Potensi Lebah Lokal Dalam Peningkatan Produksi Buah STRAWBERRY (Fragaria X Ananassa)

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/258242714

POTENSI LEBAH LOKAL DALAM PENINGKATAN PRODUKSI BUAH


STRAWBERRY(Fragaria x ananassa)

Article · July 2012

CITATIONS READS

2 1,712

3 authors, including:

Imam Widhiono Eming Sudiana


Universitas Jenderal Soedirman Universitas Jenderal Soedirman
33 PUBLICATIONS   79 CITATIONS    25 PUBLICATIONS   57 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

The effect of global warming and climate change on cultivated crops View project

Peningkatan Kompetensi Dosen Unsoed View project

All content following this page was uploaded by Eming Sudiana on 22 August 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


163

POTENSI LEBAH LOKAL DALAM PENINGKATAN PRODUKSI BUAH


STRAWBERRY(Fragaria x ananassa)
LOCAL BEE POTENTIAL IN INCREASING STRAWBERRY PRODUCTION
(Fragaria x ananassa)
Imam Widhiono MZ, Eming Sudiana dan Eddy Tri Sucianto
Dosen Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
Email: jungki_sudiana @yahoo.co.id

ABSTRACT
Insect pollinators are important component of environmentals sevices, because
almost all plants of the world in pollinations process need insect. The aims of this
research was to know the relationships of local honey bees populations and strawberry
fruit yield. The result showed that increasing populations of local honey bees have
positive correlations to strawberry fruit productions. The best productions of strawberry
fruit will achieve when population of honey bees (Apis cerana and Trigona sp.) reach 30
individual per 10 strawberry plants.
Keywords : insect pollinator, strawberry, populations, fruit production

PENDAHULUAN

Strawberry (Fragaria x ananassa, Rosaceae) adalah salah satu jenis tanaman


budidaya penghasil buah. Tanaman tersebut merupakan hasil persilangan yang berasal
dari daerah sub tropis. Strawberry di introduksi ke Indonesia dan sampai sekarang telah
menjadi salah satu tanaman budidaya yang sangat penting di Indonesia. Di wilayah
Banyumas, tanaman stawberry banyak di budidayakan di kawasan dataran tinggi
Gunung Slamet, khususnya di desa Kutabawa, kecamatan Karangreja, Kabupaten
Purbalingga.
Strawberry sebagai tanaman penghasil buah, produksinya sangat ditentukan oleh
keberhasilan penyerbukan dalam proses pembuahan. Hal tersebut disebabkan oleh
adanya perbedaan kehadiran bunga jantan dan bunga betina yang tidak bersamaan,
sehingga tidak mampu melakukan penyerbukan sendiri (Rao & Stephen, 2008). Bunga
strawbery juga miskin serbuksari sehingga tidak menarik bagi serangga untuk
berkunjung (Roselino et al. 2009). Oleh karena itu, keberhasilan penyerbukan strawbery
sangat ditentukan oleh jumlah kunjungan serangga penyerbuk (Kakutani et al, 1993).
Penyerbukan oleh serangga dilaporkan meningkatkan hasil panen pada berbagai
spesies tanaman. Efektivitas penyerbukan tersebut diukur dari jumlah dan bobot biji dan
buah yang terbentuk (Stubbs & Drummond, 2001; Dafni, 1992 dan Aizen et al., 2009).
Tanaman yang dibantu penyerbukan oleh serangga dilaporkan terjadi peningkatan hasil
panen sebesar 41% pada cranberry, 7% pada blueberry, 26% pada tomat, 45% pada
strawberry, 22-24% pada kapas (Delaplane & Mayer, 2000), 25% pada Crotalaria
juncea, dan 4% pada kubis bunga (Brassica oleracea var Botrytis) (Ramadhani et al.,
2000).
Berbagai jenis serangga penyerbuk diketahui telah mengunjungi bunga
strawberry. Serangga penyerbuk penting pada bunga strawberry diduga oleh Boonithe et
al. (2009) dan Slaa et al. (2006) hanya dari kelompok lebah madu. Hasil penelitian

Jurnal Inovasi Vol. 6 No. 2, Juli 2012 ISSN: 1979-1151


164

Widhiono et al. (1992) mendapatkan bahwa salah satu kelompok serangga penyerbuk
yang paling umum adalah lebah madu yang terdiri atas spesies Apis cerana, A. florea
dan Trigona sp., namun demikian peran serangga tersebut dan hubungannya antara
populasi dengan produksi buah strawberry belum banyak diketahui di Indonesia. Atas
dasar hal tersebut di atas maka penelitian ini diarahkan untuk menelusuri potensi jenis
serangga penyerbuk lebah lokal Trigona sp. dan A. cerena dalam peningkatan produksi
buah strawberry (Fragaria x ananassa). Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui :
1. hubungan antara populasi serangga penyerbuk dengan produksi buah strawberry,
2. populasi serangga penyerbuk terbaik yang menghasilkan buah strawberry tertinggi,
dan
3. spesies serangga penyerbuk dari Familia Apidae yang paling effektif menghasilkan
buah strawberry.

METODE PENELITIAN

Obyek penelitian yang digunakan adalah spesies lebah madu lokal yang
ditemukan di area tanaman strawberry yang meliputi A. cerana dan Trigona sp. (Apidae.
Hymenoptera) serta tanaman strawberry (Fragaria x ananassa, Rosaceae). Lokasi
penelitian adalah pertanaman strawberry di desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja,
Kabupaten Purbalingga pada ketinggian tempat 800 m dpl.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental,
dengan rancangan Split Plot Design. Perlakukan utama yang digunakan adalah
kepadatan populasi serangga penyerbuk, sedangkan sub perlakuannya adalah jenis-jenis
serangga penyerbuk. Perlakuan utama terdiri atas empat taraf yaitu 0, 10, 20, 30
serangga penyerbuk per 10 tanaman strawberry, sedangkan sub perlakuannya terdiri atas
dua taraf yaitu A.cerana, dan Trigona sp. Setiap kombinasi perlakuan diulang tiga kali,
sehingga jumlah unit penelitian sebanyak 21 unit.
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengurung 10 tanaman strawberry yang
belum berbunga dalam serumbung kasa (Anonymous, 2006). Pada saat tanaman
stawberry berbunga (pada hari pertama berbunga) dimasukan serangga penyerbuk lebah
madu lokal dengan jumlah populasi sesuai rancangan. Khusus pada perlakuan kontrol
(jumlah serangga 0), tanaman stawberry tidak diberi serumbung kasa, melainkan
dibiarkan terbuka agar terjadi penyerbukan secara alami. Setelah dua jam perlakuan,
serangga dalam serumbung kasa ditangkap untuk dimasukan lagi ke sarang. Perlakuan
dilakukan selama empat hari berturut-turut. Buah yang dihasilkan kemudian dihitung
jumlahnya dan ditimbang beratnya. Adapun tata letak petak penelitian adalah sebagai
berikut:

Jurnal Inovasi Vol. 6 No. 2, Juli 2012 ISSN: 1979-1151


165

Gambar 1. Tata letak petak penelitian

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis of variance (ANOVA)


pada tingkat kesalahan 1% dan 5%. Jika terdapat perbedaan yang nyata maka analisis
akan dilanjutkan dengan uji BNT. Pola hubungan antara kepadatan populasi serangga
penyerbuk dengan buah strawberry yang dihasilkan diuji dengan korelasi dan regresi.
Semua analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan bantuan software
STATISTICA 7.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan produksi strawberry yang diberi perlakuan jumlah lebah yang
berbeda disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Produksi strawberry (ons) pada tanaman yang diberi perlakuan lebah
dengan populasi yang berbeda.
Trigona sp. Apis cerana
Ulangan Kontrol
(alami) 10 20 30 10 20 30
I 2,119 0,854 0,116 1,310 2,360 2,195 3,759
II 0,122 1,112 2,041 3,609 4,467 2,907 3,776
III 0,031 1,067 1,678 1,131 2,831 4,721 2,400
Jumlah 2,272 3,033 3,835 6,050 9,658 9,823 9,935
Rata-rata 0,7573 1,0110 1,2783 2,0167 3,2193 3,2743 3,3117
Peningkatan
produksi
- 33,50 68,80 166,30 325,10 332,37 337,30
dibanding
kontrol (%)

Tabel 1 menunjukkan bahwa peningkatan populasi serangga penyerbuk Trigona


sp. maupun A. cerena dapat meningkatkan produksi strawberry. Hubungan antara lebah
Trigona sp. dan A. cerana dengan produksi buah strawberry dapat dilihat pada grafik di
bawah ini.

Jurnal Inovasi Vol. 6 No. 2, Juli 2012 ISSN: 1979-1151


166

Gambar 2. Grafik Hubungan jumlah populasi dengan produksi strawberry

Berdasarkan data pada Table 1 dan grafik pada Gambar 2 di atas dapat diketahui
adanya peningkatan jumlah produksi strawberry adalah sebagai akibat bertambahnya
jumlah populasi serangga penyerbuk. Semakin banyak jumlah populasi serangga
penyerbuk maka semakin meningkatkan produksi strawberry, meskipun secara statistik
peningkatan tersebut tidak signifikan.
Peningkatan produksi strawberry tertinggi terjadi pada populasi serangga
penyerbuk Trigona sp. sebanyak 30 ekor, dan Apis cerena 10 ekor. Jumlah produksi
strawberry yang penyerbukannya secara alami yakni oleh serangga penyerbuk liar hanya
mencapai 0,7573 ons, sedangkan dengan bantuan serangga penyerbuk Trigona sp. dan
A.cerena produksi dapat meningkat masing-masing mencapai 2,0167 ons dan 3,3117
ons.
Jika dibandingkan antara serangga penyerbuk Trigona sp. dengan A. cerena,
ternyata A. cerena lebih efektif melakukan penyerbukan dibanding Trigona sp. Hal
tersebut ditunjukkan oleh tingginya persentase peningkatkan produksi buah strawberry
yang diserbuki oleh A. cerena. Jika rata-rata peningkatan produksi dibandingkan dengan
rata-rata kontrol, serangga penyerbuk A. cerena dengan populasi 30 dapat meningkatkan
produksi buah strawberry sebesar 337,30% sedangkan Tigona sp hanya 166,3%.
Persentase peningkatan produksi pada penelitian ini tampaknya lebih tinggi dibanding
hasil penelitian Partap (2006) yang menyimpulkan bahwa dampak polinasi lebah madu
terhadap peningkatan produksi buah strawberry sebesar 48%. Lebah A. cerena lebih
efektif menangkap dan membawa serbuksari (pollen) ketika lebah tersebut menyentuh
kepalasari (anther) suatu bunga. Serbuksari yang lengket memfasilitasi serangga dalam
membantu penyerbukan tanaman (Schoonhoven et al., 1998).
Berdasarkan hasil analisis variansi, penyerbukan dengan bantuan Trigona sp. dan
A. cerana terhadap produksi buah strawberry menunjukkan perbedaan sangat nyata.
Penyerbukan dengan bantuan A. cerana lebih efektif dibandingkan dengan penyerbukan
oleh Trigona sp. Hal ini disebabkan waktu kunjungan A. cerena pada bunga lebih lama
dibanding Tigona sp., sehingga proses penyerbukannya terjadi lebih lama dan lebih
efektif. Lebah Trigona mengunjungi bunga dalam kisaran waktu 15-50 detik/bunga
(Kun-Suk, 2004) sedangkan waktu kunjungan A. cerana 18.5 menit/bunga (Boonithe et
al., 2009). Penyebab lamanya waktu kunjungan A. cerena ialah ukuran tubuhnya yang
lebih besar dibanding Trigona sp. Serangga dengan ukuran tubuh besar memerlukan

Jurnal Inovasi Vol. 6 No. 2, Juli 2012 ISSN: 1979-1151


167

banyak serbuksari, sehingga waktu untuk mengumpulkan serbusari juga lebih lama. Hal
tersebut sesuai dengan yang ditemukan oleh Raw (2000) pada serangga Ceratina sp.
yang memiliki tubuh berukuran kecil. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
lebah dengan ukuran tubuh kecil mempunyai waktu berkunjung lebih cepat
dibandingkan lebah dengan ukuran tubuh besar.
Lebah lokal A. cerana merupakan penyerbuk terpenting karena aktif
mengumpulkan serbuksari dan nektar serta struktur tubuh berambut yang membantu
mengumpulkan serbuksari. Pada saat mengumpulkan serbuksari, A. cerana menyisir
benangsari dengan tungkainya, selanjutnya serbuksari dikumpulkan ke dalam keranjang
polen (pollen baskets) yang terletak pada sisi luar tibia tungkai belakang (Schoonhoven
et al., 1998). Trigona sp. tidak mempunyai struktur pollen basket, sehingga serbuksari
menempel di rambut-rambut pada seluruh permukaan tubuhnya (Roubik, 1989). A.
cerena dapat membawa 10-30 mg serbuksari atau 25-40 mg nektar dalam sekali
perjalanan. Kemampuan lebah membawa serbuksari tersebut karena didukung oleh
tubuh yang berambut dan struktur pollen basket pada tungkai ke tiga. Lebah madu A.
cerena dapat melakukan 10-15 kali perjalanan per hari, dan bahkan pada saat musim
tidak banyak bunga pencarian nektar dapat mencapai 150 kali per hari (Winston, 1987).
Setiap koloni lebah mengkonsumsi sekitar 20 kg serbuksari dan 60 kg nektar
setiap tahunnya. Berdasarkan teori pencarian pakan optimum (optimal foraging theory),
serangga mengumpulkan sebanyak mungkin makanan dengan energi dan waktu
seminimal mungkin. Lebah madu dalam pencarian pakannya menunjukkan adanya
flower constancy, yaitu kecenderungan mengunjungi bunga dari tanaman dalam satu
spesies dalam setiap perjalanan (Schoonhoven et al., 1998).

KESIMPULAN

1. Lebah madu lokal Apis cerana dan Trigona sp. banyak ditemukan di lahan pertanian
strawberry dan effektif sebagai penyerbuk bunga strawberry
2. Peningkatan populasi lebah madu lokal Apis cerana dan Trigona sp mampu
meningkatkan produksi buah strawberry
3. Peningkatan produksi buah strawberry pada tanaman yang penyerbukannya dibantu
oleh Apis cerana lebih tinggi dibanding oleh Trigona sp.

DAFTAR PUSTAKA

Aizen, S.A., S.A. Garibaldi, A. Cunningham and A.M. Klein. 2009. How much Does
Agriculture Depend on Pollinators? Lessons From Long-term Trends in Crop
Production. Ann. Bot. Vol. 103: 1579-1588.
Anonymous. 2006. Manual for Observing and Recording Insect Pollination as They
Forage. EMANCO. Ministry of Environment. Canada.
Boonithe, A., N. Juntawong, H. Penchaker and E. Huttinger. 2009. Floral Visits To
Select Crops by Four Apis Spescies and Trigona Sp in Thailand. Acta
Horticulturae. Vol. 288: 54-59.
Dafni, A. 1992. Pollination Ecology: A Practical Approach. Oxford Univ. Press. Oxford.

Jurnal Inovasi Vol. 6 No. 2, Juli 2012 ISSN: 1979-1151


168

Delaplane, K.S. and D.F. Mayer. 2000. Crop Pollination by Bees. CABI Publishing.
Oxon.
Kakutani, T., T. Inoue, T. Tezuka and Y. Maeta. 1993. Pollination of Strawberry by
Stingless Bee, Trigona minangkabau, and the honey Bee Apis mellifera. An
Experimentasl Study of Fertilization Effeciency. Research on Population Ecology.
Vol. 35 (1): 95-111.
Kun-Suk, W. 2004. Foraging behavior of stingless bees in Korea. Di dalam: Camaya
EN, Cervancia CR, editor. Bees for New Asia. Proceeding of the 7th Asian
Apiculture Assosiation Conference and 10th Beenet symphosium and technofora,
Laguna, 23-27 February 2004. Laguna: University of the Philippines Los banos
Bee Program and BEENET Philippines Foundation, Inc. p: 33-36.
Partap, U. 2006. Cash crop farming in the Himalayas: the importance of pollinator
management and managed pollination.
http:/www.fao.org/docrep/005/Y4586E/y4586e11.html.
Ramadhani, E.P., Purwatiningsih, R.C.C.H. Soesilohadi, S. Sastrodihardjo. 2000.
Evaluasi serangga penyerbuk tanaman pertanian. Prosiding Simposium
Keanekaragaman Hayati Arthropoda pada Sistem Produksi Pertanian. Cipayung,
16-18 Oktober 2000.
Rao, S.J. and W. Stephen. 2008. Seed physiology, Production and Technology. Annual
Review of Entomology. Vol. 53: 191-208.
Raw, A. 2000. Foraging behaviour of wild bees at hot pepper flowers (Capsicum
annuum) and its possible influence on cross pollination. Annals Bot. Vol.85: 487-
492.
Roselino, A.C., S.B. Santos, M. Hrncir and L.R. Bego. 2009. Differences Between the
Quality of Strawberries (Fragaria x ananassa) Pollinated by the Stingless Bee
Scaptotrigona aff. depilis and Nannotrigona testaceicornis. Genetics and
Molecular research. Vol. 8: 539-545.
Roubik, D. W. 1989. Ecology and Natural History of Tropical Bees.Cambridge Univ.
Press. New York.
Schoonhoven, L.M., T. Jermy, J.J.A. van Loon. 1998. Insect-Plant Biology, From
Physiology to Evolution. Chapman & Hall. London.
Slaa, E.J., L.J. Chaves, K.S. Malagodi-Braga. and F.E. Hofstede. 2006. Stingless Bees in
Applied Pollination : Practice and Prespectives. Apidologie. Vol. 37: 293-315.
Stubbs, C.S., & F.A. Drummond. 2001. Bombus impatiens (Hymenoptera: Apidae) an
alternative to Apis mellifera (Hymenoptera: Apidae) for lowbush blueberry
pollination. J. Econ. Entomol. Vol. 94: 609-616.
Widhiono, I., H. Pratiknyo dan E.A. Setyowati. 1992. Penentuan Ras Lebah Madu Lokal
(Apis cerana Fab.) yang Produkstif di Jawa Tengah. Laporan Hasil Penelitian.
Unsoed Purwokerto (Tidak dipublikasikan).
Winston, M.L. 1987. The Biology of the Honey Bee. Harvard Univ. Press. Cambridge.

Jurnal Inovasi Vol. 6 No. 2, Juli 2012 ISSN: 1979-1151

View publication stats

You might also like