilai Rp 51.341,00. Untuk komoditas
bawang putih fluktuasi harga terendah senilai Rp 34.085 dan harga tertinggi senilai Rp
56.362,00.
Untuk komoditas tepung terigu fluktuasi harga terendah senilai Rp 7.904,00 dan
harga tertinggi senilai Rp 8.170,00. Sehingga dapat disimpulkan pada industri makanan
sehat, supplier mempunyai daya tawar yang cukup besar. Tidak hanya melalui pasar
tradisional, pelaku usaha juga dapat memperoleh bahan baku melalui pengepul. Di DKI
Jakarta terdapat beberapa pengepul seperti UD Samiliar dan PT Kedai Sayur
Indonesia untuk bahan baku sayur mayur, PT Harjaya Mulya Abadi dan UD Tunas Muda
untuk bahan baku daging, dan PT Karya Baru Indonesia untuk bahan baku beras.
Disamping kemudahan mendapatkan bahan baku, perkembangan industri
makanan diet juga didukung oleh rekanan bisnis foodtech seperti GoFood dan
GrabFood. Masyarakat menggunakan layanan pesan antar via aplikasi karena ingin
menghemat waktu dan tenaga untuk mengantri, menunggu, bepergian, dan
mendapatkan tawaran yang menarik.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Nielsen’s New Global Health and
Ingredient-Sentiment Survey pada tahun 2016, dari 1000 responden yang tersebar di
Jakarta, Bandung, Medan, Balikpapan, Surabaya, dan Makassar sebanyak 95 persen
responden mengaku membeli makanan siap saji selama tiga bulan terakhir dan 58
persen diantaranya menggunakan layanan pesan antar makanan via aplikasi seperti
GoFood dan GrabFood.
Menurut GoFood pengiriman makanan pada tahun 2019 meningkat sebesar 133%
dari tahun sebelumnya dan untuk jumlah pengunjung aplikasi GoFood pada tahun 2019
meningkat sebesar 2.63 persen dari tahun 2018. Pertumbuhan ini juga terjadi pada
GrabFood. Mereka mengatakan bahwa sepanjang tahun 2018 terjadi peningkatan
jumlah pengiriman makanan dari tahun 2017.
Oleh karena itu kami menilai analisis supply yang mendorong perkembangan bisnis
FitFood di Jakarta sangat beragam dan mudah didapat, disamping itu daya dukung
supply atas calon rekananan seperti foodtech juga sangat kompetitif gua mendorong
peningkatan pesanan, kemudahan pembayaran, dan online exposure bagi calon
konsumen.
Khusus sub-sektor healthy food, kelompok menilai minat dan permintaan atas
produk – produk healthy foods atau meals masih belum merata di seluruh lokasi Jakarta.
Hal ini mengacu pada analisis lapangan dimana brand – brand healthy food lokal terkenal,
terkonsentrasi pada tiga lokasi, Kuningan, Senopati, dan Menteng. Meski demikian,
pemilihan lokasi tersebut dinilai tepat sebagaiman dilansir Marketeers.com (2019), brand
healthy food Fedwell berhasil mencapai BEP dalam waktu 5 bulan dan membuka cabang
berikutnya. Adapun kuantifikasi lain yang kelompok coba lakukan melalui pengamatan
keyword pada google trend untuk “makanan sehat”, “makanan diet”, dan “diet sehat”,
khusus untuk wilayah Jakarta mengalami fluktuasi dengan tren normal. Akan tetapi, key
Kemudian berdasarkan survei yang dilakukan oleh Nielsen's New Global and
Ingredient-Sentiment pada tahun 2016, menunjukan bahwa 8 persen konsumen di
Indonesia mulai memilih makanan sehat dan sadar akan pentingnya kesehatan, angka ini
diprediksi akan meningkat hingga 24 persen pada tahun 2020.Dengan kondisi penawaran
dan permintaan yang diprediksi akan terus meningkat, hal ini dapat dilihat dari
meningkatnya market size industri food and beverage dan kesadaran konsumen
menerapkan pola hidup sehat. Maka dapat disimpulkan bahwa industri ini mempunyai
prospek yang baik.
Mengacu dari food preneur Joshua Putra Saputra, COO Miyazaki Japanese Grill
dan publikasi Heizer J. and Render B. et al (2020), parameter yang dapat digunakan
untuk mengukur perusahaan makanan siap untuk membuka outlet baru adalah sebagai
berikut:
2. Production control: dalam hal ini adalah standarisasi dalam proses produksi
makanan diet. Hal ini penting karena standarisasi proses produksi dapat membuat produk
yang diproduksi memiliki kualitas yang konsisten yang mana hal tersebut merupakan
faktor yang yang dapat membuat konsumen loyal untuk membeli di tempat tersebut.
Dalam industri makanan apabila terjadi penurunan kualitas produk maka dapat dipastikan
bahwa konsumen akan berpindah ke competitor. Apabila perusahaan mampu untuk
membuat standarisasi pembuatan produk kemudian menanamkanya pada pekerja di
outlet tersebut dan berhasil. Maka perusahaan dapat fokus untuk membuka outlet baru
dikarenakan pengawasan dan bimbingan pada para pekerja di outlet lama dapat
dikurangi, pekerja sudah mampu untuk membuat produk sesuai dengan standar.
Sehingga perusahaan dapat fokus untuk membuka outlet baru, selain itu perusahaan juga
dapat menerapkan sistem standarisasi yang sama di outlet baru karena standarisasi
tersebut terbukti berhasil.
3. Standarisasi service: dalam hal ini standarisasi service adalah SOP dalam
melayani konsumen. Dimulai dari ketika konsumen memasuki outlet, memesan makanan,
mengantarkan makanan kepada konsumen, membayar makanan, dan meninggalkan
outlet. Hal ini penting karena apabila perusahaan sudah memiliki SOP pelayanan yang
efektif maka SOP tersebut dapat diimplementasikan ke outlet baru.
Rekayasa skenario bisnis dilakukan untuk menetapkan respon dan strategi bisnis
terhadap kondisi makro yang terjadi di Indonesia. Dalam hal ini akan dipilih tiga skenario
yang menggambarkan kondisi (a) pessimistic; (b) most likely; dan (c) optimistic untuk
jangka waktu 2 tahun antara 2020 hingga akhir 2021. Skenario bisnis yang dibuat
merupakan prediksi atas kondisi riil dimana penyakit pandemic COVID-19 terjadi di
Indonesia.
Dua variabel utama yang dipilih dalam scenario ini merupakan (i) pertumbuhan
produk domestic bruto (PDB) Indonesia dan (ii) berakhirnya COVID-19 di Indonesia.
Variabel PDB ditujukan untuk mengukur kekuatan ekonomi nasional mengacu dari nilai
tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha disuatu negara tertentu dalam periode
tertentu (Bank Indonesia, 2016). Sedangkan variabel COVID-19 merupakan judgement
kelompok terhadap dampak dan estimasi berakhirnya COVID-19 di Indonesia. COVID-19
merupakan penyakit virus saluran pernapasan oleh yang telah berdampak global
pandemic, dan masuk di Indonesia sejak maret 2020, (Kompas, 2020). Dampak dari
pandemic COVID-19 terbukti telah memberikan mempengaruhi aktivitas sosial seperti
social distancing dan work from home juga mempengaruhi performa industry FMCG
maupun sektor F&B. Untuk itu kombinasi PDB dan COVID-19 dinilai relevan dalam
mengukur scenario bisnis 2020-2021.
Secara singkat, berikut prediksi umum atas dua variabel (i) PDB dan (ii) COVID-19
sebagai landasan business plan FitFood.
Tabel 2.9 Prediksi Umum
Proses Analisa variable utama (i) PDB dan (ii) COVID-19 dilakukan
menggunakan beberapa indikator atau sub-variable. Berdasarkan urutannya,
pembuatan skenario atas variable PDB menggunakan publikasi KSSK, Kementerian
Keuangan (2020), sebagaimana dijelaskan bahwa perhitungan komponen PDB
yang mengacu atas 3 hal yaitu (i) konsumsi produk dan jasa oleh rumah tangga , (ii)
konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga, dan (iii) Penanaman
Modal Tetap Bruto (pertumbuhan investasi di Indonesia).
Tercatat pada 2019 (sebelum COVID-19), pertumbuhan ekonomi di
Indonesia adalah sebesar 5,02%. Komponen konsumsi rumah tangga menyumbang
56,62% dari PDB, sedangkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga rata-ratanya
adalah sebesar sebesar 4,97%, pertumbuhan konsumsi lembaga non-profit rumah
tangga (LNPRT) sebesar 10,62 persen, dan pertumbuhan Investasi atau PMTB
(penanaman modal tetap bruto) 4,45 persen.
Sementara itu, analisis akan dampak COVID-19 di Indonesia
menggunakan acuan berbagai publikasi pakar dan instansi, serta kompilasi berita
media online. Berdasarkan “Consumer Insight Report” (Delloite, 2020) didapatkan
historis consumer sentiment di Indonesia yang menunjukan angka yang tinggi
selama empat tahun terakhir. Hal ini dinilai penting guna mengukur “Optimisme”
konsumen menggunakan pendekatan statistik dan ekonomi dari keseluruhan
kesehatan ekonomi (Liberto, 2019). Selain itu mengacu pada “Buletin Biro
Perencanaan Kementerian Pertanian” (Kementrian Pertanian, 2020), dijelaskan
bahwa akan terjadi penurunan ketersediaan bahan baku pangan “supply shock”
yang diklasifikasi kedalam tiga scenario.
PT. FitFoods Nutrition merupakan startup food and beverage yang berfokus dalam
menyajikan produk makanan utama (meals) bernutrisi lengkap dan seimbang, dengan
konsep whole food, guna menjaga kandungan nutrisi esensial bagi konsumen di FnB di
Indonesia. Pada tahap initial stages PT. FitFood Nutrition akan memulai operasional tiga
gerai di DKI Jakarta Selatan, dibawah manajemen Induk, yang kemudian dikembangkan ke
Wilayah lain di Jakarta dan Jabodetabek.
3.1.1 Visi Perusahaan
i. Menghasilkan produk meals halal dan berkualitas yang berdampak baik dan
sesuai dengan cita rasa konsumen.
ii. Menjaga mutu standar bahan baku, higienis dan proses produksi.
iii. Konsisten mengkreasi inovasi varian yang teruji gizi dan proses produksi.
iv. Menghasilkan laba usaha operasional pada setiap fiscal year.
v. Meningkatkan jumlah outlet dan wilayah pemasaran guna mempermudah
pelayanan konsumen.
Segmentasi pasar dari FitFood adalah orang-orang yang berada di daerah Jakarta
dengan kelas sosial yang dimulai dari kelas sosial menengah hingga kelas social keatas.
Kelas sosial menengah hingga kelas sosial keatas yang dimaksud adalah orang-orang
yang memiliki pendapatan lebih dari sama dengan Rp. 6.000.000 per bulan dan atau
dengan kemampuan dine out Rp. 2.500.000 per bulan.
Makanan diet merupakan makanan yang dapat dikonsumsi sehari-hari oleh semua
kalangan dengan berbagai macam motivasi. Oleh karena itu, secara usia memiliki target
pada orang-orang dengan usia diatas 20.
Tujuan jangka Panjang dari Fit Food adalah untuk memiliki cakupan segmen pasar
menengah – keatas. Akan tetapi pada tahap awal, Fit Foods akan terlebih dahulu
menargetkan konsumen individu yang memiliki pendapatan diatas UMR antara enam
hingga sepuluh juta rupiah perbulan, atau konsumen dengan kemampuan dine out
menyentuh angka Rp2,500,000 perbulan. Berdasarkan refleksi nominal tersebut,
perusahaan menilai kalangan pekerja mid staff hingga junior manager dapat menjadi
pilihan segmen yang sesuai.
Usia 27 26 20 30
Pada tahap awal, FitFood akan membangun relasi dengan konsumen dengan
memperhatikan 2 aspek yaitu, komunikasi dan penjualan. Kedua aspek ini dinilai sangat
berperan dan memiliki dampak yang besar dalam perkembangan bisnis FitFood.
Komunikasi dengan konsumen akan dibangun melalui media online dan offline. Dalam
membangun relasi melalui media online akan dilakukan komunikasi satu arah dan dua
arah. Komunikasi satu arah ini dilakukan melalui iklan yang berisikan peningkatan
kesadaran konsumen akan keberadaan FitFoods dan edukasi terhadap konsumen yang
bertujuan untuk memberikan edukasi mengenai FitFoods sebagai produsen makanan diet
sehat. Untuk komunikasi dua arah dilakukan dengan membentuk komunitas FitFoods
pada berbagai macam media social.
Untuk media offline, komunikasi dilakukan dengan menjadi bagian dari komunitas,
menjadi sponsor, mengadakan event yang sejalan dengan FitFood sebagai produsen
makanan diet sehat, dan melalui media-media cetak. Dari aspek penjualan, FitFood juga
berusaha membangun komunikasi dengan melalui membership konsumen dan potongan-
potongan harga dari instansi-instansi lain yang memiliki kerja sama dengan FitFoods.
Pada tahap awal, Fit Food akan menekankan pendekatan berbasis interest kepada
komunitas olahraga seperti marathon, fun run, yoga dan weightlifting yang terlebih dahulu
memiliki awareness akan makanan bernutrisi. Disamping itu Fit Food juga akan
membangun brand awareness bagi masyarakat umum melalui media online seperti
Twitter, Whatsapp, dan Instragram, diimbangi dengan strategi pendekatan offline dengan
mengadakan event – event menarik di Jakarta.
Bentuk interaksi konsumen yang akan dibangun Fit Food bersifat lebih aktif dan
persuasive. Hal ini dilakukan dengan menekankan penggunaan konten–konten User
Generated pada Social Media dan pemilihan jenis event yang beragam, selain dari “mini
talk show” dan seminar. Adapun dalam menjaga hubungan komersial dengan konsumen,
Fit Food menawarkan program promosi dan point reward member yang dapat
memberikan benefit pada pembelian produk Fit Foods.
Sementara itu pada channels secara tidak langsung (indirect) terdapat partner yang
bekerjasama dengan FItFoods. Rekan (partner) ini lebih ditekankan pada penyedia food
tech seperti “Grab Kitchen” dan “GoFood”. Pemilihan dan penekanan partner ini bertujuan
untuk memenuhi salah satu value proposition FitFoods Easy to Collect.
Dalam menjalankan operasional, Fit Food akan memiliki tiga jenis channel
penjualan diantaranya: (i) Outlet, (ii) Partnership, dan (iii) Seasonal Event. Berdasarkan
urutan tersebut, Fit Food menetapkan channel outlet sebagai komponen utama dan
representatif fisik dari Value Proposition perusahaan. Melalui channel outlet, konsumen
dapat merasakan pengalaman dine in yang nyaman dan bertempat tidak jauh dari
perkantoran.
Selain itu Fit Food akan bermitra dengan penyedia food tech seperti “Grab
Kitchen”, yang ditujukan khusus untuk memenuhi pesanan - pesanan online. Tujuan lain
dari pemilihan channel partnership adalah untuk memenuhi value Easy to collect dan
value Convenience. Adapun chanel seasonal event, dilakukan dengan mengikuti food
bazaar di Jakarta guna meningkatkan brand awareness perusahaan.
Mengacu dari Osterwalder & Pigneur (2010) key activities dapat dikategorikan
menjadi tiga bagian: (1) Produksi, (2) Pemecahan masalah dan (3) Platform / Jaringan.
Produksi mengacu pada kegiatan yang berkaitan dengan desain, pembuatan, dan pada
produk. Pemecahan masalah menunjukkan aktivitas yang terkait dengan masalah yang
timbul dari produk tersebut. Perusahaan harus mengatasi masalah yang timbul tidak
hanya dalam produk tetapi perusahaan juga harus dapat melibatkan permintaan
pelanggan agar produk mereka dapat diterima dengan pelanggan. Platform / Jaringan,
model bisnis yang kegiatan utamanya terkait dengan jaringan dan sebagian besar
perusahaan yang bergerak di bidang teknologi informasi.
Berdasarkan jenisnya, key activities dari Fit Food dapat dikategorikan menjadi (i)
Sales and Marketing, (ii) Operasional, dan (iii) Supply chain management. Rincian atas
aktivitas sales and marketing ditujukan untuk memenuhi strategi customer relation dan
memaksimalkan penjualan masing - masing channel. Sebagaimana dijelaskan Fit Food
akan melakukan pendekatan marketing berbasis komunitas dan lebih persuasif, yang
dapat dipenuhi melalui kegiatan (a) Community Engagement, (b) Pemasaran pada event
olahraga, (c) Pemasaran pada perkantoran dan (d) Pemasaran pusat olah raga.
Selain itu key activities Operasional juga dilakukan dengan melakukan R&D Produk,
melakukan training produksi, dan memantau kinerja pegawai dan partner saat produk
delivery. Fit Food turut melakukan kegiatan Supply Chain Management, guna memastikan
seluruh kegiatan usaha berjalan dengan lancar. Beberapa key activities PSCM yang
dilakukan berupa (a) pemilihan supplier, (b) memantau kebutuhan produksi, dan (c)
menjaga kesesuaian kualitas dan kuantitas bahan baku terhadap perubahan harga
komoditas.
3.2.6 Key Resources
Mengacu pada urutan prioritas diatas, Kithcen team menjadi kunci utama pada
bisnis Fit Food. Hal ini berkaitan dengan landasan produksi Fitfood dimana resep
makanan memiliki leverage yang tinggi,dan termasuk aset intelektual. Kerahasiaan dan
perkembangan resep juga pelatihan SDM (pelayan, koki, kasir, dan pekerja lainnya) harus
dijaga dan dikembangkan.
Sebagai perusahaan food and beverages, Fit Food akan bermitra dengan beberapa
supplier bahan baku yang berbeda. Untuk bahan baku poultry, daging, sayuran dan buah,
Fit Food akan bermitra dengan perusahaan penyuplai dan pengepul, guna mendapatkan
grade bahan baku yang stabil dan biaya pembelian yang lebih murah. Fit Food juga akan
melakukan riset pasar dan pendekatan asosiasi supplier guna mendapatkan penawaran
optimal. Untuk kebutuhan bahan baku non-makanan, Fit Food akan bermitra dengan
koperasi dan supplier lokal dari packaging, gas, dan kitchen utilities.
Selain dari production partner, Fit Food membutuhkan rekanan foodtech yang dapat
menjembatani kebutuhan produksi, pemasaran, penjualan, hingga pembayaran. Salah
satu foodtech yang dapat menjadi rekan Fit Food diantaranya Grab Kitchen dan Yummy.
Disamping itu Fit Food juga membutuhkan support system dari pihak Payment seperti
Bank dan Fintech Payment, serta Publikasi media guna mendorong publisitas bisnis.
Berdirinya bisnis ini tidak terlepas dari kepatuhan perusahaan dan support
pemerintah dalam industri, untuk itu Fit Food membutuhkan izin usaha dari BPOM dan
MUI, juga akan mengajukan partnership dengan pakar gizi guna memberikan publikasi
kadar gizi dan kalori dari setiap menu yang dijual.
Sebagaimana FitFood menggunakan strategi cost focus untuk itu perusahaan harus
teliti dalam mengalokasikan pengeluaran dan memitigasi perubahan harga. Hal ini selaras
dengan Osterwalder & Pigneur (2010) bahwa cost focus memiliki tujuan untuk
mengurangi biaya guna mempertahankan relevansi value dan profitabilitas. Proporsi cost
structure terbesar dari bisnis Fit Foods diestimasikan terbagi kedalam empat jenis
pengeluaran diantaranya: (i) Sales and Marketing Expenses, (ii) Procurement Expenses,
(iii) Operation and Admin Expenses dan (iv) Product RND. Perusahaan mengestimasikan
penyerapan biaya Sales and Marketing sebesar 25% dari keseluruhan cost structure.
Perincian dari biaya tersebut diperkirakan terdiri dari pembelanjaan iklan, tenaga kerja,
subsidi diskon, dan fee bagi key partner.
Pemasukan utama Fit Foods bersumber dari penjualan produk yang didiversifikasi
kedalam tiga jenis penjualan. Sebagaimana dijelaskan pada poin sebelumnya, Fit Food
akan memaksimalkan channel penjualan (i) Outlet, (ii) Partner, dan (iii) Sales dengan
target margin 50% dari HPP produk yang dihasilkan.
Peralatan terutama peralatan dapur (kompor, oven, dsb) akan bekerja sama dengan
produsen peralatan dapur. Kerja sama yang dimaksud berupa kerja sama dalam pembelian
peralatan dan perawatan rutin. Kerja sama ini juga memiliki dampak pada biaya yang lebih
efisien serta menunjang efisiensi kegiatan operasional pada dapur. Efisiensi operasional
dilakukan dengan pemilihan tempat yang tepat. Pemilihan tempat ini dilakukan sesuai
dengan pertimbangan pada segmen yang telah ditentukan, dapat membuat pengiriman
bahan baku menjadi efisien, dan kontrol outlet yang mudah dan baik. Dengan pertimbangan-
pertimbangan tersebut maka pilihan strategi overall cost leadership (OCL) adalah pilihan
yang sesuai bagi FitFoods.
Untuk pilihan strategi bersaing dapat ditentukan dari beberapa sudut, dari sudut
pertama dari pertimbangan keunggulan stratejiknya di industri yang dimasuki oleh FitFood,
yaitu industri makanan dan minuman, yang berfokus pada segmen makanan diet. Dalam
industri ini kami ingin menyediakan makanan diet yang memiliki harga yang bersaing atau
lebih murah dibanding kompetitor lain, sehingga FitFood harus memiliki posisi biaya yang
lebih rendah dibandingkan dengan kompetitor, sehingga profit margin masih bisa dijaga
meskipun dengan harga jual yang murah. Posisi biaya yang lebih kompetitif ini ini bisa
dicapai dengan economies of scale, akses ke bahan baku, dan peralatan yang lebih murah,
dan juga efisiensi dari operasional dan pemasaran kami. Sehingga dengan melihat
keunggulan stratejik dari FitFood, pilihan strategi overall cost leadership (OCL) adalah pilihan
yang sesuai bagi FitFood.
FitFoods menerapkan model value chain dimana mengolah bahan makanan (mentah)
menjadi makanan diet yang siap dimakan. FitFoods memiliki rantai produksi dalam
menciptakan produk makanan diet dimulai dari penyediaan bahan baku yang telah diseleksi,
proses pemasakan, dan penyajian makanan. Setelah terjadi transaksi dengan konsumen,
FitFoods diharapkan mendapatkan laba dari transaksi yang diterima
3.4.1 Supporting Activities
● Firm Infrastructure: Dapat mengidentifikasi produk baru yang dicari oleh
konsumen sebagai akibat kebutuhan konsumen yang dinamis dan dapat
mengidentifikasi ancaman produk serupa dari kompetitor.
Strategi delegasi tim inti dilakukan berdasarkan divisi dalam perusahaan dan fungsi –
fungsi strategis yang harus dipenuhi dalam divisi tersebut. Pembagian tim inti menjadi
landasan dasar stuktur SDM terhdap empat divisi dalam business plan Fitfood diantaranya
divisi (i) Marketing; (ii) Operation (iii) Human Resource dan (iv) Finance. Masing – masing
fungsi strategis yang menjadi bagian dari tim inti FitFood akan dirinci pada tabel berikut.
Tabel 3.3 Divisi Perusahaan
Departemen Fungsi core
Marketing Marketing Communication
Digital Marketing
Business Development
Sales & Food Services
Operation Supply and Procurement.
Central Kitchen
Outlet Kitchen
Human Resource Hiring dan Strategist
Legal
Finance Corporate Finance
Accounting
BAB IV
STRATEGI PEMASARAN
Dari hasil pemilahan pasar yang telah dilakukan, FitFood sebagai produsen
makanan diet sehat memiliki market potensial sebesar Rp. 29.263.229.204.688.
Perhitungan market potensial dilakukan sesuai dengan data yang diperoleh pada bab 1
(pembeli produk perusahaan) dengan menggunakan:
Market potensial=¿
Maximum consuming units × Buying ceiling × Purchase rate× Purchase quantity × Average price
4.2.1 Psyhographic Profiling – Konsumen Healthy Food
Motivasi
Optimasi Merasa dan Hidup lebih Kesehatan yang
sumberdaya terlihat bagus. lama, berbagi lebih baik
saat ini kebiasaan, (meminimalisir
tanggung jawab gejala) dan
social. hidup lebih
lama.
Sifat dan
Olahraga Mempertahanka Latihan yang Latihan dibawah
berperilaku
secukupnya, n latihan dan terintegrasi pengawasan
belanja sesuai berat badan (100%) dokter,
anggaran, sebagai pelepas kesadaran, kebuthuhan
orientasi rasa, stress, orientasi orientasi jangka medis,
mencari solusi pada rasa dan panjang, perubahan kecil
yang tidak nutrisi, diet yang makanan pada diet.
mahal dan bervariasi dan sebagai
nyaman. seimbang, kebutuhan
memiliki dalam pikiran,
toleransi tubuh, dan jiwa.
sedang.
Preferensi
Memilih produk Keakraban Makanan yang -
belanja
dengan dampak dengan produk, simpel, autentik,
negative lebih keseimbangan dan
sedikit. rasa dan kalori. berkelanjutan,
bahan yang etis
dan murni.
Hambatan
Harga, Harga dan rasa. Selektif dan Berkomitmen
kenyamanan, standar yang pada anjuran
dan rasa. tinggi. dokter.
Persentase
Market
47,8% 37% 5% 10,2%
Potensial
Market
Potensial 13.987.823.559. 10.827.394.805. 1.463.161.460.2 2.984.849.378.8
a. Flavor-Driven Segmen
Konsumen pada segmen ini lebih mengutamakan rasa dari suatu produk.
Pada segmen ini, konsumen cenderung memilih makanan yang memiliki rasa yang
enak (sesuai dengan selera konsumen) dengan harga yang tidak mahal. Rasa yang
hambar telah menjadi persepsi bagi sebagian orang sebelum memilih dan
mengkonsumsi makanan sehat karena takarannya tiap porsinya telah diukur untuk
mencapai nutrisi yang seimbang. Pada sebagian konsumen persepsi produk
makanan sehat mempunyai harga yang mahal karena anggapan makanan sehat
terdiri dari bahan-bahan yang mahal seperti minyak zaitun, salmon, jamur truffle,
beras dan sayur-sayuran organik. Ciri-ciri dari segmen ini adalah memiliki gaya
hidup yang fleksibel dan tidak memiliki jadwal olahraga yang tetap pada hari
tertentu. Hambatan bagi perusahaan untuk melayani segmen ini adalah harga dan
cita rasa.
Segmen rasa dan kandungan memiliki market potensial sebesar Rp.
13.987.823.559.840 yang merupakan 47,8% dari keseluruhan market potensial
yang dimiliki FitFood. Angka ini didapatkan berdasarkan data persentase jumlah
penduduk Jakarta yang melakukan “aktivitas fisik kurang” (Riskesdas, 2018),
dengan asumsi orang-orang dengan aktivitas fisik yang kurang akan memiliki jadwal
olahraga yang tidak tetap yang dianggap dapat mewakili segmen rasa dan
kandungan.
b. Motivated Moderate
Segmen ini memiliki ciri antara lain ingin merasa dan terlihat bagus.
Frekuensi olahraga pada segmen ini hampir setiap hari atau teratur dengan baik
dan bertujuan untuk menjaga berat badan dan menghilangkan stress. Tujuan yang
ingin dicapai dari segmen ini kebersamaan bersama orang terdekat dan makanan
sehat dan lezat. Segmen ini tidak terlalu memperdulikan perubahan harga pada
saat pembelian suatu produk makanan sehat. Segmen ini umumnya memiliki tujuan
yang lebih jelas yaitu menjaga berat badan yang akhirnya akan berhubungan
dengan kesehatan secara umum. Karena segmen ini memiliki awareness yang baik
tentang gaya hidup sehat, gizi, dan nutrisi yang seimbang harus dipenuhi bagi
perusahaan untuk melayani segmen ini.
Segmen bermotivasi moderat memiliki market potensial sebesar Rp.
10.827.394.805.734 yang merupakan 37% dari keseluruhan market potensial yang
dimiliki oleh FitFood. Besar market potensial ini diperloleh dari persentase penduduk
Jakarta yang menderita obesitas sentral pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018) yang
dijadikan sebagai tolak ukur. Obesitas sentral merupakan kondisi penumpukan
lemak yang terjadi disekitar bagian perut. Orang-orang yang menderita obesitas
sentral dinilai akan berusaha menjaga dengan menrunkan berat badan melalui
media olahraga yang dilakukan secara rutin.
c. Devoted Well-Doer
Konsumen pada segmen ini, konsumen telah membiasakan hidup sehat
kepada orang terdekat dan masyarakat. Segmen ini memiliki frekuensi olahraga
yang sangat tinggi dan telah terintegrasi secara total kedalam pola hidup sehari-
hari. Konsumen pada segmen ini bertujuan untuk hidup yang lebih lama. Konsumen
pada segmen ini memilih makanan sehat yang akan dikonsumsi sehari-hari.
Konsumen pada segmen ini memiliki pengetahuan yang cukup baik akan pilihan
bahan baku dan gaya hidup sehat sehingga ingin menginspirasi orang terdekat dan
masyarakat.
Pada segmen bergaya hidup aktif memiliki market potensial Rp.
1.463.161.460.234. Segmen ini hanya memiliki 5% dari total keseluruhan segmen
yan dimiliki FitFood. Besar market potensial pada segmen bergaya hidup aktif
diperoleh berdasarkan persentase penduduk Jakarta yang mengkonsumsi buah dan
sayur lebih dari 5 porsi dalam satu hari (Riskesdas, 2018). Tingkat konsumsi bua ini
diasumsikan bahwa konsumen yang memiliki pengetahuan pada gaya hidup sehat
akan mengkonsumsi buah dan sayur dalam takaran yang cukup untuk menjaga
kesehatan dengan tujuan untuk dapat hidup lebih lama.
d. Restricted Reactive
Segmen pola makan ketat dan terbatas umumnya pada konsumen yang
memiliki penyakit dan gejala tertentu sehingga harus menerapkan pola makanan
tertentu yang dianjurkan oleh dokter. Contohnya adalah orang yang memiliki
penyakit diabetes, jantung, dan gula. Konsumen yang memiliki penyakit tersebut
harus mengikuti anjuran obat dan makanan dari dokter. Segmen ini memiliki bahan
makanan yang diatur ketat sehingga tidak bisa sembarangan makanan untuk
dikonsumsi. Konsumen pada segmen ini memiliki ilmu yang terbatas dan pola
makan yang telah diatur oleh dokter.
Segemen pola makan ketat/terbatas memiliki market potensial sebesar Rp.
2.984.849.378.878 yang merupakan 10,2% dari keseluruhan market potensial yang
ada. Besar market potensial pada segmen ini dapat digambarkan dari persentase
penduduk Jakarta yang memiliki keluhan kesehatan pada tahun 2018 (Riskesdas,
2018). Diasumsikan bila orang yang memiliki keluhan akan kesehatan akan
menerapkan pola makan tertentu yang dianjurkan oleh dokter.
4.3. Target Pasar
Dalam menentukan target pasar, FitFoods menggunakan strategi differentiated
marketing. Menurut Kotler dkk (2005), dalam differentiated marketing perusahaan
memutuskan untuk menargetkan beberapa segmen pasar dan merancang penawaran
terpisah untuk masing-masing segmen. Dipilihnya strategi differentiated marketing
karena FitFoods ingin menjalin komunikasi yang sesuai untuk target pasar yang dipilih.
Dari hasil pemilahan pasar yang telah dilakukan, FitFood memilih target pasar
bermotivasi moderat. Pemilihan target market pada segmen bermotivasi moderat dinilai
sesuai dengan tujuan yang dimiliki FitFood sebagai salah satu produsen makanan diet
sehat dan kesesuaian produk yang dimiliki FitFood dengan target pasar yang dituju.
Pemilihan segmen bermotivasi moderat sebagai target market memiliki alasan
akan market potensial yang cukup besar (Rp. 13.987.823.559.840) yang merupakan
terbesar kedua setelah segmen rasa dan kandungan dari keseluruhan market potensial.
Selain itu, segmen bermotivasi moderat juga dinilai akan terus berkembang. Penilaian
ini didasarkan pada survei yang dilakukan Nielsen (2016), dimana 8 persen konsumen
di Indonesia mulai memilih makanan sehat dan sadar akan pentingnya kesehatan, dan
pada tahun 2020 angka ini diprediksi akan meningkat hingga 24 persen.
a. Brand Mantra
Menurut Keller (1999), brand mantra adalah frasa pendek tiga hingga lima
kata yang menangkap esensi yang tak terbantahkan atau semangat positioning
merek. Brand mantra digunakan untuk menggambarkan keunggulan dari sebuah
brand dibandingkan dengan kompetitor. Brand mantra didasari oleh beberapa faktor
seperti brand function, descriptive modifier, dan emotional modifier.
b. Slogan (Tagline)
Slogan merupakan sebuah definisi singkat yang menggambarkan suatu
bisnis pada perusahaan. FitFood sebagai salah satu produsen makanan diet sehat
memiliki produk berupa makanan diet dalam bentuk makanan jadi yang memiliki
tujuan untuk memberikan dampak positif dari kesehatan. Oleh karena itu, untuk
memberikan gambaran dan kejelasan bisnis dari FitFood pada konsumen, FitFood
memiliki tagline “Diet Food for Better Health”.
c. Brand Personality
Brand personality menurut Louis dan Lombart (2010) merupakan
kepribadian merek sebagai seluruh sifat kepribadian yang digunakan untuk
merincikan seseorang dan memiliki asosiasi dengan merek. Merek sebagai benda
mati dapat dikaitkan dengan karakteristik dari manusia. Hal ini menunjukan bahwa
kepribadian merek cenderung simbolik dan dapat menjadi sarana ekspresi diri
konsumen serta instrument dalam menolong konsumen mengekspresikan aspek-
aspek yang berbeda dalam diri mereka (Aaker, 1997).
Gambar 4.1. Brand personality framework.
b. Warna hijau memiliki memiliki makna kesehatan. Hal ini sesuai dengan
penelitian Monica dan Luzar (2011), bahwa warna hijau memiliki konotasi
kesehatan, ketenangan, dan ketentraman.
b. Product Level
Menurut Kotler (2012), produk memiliki tingkatan-tingkatan atau level
yang terdiri dari 5 level produk yaitu, core benefit, basic product, expected
product, augmented product, dan potential product.
Dari kelima level produk dan definisi diatas, berikut merupakan level-
level produk yang dimiliki oleh FitFood sebagai produsen makanan diet
sehat:
c. Lini Produk
Mengacu pada definisi Kotler (2000) lini produk merupakan
“kelompok produk yang terkait erat karena berfungsi dengan cara yang
sama, dijual ke kelompok pelanggan yang sama, dipasarkan melalui jenis
outlet yang sama, atau berada dalam kisaran harga tertentu”. Untuk itu, lini
produk yang dihasilkan oleh Fitfood terkonsentrasi pada healthy food meals;
dengan kata lain, FitFood merupakan perusahaan dengan satu lini produk
(single product line). Meski demikian, komposisi dari lini produk FitFood
terdiri atas 6 produk atribut yang terdiri dari (i) Menu Karbohidrat; (ii) Menu
Lauk Utama; (iii) Menu Lauk Sayur; (iv) Menu Add-on; (v) Beverages; dan
(vi) Healthy Snacks.
Tabel 4.6. Lini dan Atribut Produk FitFood.
d. Varian Produk
Berdasarkan bentuk pembeliannya, FitFoods memilki dua kategori varian
produk yaitu (i) varian ala carte dan (ii) varian paket. Kategori varian ala
carte merupakan jenis pembelian atribut menu secara satuan, yang juga
dapat digabung dengan menu lain. Standarisasi gramasi dari varian ala
carte dibedakan dengan berdasarkan atributnya, dan memiliki pricing
tersendiri yang akan dijelaskan pada pembahasan subbab strategi pricing.
Berikut merupakan rincian dari varian ala carte.
Selain itu, konsep varian paket FitFood juga telah didesain dan
dinamakan berdasarkan model dietary low-carbs diet dan mengacu pada
expektasi end-goals (value from) dari pola konsumsi diet yaitu (i) Cutting
atau weight loss; (ii) Bulking atau muscle building; (iii) Meals balancing atau
body weight maintenance. Proses desain dan komposisi dari varian paket
sudah disesuaikan secara gramasi dan visualisasi melalui analsisi komparasi
produk – produk kompetitor yang dilampirkan pada file: Lampiran Desain
Produk.
e. Kemasan
Dari segi kemasan, FitFood akan membagi kemasan dalam 3 jenis
pengemasan yaitu:
Kemasan dine-in
Kemasan dine-in merupakan bentuk kemasan yang disajikan
dimana konsumen dapat mengkonsumsi secara langsung produk dari
FitFood. Kemasan yang akan digunakan berupa piring, sendok, garpu,
dan gelas yang disediakan oleh perusahaan pada masing-masing gerai
(outlet) dine-in yang dimiliki FitFood.
(i)
(ii) (iii)
Staff
Nama staff dicantumkan pada label, digunakan untuk
mempermudah kontrol dari internal perusahaan. Kontrol yang
dimaksudkan adalah kontrol akan staff dalam ketepatan penerimaan
dan penyampaian pesanan pada dapur FitFood dan konsumen.
4.7.2. People
Strategi pemasaran pada FitFood akan dirancang dan dilakukan pada
bagian departemen pemasaran. Berikut merupakan divisi-divisi dari departemen
pemasaran FitFood:
Chief Marketing Officer
(CMO)
Direktur
Business
Digital Marketing
Development
Creative Content
Marketing
Communication
a. Direktur Marketing
Tugas dari Direktur Marketing (CMO) bertanggung jawab atas
keseluruhan performa marketing dan penjualan. Pada fase awal (startup),
direktur marketing juga memiliki fungsi ganda sebagai head of business
development guna untuk mengoptimalkan Individual Talent dan menekan
pengeluaran biaya (cost leadership). Dalam hal ini, direktur marketing akan
dibantu oleh tim business development dalam melakukan market analysis,
pengembangan produk dan harga, serta perencanaan expansi outlet.
b. Brand and Marketing Communication
Divisi brand and marketing communication dipimpin oleh seorang
Manager yang bertanggung jawab dalam merumuskan dan menjalankan
strategi komunikasi kepada konsumen. Berikut merupakan tim yang ada
pada unit brand and marketing communication beserta fungsinya:
Tabel 4.11. Fungsi dan tanggung jawab divisi Brand and Marketing
Communication.
Tabel 4.12. Fungsi dan tanggung jawab divisi product and business
development.
Tim Unit Fungsi dan Tanggung Jawab
Product Development Bertanggung jawab atas
pengembangan produk dan pola
bisnis
Business Analyst Bertanggung jawab atas analisa
bisnis untuk pengembangan bisnis
sesuai dengan kondisi pasar
4.7.4. Place
Berdasarkan penjelasan physical evidence pada sub-bab diatas (4.7.3.
Physical Evidence), FitFood sebagai salah satu produsen makanan diet sehat
memiliki 2 kategori lingkunga fisik yaitu, kantor pusat, gerai (outlet) dine-in dan
take away, dan gerai (outlet) cloud kitchen. FitFood hanya akan memiliki satu
kantor pusat yang akan ditempatkan pada daerah Mampang, Jakarta Selatan.
Dalam penyampaian produk FitFood pada konsumen akan dilakukan melalui
gerai (outlet) dine-in dan take away dan Gerai (outlet) cloud kitchen. Penempatan
gerai-gerai yang dimiliki FitFood memiliki tolak ukur pada salah satu nilai dari
sasaran pemasaran yaitu, “Memiliki 2 gerai (outlet) cloud kitchen dan 1 gerai
(outlet) dine-in pada masing-masing wilayah di Jakarta pada tahun ketiga”. Dari
acuan nilai pada sasaran pemasaran terbut berikut merupakan penempatan
gerai-gerai pada setiap wilayah di Jakarta disetiap tahunnya:
4.7.6. Process
Process adalah suatu cara yang digunakan untuk menyampaikan produk
dan jasa yang ditawarkan kepada konsumen. Process bisa digambarkan dengan
menggunakan Service blueprint. Service blueprint adalah sebuah tool berupa
diagram yang digunakan untuk menggambarkan service process, points of
contact, dan juga evidence of service dari sudut pandang konsumen. Berikut
merupakan service blueprint dari masing-masing proses pembelian yang ada di
FitFood
Gambar 4.7. Service blueprint dine-in FitFood.
Gambar 4.8. Service blueprint take away FitFood.
Gambar 4.9. Service blueprint online purchase FitFood.
4.7.7. Productivity (ServQual)
Produktivitas layanan dari FitFood dapat dicapai melalui konsep
ServQual, menurut (Parasuraman,1988) SERVQUAL adalah metode yang bisa
digunakan untuk mengetahui ekspektasi dan persepsi konsumen atas suatu
jasa yang memiliki 5 dimensi utama yang menggambarkan service quality, yaitu
Reliability, Assurance, Tangibles, Empathy, Responsiveness:
b. Permintaan
Dalam industri makanan sehat faktor yang mendasari permintaan adalah
harga produk. Dalam hal ini adalah harga produk FitFoods jika dibandingkan
dengan kompetitor, dan persepsi konsumen terhadap harga. Dalam hal ini harga
yang ditawarkan oleh FitFoods lebih murah dari kompetitor dan banyak konsumen
yang beranggapan bahwa makanan sehat memiliki harga yang lebih mahal, dan
mereka dapat menerima perubahan harga namun dalam tingkat yang tidak terlalu
tinggi. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa demand dari FitFoods adalah
elastis.
c. Perkiraan Biaya
Estimasi dari biaya bahan baku produksi berkisar antara 30% dari harga jual
produk. Hal ini dilandasi dari jenis produk FitFood yang merupakan menu makanan
Indonesia yang diproduksi dengan bahan - bahan yang tersedia di pasar supply.
e. Metode Harga
Dengan melihat strategi generik yang akan digunakan oleh perusahaan yaitu
OCL (Overall Cost Leadership), maka metode harga yang digunakan oleh FitFood
yang sesuai dengan strategi generiknya adalah Value Pricing
Dikarenakan dengan metode Value Pricing, FitFood ingin menawarkan
harga yang lebih rendah daripada kompetitor dengan kualitas produk dan layanan
yang baik. Sehingga produk dan Layanan FitFood nantinya akan dinilai memiliki
nilai lebih tinggi di mata value-conscious customer.
f. Harga Akhir
Barikut merupakan harga akhir dari masing-masing produk yang dimiliki oleh
FitFood:
Tabel 4.14. Final Pricing
FitFood
Konsumen
(Gerai Dine-In)
FitFood
(Gerai Cloud Konsumen
Kitchen)
FitFood
(Gerai Cloud Foodtech Konsumen
Kitchen)
Gambar 4.11. Alur distribusi tidak langsung.
Tabel 4.15. Biaya bagi hasil dan sistem pembayaran Go-Jek dan Grab Food.
Go-Jek Grab Food
Biaya bagi hasil 20% 30%
Dompet digital Go-Pay Ovo
Proses pembayaran Tunai, Go-Pay Tunai, Ovo
b. Interest
Interest merupakan tahap kedua pada konsep AIDA. Pada tahap interest,
untuk meningkatkan ketertarikan konsumen akan dilakukan dengan pendekatan
pada komunitas-komunitas dan sponsorship event. Pendekatan dengan komunitas
dilakukan kepada komunitas-komunitas seperti komunitas berenang, komunitas
sepeda, dan komunitas lari. Komunitas-komunitas tersebut merupakan komunitas
olahraga yang dimana sesuai dengan FitFood sebagai produsen makanan diet
sehat.
Tujuan dilakukan pendekatan pada komunitas-komunitas ini adalah untuk
memperkenalkan dan membangun citra FitFood dan melakukan hubungan kerja
sama. Sesuai dengan visi yang ada, FitFood ingin membangun citra sebagai
produsen makanan diet sehat yang mendukung gaya hidup sehat pada konsumen
yang dapat dilakukan dengan turut aktif terjun ke dalam komunitas-komunitas.Selain
daripada komunitas, FitFood juga melakukan pendekatan melalui event-event
seperti event makanan dan event olahraga yang ada di Jakarta.
Selain itu, FitFood juga akan melakukan pendekatan dan komunikasi melalui
surat kabar elektronik. Pada surat kabar elektronik ini, FitFood akan memasang
iklan pada salah satu surat kabar elektronik dan ataupun berada dan dimuat
didalam suatu artikel berita.
c. Desire
Desire merupakan tahap ketiga dari konsep AIDA. Tahap desire merupakan
tahap dimana meningkatkan keinginan konsumen untuk membeli. Sales promotion
merupakan salah satu cara untuk mendorong keinginan konsumen membeli atau
mencoba suatu produk. Sales promotion yang diberikan berupa promo pada produk
dan potongan ongkos kirim.
Promo pada produk dilakukan dengan memberikan potongan-potongan
harga pada hari-hari tertentu dan peringatan akan hari-hari besar kesehatan seperti,
hari ulang tahun FitFood, hari gizi nasional, hari diabetes, dan masih banyak lagi.
Promo produk ini juga bertujuan untuk berkomunikasi dengan konsumen, dimana
FitFood merupakan salah satu produsen makanan diet sehat yang peduli dan
menunjang gaya hidup sehat konsumen.
Dengan channel penjualan yang berfokus pada cloud kitchen, FitFood akan
memberikan potongan ongkos kirim akan dilakukan selama satu minggu pada
bulan-bulan tertentu. Potongan ongkos kirim ini juga bertujuan untuk mendukung
salah satu nilai dari value proposition FitFood yaitu, mudah didapat dengan
ketersediaan gerai yang banyak.
Lama
Jasa Penyedia
Jumlah Spanduk Lokasi
Pemasangan Biaya
Spanduk Dipasang Pemasangan
Spanduk
(Hari)
Komunitas Anggaran
Rp. 36.000.000/hari
Tempo.co
Jumlah
Harga Jumlah Potongan
Promosi Porsi Estimasi Biaya
Rata-Rata Gerai Harga
Terjual
Minggu
pertama Rp. 60.000 2 420 50% Rp. 12.600.000
buka
Hari gizi
Rp. 60.000 2 140 20% Rp. 1.680.000
nasional
Hari
Rp. 60.000 2 140 20% Rp. 1.680.000
diabetes
Hari
menopause Rp. 60.000 4 280 20% Rp. 3.360.000
sedunia
Hari
kesehatan Rp. 60.000 4 280 20% Rp. 3.360.000
Nasional
b. Biaya Pemasaran
Perhitungan pada biaya pemasaran dilakukan dengan menetukan media-
media iklan yang akan digunakan pada setiap tahunnya. Berikut merupakan biaya
pemasaran pada tahun pertama hingga tahun kelima:
Public Relation
Event Rp. 1.200 Rp. 1.200 Rp. 1.200 Rp. 2.400 Rp. 2.400
Komunitas Rp. 280 Rp. 280 Rp. 280 Rp. 810 Rp. 810
Seminar - - - Rp. 2.500 Rp. 5.000
Media
Rp. 360 Rp. 360 Rp. 360 - -
Elektronik
Total Rp. 1.840 Rp. 1.840 Rp. 1.840 Rp. 5710 Rp. 8.210
Public
Relation
Total
marketing Rp. 3.687 Rp. 6.553 Rp. 11.206 Rp. 16.653 Rp. 20.590
budget
c. Kontribusi Pemasaran
Berikut merupakan kontribusi pemasaran FitFood dari tahun pertama hingga
tahun kelima:
Customer
Retention 24% 35% 45% 55% 65%
Rate
Customer
17.850 55.629 143.771 317.985 606.157
Tetap
Customer
57.750 103.311 175.721 260.169 326.392
Baru
Customer
Acquisition Rp. 6.384 Rp. 6.343 Rp. 6.377 Rp. 6.401 Rp. 6.308
Cost
BAB V
STRATEGI OPERASI
Aspek Tujuan
Quality Menghasilkan produk makanan diet yang higienis, nikmat
dengan kandungan nutrisi lengkap.
Cost Menjalankan produksi dan layanan secara efektif dan
efisien.
Dependability Menjamin kesiapan produk dan layanan yang tepat waktu
kepada konsumen
Flexibility Mengantisipasi dan memenuhi perubahan tren konsumen
dari waktu ke waktu
5.1.2 Sasaran Operasional
Tabel 5.2 Sasaran Operasional
Aspek Sasaran
Quality Mendapatkan produk dan service acceptance rate diatas
80%.
Cost Dapat mengantisipasi kenaikan biaya produksi kurang dari
6% per tahun.
Dependability Mampu menjamin ketersediaan produk outlet untuk 3 shift
makan siang, sore, dan malam.
Menjaga ketepatan waktu pesanan di atas 80%
Flexibility Memiliki sarana dan prasarana produksi yang multifungsi
dengan fleksibilitas lebih dari 2 menu tambahan tiap tahun
5.3.2. Lokasi
Penetapan lokasi ditetapkan berdasarkan kebutuhan bisnis dan operasional harian.
Dalam hal ini dibutuhkan 3 jenis lokasi berbeda yang akan diperuntukan sebagai (i) Head
Quarter; (ii) Sales outlet - Cloud Kitchen, dan (iii) Sales outlet - Restoran Dine in. Dalam tabel
berikut akan dijelaskan spesifikasi kebutuhan lokasi berdasarkan fungsi dan bobot pemakaian.
Tabel 5.4 Strategi Lokasi
Outlet Cloud and Proses pembuatan makanan hingga siap disajikan untuk Outlet Cloud
Dine-In konsumen. and Dine-In
Post Sales Laporan keuangan dan penggunaan bahan baku tiap Outlet and
outlet dan restoran. Restaurant
1. Cloud kitchen
Cloud kitchen, adalah konsep restaurant dengan proses penjualan produk dengan tidak
adanya tempat untuk dine-in dan berisi berbagai macam brand restaurant sehingga cloud
kitchen juga bisa disebut dapur kolektif , sehingga proses pembelian dari konsumen dilakukan
melalui take away, ataupun online purchase, di dalam cloud kitchen akan terdapat ruang kerja
berupa dapur dengan fasilitas memasak lengkap sesuai dengan menu-menu yang akan dibuat
dari brand-brand yang bekerja sama dengan penyedia jasa cloud kitchen. Dengan bekerja
sama atau menjadi brand partner dari provider cloud kitchen, maka FitFood akan mendapatkan
kemudahan dari marketing produk, operasional dan pemasakan produk, sedangkan FitFood
berkewajiban memberikan resep, mengirimkan bahan baku, dan juga melakukan training
kepada staff cloud kitchen, sedangkan masalah penjualan produk akan tersedia opsi beli putus
maupun konsinyasi dimana proporsi keuntungan lebih tinggi di brand partner. Keterbatasan dari
Cloud kitchen ini adalah expansi brand terkait lokasi penjualan akan mengikuti lokasi dari
kitchen dari provider cloud kitchen. Pemilihan Cloud kitchen sebagai salah satu teknologi
proses dari FitFood adalah dengan penggunaan cloud kitchen adalah mampu menurunkan
biaya-biaya operasional daripada konsep restoran biasa.
Peran inventory dalam bisnis F&B services sangat krusial, banyak tantangan yang
ditemui dalam hal inventory yaitu dalam hal tracking cost, menghindari pencurian dari karyawan
dan menghindari stock-out (kondisi stock inventory habis). Teknologi digital inventory adalah
teknologi yang digunakan untuk melakukan pendataan terhadap inventory, sehingga dengan
teknologi ini data item di Gudang bisa dipantau dengan visibilitas yang lebih baik,serta bisa
dilakukan secara real time, proses purchasing bahan baku juga bisa dilakukan pada saat yang
tepat. Sehingga dengan penerapan teknologi ini resiko stock out daripada produk FitFood bisa
dicegah, efisiensi dan juga akurasi daripada manajemen inventori bisa ditingkatkan.
3. Online purchase
Teknologi ini adalah sebuah metode pembelian yang dilakukan oleh konsumen secara
online, dengan melakukan proses pemesan dan pembelian dengan menggunakan online
channel dari FitFoods yang bekerja sama dengan aplikasi pesan antar makanan seperti
(GoFOOD,GrabFood, dan lain-lain), atau juga bisa melalui website dari FitFoods, setelah
konsumen memesan dan melakukan pembayaran secara online maka produk FitFoods akan
dikirimkan kepada alamat dari konsumen, dan juga selama perjalanan konsumen juga dapat
melakukan tracking terhadap pesanan yang sedang dikirim Dengan menggunakan teknologi
online purchase ini menu-menu dari FitFoods akan ditampilkan secara digital sehingga
memudahkan konsumen untuk melakukan pemesanan tanpa perlu pergi langsung ke outlet
FitFoods.
4. Point of Sales (POS)
POS biasa juga disebut dengan aplikasi kasir adalah aplikasi atau software yang
digunakan untuk mendukung transaksi langsung dengan penjual di berbagai toko retail yang
memiliki banyak cabang. POS juga bisa diartikan sebagai sebuah perpaduan antara tempat
kasir (check-out counter) dengan mesin kasir (cash register) di mana pada titik inilah transaksi
penjualan sebuah produk berakhir. Aplikasi POS sendiri hadir sebagai langkah efisiensi dalam
menangani penjualan produk kepada para konsumen. POS hadir sebagai inovator untuk
menjawab pertumbuhan toko-toko retail yang terus bertambah. Dengan penggunaan POS ini
maka pencatatan data transaksi dan laporannya dapat dilakukan secara cepat,bisa dilakukan
secara online, bisa diintegrasikan dengan sistem stok barang, dan juga bisa digunakan untuk
pencetakan struk pembelian bagi pelanggan
5.6.2 Inventory
Pada sistem inventory di FitFoods merupakan model inventory jenis dependant
dimana material yang digunakan merupakan komponen penyusun daripada produk yang
disajikan kepada konsumen. Untuk kebutuhan dari tiap komponen material yang
digunakan disesuaikan dengan kebutuhan target penjualan harian maupun tahunan dari
outlet yang FitFoods miliki.
Sedangkan untuk sistem inventory yang dilakukan di FitFoods dilakukan dengan
metode (JIT) Just In time inventory system atau bisa juga disebut sebagai Toyota
production system (TPS), yaitu strategi inventory yang bekerja dengan cara bahan baku
dipesan dari supplier saat dibutuhkan saja sedangkan bahan baku diproses atau
dilakukan produksi saat akan digunakan saja. Sehingga inventory levelnya bisa ditekan
seminimal mungkin, dan meminimalkan inventory holding cost, dan ordering cost
Untuk proses keluarnya barang dari gudang, dilakukan dengan melalui tahapan
yaitu barang dari gudang akan dilakukan proses precook di Central kitchen, kemudian
setelah itu akan dikirim ke outlet yang dilakukan secara harian, untuk menjaga
Freshness dari makanan yang nantinya dimasak di outlet atau restaurant.
Sedangkan untuk proses masuknya bahan baku atau stocking bahan baku dari
supplier ke gudang akan dilakukan dengan mengikuti kebutuhan bahan baku harian dari
tiap outlet, sehingga bahan baku tidak kelebihan dan juga tidak mengalami kekurangan
.
5.6.3 Quality Control
Dalam menjalankan strategi implementasi dan perbaikan, terdapat beberapa
pengendalian kualitas yang harus dimonitor dan dikontrol, antara lain :
○ Freshness
Pengecekkan kesegaran buah dan sayur menggunakan prinsip-prinsip HACCP
untuk memantau atau melakukan pengecekkan terhadap sayur dan buah yang baru
datang dari supplier perusahaan. Ini bertujuan untuk mengidentifikasi sayur dan buah
layak atau tidak dikonsumsi di outlet FitFoods. Menurut DM Barret et.al (2010) kualitas
buah dan sayuran terdiri dari empat atribut utama antara lain warna dan penampilan,
rasa dan aroma, tekstur, dan kandungan nutrisi. Atribut-atribut ini bisa dinilai secara
indra perasa (sensory) ataupun pengukuran dengan menggunakan alat, atau lebih
utamanya kombinasi antara keduanya.
○ Takaran nutrisi tiap porsi
FitFoods akan bekerja sama dengan nutritionist dimana takaran nutrisi tiap porsi
akan dihitung secara kuantitatif sehingga dapat menghasilkan makanan dengan atribut
nutrition complete yang rendah lemak dan kalori. Selain itu, nutritionist akan dilibatkan
dalam pengembangan produk yang akan datang untuk memenuhi permintaan
konsumen yang dinamis.
○ Higienitas
Menurut Bryan (1990), sistem HACCP didefinisikan sebagai suatu manajemen
untuk menjamin keamanan produk pangan dalam industri pengolahan pangan dengan
menggunakan konsep pendekatan yang bersifat logis, sistematis, kontinyu dan
menyeluruh (komprehensif) dan bertujuan untuk mengidentifikasi, memonitor dan
mengendalikan bahaya yang beresiko tinggi terhadap mutu dan keamanan produk
pangan. Higienitas dapur mengacu pada prinsip HACCP, dimana prinsip HACCP
membantu bisnis restoran untuk mengenal prosedur dan memastikan bahwa makanan
yang disajikan telah aman untuk dikonsumsi. Sementara itu, tujuan dan sasaran HACCP
adalah memperkecil kemungkinan adanya kontaminasi mikroba patogen dan
memperkecil potensi mereka untuk tumbuh dan berkembang. Staff yang bekerja di
outlet FitFoods perlu dibuatkan standar kebersihan berupa SOP untuk staff dan check
sheet yang bersifat harian maupun mingguan untuk memastikan kebersihan staff dan
fasilitas dapur dalam proses pembuatan produk.
○ Sampling bahan baku
Sampling bahan baku dilakukan untuk setiap bahan baku yang akan diterima
dan masuk ke dalam gudang penyimpanan bahan baku, hal ini bertujuan agar kualitas
bahan baku yang diterima dari supplier memenuhi standar kualitas gudang
penyimpanan bahan baku, sehingga lama penyimpanan bahan baku juga bisa tahan
lama.
○ Kecepatan produksi
Kecepatan produksi ini adalah ukuran kecepatan dari FitFood dalam hal
menghasilkan produk makananan dan minuman , serta kecepatan dalam melayani
kebutuhan pelanggan, untuk melakukan pengendalian dan pemonitoran kecepatan
produksi maka digunakan tools performance measurement yang berupa ukuran
kecepatan produksi yang akan diukur oleh tiap supervisor bagian produksi produk dan
layanan, apabila kecepatan produksi mengalami penurunan di bawah standar kecepatan
produksi, maka akan dilakukan pembenahan.
Sedangkan untuk tahap perbaikan, terdapat perencanaan perbaikan proses
ataupun pengembangan produk atau layanan baru yang dilakukan oleh
FitFood,yaitu tentang pengembangan menu baru. Pengembangan menu baru,
pengembangan menu baru penting dilakukan oleh FitFood dikarenakan pada industri
makanan dan minuman perilaku konsumen sangat cepat berubah, bila menu yang
dihadirkan tidak mengalami perubahan konsumen cenderung akan cepat bosan, dan
juga pada industri ini perubahan tren konsumsi konsumen berubah cukup cepat,
sehingga FitFood perlu melakukan riset pasar untuk mengetahui perilaku konsumen dan
juga tren makanan apa yang sedang berkembanga, sehingga dapat dimunculkan ide
pengembangan produk, maupun layanan yang baru
Berikut ini adalah proyeksi pengeluaran gaji direct labor dan indirect labour FitFoods dari tahun
pertama sampai tahun kelima.
Tabel 5.11 Proyeksi Biaya Direct Labor
Jabatan Y1 Y2 Y3 Y4 Y5
Rp
Rp Rp Rp Rp
84,000,000.0 84,000,000.0 84,000,000.0 84,000,000.0 84,000,000.0
Kepala Dapur 0 0 0 0 0
Rp Rp Rp Rp Rp
300,000,000. 360,000,000. 560,000,000. 750,000,000. 780,000,000.
Asisten Kepala Dapur 00 00 00 00 00
Rp Rp Rp Rp Rp
Staff Fungsional 367,200,000. 518,400,000. 649,800,000. 720,100,000. 792,110,000.
Produksi Cloud Milik 00 00 00 00 00
Rp Rp Rp Rp
Staff Fungsional 194,490,000. 581,400,000. 828,000,000. 1,108,800,00
Produksi Cloud Dine-In 00 00 00 0.00
Staff Fungsional Rp Rp Rp Rp
Produksi Cloud 97,200,000.0 342,000,000. 828,000,000. 1,702,800,00
Gokitchen 0 00 00 0.00
Staff Fungsional Rp Rp Rp Rp
Produksi Cloud 97,200,000.0 239,400,000. 612,000,000. 1,029,600,00
Grabkitchen 0 00 00 0.00
Rp Rp Rp Rp Rp
751,200,000. 1,351,290,00 1,875,200,00 3,822,100,00 5,497,310,00
Total 00 0.00 0 0.00 0.00
Tabel 5.12 Proyeksi Biaya Indirect Labor
JABATAN Y1 Y2 Y3 Y4 Y5
Rp Rp Rp Rp Rp
Direktur Operational 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00
Manager Operational Rp Rp Rp Rp Rp
Outlet 72,000,000.00 36,000,000.00 216,000,000.00 216,000,000.00 216,000,000.00
Rp Rp Rp Rp Rp
Manager PSCM 36,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00
Rp Rp Rp Rp Rp
Staff Logistic 36,000,000.00 72,000,000.00 108,000,000.00 162,000,000.00 216,000,000.00
Rp Rp Rp Rp Rp
Staff Inventory 91,800,000.00 97,200,000.00 153,900,000.00 234,000,000.00 288,000,000.00
Supervisor Outlet Rp Rp Rp Rp Rp
Cloud Milik 180,000,000.00 240,000,000.00 285,000,000.00 345,000,000.00 420,000,000.00
Supervisor Outlet Rp Rp Rp Rp
Dine-In 90,000,000.00 255,000,000.00 345,000,000.00 645,000,000.00
Staff fungsional Rp Rp Rp Rp
service 97,200,000.00 290,700,000.00 300,000,000.00 300,000,000.00
Rp Rp Rp Rp
Staff Cleaning 97,200,000.00 290,700,000.00 516,000,000.00 516,000,000.00
Supervisor Outlet Rp Rp Rp Rp
Cloud Gokitchen 45,000,000.00 150,000,000.00 690,000,000.00 396,000,000.00
Supervisor Outlet Rp Rp Rp Rp
Cloud Grabkitchen 45,000,000.00 105,000,000.00 360,000,000.00 396,000,000.00
Rp Rp Rp Rp Rp
TOTAL 511,800,000.00 1,142,400,000.00 2,460,900,000.00 3,591,000,000.00 3,951,000,000.00
Tabel 5.13 dibawah ini menunjukkan biaya production overhead dari tahun pertama sampai
tahun kelima.
Production Overhead
Year 0 Year 1 Year 2 Year 3 Year 4 Year 5
Sewa HQ Rp100,000,000 Rp100,000,000 Rp200,000,000 Rp200,000,000 Rp200,000,000 Rp200,000,000
Sewa unit
Cloudmilik Rp200,000,000 Rp200,000,000 Rp400,000,000 Rp400,000,000 Rp400,000,000 Rp400,000,000
Sewa unit Resto Rp0 Rp0 Rp500,000,000 Rp500,000,000 Rp500,000,000
Listrik HQ Rp36,000,000 Rp36,000,000 Rp36,000,000 Rp36,000,000 Rp36,000,000
Listrik Cloud
Milik Rp54,000,000 Rp72,000,000 Rp85,500,000 Rp103,500,000 Rp126,000,000
Listrik Resto Rp0 Rp36,000,000 Rp17,595,000 Rp120,000,000 Rp120,000,000
Listrik Cloud
Listrik Rp0 Rp0 Rp45,000,000 Rp103,500,000 Rp193,500,000
Internet Cloud Rp6,084,000 Rp8,112,000 Rp9,633,000 Rp11,661,000 Rp14,196,000
Internet Resto Rp0 Rp6,210,000 Rp17,595,000 Rp20,700,000 Rp20,700,000
Internet
CloudVendor Rp0 Rp1,521,000 Rp5,070,000 Rp11,661,000 Rp21,801,000
Maintenance
Equipment Rp40,000,000 Rp55,000,000 Rp87,500,000 Rp97,500,000 Rp107,500,000
Rp1,403,893,00 Rp1,604,522,00 Rp1,739,697,00
Total Rp300,000,000 Rp436,084,000 Rp814,843,000 0 0 0
Berikut ini adalah tabel 5.14 yang menggambarkan proyeksi cost of goods sold dari tahun
pertama sampai tahun kelima berjalannya FitFoods.
Tabel 5.14 Proyeksi Cost of good sold
Rp Rp Rp Rp
Direct material cost setelah Rp 2,011,703,11 3,548,108,81 5,957,614,25 9,624,760,29
defect 793,799,741 7 6 3 4
Rp Rp
Rp Rp Rp 1,145,159,47 1,785,823,77
Indirect material cost 218,513,669 409,338,202 744,619,943 9 7
Rp Rp Rp Rp
Rp 1,351,290,00 1,875,200,00 3,822,100,00 5,497,310,00
Direct labor cost 751,200,000 0 0 0 0
Rp Rp Rp Rp
Rp 1,142,400,00 2,460,900,00 3,591,000,00 3,951,000,00
Indirect labor cost 511,800,000 0 0 0 0
Rp Rp Rp
Rp Rp 1,403,893,00 2,681,663,65 3,013,958,87
Production Overhead 436,084,000 814,843,000 0 7 6
Rp Rp Rp Rp Rp
1,020,600,00 2,233,764,00 6,845,243,14 14,965,442,5 27,370,708,3
Partner Fee 0 0 5 47 65
Rp
Rp Rp Rp Rp
3,731,997,41 7,963,338,31 16,877,964,9 32,162,979,9 51,243,561,3
Cost of Goods Solds 0 9 04 36 12
BAB VI
Menurut Mondy dan Martocchio (2016), manajemen sumber daya manusia adalah pemanfaatan
karyawan untuk mencapai tujuan organisasi. Para profesional beranggapan bahwa karyawan
sangat penting untuk keberhasilan organisasi. Sedangkan tujuan dari sumber daya manusia
meliputi kepegawaian, pengembangan karyawan, manajemen kinerja, kompensasi,
keselamatan dan kesehatan kerja, dan hubungan karyawan dan tenaga kerja (Mondy dan
Martocchio, 2016). Berikut adalah tujuan dan sasaran sumber daya manusia dari FitFoods.
● Mendapatkan dan menciptakan talenta SDM yang sesuai, secara efektif dan efisien.
● Mengadopsi index penilaian SDM untuk selection and performance yang efisien.
Budaya perusahaan yang diterapkan di FitFoods akan merefleksikan dari nilai-nilai (Values)
perusahaan antara lain Orientation, Teamwork, Adaptive, Integrity, dan Relationship. Budaya
perusahaan harus ditampilkan oleh jajaran direksi dan manager agar dapat diikuti oleh
karyawan demi mencapai tujuan perusahaan.
Value Keterangan
Artefak dapat didefinisikan sebagai simbol dan tanda yang dapat diamati dari budaya
sebuah organisasi (McShane dan Von Glinow, 2010). Artefak yang dapat terlihat dalam
perusahaan antara lain sebagai berikut
1. Tempat Kerja
Pada headquarter perusahaan terdapat kantor dimana untuk menunjang fungsi pemasaran,
operasional, keuangan, dan sumber daya manusia. Desain kantor menggunakan konsep “Open
Office” dimana penggunaan sekat antar karyawan ditiadakan. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan interaksi antar karyawan antar departemen sehingga kerjasama antar tim
maupun antar divisi semakin baik.
2. Seragam karyawan
Salah satu artefak yang terlihat dari FitFoods adalah penggunaan seragam perusahaan.
Penggunaan seragam diharuskan pada karyawan yang bekerja di outlet perusahaan dimana
akan bersinggungan langsung dengan konsumen. Untuk karyawan di headquarter penggunaan
seragam bersifat opsional dan tidak wajib, namun untuk karyawan yang menuju outlet
perusahaan untuk melakukan tugas, diwajibkan untuk menggunakan seragam.
3. Komunikasi
Komunikasi yang digunakan di headquarter dan outlet akan berbeda, pada komunikasi di
Headquarter karyawan dapat menggunakan bahasa dengan bebas namun tetap
memperhatikan kesopanan, akan tetapi bila di outlet bahasa yang digunakan oleh karyawan
saat berkomunikasi dengan konsumen adalah bahasa Indonesia yang baik dan benar yang
bertujuan untuk tetap menjaga kesopanan, dan profesionalitas di mata konsumen.
4. Value Perusahaan
Penanaman nilai-nilai perusahaan sangat penting untuk dipahami oleh karyawan. Hal ini akan
menunjang kinerja dan tujuan yang akan dicapai oleh perusahaan. Agar nilai perusahaan dapat
diinternalisasi oleh karyawan dengan baik, perusahaan akan mengkomunikasikan nilai-nilai
tersebut dengan menempelkan pamflet di beberapa sudut ruangan kantor di headquarter,
central kitchen, dan outlet perusahaan.
Casual Friday outfit adalah tergolong termasuk dalam ritual yaitu dimana di setiap hari jumat
karyawan bisa bebas menggunakan baju bebas sehingga membuat lingkungan kerja lebih
santai dan tidak kaku dan juga merupakan benefit non-finansial.
Secara horizontal, struktur organisasi fungsional dipilih sebagai bentuk baku dari unit organisasi
yang terdiri atas empat departemen utama yaitu; (i) Marketing, (ii) Operation, (iii) SDM, dan (iv)
Finance. Hal ini dilandasi atas publikasi teori struktur organisasi Hitt, michael; et all (2017),
bahwa pembentukan struktur organisasi dapat dilakukan berdasarkan pengelompokan fungsi
dan diversifikasi produk yang dihasilkan. Dalam hal ini pembentukan struktur berdasarkan
kelompok fungsional dinilai sesuai mengingat diversifikasi produk fitfood yang sangat homogen.
Wewenang:
● Pengambilan
keputusan dan
perumusan kebijakan
departemen dan umum.
● Pengambilan
keputusan aktivitas
transaksi jangka
panjang.
Wewenang:
● Memberi masukan
perumusan kebijakan
divisi.
● Pengambilan
keputusan delegasi
tugas, SDM, dan
aktivitas transaksi
jangka menengah.
Wewenang:
Memberi masukan pengambilan
keputusan.
Gambar 6.2 Struktur Organisasi [Departemen - Divisi]
FitFoods memiliki tiga tingkat status kepegawaian yaitu karyawan tetap, karyawan tidak
tetap, dan karyawan magang, yang akan dijabarkan dibawah ini:
1. Karyawan Tetap
Karyawan tetap adalah karyawan inti yang berada dalam struktur organisasi perusahaan
serta telah melewati masa probation. Hal ini mengacu pada peraturan pemerintah UU no
13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan Karyawan Tetap. Karyawan yang termasuk dalam
karyawan tetap adalah Direktur Utama, Direktur departemen, Manager Divisi.
● Karyawan telah lulus dalam seleksi karyawan dan telah lulus dari masa
percobaan kerja.
Adalah karyawan kotrak tahunan (tidak tetap) sebagaimana tertulis dalam peraturan
pemerintah UU No.13/2003 sebagai Pegawai PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu).
Perusahaan akan memaksimalkan kebijakan pemerintah atas periode 2 (dua) tahun dan
perpanjangan maximal 1 (satu) kali 1 (satu) tahun apa bila diperlukan.Hal ini ditujukan
untuk mengoptimakan cost dan benefit dari prouktivitas karyawan; terutama tingkat
supervisor dan staff biasa, baik di Headquarter maupun di outlet.
3. Karyawan Magang
Adalah kesempatan terbatas yang diberikan kepada mahasiswa universitas dan vokasi di
wilayah DKI Jakarta. Posisi yang akan diisi adalah level staff di outlet dine-in, outlet cloud
kitchen, dan headquarter. Implementasi kebijakan magang yang diterapkan oleh FitFoods
bertujuan untuk menemukan karyawan yang memiliki potensi di masa yang akan datang.
Apabila karyawan magang memiliki performa kerja yang baik maka dapat diangkat menjadi
karyawan tidak tetap.
Karyawan upah harian dalam struktur organisasi FitFoods adalah karyawan yang dibayar
berdasarkan jumlah hari mereka bekerja dalam satu bulan. Karyawan upah harian dalam
struktur organisasi FitFoods meliputi seluruh staf fungsional produksi, staf inventory, dan
driver.
Menurut Mondy dan Martocchio (2016), rekrutmen adalah proses menarik individu secara
tepat waktu, dalam jumlah yang cukup, dan dengan kualifikasi yang sesuai untuk melamar
pekerjaan dengan organisasi. Proses rekrutmen yang baik dapat meningkatkan performa
perusahaan secara keseluruhan.
1. Internal Rekrutmen:
Adalah proses rekrutmen karyawan yang berasal dari internal perusahaan yang ditujukan
untuk mengurangi resiko ketidak sesuaian dengan individu terhadap budaya dan nilai
perusahaan. Hal ini juga dapat digunakan untuk memotivasi karyawan lama mendapatkan
posisi yang lebih baik di perusahaan.
2. Eksternal Rekrutmen
Eksternal rekrutmen adalah proses rekrutmen dari luar perusahaan yang didasari oleh
beberapa hal seperti shortage of relevant talent atau dibutuhkannya penambahan SDM
dikarenakan ekspansi gerai atau bisnis.
3. Sumber rekrutmen
Menurut Mondy dan Martocchio (2016), menjeaskan bahwa proses seleksi yang efektif
akan menghasilkan individu yang memiliki kualifikasi dan budaya perusahaan yang fit tidak
overqualified, maupun underqualified, dan juga cenderung lebih bertahan di perusahaan.
Peruahaan akan menggunakan seleksi sistem gugur yang akan mengeliminasi pelamar
yang tidak memenuhi syarat. Pemilihan sistem gugur dinilai efektif guna menghemat biaya
seleksi. Dalam Lampiran 6.3 terlah dipersiapkan rincian proses dari flow seleksi FitFood;
yang tergambar dibawah ini.
Gambar 6.2 Staff Inventory, Staff Fungsional Produksi, dan Driver Selection Process
Gambar 6.3 Supervisor Internal Selection Process
Orientasi karyawan baru pada FitFood memiliki tujuan agar karyawan-karyawan baru
dengan sesegera mungkin dapat mengenali dan beradaptasi dengan lingkungan kerja
yang baru dan dapat menunjukan kinerja yang efektif. Masa orientasi pada seluruh
karyawan baru FitFood akan dilakukan selama 7 hari. Kegiatan pada masa orientasi
karyawan baru akan dilakukan dengan tur kantor, pemahaman peraturan perusahaan, dan
pengenalan pada agenda perusahaan dalam jangka waktu tertentu.
Tahap pertama adalah tur kantor yang merupakan kegiatan yang berfokus agar karyawan
baru dapat mengenal dan mengerti staff-staff pada setiap bagian di kantor. Selain itu tur
kantor juga bertujuan agar karyawan baru dapat mengetahui tempat dan orang-orang yang
pada nantinya akan banyak berhubungan dalam pekerjaannya. Pada tahap kedua
karyawan baru diberikan pemahaman peraturan perusahaan. Hal ini dilakukan supaya
karyawan baru dapat mengerti dan memahami peraturan-peraturan kantor yang dimiliki
dan dapat terciptanya suasana kerja yang kondusif dan efektif. Pada tahap terakhir
karyawan akan dikenalkan pada agenda perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Dengan
dikenalkannya agenda perusahaan ini diharapkan agar karyawan baru dapat memiliki visi
yang sama, menyesuaikan tempo kerja, dan dapat menyelesaikan target yang diberikan.
Kegiatan pelatihan dan pengembangan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara,
dengan tujuan tertentu, dan pada kurun waktu tertentu. Pelatihan dan pengembangan
pada FitFood akan dilakukan berdasarkan kebutuhan dan disesuaikan dengan strategi
perusahaan berdasarkan level jabatan yang ada pada FitFood.
Gerai (Outlet)
Seluruh metode pelatihan dan pengembangan karyawan baru pada gerai (outlet) akan
dilakukan dari internal perusahaan. Hal ini dilakukan untuk dapat selarasnya metode dan
cara yang diberikan dengan strategi perusahaan.
Pada level 0 yang berisikan staff, akan dilakukan skill training. Metode skill training ini
bertujuan untuk melatih kemampuan hard skill dan soft skill pada masing-masing individu
yang merupakan keterampilan utama yang dibutuhkan ketika berhadapan dengan
pelanggan secara langsung. Selain itu terdapat pula metode team training yang dilakukan
pada level jabatan 0 (staff) dan level 1 (supervisor). Team training ini berfungsi untuk
melatih dan membangun kerjasama yang baik antara sesama staf dan juga antara staff
dan supervisor. Pada level jabatan level 1 (supervisor) juga akan dilakukan coaching yang
bertujuan untuk dapat meningkatkan kualitas kerja dan terbangunnya kesetaraan antara
supervisor dan staff.
Dengan seluruh metode pengembangan dan pelatihan yang dilakukan diharapkan seluruh
karyawan yang berada pada gerai (outlet) dapat menciptakan suasana kerja yang baik,
produktif, efisien, dan kondusif ketika berhadapan langsung dengan pelanggan.
Headquarter
Karyawan pada kantor pusat juga akan diberikan metode pelatihan dan pengembangan
yang dapat bersifat internal dan eksternal sesuai dengan kebutuhan pada masing-masing
level jabatan. Pada level jabatan 0 (staff) akan diberikan skill training dari internal
perusahaan yang akan melatih hard skill dan soft skill dari karyawan dalam menyelesaikan
tugas sesuai dengan harapan dan target yang yang diberikan. Selain itu staff juga akan
diberikan technology training dan sertifikasi pada suatu bidang tertentu yang dibutuhkan.
Hal ini diberikan untuk mengikuti perkembangan jaman dan teknologi yang ada.
Technology training akan dilakukan dengan menyesuaikan keadaan yang dimana dapat
bersifat internal maupun eksternal. Sementara sertifikasi akan dilakukan dengan bekerja
sama dari pihak eksternal.
Pada level jabatan 0 dan level 2 akan diberikan team training. Team training ini bertujuan
untuk terjalinnya hubungan yang harmonis antara manager dan staff dan antara sesama
staff. Selain itu, pada level manager juga akan diberikan pelatihan dan pengembangan
yang bersifat eksternal seperti, seminar, sertifikasi, dan pendidikan. Hal ini dilakukan untuk
menambah wawasan dan keahlian pada bidang tertentu yang diharapkan dapat memiliki
dampak yang positif dalam berkembangnya perusahaan.
6.6 Strategi Penilaian Kinerja
Dalam pengaplikasianya, penilaian kinerja bagi karyawan maupun posisi penting dalam
susunan organisasi FitFoods dilaporkan setiap 3 bulan sekali, sedangkan penilaian
dilakukan setiap hari sehingga kinerja karyawan akan selalu terpantau dan dapat dilakukan
evaluasi bila kinerja karyawan menurun. Berikut dijabarkan strategi penilaian kinerja dalam
perusahaan FitFoods. Dalam Perhitungan poin pada strategi penilaian kinerja
menggunakan prosentase dari masing-masing KPI yang dikalikan dengan bobotnya.
Tabel work method poin penilaian menggunakan skala 0-100, yang berarti pada nilai 0
variabel penilaian bernilai 0% sedangkan pada nilai 100 variabel penilaian bernilai 100%.
Untuk mendapatkan skor akhir dari tiap variabel penilaian, maka poin penilaian dikali
dengan bobot variabel.
Gerai (Outlet)
Penilai untuk staf fungsional produksi cloud kitchen adalah supervisor. Hal ini dikarenakan
tugas supervisor adalah mengawasi kegiatan operasional outlet. Berdasarkan tabel di atas
aspek terpenting dalam penilaian staf fungsional produksi cloud kitchen adalah ketepatan
pesanan dan tercapainya target produksi. Karena ketepatan pesanan adalah tingkat
kesesuaian antara pesanan yang dipesan konsumen dengan produk yang diproduksi oleh
outlet cloud kitchen. Sedangkan tercapainya target produksi merefleksikan performa staf
fungsional produksi cloud kitchen tersebut. Aspek penilaian di atas digunakan sebagai
landasan dalam menentukan bonus bagi staf dan landasan untuk pemberian promosi bagi
staf fungsional produksi cloud kitchen dengan performa diatas rata-rata, dan punishment
(pemotongan gaji, pemotongan cuti, dan pemotongan bonus) bagi staf fungsional produksi
cloud kitchen dengan performa dibawah rata-rata.
Tabel 6.6 work standards Staff Fungsional Service & cleaner cloud kitchen
Dalam menilai performa staf fungsional service dan cleaner cloud kitchen terdapat
metode yang digunakan yaitu penilaian oleh supervisor dan survey kepuasan konsumen.
Supervisor menilai aspek absensi, keterlambatan, dan ketepatan pesanan. Sedangkan
aspek customer service dinilai dengan survei konsumen. Aspek penilaian terpenting untuk
menilai performa staff fungsional service adalah ketepatan pesanan. Sedangkan aspek
customer service penting bagi staff fungsional service dan cleaner. Ketepatan pesanan
dan customer service merefleksikan kepuasan konsumen. karena dengan tingkat
ketepatan pesanan yang tinggi, maka tingkat kesesuaian antara pesanan yang dipesan
konsumen dengan produk yang diberikan kepada konsumen akan semakin tinggi sehingga
konsumen akan selalu mendapat produk makanan dengan spesifikasi yang diinginkan.
Sedangkan customer service adalah keramahan staff kepada konsumen dan kemampuan
staf dalam menyediakan produk dan layanan custom sesuai dengan keinginan konsumen
apabila suatu saat dibutuhkan. Aspek-aspek diatas digunakan sebagai landasan untuk
memberikan bonus dan promosi bagi staf fungsional service dan cleaner cloud kitchen.
Dan pemberian punishment (pemotongan gaji, pemotongan cuti, dan pemotongan bonus)
bagi staf fungsional dan cleaner cloud kitchen dengan performa di bawah rata-rata.
Tabel 6.7 work standards Staff Sales Cloud Kitchen
Dalam menilai performa staff sales cloud kitchen terdapat metode yang digunakan yaitu
penilaian oleh supervisor dan survey kepuasan konsumen. Supervisor menilai aspek
absensi, keterlambatan, dan ketepatan pesanan. Sedangkan aspek customer service
dinilai dengan survei konsumen. Aspek penilaian terpenting untuk menilai performa staff
sales adalah ketepatan pesanan dan customer service. Ketepatan pesanan dan customer
service merefleksikan kepuasan konsumen karena dengan tingkat ketepatan pesanan
yang tinggi maka konsumen akan selalu mendapat makanan dengan spesifikasi yang
diinginkan. Sedangkan customer service adalah keramahan staff sales kepada konsumen
dan kemampuan staf sales dalam menyediakan layanan custom sesuai dengan keinginan
konsumen apabila suatu saat dibutuhkan. Aspek-aspek diatas digunakan sebagai
landasan untuk memberikan bonus dan promosi bagi staff sales di outlet cloud kitchen.
Dan pemberian punishment (pemotongan gaji, pemotongan cuti, dan pemotongan bonus)
bagi staff sales di outlet cloud kitchen dengan performa dibawah rata-rata.
Keempat aspek di atas dinilai oleh supervisor. Berdasarkan tabel diatas dapat
diketahui bahwa aspek ketepatan pesanan dan tercapainya target operasional menjadi
aspek terpenting dalam penilaian staf fungsional produksi dine-in. Aspek ketepatan
pesanan merefleksikan kemampuan staf fungsional produksi untuk berkoordinasi dengan
staff admin dan staff tim saji dalam produksi produk makanan yang sesuai dengan
permintaan konsumen. Sedangkan aspek tercapainya target operasional merefleksikan
kemampuan staf fungsional produksi dine-in dalam melakukan efisiensi produksi seperti
meminimalisir bahan baku yang terbuang dan menjaga jumlah produksi sesuai dengan
permintaan pelanggan sehingga pelanggan tidak perlu menunggu lama atau tidak
mendapat makanan yang diinginkan. Aspek-aspek diatas digunakan sebagai landasan
untuk memberikan bonus dan promosi bagi staf fungsional produksi di outlet dine-in. dan
pemberian punishment (pemotongan gaji,pemotongan cuti, dan pemotongan bonus) bagi
staf fungsional produksi dengan performa dibawah rata-rata.
Tabel 6.9 work standards Staff Fungsional Service dan Cleaner Dine-In
Dalam menilai aspek diatas metode yang digunakan yaitu penilaian oleh supervisor
dan survey kepuasan konsumen. Supervisor menilai aspek absensi, keterlambatan, dan
ketepatan pesanan. Sedangkan aspek customer service dinilai dengan survei konsumen.
Aspek penilaian terpenting untuk menilai performa staff sales adalah ketepatan pesanan
dan customer service. Ketepatan pesanan dan customer service merefleksikan kepuasan
konsumen karena dengan tingkat ketepatan pesanan yang tinggi maka konsumen akan
selalu mendapat makanan dengan spesifikasi yang diinginkan. Sedangkan customer
service adalah keramahan staff sales kepada konsumen dan kemampuan staff sales
dalam menyediakan layanan custom sesuai dengan keinginan konsumen apabila suatu
saat dibutuhkan. Aspek-aspek diatas digunakan sebagai landasan untuk memberikan
bonus dan promosi bagi staff sales di outlet dine-in. dan pemberian punishment
(pemotongan gaji,pemotongan cuti, dan pemotongan bonus) bagi staff sales di outlet dine-
in dengan performa dibawah rata-rata.
Tabel 6.11 work standards Supervisor Outlet DIne-In dan Cloud Kitchen
Aspek absensi dan jumlah komplain pelanggan dinilai oleh direktur operasional,
sedangkan aspek performa gerai yang dinilai oleh manajer operasional. Aspek terpenting
dalam penilaian supervisor adalah performa gerai karena melambangkan kemampuan
supervisor dalam mencapai setiap target pada gerai yang diawasinya. Target tersebut
meliputi target penjualan dan target operasional. Aspek terpenting kedua adalah jumlah
komplain pelanggan. Jumlah komplain pelanggan merepresentasikan kemampuan outlet
dalam memuaskan pelanggan dengan cara memproduksi produk dan layanan yang
berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Dan yang terakhir adalah absensi.
Aspek absensi merepresentasikan tingkat kedisiplinan supervisor untuk pergi ke kantor
dan menjalankan tugasnya serta sebagai panutan bagi staf gerai. Aspek-aspek diatas
digunakan sebagai landasan untuk memberikan bonus dan promosi bagi supervisor.
b. Headquarter
Ketiga aspek penilaian diatas dinilai oleh manajer produksi (kepala dapur). Aspek
terpenting dalam penilaian asisten kepala dapur adalah ketepatan waktu menyelesaikan
pekerjaan, disusul defect rate, dan absensi. ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan
merepresentasikan bahwa setiap tugas yang diberikan diselesaikan dalam tenggat waktu
yang sudah ditentukan. Sehingga supply bahan baku dari central kitchen ke outlet cloud
kitchen maupun dine-in selalu terpenuhi. Aspek defect rate merepresentasikan asisten
kepala dapur sudah melakukan pekerjaan sesuai dengan SOP dan standar yang telah
ditetapkan. Sedangkan aspek absensi merepresentasikan kedisiplinan asisten kepala
dapur untuk pergi bekerja sehingga proses produksi selalu lancar. Aspek-aspek diatas
digunakan sebagai landasan untuk memberikan bonus dan promosi bagi asisten kepala
dapur. Dan pemberian punishment (pemotongan gaji,pemotongan cuti, dan pemotongan
bonus) bagi asisten kepala dapur dengan performa dibawah rata-rata.
Tabel 6.14 work standards Supervisor Marketing Communication
Tiga aspek diatas dinilai oleh direktur . Aspek penilaian terpenting adalah meningkatnya
kinerja staff bawahan. Karena meningkatnya kinerja staff merupakan cerminan dari
kemampuan manager mengatur bawahan dalam mencapai target yang telah ditentukan.
Sedangkan aspek terpenting kedua adalah control budget karena manajer harus mampu
membuat anggaran demi kelancaran bisnis perusahaan. Kemudian untuk aspek absensi
adalah jumlah kehadiran manager di perusahaan. Absensi berguna untuk memberikan
contoh yang baik pada staff di headquarter Aspek-aspek diatas digunakan sebagai
landasan untuk memberikan bonus bagi manajer di headquarter.
Tabel 6.16 work standards Direktur
Penilai untuk kedua aspek diatas adalah direktur utama. Aspek absensi
merepresentasikan kehadiran direktur di headquarter yang berfungsi untuk memberikan
contoh yang baik pada staff di divisi yang dipimpin oleh direktur. Sedangkan aspek
tercapainya target departemen merefleksikan hasil kerja direktur. Aspek-aspek diatas
digunakan sebagai landasan untuk memberikan bonus bagi direktur di headquarter
Dalam praktiknya PT FitFoods selalu memberikan peluang dan kesempatan bagi setiap
karyawan untuk bertumbuh baik secara kemampuan soft skill, hard skill, maupun jabatan
bagi setiap karyawan dengan status tetap. Pertumbuhan Jenjang karir pada PT FitFoods
digolongkan menjadi dua yaitu secara vertikal dan horizontal. Pertumbuhan jenjang karir
secara vertikal meliputi kenaikan pangkat dari karyawan. Sedangkan pertumbuhan jenjang
karir secara horizontal meliputi pertumbuhan skill dan kompetensi karyawan.
Karyawan yang dapat mendapat pertumbuhan jenjang karir secara vertikal adalah
karyawan dengan jabatan yang memiliki keharusan untuk memiliki skill managerial.
Sedangkan pertumbuhan jenjang karir secara horizontal adalah karyawan dengan jabatan
yang mengharuskan untuk melakukan pekerjaan secara repetitif atau berulang-ulang.
Kenaikan jenjang karir karyawan FitFoods dipengaruhi oleh performa kerja karyawan
sebagaimana diukur oleh key performance indicator (KPI), selain melalui key performance
indicator FitFoods juga melihat perilaku dan kebiasaan dari karyawan selama bekerja di
perusahaan.
Pada proses analisis dilakukan perincian dan pembobotan dari masing - masing faktor,
guna mendapatkan nilai maksimum yang akan dipakai saat melakukan penilaian grading
jabatan. Hasil dari perincian dan pembobotan akan dijelaskan dalam table A.B. Setelah itu
dilakukan pembagian grading bertingkat berdasarkan selisih poin sebesar 124, 124, 99,
dan 74 untuk grade 1 hingga grade lima. Perusahaan juga menetapkan salary buffer
sebagai landasan penetapan gaji yang dapat menekan batas bawah dari masing - masing
salary grading. Berikut merupakan rincian dari salary grading dari FitFood.
Tabel 6.17 - Perincian dan Pembobotan Point Method.
Penentuan besarnya gaji pokok pada FitFoods harus disesuaikan dengan Upah Minimum
Provinsi DKI Jakarta dan mengacu pada laporan yang dikeluarkan “2019 Kelly Services
Indonesia Salary Guide”. Pada tabel xx, terdapat lima golongan gaji, yang masing-
masing golongan tersebut telah dihitung berdasarkan (i) skills, (ii) effort, (iii) responsibility,
dan (iv) working condition. Karyawan tetap akan mendapatkan kenaikan gaji berdasarkan
performa individu karyawan yang menyebabkan naik jabatan atau kenaikan gaji,, inflasi,
dan pertumbuhan PDB.
Berdasarkan jenis insentifnya, FitFood mempersiapkan dua jenis insentif, (i) performance
bonus dan (ii) commission, yang akan diberikan kepada anggota perusahaan berdasarkan
lingkup pekerjaan dan tanggung jawab dari masing - masing jabatan.
Melalui (a) Company financial assessment, perusahaan akan terlebih dahulu menilai
kondisi keuangan perusahaan melalui beberapa aspek diantaranya sales growth, net
income level, cash flow liquidity, liability level. Secara langsung maupun tidak langsung,
company financial assessment memiliki korelasi dengan beberapa kinerja SDM yang
berhubungan dengan pemasukan dan pengeluaran perusahaan.
Selain itu turut dilakukan pula individual assessment berdasarkan KPI sebagaimana
terlampir dalam tabel 6.20.
6.7.3.2 Commission.
Kebijakan pemberian komisi ditujukan untuk jabatan tertentu sebagai bentuk apresiasi dan
untuk mempertahankan SDM. Meski demikian, strategi perhitungan dan pemberian komisi
tidak secara langsung mengikat kepada jabatan yang akan diberikan akan tetapi hal ini
dikecualikan untuk jabatan Kepala Dapur.
Kebijakan yang akan diambil dalam pemberian komisi kepada kepala dapur adalah
sebesar 1% dari Net Income bulanan, yang akan diberikan berdasarkan company financial
assessment.
Employe benefit menurut mondy (2016), adalah segala macam financial rewards
yang tidak termasuk dalam direct financial compensation. Dalam strategi benefit ini
FitFoods akan memberikan dua macam benefit kepada para karyawannya yaitu benefit
yang bersifat finansial dan non finansial.
Benefit finansial adalah benefit yang diterima oleh perusahaan dimana terdapat nilai
finansial atau manfaat uang didalamnya, dalam hal ini perusahaan mengeluarkan biaya
tertentu untuk memberikan benefit yang akan diterima oleh karyawan. Terdapat beberapa
jenis benefit yang akan diterima karyawan
Benefit finansial adalah benefit yang diterima oleh perusahaan dimana tidak
terdapat nilai finansial didalamnya, dalam hal ini perusahaan tidak perlu mengeluarkan
biaya tertentu untuk memberikan benefit yang akan diterima oleh karyawan. Terdapat
beberapa jenis benefit non-finansial yang akan diterima karyawan.:
1. Cuti adalah benefit yang bisa diambil karyawan dengan manfaat karyawan
tidak perlu bekerja pada hari yang bersangkutan melaksanakan cuti. Dalam
hal pelaksanaan cuti FitFoods akan melaksanakannya sesuai dengan
Undang-undang yang mengatur berkait cuti karyawan adalah Undang-
Undang (UU) Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003. Dalam Undang-
undang tersebut tertulis tujuh jenis hak cuti bagi karyawan yaitu:
● Cuti besar, Cuti besar atau yang sering disebut juga istirahat panjang
diperuntukkan bagi karyawan yang loyal dimana karyawan tersebut telah bekerja
selama 6 tahun di perusahaan yang sama. Cuti besar ini sebaiknya diatur jauh-jauh
hari, karena jangka waktunya cukup panjang. Yaitu 1 (satu) bulan dan tentunya
perlu memperhatikan pekerjaan yang akan ditinggalkan
● Cuti bersama, Cuti bersama waktunya telah diatur oleh pemerintah dan cuti
tersebut biasanya jatuh pada hari yang kurang efektif. Seperti hari di antara libur,
akhir pekan, hari raya besar keagamaan atau peringatan hari besar nasional.
Menurut aturan, jika karyawan mengambil libur pada hari cuti bersama, maka cuti
tahunannya akan berkurang
● Cuti hamil, Berdasarkan pasal 82, karyawati yang hamil memperoleh hak istirahat
masing-masing selama 1,5 (satu setengah) bulan, baik sebelum dan sesudah
melahirkan.
● Cuti sakit, Sesuai yang tertera dalam pasal yang sama dengan cuti hamil, cuti sakit
dapat diberikan bagi karyawan yang kondisinya tidak memungkinkan untuk
melakukan pekerjaan. Dimana mereka memerlukan waktu istirahat sesuai dengan
jumlah hari yang disarankan oleh dokter
● Cuti penting, Sedangkan berdasarkan Pasal 93 Ayat (2) dan (4) disebutkan bahwa
bahwa hak cuti dengan alasan penting memiliki ketentuan sebagai berikut:
Karyawan menikah: 3 hari,Menikahkan anaknya: 2 hari,Mengkhitankan anaknya: 2
hari, Membaptis anak: 2 hari, isteri melahirkan atau keguguran kandungan: 2 hari,
Suami/isteri, orang tua/mertua atau anak atau menantu meninggal dunia: 2 hari,
Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia: 1 hari
2. Work from home, kebijakan WFH ini adalah benefit berupa kemudahan bagi
karyawan untuk dapat bekerja dari mana saja (working remote), asalkan
pekerjaan dan juga target-targetnya tercapai. Kebijakan WFH juga sangat
dibutuhkan terutama dalam masa pandemi COVID-19 ini, sehingga
karyawan tetap bisa produktif meskipun di dalam rumah saja.
3. Casual Friday Outfit , benefit ini adalah benefit yang tergolong dalam Job
environment dimana di setiap hari jumat karyawan bisa bebas
menggunakan baju bebas sehingga membuat lingkungan kerja lebih santai
dan tidak kaku.
4. Izin ½ hari, izin ini dapat digunakan karyawan apabila yang bersangkutan
terdapat kepentingan mendesak yang harus karyawan lakukan atau hadiri,
atau karyawan yang bersangkutan sakit.
Pelaporan Aspek Keuangan SDM pada panel 4 dilakukan berdasarkan rincian jenis
- jenis biaya yang dibutuhkan. Untuk pembuatan simulasi budgeting tahunan Departemen
SDM akan dilampirkan pada tabel keuangan hasil simulasi. Apabila keputusan kelompok
belum tepat dimohonkan koreksi untuk pembetulan isi laporan.
Consumable Recruitment
Pamflet di kampus 200,000.00 /Cetak
Brosur 120,000.00 /Cetak
Online recruitment
Others
jumlah pendaftar
Biaya 3rd party - screening kandidat 0 dibatasi
per tahun
Pembelian Modul Tes Online 7,500,000.00 subscription
jumlah pendaftar
Biaya 3rd party - screening kandidat 0 dibatasi
Consumables
Estimasi
Frekuensi
Jenis Training Jabatan dalam 1 tahun Harga
First Line Management Assessment level 0 dan
Program (FMAP) 1 2 Rp 7,500,000.00
Team Leadership Becoming Flexible
Leader level 1 4 Rp 6,500,000.00
Middle Management Assesment
Program (MMAP) Level 2 2 Rp 8,950,000.00
Integrated Marketing Communication Level 0 1 Rp 6,000,000.00
Strategic Brand Management Level 0 1 Rp 6,000,000.00
Supply Chain Management Level 0 1 Rp 5,400,000.00
Financial Analysis Level 0 1 Rp 5,800,000.00
Business Development Analysis Level 0 1 Rp 7,600,000.00
Business Development Planning Level 0 1 Rp 7,000,000.00
Rp
Marketing Management Level 2 Bila dibutuhkan 20,000,000.00
Rp
Financial Management Level 2 Bila dibutuhkan 20,000,000.00
Rp
Human resourcess Management Level 2 Bila dibutuhkan 20,000,000.00
Rp
Operation Management Level 2 Bila dibutuhkan 20,000,000.00
Rp
Strategic Financial Management Level 2 Bila dibutuhkan 22,000,000.00
Dalam perumusan praktiknya kami memiliki dua bonus bagi karyawan yang bekerja yaitu
komisi kepala dapur dan bonus KPI. Untuk menghitung komisi kepala dapur kami
melakukan budgeting sebesar 0,25% dari net income dalam satu tahun. Sedangkan untuk
bonus KPI kami melakukan budgeting sebesar 1% dari wage expense dalam 1 tahun.
Besaran Iuran Jaminan Kesehatan Nasional - Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) untuk
kategori Pekerja Penerima Upah - Badan Usaha (PPU-BU) adalah 5% dari gaji atau upah
per bulan. Perusahaan memiliki kewajiban membayar iuran kepesertaan pegawainya
sebesar 4% dan pegawai membayar 1% sisanya, pembayaran disetorkan setiap bulan
oleh perusahaan pada BPJS Kesehatan.
masa kerja
sesuai masa kerja dengan perhitungan ×1 bulan upah.
12
Manager:
BAB 7
7.1 Tujuan dan Sasaran Keuangan
Latar belakang perumusan tujuan keuangan perusahaan berangkat dari strategi
bersaing, Overall Cost Leadership, yang dipilih oleh perusahaan. Berdasarkan strategi
tersebut perusahaan akan beorientasi pada upaya – upaya penekanan biaya yang dapat
menghasilkan output secara optimal baik untuk aspek kegiatan produksi, management, dan
layanan jasa Berikut merupakan tujuan keuangan dari PT FitFood.
7.1.1 Tujuan Keuangan
1. Meningkatkan nilai perusahaan secara berkesinambungan.
2. Menjaga stabilitas keuangan operasional.
3. Mempersiapkan kecukupan finansial untuk pertumbuhan bisnis.
50,000,000,000
40,000,000,000
30,000,000,000
20,000,000,000
10,000,000,000
-
Y0 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5
Equipment Outlet
70,000,000
60,000,000
50,000,000
40,000,000
30,000,000
20,000,000
10,000,000
-
Y0 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5
.
Gambar 7.3 Growth Assets – Equipment Outlet
7.2.1.3 Equipment SDM
Perusahaan menggolongkan Equipment SDM sebagai Aset tetap yang diperuntukan
untuk operasional Karyawan, dan masih menjadi kepemilikan Perusahaan.
Pembelanjaan dari Equipment SDM ditujukan untuk aktivitas operasional non-produksi
bagi beberapa jabatan Staff, Manager, Supervisor dan Direksi. Proporsi pembelanjaan
dari Equipment SDM diestimasikan menyerap rata – rata 12% dari Total Pembelanjaan
Fixed Assets. Dalam hal ini, Artefak perusahaan (seragam) termasuk kedalam
equipment SDM selain dari pembelanjaan gadget dan laptop.
Equipment SDM
700,000,000
600,000,000
500,000,000
400,000,000
300,000,000
200,000,000
100,000,000
-
Y0 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5
Equipment Kendaraan
350,000,000
300,000,000
250,000,000
200,000,000
150,000,000
100,000,000
50,000,000
-
Y0 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5
1. Perusahaan akan membayar sewa 1 tahun dimuka untuk biaya sewa gerai,
kantor, serta gudang, dengan ikatan kepada gerai selama 5 tahun. Biaya sewa
tahun berikutnya akan dibayarkan dimuka pada bulan 8 dan 12, tahun
sebelumnya.
2. Persediaan berupa pasokan untuk memberikan layanan mengikuti skema reorder
point dan dibiayai oleh kas atau hutang jangka pendek.
3. Jumlah kas yang dipertahankan oleh perusahaan adalah minimal bernilai Rp
1.000.000.000 pada 5 tahun pertama.
4. Hutang dagang ke pemasok memiliki Terms of Payment sepanjang 30 hari.
70,000,000,000
60,000,000,000
50,000,000,000
40,000,000,000
30,000,000,000
20,000,000,000
10,000,000,000
-
Y0 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6
(10,000,000,000)
*Note: Beberapa pengakuan beban depresiasi telah berhenti ditahun ke-5 telah
dilakukan adjustment hingga tahun ke-8.
Gambar 8.2 Proyeksi Neraca – Most Likely
Y0 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6
90,000,000,000
80,000,000,000
70,000,000,000
60,000,000,000
50,000,000,000
40,000,000,000
30,000,000,000
20,000,000,000
10,000,000,000
-
Total Current Assets Total Fixed Assets Modal Akhir
Y0 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6
Gross Profit
Margin - 22.22% 20.73% 31.01% 43.01% 51.47% 51.61%
Profit Margin -14.53% -5.36% 10.68% 28.96% 40.54% 41.31%
Net Profit Margin -14.53% -5.36% 8.01% 21.72% 30.41% 30.98%
Y0 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6
Rentabilitas Usaha -7.30% -16.15% -12.59% 38.79% 196.13% 450.89% 459.43%
Rentabilitas
Ekonomi -7.30% -11.54% -5.72% 8.43% 39.23% 90.18% 91.89%
*Kumulasi Modal 5,000,000,0 7,000,000,0 11,000,000, 23,000,000, 25,000,000, 25,000,000, 25,000,000,
@TahunX 00 00 000 000 000 000 000
Tabel 8.5 Rentability Ratios
*Note:
- Penghitungan Rentabilitas usaha melalui perbandingan EAT@YearX
: Modal Co-founder (Rp5,000,000,000)
- Penghitungan Rentabilitas Ekonomi dilakukan melalui perbnadingan
EAT@YearX: Kumulasi Seluruh Modal@YearX
III. Liquidity Ratios
Y0 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6
Liquidity Growth 28.72% 67.56% 80.32% 89.21% 88.86% 48.42%
Total Current Assets, 3,519,850, 4,530,773, 7,591,615, 13,689,530 25,901,504 48,917,396 72,601,034
CA 000 870 900 ,189 ,016 ,099 ,182
Total Current
Liabilities, CL 0 0 0 0 0 0 0
**Note= Capital Only use
Equity and Sales are paid
in Cash and Digital
Money
NWC/Sales 81.54% 64.65% 56.53% 57.37% 65.97% 97.92%
Tabel 8.6 Liquidity Ratios
*Note:
- Liquidity ratio (TCA:TCL) belum dapat dilakukan, dikarenakan
pencatatan chart of account menggunakan pendekatan Cash Basis.
Penghitungan pembelanjaan Usaha seperti gaji dan pembelian bahan
baku diakui dan dicatat secara cash.
- Alternatif penghitungan dilakukan melalui pertumbuhan Current
Assets setiap tahunnya.
Y0 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6
Total Asset
TurnOver 95.35% 127.68% 104.67% 129.21% 128.98% 92.15%
Fixed Assets
TurnOver 428.55% 731.21% 256.34% 499.35% 865.11% 943.53%
*Note = All Sales Paid in
Cash and Digital Money
Tabel 8.7 ASsets Efficiency Ratios
8.1.4 Analisis Titik Impas.
Hasil dari analisis titik impas didapati dengan membandingkan FCFE perusahaan
selama delapan tahun dengan kumulasi pendanaan yang diterima oleh perusahaan.
Dalam melakukan penghitungan FCFE perusahaan menggunakan rumus [ Laba bersih +
depreciation – capital expenditure – working capital requirement + Utang baru –
Pengembalian utang]. Berikut merupakan hasil dari perhitungan titik impas business plan
Fitfoods.
Tabel 8.5 Titik Impas Keuangan.
Y0 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6
Modal 5,000,000 2,000,000 4,000,000 12,000,00 2,000,000
Disetor ,000 ,000 ,000 0,000 ,000 - -
- - - -
1,480,150 989,076,1 939,157,9 5,902,085 10,211,97 23,015,89 23,582,55
FCFE ,000 30 70 ,711 3,827 2,083 4,583
Total Modal 25,000,00
Disetor 0,000
*Selisih Nominal 5Y
Total FCFE 23,917,39 1,082,603 dengan Total Modal
(5Ys) 6,099 ,901 Disetor
Total FCFE 47,499,95
(6Ys) 0,682 0 *Persentase Selisih
*RoundUp Selisih ke
Durasi BEP 5 Tahun 8 Hari (365 Hari)
Roundup 5 Tahun 9
Durasi BEP Hari
*Note: Kalkulasi Payback tanpa discounted (WACC)
8.2 Proyeksi Keuangan
8.2.1 Indikator Kelayakan Bisnis
Indikator kelayakan bisnis diukur berdasarkan tiga pengukuran utama: Net Present
Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Profitability Index (PI) sebagai berikut.
I. NPV
Y0 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6
Modal 2,000,00 4,000,00 12,000,0 2,000,00
Disetor 5,000,000,000 0,000 0,000 00,000 0,000 - -
- - -
989,076, 939,157, 5,902,08 10,211,9 23,015,8 23,582,5
FCFE - 1,480,150,000 130 970 5,711 73,827 92,083 54,583
- - -
850,306, 694,112, 3,750,09 5,578,17 10,808,2 9,520,60
PV - FCFE - 1,480,150,000 164 493 5,534 4,795 61,533 3,687
Total Modal
Disetor 25,000,000,000
Total PV -
FCFE 19,132,375,824
NPV - 5,867,624,176
*Note: Kalkulasi NPV dilakukan tanpa men-discount modal disetor dengan WACC pada
tahun 2 - 4.
Apabila dilakukan, akan didapati NPV Positif senilai Rp739,567,796 ditahun 6 bersamaan
dengan timing Payback Period.
II. IRR
Y0 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6
Modal
Disetor 5,000,000,000 2,000,000,000 4,000,000,000 12,000,000,000 2,000,000,000 - -
Pendanaan
Hutang - - - - - - -
Total
Funding 5,000,000,000 2,000,000,000 4,000,000,000 12,000,000,000 2,000,000,000 - -
Y0 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6
Penjualan
Aset - - - - - - -
- - - - - -
Pembelian 754,150,0 329,100,0 386,100,0 812,350,0 409,300,0 457,700,0
Equipment 00 00 00 00 00 00
- - - - -
Pembelian 50,000,00 50,000,00 100,000,0 50,000,00 50,000,00
Kendaraan 0 - 0 00 0 0
Pembelian - - - - - -
Unit dan 370,000,0 120,000,0 360,000,0 750,000,0 60,000,00 60,000,00
Property 00 00 00 00 0 0
-
Pembelian 7,000,000
Lahan - - - ,000 - -
- - - - - -
Total 1,174,150 449,100,0 796,100,0 8,662,350 519,300,0 567,700,0
Investment ,000 00 00 ,000 00 00 -
-
Gross 300,000,0 1,234,922 2,434,480 7,511,228 19,417,86 38,161,79 38,269,29
Margin 00 ,590 ,127 ,565 4,634 9,938 9,938
Beban Gaji 841,800,0 1,084,200 1,596,000 2,058,000 2,574,000 2,574,000,
Non-Produksi - 00 ,000 ,012 ,000 ,000 000
Beban
Remunerasi 264,630,0 332,657,6 491,229,9 400,500,0 800,284,1 800,284,1
Non-Gaji - 00 17 49 00 10 10
Beban 368,650,0 655,251,4 1,120,642 1,665,340 2,058,951 2,058,951,
Pemasaran - 00 00 ,239 ,962 ,590 590
Admin
Expenses and
Overhead
Beban
Registrasi
Utilitas 6,000,000 4,000,000 4,000,000 8,000,000 2,000,000 2,000,000
Beban Utilitas - 17,700,00 27,300,00 42,300,00 60,300,00 60,300,00 60,300,00
Non-Produksi 0 0 0 0 0 0
266,590,7 430,610,2 773,098,1 1,129,980 1,442,007 1,309,229,
Beban SDM - 20 21 51 ,790 ,559 559
Beban 11,528,00 33,518,85 73,185,82 91,711,11 125,780,5 125,780,5
Transport - 0 9 8 2 68 68
Beban
Perawatan 10,000,00
Gedung - - 0 - - -
Beban 59,007,50 267,642,5 486,670,0 820,740,0 925,000,0 1,038,940 712,290,0
Depresiasi 0 00 00 00 00 ,000 00
All
- - - - - - -
Operational 65,007,50 2,042,541 3,064,208 4,925,196 6,332,832 8,102,263 7,640,835,
Expenses 0 ,220 ,097 ,180 ,865 ,827 827
- - -
365,007,5 807,618,6 629,727,9 2,586,032 13,085,03 30,059,53 30,628,46
EBIT 00 30 70 ,385 1,769 6,111 4,111
Beban Bunga - - - - - - -
- - -
365,007,5 807,618,6 629,727,9 2,586,032 13,085,03 30,059,53 30,628,46
EBT 00 30 70 ,385 1,769 6,111 4,111
646,508,0 3,268,757 7,514,884 7,657,116,
Beban Pajak - - - 96 ,942 ,028 028
- - -
365,007,5 807,618,6 629,727,9 1,939,524 9,806,273 22,544,65 22,971,34
Net Income 00 30 70 ,289 ,827 2,083 8,083
- - -
365,007,5 807,618,6 629,727,9 1,939,524 9,816,273 22,544,65 22,971,34
00 30 70 ,289 ,827 2,083 8,083
- - - -
1,480,150 989,076,1 939,157,9 5,902,085 10,211,97 23,015,89 23,683,63
FCFE ,000 30 70 ,711 3,827 2,083 8,083
III. Tahun 3
Year 3
-15% -10% -5% 0% 5% 10% 15%
20,585,6 21,796,5 23,007,4 24,218,3 25,429,2 26,640,1 27,851,1
Sales Revenue 08,673 26,831 44,988 63,145 81,302 99,460 17,617
5,341,07 6,064,46 6,787,84 7,511,22 8,234,61 8,957,99 9,681,37
Gross Margin 7,977 1,507 5,036 8,565 2,094 5,624 9,153
311,911, 854,448, 1,396,98 1,939,52 2,482,06 3,024,59 3,567,13
Net Income 348 995 6,642 4,289 1,936 9,583 7,230
2,147,77 3,144,24 4,140,70 5,137,17 6,133,63 7,130,09 8,053,57
Modal Akhir 6,139 0,823 5,506 0,189 4,872 9,556 6,201
IV. Tahun 4
Year 4
-15% -10% -5% 0% 5% 10% 15%
38,378,4 40,635,9 42,893,5 45,151,0 47,408,6 49,666,1 51,923,7
Sales Revenue 20,165 74,292 28,420 82,547 36,674 90,802 44,929
15,034,7 16,495,8 17,956,8 19,417,8 20,878,8 22,339,9 23,800,9
Gross Margin 73,786 04,068 34,351 64,634 94,917 25,199 55,482
6,526,45 7,622,22 8,718,00 9,806,27 10,909,5 12,005,3 13,101,0
Net Income 5,691 8,403 1,115 3,827 46,539 19,251 91,963
8,674,23 10,766,4 12,858,7 14,943,4 17,043,1 19,135,4 21,154,6
Modal Akhir 1,830 69,226 06,621 44,016 81,411 18,807 68,164
V. Tahun 5
Year 5
-15% -10% -5% 0% 5% 10% 15%
63,024,2 66,731,5 70,438,8 74,146,1 77,853,4 81,560,7 85,268,0
Sales Revenue 02,310 08,329 14,347 20,365 26,383 32,402 38,420
30,619,8 33,133,8 35,647,8 38,161,7 40,675,7 43,189,7 45,703,7
Gross Margin 01,594 01,042 00,490 99,938 99,386 98,834 98,282
16,888,1 18,773,6 20,659,1 22,544,6 24,430,1 26,315,6 28,201,1
Net Income 53,325 52,911 52,497 52,083 51,669 51,255 50,841
25,562,3 29,540,1 33,517,8 37,488,0 41,473,3 45,451,0 49,355,8
Modal Akhir 85,156 22,137 59,118 96,099 33,080 70,061 19,005
VI. Tahun 6
Year 6
-15% -10% -5% 0% 5% 10% 15%
63,024,2 66,731,5 70,438,8 74,146,1 77,853,4 81,560,7 85,268,0
Sales Revenue 02,310 08,329 14,347 20,365 26,383 32,402 38,420
30,727,3 33,241,3 35,755,3 38,269,2 40,783,2 43,297,2 45,811,2
Gross Margin 01,594 01,042 00,490 99,938 99,386 98,834 98,282
17,213,7 19,099,2 20,984,7 22,870,2 24,755,7 26,641,2 28,526,7
Net Income 65,825 65,411 64,997 64,583 64,169 63,755 63,341
42,776,1 48,639,3 54,502,6 60,358,3 66,229,0 72,092,3 77,882,5
Modal Akhir 50,981 87,548 24,115 60,682 97,249 33,816 82,346
Dalam perjalanan bisnisnya ada berbagai macam risiko yang akan dihadapi oleh
FitFoods. Risiko yang dihadapi dapat berasal dari dalam dan dari luar perusahaan. Serta
meliputi berbagai aspek yaitu pemasaran, operasional, keuangan, sumber daya manusia, dan
risiko Bisnis.
8.3.1 Mitigasi Risiko Pemasaran
Dampak
Asal Probabilitas terhadap
NO Deskripsi faktor terjadinya bisnis Mitigasi
Pergeseran Kebiasaan Mengikuti
Penggunaan Social Perkembangan
1 Media Target Market Eksternal Rendah Rendah Social Media
Menurunya Trend Gaya Riset Target
2 Hidup Sehat Eksternal Rendah Tinggi Market
Naiknya Biaya Bagi Efisiensi Intern,
Hasil dengan Cloud Dibebankan
3 Partner Eksternal Sedang Sedang Konsumen
Menurunnya Brand SOP, Kualitas
4 Image Internal Rendah Tinggi SDM.
Meningkatnya Trend
Makan di Tempat dine
5 In Eksternal Sedang Tinggi Riset Pasar
Kontrak jangka
Naiknya harga bahan panjang dengan
1 baku Eksternal Tinggi Tinggi supplier
Kontrak jangka
panjang dengan
2 Kelangkaan bahan baku Eksternal sedang Tinggi supplier
Kontrak jangka
perubahan kualitas panjang dengan
3 bahan baku Eksternal Rendah Tinggi supplier
4 Peningkatan Defect rate Internal Rendah Sedang SOP dan Training
Kontrak Jangka
Perubahan harga sewa Panjang dan
5 bangunan Eksternal Tinggi Sedang Negosiasi
Riset syarat-syarat
Cloud partner dan
Gagal menjadi cloud adjustment target
7 partner Internal sedang Tinggi penjualan
SOP, Training,
8 Kecelakaan kerja Internal sedang Tinggi Maintenance
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa risiko dari segi operasional
berasal dari internal dan eksternal perusahaan dan memiliki probabilitas rendah hingga
sedang. Mayoritas risiko tersebut memiliki dampak terhadap bisnis yang sedang hingga
tinggi. Dalam mitigasinya FitFoods dapat menekankan pada ketelitian dalam melakukan
kontrak dan negosiasi. Selain itu perusahaan juga dapat meningkatkan kualitas internal
dengan cara merancang SOP yang baik, training, dan maintenance.
Investor Meminta
Pencairan Dividen
Setiap Tahun Eksternal Sedang Sedang Negosiasi
Pencatatan Laporan
Cash Flow Tidak Keuangan Yang Teliti, dan
Lancar Internal Sedang Tinggi Mengurangi Hutang
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa risiko yang dihadapi perusahaan
dari segi finance mayoritas berasal dari internal perusahaan hanya satu risiko yang berasal
dari eksternal yaitu investor meminta pembagian dividen setiap tahun. Sedangkan
probabilitas terjadinya risiko tersebut dapat dikategorikan sedang dengan mayoritas dampak
terhadap bisnis tinggi. Hanya satu risiko yang memiliki dampak terhadap bisnis sedang
yaitu investor meminta pencairan dividen setiap tahun. Untuk menghadapi risiko-risiko
tersebut perusahaan dapat meningkatkan performa keuangan, mengurangi hutang,
melakukan pencatatan keuangan yang lebih teliti dan melakukan negosiasi dengan investor.
8.3.4. Mitigasi Risiko SDM
Dampak
Asal Probabilitas terhadap nilai
Deskripsi faktor terjadinya bisnis Mitigasi
Peningkatan gaji
Rendahnya berkala,Insentif, kesejahteraan
Calon Pendaftar Internal rendah Sedang karyawan
Kualitas SDM
Rendah Internal Sedang Sedang Training
Meningkatnya
UMR Jakarta Eksternal TInggi Tinggi Menaikan gaji
Peningkatan gaji
berkala,Insentif, kesejahteraan
Mogok kerja internal rendah Sedang karyawan
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa risiko yang dihadapi oleh
FitFoods dari segi sumber daya manusia mayoritas berasal dari internal perusahaan. Hanya
faktor meningkatnya UMR Jakarta yang menjadi faktor eksternal. Sedangkan untuk
probabilitas terjadinya risiko berkisar mulai rendah hingga tinggi. Dari segi dampak nilai
terhadap bisnis dapat dikategorikan sedang. Hanya faktor meningkatnya UMR Jakarta yang
memiliki dampak tinggi terhadap FitFoods. Untuk mengatasi faktor-faktor risiko tersebut.
FitFoods diharapkan untuk meningkatkan upah, bonus, dan kesejahteraan bagi karyawan
8.3.5. Mitigasi Risiko Bisnis
Dampak
NO Deskripsi Asal Probabilita terhadap nilai Mitigasi
faktor s terjadinya bisnis
1 Meningkatnya jumlah
kompetitor Eksternal Tinggi Tinggi Penguasaan Pasar
Meningkatnya Meningkatkan
2 Persyaratan Produk Komposisi Bahan
Organik Eksternal Sedang Sedang Baku Organik
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas faktor risiko berasal
dari eksternal perusahaan. Hanya faktor kesalahan strategi bisnis yang berasal dari internal
perusahaan. Sedangkan untuk probabilitas terjadinya risiko dapat dikategorikan sedang
namun untuk faktor meningkatnya jumlah kompetitor dapat dikategorikan tinggi. Hal ini
disebabkan mudahnya kompetitor masuk di industri ini ditandai oleh munculnya para
pemain baru. Sedangkan untuk dampak terhadap bisnis berkisar antara sedang hingga
tinggi. Untuk mengatasi faktor risiko tersebut FitFoods diharapkan untuk meningkatkan
kualitas maupun standar produk maupun bahan baku, adaptasi terhadap teknologi terbaru ,
dan melakukan peninjauan kontrak maupun mengamati pesaing yang telah menggunakan
jasa cloud partner, selanjutnya FitFoods juga diharapkan dapat meningkatkan penguasaan
pasar.
BAB 9
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh FitFoods pasar dari makanan diet di DKI
Jakarta dapat dikatakan cukup besar dan memiliki prospek untuk bertumbuh di masa yang akan
datang. Berdasarkan hasil perhitungan, segmen bermotivasi moderat di DKI Jakarta sebesar Rp.
13.987.823.559.840 dan menempati peringkat terbesar kedua setelah segmen rasa dan
kandungan. Segmen bermotivasi moderat diprediksi memiliki prospek yang baik. Menurut
penelitian Nelsen (2016), 8 persen konsumen di Indonesia mulai memilih makanan sehat dan sadar
akan pentingnya kesehatan, dan pada tahun 2020 angka ini diprediksi akan meningkat hingga 24
persen.
Dari segi permintaan untuk sub-sektor healthy food, kelompok menilai minat dan
permintaan atas produk – produk healthy foods masih belum merata di wilayah DKI Jakarta.
Berdasarkan pada analisis lapangan dapat disimpulkan bahwa brand – brand healthy food lokal
terkenal, masih terkonsentrasi pada tiga lokasi, yaitu Kuningan, Senopati, dan Menteng. Dari segi
penawaran, sub-sektor healthy food memiliki kemudahan mendapatkan bahan baku, dan
didukung oleh rekanan bisnis foodtech seperti GoFood dan GrabFood.
Dengan strategi perusahaan Overall Cost Leadership, divisi pemasaran melakukan efisiensi
dari segi biaya pemasaran yang tidak lebih dari 7% dari sales revenue pada tahun pertama hingga
tahun kelima. Dengan budget pemasaran tersebut, divisi pemasaran FitFood dapat memberikan
timbal balik pada investasi sebesar 3 kali lipat pada tahun pertama dan 10 kali lipat pada tahun
kelima. Selain itu, dalam meningkatkan penjualan, divisi pemasaran memiliki customer acquisition
cost sebesar 10% dari kontribusi satu orang pelanggan (Rp. 60.000) terhadap pendapatan FitFood.
Penjualan terus meningkat pada sebesar 9% pada setiap tahunnya pada keseluruhan gerai yang
dimiliki oleh FitFood.
Dalam Strategi Operasional untuk mencapai strategi Cost Leadership, FitFoods
menggunakan strategi efisiensi pada beberapa fungsi operasional perusahaan. Pada fungsi
pemenuhan bahan baku efisiensi dilakukan dengan cara melakukan supplier partnership dengan
mengadopsikan supply position network, bulk quantity buying, sedangkan dari segi teknologi yang
digunakan yaitu cloud kitchen, digital inventory, online purchase, dan point of sales. Hal ini juga
didukung oleh pengembangan dan penjaminan mutu guna meningkatkan kualitas dari produk yang
dihasilkan. Dari hasil proyeksi keuangan tahun 1-5 , bisa diketahui dari segi Operating income
terjadi loss di tahun 1-2 sedangkan tahun 3 sudah tidak terjadi loss lagi, % Operating profit
marginnya pun terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun , yang menandakan adanya
economies of scale.
Dalam strategi sumber daya manusia, FitFoods menekankan efisiensi namun tidak
mengesampingkan kualitas dan kesejahteraan karyawan. Hal ini dapat dilihat pada jumlah sumber
daya manusia FitFoods yang ramping sehingga faktor efisiensi biaya masih dapat terjaga namun
masih memenuhi persyaratan pemerintah yaitu lama jam kerja bagi karyawan maksimal 40 jam per
minggu. Dari segi status kepegawaian, karyawan yang bekerja di FitFoods dibagi menjadi karyawan
tetap, karyawan kontrak, karyawan magang, dan karyawan upah harian. Kombinasi status
kepegawaian tersebut digunakan untuk meminimalisir biaya gaji. Untuk pemberian remunerasi
FitFoods menjaga biaya remunerasi kurang dari 25% dari COGS. Strategi diatas dilakukan untuk
mendukung strategi perusahaan yaitu overall cost leadership.
Pada aspek keuangan, Perencanaan Fitfood mencakup aspek pendanaan, investasi aset,
kebijakan dividen dan profitabilitas keuangan. Dalam hal ini jumlah kebutuhan modal yang
ditargetkan adalah sebesar Rp25,000,000,000 yang didapatkan dari beberapa jenis shareholders.
Dari total keseluruhan tersebut, 48.7% dari seluruh pendanaan akan digunakan untuk invenstasi
Aset Tetap, dan untuk tambahan (working capital) dalam bentuk cash in bank. Perusahaan juga
menargetkan untuk Menjaga reinvestment rate diatasl 25% dan meningkatkan cash liquidity pada
setiap tahunnya dengan tidak membagikan dividend pada 6 tahun awal operasional.
Meski demikian, dalam perencanaan draft 1 – seminar beberapa aspek profitabilitas akan
dilakukan re-optimalisasi bersama dengan divisi Marketing, Operasional, dan SDM guna mencapai
Paybak, PI, dan NPV yang lebih baik. Sebagaimana tertulis dalam target sub-bab 7.1.2, realisasi
perenanaan perusahaan belum mampu mencapai NI pada tahun ke-2 (terlambat 1 tahun, pada
tahun ke-3). Selain itu, hasil analisis keuangan pada tahun ke-6 telah menunjukan Estimasi BEP
dengan durasi 5 tahun 9 hari dengan hasil NPV dan IRR yang dapat di re-optimalisasi senilai Rp-
5,867,624,176 dan IRR -7%. Selanjutnya pada Draft 2 seminar 2 akan kami lakukan re-optimalisasi
yang dapat mendorong aspek vital keuangan, NPV, IRR, BEP dan PI.
Daftar Pustaka
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, 2018. Close Payment Untuk Pelayanan Maksimal.
Jakarta: Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, pp.6-7.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, 2018. Close Payment Untuk Pelayanan Maksimal.
Jakarta: Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, pp.6-7.
Mintel. 2017. "A Balancing Act: Health & Fitness and The Impact on Innovation". Jakarta.
Mintel.
Meng, Pua Wee (et al). 2020. “Consumer Insight”. Singapore. Deloitte.
Wright, Oliver and Blackburn, Emma. 2020. “How COVID-19 will permanently change
consumer behavior”. Jakarta. Accenture.
Fatsecret Indonesia. (2016). Informasi kalori dan gizi untuk produk populer dari
McDonald's.
Porter, M.E. 1980. Competitive Strategy: Techniques for analyzing industries and
competitors. New York: The Free Press.
Ihsanudin dan Erdianto. 2020. “Fakta Lengkap Kasus Pertama Virus Corona di
Indonesia”. Jakarta. Kompas Gramedia.
Laurence B. 2020. “Coronavirus: The world economy at risk. Paris: The Organisation for
Economic
Co-operation and Development (OECD)”.
Rob Vos, Martin W dan Laborde D. 2020. How much will global poverty increase because
of COVID-19?. Washington D.C:International Food Policy Research Institute (IFPRI).
Mulyani, Sri. 2020. “Langkah Penguatan Perlindungan Sosial dan Stimulus Ekonomi
Menghadapi Dampak COVID-19”. Jakarta. Kementerian Keuangan.
Mondy, R. and Martocchio, J., 2016. Human Resource Management. 14th ed. Harlow,
Essex, England: Pearson.
Rihanto, Dodo. 2019. "Pertumbuhan Industri Makanan dan Minuman Sumbang 6,35%
terhadap PDB Nasional". Jakarta. Pikiran Rakyat.
Yanuar, Elang. 2016. "Survei: 52% Orang Jakarta Jadikan Junk Food Sebagai Sarapan".
Jakarta. Medcom.id.
Valentina, Jessicha. 2016. "Five Jakarta restaurants every health enthusiast must try".
Jakarta. Jakarta Post.
Setyowati, Desy. 2019. "Terbesar di Indonesia, Gojek Targetkan Pertumbuhan Dua Kali
Lipat". Jakarta. Katadata.
Franedya, Roy. 2019."Go-Car Tak Untung, Ternyata Ini yang Jadi Mesin Uang Gojek".
Jakarta. CNBC Indonesia.
Onlinepajak. 2018. "7 Poin Penting dalam PP 23/2018 Tentang PPh Final 0,5%". Jakarta.
Online-Pajak.com
Mustinda, Lusiana. 2019. "7 Jenis Bisnis Kuliner Skala UMKM dengan Modal Minim".
Jakarta. Detik.com
Saputra, Wahyu P. 2019. "Modal Rp 6,2 Juta Bisa Bisnis Ayam Geprek, Berminat?.
Jakarta. Kompas.com
Hutauruk, Dina. 2018. "Perilaku belanja konsumer bergeser jauh". Jakarta. Kontan.
Lingga, Heriyanto. 2018. "Teh Kemasan: Adu Jitu Strategi Merebut Pasar Milenial".
Jakarta. Warta Ekonomi.
Handayani, Sri Niken. 2016. "Survei MasterCard: Restoran Cepat Saji Masih Favorit
Masyarakat Indonesia". Jakarta. SWA.
Marketdata. 2018. "Indonesia – the future of foodservice to 2021". London. Verdict Food
Service.
Bella, Annisa. 2019. " Lifestyle & EntertainmentBisnis ‘Warteg Sehat’ Fedwell Capai BEP
dalam Lima Bulan".Jakarta. Marketeers.
BPS. 2018. "Statistik Penyediaan Makanan dan Minuman Tahun 2017". Jakarta . Badan
Pusat Statistik. (ISBN : 978-602-438-273-5)
https://corporatefinanceinstitute.com/resources/knowledge/strategy/bargaining-power-of-
buyers/
https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt5a5445dc020f5/node/lt519dc59359557/pe
raturan-menteri-pertanian-no-38_permentan_hr.060_11_2017-tahun-2017-rekomendasi-
impor-produk-hortikultura
https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt5a5f139d9e14e/nprt/lt519da84fac838/pera
turan-menteri-perdagangan-no-91-tahun-2017-perubahan-atas-peraturan-menteri-
perdagangan-nomor-97_m-dag_per_11_2015-tentang-ketentuan-impor-produk-kehutanan
Danciu, V., 2010. The Brand Identity: A Strategic Shift for Success. The Romanian
Economic Journal, 36.
Monica, M. and Luzar, L., 2011. Efek Warna dalam Dunia Desain dan Periklanan.
Humaniora, 2(2), p.1084.
Kevin Lane Keller (1999) Brand Mantras: Rationale, Criteria and Examples, Journal of
Marketing Management, 15:1-3, 43-51, DOI: 10.1362/026725799784870513
Kotler, P., & Keller, K.L. (2016). Marketings Management, Global Edition 15e. United
States of America: Pearson Education, Inc.
Kotler, P., Wong, V., Saunders, J. and Armstrong, G., 2005. Principles Of Marketing:
European Edition. 4th ed. Harlow: Financial Times Prentice Hall.
Edman, S., Shuib, A. & Abdullah, A. 2012. Study on demographic characteristics and
exploring the attitude among consumers on organic jungle foods in Kuching, Sarawak.
Available at http://www.feb.unimas.my/ index.../
Makatouni, A. 2002. What motivates consumers to buy organic food in the UK? Results
from a qualitative study. British Food Journal 104: 345-52
Michaelidou, N. & Hassan, L.M. 2008. The role of health consciousness, food safety
concern and ethical identity on attitudes and intentions towards organic food.International
Journal of Consumer Studies 32:163-170.
Louis Didier, Lombart Cindy. 2010. Impact of brand personality on three major relational
consequnces trust, attachment, and commitment to the brand. Journal of Product and
Brand Management. Vol. 19 Iss 2 pp.114-130.
Kotler, Philip dan Armstrong, Gary. 2012. Principles of Marketing. New Jersey: Prentice
Hall.
Kotler, Philip dan Armstrong, Gary. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Sammut-Bonnici, T., 2015. Brand and Branding. Wiley Encyclopedia of Management, pp.1-
3.
Danciu, V., 2010. The Brand Identity: A Strategic Shift for Success. The Romanian
Economic Journal, 36.
Monica, M. and Luzar, L., 2011. Efek Warna dalam Dunia Desain dan Periklanan.
Humaniora, 2(2), p.1084.
Kevin Lane Keller (1999) Brand Mantras: Rationale, Criteria and Examples, Journal of
Marketing Management, 15:1-3, 43-51, DOI: 10.1362/026725799784870513
Kotler, P., & Keller, K.L. (2016). Marketings Management, Global Edition 15e. United
States of America: Pearson Education, Inc.
Kotler, P., Wong, V., Saunders, J. and Armstrong, G., 2005. Principles Of Marketing:
European Edition. 4th ed. Harlow: Financial Times Prentice Hall.
Edman, S., Shuib, A. & Abdullah, A. 2012. Study on demographic characteristics and
exploring the attitude among consumers on organic jungle foods in Kuching, Sarawak.
Available at http://www.feb.unimas.my/ index.../
Makatouni, A. 2002. What motivates consumers to buy organic food in the UK? Results
from a qualitative study. British Food Journal 104: 345-52
Michaelidou, N. & Hassan, L.M. 2008. The role of health consciousness, food safety
concern and ethical identity on attitudes and intentions towards organic food.International
Journal of Consumer Studies 32:163-170.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2018. Hasil Utama RISKESDAS.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Louis Didier, Lombart Cindy. 2010. Impact of brand personality on three major relational
consequences trust, attachment, and commitment to the brand. Journal of Product and
Brand Management. Vol. 19 Iss 2 pp.114-130.
Kotler, Philip dan Armstrong, Gary. 2012. Principles of Marketing. New Jersey: Prentice
Hall.
Kotler, Philip dan Armstrong, Gary. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Mondy, R. and Martocchio, J., 2016. Human Resource Management. 14th ed. Harlow,
Essex, England: Pearson.
Verhulst, Susan and Decenzo, David. 2018. "Fundamentals of Human Resource
Management, 13th Edition". Wiley. ISBN: 978-1-119-49523-9.