Professional Documents
Culture Documents
Disintegrasi Data Kependudukan Antar Opd Layanan Publik Kabupaten Belitung Timur Di Tengah Arus Revolusi Industri 4.0
Disintegrasi Data Kependudukan Antar Opd Layanan Publik Kabupaten Belitung Timur Di Tengah Arus Revolusi Industri 4.0
Disintegrasi Data Kependudukan Antar Opd Layanan Publik Kabupaten Belitung Timur Di Tengah Arus Revolusi Industri 4.0
Abstract
The industrial revolution 4.0 is a challenge that makes the whole world compete to show capabilities
related to the use of the times. In this era of disruption, the need for data and how to perform data in
every public service is a list that must be fulfilled by the government in providing trust and effective public
services. But the problem of data integration which will become a main thing in the use of integrated data
must be faced. Seventy-six years since Indonesia's independence, to this day the data of the entire
community has not been integrated and is still stored separately. East Belitung Regency is one of the
youngest regencies in Bangka Belitung Islands Province is an example of an area with population data that
is not integrated. The disintegration experienced by the government of East Belitung makes public services
in East Belitung very conventional and far from digitalization. Problems then arise, such as inaccurate
printed data and data synchrony that does not work and the data provided is not in accordance with the
bitter that must be accepted by society in the digital era. This research was conducted in order to review
the problems that occur related to data integration. that influence and influence the influencing factors
in this research, so that later it can conclude the problems and solutions that must be done in order to
realize data integration.
Keywords: Disintegration, Data, Industrial Revolution 4.0, Public Service
Abstrak
Revolusi industri 4.0 merupakan tantangan yang mengakibatkan seluruh dunia bersaing untuk
menunjukkan kemampuan terkait pemanfaatan terhadap perkembangan zaman. Di era yang serba
disrupsi, kebutuhan akan data dan bagaimana peruntukkan data dalam setiap layanan publik menjadi
sebuah tuntutan yang harus dipenuhi pemerintah dalam memberikan kepercayaan dan pelayanan publik
yang efektif. Tetapi permasalahan integrasi data yang nantinya menjadi sebuah hal yang pokok dalam
pemanfaatan data terintegrasi harus dihadapi. Tujuh puluh enam tahun Indonesia merdeka, hingga hari
ini data seluruh masyarakat belum terintegrasi dan masih tersimpan sendiri-sendiri. Kabupaten Belitung
Timur menjadi salah satu kabupaten termuda di Provinsi Kep. Bangka Belitung salah satu contoh daerah
dengan data kependudukan yang tidak terintegrasi. Disintegrasi yang dialami oleh pemerintahan Belitung
Timur menjadikan pelayanan publik di Belitung Timur sangat konvensional dan jauh dari kata digitalisasi.
Permasalahan kemudian timbul, seperti tidak akuratnya data yang tercetak dan juga sinkronis data yang
tidak berjalan dan data yang diberikan terkadang tidak sesuai menjadi pil pahit yang harus diterima
masyarakat di era digital. Penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk meninjau permasalahan yang terjadi
terkait dengan integrasi data. Faktor yang berpengaruh dan terpengaruh menjadi poin pengamatan dalam
penelitian ini, sehingga nantinya bisa menyimpulkan masalah dan solusi yang harus dilakukan agar
terwujudnya integrasi data.
Kata kunci: Disintegrasi, Data, Revolusi Industri 4.0, Layanan Publik
87
Disintegrasi Data Kependudukan Antar Opd Layanan Publik ………. (Risky Ristiandy)
diusahakan oleh pemerintah dalam hal ini catatan sipil tengah membangun aplikasi i-
mengawali terlebih dahulu integrasi data skala POP yakni Indonesia’s Population and Civil
nasional. Hal tersebut penting dilakukan Registration Map atau Peta Kependudukan
mengingat menurut data Kementerian dan Pencatatan Sipil Indonesia) dalam rangka
Komunikasi dan Informasi bahwa data-data nantinya mampu mengintegrasikan data
yang berkenaan dengan kependudukan masih seluruh penduduk dalam satu wadah
terpencar di 2.700 penyimpanan data di (Dukcapil, 2020)
berbagai satuan dan instansi. Hal ini membuat Di Kabupaten Belitung Timur yang terdiri
integrasi data menjadi pada tingkatan yang dari 39 desa dan 7 kecamatan serta 25 OPD
sangat untuk segera dilakukan (Florentin hari ini belum melakukan integrasi data.
Vindry, 2021) Berdasarkan pengalaman penulis dan juga
Permasalahan yang terjadi di tingkat angket yang telah disebar, banyak masyarakat
nasional atau pusat sebenarnya merupakan yang bingung saat mereka ke capil
kesalahan lanjutan yang berasal dari tingkatan mendapatkan Kartu Keluarga dan juga Akta
penyelenggaraan pemerintahan di tingkat Kelahiran dan nama yang tertulis di akta dan
lokal. Kenapa hal tersebut bisa dikatakan kartu keluarga berbeda. Misalnya dalam kasus
seperti itu? Tentu kita mengetahui bahwa ini adalah akhiran nama I berubah menjadi y,
pelayanan yang paling dasar terkait dengan itu merupakan contoh kesalahan akibat data
pengumpulan informasi merupakan tugas dari yang tidak terintegrasi. Selanjutnya saat
pemerintahan daerah. Hal ini kemudian berkunjung ke RSUD Belitung Timur dan
setelah dilakukan observasi maka terdapat hendak membuat kartu pasien, maka harus
disintegrasi antara satuan dan Lembaga atau membawa KTP asli atau fotokopi, dan
organisasi pemerintahan daerah. Hal ini masih kemudian petugas akan mengetik ulang ke
terus terjadi hingga hari ini, padahal kartu dalam format pencetakan di sana. Banyak
identitas masyarakat Indonesia hari ini sudah sekali data yang pada akhirnya salah tulis
elektronik, tentu ini sangat aneh saat semua karena lalai dalam membaca, misalnya Risky
elemen hari ini berteriak terkait dengan Ristiandy menjadi Rizki Ristady. Kemudian
revolusi industri 4.0 namun masih salah dalam mencatat nomor induk
memfotokopi kartu tanda penduduk kependudukan yang fatal akibatnya. Tentu ini
(Ristiandy, 2020) merupakan contoh kecil dari masalah teknis
Dari berbagai macam OPD dan instansi yang terjadi akibat data yang tidak saling
penyelenggaraan pemerintahan milik daerah terhubung.
hari ini belum satu pun yang terintegrasi Kebanyakan masyarakat hari ini masih
secara langsung. Adapun Lembaga atau menganggap kesalahan administrasi demikian
instansi yang sudah terhubung secara adalah sebuah hal yang bisa diberikan
langsung adalah Kantor Pelayanan Pajak, pemakluman. Pertanyaannya kemudian
Kantor BPJS, dan Dinas Pendidikan. Namun adalah sampai kapan harus diberikan
data yang didapat dari dinas Pendidikan juga pemakluman? Disintegrasi data yang
merupakan data yang belum lengkap karena menyebabkan data antar OPD di Belitung
bersumber dari dapodik. Usaha pemerintah Timur berjalan sendiri-sendiri tentunya sangat
dalam melakukan integrasi data telah menyusahkan para pengguna layanan atau
dilakukan dan diupayakan melalui undang- masyarakat yang meminta layanan. Salah satu
undang nomor 39 Tahun 2019 tentang Satu bentuk kesusahan adalah masyarakat harus
Data Indonesia. Kemudian sejak tahun 2020 mengisi lembaran demi lembaran untuk
lalu, kementerian dalam negeri melalui mendaftar ataupun mengurus keperluannya,
direktorat jenderal kependudukan dan padahal data dasar kependudukan sudah
88
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 14, Nomor 2, Juli 2021
90
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 14, Nomor 2, Juli 2021
91
Disintegrasi Data Kependudukan Antar Opd Layanan Publik ………. (Risky Ristiandy)
gambar dari penyelenggaraan data terpusat Penyebab dari disintegrasi data sendiri
untuk jalannya pemerintahan: adalah di mana dari pemerintah pusat belum
Gambar 2 Konsep Integrasi Data mampu untuk mengawalinya. Sebagaimana
yang kita ketahui, baru belakangan setelah
DISDUKCAPIL pemerintah Indonesia merdeka selama 76
tahun baru muncul usaha untuk membuat
satu data Indonesia. Namun hal tersebut
DATA
KEPENDUD bersifat terpusat. Lantas bagaimana dengan
UKAN pemerintah daerah? Pemerintah daerah
sendiri sebenarnya bisa dan mampu untuk
melakukan integrasi data. Hal ini bisa saja
melalui Peraturan daerah dan juga inovasi
yang dihasilkan. Akan tetapi sejak 2004
Belitung Timur berlepas diri dari Kabupaten
PUSAT
DATA Belitung, tidak ada usaha kuat untuk
BERSAMA meningkatkan kualitas layanan publik. Hal ini
ditambah dengan semangat dan etos kerja
yang rendah dari para ASN yang bergerak di
bidang tersebut dan urusan politik yang kuat
adalah maslah utama dalam memperkuat
integrasi data.
KEPOLISIAN
DATA
Selanjutnya adalah masalah kerentanan
terhadap data-data sensitif. Kemampuan
pemerintah kabupaten Belitung Timur dalam
KEPOLISIAN mewujudkan integrasi data dinilai masih
menimbulkan dilema berkepanjangan. Hal ini
Data dari gambar 2 di atas telah disebabkan oleh biaya integrasi yang tidak
menggambarkan kepada kita betapa murah serta keamanan data menjadi
bagusnya integrasi data bila bisa diterapkan. tantangan. Pemerintah pusat mungkin dengan
Hal tersebut bisa dibaca bagaimana data sekala nasional masih rawan untuk
kependudukan yang dikelola oleh Dinas menyatukan data, mengingat banyak sekali
Kependudukan dan Catatan Sipil memberikan kebocoran data penduduk yang telah terjadi
input kepada pusat data. Di pusat data juga hari ini bahkan menjadi barang yang
tersimpan berbagai macam data yang diinput diperjualbelikan di situs hitam di internet
dari Lembaga atau OPD lainnya. Hal ini nanti (Labdajaya, 2020) Tentunya, di era 4.0 yang
mampu mempersingkat segala informasi dan mana kemajuan teknologi di bidang internet
analisis yang akan pemerintah lakukan untuk of think, Artificial Inteligent, dan juga
publikasi keadaan masyarakat Belitung Timur. penyimpanan awan harus sesegera mungkin
Sementara itu, jika OPD lain ingin membuat diambil peluangnya oleh pemerintah daerah.
administrasi untuk seorang pemohon, maka Disintegrasi data kependudukan pada layanan
mereka tinggal mengimpor data dari pusat OPD Belitung Timur adalah sebuah masalah,
data untuk dimasukkan ke dalam aplikasi yang sekaligus hambatan. Namun perlu digaris
mana membutuhkan data tersebut. Hal ini bawahi, bahwa maslah dan hambatan ini akan
bisa disebut pula dengan silang data dan silang bisa menghasilkan sebuah hal yang baru dan
pertukaran informasi yang bermanfaat bagi berdampak bagi pemerintahan jika dianggap
pelayanan publik (Ibrahim et al., 2016)
92
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 14, Nomor 2, Juli 2021
juga sebagai tantangan. Tantangan yang harus masih pada posisi kurang baik. Namun tentu
diselesaikan oleh pemerintah daerah. maslah tersebut tidak menjadi alasan.
Konsep dan gambaran terkait bagaimana Kolaborasi antara beberapa kelompok anak
seharunya data bisa diintegrasikan, dan muda yang bergerak pada bidang IT
masalah disintegrasi ini harusnya memberikan mendukung rencana integrasi data oleh
peluang kemudian untuk diintegrasikan bupati terpilih. Indigo, yang merupakan salah
sehingga menjadi data satu kelompok usaha anak muda Belitung
Timur bekerja sama dengan Rukam.id
Inovasi Integrasi Data Layanan Publik di kemudian melakukan eksekusi terhadap
Belitung Timur gagasan yang disampaikan oleh Bupati
Inovasi integrasi data pada layanan publik terpilih. Setelah berbagai macam masukan
menjadi idaman bagi banyak masyarakat dan dan tantangan membangun aplikasi dan web,
penyelenggara layanan sendiri. Integrasi data akhirnya tepat tanggal 10 Juni 2021 aplikasi
selain mampu untuk meringankan kerja juga dan layanan yang Bernama Lawang Beltim
akan berdampak pada kecepatan dan kemudian resmi diluncurkan.
keakuratan layanan. Akan tetapi, layanan yang Peluncuran lawang Beltim sendiri
berbentuk integrasi data juga membutuhkan merupakan sebuah terobosan baru dan
biaya yang besar dalam pembangunan dan pertama di lingkungan kabupaten belitung
pengembangan program. Tentu hal ini tidak timur. Hal ini tentunya menambah harapan
akan berjalan mulus, karena keuangan daerah dari para pemangku jabatan dan juga
tergantung bagaimana keadaan anggaran masyarakat untuk bisa memberikan dan
yang tersedia. menerima akses informasi yang baik. Konsep
Program integrasi sejatinya telah dimulai dari pembangunan lawang Beltim sendiri
dan dilakukan oleh pusat melalui kementerian adalah bagaimana data yang terdapat di
dalam negeri dan beberapa kementerian lain lawang Beltim dan juga berasal dari instansi-
seperti Kementerian Pendidikan, Kementerian instansi terkait bisa diakses secara terbuka.
Agama, Kementerian Sosial, Kementerian Karena mengingat Lawang Beltim merupakan
Hukum dan HAM, dan beberapa kementerian pilot project dari smart city Belitung Timur.
lainnya. Pembangunan i-POP menjadi Dengan kolaborasi antara pemerintah daerah
terobosan baru pemerintah pusat dalam dengan kelompok pemuda yang menaungi
masalah integrasi data. Hal ini sudah bidang IT, maka pembuatan dan
selayaknya kemudian diturunkan dan pengembangan Lawang Beltim tidak
dilakukan juga oleh pemerintah daerah, memerlukan biaya sedikit pun. Hal ini
mengingat pelayanan di tingkat sebagaimana dikutip dari harian Pos Belitung
kabupaten/kota menjadi tingkat pelayanan (Bimantoro, 2021)
paling dasar dan bersentuhan langsung Menjadi awalan yang baik dalam rangka
dengan masyarakat itu sendiri. melakukan inovasi pelayanan publik menjadi
Sejak terpilihnya Bupati Burhanudin, suatu hal yang patut diapresiasi. Akan tetapi,
harapan dan keinginan beliau terkait dengan aplikasi tersebut ternyata belum mampu
bagaimana Belitung Timur mempunyai menyediakan informasi yang tersinkronasi
layanan yang terintegrasi antar OPD dan juga selama dua puluh empat jam dan terintegrasi
kalangan masyarakat menjadi keinginan dengan instansi lain dengan sistem kebutuhan
beliau yang paling kuat. Namun tentu dalam data. Hal ini sangat disayangkan, bagaimana
hal ini kembali keinginan tersebut seharunya konsep keteraksesan data juga
berbenturan dengan biaya yang tidak ter diiringi dengan semangat integrasi data. Hal
anggarkan sebelumnya, dan juga mengingat ini seharusnya yang menjadi poin dari
bagaimana keadaan keuangan Beltim yang
93
Disintegrasi Data Kependudukan Antar Opd Layanan Publik ………. (Risky Ristiandy)
pengembangan suatu program atau aplikasi. Gambar 4 Global consumption of paper and
Integrasi data adalah barang mahal, namun cardboard 2007 to 2018 (Verband Deutscher
tentu saat sudah dibangun maka ini akan Papierfabriken, 2008)
menghemat segala biaya yang banyak
dikeluarkan sebelumnya (Kimbal, 2019)
Pada akhirnya, pembangunan dan inovasi
di Belitung Timur terkait integrasi data masih
belum sapai pada tujuan akhirnya, yakni
integrasi. Merupakan sebuah barang mahal
dan rumit tampaknya, dan atau memang
sengaja senantiasa dilakukan demikian agar
perlakuan data secara konvensional dengan
mencetak dan memfotokopi adalah pilihan
akhir. Hal ini tentunya bukan sebuah alasan
yang mustahil, mengingat bisnis kertas, tinta,
dan fotokopi merupakan salah satu bisnis
yang menguntungkan. Tentunya kertas dan
tinta adalah dua hal yang tidak bisa kita
pisahkan kaitannya dengan kantor dan data. Dua data di atas yang dikutip berdasarkan
Gambar 3 Consumption of paper and hasil penelitian dari Verband Deutscher
paperboard in selected countries worldwide Papierfabriken tahun 2018 menyajikan
in 2018(Verband Deutscher Papierfabriken, kepada kita bahwa walaupun sudah memasuki
2018) era digital 4.0, sistem yang masih terus
dipertahankan oleh hampir seluruh negara di
dunia masih konvensional yakni menggunakan
kertas. Bahkan dari tahun ke tahun
penggunaan kertas semakin meningkat. Hal ini
tentunya sangat bias terhadap digitalisasi
segala aspek kehidupan manusia. Karena di
era revolusi industri 4.0 yang seharusnya
semua kegiatan mulai dilakukan efisiensi
ketergantungan terhadap kertas, namun
faktanya industri kertas masih menjadi
primadona.
Penting bagi kita untuk melihat bahwa
secanggih apa pun Amerika serikat dalam
dunia jaringan dan layanan publik serta data
yang mereka miliki, pada faktanya kebutuhan
akan kertas di sana menempati urutan ke dua
di dunia sebagai konsumen kertas terbanyak.
Sedangkan Indonesia menempati urutan ke 11
dengan konsumsi kertas pada tahun 2018
sebanyak 8.224 metrik ton. Hal ini masih
menjadi dilema besar bagi para pemangku
kepentingan, bagaimana melakukan
digitalisasi dan menghadapi dampaknya
94
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 14, Nomor 2, Juli 2021
seperti kebutuhan kertas dan lapangan Belitung Timur belum bisa mengintegrasikan
pekerjaan. Namun sekali lagi, ini merupakan data secara baik.
sebuah tantangan bagaimana sikap kita dalam Disintegrasi data juga diperparah dengan
mengambil risiko terkait penerapan belum tersedianya card reader untuk
digitalisasi untuk mengintegrasikan data membaca KTP elektronik oleh OPD layanan
tanpa menggunakan kertas dan risiko dari publik di Belitung Timur. Hal ini jelas
para pekerja di sektor pabrik kertas dan memperburuk keadaan untuk maju.
pedagang kertas. Masyarakat masih harus memfotokopi KTP
Inisiasi terkait dengan inovasi aplikasi elektrik mereka dalam setiap kali mengurus
Lawang Beltim menjadi gagasan dan administrasi di lingkungan pemerintahan
terobosan baru dalam rangka menciptakan kabupaten belitung timur. Dari penelitian
atmosfer pelayanan birokrasi yang lebih maju. yang telah dilakukan, kemudian terdapat
Dengan adanya permulaan melalui Lawang sebuah temuan baru, yakni integrasi data
Beltim, di era yang sudah semakin maju dalam sebenarnya bisa dilakukan oleh pemerintahan
segala hal terutama masalah data dan daerah. Hal ini sehubungan dengan
informasi maka tidaklah kiranya berhasilnya pemerintahan daerah dalam
pengintegrasian data di Belitung Timur bisa membangun aplikasi Lawang Beltim dalam
dilakukan secepat mungkin dengan biaya nol rangka sumber informasi dan data terbuka
rupiah. Hal tersebut telah dibuktikan oleh bagi masyarakat Beltim tanpa mengeluarkan
pemerintah dengan cara kolaborasi. Tentu, anggaran satu rupiah pun. Hal ini juga bisa
bila diaplikasikan pada program integrasi data diaplikasikan dalam rencana pembangunan
tidak mungkin hal serupa seperti pengadaan pembuatan integrasi data di lingkungan
Lawang Beltim bisa menjadi lanjutan dan pemerintahan kabupaten Belitung Timur
kolaborasi yang baik ke depan untuk dalam rangka memberikan efisiensi dan
kepentingan masyarakat Belitung Timur. efektivitas dalam setiap layanan publik.
Di balik usaha pemerintah untuk
KESIMPULAN mendigitalisasikan layanan publik hambatan
Disintegrasi data yang terjadi selama terjadi karena faktor anggaran dan juga
bertahun-tahun di Republik Indonesia dampak dari digitalisasi sendiri. Seperti yang
terkhusus untuk Kabupaten Belitung Timur telah dijelaskan oleh (Ristiandy, 2020), bahwa
merupakan persoalan birokrasi yang tak kemajuan teknologi tentu akan berdampak
kunjung selesai. Usaha dari pemerintah pusat pada perilaku hidup dan juga ketersediaan
dalam rangka mengintegrasikan data sudah lapangan pekerjaan. Hal ini sangat erat kaitan
mulai dilakukan dengan pembangunan dengan integrasi data kependudukan, di mana
aplikasi Bernama i-POP. Hal tersebut dalam setiap kali pengurusan data,
mendorong untuk data secara nasional saling masyarakat tidak perlu membawa fotokopi
terhubung. Integrasi data yang ada dan segala berkas yang banyak dan harus
seharusnya tidak hanya terjadi pada tingkat mengisi formulir berlembar-lembar. Hal ini
pusat, melainkan juga di tingkat daerah. akan memberikan pengalaman yang nyaman
Interaksi data yang lebih sering terjadi adalah dan waktu yang ringkas oleh masyarakat dan
antara masyarakat dengan pemerintah daerah juga tingkat efisien dan efektivitas dari
yakni kabupaten/kota. Kebijakan yang lamban penyelenggara layanan.
dari pemerintah pusat dan terkait dengan
regulasi menjadikan data kependudukan di
lingkungan OPD layanan publik Kabupaten
95
Disintegrasi Data Kependudukan Antar Opd Layanan Publik ………. (Risky Ristiandy)
96