Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

Volume 8 Nomor 2, April 2017, p.

024-041
Faculty of Law, Maranatha Christian University, Jalan Prof. Drg.
Surya Sumantri No.65, Sukawarna, Bandung, West Java, 40164.
ISSN: 2085-9945 | e-ISSN: 2579-3520
Open Access at: http://dialogia.maranatha.edu/index.php

Perlindungan Hukum bagi Dosen sebagai Tenaga Pendidik untuk


Memperoleh Hak Ketenagakerjaanya

Ilmal Yaqin
Faculty of Law, Proklamasi 45 University of Yogyakarta
ilmal84@yahoo.co.id

Submitted: 2016-11-14; Reviewed: 2017-05-05; Accepted: 2017-06-06

Abstract - Legal protection for all workers/employees, especially for lecturers working under
foundation, is absolutely necessary, since there are still many cases involving the university
and the foundation. These problems still continue to haunt lecturers, so it needs concerted effort
to minimize existing problems. Although there are regulations governing the relations between
workers/employees with employers, but in a practical level is still not fully implemented. It is
associated with several problems, one of which is the position of lecturers at the level of sub-
ordinate more than the foundation. The phenomenon wont be occured when educators take the
advantage of legal protection that already regulated by legislation. This study will elaborate
on legal protection for the workers, especially for educators. The research method is a
normative juridical approach using approach legislation. The results are legal protections for
educators stipulated in Law No. 21 Year 2000 on the labor Unions, in particular regarding the
purpose of the establishment of labor unions. In addition, Law No. 13 of 2003 on Employment
already protect workers/employees, including educators, namely through union/employee.

Keywords: educators; employment; legal protection; labor union

PENDAHULUAN negara yang maju secara ekonomi tanpa


Indonesia merupakan negara membina terlebih dahulu sistem
berkembang yang berusaha meningkatkan industrialnya.
pembangunan disegala bidang kehidupan, Pembangunan sistem industrial
salah satunya adalah pembangunan dalam merupakan bagian dari pembangunan
bidang ekonomi dan pendidikan. nasional yang dilakukan berdasarkan
Pembangunan dalam bidang ekonomi dan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
pendidikan sangat penting karena Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
merupakan salah satu faktor penunjang Tujuan pembangunan sistem industrial ini
terwujudnya pembangunan nasional yang tidak lain adalah meningkatkan kualitas
mengarah pada peningkatkan kesejahteraan tenaga kerja serta peningkatan
kehidupan rakyatnya. Pentinganya perlindungan terhadap tenaga kerja dan
pembangunan ekonomi bagi suatu negara keluarganya, serta peningkatan
dapat dilihat dari sejarah bahwa tidak ada kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya

24
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017

sesuai harkat dan martabat manusia, yang membutuhkannya. Seorang pekerja


sekaligus mempercepat laju pertumbuhan yang bekerja pada orang lain, perusahaan
ekonomi Indonesia. atau lembaga tertentu mengharapkan suatu
Namun sayang, lambatnya imbalan yang hendak dipakai untuk
pertumbuhan ekonomi berdampak pada mencukupi kebutuhan hidupnya, begitupun
kehidupan masyarakat, karena juga sebaliknya. Dalam hubungan antara
pengangguran meningkat, penduduk pekerja dan pemberi kerja tersebut
miskin bertambah, dan lapangan kerja dibutuhkan suatu aturan yang dapat
semakin sempit. Sementara di sisi lain, mengatur hak dan kewajiban kedua belah
pihak pencari kerja semakin lama pihak. Pekerja dan pemberi kerja
jumlahnya semakin banyak. Dengan mendapatkan perlindungan yang perlu atas
demikian sumber daya manusia di hak-haknya dan sekaligus juga mempunyai
Indonesia hanya unggul dalam segi kewajiban-kewajiban yang harus
kuantitas tanpa didukung keunggulan dijalankan.
secara kualitas1. Salah faktor yang Indonesia telah membuat peraturan
melatarbelakangi lambatnya pertumbuhan tersendiri untuk mengatur tentang tenaga
ekonomi adalah tingkat dan kualitas kerja, yaitu Undang-Undang Nomor 13
pendidikan seseorang yang rendah. Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Kondisi demikian membawa beberapa Dengan adanya undang-undang ini maka
konsekuensi yang harus ditanggung, diharapkan hak-hak para tenaga kerja serta
semisal pembangunan nasional di bidang hal lain mengenai tenaga kerja dapat
ketenagakerjaan jadi terhambat. Oleh terjamin serta sejalan dengan ketentuan
karena itu, diperlukan adanya yang diatur dalam Pasal 27 ayat (2) UUD
pembangunan dalam bidang 1945 yang menyatakan “Tiap-tiap warga
ketenagakerjaan agar para tenaga kerja negara berhak atas pekerjaan dan
memiliki peranan dan kedudukan yang penghidupan yang layak bagi
seimbang dengan pengusaha, terutama kemanusiaan”, serta Pasal 28D ayat (2)
dalam hal implementasi peraturan UUD 945 yang menyebutkan “Setiap orang
perundang-undangan dan kesepakatan berhak untuk bekerja serta mendapat
bersama. Hal ini patut menjadi catatan imbalan dan perlakuan yang adil dan layak
bersama mengingat sering kali dalam hubungan kerja”.
buruh/pekerja berada di level sub-ordinat Apabila mengacu pada ketentuan yang
ketimbang pengusaha, meskipun secara diatur dalam UUD 1945, maka dosen2,
hukum hal itu tidak dibenarkan. sebagai warga negara, berhak untuk bekerja
Hukum bertujuan untuk mengatur dan serta mendapat imbalan berupa gaji3 dan
memberikan perlindungan kepada mereka perlakuan yang adil serta layak dalam

1
Djumadi, Sejarah Keberadaan Organisasi Buruh danmenyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi,
di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan
hlm. 9. pengabdian kepada masyarakat”.
3
2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37
UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen
Tahun 2009 Tentang Dosen Pasal 1 Angka 6
Pasal 1 angka 2 menyebutkan “Dosen adalah
menyebutkan “Gaji adalah hak yang diterima oleh
pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas
dosen atas pekerjaannya dari penyelenggara
utama mentransformasikan, mengembangkan,
pendidikan tinggi atau Satuan Pendidikan Tinggi

25
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017

hubungan kerja. Dosen diangkat dan bisa dilihat dari ketentuan Pasal 6 Undang-
ditempatkan oleh badan penyelenggara, undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru
yakni yayasan. Terkait dengan penempatan dan Dosen yang menyatakan:
tersebut, ada hal penting yang harus “Kedudukan guru dan dosen sebagai
dicermati oleh dosen dan tenaga tenaga profesional bertujuan untuk
kependidikan yang diangkat dan melaksanakan sistem pendidikan
ditempatkan oleh badan penyelenggara, nasional dan mewujudkan tujuan
yakni kesepakatan yang tertuang dalam pendidikan nasional, yaitu
perjanjian kerja atau kesepakatan kerja berkembangnya potensi peserta didik
sesuai dengan ketentuan peraturan agar menjadi manusia yang beriman
perundang-undangan, khususnya Undang- dan bertakwa kepada Tuhan Yang
undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
Ketenagakerjaan4. Mengingat keduanya berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta
telah terikat dalam suatu perjanjian maka menjadi warga Negara yang demokratis
kedua pihak secara suka rela wajib untuk dan bertanggung jawab”6.
melaksanakan perjanjian dengan sungguh-
sungguh dan itikad baik. Ketentuan lain yang mengatur tentang
Hubungan ketenagakerjaan yang kedudukan dosen sebagai tenaga
dibangun antara dosen selaku tenaga professional diatur dalam Pasal 5 Undang-
pendidik dan badan penyelenggara undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru
pendidikan tidak bisa dilihat dari satu dan Dosen yang menyatakan:
undang-undang saja, tetapi harus dilihat
dari undang-undang lain, termasuk undang- “Kedudukan dosen sebagai tenaga
undang tentang guru dan dosen. Hal ini profesional sebagaimana dimaksud
perlu dilakukan agar tugas pokok dan dalam Pasal 3 ayat (1) berfungsi untuk
fungsi dosen dapat sejalan ketentuan yang meningkatkan martabat dan peran
diatur dalam peraturan perundang- dosen sebagai agen pembelajaran,
undangan dan tidak hanya menempatkan pengembang ilmu pengetahuan,
dosen sebagai alat produksi demi mengeruk teknologi, dan seni, serta pengabdi
keuntungan semata bagi perusahaan. kepada masyarakat berfungsi untuk
Apabila mengacu pada ketentuan yang meningkatkan mutu pendidikan
diatur dalam Undang-undang No. 14 Tahun nasional”.
2005 Tentang Guru dan Dosen, kedudukan
tenaga pendidik sangat terhormat. Hal ini

dalam bentuk finansial secara berkala sesuai dengan Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
peraturan perundang-undangan”. Sementara itu, (BW), yakni “Suatu persetujuan adalah suatu
Undang-undang Ketenagakerjaan tidak perbuatan dimana satu orang atau lebih
menggunakan istilah “gaji”, melainkan “upah” mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau
untuk menyebutkan imbalan. Lihat defenisi upah di lebih”.
6
Pasal 1 angka 30 UU. No.13 tahun 2003. Ketentuan lebih lanjut mengenai Sistem
4
Antara dosen maupun tenaga kependidikan memiliki Pendidikan Nasional dapat dilihat di Undang-
hubungan keperdataan dengan badan penyelenggara undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
akibatnya adanya perjanjian kerja atau kesepakatan Pendidikan Nasional.
kerja sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1313

26
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017

Demi mewujudkan tujuan dan PEMBAHASAN


menempatkan kedudukan dosen sebagai Perlindungan Hukum Terhadap Dosen
tenaga pendidik yang profesional, perlu 1. Kedudukan Dosen Dalam Hukum
upaya bersama antar semua elemen, Ketenagakerjaan
terutama penyelenggara pendidikan. Kekuatan dan semangat
Penyelenggaraan Pendidikan tinggi sebagai penyelenggaraan pendidikan semakin
bagian dari sistem pendidikan nasional bertambah dengan diundangkannya
tidak lepas dari peran serta masyarakat berbagai peraturan perundang-undangan
terutama dalam pengelolaannya, dimana yang terkait dengan penyelenggaraan
perguruan tinggi dapat didirikan oleh pendidikan7. Kemunculan peraturan
masyarakat dengan membentuk badan perundang-undangan tersebut masih saja
penyelenggara berbadan hukum yang menimbulkan berbagai persoalan yang
berprinsip nirlaba. Prinsip ini sekaligus menjerat dunia pendidikan, meskipun
memberi pemahaman bahwa dosen dan sudah banyak aspek diatur di dalamnya.
tenaga kependidikan lainnya tidak bisa Salah satu persoalan yang mengemuka
diperlakukan sama dengan buruh/pekerja di adalah kedudukan dosen sebagai tenaga
sebuah perusahaan yang berorientasi pada pendidik professional yang keberadaan dan
profit (keuntungan) penempatannya berdasarkan perjanjian
Namun sayangnya, tidak semua kerja antara pemberi kerja dan penerima
hubungan ketenagakerjaan dapat berjalan kerja.
mulus. Hal itu terlihat dari hierarki yang Ada berbagai definisi mengenai
terjadi antara dosen dan badan perjanjian kerja, baik yang dikemukakan
penyelanggara pendidikan. Dosen masih oleh sarjana hukum maupun oleh peraturan
sering terlihat berada pada posisi lemah perundang-undangan, di antaranya adalah:
ketimbang badan penyelenggara a. Salah satu definisi tentang
pendidikan. Oleh sebab itu, dosen selaku perjanjian kerja didefinisikan oleh
tenaga pendidik harus betul mengetahui Shamad, ia berpendapat bahwa
hak dan kewajiban yang sudah diatur dan “Perjanjian kerja ialah suatu
dilindungi oleh hukum. perjanjian dimana seseorang
Berdasarkan latar belakang di atas, ada mengikatkan diri untuk bekerja
beberapa permasalahan yang akan diteliti, pada orang lain dengan imbalan
yakni bagaimana perlindungan hukum berupa upah sesuai dengan syarat-
terhadap dosen agar mendapatkan hak dan syarat yang dijanjikan atau disetujui
kewajiban ketenagakerjaan dan bagaimana bersama”8;
strategi agar dosen memiliki kedudukan b. Undang-undang No. 13 Tahun 2003
sederajat dengan badan penyelenggara Tentang Ketenagakerjaan
pendidikan. mendefinisikan “Perjanjian kerja

7
Beberapa undang-undang yang terkait dengan c) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012
penyelenggaraan pendidikan adalah sebagai berikut: tentang Pendidikan Tinggi.
8
a) Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Abdul Khakim, Dasar-Dasar Hukum
Tentang Sistem Pendidikan Nasional; Ketenagakerjaan Indonesia, Bandung: Penerbit
b) Undang-undang No. 14 Tahun 2005 Citra Aditya Bakti, 2014, hlm. 49.
Tentang Guru Dan Dosen;

27
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017

adalah perjanjian antara yang sama antara dsosen dan badan


buruh/pekerja dengan pengusaha penyelenggara sebagai hasil dari
atau pemberi kerja yang memuat kesepakatan antara kedua belah pihak,
syarat-syarat kerja, hak dan sebagaimana ketentuan yang diatur dalam
kewajiban para pihak”; KUHPerdata. Apapun isi yang diatur dalam
c. Peraturan Pemerintah Republik perjanjian kerja antara dosen dan yayasan
Indonesia Nomor 37 Tahun 2009 tergantung dari kesepakatan kedua belah
Tentang Dosen mendefinisikan pihak, sepanjang tidak bertentangan
perjanjian kerja adalah sebagai dengan peraturan perundang-undangan,
berikut: kesusilaan dan ketertiban. Hal ini lazimnya
“Perjanjian kerja atau disebut dengan kebebasan berkontrak10.
kesepakatan kerja bersama Asas Kebebasan berkontrak diatur dalam
adalah perjanjian tertulis antara Pasal 1338 ayat (1) BW dengan
dosen dengan penyelenggara memperhatika Pasal 1320, 1335, dan 1337
pendidikan tinggi atau Satuan BW.
Pendidikan Tinggi yang Kendatipun hubungan hukum yang
memuat syarat-syarat kerja terbangun antara dosen dengan
serta hak dan kewajiban para penyelenggara pendidikan pada hakikatnya
pihak dengan prinsip kesetaraan memiliki kedudukan yang sama dalam
dan kesejawatan berdasarkan perikatan, namun yang membedakan
peraturan perundang- adalah hak dan kewajiban masing-masing
undangan”. pihak. Frasa “pengangkatan dan
penempatan” apabila ditafsirkan secara
Menurut pendapat Abdul Khakim, gramatikal, maka terdapat unsur “perintah”
prinsip yang sangat menonjol dalam di dalamnya atau dengan kata lain bentuk
perjanjian kerja adalah adanya keterikatan pelimpahan kewenangan karena pengusaha
seseorang (pekerja/buruh) kepada orang berhak menempatkan pekerja/buruh
lain (pengusaha) untuk bekerja di bawah ditempat manapun sesuai dengan yang
perintah dengan menerima upah9. Jadi, diinginkan oleh pengusaha. Berdasarkan
apabila seseorang telah mengikatkan diri hal tersebut maka kedudukan dosen
dalam suatu perjanjian kerja, berarti ia terkesan tidak setara dengan badan
secara pribadi otomatis harus bersedia penyelenggara dimana hubungan hukum
bekerja di bawah perintah orang yang yang dilahirkannya dalam bentuk
memberinya pekerjaan sesuai kesepakatan “pemberian pekerjaan” berisi “perintah”
bersama. dari pemberi kerja kepada pekerja11.
Ketentuan yang diatur dalam pasal di Terkait dengan kedudukan dosen dalam
atas mengisyaratkan adanya kedudukan hukum ketenagakerjaan dapat dilihat dari

9
Ibid. UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
10
Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa, mendefiniskan “Hubungan kerja adalah hubungan
1979, hlm. 13. antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan
11
Alasan bahwa pekerja/buruh memiliki kedudukan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan,
yang lebih sub-ordinat dari pengusaha dapat dilihat upah, dan perintah”
dari hubungan kerja yang dibangun. Berdasarkan

28
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017

beberapa definisi yang dikemukakan dalam agar mereka selain memperoleh rasa aman,
Undang-undang No. 13 Tahun 2003 juga memiliki kejelasan tentang hak dan
Tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 angka 3 kewajibannya, apa yang boleh dan tidak
dan 4 yang menyatakan bahwa: boleh mereka lakukan, serta apa saja yang
boleh dan tidak boleh dilakukan pihak lain
1. “Pekerja/buruh adalah setiap orang kepada mereka, baik sebagai manusia,
yang bekerja dengan menerima pendidik, dan pekerja. Aturan tersebut
upah atau imbalan dalam bentuk menjadi acuan bagi perjalanan hubungan
lain; kerja antara dosen selaku pekerja dengan
2. Pemberi kerja adalah orang yayasan selaku pemberi kerja, termasuk
perseorangan, pengusaha, badan perlindungan hukumnya.
hukum, atau badan-badan lainnya Seiring perkembangan dan dinamika
yang mempekerjakan tenaga kerja kehidupan bernegara di Indonesia,
dengan membayar upah atau peraturan mengenai perburuhan yang diatur
imbalan dalam bentuk lain.” dalam KUHPerdata dirasa lebih condong
ke sifat liberal sesuai dengan falsafah
Ketentuan dalam pasal di atas dapat negara yang membuatnya, sehingga apabila
diartikan bahwa siapa saja, baik perorangan diterapkan tidak akan sesuai dengan
maupun kelompok, yang mengikatkan kepribadian bangsa Indonesia12. Kondisi
dirinya dalam suatu perjanjian kerja atau tersebut mengharuskan negara
kesepakatan bersama dengan pihak lain (Pemerintah) memberikan perlindungan
baik perseorangan maupun badan usaha hukum yang tepat kepada pekerja/buruh
maka telah terjadi hubungan pemberi kerja beserta keluarganya agar dapat
dengan pekerja. Oleh karena itu, harus memperoleh hak-hak ketenagakerjaanya
diakui bahwa dosen swasta sama dengan yang sejalan dengan perkembangan dunia
buruh/pekerja tepatnya buruh terampil. usaha13. Atas dasar itulah muncul peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan
2. Perlindungan Hukum Terhadap ketenagakerjaan.
Dosen Dalam Hukum Salah satu begawan Ilmu Hukum
Ketenagakerjaannya Indonesia yang mendefiniskan
Dosen sebagai sebuah profesi “perlindungan hukum” adalah Soedikno
memerlukan jaminan dan perlindungan Mertokusumo, ia berpendapat bahwa
melalui perundang-undangan atau tata “Perlindungan hukum adalah jaminan hak
aturan yang pasti. Hal ini sangat penting dan kewajiban untuk manusia dalam

12 13
Lalu Husni, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Lihat UU No. 13 Tahun 2003 Tentang
Edisi Revisi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010, Ketenagakerjaan diktum menimbang huruf “d”
hlm. 21. Salah satu contoh bahwa KUHPerdata yang menyatakan “bahwa perlindungan terhadap
bersifat liberal dapat dilihat dari Pasal 1602 yang tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak
menyebutkan “Tiada Upah yang harus dibayar dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan
untuk jangka waktu selama si buruh tidak kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas
melaksanakan pekerjaan”. Pasal ini tentu akan dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan
digunakan oleh penguasa untuk berbuat pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap
sekehendaknya menafsirkan klausul “tidak memperhatikan perkembangan kemajuan dunia
melaksanakan pekerjaan”. usaha”.

29
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017

rangka memenuhi kepentingan sendiri ditelusuri dari ketentuan Pasal 70 ayat


maupun di dalam hubungan dengan (2) dan (3) Undang-undang No. 12
manusia”14. Sedangkan menurut Muchsin Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
“Perlindungan hukum merupakan suatu hal yang menyatakan:
yang melindungi subyek-subyek hukum (1) Pengangkatan dan penempatan
melalui peraturan perundang-undangan Dosen dan tenaga kependidikan
yang berlaku dan dipaksakan oleh badan penyelenggara
pelaksanaannya dengan suatu sanksi”15. dilakukan berdasarkan perjanjian
Merujuk pada pendapat yang kerja atau kesepakatan kerja sesuai
dikemukakan oleh Muchsin, ada 2 (dua) dengan ketentuan peraturan
cara perlindungan hukum yang diberikan perundang-undangan;
oleh negara untuk melindungi hak-hak (2) Badan penyelenggara sebagaimana
yang dimiliki oleh warga negara, yakni: dimaksud pada ayat (2) wajib
memberikan gaji pokok serta
a. Perlindungan Hukum Preventif, tunjangan kepada Dosen dan tenaga
yakni perlindungan yang diberikan kependidikan sesuai dengan
oleh pemerintah dengan tujuan ketentuan peraturan perundang-
untuk mencegah sebelum terjadinya undangan.
pelanggaran.
Salah satu cara untuk melihat Sementara itu, pembahasan
perlindungan hukum secara preventif mengenai perjanjian kerja dapat dapat
yang diberikan oleh negara adalah dilihat dalam Undang-undang No. 13
dengan melihat perjanjian atau Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,
kesepakatan sebelum melakukan suatu yang teradapat dalam beberapa pasal.
perbuatan, termasuk perjanjian kerja Pasal 52 ayat (1) menyebutkan:
yang dibuat oleh buruh/pekerja dengan (1) Perjanjian kerja dibuat atas
pengusaha, yang akan digunakan dasar:
sebagai dasar atau pijakan selanjutnya. a) Kesepakatan kedua belah pihak;
Terkait dengan perlindungan secara b) Kemampuan atau kecakapan
preventif ini, ada hal penting lain yang melakukan perbuatan hukum;
harus diperhatikan, yakni eksitensi c) Adanya pekerjaan yang
dosen sebagai tenaga pendidik yang diperjanjikan; dan
memiliki beberapa perbedaan dengan d) Pekerjaan yang diperjanjikan
tenaga kasar. tidak bertentangan dengan
Berdasarkan Undang-undang No. ketertiban umum, kesusilaan,
12 Tahun 2012 tentang Pendidikan dan peraturan perundang-
Tinggi, maka dosen merupakan tenaga undangan yang berlaku.
pendidik yang ditempatkan
berdasarkan perjanjian. Hal ini dapat

14
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas
Pengantar, Yogyakarta: Liberty, 1991, hlm. 40. Sebelas Maret, 2003, hlm. 20.
15
Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum
bagi Investor di Indonesia, Surakarta: Magister

30
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017

Sedangkan Pasal 53 menyebutkan materi atas perjanjian yang akan dibuat


bahwa segala hal dan/atau biaya yang oleh para pihak. Dua hal paling penting
diperlukan bagi pelaksanaan dalam perjanjian adalah objek dan
pembuatan perjanjian kerja hakikat daripada perjanjian serta syarat-
dilaksanakan oleh dan menjadi syarat atau ketentuan yang disepakati16.
tanggung jawab pengusaha. Menelisik ketententuan yang diatur
Ketentuan lebih lanjut mengenai dalam pasal di atas, maka pembahasan
perjanjian kerja dapat dilihat dalam mengenai perlindungan hukum
Pasal 54 ayat (1) yang menyatakan: terhadap dosen sebagai tenaga pendidik
(1) Perjanjian kerja yang dibuat bisa dimulai dari pemahaman tentang
secara tertulis sekurang- perjanjian kerja yang dibuat dan
kurangnya memuat: sekaligus menjadi hukum bagi pihak
a) Nama, alamat perusahaan, dan yang membuatnya (dosen dan ketua
jenis usaha; yayasan).17 Ketentuan yang diatur
b) Nama, jenis kelamin, umur, dan dalam pasal tersebut di atas harus
alamat pekerja/buruh; menjadi patokan bersama untuk
c) Jabatan atau jenis pekerjaan; menentukan lebih lanjut mengenai isi
d) Tempat pekerjaan; perjanjian yang dibuat, sebab ketiadaan
e) Besarnya upah dan cara pengaturan mengenai hal-hal yang
pembayarannya; mesti ada dalam perjanjian kerja
f) Syarat-syarat kerja yang menyebabkan perjanjian tersebut
memuat hak dan kewajiban menjadi cacat hukum, atau setidak-
pengusaha dan pekerja/ buruh; tidaknya menempatkan salah satu pihak
g) Mulai dan jangka waktu berada pada posisi lemah.
berlakunya perjanjian kerja; Konstruksi hukum di Indonesia
h) Tempat dan tanggal perjanjian menempatkan perjanjian berada dalam
kerja dibuat; dan lingkup keperdataan, sehingga setiap
i) Tanda tangan para pihak dalam perselisihan dalam hubungan
perjanjian kerja. keperdataan harus diselesaikan dalam
ruang lingkup hukum acara perdata18,
Menurut Salim, setelah subjek kecuali ditentukan lain dalam peraturan
hukum dalam perjanjian telah perundang-undangan. Berdasarkan
tercantum jelas bagi kedua belah pihak, penjelasan di atas, maka kedudukan
termasuk mengenai kewenangan perjanjian yang dibuat antara dosen
hukum masing-masing pihak, maka dengan yayasan merupakan ranah
pembuat perjanjian harus menguasai hukum privat (keperdataan) yang

16 18
Salim H.S dkk, Perancangan Kontrak dan Pasal 25 ayat (2) UU No. 48 Tahun 2009 Tentang
Memorandum of Understanding (MoU), Jakarta: Kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa
Sinar grafika, 2007, hlm. 120. “Peradilan umum sebagaimana dimaksud pada ayat
17
Hal ini dilihat dalam ketentuan Pasal 1338 ayat (1) berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus
(1) KUH Perdata yang menyatakan “semua perkara pidana dan perdata sesuai dengan ketentuan
persetujuan yang dibuat secara sah, berlaku sebagai peraturan perundang-undangan.
undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.

31
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017

seyogyanya dalam aspek yuridis di sektor pendidikan, terutama di sektor


memiliki kedudukan hukum yang yang menempatkan badan
sama, namun dalam aspek sosiologis penyelenggara pendidikan sebagai
hukum ternyata kedudukan dosen tidak lahan untuk berbisnis21. Perselisihan di
sederajat. Oleh sebab itu, kewajiban bidang hubungan industrial yang
pemerintah untuk campur tangan dalam selama ini dikenal dapat terjadi
mengatur dan melindungi pekerja mengenai hak yang telah ditetapkan,
(dosen swasta) dari tindakan semena- atau mengenai keadaan
mena yayasan dalam pelaksanaan ketenagakerjaan yang belum ditetapkan
perjanjian kerja, penentuan upah baik dalam perjanjian kerja, peraturan
minimum, Pemutusan Hubungan Kerja perusahaan, perjanjian kerja bersama
(PHK) dan lain sebagainya19. maupun peraturan perundang-
undangan .22

b. Perlindungan Hukum Represif, Bahkan pada tataran yang lebih


yakni perlindungan akhir berupa teknis telah ada perjanjian kerja yang
sanksi20 yang diberikan apabila dilakukan oleh dosen dan yayasan.
sudah terjadi sengketa atau telah Namun, tidak serta merta persoalan
dilakukan suatu pelanggaran tersebut selesai. Ada berbagai konflik
Meski telah ada peraturan yang mengiringi perjalanan
perundang-undangan dan perjanjian pelaksanaan perjanjian kerja. Oleh
kerja, namun masih sering ditemui sebab itu, perlindungan hukum sebagai
perselisihan hubungan industrial antara suatu gambaran tersendiri dari fungsi
buruh/pekerja dengan pengusaha. Hal hukum yang memiliki konsep bahwa
itu tidak hanya berlaku pada hukum memberikan suatu keadilan,
buruh/pekerja yang bekerja di ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan
perusahaan, melainkan merambah juga kedamaian, terutama kepada pihak-

19
Meskipun hubungan hukum yang dibuat antara 3) Khusus mengenai sanksi hukum, pada
dosen dengan yayasan berisfat privat (keperdataan), garis besarnya dapat dibedakan atas:
namun Negara memiliki peran penting untuk a) Sanksi privat; dan
menjaga agar dalam hubungan kerja yang dibangun b) Sanksi publik.
tidak menimbulkan kesewenang-wenangan oleh Lihat Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum Edisi
pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah. Salah Kedua, Jakarta: Kencana, hlm. 63-64.
21
satu keterlibatan pemerintah dapat dilihat dari UU No. 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas
penentuan “kebutuhan Hidup Layak” dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Pasal 1
mendirikan “Dewan Pengupahan, sebagaimana angka 1 menyatakan “Yayasan adalah badan hukum
diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 13 Tahun diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di
2012 Tentang Komponen Dan Pelaksanaan bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan yang
Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak . tidak mempunyai anggota”. Merujuk pada definisi
20
Menurut Achmad Ali, sanksi memuat beberapa yang dikemukakan oleh undang-undang tersebut,
unsur, yakni: sudah seharusnya badan penyelenggara pendidikan
1) Sanksi merupakan reaksi, akibat, atau tidak berorientasi pada keuntungan atau profit.
22
konsekuensi dari pelanggaran atau Lihat Penjelasan Undang-Undang Republik
penyimpangan kaidah sosial (baik kaidah Indonesia Nomor 2 Tahun 2004 Tentang
hukum maupun kaidah non hukum); Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
2) Sanksi merupakan kekuasaan atau alat bagian Umum.
kekuasaan untuk memaksakan ditaatinya
kaidah sosial tertentu;

32
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017

pihak yang potensial untuk dilanggar melalui perundingan bipartit24 secara


hak-haknya, atau kepada mereka yang musyawarah untuk mencapai mufakat”.
posisinya lemah. Pasal tersebut memberi jalan
Terkait dengan konflik yang terjadi penyelesaian sengketa antara
antara dosen dan yayasan, hukum buruh/pekerja dan pengusaha
menempatkan diri pada posisi berdasarkan musyawarah mufakat
“penyelesai konflik”. Undang-undang dengan mengadakan azas
No. Nomor 2 Tahun 2004 Tentang kekeluargaan. Apabila terdapat
Penyelesaian Perselisihan Hubungan kesepakatan antara buruh dan majikan
Industrial memberikan jalan atau antara serikat pekerja dengan
penyelesain perselisihan hubungan majikan, maka harus dituangkan dalam
industrial melalui 2 (dua) mekanisme, perjanjian kesepakatan kedua belah
yakni: pihak yang disebut dengan perjanjian
bersama dengan ketentuan bahwa
a. Mekanisme penyelesaian di luar perjanjian yang disepakati oleh kedua
pengadilan. belah pihak mengikat secara hukum
Penyelesaian perselisihan serta wajib dilaksanakan25.
Hubungan Industrial diatur dalam
23
Penyelesaian melalui musyawarah
Undang-undang No. 2 Tahun 2004 atau di luar pengadilan merupakan
Tentang Penyelesaian Perselisihan penyelesaain tahap awal dengan
Hubungan Industrial memungkinkan harapan perselisihan yang terjadi dapat
penyelesaian sengketa buruh/tenaga ditemukan solusinya 26. Namun
kerja di luar pengadilan. Ketentuan sayangnya, dalam proses musyawarah
tersebut bisa dilihat dalam Pasal 3 ayat tidak serta merta menghasilkan
(1) yang berbunyi “Perselisihan kesepatakan bersama. Hal itu terjadi
hubungan industrial wajib diupayakan karena masing-masing pihak
penyelesaiannya terlebih dahulu mempertahankan pendapat dan
keyakinannya sendiri, sehingga kata

23 25
UU No. 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Perselisihan Hubungan Industrial Pasal 1 Angka 1 Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
menyatakan: Pasal 7 menyatakan:
“Perselisihan Hubungan Industrial adalah (1) Dalam hal musyawarah sebagaimana dimaksud
perbedaan pendapat yang mengakibatkan dalam Pasal 3 dapat mencapai kesepakatan
pertentangan antara pengusaha atau gabungan penyelesaian, maka dibuat Perjanjian Bersama yang
pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat ditandatangani oleh para pihak.
pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan (2) Perjanjian Bersama sebagaimana dimaksud pada
mengenai hak, perselisihan kepentingan, ayat (1) mengikat dan menjadi hukum serta wajib
perselisihan pemutusan hubungan kerja dan dilaksanakan oleh para pihak.
26
perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh Penyelesaian di luar pengadilan dilakukan
dalam satu perusahaan”. dengan beberapa cara, yakni:
24
Pasal 1 angka 10 Undang-undang Nomor 2 Tahun 1) Perundingan Bipartit;
2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan 2) Mediasi;
Industrial menyatakan “Perundingan bipartit adalah 3) Konsiliasi;
perundingan antara pekerja/buruh atau serikat 4) Arbitase.
pekerja/serikat buruh dengan pengusaha untuk
menyelesaikan perselisihan hubungan industrial”

33
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017

“sepakat” tidak pernah terwujud dalam bahwa pengadilan bergantung pada 3


musyawarah tersebut. Maka, tidak ada (tiga) jenis masukan, yaitu28:
jalan lain yang bisa ditempuh oleh 1) “Pengadilan membutuhkan
kedua belah pihak selain melalui jalur suatu analisis mengenal sebab
hukum. dan akibat dari peristiwa yang
Sebagai negara hukum, Indonesia dipersengketakan itu;
harus menciptakan suatu sistem 2) Pengadilan membutuhkan suatu
penegakan hukum yang mampu konsepsi tentang pembagian
mewujudkan harmoni, kedamaian, tugas: apa yang menjadi tujuan
ketertiban dan kesejahteraan bagi dari sistem itu, keadaan apa
masyarakat. Dalam pandangan hukum yang ditimbulkan oleh
progresif, sistem penegakan hukum penggunaan kekuasaan;
yang demikian merupakan sistem 3) Pengadilan menghendaki agar
penegakan hukum yang pro rakyat, penggugat memilih pengadilan
membebaskan dan membahagiakan sebagai mekanisme
masyarakat27. Oleh sebab itu, penyelesaian konflik”.
mekanisme selanjutnya yang bisa
ditempuh oleh dosen apabila terjadi Guna mengantisipasi penyelesaian
perselisihan ketenagakerjaan dengan dan penyaluran sengketa
pihak yayasan adalah melalui ketenagakerjaan agar sejalan dengan
mekanisme hukum, yakni Pengadilan tuntutan kemajuan zaman, maka dibuat
Hubungan Industrial. dan diundangkan Undang-undang
Nomor 2 Tahun 2004 Tentang
b. Penyelesaian melalui jalur Penyelesaian Perselisihan Hubungan
pengadilan Industrial sebagai wadah Peradilan
Hukum baru beroperasi setelah Hubungan Industrial (PHI) di lingkup
adanya suatu konflik. Ia beroperasi peradilan umum.29 Kehadiran Undang-
melalui lembaga pengadilan. Dalam hal undang ini sekaligus menegaskan
seperti ini, menjadi tugas pengadilan bahwa peraturan perundang-undangan
untuk menjatuhkan suatu putusan yang sebelumnya, yang mengatur tentang
menyelesaikan konflik tersebut. penyelesaian perselisihan hubungan
Parsons dan rekan-rekannya melihat industrial, masih belum mewujudkan

27
Bambang Waluyo, Penegakan Hukum di c) di tingkat pertama mengenai perselisihan
Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2016, hlm. 136. pemutusan hubungan kerja;
28
Achmad Ali, Op. Cit, hlm. 118. d) di tingkat pertama dan terakhir mengenai
29
Secara normatif, kompetensi absolut yang perselisihan antar serikat pekerja/serikat
dimiliki oleh Pengadilan Hubungan Industrial buruh dalam satu perusahaan”.
terlihat dalam Pasal 56, yang menyatakan:
“Pengadilan Hubungan Industrial bertugas dan Ketentuan tersebut dilanjutkan dalam Pasal 57 yang
berwenang memeriksa dan memutus: menyebutkan Hukum Acara yang dipakai dalam
a) di tingkat pertama mengenai perselisihan Penyelsaian Hubungan Industrial adalah Hukum
hak; Acara Perdata, kecuali ditentukan lain oleh
b) di tingkat pertama dan terakhir mengenai peraturan perundang-undangan.
perselisihan kepentingan;

34
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017

penyelesaian yang cepat, adil, dan menjadi wewenang Pengadilan


murah. Hubungan Industrial semata, namun
Demi mewujudkan penyelesaian berbagai persoalan lain tidak luput
yang cepat, tepat, adil dan murah, mendera dosen, salah satunya adalah
penyelesaian perselisihan hubungan tindak pidana yang dilakukan oleh
industrial melalui Pengadilan pihak yayasan kepada dosen. Salah satu
Hubungan Industrial (PHI) dibatasi bentuk tindak pidana yang sering
proses dan tahapannya dengan tidak dilakukan oleh pengusaha kepada
membuka kesempatan untuk pekerja/buruh adalah membayar upah
mengajukan upaya banding ke buruh lebih rendah dari upah minimum
Pengadilan Tinggi, Putusan Pengadilan dan menghalang-halangi buruh untuk
Hubungan Industrial pada Pengadilan membentuk serikat31.
Negeri yang menyangkut perselisihan Pengaturan tentang tindak pidana
hak dan perselisihan pemutusan ketenagakerjaan dapat dilihat dalam
hubungan kerja dapat langsung ketentuan Pasal 183 sampai dengan 189
dimintakan kasasi ke Mahkamah Undang-undang No. 13 Tahun 2003
Agung. Sedangkan putusan Pengadilan Tentang Ketenagakerjaan. Ketentuan
Hubungan Industrial pada Pengadilan ini memberikan hak kepada dosen
Negeri yang menyangkut perselisihan untuk melaporkan tindak pidana yang
kepentingan dan perselisihan antar dilakukan oleh yayasan kepada pihak
serikat pekerja/serikat buruh dalam satu kepolisian apabila ada ketentuan tindak
perusahaan merupakan putusan tingkat pidana yang dilanggar, sampai pada
pertama dan terakhir yang tidak dapat pemeriksaan level selanjutnya, yakni
di mintakan kasasi ke Mahkamah putusan Pengadilan Negeri. Namun,
Agung30. secara teknis ada banyak hal yang perlu
Perselisihan yang timbul sebagai diselesaikan apabila pengusaha tersebut
akibat dari adanya hubungan kerja tidak berkedudukan sebagai badan hukum32.
hanya berkutat pada kasus yang

30
Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia hukum adalah ia berkedudukan sebagai subyek
Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian hukum. Menurut Satjipto Rahardjo, penempatan
Perselisihan Hubungan Industrial Dalam korporasi sebagai sebagai subyek hukum dalam
Kententuan Umum Nomor. 10.
31 hukum pidana tidak lepas dari modernisasi sosial
Salah satu contoh kasusnya adalah Putusan
majelis hakim Pengadilan Negeri Bangil, Jawa yang berdampak pada harus diakuinya kehidupan
Timur, menghukum seorang pengusaha mebel satu masyarakat yang semakin modern semakin
tahun penjara. Pengusaha tersebut dinyatakan kompleks sistem sosial, ekonomi dan politik,
terbukti melakukan tindak pidana perburuhan sehingga kebutuhan akan sistem pengendalian
dengan membayar rendah upah buruhnya dan kehidupan yang formal akan menjadi semakin besar
menghalang-halangi buruhnya untuk berserikat. pula. Lihat Muladi dan Dwidja Priyatno,
Selain penjara, si pengusaha juga dihukum denda
Pertangungjawaban Pidana Korporasi Edisi Revisi,
sebesar Rp250 juta.
32
Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2004 Tentang Cetakan ke-4, Jakarta: Kencana, 2013, hlm. 43. Di
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun samping itu, Mardjono Reksodipuro mengatakan
2001 Tentang Yayasan Pasal 1 Menyebutkan bahwa dalam perkembangan hukum pidana di
Bahwa Yayasan adalah Badan Hukum. Indonesia ada 3 (tiga) sistem pertanggungjawaban
Konsekuensi hukum dari yayasan sebagai badan korporasi sebagai subyek tindak pidana, yaitu:

35
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017

Strategi Agar Dosen Memiliki Posisi berdasarkan undang-undang yang berlaku


Sama Dengan Badan Penyelenggara dengan dalih loyalitas, dan sebagainya.
Pendidikan Kondisi demikian memicu “perlawanan”
Ketentuan dalam peraturan perundang- dari buruh/pekerja (dosen), meskipun
undangan menempatkan para pihak dengan skala yang kurang massif. Maka,
memiliki kedudukan sederajad dalam suatu tidak mengherankan bila sebagian
perjanjian. Namun, pada tataran perusahaan berupaya untuk menghalang-
pelaksanaannya masih ada beberapa kasus halangi buruh/pekerja menggalang
yang pemberlakuannya belum sesuai kekuatan.
dengan peraturan perundang-undangan dan Kedudukan buruh yang lemah ini
kesepakatan bersama. Hal ini terjadi karena membutuhkan suatu pilar penyangga untuk
nilai tawar buruh/pekerja rendah di mata memperkuat perjuangan guna memperoleh
pengusaha, sekaligus kenyataan bahwa hak-haknya. Ada beberapa pilar yang
jumlah tenaga kerja dengan lapangan sangat berperan menegakkan hak-hak
pekerjaan yang tersedia masih belum pekerja atau buruh untuk mewujudkan
sebanding, sehingga memunculkan kesejahteraannya, salah satunya melalui
pemahaman bahwa pengusaha dengan organisasi serikat pekerja/serikat buruh
seenaknya memperlakukan buruh/pekerja yang bertujuan untuk menyeimbangkan
karena masih banyak tenaga kerja yang posisi buruh dengan pengusaha. Eksistensi
menggantikan apabila buruh/pekerja serikat ini seperti ungkapan ”sebatang sapu
tersebut diberhentikan. lidi, ketika bersatu, susah dipatahkan, tapi
Ketakutan terbesar bagi perusahaan kalau sendiri, mudah dipatahkan”.
adalah ketika “permainan mulus” mereka Kedudukan serikat pekerja/buruh ini
mempekerjakan pekerja/buruh tidak sesuai didukung dengan adanya perlindungan hak
dengan ketentuan peraturan perundang- berorganisasi yang diatur dalam oleh
undangan diketahui oleh publik, seperti Undang-undang No. 21 Tahun 2000
membayar upah di bawah UMK, tidak Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh33.
memberikan jaminan kesehatan, Jaminan konstitusional berserikat
memberikan lembur yang tidak layak diatur dalam Undang-Undang Dasar
bayar, mengharuskan pekerja (dosen) (UUD) 1945 Pasal 28E ayat (3) yang
bekerja melebih jam yang telah ditetapkan menyatakan “Setiap orang berhak atas

Pengurus korporasi sebagai pembuat, maka tidak membentuk,menjadi pengurus atau tidak
penguruslah yang bertanggung jawab; korporasi menjadi pengurus, menjadi anggota atau tidak
sebagai pembuat, maka korporasilah yang menjadi anggota dan/ataumenjalankan atau tidak
menjalankan kegiatan serikat pekerja/serikat buruh
bertanggung jawab; dan korporasi sebagai pembuat
dengan cara:
dan penanggungjawab. Lihat Mahrus Ali, a) Melakukan pemutusan hubungan kerja,
Kejahatan Korporasi Kajian Relevansi Sanksi memberhentikan sementara, menurunkan
Tindakan Bagi Penanggulangan Kejahatan jabatan, atau melakukan mutasi;
Korporasi, Yogyakarta: Arti Bumi Intaran, 2008, b) Tidak membayar atau mengurangi upah
hlm. 47. pekerja/buruh;
c) Melakukan intimidasi dalam bentuk apapun;
33
Pasal 28 menyatakan: d) Melakukan kampanye anti pembentukan
“Siapapun dilarang menghalang-halangi atau serikat pekerja/serikat buruh”.
memaksa pekerja/buruh untuk membentuk atau

36
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017

kebebasan berserikat, berkumpul, dan sesuai dengan ketentuan peraturan


mengeluarkan pendapat”. UUD 1945 perundangundangan.
secara langsung dan tegas memberikan (2) Kebebasan untuk berserikat
jaminan kebebasan untuk berserikat atau sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berorganisasi, kebebasan berkumpul, dan tidak mengganggu pelaksanaan
kebebasan menyatakan pendapat, tidak tridharma perguruan tinggi yang
hanya bagi setiap warga negara Indonesia, menjadi tanggungjawab
termasuk terbentuknya serikat keprofesionalan”.
buruh/pekerja. Jaminan berserikat ini tidak
hanya sebatas jaminan hukum semata, Setiap orang bebas membentuk atau
namun juga merupakan bentuk Hak Asasi ikut serta dalam keanggotaan atau menjadi
Manusia (HAM)34. pengurus organisasi dalam kehidupan
Pengertian serikat buruh/pekerja dapat bermasyarakat dalam wilayah negara
kita lihat dalam ketentuan Undang-undang Republik Indonesia. Hanya saja,
No. 21 Tahun 2000 Tentang Serikat bagaimana kebebasan itu digunakan, apa
Pekerja/Serikat Buruh Pasal 1 Angka 1 saja syarat-syarat dan prosedur
yang menyebutkan: pembentukan, pembinaan,
“Serikat pekerja/serikat buruh adalah penyelenggaraan kegiatan, pengawasan,
organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan dan pembubaran organisasi itu tentu masih
untuk pekerja/buruh baik di perusahaan harus diatur lebih rinci, yaitu dengan
maupun di luar perusahaan, yang undang-undang beserta peraturan
35
bersifat bebas, terbuka, mandiri, pelaksanaannya. Dengan kata lain,
demokratis, dan bertanggung jawab ketentuan yang tercantum dalam suatu
guna memperjuangkan, membela serta peraturan perundang-undangan yang
melindungi hak dan kepentingan terkait dengan serikat pekerja/buruh
pekerja/buruh serta meningkatkan hakikatnya adalah memberi batasan antara
kesejahteraan pekerja/buruh dan mana yang boleh dilakukan dan mana yang
keluarganya”. tidak boleh dilakukan oleh serikat
pekerja/serikat buruh.
Kebebasan dosen membentuk serikat Pada prinsipnya, kebebasan berserikat
juga diperkuat dengan ketentuan Peraturan yang dijamin oleh peraturan perundang-
Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009 Tentang undangan memiliki 2 (dua) tujuan pokok
Dosen Pasal 30 yang menyatakan: yang harus dicapai, yakni: Pertama, hak
“(1) Dosen memiliki kebebasan untuk asasi manusia harus dilindungi sebagai hak
berserikat dalam organisasi profesi dasar; Kedua, harus ada jaminan bahwa hak
atau organisasi profesi keilmuan dan kebebasan orang lain dapat terlaksana

34
Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 kebebasan-berserikat-dalam-undangundang/ pada
Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia tanggal 5 November 2016 pukul 17.30. Pengaturan
menyatakan: “Setiap orang berhak untuk mengenai materi atau persoalan yang digariskan
berkumpul, berapat, dan berserikat untuk maksud- oleh ketentuan-ketentuan hukum yang menjadi
maksud yang damai”. dasar diterbitkannya peraturan yang lebih rendah
35
Jimly Asshiddiqie, “Mengatur Kebebasan atau lebih khusus lazimnya disebut dengan
Berserikat Dalam Undang-Undang”, diakses dari peraturan perundang-undangan organik.
http://jimlyschool.com/read/analisis/274/mengatur-

37
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017

dengan baik. Agar tujuan tersebut dapat b. Mendapatkan advokasi atau


diwujudkan, maka hak atas kebebasan pembelaan dari persoalan yang
berserikat dibatasi oleh dua klausa yaitu merugikan pekerja jika pengusaha
kepentingan umum dan peraturan atau pimpinanan melakukan
perundang-undangan yang berlaku36. tindakan yang tidak sesuai dengan
Pembatasan tersebut dalam rangka aturan ketenagakerjaan yang telah
memberi perlindungan bagi pihak lain dari diatur di dalam peraturan
bentuk kesewenang-wenangan serikat perundang-undangan;
pekerja/serikat buruh. c. Bergerak secara bersama untuk
Serikat pekerja merupakan sarana memperjuangkan kepentingan atau
kanalisasi untuk menyampaikan hasrat, hak pekerja/buruh akan lebih
harapan, keluhan, saran atau kritik pekerja mudah tercapai;
terhadap pengusaha. Dalam sistem d. Memudahkan pekerja/buruh dalam
manajemen modern, sangat ditekankan hal komunikasi ke
pentingnya pendekatan kemanusiaan untuk pengusaha/pimpinan perusahaan,
menumbuhkan motivasi pekerja. Selain itu karena ada pengurus Serikat
jalur-jalur semi formal dan jalur non formal Pekerja/buruh yang akan
yang ada di perusahaan merupakan mengakomodir kepentingan sesuai
mekanisme yang sangat efektif melebihi dengan aturan perundang-
jalur struktural yang hirarkis. Dalam hal ini undangan.
serikat pekerja berfungsi sebagai jalur semi
formal. Melalui serikat pekerja, harapan, Sedangkan fungsi serikat
petunjuk dan informasi dari perusahaan pekerja/serikat buruh menurut ketentuan
dapat disampaikan dengan baik kepada yang diatur dalam Undang-undang No. 21
pekerja37. Tahun 2000 Tentang Serikat
Di samping itu, manfaat membentuk Pekerja/Serikat Buruh dapat dilihat dalam
serikat pekerja ataupun ikut tergabung Pasal 4 yang menyatakan:
menjadi anggota serikat pekerja/buruh, “(1) Serikat pekerja/serikat buruh,
terutama yang berkaitan atau bersentuhan federasi dan konfederasi serikat
langsung dengan keadaan pekerja/buruh, pekerja/serikat buruh bertujuan
antara lain38: memberikan perlindungan,
a. Menjalin komunikasi antara pembelaan hak dan kepentingan,
pekerja/buruh dengan serta meningkatkan kesejahteraan
pekerja/buruh yang notabene yang layak bagi pekerja/buruh dan
memiliki kesamaan kepentingan keluarganya.
dan kesamaan hak;

36 38
Bahder Johan Nasution, Hukum DPC. KSPSI Kab. Tengerang, Manfaat dan
Ketenagakerjaan Kebebasan Berserikat Bagi Pentingnya Berserikat, diakses melalui
Pekerja, Bandung: Mandar Maju, 2004, hlm 44. http://kspsitangerang.blogspot.co.id/2015/02/manfa
37
Bahder Johan Nasution, “Fungsi Kebebasan at-dan-pentingnya-berserikat.html pada tanggal 7
Berserikat Bagi Pekerja Dalam Hubungan Industrial November 2016, diakses pukul 16.05.
Pancasila”, Jurnal Inovatif, Volume VIII, Nomor I,
2015, hlm. 4-5.

38
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017

(2) Untuk mencapai tujuan dilindungi oleh undang-undang. Hak


sebagaimana dimaksud dalam ayat tersebut dapat dilihat dalam ketentuan Pasal
(1) serikat pekerja/serikat buruh, 25 ayat (1) Undang-undang No. 21 Tahun
federasi dan konfederasi serikat 2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat
pekerja/serikat buruh mempunyai Buruh yang menyatakan:
fungsi:
a. Sebagai pihak dalam “Serikat pekerja/serikat buruh,
pembuatan perjanjian kerja federasi dan konfederasi serikat
bersama dan penyelesaian pekerja/serikat buruh yang telah
perselisihan industrial; mempunyai nomor bukti pencatatan
b. Sebagai wakil pekerja berhak:
/buruh dalam lembaga kerja a) Membuat perjanjian kerja
sama di bidang bersama dengan pengusaha;
ketenagakerjaan sesuai b) Mewakili pekerja/buruh
dengan tingkatannya; dalam menyelesaikan
c. Sebagai sarana menciptakan perselisihan industrial;
hubungan industrial yang c) Mewakili pekerja/buruh
harmonis, dinamis, dan dalam lembaga
berkeadilan sesuai dengan ketenagakerjaan;
peraturan perundang- d) Membentuk lembaga atau
undangan yang berlaku; melakukan kegiatan yang
d. Sebagai sarana penyalur berkaitan dengan usaha
aspirasi dalam peningkatan kesejahteraan
memperjuangkan hak dan pekerja/buruh;
kepentingan anggotanya; e) Melakukan kegiatan lainnya
e. Sebagai perencana, di bidang ketenagakerjaan
pelaksana, dan penanggung yang tidak bertentangan
jawab pemogokan dengan peraturan
pekerja/buruh sesuai perundang-undangan yang
dengan peraturan berlaku”.
perundang-undangan yang
berlaku; Eksistensi serikat pekerja/buruh di masa
f. Sebagai wakil sekarang ini sedikit demi sedikit
pekerja/buruh dalam menunjukkan posisi yang lebih elegan di
memperjuangkan mata hukum, sebab keberadaanya tidak
kepemilikan saham di hanya berbicara bagaimana buruh/pekerja
perusahaan. memperjuangkan hak-hak mereka melalui
jalan kekerasan, akan tetapi semakin cerdas
Serikat pekerja sebagai lembaga atau memperjuangkan hak-haknya melalui ilmu,
organisasi yang menaungi buruh/pekerja, dialog, dan keterlibatan media massa. Cara-
baik di dalam perusahaan maupun di luar cara semacam ini lebih mudah
perusahaan, memiliki beberapa hak yang mendapatkan respon dari pengusaha,

39
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017

sekaligus menutup ruang terbukanya serikat buruh/pekerja dilindungi oleh


kesempatan bagi pengusaha untuk peraturan perundang-undangan, bahkan
menuntut balik serikat buruh/pekerja menghalang-halangi buruh/pekerja
sebagai akibat dari tindakan melawan membentuk serikat pekerja/buruh
hukum yang dilakukan oleh para pekerja merupakan tindak pidana ketenagakerjaan.
yang cenderung represif. Dalam penelitian ini, penulis juga
Undang-undang sudah jelas menyarankan, kendaknya dosen
mengamanatkan kepada perusahan, dalam membentuk serikat pekerja/serikat buruh
hal ini yayasan yang menaungi badan agar pengusaha (pihak yayasan) tidak
penyelenggara pendidikan, untuk tidak berbuat sekehendaknya sendiri.
menghalang-halangi dosen membentuk
serikat pekerja/buruh. Namun sayangnya DAFTAR PUSTAKA
hingga saat ini masih sangat jarang Buku
ditemukan adanya serikat pekerja dosen Abdul Khakim, Dasar-Dasar Hukum
yang tergabung di badan penyelenggara Ketenagakerjaan Indonesia, Bandung:
pendidikan. Hal itu bisa saja terjadi karena Penerbit PT Citra Aditya Bakti, 2014
serikat dosen masih belum familiar di Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum Edisi
Indonesia. Padahal, menilisik dari Kedua, Jakarta: Kencana, 2015
pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki Bambang Waluyo, Penegakan Hukum di
oleh seorang dosen, tentu serikat dosen Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2016
yang dibentuk oleh para dosen dan/atau Bahder Johan Nasution, Hukum
tenaga kependidikan lebih mudah Ketenagakerjaan Kebebasan
melakukan aksi-aksi yang elegan, sejalan Berserikat Bagi Pekerja, Bandung:
dengan koridor hukum, serta memiliki Mandar Maju, 2004
tingkat keberhasilan lebih besar. Djumadi, Sejarah Keberadaan Organisasi
Buruh di Indonesia, Jakarta:
PENUTUP RajaGrafindo Persada, 2005
Dosen memiliki kedudukan yang sederajat Lalu Husni, Hukum Ketenagakerjaan
dengan yayasan sesuai dengan perjanjian Indonesia Edisi Revisi, Jakarta:
kerja yang dilakukan oleh kedua belah RajaGrafindo Persada, 2010
pihak. Perlindungan hukum yang diberikan Mahrus Ali, Kejahatan Korporasi Kajian
kepada dosen dapat dilihat dari 2 (dua) cara, Relevansi Sanksi Tindakan Bagi
yakni: Pertama, Preventif melalui Penanggulangan Kejahatan Korporasi,
perjanjian yang dibuat sebelum dosen Yogyakarta: Arti Bumi Intaran, 2008
tersebut bekerja di universitas; Kedua, Muchsin, Perlindungan dan Kepastian
Represif melalui lembaga Pengadilan Hukum bagi Investor di Indonesia,
Hubungan Industrial (PHI). Surakarta: Magister Ilmu Hukum
Strategi agar dosen memiliki kedudukan Program Pascasarjana Universitas
yang sederajat secara sosiologis adalah Sebelas Maret, 2003
dengan membentuk serikat buruh/pekerja. Muladi dan Dwidja Priyatno,
Serikat buruh/pekerja memiliki banyak Pertangungjawaban Pidana Korporasi
manfaat dan tujuan, bahkan eksistensi

40
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 8 Nomor 2 April 2017

Edisi Revisi, Cetakan ke-4, Jakarta: Internet


Kencana, 2013 Jimly Asshiddiqie, Mengatur Kebebasan
Salim H.S dkk, Perancangan Kontrak dan Berserikat Dalam Undang-Undang,
Memorandum of Understanding diakses dari
(MoU), Jakarta: Sinar grafika, 2007 http://jimlyschool.com/read/analisis/27
Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: 4/mengatur-kebebasan-berserikat-
Intermasa, 1979 dalam-undangundang/ pada tanggal 5
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum November 2016 pukul 17.30.
Suatu Pengantar, Yogyakarta: Liberty, DPC. KSPSI Kab. Tengerang, Manfaat dan
1991 Pentingnya Berserikat, diakses melalui
http://kspsitangerang.blogspot.co.id/20
Peraturan Perundang-undangan 15/02/manfaat-dan-pentingnya-
Undang-Undang Dasar Negara Republik berserikat.html pada tanggal 7
Indonesia 1945 November 2016 pukul 16.05
KUH Perdata
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
Tentang Hak Asasi Manusia
Undang-undang No. 21 Tahun 2000
Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh
Undang-undang No. 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan
Undang-undang No. 2 Tahun 2004 Tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial
Undang-undang No. 28 Tahun 2004
Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2001
Tentang Yayasan
Undang-undang No. 14 Tahun 2005
Tentang Guru Dan Dosen.
Undang-undang No. 48 Tahun 2009
Tentang Kekuasaan Kehakiman
Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2009
Tentang Dosen

Jurnal
Bahder Johan Nasution, “Fungsi
Kebebasan Berserikat Bagi Pekerja
Dalam Hubungan Industrial Pancasila”,
Jurnal Inovatif, Volume VIII, Nomor I,
2015.

41

You might also like