Professional Documents
Culture Documents
Kajian Potensi Lanskap Untuk Pengembangan Wisata Sejarah Kota Medan
Kajian Potensi Lanskap Untuk Pengembangan Wisata Sejarah Kota Medan
Kajian Potensi Lanskap Untuk Pengembangan Wisata Sejarah Kota Medan
48-54
peta Kota Medan tahun 1913 dan 1945 serta foto-foto tua (Tabel 1). Kondisi objek dan lanskap Sejarah adalah terkait
objek/lanskap bersejarah di Kota Medan. dengan pemeliharaan fisik objek dan lanskap tersebut. Hal
ini bertujuan untuk mengetahui kondisi fisik objek/
Pengumpulan Data
lanskap sejarah. Secara umum objek/lanskap sejarah di
Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa tahapan. masing-masing kawasan masih terpelihara dengan baik.
Tahap pertama adalah studi pustaka pendahuluan. Studi Objek/lanskap tersebut masih terpelihara dengan baik
pustaka ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi karena masih dipergunakan sebagai gedung kantor,
terkait dengan sebaran bangunan dan lanskap bersejarah museum, sekolah, dan tempat ibadah (Tabel 2).
di Kota Medan. Tahap kedua yaitu penelusuran elemen
Penilaian Potensi Wisata Sejarah
bangunan dan lanskap bersejarah dengan menggunakan
referensi peta Kota Medan tahun 1913 dan 1945. Pada Nilai Keaslian dan Keunikan Lanskap Sejarah
tahap kedua ini dilakukan perekaman kondisi elemen
Nilai potensi wisata didapatkan melalui penilaian kondisi
bangunan dan lanskap bersejarah di Kota Medan dengan
objek/lanskap yaitu terkait keaslian dan keunikan obyek
cara pengambilan foto dan video menggunakan kamera.
dalam kawasan. Nilai keaslian lanskap sejarah
Tahap ketiga adalah wawancara dengan pihak pengelola
dipengaruhi oleh perubahan pola tata guna lahan, keaslian
di lokasi elemen lanskap bersejarah. Wawancara ini
bangunan, dan pola sirkulasi. Hasil penilaian keaslian
dimaksudkan untuk mengetahui kondisi fisik dari elemen
lanskap sejarah menunjukkan Kawasan Kesawan
lanskap bersejarah tersebut.
memiliki nilai keaslian lanskap sejarah yang paling tinggi
Prosedur Analisis Data di antara enam kawasan bersejarah tersebut (Tabel 3). Hal
ini Kawasan Kesawan memiliki lebih dari lima bangunan
Pemetaan Sebaran dan Kondisi Lanskap Sejarah
yang mewakili gaya masa lalu dan berumur lebih dari 50
Pemetaan sebaran dilakukan dengan mengolah titik-titik tahun. Pola penggunaan lahan di Kawasan Kesawan juga
elemen lanskap sejarah yang telah diperoleh dari hanya berubah 20-50% dari pola penggunaan lahan
pengumpulan data. Titik-titik lokasi tersebut kemudian sebelumnya. Pola sirkulasi di Kawasan Kesawan juga
diolah menggunakan Google Earth untuk menghasilkan hanya mengalami penambahan ruas dan tidak merubah
peta sebaran lanskap bersejarah di Kota Medan. karakter sirkulasinya.
Kemudian kondisi lanskap sejarah disajikan secara
Selain nilai keaslian, lanskap sejarah juga dinilai
deskriptif berdasarkan dari hasil wawancara dengan
keunikannya. Nilai keunikan lanskap sejarah terdiri dari
pengelola lanskap sejarah dan literatur yang didapatkan.
empat komponen penilaian yaitu asosiasi kesejarahan,
Penilaian Potensi Wisata Sejarah integritas, keragaman yang berbeda dari biasanya, dan
estetika lanskap (Mulya et al 2016; Syahadat et al 2014).
Potensi wisata sejarah dapat dipengaruhi oleh faktor-
Nilai keunikan lanskap tertinggi terdapat pada Kawasan
faktor yaitu obyek daya tarik wisata sejarah, aspek
Kesawan (Tabel 3). Kawasan Kesawan memiliki nilai
penunjang wisata, dan pengunjung. Obyek dan daya tarik
tertinggi dalam tiga aspek yaitu aspek integritas,
wisata sejarah adalah terkait keaslian dan keunikan
keragaman elemen/lanskap sejarah, dan kualitas estetika.
lanskap sejarah tersebut. Keaslian Lanskap sejarah dan
keunikan lanskap sejarah tersebut dinilai dengan Penilaian Faktor Pendukung Wisata
memberikan derajat 1 sampai 3 menggunakan kriteria
Faktor pendukung wisata terdiri dari aspek fasilitas
Harris dan Dines (1988) (Mulya et al, 2016; Syahadat et al,
pendukung wisata, ketersediaan transportasi, kemudahan
2014). Selain obyek lanskap sejarah, penilaian potensi
akses ke obyek wisata, dan ketersediaan informasi. Hasil
wisata sejarah juga mempertimbangkan aspek fasilitas
penilaian aspek wisata menunjukkan bahwa Kawasan
pendukung, transportasi, dan aksesibilitas (Gunn, 1980;
Kesawan dan Kawasan Istana Maimun memiliki nilai
Anggraini dan Arifin, 2011; Kencana dan Arifin 2010).
pendukung wisata yang tertinggi (Gambar 2). Hal ini
disebabkan oleh Kawasan Kesawan dan Kawasan Istana
HASIL DAN PEMBAHASAN
Maimun memiliki fasilitas pendukung wisata seperti
Pemetaan Lanskap Sejarah dan Kondisi Lanskap Sejarah penginapan dan rumah makan di dalam kawasan
Kota Medan tersebut. Kawasan Polonia juga memiliki nilai faktor
pendukung wisata yang cukup tinggi. Pada Kawasan
Penelusuran lanskap sejarah Kota Medan melalui studi
Polonia nilai transportasi dan aksesibilitas bernilai sedang
pustaka dan survey lapang terdapat enam Kawasan Cagar
karena pada kawasan tersebut ketersediaan transportasi
Budaya Kota Medan (Bappeda Kota Medan 2011; Fitri et al
umum kurang beragam. Kawasan Kampung Madras dan
2017). Kawasan tersebut kemudian dijadikan fokus dalam
Kawasan Kota Lama Labuhan Deli memiliki nilai faktor
penelitian ini. Kawasan bersejarah tersebut adalah
pendukung wisata yang sedang karena pada kedua
Kawasan Kesawan, Kawasan Polonia, Kawasan Kampung
kawasan tersebut, ketersediaan fasilitas pendukung
Madras, Kawasan Istana Maimun, Kawasan Pergudangan
wisata seperti penginapan dan rumah makan sangat
Kereta Api Pulo Brayan, dan Kawasan Labuhan Deli
sedikit, demikian juga untuk ketersediaan pilihan
(Gambar 1). Lanskap kawasan bersejarah Kota Medan
transportasi umum. Kawasan Pulo Brayan memiliki nilai
tersebut memiliki elemen/obyek bersejarah di dalamnya.
pendukung wisata yang rendah karena kawasan tersebut
Elemen-elemen bersejarah tersebut terdiri dari bangunan,
tidak memiliki sarana penginapan dan rumah makan.
taman atau monumen yang merupakan bagian dari
Selain itu transportasi umum hanya tersedia sedikit dan
perkembangan budaya sehingga membentuk karakter di
akses keluar masuk beberapa objek yang harus dengan
masing-masing kawasan bersejarah (Wang et al 2015).
izin.
Kawasan bersejarah di Kota Medan memiliki karakter
sejarah yaitu karakter Kolonial Hindia-Belanda, Karakter Rekomendasi Pengembangan Kawasan Wisata Sejarah
Lanskap Pecinan, dan Karakter Kesultanan Melayu Deli
Hasil dari inventarisasi kondisi objek dan lanskap sejarah
memperlihatkan bahwa terdapat tiga objek/lanskap yang (Anggraini dan Arifin, 2011; Kencana dan Arifin, 2010;
kurang terpelihara. Tiga objek tersebut adalah gedung Piagam Burra, 2003). Selain itu agar objek dan lanskap
Warenhuis, Kompleks Villa Jalan Bundar, dan Kompleks sejarah tidak lagi terbengkalai, perlu diusulkan untuk
penggunaan kembali objek/lanskap sejarah dengan
Pertokoan Pekan Labuhan. Objek tersebut kurang
adaptasi fungsi, ataupun dikembalikan pada fungsi
diperhatikan dan dipelihara oleh pengelola objek/lanskap
asalnya (Piagam Burra, 2003; Sajiwo dan Damayanti,
karena sudah jarang digunakan. Dalam mengatasi obyek
2016). Partisipasi masyarakat perseorangan pemilik
yang kurang terpelihara perlu dilakukan pengelolaan
objek/lanskap bersejarah juga sangat diperlukan untuk
dengan cara rekonstruksi sesuai dengan bentuk semula
membantu dalam proses rekonstruksi dan adaptasi fungsi menginterpretasi sejarah di Kawasan tersebut. Selain itu,
terhadap objek/ lanskap sejarah tersebut (Aysegul, 2016). untuk memudahkan informasi interpretasi sejarah di
masing-masing objek/lanskap sebaiknya dibuat papan
Berdasarkan hasil penilaian keaslian dan keunikan
interpretasi sejarah. Isi papan interpretasi tersebut adalah
objek/lanskap sejarah, Kawasan Kesawan, Istana
informasi tentang sejarah objek/lanskap.
Maimun, dan Polonia memiliki nilai yang tinggi
dibandingkan dengan kawasan lainnya. Ketiga kawasan Kawasan Kampung Madras memiliki nilai keaslian dan
tersebut juga memiliki nilai fasilitas pendukung wisata keunikan lanskap sejarah kategori sedang. Namun,
yang tinggi. Selain itu letak Kawasan Kesawan, Kawasan Kawasan Kampung Madras berada berdekatan dengan
Istana Maimun dan Kawasan Polonia yang saling Kawasan Polonia dan Kesawan, sehingga membuat
berdekatan menjadikan integritas antar kawasan tersebut integritas kawasan ini menjadi tinggi. Selain itu Kawasan
menjadi tinggi. Dengan demikian, Kawasan Kesawan, Kampung Madras memiliki karakter yang khas yaitu
Istana Maimun, dan Polonia memiliki potensi yang tinggi permukiman etnis India. Dengan demikian, Kawasan
untuk dikembangkan sebagai kawasan inti wisata sejarah Kampung Madras dapat dikembangkan sebagai kawasan
Kota Medan. Ketiga kawasan tersebut dapat pendukung wisata, dengan objek wisata sejarah utama
dikembangkan menjadi satu jalur interpretasi sejarah yang yaitu kuil hindu Shri Maharyaman.
saling menyambung satu dan lainnya. Oleh karena itu
Kawasan Kota Lama Labuhan Deli memiliki nilai keaslian
kawasan tersebut memerlukan jalur interpretasi wisata
dan keunikan kategori sedang. Meskipun demikian,
sejarah agar memudahkan wisatawan untuk
kawasan ini memiliki karakter yang hampir sama dengan keunikan lanskap sejarah yang paling rendah
Kawasan Kesawan dan Istana Maimun yaitu Karakter dibandingkan dengan kawasan lainnya, namun nilai
Pecinan dan Kesultanan Melayu Deli. Hal ini disebabkan kawasan ini masih tergolong kategori sedang. Hal ini
oleh Kawasan Kota Lama Labuhan Deli memiliki dikarenakan integritas kawasan dan kualitas estetik
objek/lanskap pembentuk kawasan berupa kompleks kawasan yang rendah. Namun, nilai keaslian dan asosiasi
pertokoan dengan corak pecinan. Selain itu kawasan kesejarahan kawasan ini dapat tergolong sedang.
tersebut memiliki objek berupa Mesjid Raya Al-Osmani. Kawasan Pulo Brayan merupakan peninggalan kompleks
Objek-objek pada kawasan ini adalah peninggalan pada villa peninggalan Deli Spoorweg Maatschappij yang
masa pemerintahan Kesultanan Melayu Deli belum sekarang menjadi kepemilikan PT Kereta Api Indonesia
dipindahkan ke Kawasan Istana Maimun. Kota Lama (PT KAI).
Labuhan Deli adalah pusat keramaian sebelum kawasan
Kawasan Kota Lama Labuhan Deli dan Kawasan Pulo
pusat Kota Medan dibuka oleh pemerintah Kolonial
Brayan dapat dikembangkan sebagai kawasan pendukung
Hindia-Belanda.
wisata sejarah dengan meningkatkan fasilitas pendukung
Kawasan Pulo Brayan memiliki nilai keaslian dan wisata seperti penginapan dan rumah makan. Fasilitas
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Kawasan Kawasan Istana Kawasan Kawasan Kawasan Kota Kawasan Pulo
kesawan Maimun Polonia Kampung Lama Labuhan Brayan
Madras Deli
penginapan dan rumah makan dapat ditambahkan Wisata Sejarah untuk Menunjang Adaptive Reuse
dengan menggunakan objek bangunan bersejarah yang Gedung Juang 45 Bekasi Jawa Barat. Jurnal Lanskap
terbengkalai yang kemudian direkonstruksi agar dapat Indonesia. 8 (1): 1-12
digunakan kembali.
Syahadat, R.M., Arifin, N.H.S., Arifin, H.S. 2014. Historical
Landscape Quality Assessment on Priority Area of
SIMPULAN
Baubau Heritage City, Southeast Sulawesi. Proceeding:
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa enam kawasan Managing the Social Capital and Infrastructure in
bersejarah di Kota Medan memiliki banyak objek/lanskap Promoting the Heritage Site.
bersejarah dengan karakter yang berbeda-beda di masing-
Wang, D., Niu, Y., Lu, L., Qian, J. 2015. Tourism Spatial
masing kawasannya. Secara umum, objek/lanskap
Organization of Historical Streets, A Postmodern
bersejarah tersebut dalam kondisi yang baik dan masih Perspective: The Examples of Pingjiang Road and
digunakan sebagai gedung kantor, pertokoan, tempat Shantang Street, Suzhou, China. Journal of Tourism
ibadah, museum, rumah tinggal, sekolah, dan rumah Management. 48: 370-385.
sakit. Namun terdapat objek yang terbengkalai seperti
Gedung Warenhuis, kompleks villa Jalan Bundar, dan
kompleks pertokoan pekan Labuhan Deli.
Hasil penilaian keaslian dan keunikan lanskap sejarah
menunjukkan Kawasan Kesawan, Istana Maimun, dan
Polonia memiliki nilai keaslian dan keunikan lanskap
sejarah yang tinggi. Tiga kawasan tersebut juga memiliki
faktor pendukung wisata yang tinggi di antara kawasan
lainnya. Hal ini menjadikan tiga kawasan tersebut
memiliki potensi yang tinggi untuk menjadi kawasan inti
pengembangan wisata sejarah.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, R., Arifin, N.H.S. 2011. Studi Potensi Lanskap
Bersejarah untuk Pengembangan Wisata Sejarah di Kota
Bengkulu. Jurnal Lanskap Indonesia. 3 (1): 47-57
Awalia, R.N., Arifin, N.H.S., Kaswanto. 2017. Kajian
Karakter Pembentuk Lanskap Budaya Masyarakat
Adat Kajang di Sulawesi Selatan. Jurnal Lanskap
Indonesia. 9 (2): 92-100
Aysegul, K.T. 2016. Method for Assessment of Urban
Historical Landscape. Procedia Engineering. 161(2016):
1697-1703. doi: 10.1016/j.proeng. 2016.08.648
[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kota Medan. 2013. Bangunan-bangunan Bersejarah
di Kota Medan. Medan (ID): Pemko Medan
Fitri, I., Ratna, Sitorus, R., Affan, M. 2017. Cultural Mapping
of The Heritage Districts in Medan, North Sumatra. IOP
Conf Series, Materials Science and Engineering. 180
(2017): 1-8.doi: 10.1088/1757-899X/180/1/012088
Harris, C.W., Dines, N.T. 1988. Time-Saver Standards for
Landscape Architecture: Design and Construction Data.
New York (US): McGraw-Hill Companies.
Hasibuan, M.S.R., Nurhayati, Kaswanto. 2014. Karakter
Lanskap Budaya Rumah Larik di Kota Sungai Penuh,
Provinsi Jambi. Jurnal Lanskap Indonesia. 6 (2): 13-20.
Kencana, I.P., Arifin, N.H.S. 2010. Studi Potensi Lanskap
Sejarah untuk Pengembangan Wisata Sejarah di Kota
Bogor. Jurnal Lanskap Indonesia. 2 (1): 7-13.
[Kota Pusaka]. 2013. Kota pusaka. Kota Pusaka [Internet].
[diakses 3 November 2015]. Tersedia pada:
http://kotapusaka.com/.
Mulya, M.R., Arifin, N.H.S., Arifin, H.S. Historical
Landscape Quality Assessment on Priority Area of Banda
Aceh Heritage City, Aceh Province. IJSRP. 6 (8): 497-501.
Sajiwo, B., Damayanti, V.D. 2016. Perencanaan Lanskap