1202 2651 2 PB

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

Reklamasi Lahan Terdegradasi Dengan Vegetasi pada...(A. Pudjiharta dkk.

REKLAMASI LAHAN TERDEGRADASI DENGAN REVEGETASI


PADA BEKAS TAMBANG BAHAN BAKU SEMEN
(Reclamation of Degraded Land by Revegetation on A Cement Material Mining Area)

Oleh/By :
A. Pudjiharta, E. Santoso, dan/and M. Turjaman
Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam
Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 165; Telp. 0251-633234, 7520067; Fax 0251-638111 Bogor
*) Diterima : 07 Juni 2006; Disetujui : 04 Mei 2007

ABSTRACT

Reclamation or rehabilitation of degraded forest lands is one of elements of the agenda 21 of The Earth High
Level Conference in Rio de Janerio. It is also one of the five program priorities of Indonesian government
(Ministry of Forestry). The wide scale of degraded forest lands in Indonesia reached fearful condition to
cover 48.5 million ha, consist of 26.6 million ha located inside forest land, 21.9 million ha located outside of
forestland, and 11.40 million ha land as a concession of mining activities. This has caused the degraded
forest lands because more extensive in Indonesia. A research of trial planting tree species was conducted on
degraded land located at mining area of semen raw material at Gunung Putri and Cibadak. This research
was aimed to do reclamation of the degraded land using revegetation approach. Results of this study found
that survival rates of Acacia crassicarpa A. Cunn Et Benth was 60 %, Khaya anthoteca C.DC was 80 %,
Gmelina arborea Roxb. was 80 %, Dalbergia latifolia Roxb. was 83 %, Hisbiscus macrophylla Roxb. was 86
%, Acacia mangium Willd was 91 %, and Adenanthera pavovina L was 96 % after 1 year planted in the field.
Some factors cause unsuccessfull of the planting. They were cattle (cows and sheeps), agricultural activities
relatively recent filling back soil and soil characteristics which were hard and compact in a dry condition
and crumbled when the soil is wet and water logged.
Key words : Reclamation, rehabilitation, degraded land

ABSTRAK

Kegiatan reklamasi atau rehabilitasi lahan hutan terdegradasi adalah bagian dari agenda 21 KTT Bumi di Rio
de Janerio dan merupakan salah satu dari lima prioritas kebijakan pemerintah (Departemen Kehutanan). Luas
lahan hutan terdegradasi di Indonesia telah mencapai kondisi yang mengkhawatirkan meliputi 48,5 juta ha
yang terdiri dari 26,6 juta ha lahan di dalam hutan, 21,9 juta ha lahan di luar hutan, dan 11,40 juta ha lahan
sebagai konsesi pertambangan. Keadaan seperti itu menyebabkan lahan terdegradasi makin luas. Penelitian
uji coba jenis-jenis tanaman telah dilakukan di lahan terdegradasi akibat tambang bahan baku semen di
Gunung Putri dan Cibadak. Penelitian ini dimaksudkan untuk mereklamasi lahan terdegradasi akibat tambang
bahan baku semen secara vegetatif. Dari penelitian ini diperoleh informasi tingkat survive tujuh jenis
tanaman uji coba setelah umur satu tahun masing-masing adalah : Acacia crassicarpa A. Cunn Et Benth (60
%), Khaya anthoteca C.DC (80 %), Gmelina arborea Roxb. (80 %), Dalbergia latifolia Roxb. (83 %),
Hisbiscus macrophylla Roxb. (86 %), Acacia mangium Willd (91 %), dan Adenanthera pavovina L (96 %).
Beberapa faktor penyebab kegagalan tanaman adalah ternak sapi dan kambing yang dibiarkan berkeliaran,
aktivitas manusia dalam kegiatan pertanian di lahan bekas tambang, tanah timbunan relatif baru, sifat tanah
dalam keadaan kering keras/padat dan pecah-pecah dan dalam keadaan basah tergenang.
Kata kunci : Reklamasi, rehabilitasi, lahan terdegradasi akibat tambang

I. PENDAHULUAN vegetasi, pembalikan atau perubahan su-


sunan tanah, adanya erosi, polusi air, per-
Penambangan bahan baku semen
ubahan kepadatan tanah, polusi udara,
umumnya dilaksanakan dengan sistem
dan peningkatan zat bersifat toksik pada
tambang terbuka, sehingga merusak kon-
tanah (Fox, 1984).
disi permukaan lahan termasuk hilangnya

223
Vol. IV No. 3 : 223 - 238, 2007

Lahan kritis di Indonesia dewasa ini pabrik (industri semen), belum termasuk
luasnya telah mencapai 48,5 juta ha, ter- Semen Gresik di Jawa Timur. Laju per-
diri dari 26,6 juta ha lahan kritis dalam kembangan luas lahan terbuka per tahun
kawasan hutan, 21,9 juta ha lahan kritis akibat pertambangan bahan baku semen
di luar kawasan hutan (RLPS, 2000), dan tergantung pada volume bahan baku se-
11,40 juta ha sebagai konsesi pertam- men yang ditambang dan kemampuan pi-
bangan (Nurhidayati, 2003). Sedang laju hak perusahaan semen dalam melakukan
percepatan pertambahan lahan kritis se- reklamasi. Penambangan bahan baku se-
besar 1,6 juta ha per tahun (Menteri Ke- men dilakukan dengan cara pengambilan
hutanan, 2000), realisasi dari kegiatan re- batuan sampai kedalaman tertentu, di-
habilitasi lahan kritis selama ini hanya ambil bahan baku semennya, kemudian
mencapai 50.000-70.000 ha per tahun bahan yang tidak diperlukan ditimbun
(RLPS, 2000). Berdasarkan kondisi terse- kembali ke tempat semula. Kegiatan ini
but di atas, ada kecenderungan pertam- merupakan salah satu contoh perusakan
bahan lahan kritis lebih cepat dibanding- ekosistem yang dapat mengakibatkan la-
kan dengan realisasi rehabilitasinya. Apa- han bekas tambang tersebut menjadi tidak
bila kondisi di atas berlangsung terus ma- berfungsi apabila tidak segera direhabi-
ka akan menimbulkan pengaruh buruk litasi dengan penanaman kembali areal
yang luas meliputi aspek lingkungan tersebut dengan jenis-jenis penyubur ta-
(ekologis) maupun aspek ekonomi karena nah dan jenis pionir. Akibat yang umum-
lahan merupakan penyangga kehidupan. nya terjadi setelah lahan bervegetasi di-
Salah satu penyebab lahan kritis adalah tambang adalah peningkatan kandungan
aktivitas pertambangan bahan baku se- unsur tertentu yang bersifat toksik bagi
men. Untuk mengendalikan dan mengem- tanaman serta di tanah timbunan. Untuk
balikan produktivitas lahan kritis khusus- merehabilitasi lahan bekas tambang yang
nya akibat dari pertambangan bahan baku telah ditimbun kembali, diperlukan tek-
semen perlu adanya aktivitas reklamasi, nologi tepat guna agar lahan tersebut da-
atau rehabilitasi lahan kritis bekas tam- pat produktif kembali. Untuk itu diperlu-
bang tersebut. Aktivitas reklamasi atau kan pemilihan jenis-jenis penyubur tanah
rehabilitasi lahan bekas tambang bahan yang mampu tumbuh di tempat terbuka
baku semen menjadi kewajiban bagi per- pada lahan yang miskin hara dan me-
usahaan tambang yang bersangkutan. Na- ngandung bahan kimia yang bersifat ra-
mun demikian teknik perbaikan ling- cun bagi tanaman. Setelah itu dilanjutkan
kungan khususnya reklamasi atau rehabi- dengan pemilihan jenis-jenis pionir yang
litasi lahan yang dilakukan oleh penam- dapat menghijaukan lahan. Setelah kegi-
bang belum sepenuhnya dikuasai, sehing- atan tersebut, diperlukan juga informasi
ga perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Be- jenis mikroba yang cocok dan mampu
berapa referensi menunjukkan bahwa ke- megembalikan kesuburan lahan. Oleh ka-
giatan reklamasi atau rehabilitasi lahan rena itu untuk meningkatkan kemampuan
bekas tambang dilakukan dengan teknik- dalam reklamasi lahan kritis bekas tam-
teknik penanaman pohon merupakan cara bang bahan baku semen tersebut perlu di-
umum yang dilakukan. lakukan penelitian uji jenis dan perlakuan
Di Pulau Jawa saat ini telah ber- yang sesuai untuk reklamasi lahan bekas
operasi beberapa pabrik/industri semen. tambang tersebut.
Di Cibinong Jawa Barat, ada dua industri Tujuan dari penelitian ini adalah un-
semen yaitu PT. Holcim (nama lama PT. tuk mendapatkan informasi dan teknologi
Semen Kujang) dengan empat industri/ memperbaiki sifat fisika, kimia, dan bio-
pabrik, dua pabrik di antaranya di Cilacap logi tanah di dalam usaha meningkatkan
Jawa tengah, sedang PT. Indocement (Se- produktivitas lahan kritis khususnya be-
men Tiga Roda) mempunyai sembilan kas tambang bahan baku semen sehingga

224
Reklamasi Lahan Terdegradasi Dengan Vegetasi pada...(A. Pudjiharta dkk.)

proses pemacuan tingkat pertumbuhan antaranya alang-alang (Imperata cylindri-


jenis-jenis tanaman diharapkan dapat ter- ca Beauv), puspa (Schima wallichii
wujud. Selain itu hasil penelitian tersebut Korth), bintinu (Hibiscus macrophylla
juga diharapkan dapat merupakan kom- Roxb.), babanjaran (Eupathorium palles-
ponen penyusunan paket teknologi reha- cens DC), tembelekan (Lantana camara
bilitasi/reklamasi lahan bekas tambang. L), gelagah (Saccharum spontaneum L),
singkong (Manihot utilissima Pahl), paku
resam, dan rumput daun panjang.
II. METODOLOGI
B. Bahan dan Alat
A. Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis media tanam yang digunakan
Penelitian dilakukan di areal bekas adalah sekam padi dan serasah daun me-
tambang bahan baku semen di Cibadak ranti dengan perbandingan 1 : 1. Sekam
dan di Gunung Putri, Cibinong Bogor, Ja- dan serasah daun meranti yang telah ter-
wa Barat dimulai pada tahun 2002. dekomposisi diperoleh dari hutan peneli-
Jenis tanah di areal bekas tambang tian Dramaga, Pusat Litbang Hutan dan
Cibadak berdasarkan Peta Tanah Tinjau Konservasi Alam. Masing-masing media
Provinsi Jawa Barat (1966) termasuk tanam disterilkan dengan cara kimiawi,
Kompleks Latosol Merah Kekuningan, yaitu dengan menggunakan bahan aktif
Latosol Coklat, Podsolik Merah Keku- dazomet. Bahan kimia ini digunakan un-
ningan, dan Latosol. Sedang tanah di tuk mematikan mikroba-mikroba yang ti-
areal bekas tambang Gunung Putri ter- dak diinginkan selama 1-10 hari. Pupuk
masuk jenis tanah Latosol bertekstur ha- dasar lambat larut diberikan pada saat pe-
lus dengan bahan induk berasal dari ba- nanaman.
han vulkanik yang menutupi batu gam- Bahan lain yang juga diteliti adalah
ping. Secara regional daerah ini tersusun contoh tanah timbunan (hasil kegiatan
oleh batuan myosin tengah hingga resen tambang yang tidak terpakai) untuk loka-
yang terdiri dari batuan sedimen dan en- si Cibadak dan lokasi Gunung Putri. Pada
dapan vulkanik. Tekstur tanah timbunan Gambar 1 memperlihatkan kondisi lahan.
di Cibadak menunjukkan kandungan liat Di Gunung Putri permukaan lahan berba-
cukup tinggi (49-74 %), debu (12-28 %), tu, sedang di Cibadak permukaan lahan
dan pasir (4-31 %). Kesuburan tanah sa- tidak berbatu.
ngat rendah, hal ini dapat ditunjukkan de-
ngan rendahnya unsur-unsur hara makro, C. Metode Penelitian
Kapasitas Tukar Kation (KTK), dan Ke- 1. Pendekatan
jenuhan Basa (KB) seperti yang tercan- Semua aktivitas tambang sistem ter-
tum dalam Tabel 1. Beberapa bagian ta- buka akan mengakibatkan lahan tempat
nah timbunan terlihat terkikis oleh air hu- tambang tersebut beroperasi menjadi ru-
jan membentuk erosi parit. sak secara fisik, kimia maupun biologi ta-
Jumlah curah hujan rata-rata tiap ta- nah. Agar lahan yang rusak tersebut dapat
hun di Cibadak dan sekitarnya antara dimanfaatkan perlu tindakan reklamasi.
2.700-3.000 mm dan menurut klasifikasi Teknik reklamasi yang diterapkan adalah
Schmidt dan Ferguson (1951) termasuk teknik revegetasi dengan dilakukan uji
ke dalam tipe iklim B. Tinggi tempat coba jenis-jenis pohon. Dari uji jenis po-
areal bekas tambang bahan baku semen hon tersebut diharapkan diperoleh jenis-
antara 400-500 m di atas permukaan laut. jenis yang dapat tumbuh baik (survive)
Suhu udara pada siang hari berkisar anta- pada lahan-lahan bekas tambang bahan
ra 26-32° C. baku semen tersebut. Jenis-jenis pohon
Jenis tumbuh-tumbuhan yang dijum- yang dapat tumbuh baik tersebut kemu-
pai di lahan timbunan bekas tambang di dian dikembangkan untuk tujuan reklamasi

225
Vol. IV No. 3 : 223 - 238, 2007

A B
Gambar (Figure) 1. A. Tanah di lokasi uji coba Gunung Putri permukaannya kasar, bila basah becek/
tergenang. Bila kering padat, keras, dan pecah-pecah; B. Kondisi permukaan tanah uji
coba di Cibadak lebih halus tetapi cepat meloloskan air (A. Soil surface condition at
Gunung Putri experiment area. It is full of gravel, when it is wet. In a dry condition, it is
compact, hard, and crumbled; B. Soil surface condition at Cibadak experiment area
finer but it is very permeable)

lahan-lahan terdegradasi akibat pertam- 3. Pembenihan


bangan bahan baku semen, khususnya be- Jenis-jenis pohon yang dicobakan pa-
kas tambang bahan baku semen batu ka- da lokasi ini dipilih jenis-jenis pohon
pur dan pasir kwarsa. Aktivitas dimulai yang tahan dan toleran terhadap kondisi
dari pengenalan beberapa jenis tumbuhan asam. Di Cibadak, jenis-jenis pohon yang
yang tumbuh di lokasi, pengambilan con- telah ditanam adalah Pinus merkusii
toh tanah untuk dianalisis kimia dan fisik Jungh et de Vriese, Altingia excelsa No-
dan mikrobiologi tanah, contoh tanaman ronha, Agathis alba Foxw, Khaya antho-
dan akar untuk diidentifikasi mikoriza lo- teca C. DC, Toona sureni Merr., dan
kal yang ada. Acacia mangium Willd. Sedangkan untuk
2. Inokulum Mikroba di lokasi Gunung Putri, Cibinong Bogor
jenis-jenis pohon yang diujicobakan ada-
Semua jenis pohon hutan diberikan
lah Dalbergia lathifolia Roxb, Khaya an-
cendawan mikoriza arbuskula (CMA) je-
thoteca C. DC, Gmelina arborea Roxb,
nis Glomus aggregatum dan bakteri pela-
Adenanthera pavonina L, Acacia mangi-
rut fosfat (BPF), isolat SA31 dan SA16.1.
um Willd, Acacia crassicarpa A. Cunn Et
Sedangkan khusus untuk jenis legum di-
Benth, Hisbiscus macrophylla Roxb, dan
tambah bakteri rhizobium (isolat BPN4
Eucalyptus urophylla S.T Blake. Benih
(1+2+3). CMA diperoleh dari Divisi Lit-
tanaman hutan tersebut diperoleh dari Ba-
bang PT Osaka Gaz (Jepang). Sedangkan
lai Teknologi Perbenihan (BTP) Ciheu-
BPF berasal dari koleksi isolat Laborato-
leut, Bogor. Selanjutnya benih disemai-
rium Mikrobiologi Hutan dengan cara
kan di persemaian Bogor, setelah bibit
memperbanyak pada media air Pivoskaya
berumur tiga bulan dipindahkan ke la-
masing-masing sebanyak 100 ml selama
pangan.
48 jam dengan kecepatan 120 rpm. Bak-
teri rhizobium juga diperoleh dari koleksi 4. Pemeliharaan Tanaman di
isolat Laboratorium Mikrobiologi Hutan Persemaian
dengan cara memperbanyak pada media Pemeliharaan tanaman di persemaian
Yeast Mannitol sebanyak 250 ml selama dilakukan setiap hari. Penyiraman dilaku-
kurun waktu 48 jam dengan kecepatan kan dua kali/hari. Pemberian pupuk dasar
120 rpm. (pupuk lambat larut) dilakukan sekali

226
Reklamasi Lahan Terdegradasi Dengan Vegetasi pada...(A. Pudjiharta dkk.)

pada minggu pertama pada semua per- tisasi di lapangan (lokasi) dan penanaman
lakuan sebesar 0,2 g/polybag. setelah bibit umur tiga bulan (Gambar 3
dan Gambar 4).
5. Pemberian Kompos dan Pupuk
Dasar 7. Rancangan Percobaan
Kompos yang digunakan adalah se- Rancangan percobaan dalam peneliti-
kam padi dan serasah daun meranti. Per- an ini adalah rancangan acak lengkap
lakuan yang diberikan terdiri dari media (RAL). Perlakuan yang diberikan adalah
kontrol (tidak diberi kompos), sekam pa- inokulasi mikroba dan kontrol (tidak di-
di (volume 5 liter), serasah meranti (volu- inokulasi dan tetap diberi pupuk dasar)
me 5 liter), dan campuran sekam dan se- terhadap semua jenis yang diujicobakan.
rasah daun meranti dengan perbandingan Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga
1 : 1 (volume 5 liter) untuk jenis K. an- kali dengan setiap ulangan terdiri dari
thoteca. Sedangkan untuk delapan jenis 100 unit tanaman.
tanaman hutan lainnya, pemberian kom-
8. Analisis Data
pos sekam padi dan serasah daun meranti
dengan perbandingan 2 : 1 untuk semua Data yang diamati pada uji coba jenis
lubang tanam (bukan perlakuan). Pupuk tanaman ini adalah pertumbuhan tinggi
dasar yang digunakan adalah pupuk lam- batang dan diameter batang dari masing-
bat larut (SRF). Setiap lubang tanam di- masing tanaman yang diberi perlakuan
berikan 10 g SRF. Pemberian pupuk dila- mikroba dan tanaman kontrol. Data sifat-
kukan sekali pada awal penanaman. sifat kimia contoh tanah disajikan dalam
Tabel 1, analisis kimia contoh air di Ci-
6. Penanaman badak (Tabel 2), analisa biologi masing-
Kegiatan penanaman dilakukan pada masing tanah disajikan pada Tabel 3, Ta-
awal musim hujan di areal tambang ba- bel 4, dan Tabel 5.
han baku semen di Cibadak dengan jenis
batuan pasir kwarsa, ketinggian tempat II. HASIL DAN PEMBAHASAN
antara 400-500 m dpl dengan pH tanah
4,6-4,9. Sedang penanaman di daerah A. Kondisi Sifat Tanah Timbunan
Gunung Putri yang kaya kalsium, kalium,
dan fosfat dengan pH 6,7-7,6, ketinggian Hasil analisis dari 10 titik yang terdiri
tempat 100-200 m dpl. Penelitian dimulai dari 24 contoh tanah timbunan di Gunung
dengan pembuatan persemaian, dilanjut- Putri dan Cibadak dapat dilihat pada Ta-
kan pada tahap berikutnya adalah klima- bel 1.

A B
Gambar (Figure) 2. A. Bibit G. arborea dan A. crassicarpa; B. H. macrophylla di persemaian P3HKA,
Bogor (A. Seedlings of G. arborea and A. crassicarpa; B. H. macrophylla in the nursery
at P3HKA, Bogor)

227
Vol. IV No. 3 : 223 - 238, 2007

A B
Gambar (Figure) 3. A. Persiapan penanaman dan sebagian bibit telah siap di lapangan di lokasi Gunung
Putri, sementara di latar belakang telah siap kelompok ternak sapi untuk merenggut
tanaman; B. Persiapan penanaman di lokasi Cibadak di sekitar lokasi ditumbuhi rumput
Saccharum spontaneum (gelagah) indikasi tanah pasir (A. Planting preparation and
seedling stocks have been prepared in Gunung Putri field look at the background, a
clock of cattle cow were ready to pull at plant; B. Planting preparation at Cibadak site.
Saccharum spontaneum grows at the location indicate is has sandy soil)

Tabel (Table) 1. Kondisi sifat tanah timbunan di Gunung Putri dan Cibadak (Properties of filling back soil at
Gunung Putri and Cibadak)
Sifat tanah Kandungan unsur tanah di Gunung Putri Kandungan unsur tanah di Cibadak
( Soil properties) (Soil content at Gunung Putri) (Soil content at Cibadak)
pH 6,7-7,6 4,6-4,9 (masam)
Fraksi pasir 14,19-16,05 4-31
Fraksi debu 43,11-46,25 12-28
Fraksi liat 38,99-41,99 49-74
C Total 0,44-0,53 % (rs) 0,11-0,83 % (rs)
N 0,04-0,06 (rs) 0,02-0,08 (rs)
C/N ratio 8,8-12,0 (rs - s) 6-13 (rs)
P tersedia Bray I 6,27 ppm-11,21 ppm (rs - r) 0,3-0,7 mg/kg (rs)
Ca 14,41-16,42 meg/100 gr (t) 0,00-1,38 me/100 gr (rs)
Mg 7,14-11,74 meg/100 gr (t - st) 0,00-0,36 me/100 gr (rs)
K 0,80-0,90 meg/100 gr (t) 0,00-0,05 me/100 gr (rs)
Na 0,74-0,91 meg/100 gr (t) Tidak dijumpai
KTK 22,61-28,93 meg/100 gr (s - t) 10,73-21,99 % (rs)
KB 100 % (st) 0-9 (rs)
Al+++ Tidak terukur 3,32-7,53 %
Keterangan (Remark) : rs : sangat rendah (very low), r : rendah (low), s : sedang (medium), t : tinggi (high),
st : sangat tinggi (very high)

Berdasarkan hasil analisis diuraikan berat dengan kondisi kering keras dan
sebagai berikut: kondisi basah lekat.
1. Tanah Timbunan di Cibadak b. Unsur Makro dan Mikro
a. Tekstur Tanah Kadar bahan organik karbon (C) an-
tara 0,11-0,83 % termasuk sangat rendah.
Hasil analisis tekstur tanah (timbun-
Kadar nitrogen (N) antara 0,02-0,08 %
an) menunjukkan bahwa fraksi liat 49-74
termasuk rendah sekali. Kadar unsur hara
%, fraksi debu 12-28 %, dan fraksi pasir
fosfor (P) antara 0,3-0,7 mg/kg termasuk
4-31 %. Tekstur tanah termasuk agak

228
Reklamasi Lahan Terdegradasi Dengan Vegetasi pada...(A. Pudjiharta dkk.)

rendah sekali. Kadar kation-kation ma- tinggi, Mg++ antara 7,14-11,74 me/100 gr
sing-masing adalah Ca++ antara 0,0-1,38 termasuk tinggi sampai sangat tinggi, K++
me/100 gr termasuk rendah sekali, Mg++ antara 0,80-0,90 me/100 gr termasuk
antara 0,0-0,36 me/100 gr termasuk ren- tinggi, Na++ antara 0,74-0,91 me/100 gr
dah sekali, K++ antara 0,0-0,05 me/100 gr termasuk tinggi. Kadar ion Al+++ sebagai
termasuk rendah sekali, dan Na++ tidak unsur mikro tidak terdapat di tanah tim-
dijumpai dalam tanah di Cibadak. Sedang bunan Gunung Putri.
ion Al+++ antara 3,32-7,53 me/100 gr ter-
c. KTK, KB, dan pH Tanah
masuk rendah sekali. Pada tanah masam
unsur-unsur mikro adalah unsur yang di- Kapasitas tukar kation (KTA) antara
butuhkan tanaman tetapi dalam jumlah 22,61-28,93 me/100 gr termasuk sedang
sedikit. sampai tinggi, kejenuhan basa (KB) 100
% (tinggi sekali), reaksi (pH) antara 6,7-
c. KTK, KB, dan pH Tanah 7,6 termasuk pH netral.
Kapasitas tukar kation (KTK) atau Berdasarkan analisis di atas ada be-
kemampuan tanah dalam menahan unsur berapa perbedaan antara tanah timbunan
hara antara 10,73-21,99 % termasuk ren- di Cibadak dan Gunung Putri. Perbedaan
dah sekali. Kejenuhan basa (KB) antara tersebut antara lain tekstur tanah di Gu-
0,0-9,0 % termasuk rendah sekali. Reaksi nung Putri fraksi pasir dan debu lebih
(pH) antara 4,7-4,9 termasuk masam. Pa- tinggi daripada di Cibadak, sedangkan
da kondisi pH tanah yang demikian fraksi liat di Cibadak lebih tinggi dari-
unsur-unsur mikro di dalam tanah seperti pada di Gunung Putri. Reaksi tanah di
Al, Fe, Mn, Zn, dan Cu dapat bersifat ma- Gunung Putri netral, sedang reaksi tanah
sam. Dalam kondisi pH tersebut unsur P di Cibadak termasuk masam. Unsur C, N,
banyak terikat oleh kompleks unsur se- dan P tersedia, baik di Gunung Putri
perti Al, Fe sehingga akan menyebabkan maupun di Cibadak termasuk rendah se-
tanaman sulit untuk menyerap P tersebut. kali. Unsur Ca, Mg, K, dan Na di Gunung
Akar tanaman hanya dapat menyerap P Putri termasuk tinggi sekali, sedang di Ci-
yang tersedia dengan sangat terbatas. badak termasuk rendah sekali bahkan un-
tuk unsur Na di Cibadak tidak dijumpai.
2. Tanah Timbunan di Gunung Putri Kemampuan tukar kation (KTK) dan ke-
a. Tekstur Tanah jenuhan basa (KB) di Gunung Putri ter-
masuk tinggi bahkan KB di Gunung Putri
Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa
mencapai 100 % sedang KTK dan KB di
fraksi liat 38,99-41,99; fraksi debu 43,11-
Cibadak rendah sekali.
46,25; dan fraksi pasir 14,19-16,05. Kon-
Perbedaan kondisi/sifat tanah tim-
disi tekstur dalam kondisi kering menge-
bunan yang menjadi lokasi uji coba jenis-
ras sedangkan dalam kondisi basah seper-
jenis pohon menunjukkan bahwa semua
ti lumpur.
unsur yang dianalisis dari contoh tanah di
b. Unsur Makro dan Mikro Cibadak termasuk buruk, semua unsur
Kadar bahan organik antara 0,44- penting yang merupakan parameter kesu-
0,53 %, termasuk rendah sekali; kadar buran tanah kondisinya rendah sekali (rs),
nitrogen (N) antara 0,04-0,06 termasuk termasuk reaksi tanahnya yang masam.
rendah sekali; kadar P (fosfor) dalam ta- Sedang kondisi/sifat tanah timbunan di
nah antara 6,27-11,21 ppm termasuk ren- Gunung Putri relatif lebih baik kecuali
dah sekali sampai rendah; kadar unsur unsur C, N, dan P tersedia.
hara K (potasium) antara 0,80-0,9 me/100 Hamparan tanah timbunan di Ciba-
gr termasuk tinggi. Sedangkan kadar dak menunjukkan fraksi pasir putih dan
kation-kation masing-masing adalah Ca++ batu kerikil dari kwarsa. Kondisi tersebut
antara 14,41-16,42 me/100 gr termasuk sangat mengkhawatirkan, karena pasir

229
Vol. IV No. 3 : 223 - 238, 2007

kwarsa sangat miskin unsur hara. Kondisi sebagian orang membawanya untuk digu-
yang demikian apabila dibiarkan terbuka nakan dalam memenuhi kebutuhan air
(tanpa vegetasi penutup), maka pencucian minum. Sedangkan berdasarkan dari ana-
dan erosi akan terjadi sehingga kondisi lisis air, bahwa air di sekitar lokasi tam-
kesuburan tanah akan semakin menurun bang mengandung bahan-bahan kimia
bahkan akan menimbulkan hamparan pa- yang melebihi standar yang diperboleh-
sir kwarsa (silica) yang sangat miskin un- kan untuk diminum (layak dikonsumsi).
sur hara dan akan sangat sulit untuk di- Hal ini dikhawatirkan dalam jangka pan-
revegetasi. Pada lokasi di Cibadak sudah jang akan sangat tidak baik (berbahaya)
ditumbuhi jenis tumbuh-tumbuhan liar bagi kesehatan masyarakat di sekitar lo-
seperti gelagah (Saccharrum spontane- kasi pertambangan di Cibadak. Sebagai
um) yang biasa tumbuh pada hamparan contoh dengan tingginya kandungan
pasir. Sedang fraksi liat yang mencapai kombinasi Fe+++ dan SO 4 serta pH yang
49-74 % belum diketahui jenisnya, apa- masam adalah bahan kimia penyebab ko-
bila liat tersebut termasuk liat mont- rosi dan ini sangat tidak baik (berbahaya)
morilonit, maka tanah yang mengandung bagi kesehatan manusia. Oleh karena itu
liat tersebut mengembang dan plastik bila mengingat dampak negatif yang ditim-
basah, sehingga agregat tanah tidak be- bulkan dapat mengganggu (berbahaya)
gitu stabil. Apabila liat tersebut liat bagi kesehatan manusia maka perlu ada-
kaolinit maka tanah yang mengandung nya tindakan perbaikan (remediasi) dan
liat kaolinit bila basah hanya sedikit plas- rehabilitasi dengan studi yang intensif un-
tik tetapi tidak mengembang, sehingga tuk memperbaiki kondisi lingkungan per-
agregat tanah lebih stabil (Arsyad, 1982). tambangan.
Oleh karena itu untuk mengantisipasi per-
kembangan yang lebih cenderung menuju
C. Biologi Tanah
penurunan kondisi lahan, maka perlu se-
gera dilakukan reklamasi/rehabilitasi be- Peranan mikroba tanah dalam mem-
kas tambang bahan baku semen. percepat proses suksesi pada lahan yang
terdegradasi merupakan kunci dalam me-
B. Analisis Air ningkatkan keberhasilan revegetasi. Dari
hasil analisis kandungan mikroba tanah di
Hasil analisis contoh air dari Ciba-
Cibadak nantinya dapat direkomendasi-
dak, menunjukkan kandungan unsur-
kan alternatif penggunaan mikroba tanah
unsurnya pada umumnya tidak baik untuk
dalam memperbaiki tingkat kesuburan ta-
diminum (dikonsumsi). Unsur-unsur
nah dan memperbaiki tanah yang terde-
pembatas tersebut disajikan pada Tabel 2.
gradasi. Dari analisis sampel populasi mi-
Selama kegiatan penelitian terlihat
kroba di Cibadak (Tabel 3) terlihat bahwa
masyarakat di sekitar lokasi pertambang-
ada tanah timbunan yang tidak bervege-
an menggunakan air di sekitar lokasi un-
tasi dan contoh tanah (T1-1) mengandung
tuk keperluan sehari-hari, seperti untuk
batuan pirit, ternyata tidak terdapat
mencuci, berenang, mandi, dan bahkan

Tabel (Table) 2. Perbandingan antara unsur contoh air dari Cibadak dan unsur standar air minum
(Comparative element of water sampled from Cibadak and standard element for drinking)
Unsur (Element) Contoh air (Water sample) Standar untuk air minum (Standard for drinking)
pH 3,23-5,55 6,5-8,5
NH++++ 0-4,3 mg/l maksimum 0,15 mg/l
Fe+++ 0-42,7 mg/l maksimum 0,3 mg/l
Mn++ 1,2-25,5 mg/l maksimum 0,05 mg/l
Cu++ 0-4,8 mg/l maksimum 0,5 mg/l
SO 4 5-9889 mg/l maksimum 200 mg/l

230
Reklamasi Lahan Terdegradasi Dengan Vegetasi pada...(A. Pudjiharta dkk.)

Tabel (Table) 3. Analisis total populasi mikroba, fungi, dan bakteri pelarut fosfat di Cibadak (Analysis of
total population of microbes, fungi, bacteria, and phosphate solubilization bacteria at
Cibadak)
Total mikroba Total bakteri pelarut
Total fungi Total bakteri
(107 cfu/g tanah) fosfat
No. Kode (103 cfu/g tanah) (107 cfu/g tanah)
(Total of (104 cfu/g tanah) (Total
(No) (Code) (Total of fungi) Total of bacteria) phosphate solubilization
microbes)
(103 cfu/g soil) (107 cfu/g soil) bacteria) (104 cfu/g soil)
(107 cfu/g soil)
1. T1-1 0,00 0,00 0,00 0,00
2. T1-2 0,35 2,00 0,34 0,00
3. T1-3 4,35 10,00 4,35 0,00
4. T1-4 0,50 7,00 0,49 0,00
5. T2-1 0,83 2,00 0,82 2,50
6. T2-2 0,00 0,00 0,00 0,00
7. T2-3 0,25 2,00 0,24 1,50
8. T3-3 0,45 2,00 0,44 9,00
9. T3-3 2,90 2,00 2,89 5,50
10. T3-3 3,25 3,50 3,24 9,50
11. T4-1 33,69 2,50 33,67 0,00
12. T4-2 26,30 3,50 26,29 10,00
13. T4-3 2,35 4,50 2,34 3,00
14. T5-1 27,12 3,50 27,11 0,00
15. T5-2 39,93 0,00 39,93 5,00
16. T5-3 3,45 2,50 3,44 1,50
17. T6-1 27,38 3,50 27,37 1,00
18. T6-2 0,55 3,50 0,54 1,00
19. T6-3 0,00 0,00 0,00 0,00
20. T6-4 0,00 0,00 0,00 0,00

populasi mikroba, baik fungi (jamur, cen- Sebelas contoh tanah yang mengan-
dawan) maupun bakteri. Demikian pula dung bakteri pelarut fosfat kurang efektif
populasi bakteri pelarut fosfat berbeda- sehingga kandungan fosfat tetap rendah.
beda pada setiap contoh tanah dengan po- Kelompok bakteri lain yang memegang
pulasi antara 0,00-1,00 x 104 cfu/g tanah. peranan penting dalam menambatkan ni-
Ada sembilan contoh tanah yang tidak trogen (N) secara biologi adalah Rhizo-
ada (0 cfu/g) bakteri pelarut fosfat. Na- bium. N adalah unsur esensial kedua se-
mun demikian pada contoh tanah yang telah air bagi pertumbuhan tanaman. At-
populasi bakteri pelarut fosfat cukup ting- mosfir mengandung 80 % N 2 tetapi tidak
gi, tidak berarti bahwa P-tersedia pada ta- dapat digunakan secara langsung oleh ta-
nah juga tinggi. Seperti yang ditunjukkan naman. Namun demikian N 2 dapat
pada Tabel 1, bahwa kandungan P (P 2 O 5 ) diubah atau difiksasi dalam bentuk
dari contoh tanah asli dan timbunan ada- amonium yang sering dikenal sebagai
lah sangat rendah yaitu berturut-turut an- penambatan N secara biologi. Rhizobium
tara 1,6 dan 0,3-0,7 mg/kg, sedangkan ni- adalah salah satu jenis bakteri yang
lai standar adalah ≥ 10 mg/kg. Ini berarti mampu menambat N dan bersimbiosis
bakteri pelarut P yang ada di dalam tanah dengan jenis tanaman legum. Jumlah N
efisien untuk melarutkan P, seandainya yang ditambat dapat bervariasi
kegiatan revegetasi dilakukan, sehingga tergantung pada jenis Rhizo-bium,
tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik tanaman legumnya dan interaksi
di lokasi pertambangan. Pemecahannya keduanya. Apabila simbiosis dilakukan
adalah melakukan introduksi bakteri pe- secara efektif dan efisien, jumlah N yang
larut P yang efektif agar percepatan reve- ditambat dapat menggantikan pengguna-
getasi dapat dilakukan. an pupuk urea. Dari hasil analisa contoh

231
Vol. IV No. 3 : 223 - 238, 2007

tanah pada pengenceran 10-3 diperoleh 15. T6-16 1,0 x 105


populasi bakteri Rhizobium bervariasi an- Kelompok mikroba tanah yang
tara 5,0 x 104 sampai 1,0 x 104 (Tabel 4). mempunyai peranan penting dalam me-
Informasi awal ini dapat digunakan lebih nyediakan unsur P (fosfat) dikenal de-
lanjut untuk mencari Rhizobium yang pa- ngan nama mikoriza (Smith dan Read,
ling efektif dalam menambat N dari uda- 1997). Pada tanah yang telah terdegrada-
ra. Melalui aplikasi bioteknologi, isolat si, P pada umumnya ada di dalam tanah
bakteri yang efektif dapat diaplikasikan tetapi terikat oleh unsur kimia tanah lain-
kembali ke lokasi pertambangan dalam nya, seperti Al atau Fe pada tanah asam
rangka mempercepat kegiatan rehabilitasi dan Ca pada tanah alkalin dan secara
khususnya menggunakan jenis tanaman alami P sangat labil dan mudah terikat,
legum. sehingga akan sangat sulit untuk diserap
Di samping bakteri Rhizobium, ada oleh akar tanaman. Cendawan mikoriza
jenis bakteri penambat N tetapi tidak ber- umumnya terdiri atas dua bentuk yaitu
simbiosis dengan tanaman inang. Bakteri cendawan ektomikoriza (ECM) dan cen-
jenis ini hidup di sekitar perakaran ta- dawan mikoriza arbuskula (CMA). Ke-
naman dan juga mempunyai peranan pen- duanya mampu membantu akar tanaman
ting dalam menambat N. Bakteri ini se- dalam menyerap P melalui proses enzi-
ring disebut Plant Growth Promoting matik. Dari hasil analisis contoh tanah,
Bacteria (PGPB). Sesuai dengan nama- cendawan ECM biasanya akan bersimbi-
nya, bakteri tersebut mempunyai karakte- osis dengan jenis-jenis seperti Pinus spp.,
ristik untuk membantu pertumbuhan ta- Eucalyptus spp., Gnetum gnemon, dan
naman dalam menambat nitrogen, pro- keluarga Dipterocarpaceae atau hanya 7
duksi vitamin (thiamin, riboflavin), dan % dari jenis tanaman hutan. Sedangkan
hormon tumbuh lainnya, seperti IAA, Gi- hasil analisis eksistensi CMA diperoleh
berelline, dan lain-lain. Keberadaannya pada tanaman kehutanan seperti Schima
sangat penting terutama pada jenis-jenis wallichii, Swietenia macrophylla, Para-
tanaman non legum (Lucy et al., 2004). serianthes falcataria, dan Enterolobium
Keberadaan bakteri Rhizobium yang ber- cylocarpum. Selanjutnya pada tumbuhan
kisar antara 5,0 x 104 sampai 1,0 x 106 bawah juga ditemukan spora CMA pada
tersebut termasuk kurang efektif dan per- jenis-jenis rumput, gelagah, babadotan,
lu ditingkatkan (efektif 1.000 kali yang ada). dan singkong. Sedangkan pada contoh ta-
nah yang tidak terdapat tanaman maupun
Tabel (Table) 4. Populasi rhizobium di lokasi tumbuhan bawah tidak ditemukan sama
pertambangan Cibadak (Population of rhizobium sekali CMA. Dengan demikian populasi
at Cibadak mining site)
jumlah spora dalam satuan gram contoh
Rhizobium
Kode sampel tanah tanah CMA sangat rendah (< 5-10 spora/
No. (cfu/g tanah)
(Code of soil 100 gram contoh tanah). Pada umumnya
(No) (Rhizobium)
sample)
(cfu/g soil) diperlukan populasi spora CMA ≥ 80
1. T1-2 6,7 x 104 spora/100 gram agar proses simbiosis de-
2. T1-3 5,0 x 105 ngan tanaman inang dapat optimum, se-
3. T2-4 1,3 x 105
4. T2-6 1,5 x 105 hingga pertumbuhan tanaman dapat di-
5. T3-10 5,0 x 104 percepat. Untuk itu perlu diintroduksi
6. T3-7 4,7 x 105 cendawan CMA yang unggul dan diko-
7. T3-8 5,0 x 104 lonisasikan sejak dini di persemaian pada
8. T3-9 1,0 x 105 tanaman kehutanan (Gambar 4) pada ke-
9. T4-10 1,3 x 105
10. T4-11 1,8 x 105 giatan penanaman di Gunung Putri. Kon-
11. T4-12 1,5 x 105 disi keberadaan cendawan mikoriza di
12. T5-13 7,0 x 105 pertambangan Cibadak disajikan pada
13. T6-14 2,3 x 105
14. T6-15 3,5 x 105

232
Reklamasi Lahan Terdegradasi Dengan Vegetasi pada...(A. Pudjiharta dkk.)

Tabel 5. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa ECM tidak ditemukan tetapi yang

A B
Gambar (Figure ) 4. A. Penampilan bibit H. macrophylla dan B. A. crassicarpa diinokulasi oleh mikroba dan
kontrol (tidak diinokulasi) setelah umur 2 bulan di persemaian (A. Performance of H.
macrophylla and B. A. crassicarpa seedlings after inoculatied by microbes and non-
inoculated seedlings (control) during 2 months in the nursery stage)

Tabel (Table) 5. Eksistensi cendawan mikoriza di pertambangan Cibadak (Existence of mycorrhizal fungi at
Cibadak mining site)
Eksistensi populasi mikoriza (Existence of mycorrhizal fungi)
No. (No) Kode (Code)
CMA ECM
1. T1-1 + -
2. T1-2 - -
3. T1-3 + -
4. T1-4 + -
5. T2-1 + -
6. T2-2 + -
7. T2-3 + -
8. T3-1 + -
9. T3-2 + -
10. T3-3 + -
11. T4-4 + -
12. T4-5 + -
Catatan (Notes) :
+ : Ditemukan pada setiap contoh tanah, 5-10 spora/100 gram tanah (Has been found at every soil sample, 5-
10 spores/100 grams soil)
- : tidak ditemukan pada setiap sampel tanah (Has not been found at every soil sample)

ditemukan adalah jenis CMA pada setiap sebut adalah A. mangium, T. sureni, dan
contoh tanah. Kegunaan CMA antara lain K. anthoteca. Pengamatan lanjutan dan
adalah membantu akar tanaman dalam ujicoba jenis tanaman hutan perlu dilaku-
menyerap P melalui proses enzimatik. kan agar rekomendasi kegiatan rehabilita-
si di Cibadak dapat berhasil dengan baik.
D. Pertumbuhan Tanaman Pembukaan hutan/kebun menjadi la-
Dari hasil ujicoba beberapa jenis ta- han pertambangan jelas mempengaruhi
populasi mikroba tanah, baik secara lang-
naman hutan di lokasi Cibadak, tiga jenis
sung maupun tidak langsung, karena akan
tanaman hutan mampu beradaptasi tum-
menyebabkan berubahnya struktur fisik,
buh pada lokasi timbunan tanah di mana
kimia tanah, dan yang lebih penting lagi
pucuk tanaman tumbuh (2-4 pucuk daun)
akan menyebabkan berkurangnya ma-
setelah dua bulan ditanam pada musim
hujan. Ketiga jenis tanaman hutan ter- sukan bahan organik. Untuk itu penerap-
an jenis-jenis mikroba tanah dapat diapli-

233
Vol. IV No. 3 : 223 - 238, 2007

kasikan secara integratif dengan tanaman seedling performance after one year of planting
hutan atau tanaman penutup tanah (cover in the field)
crops). Pada Gambar 5 disajikan contoh Pada lokasi di Cibadak, telah diujico-
penampilan tanaman G. arborea setelah bakan dengan enam jenis tanaman yaitu
diinokulasi oleh mikroba. P. merkusii, A. excelsa, K. anthoteca, T.
Hasil pengukuran tanaman uji coba sureni, A. alba, dan A. mangium. Hasil
di lokasi Cibinong Bogor dan di Cibadak pengamatan menunjukkan pertumbuhan
masing-masing disajikan pada Gambar 6 jenis-jenis tersebut disajikan pada Tabel 6.
dan Tabel 6. Berdasarkan data perkem- Dengan mengetahui kondisi kesubur-
bangan/pertumbuhan tinggi (cm) pohon an tanah bekas tambang yang dikemuka-
dari yang paling tinggi berturut-turut ada- kan pada Tabel 1 dapat membantu dalam
lah G. arborea, A. crassicarpa, A. pavo- menentukan pemilihan jenis tanaman un-
nina, H. macrophylla, A. mangium, D. la- tuk tujuan reklamasi serta perlakuan yang
tifolia, dan K. anthoteca. Berdasarkan diperlukan untuk lokasi Cibadak. Jenis
pertumbuhan diameter (mm) pohon dari tanaman reklamasi sebaiknya dipilih
yang paling tinggi berturut-turut adalah jenis-jenis tanaman pionir. Dalam kegiat-
G. arborea, H. macrophylla, K. antho- an ini dicoba dengan tanaman P. merku-
teca, A. pavonina, A. crassicarpa, A. ma- sii, A. excelsa, A. alba, K. anthoteca, T.
ngium, D. lathifolia. Dari jumlah tanam- sureni, dan A. mangium. Untuk lokasi di
an masing-masing jenis yang diujicoba- Gunung Putri Cibinong kondisinya lebih
kan, jumlah tanaman yang mati adalah G. baik, dengan reaksi tanah (pH) netral ke-
arborea 20 % (kontrol 16,6 %, perlakuan cuali untuk unsur C organik, N, dan P sa-
4,2 %), H. macrophylla 13 % (kontrol 5 ngat rendah, kejenuhan basa (KB) sangat
%, perlakuan 8 %), K. anthoteca 20 % tinggi dan kandungan Ca, Mg, K, dan Na
(kontrol 3 %, perlakuan 17 %), A. pavo- sangat tinggi. Pada lokasi ini diujicoba-
nina 3 % (kontrol 0 %, perlakuan 3 %), kan dengan tujuh jenis tanaman yaitu D.
A. mangium 8 % (kontrol 2 %, perlakuan latifolia, A. crassicarpa, K. anthoteca, H.
6 %), D. latifolia 16 % (kontrol 5 %, per- macrophylla, G. arborea, E. urophylla,
lakuan 11 %), A. crassicarpa 36 % (kon- A. pavonina, dan A. mangium yang hasil-
trol 3 %, perlakuan 33 %), E. urophylla nya dapat dilihat seperti pada Gambar 6.
yang seluruhnya hilang dan diganti de- Penambangan bahan baku semen ter-
ngan tanaman pisang (tidak diketahui pe- masuk penambangan dengan sistem ter-
lakunya). Penyebab kematian tanaman buka. Sedang pelaksanaan penambangan
antara lain adalah ternak sapi yang di- ini dilakukan dengan cara mengupas per-
gembalakan di areal uji coba oleh ma- mukaan lahan yang umumnya bukit, dari
nusia dan oleh karena kekeringan/terge- puncak bukit sampai pada ketinggian 100
nang, gangguan ini sangat mempengaruhi m di atas permukaan air laut (Waltaufik,
hasil penelitian. 2001). Akibat dari penambangan dengan
sistem terbuka tersebut sudah dapat di-
gambarkan bahwa kondisi lahan bekas
tambang bahan baku semen tersebut me-
rupakan hamparan batuan induk (bed
rock). Bahan baku semen yang ditam-
bang di daerah Cibinong berupa clay dan
limestone dengan pH antara 8 sampai 11.
Batuan (mineral) tersebut kaya akan kal-
sium, kalium, dan fosfat, namun karena
bereaksi basis (pH 8-11) maka unsur-
unsur tersebut belum dapat dimanfaatkan
Gambar (Figure) 5. Penampilan bibit G. arborea oleh tanaman. Kondisi lahan bekas tam-
setelah umur satu tahun di lapangan (G. arborea bang dengan sistem terbuka pada umum-

234
Reklamasi Lahan Terdegradasi Dengan Vegetasi pada...(A. Pudjiharta dkk.)

nya menjadi rusak berat, sehingga menurut yang berarti akan semakin memperluas
USDA (1965) kurang lebih 1/3 dari lahan lahan kritis. Lahan rusak bekas tambang
bekas tambang tersebut tidak direklamasi biasanya sulit direklamasi dan dibiarkan,
tetapi perbaikannya dibiarkan secara ala- kondisi ini sering dijumpai pada lokasi
mi. Apabila hal tersebut dibiarkan di In- bekas sistem tambang terbuka tidak ter-
donesia, maka kerusakan lingkungan aki- kecuali bekas tambang bahan baku se-
bat aktivitas pertambangan akan mening- men.
kat dalam arti kuantitas dan intensitasnya

160
140
Kontrol
120
Tinggi (High ) cm

Mikoriza
100
80
60
40
20
0
Dalbergia Khaya Gmelina Adenanthera Acacia Acacia Hibiscus
latifolia anthoteca arborea mangium crassicarpa macrophylla

35
Kontrol
Diameter (Diameter ) mm

30 Mikoriza
25

20

15

10

0
Dalbergia Khaya Gmelina Adenanthera Acacia Acacia Hibiscus
latifolia anthoteca arborea mangium crassicarpa macrophylla
Persentase Hidup (Survive ) %

120

100

80

60

40

20

0
Dalbergia Khaya Gmelina Adenanthera Acacia Acacia Hibiscus
latifolia anthoteca arborea mangium crassicarpa macrophylla

235
Vol. IV No. 3 : 223 - 238, 2007

Gambar (Figure) 6. Rata-rata tinggi, diameter batang pohon, dan persentase hidup pohon umur satu tahun di
Gunung Putri (Average of plant height, stem diameter, and survive percentage of one
year old trees at Gunung Putri)
Tabel (Table) 6. Ringkasan data rata-rata tinggi (cm) dan diameter (mm) pohon umur dua bulan pertama
(awal) di Cibadak (Average plant height and stem diameter of two months old trees (first
periode) at Cibadak)
No. Pertumbuhan (Growth)
Jenis (Species)
(No) Tinggi (High) (cm) Diameter (Diameter) (mm)
1. Pinus merkusii 74,76 6,23
2. Altingia excelsa 59,52 4,05
3. Agathis alba 36,00 4,19
4. Khaya anthoteca 15,25 2,22
5. Toona sureni 35,00 3,22
6. Acacia mangium 72,50 6,30

Beberapa referensi yang dapat diper- sip pembangunan yang berwawasan ling-
gunakan sebagai acuan dalam upaya kungan. Kegiatan ini memerlukan tahap-
memperbaiki lingkungan khususnya rek- an yang panjang dan diperlukan kerjasa-
lamasi lahan bekas tambang dengan sis- ma multi disiplin keilmuan. Beberapa in-
tem terbuka dapat dilakukan dengan tek- dikator yang dapat diamati dalam menilai
nik revegetasi. Menurut Fox (1984) ting- kesuksesan reklamasi lahan bekas tam-
kat keberhasilan yang dapat dicapai da- bang adalah perubahan parameter fisik
lam rangka reklamasi atau rehabilitasi la- dan kimia tanah, kemudian diikuti oleh
han bekas tambang sangat beragam ter- peningkatan aktivitas biologi (Thomas
gantung pada kesesuaian jenis, persiapan dan Jansen, 1985), munculnya aktivitas
lahan, pengolahan tanah, pemeliharaan biota tanah yang dapat diamati setelah
tanaman, dan kondisi lahan sebagai tem- adanya perubahan sifat fisik dan kimia ta-
pat tumbuh. Kemudian menurut Binns nah. Perubahan ini diperlukan untuk ter-
(1983) bahwa jenis yang dapat beradapta- bentuknya ekosistem biota tanah yang da-
si secara baik dengan areal bekas tam- pat mendukung pertumbuhannya. Setelah
bang adalah jenis pionir dan legum. Se- kondisi lingkungan mendukung untuk
dangkan menurut Bell (1987) menyaran- perubahan biota tanah, pasokan rantai pa-
kan bahwa untuk reklamasi lahan bekas ngan perlu ditingkatkan untuk menyo-
tambang adalah dengan penanaman jenis kong aktivitas berfungsinya biota tanah.
pohon asli setempat. Berdasarkan hasil Setelah aktivitas biota tanah berjalan ce-
penelitian Pudjiharta (1997) jenis yang pat maka proses pelapukan akan berjalan
sesuai untuk reboisasi pada lahan kritis dan akan terbentuk horizon tanah (Ro-
daerah kering di Tuban dengan bed rock berts et al., 1988). Cepat dan lambatnya
batuan kapur pH 8,10-8,60 kaya kan- perubahan yang terjadi tergantung tingkat
dungan Ca dan Mg adalah jenis Swietenia aktivitas biota tanah seperti perakaran ta-
macrophylla sampai umur tiga tahun de- naman dan aktivitas biologi lainnya (An-
ngan persentase tumbuh 90-98 %, Cassia derson, 1988). Dengan demikian, rekla-
siamea sampai umur tiga tahun dengan masi lahan bekas tambang dengan teknik
persentase tumbuh 89-97 %, dan Mela- revegetasi seperti yang dilakukan dalam
leuca cajuputi sampai umur tiga tahun penelitian ini adalah untuk mendapatkan
dengan persentase tumbuh 31-50. jenis-jenis tanaman yang dapat berkem-
Reklamasi lahan bekas tambang bang pada lahan bekas tambang bahan
akhir-akhir ini mendapat perhatian yang baku semen dan diharapkan dapat me-
besar dengan adanya tuntutan masyarakat ningkatkan aktivitas biota tanah dan bio-
untuk memperbaiki lingkungan lahan be- logi lainnya karena keberadaan tanaman.
kas tambang. Hal ini sejalan dengan prin-

236
Reklamasi Lahan Terdegradasi Dengan Vegetasi pada...(A. Pudjiharta dkk.)

V. KESIMPULAN DAN SARAN agar lahan bekas tambang tersebut ti-


dak berkembang ke arah yang lebih
A. Kesimpulan parah yang memerlukan waktu lama
dan biaya yang tinggi untuk reklamasi
1. Hasil pengamatan pertumbuhan ta-
tanah.
naman uji coba yang dilakukan dalam
2. Reklamasi lahan terdegradasi akibat
reklamasi lahan tambang semen ter-
pertambangan dengan teknologi reve-
degradasi di lokasi Gunung Putri de-
getasi yang dilakukan saat ini masih
ngan pohon yang diberikan perlakuan
dalam tahap uji coba jenis, oleh karena
mikroba dan kontrol (tanpa perlakuan)
itu masih banyak jenis yang perlu di-
pada umur satu tahun persentase (%)
ujicoba akan semakin baik untuk men-
yang hidup berturut-turut adalah Gme-
dapatkan jenis-jenis yang cocok (se-
lina arborea Roxb. (95 % dan 33 %),
suai) untuk tujuan reklamasinya. Ke-
Hisbiscus macrophylla Roxb. (88 %
berhasilan mereklamasi lahan tersebut
dan 79 %), Adenanthera pavonina L.
tergantung dari kondisi tanah, tingkat
(95 % dan 100 %), Khaya anthoteca
adaptabilitas tanaman, pertumbuhan
C. (76 % dan 87 % ), Acacia mangium
tanaman hutan, dan keadaan mikroba
Willd (91 % dan 91 %), Dalbergia
tanah yang mampu bersimbiosis mu-
latifolia Roxb. (79 % dan 84 %), dan
tualistis dengan tanaman hutan.
Acacia crassicarpa A. Cunn Et Benth
(55 % dan 87 %). Hasil-hasil persen-
tase hidup tanaman tersebut dalam
kondisi gangguan ternak, manusia, dan DAFTAR PUSTAKA
kekeringan/genangan yang cukup be- Anderson, J.M. 1988. Intervertebrate Me-
rat di lokasi uji coba, mempengaruhi diated Transport Prosses in Soil.
hasil kesimpulan. Agriculture, Ecosystems and Envi-
2. Jenis pohon yang diujicoba di lokasi ronment, 24: 5-19.
Cibadak karena kondisi lahan yang le- Arsyad, S. 1982. Pengawetan Tanah dan
bih berat antara lain reaksi tanah ma- Air. Departemen Ilmu-Ilmu Tanah
sam (pH 4,6-4,9) demikian pula reaksi IPB. pp 1-216.
air masam (pH 3,2-5,5) dan tanah ber- Bell, L.C. 1987. Compatibility of Native
pasir kwarsa. Dari waktu pengamatan Establishment and Erosion an Ero-
yang relatif pendek (dua bulan) terli- sion Control on Sloping Mined
hat bahwa jenis pohon yang mampu Land in Australian Industry Coun-
beradaptasi hidup lebih baik adalah je- cil Evironmental Workshop. Aus-
nis Pinus merkusii Jungh et de Vriese tralian Mining Industry Council,
dan Acacia mangium Willd yang Dickson A.C.T. pp 163-175.
mempunyai pertumbuhan relatif lebih Binns, W.U. 1983. Treatment of Surface
baik dari jenis lainnya. Hal ini masih Workings. In Reclamation on Mi-
memerlukan penelitian dan pengamat- neral Workings to Forestry, Fo-
an lanjutan. restry Commission Research and
Development Paper 132. Edin-
B. Saran burgh. pp-9-16.
Fox, J.E.D. 1984. Rehabilitation of
1. Lahan-lahan terdegradasi akibat per-
Mined Lands. Review Artick. Fo-
tambangan dengan sistem tambang
rest Abstract. Commonwealth Fo-
terbuka termasuk tambang bahan baku
restry Bureau (9) : 565-600.
semen akan memperburuk kondisi la-
Lembaga Penelitian Tanah. 1966. Peta
han sebagai penyangga kehidupan, ka-
Tanah Tinjau Provinsi Jawa Barat.
rena itu upaya reklamasinya perlu
Lucy, M., E. Reed, B.R. Glick. 2004.
mendapatkan perhatian yang serius
Applications of Free Living Plant

237
Vol. IV No. 3 : 223 - 238, 2007

Growth-Promoting Rhizobacteria. Schmidt, F.H. and J.H.A. Ferguson.


Antonie van Leeuwenhoek 86:1-25. 1951. Rainfall Types Based on Wet
Menteri Kehutanan. 2000. Arahan Men- and Dry Period Ratios for Indo-
teri Kehutanan dan Perkebunan. nesia with Western New Guinea.
Rakernas 2000. Departemen Kehu- Verh. No 42. Kementrian Perhu-
tanan dan Perkebunan. Jakarta. bungan Jawatan Meteorologi dan
Nurhidayati. 2003. FORMAT. Resume Geofisika. Jakarta. pp 1-77.
Kegiatan. Dialog Terbuka, Tema Smith, S. and D. Read. 1997. Mycor-
Kehutanan vs Pertambangan Mem- rhizal Symbiosis. 2nd edition. Aca-
bangun Regulasi yang Berwawas- demic Press, San Diego, California.
an. Jakarta. pp 1-21. Thomas, P. and I. Jansen. 1985. Soil De-
Pudjiharta, A. 1997. Pertumbuhan Tanam- velopment in Goal Main Spoils.
an Mahoni, Johar, dan Kayu Putih Journal of Soil and Water Conser-
pada Lahan Kritis Kering di Tuban, vation: 439-442.
Jawa Timur. Buletin Penelitian Hu- USDA. 1965. Man as An Agent of Mass
tan 625 : 1-18. Pusat Penelitian dan Wasting and Land Scarification.
Pengembangan Hutan dan Konser- Wasting of The Continental Sur-
vasi Alam. Bogor. faces. In Enviromental Geoscience
Roberts, J.A., W.L. Daniels, J.C. Burger. Interaction Between Natural Sys-
1988. Early Stages of Main Soil tem and Man. Wiley International
Genesis in Southwest Viginia Spoil Edition. Hamilton Publishing Com-
Lithoseguence. Soil Sci. Soc. of pany Santa Barbara California. p
America Journal 52 : 716-723. 263-287.
RLPS. 2000. Pola Umum dan Standar Waltaufik, I. 2001. Komunikasi Pribadi.
serta Kriteria Rehabilitasi Hutan Staff PT. Semen Kujang.
dan Lahan. Jakarta. pp 1-52.

238

You might also like