1 SM

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI

MELALUI KEGIATAN MERONCE MENGGUNAKAN MANIK-MANIK


PADA KELOMPOK B2 DI TK AL- HAMID KECAMATAN KAWALU
KOTA TASIKMALAYA
Ghina Khansa Khayyirah1, Sumardi2, Elan3, Gilar Gandana4
1
Program Studi PGPAUD UPI Kampus Tasikmalaya
2
Program Studi PGPAUD UPI Kampus Tasikmalaya
3
Program Studi PGPAUD UPI Kampus Tasikmalaya

Email : ghinakhansa96@gmail.com

(Received: November 2018; Accepted: November 2018; Published: Desember 2018)

ABSTRACT
Motoric skills are abilities that involve muscles in certain body parts such as fingers. One activity that can
improve the motoric skills of early childhood is through meronce activities using beads. This study aims to
describe the ability of teachers in planning the learning of motoric skills of early childhood through the
activity of meronce in group B2 in TK Al-Hamid, describing the ability of teachers in the process of learning
fine motor skills of early childhood through meronce using beads in group B2 in TK Al-Hamid, and describes
the teacher's ability to improve the motoric skills of early childhood through meronce using beads in the B2
TK Al-Hamid group. The motoric aspects studied include second-hand motion skills, limb movement skills
related to fingers, and skills that are able to coordinate the eyes with the hands. This type of research is
Classroom Action Research. With the research model of Kemmis and Mc. Taggart. Data analysis in this study
researchers used qualitative data and quantitative data. The subjects in this study were 10 early childhood
children from B2 TK TK Al-Hamid group, namely 7 boys and 3 girls. The results of this study indicate that
children's motoric skills have increased after being given meronce activities using beads.

Keywords: Early Childhood, Motoric Skill, MeronceActivities

ABSTRAK
Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang melibatkan otot-otot pada bagian tubuh tertentu seperti
jari tangan. Salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia dini yaitu
melalui kegiatan meronce menggunakan manik-manik. Penelitian ini bertujuan untuk peningkatan
kemampuan motorik halus anak usia dini melalui egiatan meronce memnggunakan manik-manik pada
kelompok B2 di Tk Al- Hamid Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya. Aspek motorik halus yang diteliti
antara lain, keterampil dalam menggunkan jari-jemari tangan untuk melakukan aktivitas, terampil dalam
menggerakkan jari-jemari tangan, terampil dalam mengerakan kedua tangan, pengendalian gerak, melakukan
gerakan terkoordinasi terkontro, terampil dalam kecermatan dan ketepatan.. Jenis penelitian ini yaitu
Penelitian Tindakan Kelas. Dengan model penelitian Kemmis dan Mc. Taggart. Analisis data dalam
penelitian ini peneliti menggunakan data kualitatif dan data kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah
anak usia dini kelompok B2 Tk Al- Hamid berjumlah 10 orang, yaitu 6 orang anak laki-laki dan 4 orang
anak perempuan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kemampuan motorik halus anak mengalami
peningkatan setelah diberikan kegiatan meronce menggunakan manik-manik.

Kata kunci : Anak Usia Dini, Motorik Halus, Meronce

Copyright © Jurnal PAUD Agapedia, Vol.2 No. 2 Desember 2018 Page 150
1. PENDAHULUAN keterampilandan keteramipilan
Sujiono, (2013, hlm.6) motorik. Oleh karena itu para
menyatakan “Anak usia dini adalah pendidik sudah seharusnya
sosok individu yang sedang menjalani memberikan perhatian dan perlakuan
suatu proses perkembangan dengan yang tepat kepada anak prasekolah
pesat dan fundamental bagi kehidupan sesuai dengan tahap
selanjutnya”. perkembangannya.
Salah satu perkembangan
Anak usia dini memiliki otak yang ada pada pendidikkan anak usia
dua kali lebih aktif dibandingkan dini yaitu perkembangan motorik.
dengan orang dewasa. Dengan Menurut Beaty (2013, hlm.
demikian otak anak mampu 236) menyatakan bahwa “Motorik
menyerap informasi dengan cepat halus merupakan perkembangan
dibandingkan dengan orang dewasa. melibatkan otot-otot halus yang
Maka dari itu anak diperlukan melibatlan tangan dan mata”.
stimulus atau rangsangan yang Kemampuan motorik halus
sesuai dengan tahap merupakan kemampuan yang
perkembangannya. Seperti yang di melibatkan otot-otot kecil atau
paparkan oleh Suyadi dan Ulfah kemampuan yang melibatkan otot-
(2016, hlm. 3) “Ketika lahir sel-sel otot halus pada bagian tubuh tertentu
otak bayi berjumlah sekitar 100 seperti jari tangan yang digunakan
miliar, tetapi belum saling untuk menulis, meremas dan
berhubungan kecuali hanya sedikit, menggenggam.
yaitu hanya sel-sel otak yang Anak Usia 5-6 tahun diharapkan
mengendalikan detak jantung, telah mampu menguasai beberapa
pernafasan, gerak refleks, kemampuan motorik halus, seperti
pendengaran, dan naluri hidup. Saat menggambar sesuai gagasannya,
anak usia 3 tahun otak anak bagaikan meniru bentuk, melakukan
spons yang siap menyerap apapun eksplorasi dengan berbagai media
yang dirangsang oleh lingkungan dan kegiatan, menggunakan alat tulis
sekitarnya. Oleh karena itu, dan alat makan dengan benar,
diperlukan beragam stimulus atau menggunting sesuai dengan pola,
rangsangan berupa suara (lagu/nada), menempel gambar dengan tepat, dan
gambar, bentuk dan lain-lain. mengekspresikan diri melalui
perkembangan intelektual, sosial gerakan menggambar secara rinci
emosional, bahasa dan juga seni.
(Permendikbud Nomor 137 Tahun
Namun, jika kita salah dalam
memberikan arahan dan bimbingan
2014).
maka akan memberikan dampak negatif Salah satu kegiatan yang tepat
dalam jangka panjang dan sulit untuk
dalam meningkatkan montorik halus
diperbaiki.
yaitu kegiatan meronce. Karena
Undang-undang Sistem kegiatan meronce melibatkan tangan
Pendidikan Nasional No. 20 Tahun dan mata. Menggunakkan kegiatan
2003 adalah kelompok manusia meronce juga dapat menstimulus
yang berusia 0 sampai dengan 6 ketangkasan dalam menggunakan
tahun. Anak Usia Dini merupakan jari jemari.
kelompok anak yang berada dalam Meronce merupakkan pekerjaan
proses pertumbuhan dan yang mencerminkan wujud
perkembangan yang bersifat unik, penghargaan terhadap keindahan
artinya memiliki pola pertumbuhan benda-benda alam. Meronce adalah
dan perkembangan yang terdapat 6 teknik membuat benda pakai/hias
(enam) aspek perkembangan anak dari bahan mank-manik, biji-bijian
usia dini, yaitu kesadaran personal, atau bahan lain yang dapat dilubangi
kesehatan emosional, sosialisasi, dengan alat tusuk sehingga dapat
komunikasi, koginisi dan dipakai. Meronce dalam proses
pembelajaran anak usia dini dapat
Copyright © Jurnal PAUD Agapedia, Vol.2 No. 2 Desember 2018 Page 151
melatih anak berkonsentrasi. Menurut hasil observasi dan
Aktivitas meronce memiliki wawancara, pada kenyataanya di TK Al-
kelebihan diantaranya: meronce Hmaid Kecamatan Kawalu Kota
mampu mengasah kemampuan Tasikmalaya sebagian besar dari jumlah
kognitif anak, sebagai sarana anak kemampuan motorik halus nya
masih rendah, terlihat dari anak yang
menyiapkan anak membaca, dan masih belum bisa memasukkan tali sepatu
melatih ketelitian anak. Meronce kedalam lubang, dan ketika anak
juga bermanfaat untuk melatih memegang pensil.
imajinasi anak melalui bentuk dan Berdasarkan permasalahan di atas
bahan. Dengan meronce dapat maka penulis mempunyai alternatif untuk
melatih ketelitian melalui melakukan penelitian tindakan kelas
kecermatan merangkai serta (PTK) yaitu peningkatan kemampuan
menyusun benda dan menyatakan motorik halus melalui kegiatan meronce
keinginan terhadap benda yang di menggunakan manik-manik. Kegiatan
minta. (Pamadhi dan Sukan, 2015, meronce merupakan salah satu kegiatan
hlm. 13). yang berkaitan dnegan motoik halus
dalam pendidikan anak usia dini.
Dengan demikian kegiatan Denegan dilakukannya kegiatan motorik
meronce dapat mendorong anak untuk halus melalui kegiatan mronce
menggunakan manik-manik maka anak
mengembangkan daya cipta yang ada
dapat melatih kelenturan jari-jemari dan
di dalam dirinya. Kemampuan dalam juga dapat memfokuskan pandangan
motorik halus anak dapat pada saat memasukkan bahan meronce ke
mengembangkan otot-otot jari tangan. dalam benang. Hal ini diperkuat dengan
Oleh karena itu anak seharunya peneliti Bakti Arum Mumpuni yang
diberi kesempatan untuk meronce berjudul Peningkatan Keterampilan
sehingga gerakannya dapat diperhalus Motorik Halus Melalui Kegiatan
melalui pengulangan dan latihan. Meronce Menggunakan Bahan Tanah
Memurut Observasi dan Liat Pada Kelompok B TK Yayasan
wawancara yang dilakukan di TK Al- MAsyithoh Beran Bugel Kulon Progo
Hamid Kelurahan Gunung Gede Tahun .
Kecamatan Kawalu Kota Sumanto (dalam Bakti 2014
Tasikmalaya, anak-anak kurang hlm. 30) Meronce adalah pembuatan
terampil dalam mengembangkan benda hias atau benda pakai yang
motorik halus dalam kegiatan dilakukan dengan menyusun bagian-
meronce. Mengekspresikan diri dan bagian bahan berlubang atau sengaja
berkreasi dengan berbagai idea tau dilubangi memakai bantuan benang,
gagasan dengan menggunakan manik- tali dan sejenisnya (Sumanto dalam
manik menjadi suatu karya seni yang Bakti ).
bertujuan untuk meningkatkan Berangkat dari pemikiran di atas,
motorik halus anak melalui kegiatan peneliti terdorong untuk melakukan
meronce. Dengan kegiatan ini anak penelitian mengenai perkembangan
dapat menyalurkan perasaan dan motorik halus anak melalui kegiatan
menicptakan keindahan. Kegiatan meronce menggunakan manik-manik
akan dilaksanakan kegiatan apa yang pada kelompok B2 Tk Al- Hamid
akan dilakukan bersama anak-anak Kecamaatn Kawalu Kota Tasikmalaya.
dikelas
2. TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan uraian diatas, Menurut National Association
penulis akan meneliti dan mengamati for the Education Young Children
proses pembelajaran yang akan (NAEYC) dalam Susanto (2017, hlm.
dilakukan dengan judul “Peningkatkan 1) “Anak usia dini (early childhood)
Motorik Halus Anak melalui Kegitan merupakan yang berada pada usia nol
Meronce Menggunakan Manik-manik sampai dengan delapan tahun. Pada
di Kelompok B2 TK Al- Hamid masa tersebut merupakan proses
Kecamatan Kawalu Kota
pertumbuhan dan perkembangan dalam
Tasikmalaya”.

Copyright © Jurnal PAUD Agapedia, Vol.2 No. 2 Desember 2018 Page 152
berbagai aspek dalam rentang motorik halus merupakan
kehidupan manusia. keterampilan-keterampilan yang
memerlukan kemampuan untuk
Dari pendapat di atas, maka mengontrol otot-otot kecil atau halus
dapat disimpulkan anak usia dini untuk mencapai pelaksanaan
adalah sosok individu yang masa keterampilan yang berhasil. Pendapat
kemampuan dan perkembangannya dari berbagai pihak tersebut, dapat
harus tercapai baik itu dalam disimpulkan bahwa kemampuan
kemampuan kognitif maupun motorik halus adalah keadaan di mana
psikomotor juga sosialnya. Oleh anak mampu melakukan gerakan
karena itu kita sebagai orang tua harus melalui penggunaan otot-otot kecil
memberikan stimulus yang tepat atau anggota tubuh tertentu dengan
sesuai dengan usia dan kecermatan dan koordinasi yang baik
perkembangannya. seperti keterampilan menggunakan
tangan.
Santrock (dalam Soetjiningsih
2012, Hlm. 2) mengemukakan bahwa Perkembangan motorik halus
‘perkembangan adalah pola perubahan anak pada usia 5-6 tahun sudah dapat
yang dimulai sejak pembuahan dan menguasai beberapa kemampuan
terus berlanjut di sepanjang rentang motorik halus anak, seperti
kehidupan individu’. menggambar sesuai gagasannya,
Seperti yang dipaparkan di atas, meniru bentuk, melakukan eksplorasi
dapat disimpulkan bahwa dengan berbagai media dan kegiatan,
perkembangan motorik halus anak menggunakan alat tulis dan alat
meliputi : nilai moral agama, fisik- makan dengan benar, menggunting
motorik, kognitif, bahasa, sosial- sesuai dengan pola, menempel gambar
emosiaonal, serta seni. Semua aspek dengan tepat, dan mengekspresikan
tersebut harus dapat terpenuhi oleh diri melalui gerakan menggambar
anak usia dini. Salah satunya aspek secara rinci (Permendikbud Nomor
perkembangan motorik, oleh karena 137 Tahun 2014).
itu peneliti lebih fokus kepada
perkembangan motorik. Dapat disimpulkan bahwa
gerakkan motorik halus adalah
Corbin dalam Ms Sumantri gerakkan yang hanya melibatkan otot-
(2005, Hlm. 48) berpendapat bahwa otot kecil. seperti keterampilan
perkembangan motorik adalah menggunakan jari jemari dan
perbahan kemampuan gerak dari bayi gerakkan pergelangan tangan , mampu
sampai dewasa yang melibatkan mengkoordinasikan mata dengan
motorik meliputi perkembangan otot tangan, serta mampu mengendalikan
kasar atau gross muscle dan otot halus emosi saat melakukan kegiatan yang
atau fine muscle yang sekarang berhubungan dengan motorik halus.
umumnya disebut motorik kasar dan Maka dari itu sesuai dengan uraian di
motorik halus. atas peneliti memasukkannya pada
kisi-kisi instrumen penelitian ini.
Dapat disimpulkan dari
beberapa para ahli di atas bahwa Effiana Yuriastien, dkk (2009,
perkembangan motorik adalah hlm. 193) menyatakan bahwa ada
kemampuan gerak melalui otot besar beberapa manfaat dalam meronce,
dan otot halus di bagian-bagian tubuh. yaitu:
Perkembangan motorik meliputi
motorik halus dan motorik kasar. 1. Membantu kemampuan motorik
Dalam penelitia ini peneliti lebih halus. Saat anak melakukkan
fokus kepada kemampuan motorik kegiatan meronce anak mengambil
halus. butan tanah liat dan memasukkannya
ke dalamkubang dengan
Menurut Mahendra (dalam menggunakan tali.
Endayanti 2013 hlm. 20) kemampuan
Copyright © Jurnal PAUD Agapedia, Vol.2 No. 2 Desember 2018 Page 153
2. Melatih kooridnasi mata dengan Kelas (PTK). Bahri dalam Arifah
tangan. Anak menggunakan kedua (2017:23) “Penelitian tindakkan kelas
tanngan dan tangan. merupakan sebuah kegiatan yang
3. Meningkatan perhatian dan dilaksankan untuk mengamati
konsentrasi. Pada saat meronce, anak kejadian-kejadian dalam kelas untuk
membutuhkan latian dan konestrasi memperbaiki praktik dalam
saat memasukkan koordinasi mata pembelajaran agar lebih berkualitas
dan tangan dalam proses sehingga hasil belajar
Adapun aspek meronce menurt pun menjadi lebih baik”.
Pamadhi Hajar dari Sukardi Evan Dari penelitian tersebut dapat
(2014, hlm. 15): disimpulkan bahwa penelitian
1. Permainan, merangkai maupun tindakkan kelas merupakkan
meronce dapat berfungsi untuk pencermatan terhadap kegiatan atau
alat bermain anak, berbenda-benda kejadian-kejadian yag terjadi di kelas.
yang akan dirangkai tidak Desain penelitian yang dilakukan
diyunjukkan untuk kebutuhan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
tertentu melainkan untuk latihn Menurut (Trianto, 2011, hal. 13)
memperoleh yang rasa dan “penelitian tindakan kelas berasal dari
memahami keindahan. istilah bahasa inggris Classroom Action
Research, yang berarti penelitian yang
2. Kreasi dan komposisi, merangkai dilakukan pada sebuah kelas untuk
maupun meronce dapat berfungsi mengetahui akibat tindakan yang
untuk alat bermain anak, benda- diterapkan pada subjek penelitian di kelas
benda yang akan dirangkai tersebut”. Desain model penelitian
ditujukkan untuk kebutuhan diambil dari model Kemmis dan Mc.
tertentu melainkan untuk latihan Taggart.
memperoleh rasa dan memhami Data adalah hasil pencatatan
keindahan peneliti baik yang berupa fakta
3. Keindahan, aspek keindahan maupun nama bilangan , sedangkan
meronce terletak pada cara sumber data dalam penelitian adalah
menyusun benda-benda sebagai subjek dari mana data dapat diperoleh
komponen rangkaian perhatian (Arikunto, 2013, hlm.161). Dalam
4. Kerajinan dan ketekunan , penelitian ini, pengambilan data
menuntut kelatihan yaitu usaha berasal dari observasi dan catatan
memberikkan pelatihan menyusus, lapangan di TK Al- Hamid Kecamatan
menatya dalam bentuk rangkaian yang Kawalu Kota Tasikmalaya. data
sesuai dengan rancangan dan tidak primer diperoleh dari sumber data
mudah rusak susunannya. pertama (subjek atau objek penelitian)
yang langsung diambil. Sumber data
Berdasarkan uraian di atas dapat premier pada openelitian ini adalah
disimpukan bahwa meronce dapat guru dan murid dari TK Al- Hamid.
membantu meningkatkan kemampuan Data sekunder diambil dari data yang
motorik halus anak usia dini. Dengan sudah ada sebelumnya, data sekunder
meronce dapat melatih kooridinasi ini di ambil dari TK Al- Hamid
antara mata dan tangan dan juga dapat Kecamatan Kawalu Kota
meningkatkan konsntrasi anak karena Tasikmalaya. Data ini \pada umumnya
saat kegiatan meronce butuh kefokusan di dapat dari hasil wawancara dan
yang lebih pada saat memasukkan bersifat subjektif karena data tersebuyt
bahan meronce kedalam benang atau sesuai dengan penafsiran seseoraang
tali. Maka dari itu dalam penelitian ini yang berbeda
peneliti memilih kegiatn meronce untuk Menurut Sugiyono (2015, hlm.
meningkatkan kemampuan motorik 243) mengemukkan bahwa “dalam
halus. penelitian kuantitatif, teknik analisis
data yang digunakkan sudah jelas,
3. METODE yaitu diarahkan untuk menjawab
Desaim penelitian yang rumusan masalah atau menguji
dilakukkan yaitu Penelitian Tindakkan
Copyright © Jurnal PAUD Agapedia, Vol.2 No. 2 Desember 2018 Page 154
hipotesis yang telah dirumuskan
dalam proposal. Keterangan : NP = Nilai persen
yang dicari atau diharapkan, R= Skor
Data adalah bahan mentah yang mentah yang diperoleh, SM= Skor
harus di olah dan menghasilkan suatu maksimal ideal dari tes yang
informasi, fakta yang akurat. Jenis data bersangkutan, 100= Bilangan tetap.
terbagi menjadi dua yaitu kualitatif dan Sedangkan untuk menilai
kuantitatif. Dalam penelitian ini, peneliti kemampuan guru dalam merencanakan
menggunakan data kualitatif dan data pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,
kuantitatif. Data yang diperoleh yaitu data serta kegiatan peningkatan kemampuan
kualitatif dan kuantitatif. motorik halus anak, peneliti
Penelitian ini di lakukkan menggunakan penilaian yang sama
secara kolaboratif, yaitu hubungan dengan penilaian anak, yaitu diadaptasi
antara peneliti dan guru, permasalahan oleh Djamarah dan Zain.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang nantinya dapat dipecahkan
Penelitian tindakan kelas yang
bersama dan disolusiakan bersama.
telah dilaksanakan terdiri dari tiga siklus.
Penelitian Tindakkan Kelas Pelaksanaan pada siklus I berlangsung
pada tanggal 17 Mei 2018, pelaksanaan
yang digunakkan dalam penalitian ini
pada siklus II pada tanggal 21 Mei 2018,
yaitu model Kemmis dan Taggart dan pelaksanaan siklus III pada tanggal
dalam Arifah (2017:216) penelitian 28 Mei 2018. Penelitian ini yaitu kegiatan
ini dilaksanakan 3 siklus. Setiap siklus meronce menggunakan manik-manik
memiliki 4 tahapan, yaitu: (1) untuk meningkatkan kemampuan motorik
perencanaan, (2) tindakkan, (3) halus anak usia dini pada kelompok B2
pengamatan, (4) refleksi Tk- Hamid Kecamatan Kawalu Kota
Menurut Dimayati (2013) dalam Tasikmalaya.
Fauziyah (2017, hlm.40) sumber data 4.1 Kemampuan Guru dalam
ialah ‘subjek penelitian dimana darinya Merencanakan Pembelajaran
akan diperoleh data.’ Adapun sumber data
dalam penelitian ini adalah : RPPH 100
( Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran 80
Harian), Guru, dan Anak Usia Dini di
60
Kelompok 2 Tk Al- Hamid.
Teknik pengumpulan data yang 40
digunakan dalam penelitian ini yaitu : 20
Observasi, Catatan Lapangan, 0
Wawancara, Tes Kinerja, Dokumentasi. siklus siklus siklus
Menurut Sugiyono (2015, hlm. I II III
147) analisis data merupakan kegiatan
setelah data atau sumber data lain Gambar 4.1
terkumpul. Kegiatan dalam analisis data Diagram Perubahan Siklus I – Siklus III
adalah : mengelompokan data Kemampuan Guru dalam Perencanaan
berdasarkan jenis variabel dan responden, Pembelajaran
mentabulasi data berdasarkan variabel Kemampuan guru dalam
dari seluruh responden, menyajikan data merencanakan pembelajaran pada
dari tiap variabel yang diteliti, melakukan
penelitian tindakan kelas (PTK) ini
perhitungan untuk menjawab rumusan
masalah.Teknik analisis data yang dituangkan dalam tiga buah rencana
digunakan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH).
teknik analisis deskriptif kuantitatif. Pada tiga siklus tindakan, peningkatan
Adapun tata cara penghitungan skor kemampuan guru dalam merencanakan
melalui instrumen chek list dan LKA pembelajaran harian adalah sebagai
(Lembar Kerja Anak) mengenai berikut : pada siklus I jumlah skor yang
kemampuan motorik halus anak usia dini diperoleh guru dalam membuat
melalui kolase berbahan serbuk kayu. perencanaan pembelajaran harian adalah
Adapun rumus penghitungan persentase 10,8 dengan persentase 67,58% jumlah
yang diperoleh adalah sebagai berikut : tersebut belum mencapai indikator
keberhasilan yang telah ditentukan.
Kelemahan pada perencanaan
Copyright © Jurnal PAUD Agapedia, Vol.2 No. 2 Desember 2018 Page 155
pembelajaran harian pada siklus I yaitu arahan. Pada siklus II kelemahan-
pengembangan tema/sub tema dan kelemahan peneliti mulai diperbaiki,
penentuan metode yang dipilih kurang dan kemampuan melaksanakan
tepat sehingga berpengaruh terhadap kegiatan mengalami peningkatan
proses pembelajaran. Pada siklus II sebesar 0,5 dengan persentase 12,5%,
mengalami peningkatan sebesar 0,25 menjadi 8,8 dengan presentase 72,5%.
dengan persentase 6,3% jumlah skor Pada siklus II sudah mencapai tingkat
menjadi 11,8 dengan persentase 73,8%. pencapaian namun penelitian masih
Kelemahan pada siklus II yaitu tetapi dilanjutkan pada siklus III
pemanfaatan media pembelajaran sesuai karena kemampuan motorik halus anak
dengan bidang pengembangan.. Pada masih belum berkembang. Pada siklus
siklus III kekurangan tersebut dapat diatasi III kelemahan-kelemahan sudah
dan mengalami peningkatan sebesar 0,55 diperbaiki, kemampuan melaksanakan
dengan persentase 13,7% jadi pada siklus kegiatan pembelajaran mengalami
III jumlah skor menjadi 14,1 dengan peningkatan sebesar 0,7 dengan
persentase 87,5%. Jadi peningkatan persentase 17,5% sehingga jumlah skor
tertinggi terdapat pada siklus II ke siklus pada siklus III menjadi 10,8 dengan
III yaitu sebesar 0,55 dengan persentase persentase 90%. Sehingga dapat
13,7%. Hal ini terjadi karena pada siklus dinyatakan bahwa peningkatan
III upaya guru dalam memperbaiki kemampuan melaksanakan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian pembelajaran tertinggi yaitu siklus II
dilakukan dengan optimal. ke siklus III mengalami peningkatan
sebesar 0,7 dengan persentase 17,5%.
4.2 Kemampuan Guru dalam Proses 4.3 Kemampuan Guru dalam
Pembelajaran Meningkatkan Kemapuan Motorik
100 Halus Anak melalui Meronce
80 Menggunakan Manik-manik
60 100
40 80
20 60
0
40
siklus siklus siklus
20
I II III
0
Gambar 4.2. siklus I siklus siklus
Diagram Perubahan Siklus I – Siklus III
II III
Kemampuan Guru dalam Proses Pembelajaran
Kemampuan guru dalam proses Gambar 4.3
pembelajaran yaitu kegiatan Meronce Diagram Perubahan Siklus I - Siklus III
menggunakan manik-manik untuk Kemampuan Guru dalam Peningkatan
meningkatkan kemampuan motorik Kemampuan Motorik Halus Anak Usia
halus anak usia dini. Kemampuan Dini melalui Kegiatan Meronce
peneliti dalam melaksanakan kegiatan Menggunakan Manik-Manik
pembelajaran pada siklus I mencapai
7,1 dengan persentase 60%. Ada Dalam kemampuan guru dalam
beberapa aspek yang harus diperbaiki meningkatkan kemampuan motorik
yaitu : a. Memeriksa kesiapan siswa, b. halus melalui kegiatan meronce
Melakukan kegiatan apresiasi, c. menggunakan manik-manik pada siklus
Penguasaan materi pembelajaran, d. I sebesar 22 dengan persentase 39%
Pendekatan/strategi pembelajaran, e. masih terdapat banyak kekurangan dan
Pemanfaatan ssumber belajar/media masih perlu di perbaiki di siklus II.
pembelajaran, f. Pembelajaran yang Pada siklus II kelemahan kemampuan
memicu dan memelihara keterlibatan guru mulai diperbaiki, dan mengalami
siswa, g. Penilaian proses dan hasil peningkatan sebesar 23 dengan
belajar, h. Melakukan refleksi dengan persentase 41% sehingga jumlah skor
melibatkan siswa, i. Melaksanakan pada siklus II menjadi 45 dengan
tindak lanjut dengan memberikan persentase 80%. Pada siklus III
Copyright © Jurnal PAUD Agapedia, Vol.2 No. 2 Desember 2018 Page 156
mengalami peningkatan sebesar 7 perubahan tiap kriteria, dari BB (Belum
dengan persentase 13% sehingga berkembang) sebagian berpindah
jumlah skor pada siklus III menjadi 52 menjadi MB (Masih berkembang)
dengan persentase 93%. Terlihat bahwa meskipun masih ada anak yang kriteria
meningkatan guru dalam peningkatan BB (Belum berkembang), dari MB
motorik halus anak melalui kegiatan (Masih berkembang) berpindah menjadi
meronce menggunakan manik-manik BSH (Berkembang sesuai harapan)
dengan gain (rentang) tertinggi adalah meskipun masih ada anak yang kriteria
siklus I ke siklus II yaitu mengalami MB (Masih berkembang), kriteria BSH
peningkatan sebesar 23 dengan (Berkembang sesuai harapan) berpindah
persentae 41%. menjadi BSB (berkembang sesuai
harapan) sehingga pada siklus III semua
4.4 Peningkatan Kemampuan Motorik anak sudah mencapai kriteria BSH
Halus Anak Usia Dini (Berkembang sesuai harapan) dan BSB
Kemampuan motorik halus anak (Berkembang sangat baik).
usia dini dari kondisi awal sampai siklus
III mengalami peningkatan 100% 80%
100% 70% 87% 50%
50% 50%
50% 50%
50%
50%
50% 50%
50% 50% 20% 20%
50% 30% 0%0% 0% 0% 0% 0%0%
13% 13% 0%
0%0% 0%0% 0% 0%0%
0%

BB MB BSH BSB
BB MB BSH BSB
Gambar 4.5.
Gambar 4.4. Diagram Perubahan Pra Tindakan – Siklus III
Diagram Perubahan Pra Tindakan – Siklus III Indikator Terampil Menggerakan Jari-
Indikator Terampil Dalam Menggerakkan Jari- jemari Tangan
jemari Tangan Untuk Melakukkan Aktivitas Dari gambar 4.2. dapat
Dari diagram 4.1. dapat diketahui kriteria BB (Belum
diketahui kriteria BB (Belum berkembang) pada kondisi awal sebesar
berkembang) pada kondisi awal sebesar 80% (8 orang anak), pada siklus I
70% (7 orang anak), sedangkan pada sebesar 50% (5 orang anak), pada siklus
siklus I sebesar 50% (5 orang anak), II dan siklus III tidak ada satupun
pada siklus II dan III tidak ada satupun kriteria BB (Belum berkembang).
kriteria BB (Belum berkembang). Kriteria MB (Masih berkembang) pada
Kriteria MB (Masih berkembang) pada kondisi awal ssebesar 20% (2 orang
kondisi awal sebesar 30% (3 orang anak), siklus I sebesar 50% (5 orang
anak), sedangkan pada siklus I sebesar anak), siklus II sebesar 50% (5 orang
50% (5 orang anak), pada siklus II anak), dan pada siklus III tidak ada
sebesar 50% (5 orang anak), dan pada satupun kriteria MB (Masih
siklus III tidak ada satupun aspek MB berkembang. Pada kondisi awal, siklus
(Masih berkembang). Kriteria BSH I, siklus III tidak ada satupun Kriteria
(Berkembang sesuai harapan) tidak ada BSH (Berkembang sesuai harapan),
satupun pada kondisi awal dan siklus I, sedangkan pada siklus II sebesar 50%
siklus II sebesar 50% (5 orang anak), (5 orang anak), pada kondisi awal,
dan pada siklus III sebesar 20% (2 siklus I, dan siklus II tidak ada satupun
orang anak). pada kondisi awal, dan kriteria BSB (Berkembang sangat baik),
siklus I dan II tidak ada satupun kriteria pada siklus III sebesar 100% (10 orang
BSB (Berkembang sangat baik), pada anak). Dari data tersebut kemampuan
siklus III sebesar 80% (8 orang anak). motorik halus anak dalam indikator
dari data tersebut terlihat bahwa terampil dalam menggerakkan jemari
kemampuan motorik halus anak usia tangan kegiatan ini mengalami
dini pada indikator terampil dalam peningkatan. Hal tersebut terlihat dari
menggunakan jari-jemari melakukkan perubahan tiap kriteria, dari BB (Belum
aktivitas. Hal tersebut terlihat dari berkembang) sebagian berpindah

Copyright © Jurnal PAUD Agapedia, Vol.2 No. 2 Desember 2018 Page 157
menjadi MB (Masih berkembang) peningkatan. Hal tersebut terlihat dari
meskipun masih ada anak yang kriteria perubahan tiap kriteria, dari BB (Belum
BB (Belum berkembang), dari MB berkembang) sebagian berpindah
(Masih berkembang) berpindah menjadi menjadi MB (Masih berkembang)
BSH (Berkembang sesuai harapan), meskipun masih ada anak yang kriteria
kriteria BSH (Berkembang sesuai BB (Belum berkembang), dari MB
harapan) berpindah menjadi BSB (Masih berkembang) berpindah menjadi
(berkembang sesuai harapan) sehingga BSH (Berkembang sesuai harapan),
pada siklus III semua anak sudah kriteria BSH (Berkembang sesuai
mencapai kriteria BSH (Berkembang harapan) berpindah menjadi BSB
sesuai harapan) dan BSB (Berkembang (berkembang sesuai harapan) sehingga
sangat baik). pada siklus III semua anak sudah
120% 100% mencapai kriteria BSB (Berkembang
100% sangat Baik).
80% 60% 60%
60% 50% 100% 80%
40%
30% 30% 80% 60%
40% 20% 60%
20% 10% 50%
0%0% 0% 0% 0%0%0% 60% 40%
0% 40% 30%
20% 20% 20%20% 20%
20% 0% 0% 0% 0%0%
0%

BB MB BSH BSB

BB MB BSH BSB

Gambar 4.6.
Diagram Perubahan Pra Tindakan – Siklus III Gambar 4.7.
Indikator Terampil dalam Menggerakan Kedua Diagram Perubahan Pra Tindakan – Siklus III
Tangan Indikator Terampil Dalam Pengendalian Gerak
Dari gambar 4.3. dapat diketahui Dari gambar 4.4. dapat
kriteria BB (Belum berkembang) pada diketahui kriteria BB (belum
kondisi awal sebesar 60% (6 orang berkembang) pada kondisi awal sebesar
anak), siklus I sebesar 30% (3 orang 60% (6 orang anak) siklus I sebesar
anak), siklus II dan siklus III tidak ada 20% (2 orang anak), siklus II dan siklus
satupun kriteria BB (Belum III tidak ada satupun kriteria BB
berkembang). Kriteria MB (Masih (Belum berkembang). Kriteria MB
berkembang) pada kondisi awal sebesar (Mulai berkembang) pada kondisi awal
40% (4 orang anak), siklus I sebesar sebesar 40% (4 orang anak), siklus I
70% (7 orang anak), siklus II sebesar 50% (5 orang anak), siklus II
sebesar30% (3 orang anak), dan pada sebesar 20% dan III tidak ada satupun
siklus III tidak ada satupun kriteria MB kriteria MB (Masih berkembang),
(Masih berkembang). Kriteria BSH kriteria BSH (Berkembang sesuai
(Berkembang sesuai harapan) pada harapan) pada kondisi awal tidak
kondisi awal, siklus I, dan siklus III satupun kriteria BSH (Berkembang
tidak ada satupun, sedangkan di siklus Sesuai Harapan), sedangkan siklus I
II sebesar 60% (6 orang anak). Kriteria sebsar 30% (3 orang anak), siklus II
BSB (Berkembang sangat baik) pada sebesar 60% ( 6 orang anak), dan pada
kondisi awal, siklus I , siklus II tidak siklus III sebesar 20% (2 orang anak).
ada satupun kriteria BSB (Berkembang Kriteria BSB (Berkembang sangat baik)
sangat baik), siklus II sebesar 10% (1 pada kondisi awal dan siklus I tidak ada
orang anak), dan siklus III sebesar satupun kriteria BSB (Berkemabang
100% (10 orang anak). Dari data Sangat Baik) , siklus II sebesar 20% (2
tersebut kemampuan motorik halus orang anak), dan siklus III sebesar 80%
anak usia dini pada indikator terampil (8orang anak).. Hal tersebut terlihat dari
menggerakan kedua tangan dalam perubahan tiap kriteria, dari BB (Belum
melakukan aktivitas mengalami berkembang) sebagian berpindah

Copyright © Jurnal PAUD Agapedia, Vol.2 No. 2 Desember 2018 Page 158
menjadi MB (Masih berkembang) halus anak usia dini pada aspek
meskipun masih ada anak yang kriteria melakukan gerakan terkoordinasi secara
BB (Belum berkembang), dari MB terkontrol mengalami peningkatan. Hal
(Masih berkembang) berpindah menjadi tersebut terlihat dari perubahan tiap
BSH (Berkembang sesuai harapan), kriteria, dari BB (Belum berkembang)
kriteria BSH (Berkembang sesuai sebagian berpindah menjadi MB (Masih
harapan) berpindah menjadi BSB berkembang) meskipun masih ada anak
(berkembang sesuai harapan) sehingga yang kriteria BB (Belum berkembang),
pada siklus III semua anak sudah dari MB (Masih berkembang)
mencapai kriteria BSB (Berkembang berpindah menjadi BSH (Berkembang
sangat Baik). sesuai harapan), kriteria BSH
80% 70% 70% (Berkembang sesuai harapan) berpindah
60% 60% menjadi BSB (berkembang sesuai
60%
40% harapan) sehingga pada siklus III semua
40% 30%
20% 20% 20%20% anak sudah mencapai kriteria BSH
20% 10%
0% 0% 0% 0%0% (Berkembang sesuai harapan) dan
0% kriteria BSB (Berkembang sangat
Baik).
100% 90%
80%
60% 50%
50%
40%
50%
40% 40%
40% 13% 20%
20% 10% 10%
BB MB BSH BSB 0% 0% 0% 0%0%
0%

Gambar 4.8.
Diagram Perubahan Pra Tindakan – Siklus III
BB MB BSH BSB
Aspek Melakukan gerakan terkoordinasi secara
terkontrol
Dari gambar 4.5. dapat
Gambar 4.9.
diketahu kriteria BB (Belum
Diagram Perubahan Pra
berkembang) pada kondisi awal sebesar
Tindakan – Siklus III
60% (6 orang anak), siklus I sebesar
Aspek Terampil dalam
20% (2 orang anak), siklus II sebesar
Kecermatan dan Ketepatan
10% (1 orang anak), sedangkan siklus
Dari gambar 4.6. dapat
III tidak ada satupun kriteria BB
diketahui bahwa kriteria BB (belum
(Belum berkembang). Kriteria MB pada
berkembang) pada kondisi awal sebesar
kondisi awal sebesar 40% (4 orang
50% (5 orang anak), siklus I sebesar
anak), siklus I sebesar 60% (6 orang
20% (2 orang anak), siklus II dan siklus
anak), siklus II sebasar 10% (1 orang
III tidak ada satupun kriteria BB
anak) sedangkan siklus III tidak ada
(Belum berkembang), Kriteria MB pada
satupun kriteria MB (Masih
kondisi awal sebesar 50% (5 orang
berkembang). Kriteria BSH
anak), siklus I sebesar 40% (6 orang
(Berkembang sesuai harapan) pada
anak), siklus II sebesar 20% (2 orang
kondisi awal tidak ada satupun kriteria
anak) sedangkan pada siklus III tidak
BSH (Berkembang sesuai harapan),
ada satupun kriteria MB (Masih
sedangkan siklus I sebesar 20% (2
berkembang). Kriteria BSH
orang anak), siklus II sebesar 70% (7
(berkembang sesuai harapan) pada
orang anak), dan siklus III sebesar 30%
kondisi awal tida ada satupun kriteria
(3 orang anak). kriteria BSB
BSH (Berkembang sesuai harapan),
(Berkembang sangat baik) pada kondisi
sedangkan siklus I sebesar 40% (4
awal, siklus I tidak ada satupun kriteria
orang anak), siklus II sebesar 50% (5
BSB (Berkembang sangat baik), siklus
orang anak), dan siklus III sebesar 10%
II sebesar 20% (2 orang anak), dan
(1 orang anak). kriteria BSB
siklus III sebesar 70% (7 orang anak).
(Berkembang sangat baik) pada kondisi
Dari data tersebut kemampuan motorik

Copyright © Jurnal PAUD Agapedia, Vol.2 No. 2 Desember 2018 Page 159
awal dan siklus I tidak ada satupun siklus I jumlah skor yang dicapai
kriteria BSB (Berkembang sangat baik), sebesar 10,8 dengan persentase
siklus II sebesar 10% (1 orang anak), 67,5%. Pada tindakan siklus II
dan siklus III sebesar 90% (9 orang jumlah skor yang dicapai sebesar
anak). Dari data tersebut kemampuan 11,8 dengan persentase 73,8%.
motorik halus anak usia dini pada aspek Pada tindakan siklus III jumlah
terampil dalam kecermatan dan skor yang dicapai sebesar 14,1
ketepatan. Hal tersebut terlihat dari dengan persentase 87,5%.
perubahan tiap kriteria, dari BB (Belum 2. Kemampuan guru dalam
berkembang) sebagian berpindah melaksanakan pembelajaran untuk
menjadi MB (Masih berkembang) meningkatkan kemampuan motorik
meskipun masih ada anak yang kriteria halus anak usia dini pada kelompok
BB (Belum berkembang), dari MB B2 TK Al- Hamid melalui kegiatan
(Masih berkembang) berpindah menjadi meronce menggunakan manik-
BSH (Berkembang sesuai harapan), manik mengalami peningkatan
kriteria BSH (Berkembang sesuai pada setiap tindakan setelah
harapan) berpindah menjadi BSB melalui tahap-tahap pelaksanaan
(berkembang sesuai harapan) sehingga pada penelitian tindakan kelas ini.
pada siklus III semua anak sudah Pada tindakan siklus I jumlah skor
mencapai kriteria BSH (Berkembang yang dicapai sebesar 22 dengan
sesuai harapan) dan kriteria BSB persentase 39%. Pada tindakan
(Berkembang sangat Baik). siklus II jumlah skor yang dicapai
Berdasarkan penelitian sebesar 45 dengan persentase 80%.
yang telah dilakukan dapat diketahui Pada tindakan siklus III jumlah
bahwa kegiatan meronce dapat skor yang dicapai sebesar 52
meningkatkan kemampuan motorik dengan persentase 93%.
halus anak usia dini, hal ini sejalan 3. Kemampuan anak kelompok B2
dengan penelitian skripsi Bakti Arum TK Al- Hamid ketika meronce
Mumpuni yang berjudul Peningkatan menggunakan manik-manik
Keterampilan Motorik Halus Melalui mengalami peningkatan pada setiap
Kegiatan Meronce Menggunakan tindakan setelah melalui tahap-
Bahan Tanah Liat Pada Kelompok B tahap pelaksanaan pada penelitian
TK Yayasan MAsyithoh Beran Bugel ini. Pada siklus I indikator terampil
Kulon Progo Tahun . dalam menggunakan jari-jemari
5. KESIMPULAN tangan untuk melakukkan aktivitas
Berdasarkan hasil penelitian dan dan terampil dalam menggerakkan
temuan di lapangan tentang jari-jemari tangan tidak ada
“ Peningkatan Kemampuan Motorik satupun yang mencapai
Halus Anak Usia Dini melalui Kegiatan keberhasilan, sedangkan indikator
Meronce Menggunakan Manik-manik terampil dalam menggerakkan
Pada Kelompok B2 Di TK AL- Hamid kedua tangan yang mencapai
Kecamatan Kawalu Kota Tasikmlaya” keberhasilan sebanyak 2 anak
dapat diperoleh kesimpulan sebagai dengan persenatse 20%, indikator
berikut: pengedalian gerak sebanyak 3 anak
dengan persentase 30%, indikator
1. Kemampuan guru dalam membuat melakukkan gerakkan terkoordinasi
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran secara terkontrol sebanyak 2 anak
Harian (RPPH) untuk dengan persentase 20%, dan
meningkatkan kemampuan motorik indikator terampil dalam
halus anak kelompok B2 TK Al- kecermatan dan ketepatan sebanyak
Hamid melalui kegiatan meronce 4 anak dengan persentase 40%.
menggunakan manik-manik Pada siklus II indikator terampil
mengalami peningkatan pada setiap dalam menggunakan jari-jemari
tindakan setelah melalui tahap- tangan untuk melakukkan aktivitas
tahap pelaksanaan pada penelitian dan terampil dalam menggerakkan
tindakan kelas ini. Pada tindakan
Copyright © Jurnal PAUD Agapedia, Vol.2 No. 2 Desember 2018 Page 160
jari jemari tangan tidak ada satupun DAFTAR PUSTAKA
yang mecapai keberhasilan,
sedangkan indikator terampil dalam Arikunto, S, dkk. (2013). Prosedur
menggerakkan kedua tangan yang Penelitian Suatu Pendekatan
mencapai keberhasilan sebanyak 6 Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta.
anak dengan persenatse 60%,
indikator pengedalian gerak Latif, Mukhtar, dkk. (2013). Oriantentasi
sebanyak 6 anak dengan persentase Baru Pendidikkan Anak Usia dini.
60%, indikator melakukkan Jakarta: Prenadamedia Group.
gerakkan terkoordinasi secara Sukerti, M, N. (2013). Penerapan Metode
terkontrol sebanyak 7 anak dengan Demonstrasi Berbantuan Meida
persentase 70%, dan indikator Daun Pisang Untuk Meningkatkan
terampil dalam kecermatan dan motoric Halus Anak Melalui
ketepatan sebanyak 5 anak dengan Kegiatan Mernganyam Pada Anak
persentase 50%. Pada siklus III TK.Vol.8.No 1,hlm-2.
indikator terampil dalam
menggunakan jari-jemari tangan Effiana Yustriastien, Daisy Prawitasari
untuk melakukkan aktivitas yang dkk. (2009). Games Therapy untuk
mencapai keberhasilan sebanyak 2 Kecerdasan Bayi dan Balita. Jakarta:
anak dengan persentase 20%, Wahyu Media.
indikator terampil dalam
menggerakkan jari jemari tangan Mumpuni, A. B (2014). Peningkatan
dan indikator terampil dalam Keterampilan Motorik Halus
menggerakkan kedua tangan tidak Melalui Kegiatan Meronce
ada satupun yang mencapai Menggunakan Bahan Tanah Liat
keberhasilan , indikator Pada Kelompok B TK Yayasan
pengedalian gerak sebanyak 2 anak MAsyithoh Beran Bugel Kulon
dengan persentase 20%, indikator Progo. Skripsi: Universitas Negri
melakukkan gerakkan terkoordinasi Yogyakarta.
secara terkontrol sebanyak 3 anak
Peraturan Mentri Pendidikan dan
dengan persentase 30%, dan
Kebudayaan Republik Indonesia
indikator terampil dalam
Nomor 137 Indonesia Tahun 2017.
kecermatan dan ketepatan sebanyak
1 anak dengan persentase 10%.. Peraturan Pemeritahan Menteri
6. SARAN Pendidikkan dan Kebudayaan
Untuk meningkatkan kualitas dalam Republik Indonesia Nomor 146
peningkatan kemampuan motorik halus Tahun 2014.
anak usia dini, peneliti menyampaikan
beberapa saran sebagai berikut: Wiyani, N. A. dan Faith (2016) . Konsep
1. Dalam melaksanakan kegiatan Dasar PAUD. Yogyabkarta: Gaya
peningkatan motorik halus anak usia Media
dini melalui kegiatan meronce
hendaknya guru memilih manik- Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain Awar.
manik yang dengan warna dan (2013). Strategi Belajar Mengajar.
bentuk yang beragam pula agar anak Jakarta : PT Rineka Cipta
lebih antusias mengikuti kegiatan. Pedoman Karya Tulis Ilmiah Universitas
2. Bagi peneliti selanjutnya yang Pendidikan Indonesia Tahun 2017
tertarik dengan penelitian Sujiono, Y.N. (2013). Konsep Dasar
peningkatan motorik halus anak usia Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
dini sebaiknya menggunakan Indeks
alternatif bahan yang lain atau
dengan kegiatan yang lain yang lebih Beaty, J. J. (2013). Observasi
beragam. Perkembangan Anak Usia dini. Jakarta:
Kencana

Copyright © Jurnal PAUD Agapedia, Vol.2 No. 2 Desember 2018 Page 161
Susanto. Pendidikkan Anak Usia Dini. Arikunto, S, dkk. (2013). Prosedur
Jakarta: PT Bumi Aksara Penelitian Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arifah, N. A. (2017). Penelitian Tindakkan
Kelas & Karya Tulis Ilmiah Untuk Trianto. (2011). Panduan lengkap
Guru. Yogyakarta: Araska. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Rahayu, T. A. (2016). Peningkatan
Kemampuan Motorik Halus Melalui Priatna, Y. S. (2008). Metode Penelitian
Kegiatan Meronce Bahan Alam Pendidikan. Bandung: TSAbitA
Pada Anak Kelmpok B TK PKK
Selodono Tahun Pelajaran Sugiyono. (2015). Metode Penelitian.
2015/2016. (Jurnal 2016 Universitas Bandung: Anggota Ikatan Penerbit
Nusantara PGRI Kediri).ss Indonesia (IKAPI).

Suyadi, dan Ulfah Maulidya. (2015).


Konsep Dasar Paud. Bandung : PT
Remaja Rosdakaya.
Pamadhi, dan Sukandi Evan. (2015). Seni
Keterampilan Anak. Bandung :
Penerbit Universitas Terbuka.
Soetjiningsih, Cristiana Hari. (2012).
Perkembangan Anak Sejak
Pembuatan Sampai Dengan
Kanak-Kanak Akhir. Jakarta :
PRENADA.
Sumantri.(2005) Model Pengembangan
Keterampilan Motorik Anak Usia
Dini. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional. Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi.
Direktorat Pembinaan Pendidikan
Tenaga Kependidikan Dan
Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Mulyati, A. (2014). Peningkatan


Keterampilan Motorik Halus
Melalui Origami Pada Anak
kelompok A TK Kusuma Baciro
Gondokusuman Yogyakarta.
Skripsi, 25.
Fauziyah, Fitriani. (2017). Penggunaan
Media Kartu Kata Bergambar
untuk Meningkatkan Penguasaan
Kosakata Bahasa Sunda Anak Usia
Dini Pada Kelompok B di TK
PGRI Cibeureum. (Skripsi,
Universitas Pendidikan Indonesia
Kampus Tasikmalaya, 2016, tidak
diterbitkan).

Copyright © Jurnal PAUD Agapedia, Vol.2 No. 2 Desember 2018 Page 162

You might also like