Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

10

Konsumsi Fast Food dan Kuantitas Tidur Sebagai Faktor Risiko Obesitas
Siswa SMA Institut Indonesia Semarang
Angga Wijaya Nugraha1, Agus Sartono2,Erma Handarsari3

Program Studi D3 Gizi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Semarang

ABSTRACT

Obesity is a condition when there is excess body fat accumulation, so that a person's BMI
is > 25 kg/𝑚2 and is a risk factor for various diseases. In 2016 the rate of obesity in adolescents
in Central Java was 11.19% and in Semarang City was 11.09%, potentially to become a public
health problem. The frequency of fast food consumption and sleep duration can affect the
occurrence of obesity. The purpose of this study was to determine the frequency of fast food
consumption and quantity of sleep as a risk factor for the incidence of obesity in high school
students at Institut Indonesia Semarang.
The type of this research is case control. Samples numbered 60 samples consisting of 30
cases and 30 controls. Sampling using random sampling technique. Frequency of fast food
consumption with food frequency questionnaire and quantity of sleep with sleep timing
questionnaire. Obesity is determined by BMI. Risk factor analysis with chi-square test and odds
ratio value.
The results showed the incidence of obesity 34 students (6.5%). Students who often
consume fast food 28 students (46.7%). Students who have short sleep duration are 28 students
(46,7%). There is a relationship between the frequency of fast food consumption with the
incidence of obesity, with the value of OR 2.259. There is a relationship between the quantity
of sleep with the incidence of obesity with the value of OR 3,0.
Often consuming fast food and short sleep quantity are risk factors for obesity, each with
a large risk of 2,259 and 3 times.

Keywords: Obesity, Fast Food Consumption , Sleep Quantity

PENDAHULUAN ukuran IMT (Indeks Massa Tubuh).


Obesitas merupakan salah satu Seseorang dikatakan obesitas jika nilai
permasalahan gizi yang banyak dijumpai Indeks Massa Tubuh (IMT) diatas 30,0
pada golongan masyarakat menengah dan kg/𝑚2 , sedangkan IMT antara 25 – 29
atas. Obesitas pada remaja perlu kg/𝑚2 disebut pre obesitas. Untuk orang
mendapatkan perhatian, dikarenakan asia, IMT diatas 25 kg/𝑚2 termasuk
obesitas yang terjadi pada usia remaja obesitas (WHO, 2008).
cenderung berlanjut hingga dewasa dan Obesitas mulai tahun 20017 menjadi
lansia. Salah satu yang digunakan untuk masalah di seluruh dunia, bahkan WHO
menentukan seseorang dewasa obesitas menyatakan bahwa obesitas sudah
atau tidak adalah dengan menggunakan merupakan epidemi global, sehingga

Jurnal Gizi Volume 8 Nomor 1 Tahun 2019

http://jurnal.unimus.ac.id
11

obesitas sudah menjadi problem kesehatan makanan berkalori tinggi (Soetjiningsih,


yang harus segera ditangani Saat ini 2007). Remaja usia sekolah merupakan
diseluruh dunia terdapat peningkatan suatu kelompok masyarakat yang relatif
prevalensi kelebihan berat badan dan rentan terhadap iklan makanan yang cepat
obesitas hingga mencapai tingkat yang saji di media elektronik maupun media
membahayakan.Prevalensi obesitas di cetak. Adanya iklan-iklan produk makanan
seluruh dunia mengalami peningkatan cepat saji di televisi dapat meningkatkan
dalam 30 tahun terakhir. Salah satu pola konsumsi atau bahkan gaya hidup
kelompok umur yang beresiko terjadinya masyarakat pada umumnya (Alfadilah,
gizi lebih adalah usia remaja. 2010).
Prevalensi obesitas remaja Indonesia Tidur salah satu bentuk istirahat yang
pada laki-laki umur 18 tahun adalah 6,2%, dapat melepaskan kelelahan jasmani dan
sedangkan pada perempuan umur 18 tahun kelelahan mental. Saat istirahat, tubuh
adalah 12,7% (Riskesdas, 2013). Prevalensi melakukan proses pemulihan yang sangat
obesitas pada remaja di tingkat Provinsi bermanfaat untuk mengembalikan stamina
Jawa Tengah sebesar 11,19%, sedangkan tubuh hingga berada dalam kondisi yang
prevalensi remaja yang menderita obesitas optimal. Penurunan waktu tidur pada
di tingkat Kota Semarang sebesar 11,09% seseorang akan mengakibatkan berbagai
(Dinkes, 2016). efek bagi tubuh dan pikiran. Tidur
Salah satu faktor yang menyebabkan merupakan salah satu faktor risiko yang
meningkatnya obesitas pada remaja adalah dapat meningkatkan obesitas. Menurut
faktor pola konsumsi fast food. Perubahan penelitian Weiss dkk (2010) terhadap 240
pola konsumsi fast food pada kalangan orang remaja menemukan bahwa remaja
remaja sekolah yang tidak terkendali dapat yang tidur kurang dari 8 jam perhari
meningkatkan konsumsi energi semakin cenderung memiliki keingingan yang lebih
meningkat. Peningkatan komnsumsi energi besar untuk makan dari pada remaja yang
yang tidak seimbang dengan keluaran durasi tidurnya cukup. Penelitian lain yang
energi dalam jangka waktu lama dapat dilakukan Shi dkk (2010) pada anak-anak
mengakibatkan terjadinya penimbunan Australia usia 5-15 tahun menemukan
jaringan lemak berlebih. Faktor perubahan bahwa hubungan antara durasi <8 jam dan
pola makan yang menyebabkan asupan obesitas lebih kuat pada kelompok remaja
energi melebihi kebutuhan adalah awal. Berdasarkan dari National Sleep
gangguan emosional dan juga riwayat Foundation, kurangnya durasi tidur akan
kebiasaan makan serta frekuensi asupan berdampak pada kurangnya aktivitas fisik
Jurnal Gizi Volume 8 Nomor 1 Tahun 2019

http://jurnal.unimus.ac.id
12

diikuti dengan peningkatan pemasukan 2018. Populasi penelitian berjumlah 518


energi yang merupakan salah satu faktor siswa terdiri kelas X dan XI. Jumlah
risiko kegemukan (National Sleep responden 60 siswa dikategorikan 30
Foundation, 2002). sampel (kasus) dan 30 sampel (kontrol)
Hasil survei pendahuluan yang yang diambil dengan random sampling.
dilakukan pada SMA Institut Indonesia Data yang diambil terdiri dari data
Kota Semarang dengan melakukan primer dan data sekunder. Data primer
pengukuran berat badan, tinggi badan dan diambil dengan cara wawancara langsung
status gizi sebagian siswa SMA Institut dengan sampel dan pengukuran
Indonesia Kota Semarang mengalami antropometri. Data primer meliputi
obesitas sebesar 6,5%. SMA Institut identitas sampel, pengukuran antropometri
Indonesia Kota Semarang memiliki meliputi berat badan dan tinggi badan,
kegiatan belajar dan ekstrakuliler yang frekuensi konsumsi fast food,
cukup padat sehingga siswa-siswinya menggunakan food frequency questioner
memiliki peluang yang cukup besar untuk (FFG), kuantitas tidur menggunakan sleep
makan di luar rumah memicu pola makan timing qustionery (STQ). Data sekunder
yang tidak seimbang dan banyaknya dikutip dari profil SMA Institut Indonesia
penjual makanan cepat saji di kantin Kota Semarang.
memudahkan siswa untuk mengkonsumsi Data frekuensi konsumsi fast food
makanan cepat saji serta kegiatan sekolah diolah dengan cara menghitung rata-rata
yang cukup padat juga dapat mengurangi keseluruhan fast food yang dikonsumsi
jam tidur siswa. Hasil survei pendahuluan responden dan dikategorikan menjadi dua
yang dilakukan peneliti tertarik untuk kelompok yaitu sering dan jarang. Data
melakukan penelitian tentang frekuensi kuantitas tidur diolah dengan cara
konsumsi fast food dan kuantitas tidur menghitung rata-rata tidur dalam sehari dan
sebagai faktor risiko kejadian obesitas pada dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu
siswa SMA Institut Indonesia Kota durasi pendek dan durasi panjang. Data
Semarang. kejadian obesitas diolah dengan cara
METODE PENELITIAN menghitung indeks masa tubuh (IMT) dan
Penelitian ini adalah penelitian dikategorikan menjadi dua yaitu obesitas
analitik dengan desain kasus kontrol. dan Normal.
Peneltian dilakukan di SMA Institut Analisis data secara univariat
Indonesia Kota Semarang, pada bulan digunakan untuk menggambarkan sebaran
Desember 2017 sampai dengan Februari nilai rata-rata. Analisis bivariat uji Chi-
Jurnal Gizi Volume 8 Nomor 1 Tahun 2019

http://jurnal.unimus.ac.id
13

Square digunakan untuk menguji hubungan lokasi sekolah yang berada di tengah kota
hipotesis yaitu hubungan frekuensi sehingga menjadi faktor lain yang dapat
konsumsi fast food dengan kejadian berpengaruh pada siswa untuk
obesitas dan hubungan kuantitas tidur mengkonsumsi fast food.
dengan kejadian obesitas. Uji Odds Ratio Gambaran Umum sampel
untuk menentukan besar risiko antara 1. Umur
frekuensi konsumsi fast food sebagai faktor Umur sampel paling banyak
risiko kejadian obesitas dan kuantitas tidur berumur 16 tahun sebanyak 38 sampel
sebagai faktor risiko kejadian obesitas. (63,3%). Rata-rata umur 16,35 tahun
HASIL DAN PEMBAHASAN. ± 0,547. Secara lebih lengkap
SMA Institut Indonesia Semarang distribusi sampel menurut umur dapat
terletak di Jalan Maluku No.25, Kelurahan dilihat pada Tabel 1.
Karangtempel, Kecamatan Semarang
Timur, Semarang. Sekolah ini merupakan Tabel 1 Distribusi Sampel Menurut Umur
sekolah swasta dibawah Yayasan Umur (Tahun) n %
Pendidikan Institut Indonesia. Bangunan 15 1 1,7
SMA Institut Indonesia Kota Semarang 16 38 63,3
memiliki 2 lantai. SMA Institut Indonesia 17 20 33,3
Kota Semarang memiliki 25 ruang kelas
18 1 1,7
yang terdiri dari kelas X terdapat 8 kelas,
Total 60 100
kelas XI terdapat 9 kelas, kelas XII terdapat
8 kelas Terdapat tenaga pengajar yang
2. Jenis Kelamin
berjumlah 55 orang guru, 3 orang pada
Tabel 2 menunjukkan bahwa jenis
bagian tata usaha dan 2 orang sebagai
kelamin sampel dalam penelitian lebih
pustakawan, peserta didik untuk SMA
banyak pada sampel berjenis kelamin
Institut Indonesia Kota Semarang terdapat
perempuan sebanyak 38 (63,3%).
746 siswa. SMA Institut Indonesia
Semarang memiliki satu kantin cukup luas
terdiri dari beberapa penjual makanan yang
menyediakan berbagai macam makanan
seperti bakso, soto, mie ayam, pecel, serta
makanan ringan dan minuman lainnya.
Restoran dan rumah makan cepat saji
banyak terdapat didekat sekolah karena
Jurnal Gizi Volume 8 Nomor 1 Tahun 2019

http://jurnal.unimus.ac.id
14

Tabel 2 Distribusi Sampel Menurut Jenis Tabel 4 Distribusi Sampel Berdasarkan


Kelamin Kuantitas Tidur
Jenis Kelamin n % Kuantitas Tidur n %

Laki-Laki 22 36,7 Durasi Tidur 28 46,7


Pendek (≤8 jam)
Perempuan 38 63,3
Durasi Tidur 32 53,3
Total 60 100 Panjang (>8 jam)

Total 60 100

3. Frekuensi Konsumsi Fast Food


Tabel 3 menunjukkan bahwa 5. Kejadian Obesitas
sampel yang memiliki frekuensi Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil
konsumsi fast food sering dengan penelitian kejadian obesitas pada siswa
frekuensi > 3x/minggu sebanyak 28 di SMA Institut Indonesia Kota
sampel (46,7%). Rata-rata frekuensi Semarang yang diukur menggunakan
konsmusi fast food sampel adalah indeks massa tubuh (IMT) dari
2,566 ± 0,992. populasi yang berjumlah 518 siswa
Tabel 3 Distribusi Sampel Berdasarkan diperoleh 34 siswa (6,5%) mengalami
Frekuensi Konsumsi Fast Food obesitas.
Konsumsi Fast n % Tabel 5 Distribusi Sampel Berdasarkan
Food
Kejadian Obesitas
Sering (> 28 46,7
Kejadian Obesitas n %
3x/minggu)
Obesitas 34 6,5
Jarang (≤ 32 53,3
3x/minggu) Tidak Obesitas 484 93,5
Total 60 100 Total 518 100
4. Kuantitas Tidur 6. Distribusi Obesitas dan Tidak
Tabel 4 menunjukkan bahwa Obesitas Berdasarkan Frekuensi
durasi tidur pendek (≤8 jam) sebanyak Konsumsi Fast Food
28 sampel (46,7%). Rata-rata tidur Tabel 6 menunjukkan bahwa dari
sampel 7,37 jam ± 1,041. Durasi tidur 30 sampel yang mengalami obesitas
sampel tertinggi adalah 9 jam dan terdapat 17 sampel (60,7%) sering
durasi tidur terendah 5 jam. mengonsumsi fast food, sedangkan
sampel yang tidak obesitas terdapat 19
sampel (59,4%) jarang mengonsumsi

Jurnal Gizi Volume 8 Nomor 1 Tahun 2019

http://jurnal.unimus.ac.id
15

fast food. Artinya masih terdapat dikhawatirkan akan berakibat pada


banyak sampel obesitas yang terjadinya peningkatan nilai indeks
mengonsumsi fast food pada kejadian massa tubuh (Hadi , 2014).
obesitas dibandingkan dengan sampel Tabel 6 Distribusi Obesitas dan Tidak
tidak obesitas. Obesitas Berdasarkan Frekuensi Konsumsi
Hasil uji statistik menggunakan Fast Food
chi-square diperoleh p = 0,021 Frekuensi Kasus Kontrol
Konsumsi Fast (Obesitas)
(p<0,05) artinya ada hubungan yang Food (Tidak
Obesitas )
bermakna antara frekuensi konsumsi
fast food dengan kejadian obesitas. n % n %

Hasil analisis lain dengan odds ratio Sering 17 60,7 11 39,3

diperoleh OR = 2,259 (95% CI : 0,802- (> 3x/minggu)


6,364) artinya sampel yang sering Jarang 13 40,6 19 59,4
mengonsumsi fast food mempunyai (≤ 3x/minggu)
risiko 2,2 kali mengalami obesitas
dibandingkan dengan sampel yang
7. Distribusi Obesitas dan Tidak
jarang mengonsumsi fast food.
Obesitas Berdasarkan Kuantitas
Hasil penelitian ini menunjukkan
Tidur
bahwa jenis-jenis fast food yang sering
Tabel 7 menunjukkan bahwa dari
dikonsumsi oleh siswa meliputi : mie
30 sampel yang obesitas terdapat 18
instan, siomay, fried chicken, batagor,
sampel (64,3%) memiliki durasi tidur
mie ayam, masakan warteg, masakan
pendek (≤8 jam), sedangkan dari 30
padang, sosis, kentang goreng dan
sampel yang tidak obesitas terdapat 20
bakso. Frekuensi remaja tinggi dalam
sampel (62,5%) memiliki durasi tidur
mengonsumsi fast food dapat
panjang (>8 jam). Artinya lebih banyak
meningkatkan timbunan kalori dalam
sampel obesitas yang mempunyai
tubuh yang menyebabkan peningkatan
durasi tidur pendek pada kejadian
nilai IMT. Fast Food dipandang
obesitas dibandingkan dengan sampel
negatif karena kandungan gizi
yang tidak obesitas.
didalamnya yang tidak seimbang yaitu
Hasil uji statistik menggunakan
lebih banyak mengandung karbohidrat,
chi-square diperoleh p = 0,038
lemak, kolesterol dan garam. Jika
(p<0,05) artinya ada hubungan yang
makanan ini sering dikonsumsi terus
bermakna antara kuantitas tidur dengan
menerus dan berlebihan,
Jurnal Gizi Volume 8 Nomor 1 Tahun 2019

http://jurnal.unimus.ac.id
16

kejadian obesitas. Hasil analisis lain Tabel 7 Distribusi Obesitas dan Tidak
dengan odds ratio diperoleh OR = Obesitas Berdasarkan Kuantitas Tidur
3,000 (95% CI : 1,046-8,603) artinya Kuantitas Tidur Kasus Kontrol
sampel yang mempunyai durasi tidur (Obesitas) (Tidak
Obesitas)
pendek berisiko 3 kali mengalami
obesitas dibandingkan dengan sampel n % n %

yang mempunyai durasi tidur panjang. Durasi Pendek 18 64,3 10 35,7

Waktu tidur yang kurang akan (≤8 jam)


menyebabkan keseimbangan energi Durasi Panjang 12 37,5 20 62,5
positif sehingga mempunyai waktu (>8 jam)
yang lebih banyak untuk makan
terutama makanan snack atau ngemil.
KESIMPULAN DAN SARAN
Selain itu, waktu tidur yang pendek
Kesimpulan
dapat menyebabkan kelelahan pada
1. 28 sampel (46,7%) tergolong sering
siang hari yang kemungkinan akan
mengonsumsi fast food.
menurunkan aktivitas fisik. Keadaan
2. 28 sampel (46,7%) memiliki durasi
ini yang dapat mengakibatkan kejadian
tidur pendek.
obesitas (Chaput, JP, 2014)
3. Kejadian obesitas pada siswa SMA
Mereka yang tidurnya terbatas
Institut Indonesia Kota Semarang
hanya kehilangan 26% lemak, tetapi
sebanyak 34 siswa (6,5%).
mereka yang tidur normal kehilangan
4. Frekuensi konsumsi fast food
56% lemak. Hal ini menunjukkan
merupakan faktor risiko kejadian
bahwa tidur memiliki peran yang
obesitas pada siswa SMA Institut
cukup besar dalam pengurangan
Indonesia Kota Semarang.
lemak. Hasil penelitian menunjukkan
5. Kuantitas tidur merupakan faktor
bahwa durasi tidur yang kurang
risiko kejadian obesitas pada siswa
berhubungan dengan obesitas dalam
SMA Institut Indonesia Kota
berbagai hal termasuk gangguan
Semarang.
metabolik dan reduksi lemak
Saran
(Nuraliyah, dkk, 2014).
Pihak sekolah perlu melakukan kerja
sama dengan puskesmas dalam upaya
promotif dan preventif terhadap masalah
obesitas, dengan langkah mengundang ahli

Jurnal Gizi Volume 8 Nomor 1 Tahun 2019

http://jurnal.unimus.ac.id
17

gizi dari puskesmas untuk memberikan m:URL:http:/www.sleepfoundation.or


g/site/.hulXKjMOxF/b.2417355/k.143
informasi dan edukasi mengenai
E/2002 Sleep in America
pencegahan obesitas, frekuensi konsumsi Poll.htm.Accessed 2002.
fast food dan kuantitas tidur.
Nuraliyah, Aminuddin S,
DAFTAR PUSTAKA Hendrayati.2014.Aktivitas Fisik dan
Alfadilah, 2010.Fast Food Bagi Kehidupan Durasi Tidur pada penderita
Masyarakat.Diakses pada Januari overweight dan obesitas mahasiswa
2018.http://wans84 Universitas Hasanuddin. Artikel
Penelitian Makasar : Universitas
Arlinda, Sheva.2015.Hubungan Konsumsi Hasanuddin.
Fast Food dengan Obesitas pada
Remaja di SMP Muhammadiyah 10
RISKESDAS,2013.LaporanRiset
Yogyakarta.Skripsi.Sekolah Tinggi
Kesehatan Dasar.Badan Penelitian
Ilmu Kesehatan “Aisyah” Yogyakarta.
dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI.
Chaput, Jp., Brunet M, Tremblay
A.2014.Relationship between short Shi Z, Taylor AW, Gill TK, Tuckerman J,
time sleeping hours and childhood Adams R, Martin J. Short sleep
overweight/obesity : result from the duration and obesity among Australian
‘Quebec en Forme’Project.J Obes children. BMC Public Health 2010
(Lond).30(7):1080-5
Soetjiningsih.2007. Tumbuh Kembang
Dinas Kesehatan.2016.Profil Kesehatan Anak dan Remaja, Buku Ajar I, Jakarta.
Provinsi Jawa Tengah.Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Waspadji, S.2010.Pengkajian Status Gizi
Studi Epidemiologi dan Penelitian di
Hadi, 2014.Prevalensi Obesitas dan Rumah Sakit, Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Hubungan Konsumsi Fast Food
dengan Kejadian Obesitas pada Weiss A, Xu Fm Storfer-Isser A, Thomas
Remaja SLTP Kota dan Desa di A, Level-Landis CF, Redline.The
Daerah Istimewa Yogyakarta.Jurnal Association of Sleep Duration with
Gizi Klinik Indonesia.1(5) : 3-4. with Adolescent Fat and Carbohydrat
Comsumption.Sleep [Online].
National Sleep Foundation.Sleep in
America poll. National Sleep
Foundation,woshington.Availablefro

Jurnal Gizi Volume 8 Nomor 1 Tahun 2019

http://jurnal.unimus.ac.id

You might also like