Professional Documents
Culture Documents
Khazanah Kitab Kuning Di Madrasah Al Jam Iyat Al Washliyah: December 2017
Khazanah Kitab Kuning Di Madrasah Al Jam Iyat Al Washliyah: December 2017
net/publication/332997960
CITATIONS READS
3 50
1 author:
Ja'Far Ja'far
Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe
40 PUBLICATIONS 83 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Ja'Far Ja'far on 11 February 2021.
JA‘FAR
Pascasarjana UIN Sumatera Utara, Jl. IAIN No. 1, Sutomo Ujung, Medan
website: www.jafaruinsumaterautara.org
Email: jafarisyraqi@gmail.com
Abstract: The ulama and Islamic organizations in Indonesia have proven to play a role
as a preserver of yellow book treasury. Al Washliyah as an Islamic organization founded
by Muslims from the Mandailing tribe in East Sumatra, for example, has demonstrated
its work as an organization that conserves Islamic teachings through its educational
institutions, whether madrassas, schools or universities. Using this historical approach,
this article yields the findings that Al Washliyah attempted and was relatively successful
in preserving Islamic teachings using the yellow book media that became his mainstay
of madrassas. The introduction of the yellow book in this organization can’t be
separated from the influence of the teachers of the founders of Al Washliyah who did get
the teaching of the madrassas that also rely on yellow books, and these influences also
affect the curriculum of Al Washliyah madrasa education. As an impact of the
organization's religious principles and beliefs, Al Washliyah only teaches yellow books
in the Shafi'iyah and Ash'ariy schools.
konteks ini ada relevansi antara tradisi (PB Al Jam’iyatul Washliyah, 2015: 2 dan
kitab kuning dengan tujuan organisasi Al Ja’far, 2016: 1-29). Dengan demikian,
Washliyah. Sebab, tanpa penguasaan pasca muktamar tersebut, Al Washliyah
terhadap kitab kuning dalam bidang tafsir, hanya menganut mazhab Syâfi‘i.
hadis, tauhid, fikih dan usul fikih, maka Dari aspek kurikulum, asas Al
sangat sulit melaksanakan usaha-usaha Al Washliyah sangat berpengaruh terhadap
Washliyah (terutama usaha kurikulum lembaga pendidikan Al
memberlakukan hukum Islam, Washliyah. Secara historis tercatat bahwa
memperbanyak dakwah dan menerbitkan madrasah-madrasah Al Washliyah hanya
kitab-kitab) dan akhirnya, tujuan para menggunakan dan mengajarkan kitab
ulama mendirikan Al Washliyah tidak kuning yang berasal dari khazanah
akan tercapai. Karena itulah, selama ini mazhab Syâfi‘iyah saja. Untuk pelajaran
ulama-ulama Al Washliyah memandang agama khususnya pelajaran fikih dan
penting pengkajian terhadap khazanah tauhid di sekolah maupun universitas
kitab kuning. yang dikelola Al Washliyah, hanya
Sebagai organisasi yang hendak diajarkan mazhab Syâfi‘i dalam bidang
mengamalkan ajaran Islam dalam hukum, dan mazhab Asy‘ari dalam bidang
berbagai aspek kehidupan, Al Washliyah teologi.Fakta ini dapat dilihat dari
telah menentukan paham keagamaannya kurikulum madrasah Al Washliyah
secara tegas. Dalam Anggaran Dasar Al sepanjang sejarah.
Washliyah tahun 1955 telah disebutkan
bahwa “Al Washliyah melaksanakan AL WASHLIYAH DAN KHAZANAH KITAB
tuntutan agama Islam, dalam hukum fikih KUNING
bermazhab Syâfi‘i, dan dalam iktikad Akar Tradisi Kitab Kuning
Ahlussunnah Waljamaah” (Sjamsuddin, Al Washliyah telah memainkan
1995: 4). Sampai tahun 1977 tetap peran penting bagi pengkajian dan
disebutkan bahwa “perkumpulan ini pelestarian kitab kuning di Nusantara.
berasaskan Islam, dalam hukum fikih Peran ini dapat dilihat dari tiga hal.
bermazhab Syâfi‘i dan dalam iktikad Pertama, para ulama generasi awal dan
Ahlussunnah Waljamaah” (PB Al pendiri Al Washliyah memiliki perhatian
Jam’iyatul Washliyah, 1997: 3 dan PB Al serius terhadap dan dibesarkan dalam
Jam’iyatul Washliyah, 1992: 69). Redaksi tradisi kitab kuning. Kedua, diketahui
mengenai asas Al Washliyah tersebut bahwa sebagian ulama Al Washliyah
tetap bertahan hingga di awal reformasi menulis karya dalam bahasa Arab
mengalami perubahan menjadi “Al sehingga masuk dalam gugusan kitab
Washliyah berasaskan Islam dalam kuning, dan menggunakan referensi kitab
iktikad, dalam hukum fikih bermazhab kuning dalam penulisan karya-karya
Ahlussunnah Waljamaah dengan mereka. Ketiga, madrasah-madrasah Al
mengutamakan mazhab Syâfi‘i” (PB Al Washliyah sampai sekarang masih
Jam’iyatul Washliyah, 2003: 4). Tampak menggunakan kitab kuning sebagai
bahwa sudah ada keinginan dari sebagian referensi wajib bagi para pelajarnya,
ulama Al Washliyah untuk tidak hanya terutama Madrasah al-Qismul ‘Aly. Ketiga
berpegang kepada satu mazhab Sunni hal ini menjadi argumen kuat bahwa Al
sajadalam mazhab fikih, meskipun Washliyah ikut melestarikan tradisi kitab
akhirnya keinginan tersebut terganjal oleh kuning di Nusantara.
hasil Muktamar XXI Al Washliyah di Ulama-ulama generasi awal Al
Jakarta pada 22-24 April 2015 yang Washliyah meraih ilmu-ilmu keislaman
akhirnya memperkuat kembali kesetiaan dalam tradisi kitab kuning. Syaikh Hasan
Al Washliyah terhadap mazhab fikihSyâfi‘i Maksum yang pernah menjadi Ketua
Dewan Fatwa Al Washliyah dan Mufti wajib dalam bidang logika (Sulaiman,
Kerajaan Deli, mendalami ilmu-ilmu Islam 1956: 35 dan Yunus, 1993: 193). Tentu
di bawah asuhan ulama-ulama Haramain saja, penggunaan kitab-kitab berbahasa
(Makkah dan Madinah), terutama Syaikh Arab tersebut memungkinkan setiap
Ahmad Khatib al-Minangkabawi, dengan pelajar untuk mendapatkan dasar-dasar
mengkaji beragam kitab kuning dalam agama secara orisinal, sehingga kelak
bidang fikih, tauhid dan tasawuf (Ja’far, mereka dapat mengikuti pendidikan yang
2015: 269-293). Syaikh Muhammad lebih tinggi. Ulama-ulama Al Washliyah
Yunus, direktur MIT, pernah belajar di generasi kedua banyak mendapatkan
Makkah kepada Syaikh Abdul Kadir al- manfaat dari kurikulum MIT tersebut.
Mandili, Syaikh Abd. Rachman dan Syaikh Dari aspek kurikulum, MIT berkontribusi
Hamid (MUI-SU, 1983: 177-180). untuk bagi pelestarian tradisi kitab kuning di
mengkaji kitab kuning dalam banyak Sumatera Timur.
bidang. Kedua ulama ini adalah guru Para pendiri Al Washliyah juga
utamadari para pendiri Al Washliyah. mendapatkan pengajaran kitab kuning di
Para pendiri Al Washliyah, seperti Madrasah Hasaniyah, Sumatera Timur,
Ismail Banda, Abdurrahman Syihab, yang diasuh oleh Syaikh Hasan Maksum.
Muhammad Arsyad Thalib Lubis dan Menurut Zulkifli, Syaikh Hasan Maksum
Muhammad Yusuf Ahmad Lubis, (Ja’far: membuka pengajian kitab kuning. Kitab-
2015). juga mendapatkan pendidikan kitab yang menjadi acuan adalah adalah
agama dari kedua ulama di atas lewat Tafsîr Jalâlain karya Jalâl al-Dîn al-Mahalli
pengkajian kitab kuning. Mereka adalah (w. 1455) dan Jalâl al-Dîn al-Suyuthi (w.
alumni Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) 1505), Fath al-Mubîn:Syarh Matan al-
yang didirikan oleh para perantau Arba‘in karya Ibn Hajar al-Haitami (w.
Mandailing di Sumatera Timur dan 1566), Shahîh al-Bukhârî karya Imam al-
diresmikan pada tanggal 19 Mei 1918. Bukhârî (w. 870), Syarh Jam‘u al-Jawami‘
Menurut Muaz, MIT bertujuan untuk Syarh Warâqat karya Jalâl al-Dîn al-
mengajarkan mazhab resmi Kesultanan Mahalli (w. 1455), dan Minhaj al-Thâlibîn
Deli: mazhab Syâfi‘i; mendidik kader- karya al-Nawâwî (w. 1278) (Zulkifli, 2011:
kader ulama; menyebarluaskan 55). Tampak bahwa Madrasah Hasaniyah
kebudayaan Muslim; dan menciptakan memfokuskan kajian dalam bidang tafsir,
kesejahteraan umat Islam. Dalam sistem hadis, fikih dan usul fikih; mengandalkan
pendidikan MIT, setiap pelajar wajib kitab-kitab kuning yang sangat standar
menghapal semua pelajaran. Sebab itu, dalam semua bidang tersebut; dan turut
mereka menghabiskan waktu untuk memperkuat pelestarian khazanah kitab
menghapal kitab yang menjadi referensi kuningdalam mazhab Sunni (Syâfi‘i dan
setiap matapelajaran (Tanjung, 2012: 67- Asy‘ari) di Sumatera Timur.
68). Menurut Nukman dan Yunus, setiap Budaya kitab kuning terus
pelajar wajib menghapal Matan Alfiyah dilestarikan oleh para ulama Al
karya Ibn Malikyang berjumlah seribu bait Washliyah. Prof. Nukman Sulaiman,
sebagai pelajaran nahu, Matan al-Zubad misalnya, membuka pengajian kitab Tafsîr
karya Ahmad ibn Ruslân yang berjumlah Jalâlain selama 13 tahun. Sedangkan Ustaz
lebih dari seribu bait sebagai pelajaran Muhammad Nizar Syarif mengajar
fikih, Matn Jauhar al-Maknûn karya sejumlah kitab kuning di Madrasah
‘Abdurrahmân al-Akhdhârîyang meliputi Muallimin UNIVA Medan semacam
ilmu ma‘ani, bayan dan badi‘, dan Jauhar Bidâyah al-Mujtahid, Qawâ‘id al-Lughah,
al-Tauhîd karya Ibrâhîm ibn Hasan dan al-Luma‘. Pengkajian kitab kuning
Laqqânî yang merupakan kitab pelajaran tersebut berhasil melatih pelajar-pelajar
tauhid, dan Sullam yang merupakan buku Al Washliyah, dan tidak jarang, hasil
Wariqât karya Ahmad al-Dimyati dan al- dalam lingkup akidah, fikih/usul fikih,
Luma‘ karya Abû Ishâq al-Syîrâzî, Futuhât tafsir/ilmu tafsir, hadis/ilmu hadis, akhlak
al-Ba’ish: Syarh Taqhir Mabuqhis, Nûr al- tasawuf, filsafat/logika, sejarah dan
Yaqîn dan Itmâm al-Wafâ’ karya Chudary pendidikan Islam. Penulisan kurikulum
Beyk, Qawâ’id al-Lughah al-‘Arâbiyah menggunakan bahasa Arab, dan kitab-
karya Hafny Beyk Nashif, Jawâhir al- kitab berbahasa Arab menjadi buku-buku
Balâghahkarya Ahmad al-Hasyim, Qirâ’at daras dalam pembelajaran agama.
al-Râsyidah karya A. Fattah Sabry Beyk, al- (Sulaiman, 1988: 353-362). Calon
Asybâh wa al-Nazhâ’ir karya al-Suyuthi, mahasiswa Fakultas Syariah dan Fakultas
‘Ilm al-Mantiq karya M. Nur al-Ibrahimi, Ushuluddin wajib menguasai bahasa Arab.
Manihat al-Mughist karya Hasan al- Akan tetapi, kurikulum Fakultas Agama
Mas’udy,dan Syarah Baiquniyah karya Islam (FAI) UNIVA Medan mengalami
Mohd. al-Zuqoni (Sulaiman, 1956: 5-9). kemunduran. Calon mahasiswa tidak
Tampak bahwa bahasa Arab menjadi dituntut menguasai bahasa Arab, dan
media penting untuk mengakses kitab- literatur-literatur kitab kuning sudah
kitab tersebut. mulai ditinggalkan meskipun sudah ada
Kurikulum Madrasah al-Qismul usaha pimpinan FAI UNIVA Medan untuk
‘AlyAl Washliyah semakin memperkuat menghidupkan kembali tradisi kitab
budaya kitab kuning, dimana kitab-kitab kuning dengan membuka jurusan
berbahasa Arab menjadi buku daras. Pendidikan Agama Islam kelas khusus
Madrasah ini mengajarkan beragam (khusus kitab kuning).
bidang keislaman seperti tafsir, hadis,
fikih, usul fikih, tasawuf, sejarah dan Kitab Kuning di Madrasah Al Washliyah
retorika. Dalam bidang tafsir, diajarkan Kontemporer
kitab Anwâr al-Tanzîl wa Asrâr al-Ta’wîl, Pada era terkini, kurikulum
Lubâb al-Ta’wîl fî man al-Tanzîl, Madaruk Madrasah al-Qismul ’Aly mengalami
al-Tanzîl, al-Khâzin, dan Tanwîr al-Miqbas sejumlah perubahan. Berdasarkan
(Tafsîr Ibn ‘Abbâs). Dalam bidang hadis, kurikulum Madrasah Tsanawiyah Al
diajarkan kitab Shahîh Muslim dan Shahîh Washliyah, Madrasah al-Qismul ’Aly Al
al-Bukhârî. Dalam bidang hukum Islam, Washliyah dan Madrasah Aliyah
diajarkan kitab al-Mahalli, Syarh al-Jalâl Muallimin Al Washliyah sebagaimana
al-Dîn al-Mahalli ‘ala Jam‘ al-Jawani, disahkan oleh PB Al Washliyah tahun
Minhâj al-Thâlibîn, dan al-Asybâh wa al- 2004, disebutkan bahwa madrasah-
Nazhâ’ir. Dalam bidang tasawuf, dikaji madrasah Al Washliyah kontemporer
Risâlat al-Qusyairiyah. Dalam bidang masih membudayakan tradisi kitab
sejarah, dikaji Muhadharat Târîkh Umâm kuning. Setiap pelajar tingkat Tsanawiyah
al-Islâmiyah. Dalam bidang retorika, mengkaji kitab-kitab seperti Ishthilâhât al-
dibahas Âdâb al-Munazharah (Sulaiman, Muhadditsîn (musthalah hadis) karya
1956: 5-9). Kurikulum Al Washliyah di Muhammad Arsyad Thalib Lubis,
atas telah mampu melahirkan ulama- Khulâshah Nûr al-Yaqîn, al-Kailâni (sharf),
ulama terkemuka Al Washliyah. Tafsîr Jalâlain (tafsir), al-Hushûn al-
Kurikulum Universitas Al Washliyah Hamîdiyah (tauhid), Bulugh al-Maram dan
(UNIVA) Medan menunjukkan bahwa Jawâhir al-Bukhârî (hadis), Qawâ‘id al-
kitab kuning memiliki peran strategis Lughah al-‘Arabiyah (nahu) karya Fu’âd
dalam melahirkan ulama-ulama masa Ni‘mah, al-Ushûl min ‘Ilm al-Ushûl (ushul
depan. Sebelum tahun 1990, UNIVA terdiri fikih) karya Muhammad Arsyad Thalib
atas Fakultas Ushuluddin, Fakultas Lubis, Tuhfah al-Saniyah dan Matn al-
Tarbiyah, dan Fakultas Syariah. Ruhbiyah (faraidh), Mau‘izhah al-Mu’minin
Mahasiswa mempelajari matakuliah dan Ta‘lîm Muta‘allim (akhlak), Qawâ‘id