Kajian Ekolinguistik Sikap Mahasiswa Terhadap Ungkapan Pelestarian Lingkungan Di Universitas Negeri Semarang

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

KAJIAN EKOLINGUISTIK SIKAP MAHASISWA

TERHADAP UNGKAPAN PELESTARIAN LINGKUNGAN


DI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Tommi Yuniawan, Masrukhi, & Alamsyah


Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS Universitas Negeri Semarang
tommy_unnes@yahoo.co.uk

ABSTRACT

Semarang State University became University of Conservation on 12 March 2012. This influences the policy-
making as well as efforts in socializing and empowering the entire campus community in creating and cement-
ing this conservation vision. There are some mottoes that are used to uphold the principle of protection, preser-
vation, utilization and sustainable development of natural resources and cultural arts, in order to preserve the
environment of this conservation campus, for example, " Salam Konservasi " which means go conservation,
"Thousand tree-planting movement,” " Pasar Krempyeng Nyeni” which promote the Arts of Krempyeng Mar-
ket, "On Campus: Let’s Walk or Cycle!", "Planting Trees, Planting Hope", "Motorcycle Free ". Student partici-
pation in developing the University of Conservation is one of the keys to successfully implement UNNES vi-
sion. In terms of quantity, the students occupy the largest portion compared to faculties and staffs. Reciprocal
changes occurred between the environment and the languages were learned through ecolinguistics study. Eco-
linguistic study examines the ecosystem as a part of the human life system (ecology) and the language used by
humans to communicate in their environment (linguistics). This means the students’ attitudes towards the con-
servation mottoes in campus will influence personal behaviours and communities of college students in
preserving the environments.

Keywords: ecolinguistics, conservation, student attitudes, mottoes of environmental conservation.

ABSTRAK

Universitas Negeri Semarang menjadi Universitas Konservasi pada 12 Maret 2012. Hal ini berimplikasi
adanya kebijakan dan upaya yang dilakukan untuk mensosialisasikan, memahamkan, serta menggerak-
kan seluruh warga kampus dalam mewujudkan dan mengokohkan visi konservasi ini. Artinya, ada
ungkapan-ungkapan yang digunakan untuk selalu menjunjung tinggi prinsip perlindungan, pengawetan,
pemanfaatan, dan pengembangan secara lestari terhadap sumber daya alam dan seni budaya, dalam pe-
lestarian lingkungan di kampus konservasi ini. Misalnya, “Salam Konservasi”, “Gerakan Tanam Seribu
Batang pohon”, “Pasar Krempyeng Nyeni”, “Di Kampus: Jalan Kaki atau Bersepeda, Yuk!”,
“Menanam Pohon, Menanam Harapan”, “Bebas Sepeda Motor”. Partisipasi mahasiswa dalam pengem-
bangan Universitas Konservasi merupakan salah satu kunci keberhasilan penerapan visi Unnes. Hal ini
disebabkan ditinjau dari segi kuantitas, mahasiswa menempati porsi paling banyak dibandingkan dengan
dosen dan tenaga kependidikan. Perubahan timbal balik antara lingkungan dan bahasa dipelajari melalui
kajian ekolinguistik. Kajian ekolinguistik mengkaji ekosistem yang merupakan bagian dari sistem ke-
hidupan manusia (ekologi) dengan bahasa yang dipakai manusia dalam berkomunikasi dalam ling-
kungannya (linguistik). Artinya, sikap mahasiswa terhadap ungkapan-ungkapan pelestarian lingkungan di
kampus konservasi akan mempengaruhi perilaku pribadi maupun komunitas mahasiswa dalam ber-
konservasi.

Kata kunci: ekolinguistik, konservasi, sikap mahasiswa, ungkapan pelestarian lingkungan.

Indonesian Journal of Conservation


Vol. 3 No. 1 - Juni 2014 [ISSN: 2252-9195]
Hlm. 41—49
41
Indonesian Journal of Conservation Vol. 3 No. 1 - Juni 2014

PENDAHULUAN sekarang. Dari segi ekologi, konservasi meru-


pakan pemanfaatan sumber daya alam untuk
Salah satu isu yang hangat dibicarakan sekarang dan masa yang akan datang. Dalam
banyak pihak dewasa ini adalah soal ling- konteks yang lebih luas, konservasi tidak
kungan. Betapa tidak, perubahan iklim hanya diartikan secara sempit sebagai menja-
(climate change) akibat efek rumah kaca berim- ga atau memelihara lingkungan alam
plikasi pada naiknya permukaan air laut, (pengertian konservasi fisik), tetapi juga
secara masif sangat mepengaruhi kehidupan bagaimana nilai-nilai dan hasil budaya
sosial di kawasan kepantaian termasuk di dirawat, dipelihara, dijunjung tinggi, dan
kawawan pegunungan. Hal tersebut semakin dikembangkan demi kesempurnaan hidup
menekan terjadinya pelbagai perubahan raga- manusia.
wi lingkungan. Upaya mewujudkan Unnes menjadi
Untuk menjawab hal tersebut, Univer- universitas konservasi sesungguhnya tidak
sitas Negeri Semarang (Unnes) telah men- lepas dari landasan yang bersifat filosofis.
deklarasikan sebagai Universitas Konservasi Alam semesta seisinya adalah ciptaan dan
pada 12 Maret 2012. Ada tujuh pilar kon- anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Alam
servasi, yakni (1) biodiversitas, (2) arsitektur memiliki cara sendiri untuk mengatur kese-
hijau & transportasi internal, (3) pengolahan imbangan pada dirinya. Sayangnya, perkem-
limbah, (4) nirkertas, (5) energi bersih, (6) bangan peradaban yang tidak bermoral me-
etika, seni dan budaya, dan (7) kader kon- nyebabkan kerusakan tatan alam yang ada.
servasi (Masrukhi dkk 2010:3). Secara etim- Untuk itu, Unnes mengambil inisiatif men-
ologis, istilah konservasi (conservation) berasal jadi un ive rsita s kon servasi. Menurut
dari kata con (together) dan servare (to keep, to Wahyudin dan Sugiharto (2010:86), universi-
save) yang dapat diartikan sebagai upaya me- tas konservasi adalah sebuah universitas yang
melihara yang kita miliki (to keep, to save what dalam pelaksanaan tridharma perguruan
we have), dan menggunakan milik tersebut tinggi mengacu pada prinsip konservasi
secara bijak (wise use). Secara leksikal, kon- (perlindungan, pengawetan, dan pemanfaa-
servasi dimaknai sebagai (1) tindakan untuk tan secara lestari) sumber daya alam dan seni
melakukan perlindungan atau pengawetan budaya serta berwawasan ramah lingkungan.
dan (2) sebuah kegiatan untuk melestarikan Untuk itu, sebagai universitas konservasi
sesuatu dari kerusakan, kehancuran, ke- mempunyai tujuh pilar, yakni: (1) biodiversi-
hilangan, dan sebagainya (Masrukhi dan Ra- tas, (2) arsitektur hijau & transportasi inter-
hayuningsih 2010:8; Wahyudin dan Sugi- nal, (3) pengolahan limbah, (4) nirkertas, (5)
harto 2010:88; Handoyo dan Tijan 2010:15). energi bersih, (6) etika, seni dan budaya, dan
Richmond dan Bracker (2009:xiv) (7) kader konservasi. Dalam naskah
mengartikan konservasi sebagai suatu proses akademik ditegaskan bahwa Universitas
kompleks dan terus-menerus yang melibat- Konservasi memiliki tujuan yang akan
kan penentuan mengenai apa yang dipan- dicapai sarat muatan nilai yang sangat luhur
dang sebagai warisan, bagaimana ia dijaga, dan universal.
bagaimana ia digunakan, oleh siapa, dan un- Sejak menjadi Universitas Konservasi
tuk siapa. Warisan yang disebut dalam defin- tentunya banyak kebijakan dan upaya yang
isi tersebut tidak hanya menyangkut hal fisik dilakukan untuk mensosialisasikan, me-
tetapi menyangkut juga kebudayaan. Dengan mahamkan, serta menggerakkan seluruh war-
demikian, pengertian konservasi tidak seka- ga kampus dalam mewujudkan dan men-
dar menyangkut masalah perawatan, peles- gokohkan visi konservasi ini. Hal ini berim-
tarian, dan perlindungan alam, tetapi juga plikasi bahwa ada ungkapn-ungkapan yang
menyentuh persoalan pelestarian warisan digunakan untuk selalu menjunjung tinggi
kebudayaan dan peradaban umat manusia. prinsip perlindungan, pengawetan, pem-
Menurut Handoyo dan Tijan anfaatan, dan pengembangan secara lestari
(2010:16), konservasi juga dapat dipandang terhadap sumber daya alam dan seni budaya,
dari segi ekonomi dan ekologi. Konservasi dalam pelestarian lingkungan di kampus kon-
dari segi ekonomi berarti mencoba me- servasi ini. Misalnya, “Salam Konservasi”,
manfaatkan sumber daya alam untuk masa “Gerakan Tanam Seribu Batang pohon”, “Pasar

42
Kajian Ekolinguistik Sikap Mahasiswa… — Tommi Yuniawan, dkk.

Krempyeng Nyeni”, “Di Kampus: Jalan Kaki yang terdiri atas fisik: topografi suatu negara
atau Bersepeda, Yuk!”, “Paperless Policy”, (pesisir, lembah, daratan, dataran tinggi,
“Green Transportation”, “Green Architecture”, gunung), iklim, dan intensitas curah hujan,
“Its Great, Its Beatufiful, Its Unnes”, “Kader dasar ekonomis kehidupan manusia yang
Konservasi”, “Konservasi Budaya”, “Konservasi terdiri atas fauna, flora, dan sumber-sumber
Moral”, “Menanam Pohon, Menanam Hara- mineral; sedangkan lingkungan sosial terdiri
pan”, “Bebas Sepeda Motor”. atas berbagai kekuatan masyarakat yang
Partisipasi mahasiswa dalam pengem- membentuk pikiran dan kehidupan setiap
bangan Universitas Konservasi merupakan sa- individu di antaranya: agama, etika, bentuk
lah satu kunci keberhasilan penerapan visi organisasi politik, dan seni.
Unnes. Hal ini disebabkan ditinjau dari segi Bertolak dari keterangan di atas, dapat
kuantitas, mahasiswa menempati porsi paling disimpulkan bahwa kajian ekolinguistik
banyak dibandingkan dengan dosen dan memiliki parameter yaitu interrelationships
tenaga kependidikan. (interelasi bahasa dan lingkungan), environ-
Konservasi bahasa dalam lingkup ment (lingkungan ragawi dan sosial budaya)
ekolinguistik terinspirasi dari pemikiran and diversity (keberagaman bahasa dan ling-
Haugenian bahwa upaya penyelamatan ba- kungan) (Haugen dalam Fill dan Muhlhau-
hasa amat diperlukan karena kepunahan ba- sler 2001:1). Haugen (1970) dalam Mbete
hasa begitu cepat dalam satu dasawarsa (Fill (2009:11-12), menyatakan bahwa ekolinguis-
2001:44). Alasan perlunya upaya penyela- tik memiliki kaitan dengan sepuluh ruang
matan bahasa juga dinyatakan oleh Sinar kaji, yaitu: (1) linguistik historis komparatif;
(2010:70) bahwa “banyak bahasa daerah di (2) linguistik demografi; (3) sosiolin-
Indonesia berada di ambang kritis, semakin guistik; (4) dialinguistik; (5) dialektologi; (6)
sulit untuk “hidup,” bertahan, berfungsi, dan filologi; (7) linguistik preskriptif; (8)
terwaris secara utuh. Banyak nilai yang ter- glotopolitik; (9) etnolinguistik, linguistik an-
gusur dan punah. Belum lagi, dengan an- tropologi ataupun linguistik kultural (cultural
caman hegemoni dan dominasi beberapa ba- linguistics); dan (10) tipologi bahasa-bahasa di
hasa internasional, regional dan nasional, suatu lingkungan. Berdasarkan pembagian
semakin mendesak bahasa-bahasa minoritas. Haugen tersebut, penelitian ini ada terkait
Penelitian ini bertitik tolak dari per- dengan ruang kaji sosiolinguistik dan linguis-
spektif ekolinguistik. Menurut Mbete tik preskriptif (leksikografi).
(2009:2), “dalam perspektif ekolinguistik, Menurut Sapir dalam Fill dan
bahasa dan komunitas penuturnya dipandang Muhlhausler (2001:2), perubahan pada baha-
sebagai organisme yang hidup secara ber- sa itu tampak jelas teramati pada tataran
sistem dalam suatu kehidupan, bersama or- leksikon. Kelengkapan leksikon dari suatu
ganisme-organisme lainnya.” Teori-teori bahasa mencerminkan sebagian besar karak-
yang digunakan dalam penelitian ini merupa- ter lingkungan ragawi dan karakteristik sosial
kan paduan teori linguistik dan ekologi, se- serta budaya masyarakat penuturnya. Pada
bagaimana dinyatakan oleh Fill (1993:126) tataran leksikon, dinamika dan perubahan
dalam Lindo dan Simonsen (2000:40) bahwa bahasa dipengaruhi oleh tiga dimensi (Lindø
ekolinguistik merupakan sebuah payung bagi dan Bundegaard, 2000: 10-11), yakni (a) di-
semua penelitian mengenai bahasa yang mensi ideologis, (b) dimensi sosiologis, (c)
ditautkan dengan ekologi. Dalam the Ecology dimensi biologis.
of Language Shift, Mackey dalam Fill dan Menurut Al-Gayoni (2010: 25), peru-
Muhlhausler (2001:67) menjelaskan bahwa bahan ragawi lingkungan juga turut
ekologi bahasa, konsep ekologi memadukan mempengaruhi penggunaan bahasa para pe-
lingkungan, konservasi, interaksi, dan sistem nuturnya. Muhlhausler (1996:3) menyebut-
dal am bah asa (Fill da n Mu hl hau s ler kan bahwa ada empat hal yang memung-
2001:43). kinkan hubungan antara bahasa dan ling-
Lingkungan bahasa dalam ekolinguis- kungan, yaitu: (1) bahasa bersifat bebas dan
tik meliputi lingkungan ragawi dan sosial sarat makna; (2) bahasa diciptakan oleh
(Sapir dalam Fill dan Muhlhausler, 2001:14). dunia ; (3) dunia diciptakan oleh bahasa
Lingkungan ragawi menyangkut geografi (pandangan kaum strukturalis dan pos-

43
Indonesian Journal of Conservation Vol. 3 No. 1 - Juni 2014

strukturalis); (4) bahasa saling berhubungan


dengan dunia (keduanya saling menyusun METODE PENELITIAN
dan tersusun tetapi kadang juga bersifat
bebas). Penelitian ini menggunakan pendekaan
Sukara (2007:xii) menyatakan bahwa kualitatif. Hasil analisisnya dari kenyataan
hubungan manusia dengan alam baik secara empiris yang diperoleh di lapangan untuk
sosial, indologikal maupun secara organ- kemudian dilakukan abstraksi dan penarikan
isasional, perlu mendapatkan perhatian un- kesimpulan. Penelitian ini melibatkan re-
tuk dikembangkan dalam menyusun strategi sponden dari kalangan mahasiswa Unnes
pengelolaan sumber daya alam. Persepsi ini yang tersebar pada 8 fakultas. Tiap-tiap
merupakan faktor dalam yang memengaruhi fakultas diambil 50 mahasiswa dengan rasio
perilaku individu maupun kelompok sosial. laki-laki 25 orang dan perempuan 25 orang.
Artinya, sikap mahasiswa terhadap ungkapan Mahasiswa yang dijadikan responden dalam
-ungkapan pelestarian lingkungan di kampus penelitian ini adalah mahasiswa semester III
konservasi akan mempengaruhi perilaku ke atas. Hal ini diasumsikan mahasiswa se-
pribadi maupun komunitas mahasiswa dalam mester IIItelah memahami dan beradaptasi
berkonservasi. dengan lingkungan Unnes sebagai universitas
Berdasarkan latar belakang ma- konservasi.
salah tersebut, banyak hal yang dapat diana- Data penelitian dikumpulkan dengan
lisis dalam penelitian ini. Untuk membatasi teknik wawncara untuk memperoleh data
masalah dalam penelitian, rumusan masalah pengetahuan mahasiswa terhadap ungkapan-
yang dikaji yaitu: bagaimanakah penge- ungkapan pelestarian lingkungan di kampus
tahuan mahasiswa terhadap ungkapan- konservasi dengan bantuan kuesioner ter-
ungkapan pelestarian lingkungan di kampus struktur. Di samping itu perolehan data juga
konservasi? dan bagaimanakah sikap maha- dilakukan melalui tes kompetensi leksikal
siswa terhadap ungkapan-ungkapan pelestari- pelestarian lingkungan.
an lingkungan di kampus konservasi? Penelitian ini menggunakan model an-
Penelitian ini bertujuan memaparkan penge- alisis interaktif, yaitu bentuk interaksi pada
tahuan mahasiswa terhadap ungkapan- tiga komponen; reduksi data, sajian data, dan
ungkapan pelestarian lingkungan di kampus verifikasi data. Kegiatan ini dilakukan selama
konservasi dan menguraikan sikap maha- proses pengumpulan data. Jika dirasa kurang
siswa terhadap ungkapan-ungkapan pelestari- mantap terhadap kesimpulan (verifikasi data)
an lingkungan di kampus konservasi karena mungkin kelemahan dalam pereduk-
Penelitian ini diharapkan mempunyai sian dan penyajian data, dilakukan penggali-
manfaat manfaat teoretis dan praktis. Secara an terhadap field note. Sekiranya cara yang
teoretis, penelitian ini diharapkan akan mem- terakhir pun tidak ditemukan, maka akan
berikan konstribusi terhadap khazanah dilakukan pengumpulan data lagi bagi pen-
perkembangan teori bahasa dan ekolinguis- dalaman analisisnya.
tik. Secara praktis, hasil penelitian ini akan
dimanfaatkan oleh Universitas Negeri Sema-
rang sebagai Universitas Konservasi guna per-
baikan sistem dan tata kelola dalam pengem- HASIL DAN PEMBAHASAN
bangan dan tindak lanjut kelembagaan, khu-
susnya untuk mewujudkan dan menguatkan Pengetahuan Mahasiswa tentang Konserva-
visi konservasi. Di sisi yang lain, penelitian si
ini tidak hanya bermakna bagi manusia, teta-
pi juga bagi pelestarian alam. Hal ini penting Pengetahuan mahasiswa tentang kon-
dilakukan sebagai bentuk kearifan ekologi di servasi di Universitas Negeri Semarang di-
kampus konservasi. Kearifan ekologi adalah manifestasikan dalam dua hal pokok. Per-
segala tindakan warga kampus dalam me- tama, pengetahuan tentang kampus kon-
langsungkan kehidupan yang selaras dengan servasi. Kedua pengetahuan tentang tujuh
lingkungan. pilar konservasi. Pada aspek pengetahuan
tentang kampus konservasi, terdapat bebera-

44
Kajian Ekolinguistik Sikap Mahasiswa… — Tommi Yuniawan, dkk.

Tabel 1. Rata-Rata Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Perfakultas tentang Kampus Konservasi

Aspek Kampus Konservasi FIP FBS FIS FMIPA FT FIK FE FH

Visi Unnes sebagai universi-


74.00 70.40 78.40 75.60 70.40 76.80 84.80 84.00
tas konservasi

Kebijakan Rektor tentang


69.20 68.00 74.00 70.40 67.60 71.20 68.80 76.80
Universitas Konservasi

Kebijakan Rektor tentang


Tata Kelola Kampus Ber- 63.20 66.40 69.20 65.60 61.60 65.20 55.60 74.40
basis Konservasi

Program-program untuk
mewujudkan kampus kon- 65.20 68.00 76.00 66.80 65.20 70.40 66.80 76.80
servasi

Rata-Rata 67.90 68.20 74.40 69.60 66.20 70.90 69.00 78.00

pa indikator, yakni (1) pengetahuan tentang kat pemahaman tentang kampus konservasi
visi Unnes sebagai universitas konservasi; (2) dicapai oleh mahasiswa dari Fakultas Ma-
Kebijakan Rektor tentang Universitas Kon- tematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (rerata
servasi; (3) Kebijakan Rektor tentang Tata
=69,60). Peringkat kelima sampai kedelapan
Kelola Kampus Berbasis Konservasi; (4) Pro-
gram-program untuk mewujudkan kampus secara beruruta diraih oleh mahasiswa
konservasi. Secara keseluruhan rata-rata skor Fakultas Ekonomi (rerata =69), Fakultas Ba-
pemahaman pada aspek pertama yang hasa dan Seni (rerata =68,20), Fakultas Ilmu
tertinggi terdapat pada aspek “visi Unnes se- Pendidikan (rerata=67,90), dan Fakultas
bagai Universitas Konservasi” (rerata =76,8). Teknik (rerata =66,2). Setelah dianalisis lebih
Sementara itu, pemahaman yang terendah lanjut, terdapat beberapa kesamaan dalam
adalah pada aspek “kebijakan Rektor tentang
aspek kampus konservasi untuk tiap fakultas
tata kelola kampus berbasis konserva-
si” (rerata =65,15). Kemudian, “kebijakan seperti pada tabel 1.
rektor tentang Universitas Konservasi” be- Dari tabel 1 atas tampak bahwa ke-
rada peringkat kedua (rerata =70,75) dan cenderungan tiap fakultas bahwa rata-rate
“program-program untuk mewujudkan kam- tertinggi adalah pada pengetahuan tentang
pus konservasi” berada pada peringkat keem- visi Unnes sebagai Universitas Konservasi.
pat (rerata =69,4) Kemudian kecenderungan terendah adalah
Pengetahuan terhadap kampus kon- tentang aturan konservasi, baik aturan ten-
servasi apabila dijabarkan pada tiap fakultas tang universitas konservasi ataupun aturan
tentang tata kelola kampus berbasis konserva-
menunjukkan data yang beragam. Tingkat
si.
pengetahuan terhadap konservasi pada per- Aspek kedua setelah pengetahuan ten-
ingkat pertama diduduki oleh mahasiswa tang kampus konservasi adalaha aspek
dari Fakultas Hukum (rerata =78). Kemudi- pengetahuan tentang pilar konservasi. Penge-
an peringkat kedua dengan rerata 74,40 di- tahuan tentang ini penting karena
raih oleh mahasiswa dari Fakultas Ilmu So- hakikatnya, universitas konservasi ditopang
sial. Pada peringkat ketiga mahasiswa oleh pilar-pilar konservasi. Ke tujh pilar kon-
servasi tersebut adalah (1) Konservasi Biodi-
Fakultas Ilmu Keolahragaan mencapai rerata
versitas, (2) Arsitektur hijau dan sistem trans-
70,90. Pada peringkat keempat rata-rata ting- portasi internal, (3) Pengelolaan Limbah, (4)
45
Indonesian Journal of Conservation Vol. 3 No. 1 - Juni 2014

Kebijakan Nirkertas, (5) Energi Bersih, (6) adalah mahasiswa Fakulas Ilmu Sosial
Konservasi Etika, Seni, dan Budaya, (7) Ka- (rerata=70,01). Sementara itu rata-rata
derisasi Konservasi. pengetahuan tentang pilar konservasi di
Pengetahuan mahasiswa tentang pilar
enam fakultas lain ternyata masih di bawah
konservasi yang tertinggi adalah pada pilar
70. Hal ini tampak dari rata-rata tingkat
kaderisasi konservasi (=65,98). Kemudian
pengetahuan pada tertinggi ketiga, yakni dari
pengetahuan tertinggi kedua adalah pada
Fakultas Ilmu Pendidikan (rerata=65,04).
konservasi etika, seni, dan budaya
Kemudian tertinggi keempat adalah FMIPA
(rerata=65,73). Urutan tertinggi ketiga adalah
(rerata=64,31). Tertinggi kelima diduduki
konservasi biodiversitas (rerata=65,38). Se-
oleh mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni
mentara itu peringkat tertinggi keempat sam-
(rerata=63,91). Peringkat keenam oleh maha-
pai ketujuh secara berturut-turut adalah ener-
siswa Fakultas Teknik (rerata=62,71). Pering-
gi bersih (rerata=65,03), arsitektur hijau dan
kat ketujuh oleh Fakultas Ilmu Keolahragaan
sistem transportasi internal (rerata=63,58),
(rerata=62,19), dan terakhir Fakultas
kebijakan nirkertas (rerata=63,15), dan tera-
Ekonomi (rerata=53,63). Bila dijabarkan
khir adalah pilar pengelolaan limbah
lebih rinci untuk fakultas dan pilar konserva-
(rerata=61,88). Dari keseluruhan tingkat
si, maka rata-rata tingkat pengetahuan maha-
pengetahuan mahasiswa ternyata ditemukan
siswa adalah sebagai berikut.
fakta bahwa keseluruhan pengetahuan masih
Apabila dianalisis lebih lanjut, ternyata
kurang dari skor 70. Hal ini berarti tingkat terdapat perbedaan tingkat pengetahuan dari
pengetahuan mahasiswa tentang konservasi pilar-pilar konservasi untuk tiap fakultas. Ke-
belum terlalu baik. cenderungan tingkat pengetahuan tentang
Rata-rata tingkat pengetahuan maha- pilar konservasi untuk tiapfakultas adalah
siswa tentang pilar konservasi jika dibedakan seperti pada tabel 3.
Dari tabel 3 tampak bahwa terdapat
tiap fakultas tampak pada gambar di bawah.
kecenderungan yang berbeda tiap fakultas
Dari gambar tersebut tampak bahwa rata-rata terkait pengetahuan konservasi. Hal ini rele-
pengetahuan tertinggi tentang konservasi van dengan keilmuan tiap fakultas, misalnya
diduduki oleh mahasiswa dari Fakultas di FMIPA rata-rata tingkat pengetahuan
Hukum (rerata=73,31) dan tertinggi kedua yang tertinggi adalah pada konservasi biodi-

Tabel 2. Rata-Rata Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Perfakultas tentang Pilar-Pilar Konservasi

Pilar Konservasi FIP FBS FIS FMIPA FT FIK FE FH


Konservasi Biodiversi- 63.70 63.20 69.40 66.00 64.30 63.10 59.60 73.70
tas
Arsitektur hijau dan 64.40 62.80 68.67 65.33 61.93 63.13 47.27 75.07
sistem transportasi in-
ternal
62.93 64.13 67.60 64.00 60.53 60.53 45.20 70.13
Pengelolaan Limbah
64.27 62.27 68.80 62.00 60.13 60.00 53.07 74.67
Kebijakan Nirkertas
66.40 64.13 71.47 65.33 64.67 64.53 48.93 74.80
Energi Bersih
Konservasi Etika, Seni, 66.00 66.13 70.40 62.00 63.73 61.87 63.47 72.27
dan Budaya
67.60 64.70 73.70 65.50 63.70 62.20 57.90 72.50
Kaderisasi Konservasi
Rata-Rata 65.04 63.91 70.01 64.31 62.71 62.19 53.63 73.31

46
Kajian Ekolinguistik Sikap Mahasiswa… — Tommi Yuniawan, dkk.

Tabel 3. Kecenderungan Rata-Rata Tertinggi dan Terendah terkait Pengetahuan tentang Pilar Kon-
servasi Perfakultas

No Fakultas Rata-Rata Pengetahuan Tertinggi Rata-Rata Pengetahuan Terendah


1 FIP Kaderisasi Konservasi Pengelolaan Limbah
2 FBS Konservasi Etika, Seni, dan Budaya Kebijakan Nirkertas
3 FIS Kaderisasi Konservasi Pengelolaan Limbah
4 FMIPA Konservasi Biodiversitas Kebijakan Nirkertas 
Konservasi Etika, Seni, dan Budaya
5 FT Energi Bersih Kebijakan Nirkertas
6 FIK Energi Bersih Kebijakan Nirkertas
7 FE Konservasi Etika, Seni, dan Budaya Pengelolaan Limbah
8 FH Arsitektur hijau dan sistem trans- Pengelolaan Limbah
portasi internal

versitas. Kemudian, rata-rata tingkat penge- diduduki oleh mahasiswa Fakultas Teknik
tahuan tertinggi pada Fakultas Bahasa dan (rerata =72,90), disusul dengan mahasiswa
Seni adalah pada konservasi etika, seni, dan Fakultas Ilmu Keolahragaan (rerata =72,70)
budaya. yang menduduki peringkat kelima. Peringkat
Namun demikian, kecenderungan rata- keenam, ketujuh, dan kedelapan masing-
rata tertinggi dan terendah tidak membuk- masing diduduki oleh mahasiswa Fakultas
tikan adanya hal yang bertentangan. Karena Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
dalam penelitian ini tidak melakukan kajian (rerata =71,99), mahasiswa Fakultas Bahasa
tentang hal tersebut. Penelitian ini hanya dan Seni (rerata =71,67), dan terakhir
melihat secara peringkat bagaimana tingkat Fakultas Ekonomi (rerata =65,26).
pengetahuan mahasiswa pada tiap fakultas Apabila keseluruhan hasil skor sikap
tentang pilar-pilar konservasi. Kecender- dijumlahkan dan dibagi perindikator kon-
ungan bahwa kaderisasi konservasi dan kon- servasi, maka ungkapan yang paling popular
servasi etika seni dan budaya muncul sebagai adalah dalam bidang etika, seni, dan budaya
pilar yang tertinggi di dua fakultas berbeda (rerata =87,3). Sementara itu, ungkapan yang
menunjukkan bahwa pengetahuan maha- paling tidak popular adalah dalam hal pub-
siswa tentang kaderisasi konservasi telah likasi konservasi (rerata = 64,98). Secara
baik. Ini disebabkan pengertian kaderisasi berurutan tingkat popularitas ungkapan kon-
telah sampai pada tingkat Himpunan Maha- servasi dari yang paling popular sampai pal-
siswa di jurusan-jurusan. Begitu pula yang ing asing adalah (1) etika, seni, dan budaya,
terjadi dengan konservasi etika, seni, dan bu- (2) kader konservasi, (3) pengelolaan limbah,
daya. (4) energi bersih, (5) biodiversitas, (6) arsi-
tektur hijau dan transportasi internal, (7)
nirkertas, dan (8) publikasi konservasi.
Sikap Mahasiswa tentang Ungkapan Kon- Ditinjau dari ungkapannya, berikut
servasi adalah 10 ungkapan paling popular dan 10
ungkapan paling tidak popular yang dipilih
Rata-rata skor sikap mahasiswa di oleh mahasiswa Universitas Negeri Sema-
delapan fakultas terhadap ungkapan menun- rang. 10 ungkapan popular dan tidak popular
jukkan bahwa rata-rata tertinggi sikap ter- menunjukkan adanya persebaran pemaham-
hadap ungkapan konservasi terdapat pada an mahasiswa terhadap konservasi di
mahasiswa Fakultas Hukum (rerata =76,91). berbagai bidang. Berikut adalah ungkapan
Peringkat kedua diduduki oleh Fakultas Ilmu terpopular dan tidak terpopular versi maha-
Sosial (rerata =76,15). Kemudian, pada uru- siswa.
tan ketiga, mahasiswa Fakultas Ilmu Pen-
didikan (rerata=73,66). Urutan keempat

47
Indonesian Journal of Conservation Vol. 3 No. 1 - Juni 2014

Tabel 4. 10 Ungkapan Terpopular dan Tidak Popular tentang Konservasi menurut Mahasiswa

10 Ungkapan Paling Popular 10 Ungkapan Paling Tidak Popular


Ranking
Ungkapan Rerata Ungkapan Rerata
1 Embung 88.55 Birdfeeder 55.3
2 Di Kampus: Jalan Kaki atau 87.05 Peta Tutupan Lahan 56.05
Bersepeda, Yuk!
3 Salam Konservasi 85.35 Birdwatching 56.7
4 Bebas Sepeda Motor 84.85 Sarasehan Selasa Legen 57.8
5 Gerakan Tanam Seribu Batang 84.75 Buletin Pelangi Konservasi 60.05
Pohon
6 Flora, Fauna 82.3 Etalase Konservasi 62.1
7 Sampah Organik, Sampah 82.3 Kicau Konservasi 63.2
Anorganik
8 Menanam Pohon, Menanam 81.55 Majalah Konservasi 63.35
Harapan
9 Konservasi Budaya 80.6 Green Corridor 64.1
10 Ramah Lingkungan 79.25 Bangunan Hemat Energi 64.8

SIMPULAN dibagi perindikator konservasi, maka ungka-


pan yang paling popular adalah dalam bi-
Kajian ekolinguistik mengkaji dang etika, seni, dan budaya. Sementara itu,
ekosistem yang merupakan bagian dari sis- ungkapan yang paling tidak popular adalah
tem kehidupan manusia (ekologi) dengan dalam hal publikasi konservasi . Secara
bahasa yang dipakai manusia dalam berko- berurutan tingkat popularitas ungkapan kon-
munikasi dalam lingkungannya (linguistik). servasi dari yang paling popular sampai pal-
Artinya, sikap mahasiswa terhadap ungkapan ing asing adalah (1) etika, seni, dan budaya,
-ungkapan pelestarian lingkungan di kampus (2) kader konservasi, (3) pengelolaan limbah,
konservasi akan mempengaruhi perilaku (4) energi bersih, (5) biodiversitas, (6) arsi-
pribadi maupun komunitas mahasiswa dalam tektur hijau dan transportasi internal, (7)
berkonservasi. Kecenderungan tiap fakultas nirkertas, dan (8) publikasi konservasi.
bahwa rata-rate tertinggi adalah pada penge-
tahuan tentang visi Unnes sebagai Universi-
tas Konservasi. Kemudian kecenderungan DAFTAR PUSTAKA
terendah adalah tentang aturan konservasi,
baik aturan tentang universitas konservasi Al Gayoni Yusradi Usman, 2010. Mengenal
ataupun aturan tentang tata kelola kampus Ekolinguistik. http.Ekolinguistik Diunduh
berbasis konservasi. Pengetahuan mahasiswa 12 Juni 2010.
Cooper, Robert L. 1989. Language Planning and
tentang pilar konservasi yang tertinggi adalah
Social Change. New York: Cambridge Uni-
pada pilar kaderisasi konservasi
versity Press.
Dari keseluruhan tingkat pengetahuan Dittmar, Nobert. 1976. Sociolinguistics. London:
mahasiswa ternyata ditemukan fakta bahwa Edward Arnold.
keseluruhan pengetahuan masih kurang dari
skor 70. Hal ini berarti tingkat pengetahuan Edwards, John. 1985. Language, Society, and Identi-
ty. Oxford: Blackwell.
mahasiswa tentang konservasi belum terlalu
baik. Rata-rata skor sikap mahasiswa di Fasold, Ralph. 1984. The Sociolinguistics of Society.
delapan fakultas terhadap ungkapan menun- Oxford: Basil Blackwell.
jukkan bahwa rata-rata tertinggi sikap ter- -------. 1990. The Sociolinguistics of Language. Ox-
hadap ungkapan konservasi terdapat pada ford: Basil Blackwell.
mahasiswa Fakultas Hukum. Apabila kese-
Fill, Alwin dan Peter Mühlhäusler. 2001. The Eco-
luruhan hasil skor sikap dijumlahkan dan
linguistics Reader Language,Ecology, and Envi-

48
Kajian Ekolinguistik Sikap Mahasiswa… — Tommi Yuniawan, dkk.

ronment. London: Continuum. Dalam Matrikulasi Program Magister


Handoyo, Eko dan Tijan. 2010. Model Pendidikan Linguistik Program Pascasarjana
Karakter Berbasis Konservasi:Pengalaman Uni- Universitas Udayana, 12 Agustus 2009.
versitas Negeri Semarang. Semarang: Univer- Miles, Matthew B dan A. Michael Huberman.
sitas Negeri Semarang Press bekerjasama 1988. Qualitative Data Analysis. Terjemahan
Penerbit Widya Karya. Tjetjep Rohendi Rohedi. 1992. Analisis Da-
Haugen, Einar. 1972. The Ecology of Language. ta Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia.
Stanford, California: Stanford University Moleong, Lexy J. 1990. Metodologi Penelitian
Press. Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakar-
Lindø, Anna Vibeke and Jeppe Bundsgaard (eds). ya.
2000. Dialectical Ecolinguistics Three Essays Richmond, Alison and Alison Bracker. 2009. Con-
for the Symposium 30 Years of Language and servation: Principles, Dilemmasand Uncomfort-
Ecology in Graz December 2000. Austria: able Truths. London: Victoria and Albert
Univerisity of Odense Research Group for Museum London.
Ecology, Language and Ecology. Sinar, Tengku Silvana. 2010. ”Ungkapan Verbal
Lindø, Anna Vibeke and Simon S. Simonsen. Etnis Melayu dalam Pemeliharaan Ling-
2000. “The Dialectics and Varieties of kungan.” Disampaikan dalam Internation-
Agency-the Ecology of Subject, Person, al Seminar Language, Literature, 35 and Cul-
and Agent. Dialectical Ecolinguistics Three ture in Southeast Asia. Diselenggarakan oleh
Essays for the Symposium 30 Years of Language Prodi Linguistik USU dan Phuket Ra-
and Ecology in Graz December 2000. Austria: jabhat University Thailand, Thailand 3-5
Univerisity of Odense Research Group for Juni 2010.
Ecology, Language and Ecology. Sudaryanto. 1993. Metode dan Teknik Analisis Ba-
Masrukhi dan Margaretha Rahayuningsih. 2010. hasa. Yogyakarta: Duta Wacana University
Universitas Konservasi: Wahana Pembangun Press.
Karakter Bangsa (Sebuah Renungan Dies Na- Suparwa, I Nyoman. 2010. Ekologi Bahasa dan
talies Unnes ke-45). Semarang: Unnes. Pengaruhnya dalam Dinamika Kehidupan
Mbete, Aron Meko. 2002. “Ungkapan-Ungkapan Bahasa Melayu Loloan Bali. Fakultas Sas-
dalam Bahasa dan Fungsinya dalam Me- tra Universitas Udayana. Dalam http://
lestarikan Lingkungan.” Linguistika. Vol. 9: ejournal.unud.ac.id/abstrak/
No. 17. Program Studi Magister dan ekologilkp.pdf.
Doktor Linguistik Universitas Udayana, Wahyudin, Agus dan DYP Sugiharto. 2010. Un-
September 2002. Hlm. 174-186. nes Sutera: Pergulatan Pikir Sudijono Sastroat-
Mbete, Aron Meko. 2009. “Selayang Pandang modjo Membangun Universitas Sehat, Unggul,
Tentang Ekolinguistik: Perspektif dan Sejahtera. Semarang: Unnes Press.
Kelinguistikan yang Prospektif.” Bahan
Untuk Berbagi Pengalaman Kelinguistikan

49

You might also like