Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Jurnal Akademika Baiturrahim Susilawati, Dwi Yunita, Elis Suryana

Vol.5 No.2, September 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN DENGAN UPAYA


PENCEGAHAN PENULARAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS MUARO KUMPEH KABUPATEN MUARO
JAMBI TAHUN 2015

Susilawati1), Dwi Yunita Ramdhani2) Elis Suryani Purba3)


Program Studi S1 Keperawatan STIKBA Jambi1,2,3)
Email : Umi.afiqahmz@gmail.com

ABSTRACT

Background: Tuberculosis (pulmonary TB) is an infectious disease directly caused by


tuberculosis bacteria (Mycobacterium tuberculosa) which is transmitted through the air
(droplet nuclei) when a tuberculosis patient coughs and spray saliva containing the
bacteria are inhaled by others during breathing.
Method: This research is a quantitative research with cross sectional design. Population
in this research is 63 respondents, the sample amounted to 58 respondents. The sampling
technique using total sampling technique. The study was conducted on 7 April to 13 April
2015.
Result: The results showed that the respondents have a high knowledge of the prevention
of transmission of Pulmonary TB either as many as 15 people (55.6%) , and respondents
who have low knowledge to the prevention of transmission of Pulmonary TB unfavorable
as many as 25 people (80.6%). Chi-square test results showed that there is a relationship
between knowledge and prevention of pulmonary TB transmission in Puskesmas Muaro
with a p-value of 0.010 (p <0.05).Respondents who have a good attitude to the prevention
of transmission of Pulmonary TB either as many as 18 people (78.3%), respondents who
have a poor attitude to the prevention of transmission of Pulmonary TB unfavorable as
many as 32 people (91.4%). Chi-square test results showed that there was a significant
relationship between attitudes to the prevention of pulmonary TB transmission in
Puskesmas Muaro KumpehKabupaten Muaro Jambi 2015 with a p-value of 0.000 (p
<0.05).
Keywords: Knowledge ,Attitudes

PENDAHULUAN (Acquired Immunodeficiency


Immunodeficiency Syndrome). Pada
Tuberkulosis Paru (TB Paru) masih tahun 2011 terdapat 9 juta kasus baru
menjadi masalah kesehatan gobal. dan 1,4 juta kematian akibat penyakit
Sepertiga dari populasi dunia sudah TB Paru dan HIV. World Health
tertular dengan TB Paru, dimana Organization (WHO) menyatakan TB
sebagian besar penderita TB Paru adalah Paru sebagai global darurat kesehatan
usia produktif (15-55 tahun). Hal ini masyarakat pada tahun 1993 (WHO,
menyebabkan kesehatan yang buruk di 2012).
antara jutaan orang setiap tahun dan Di Indonesia, TB Paru merupakan
menjadi penyebab utama kedua masalah kesehatan yang harus
kematian dari penyakit menular ditanggulangi oleh pemerintah. Data
diseluruh dunia, setelah Human WHO (2008) mencatat bahwa Indonesia
Immunodeficiency Virus (HIV)/ AIDS berada pada peringkat lima dunia

81
Jurnal Akademika Baiturrahim Susilawati, Dwi Yunita, Elis Suryana
Vol.5 No.2, September 2016

penderita TB Paru terbanyak setelah dan tahun 2010 sebesar 65,87% dengan
India, China, Afrika Selatan dan variasi cakupan antara 51,59% sampai
Nigeria. Peringkat ini mengalami dengan 87,82% (Dinkes Provinsi Jambi,
peningkatan dibandingkan tahun 2007 2011)
yang menempatkan Indonesia pada Berdasarkan data dari Dinas
posisi ke-3 kasus TB Paru terbanyak Kesehatan Kota Jambi angka penemuan
setelah India dan China (Depkes RI, kasus baru penderita TB paru di Kota
2012). Jambi dari Tahun 2007 sampai dengan
Angka kematian dan kesakitan 2009 mengalami peningkatan, dimana
akibat kuman Mycobacterium pada tahun 2007 jumlah penderita
Tuberculosis, di Indonesia sangatlah sebanyak 53,63%, tahun 2008 sebanyak
tinggi. Tahun 2009, 1,7 juta orang 53,67% dan pada tahun 2009 sebanyak
meninggal karena TB Paru yang 61,6% (Dinkes Kota Jambi, 2010).
diantaranya 600.000 perempuan dan 1,1 Prevalensi penduduk Indonesia
juta laki-laki, sementara ada 9,4 juta yang di diagnosis TB paru oleh tenaga
kasus baru TB Paru yang diantaranya kesehatan tahun 2013 adalah 0,4 %,
3,3 juta perempuan dan 6,1 juta laki- tidak berbeda dengan 2007. Lima
laki. Kasus TB Paru lebih banyak provinsi dengan TB paru tertinggi
diderita oleh laki-laki dibandingkan adalah Jawa Barat (0,7%), Papua
perempuan dikarenakan laki-laki (0,6%), DKI Jakarta (0,6%), Gorontalo
mempunyai aktivitas yang tinggi bekerja (0,5%), Banten (0,4%) dan Papua Barat
di luar rumah dan merokok baik perokok (0,4%). Proporsi penduduk dengan
aktif maupun pasif sehingga lebih gejala TB paru batuk ≥ 2 minggu
mudah terpapar kuman TB Paru. Tahun sebesar 3,9 % dan batuk darah 2,8 %.
2010 Indonesia telah berhasil Berdasarkan karakteristik penduduk,
menurunkan insidens, prevalensi, dan prevalensi TB paru cenderung
angka kematian. Insidens berhasil meningkat dengan bertambahnya umur,
diturunkan sebesar 45% yaitu 343 pada pendidikan rendah, dan yang tidak
menjadi 189 per 100.000 penduduk, bekerja. Dari seluruh penduduk yang di
prevalensi dapat diturunkan sebesar 35% diagnosis TB paru oleh tenaga
yaitu 443 menjadi 289 per 100.000 kesehatan, hanya 44,4% diobati dengan
penduduk dan angka kematian obat program. Lima provinsi terbanyak
diturunkan sebesar 71% yaitu 92 yang mengobati TB Paru dengan obat
menjadi 27 per 100.000 penduduk. TB program adalah DKI Jakarta (68,9%).
Paru masih merupakan masalah DI Yogyakarta (67,3%), Jawa Barat
kesehatan penting di dunia dan di (56,2%), Sulawesi Barat (54,2%) dan
Indonesia. TB Paru juga merupakan Jawa Tengah (50,4%) (Riskesdas,
salah satu indikator keberhasilan MDGs 2013).
(Millennium Development Goals) yang Pencegahan penyakit merupakan
harus dicapai oleh Indonesia, yaitu komponen penting dalam pelayanan
menurunkan angka kesakitan dan angka kesehatan. Perawatan pencegahan
kematian menjadi setengahnya di tahun melibatkan aktivitas peningkatan
2015. (Depkes RI, 2011). kesehatan termasuk program pendidikan
Berdasarkan data Dinas Kesehatan kesehatan khusus, yang dibuat untuk
Propinsi Jambi diketahui cakupan membantu klien menurunkan resiko
penemuan penderita TB Paru di Provinsi sakit, mempertahankan fungsi yang
Jambi dalam dua tahun terakhir masih di maksimal, dan meningkatkan kebiasaan
bawah target (85%) yaitu tahun 2009 yang berhubungan dengan kesehatan
sebesar 58,48% dengan variasi cakupan yang baik (Perry & Potter, 2005). Upaya
antara 31,66% sampai dengan 84,04% pencegahan penyakit TB Paru dilakukan

82
Jurnal Akademika Baiturrahim Susilawati, Dwi Yunita, Elis Suryana
Vol.5 No.2, September 2016

untuk menurunkan angka kematian yang Tabel 1


disebabkan oleh penyakit TB Paru. Kasus TB Paru Puskesmas Muaro
Upaya pencegahan tersebut terdiri dari Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi
menyediakan nutrisi yang baik, sanitasi Tahun 2014
yang adekuat, perumahan yang tidak NO DESA SASARAN
terlalu padat dan udara yang segar BTA (+)
merupakan tindakan yang efektif dalam 1 Arang-arang 1
pencegahan TB Paru (Francis, 2011). 2 Kasang Kota 8
Pengetahuan atau kognitif Karang
merupakan domain yang sangat penting 3 Kasang Kumpeh 3
dalam membentuk tindakan seseorang 4 Kasang Lopak Alai -
(overt behavior). Pengetahuan yang baik 5 Kasang Pudak 1
apabila tidak ditunjang dengan sikap 6 Kota Karang 2
yang positif yang diperlihatkan akan 7 Lopak Alai 1
mempengaruhi seseorang untuk 8 Muaro Kumpeh 1
berperilaku, seperti yang diungkapkan 9 Pemunduran 4
oleh Benyamin Bloom (1908) dalam 10 Pudak 6
Notoatmodjo (2007) yang menyatakan
11 Ramin -
bahwa domain dari perilaku adalah
12 Sakean 13
pengetahuan, sikap dan tindakan.
13 Sipin Teluk Duren 1
Menurut Roger (1974) dalam
Notoatmodjo(2007) sikap dan praktek 14 Solok 13
yang tidak didasari oleh pengetahuan 15 Sumber Jaya 7
yang adekuat tidak akan bertahan lama 16 Sungai Terap 1
pada kehidupan seseorang, sedangkan 17 Tarikan 1
pengetahuan yang adekuat jika tidak 18 Teluk Raya -
diimbangi oleh sikap dan praktek yang Total 63
berkesinambungan tidak aan (Puskesmas Muaro Kumpeh, 2014)
mempunyai makna yang berarti bagi
kehidupan. Maka dari itu pengetahuan Berdasarkan data diatas, diperoleh
dan sikap merupakan penunjang dalam bahwa jumlah kasus TB Paru di
melakukan upaya pencegahan penyakit Puskesmas Muaro Kumpeh Kabupaten
TB Paru. Muaro Jambi pada tahun 2014 adalah 63
Berdasarkan data dari Dinas orang.
Kesehatan Muaro Jambi tahun 2013, Berdasarkan survei awal yang
puskesmas dengan kasus TB Paru dilakukan peneliti pada tanggal 12
terbanyak ada di wilayah kerja Februari 2015 di wilayah kerja
Puskesmas Muara Kumpeh kemudian Puskesmas Muaro Kumpeh melalui
diikuti oleh wilayah kerja puskesmas wawancara dari lima orang responden
Tangkit, dan puskesmas Simpang didapatkan empat orang mengatakan
Sungai Duren. tidak tahu mengenai penyakit TB Paru,
Data TB Paru pada tahun 2014 di cara penularan, dan tindakan
Puskesmas Muaro Kumpeh lebih rinci pencegahan. Satu orang mengatakan
dapat dilihat pada tabel berikut: tahu tentang penyakit TB Paru, cara
penularan dan tindakan pencegahannya.
Wawancara lebih lanjut mengenai sikap
pasien TB Paru di wilayah kerja
Puskesmas Muaro Kumpeh Paru
didapatkan hasil dari lima orang yaitu
empat orang mengatakan tidak terlalu
memperdulikan tentang tindakan

83
Jurnal Akademika Baiturrahim Susilawati, Dwi Yunita, Elis Suryana
Vol.5 No.2, September 2016

pencegahan penyakit TB Paru, mereka “cross sectional” (potong lintang) yang


berinteraksi seperti biasa tanpa menjaga bertujuan untuk mengetahui hubungan
jarak. Responden juga mengatakan antara pengetahuan dan sikap pasien
bahwa saat bersin dan batuk tidak dengan upaya pencegahan penularan
menutup mulutnya, dan masih TB Paru di wilayah kerja Puskesmas
membuang ludah atau dahak Muaro Kumpeh Kabupaten Muaro
disembarang tempat. Jambi tahun 2015. Desain penelitian ini
Kerentanan akan TB Paru ini akan digunakan untuk meneliti suatu kejadian
terjadi karena daya tahan tubuh yang pada waktu yang bersamaan (sekali
rendah yang disebabkan karena: gizi waktu). Sehingga variabel dependen dan
yang buruk, terlalu lelah, kedinginan variabel independen diteliti secara
dan cara hidup yang tidak teratur. bersamaan (Notoatmodjo, 2010).
Karena itu penyakit TB Paru lebih Populasi dalam penelitian ini adalah 63
banyak ditemukan pada golongan responden yang menderita TB Paru di
masyarakat dimana keadaan pendapatan wilayah kerja Puskesmas Muaro
rendah terdapat kemiskinan, kurangnya Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi.
pengetahuan tentang cara-cara hidup Teknik pengambilan sampel
yang sehat serta sikap yang buruk menggunakan teknik total sampling,
terhadap upaya pencegahan penularan yaitu teknik penentuan sampel dengan
TB Paru terhadap keluarga. mengambil seluruh anggota populasi
Media (2010) melakukan penelitian sebagai responden atau sampel.
yang berjudul “Pengetahuan, Sikap dan Sehubungan telah dilakukan survey awal
Perilaku Masyarakat Tentang Penyakit di Puskesmas Muaro Kumpeh terhadap
Tuberkulosis Paru di Kecamatan Sungai lima responden, sehingga jumlah sampel
Tarab, Kabupaten Tanah Datar Provinsi dalam penelitian menjadi 58 responden.
Sumatra Barat”. Hasil penelitian ini Pengumpulan data dilakukan
menunjukkan pengetahuan sebagian menggunakan kuesioner langsung oleh
masyarakat mengenai tanda-tanda responden yang ada di wilayah kerja
penyakit TB Paru relatif cukup baik, Puskesmas Muaro Kumpeh. Penelitian
sikap masyarakat masih kurang peduli ini telah dilakukan pada tanggal 07 April
terhadap akibat yang akan ditimbulkan - 13 April 2015. Penelitian ini
oleh penyakit TB Paru, perilaku dan menggunakan analisis univariat dan
kesadaran sebagian masyarakat untuk bivariat dengan menggunakan uji
memeriksakan dahak dan menggunakan statistik chi-square (Sugiyono, 2005).
fasilitas pelayanan kesehatan masih
kurang, karena mereka malu dan takut HASIL DAN PEMBAHASAN
divonis menderita TB Paru.
Berdasarkan latar belakang dari 1. Karakteristik Responden
data tersebut, maka peneliti tertarik Jumlah subjek penelitian ini adalah
untuk meneliti mengenai “Hubungan 58 responden yaitu penderita TB Paru
pengetahuan dan sikap pasien dengan Paru yang berdomisili di wilayah kerja
upaya pencegahan penularan Puskesmas Muaro Kumpeh Kabupaten
tuberkulosis paru di wilayah kerja Muaro Jambi. Karakteristik responden
Puskesmas Muaro Kumpeh Kabupaten pada penelitian ini adalah pasien yang
Muaro Jambi Tahun 2015 “. berusia ≥ 16 tahun yang tinggal
diwilayah kerja Puskesmas Muaro
METODE PENELITIAN Kumpeh yang menderita TB Paru Paru.
Karakteristik responden berdasarkan
Penelitian yang dilakukan adalah umur. Umur termuda 16 tahun dan umur
penelitian kuantitatif dengan desain tertua 60 tahun. Dari data diketahui

84
Jurnal Akademika Baiturrahim Susilawati, Dwi Yunita, Elis Suryana
Vol.5 No.2, September 2016

periode awal masa dewasa (19 – 40 orang sakit dan akhirnya berakibat
tahun) jumlahnya lebih banyak dari menjadi sumber penular bagi orang di
periode yang lain yaitu sebanyak 34 sekelilingnya. Penularan penyakit TB
orang (58,62%), dan jumlah yang paling paru pada dasarnya disebabkan oleh
sedikit yaitu periode remaja (13 -18 penderita yang dahaknya mengandung
tahun) sebanyak 4 orang (6,90%). kuman mycobacterium tuberculosis.
2. Karakteristik Jenis Kelamin Penularan ini disebabkan oleh penderita
Karakteristik responden berdasarkan yang tidak menutup mulut saat batuk
jenis kelamin. Dapat diketahui dan bersin, meludah disembarang
responden yang lebih banyak laki- laki tempat, tidak membuka jendela maupun
sebanyak 41 orang (70,7 %) sedangkan ventilasi rumah sehingga cahaya
perempuan sebanyak 17 orang (29,3 %). matahari tidak bisa masuk, penderita
3. Karakteristik Status berbicara dengan orang lain sehingga
Pernikahan terdapat percikan dahak yang keluar,
Karakteristik responden berdasarkan menggunakan alat-alat makan dan
status pernikahan. Dari 58 responden kamar tidur secara bersamaan dengan
dapat diketahui yang menikah lebih anggota keluarga yang lain, dan tidak
banyak yaitu sebanyak 39 orang (67,2 pernah menjemur bantal, selimut dan
%) dan yang belum menikah sebanyak kasur (Hiswani, 2007).
19 orang (32,8 %). Berdasarkan tabel 4.12 didapatkan
4. Karakeristik Pendidikan analisis hubungan antara pengetahuan
Karakteristik responden berdasarkan dengan upaya pencegahan penularan TB
tingkat pendidikan. Dari 58 responden Paru diperoleh bahwa, responden yang
dapat diketahui, yang berpendidikan SD memiliki pengetahuan tinggi dengan
lebih banyak dari yang lain yaitu upaya pencegahan penularan TB Paru
sebanyak 29 orang (50,0%), dan yang baik sebanyak 15 orang (55,6 %) dan
jumlahnya sedikit yaitu pendidikan responden yang memiliki pengetahuan
Akademi/ Sarjana sebanyak 2 orang tinggi dengan upaya pencegahan
(3,4%). penularan TB Paru kurang baik
5. Karakteristik Pekerjaan sebanyak 12 (44,4%). Sedangkan
Karakteristik responden berdasarkan responden yang memiliki pengetahuan
pekerjaannya. Dari 58 responden dapat rendah dengan upaya pencegahan
diketahui, yang bekerja sebagai penularan TB Paru baik sebanyak 6
karyawan swasta/ buruh lebih banyak orang (19,4%), dan responden yang
dari pekerjaan yang lainnya yaitu memiliki pengetahuan rendah dengan
sebanyak 25 orang (43,1%), dan yang upaya pencegahan penularan TB Paru
paling sedikit yaitu yang masih sekolah kurang baik sebanyak 25 orang (80,6
(pelajar) sebanyak 1 orang (1,7%). %).
A. Analisa Bivariat Dari hasil uji statistik diketahui/
diperoleh nilai p-value 0,010 (p < 0,05)
a) Hubungan antara pengetahuan yang berarti bahwa ada hubungan antara
dengan upaya pencegahan pengetahuan dengan upaya pencegahan
penularan TB Paru di wilayah penularan TB Paru di wilayah kerja
kerja Puskesmas Muaro Kumpeh Puskesmas Muaro Kumpeh Tahun 2015.
Kabupaten Muaro Jambi Tahun Berdasarkan hasil analisa mengenai
2015 hubungan pengetahuan dengan upaya
Pengetahuan penderita TB Paru yang pencegahan penularan TB Paru pada
kurang tentang cara penularan, bahaya pasien di wilayah kerja Puskesmas
dan cara pengobatan akan berpengaruh Muaro Kumpeh dapat disimpulkan
terhadap sikap dan perilaku sebagai sesuai dengan teori dan penelitian

85
Jurnal Akademika Baiturrahim Susilawati, Dwi Yunita, Elis Suryana
Vol.5 No.2, September 2016

bahwa responden dengan pengetahuan pendidikan seseorang akan semakin baik


yang tinggi memiliki tindakan pengetahuannya. Dimana latar belakang
pencegahan TB Paru lebih baik pendidikan dari responden mayoritas
dibandingkan dengan responden dengan adalah SD sehingga mempengaruhi
pengetahuan yang rendah. Hal ini dapat pengetahuan. Kurang baiknya upaya
diartikan bahwa pengetahuan pencegahan penularan TB Paru tidak
merupakan domain yang sangat penting hanya disebabkan oleh faktor
untuk terbentuknya tindakan seseorang pengetahuan tetapi juga disebabkan oleh
karena dengan pengetahuan yang tinggi sikap yang dimiliki oleh responden.
dapat menciptakan perilaku yang baik Hasil penelitian tentang pengetahuan
(Notoatmodjo, 2007). didapatkan sebagian besar responden
Penelitian ini sejalan dengan memiliki pengetahuan yang rendah,
penelitian Wahyuni (2008) yang sedangkan hasil penelitian sikap
berjudul “Determinan Perilaku didapatkan sebagian besar responden
Masyarakat Dalam Pencegahan, memiliki sikap yang kurang baik
Penularan, Penyakit TBC di Wilayah terhadap upaya pencegahan penularan
Kerja Puskesmas Bendosari”, yang TB Paru yang dilakukan responden
menyimpulkan bahwa terdapat kurang baik. Hal ini dapat diartikan
hubungan yang bermakna antara bahwa pengetahuan dan sikap
pengetahuan dengan perilaku merupakan penunjang dalam melakukan
pencegahan penularan tuberkulosis di perilaku sehat (Notoatmodjo, 2007).
wilayah kerja bendosari. Semakin baik b) Hubungan antara sikap pasien
tingkat pengetahuan maka semakin dengan upaya pencegahan
tinggi juga tindakan pencegahan penularan TB Paru di wilayah
penularan penyakit tuberkulosis yang kerja Puskesmas Muaro Kumpeh
dilakukan. Kabupaten Muaro Jambi Tahun
Berdasarkan hasil analisa mengenai 2015.
hubungan pengetahuan dengan upaya Perilaku seseorang yang berkaitan
pencegahan penularan tuberkulosis paru dengan penyakit TB Paru adalah yang
di wilayah kerja Puskesmas Muaro mempengaruhi atau menjadikan
Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi dapat seseorang untuk mudah terinfeksi oleh
disimpulkan sesuai dengan teori dan kuman TB Paru misalnya kebiasaan
penelitian terkait bahwa responden membuka jendela setiap hari, menutup
dengan pengetahuan yang tinggi mulut bila batuk dan bersin, meludah
memiliki tindakan pencegahan sembarangan, merokok dan kebiasaan
penularan tuberkulosis baik menjemur kasur ataupun bantal
dibandingkan dengan responden dengan (Hiswani, 2007).
pengetahuan yang rendah. Hal ini dapat Berdasarkan tabel 4.12 didapatkan
diartikan bahwa pengetahuan analisis hubungan antara sikap dengan
merupakan domain yang sangat penting upaya pencegahan penularan TB Paru
untuk terbentuknya tindakan seseorang diperoleh bahwa, responden yang
karena dengan pengetahuan yang tinggi memiliki sikap baik dengan upaya
dapat menciptakan perilaku yang baik pencegahan penularan TB Paru baik
(Notoatmodjo, 2007). sebanyak 18 orang (78,3%) dan
Notoatmodjo (2007) mengungkapkan responden yang memiliki sikap baik
bahwa semakin tinggi tingkat dengan upaya pencegahan penularan TB
pendidikan merupakan salah satu faktor Paru kurang baik sebanyak 5 orang
yang mempengaruhi persepsi seseorang (21,7%). Sedangkan responden yang
untuk lebih mudah menerima memiliki sikap kurang baik dengan
pengetahuan baru dan semakin tinggi upaya pencegahan penularan TB Paru

86
Jurnal Akademika Baiturrahim Susilawati, Dwi Yunita, Elis Suryana
Vol.5 No.2, September 2016

baik sebanyak 3 orang (8,6%), dan penelitian bahwa responden dengan


responden yang memiliki sikap kurang pengetahuan yang tinggi dan sikap yang
baik dengan upaya pencegahan baik memiliki tindakan pencegahan TB
penularan TB Paru kurang baik Paru lebih baik dibandingkan dengan
sebanyak 32 orang (91,4%). Dari hasil responden dengan pengetahuan yang
uji statistik diperoleh nilai p-value 0,000 rendah dan sikap kurang baik. Hal ini
(p < 0,05 ) yang berarti bahwa ada dapat diartikan bahwa pengetahuan dan
hubungan yang signifikan antara sikap sikap merupakan penunjang dalam
dengan upaya pencegahan penularan TB melakukan perilaku sehat. Hal ini dapat
Paru di wilayah kerja Puskesmas Muaro diartikan bahwa pengetahuan
Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi Tahun merupakan domain yang sangat penting
2015. untuk terbentuknya tindakan seseorang
Penelitian ini sejalan dengan karena dengan pengetahuan yang tinggi
penelitian Wahyuni (2008) yang dapat menciptakan perilaku yang baik
berjudul “Determinan Perilaku (Notoatmodjo, 2007).
Masyarakat Dalam Pencegahan,
Penularan, Penyakit TBC di Wilayah SIMPULAN
Kerja Puskesmas Bendosari”,
menyimpulkan bahwa terdapat Berdasarkan hasil penelitian dan
hubungan yang bermakna antara sikap pembahasan terhadap 58 responden
responden dengan perilaku pencegahan dapat disimpulkan bahwa :
penularan penyakit tuberkulosis di 1. Responden yang mempunyai
wilayah kerja Puskesmas Bendosari. upaya pencegahan penularan TB
Nilai probabilitas yang didapatkan Paru kurang baik lebih banyak
bersifat signifikan yaitu 0,000 < 0,05 . dari upaya pencegahan penularan
Nilai coefficient correlation yang TB Paru yang baik, sebanyak 21
didapatkan 38,400 artinya korelasi kuat orang (36,2 %) upaya pencegahan
dan searah. Semakin positif sikap baik dan 37 orang (63,8 %) upaya
masyarakat maka semakin baik tindakan pencegahan kurang baik.
pencegahan yang dilakukan. 2. Responden yang mempunyai
Benyamin Bloom (1908) dalam pengetahuan TB Paru yang
Notoatmodjo (2007) yang menyatakan rendah lebih banyak dari
bahwa domain dari perilaku adalah responden pengetahuan tinggi,
pengetahuan, sikap, dan tindakan. Roger sebanyak 31 orang (53,4 %)
(1974) dalam Notoatmodjo (2007) pengetahuan rendah dan 27 orang
memiliki pendapat yang sama yaitu (46,6 %) pengetahuan tinggi.
sikap dan praktek yang tidak didasari 3. Responden yang mempunyai
oleh pengetahuan yang adekuat tidak sikap kurang baik tentang upaya
akan bertahan lama pada kehidupan pencegahan penularan TB Paru
seseorang, sedangkan pengetahuan yang lebih banyak dari sikap responden
adekuat jika tidak diimbangi oleh sikap yang baik, sebanyak 35 orang
dan praktek dan berkesinambungan (60,3 %) sikap kurang baik dan 23
tidak akan mempunyai makna yang orang (39,7 %) sikap baik.
berarti bagi kehidupan. 4. Ada hubungan yang signifikan
Berdasarkan hasil analisa mengenai antara pengetahuan dan upaya
hubungan pengetahuan dan sikap pencegahan penularan TB Paru di
dengan upaya pencegahan penularan TB wilayah kerja Puskesmas Muaro
Paru pada pasien di wilayah kerja Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi
Puskesmas Muaro Kumpeh dapat Tahun 2015 ( p value 0,010 <
disimpulkan sesuai dengan teori dan 0,05 ).

87
Jurnal Akademika Baiturrahim Susilawati, Dwi Yunita, Elis Suryana
Vol.5 No.2, September 2016

5. Ada hubungan yang signifikan dengan variabel dan tempat


antara sikap dan upaya penelitian yang berbeda. Sehingga
pencegahan penularan TB Paru di variabel yang belum sempat
wilayah kerja Puskesmas Muaro diteliti dalam penelitian ini dapat
Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi diteliti dan diketahui seberapa
Tahun 2015 ( p value 0,000 < jauh gambaran dan pengaruhnya.
0,05 ).
DAFTAR PUSTAKA
SARAN
Achmadi, UF, 2005. Manajemen
1. Bagi Puskesmas Muaro Penyakit Berbasis Wilayah.
Kumpeh Jakarta: PT.Kompas Media
Diharapkan pemegang Nusantara.
Program Penyakit Menular (P2M) Azwar, S, 2013. Sikap Manusia .
di Puskesmas Muaro Kumpeh Yogyakarta: Pustaka Pelajar
meningkatkan pelayanan Dahlan, S, 2009. Besar sampel dan cara
kesehatan bagi masyarakat pengambilan sampel dalam
khususnya penderita TB Paru Penelitian Kedokteran dan
dengan penyuluhan kesehatan Kesehatan. Jakarta: Salemba
tentang perilaku pasien dalam Medika.
upaya pencegahan penularan TB Depkes RI, 2008. Rencana Strategi
Paru. Hendaknya dilakukan Nasional Penanggulangan
secara terus menerus sampai Tuberkulosis 2008-2013. Jakarta.
masyarakat benar-benar Depkes RI, 2011. Strategi Nasional
memahami upaya pencegahan Pengendalian TB Paru di
penularan TB Paru baik dengan Indonesia 2010-2014: Jakarta.
menggunakan leflet maupun Depkes RI, 2012. Strategi Nasional
spanduk. Pengendalian TB Paru di
2. Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Indonesia 2010-2014: Jakarta.
Kesehatan Baiturrahim Jambi Depkes RI, 2012. TBC Masalah
Diharapkan bagi STIKBA Kesehatan Dunia.
dapat memperluas pengembangan http://depkes.go.id/index.php/berit
ilmu pengetahuan, khususnya a/press-release/1444-tbc-masalah-
dibidang penelitian keperawatan kesehatan-dunia.html. Diakses
dan sebagai referensi dalam tanggal 10 februari 2015.
memberikan meteri pembelajaran Dinkes Kota Jambi, 2010. Profil
tentang pencegahan penularan TB Tuberkulosis Paru 2007-2009:
Paru. Jambi
3. Bagi Peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat Dinkes Provinsi Jambi, 2011. Profil
digunakan sebagai acuan dan Tuberkulosis Paru 2009-2010:
pertimbangan untuk melakukan Jambi
penelitian lanjutan tentang upaya Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku
pencegahan penularan TB Paru. Pencegahan Penularan TBC
Di karenakan keterbatasan pada Mahasiswa di Asrama
penelitian serta banyaknya Manokwari Sleman Yogyakarta”
variabel lain yang dapat Hurlock Elizaeth, B, 2006. Psikologi
mempengaruhi upaya pencegahan Perkembangan. Jakarta:
penularan TB Paru, maka perlu Erlangga
dilakukan penelitian lanjutan

88
Jurnal Akademika Baiturrahim Susilawati, Dwi Yunita, Elis Suryana
Vol.5 No.2, September 2016

Erfandi, 2009. Pengetahuan dan Faktor- Penyakit Tuberkulosis (TB


Faktor Yang Mempengaruhi, Paru) di Kecamatan Sungai
http://forbetterhealth.wordpress. Tarab, Kabupaten Tanah Datar
com/2009/04/19/pengetahuan- Provinsi Sumatra Barat Tahun
dan-faktor -faktor-yang 2010.
mempengaruhi/,Diakses tanggal http//ejournal.litbang.depkes.go.
10 februari 2015. id/index.php/MPK/article/view/
Fibriana, 2011. “ Hubungan antara 108/89. Diakses tanggal 10
Sikap dengan Perilaku februari 2015.
Keluarga Tentang Pencegahan Notoatmodjo, Soekidjo, 2003.
Penyakit Menular Tuberkulosis Pendidikan Dan Perilaku
di Puskesmas Wringnanom Kesehatan. Jakarta: Rineka
Gresik”. Cipta
Francis, C, 2011. Perawatan Respirasi. Notoatmodjo, S, 2007. Promosi
Jakarta: Erlangga. Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Hartono Sastro wijoyo, 2005. Sikap, Jakarta : Rineka Cipta
Motivasi , dan Konsep Diri Notoatmodjo, S, 2010. Metodologi
terhadap Perilaku Konsumen. Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Jakarta: Salemba Empat Rineka Cipta
Hasmi, 2012. Metode Penelitian Nursalam, 2011. Konsep dan Penerapan
Epidemiologi. Jakarta : CV. Metodologi Penelitian Ilmu
Trans Info Media Keperawatan. Pedoman Skripsi,
Hidayat Aziz Alimul, 2007. Metode Tesis, dan Instrumen Penelitian
penelitian keperawatan dan Keperawatan Edisi 2. Jakarta:
teknik analisis data. Jakarta: Salemba Medika.
Salemba Medika. Putra, 2011. “Hubungan Perilaku dan
Hiswani, 2007. Tuberkulosis Merupakan Kondisi Sanitasi Rumah dengan
Penyakit Infeksi yang Masih Kejadian TB Paru di Wilayah
Menjadi Masalah Kesehatan Kerja Kota Solok”,
Masyarakat. Universitas Potter, P.A. & Perry, A.N, 2005.
Sumatera Utara: Fakultas Konsep, Proses, dan Praktik
Kedokteran.http://library.usu.ac. Edisi 4. Jakarta: Buku Ajar
id/download/fkm/fkm- Fundamental Keperawatan:
hiswani6.pdf. Diakses pada EGC
tanggal 5 januari 2015. Dr. dr. Trihono, MSc.ii, 2013. Riset
Green, Lawrence, 1980. Health Kesehatan Dasar. Jakarta:
Education Planning A Badan Penelitian dan
Diagnostic Approach. Pengembangan Kesehatan
Baltimore. The John Hopkins Kementerian Kesehatan RI .
University, Mayfield Publishing Saryono, 2011. Metodologi Penelitian
Co Kesehatan (Edisi Cetakan Ke-
4). Jogjakarta : Mitra Cendikia
Masrin, 2008. Tuberkulosis Paru, Press.
(online),http://digilib.unimus.ac. Skinner, B.F, 1938. The Behavior of
id/files/disk1/114/jtptunimus- Organisms: An Experimental
gdl-noorainnyg-5672-210.bab- Analysis. Cambridge,
i.pdf diakses tanggal 5 januari Massachusetts: B.F. Skinner
2015. Foundation.
Media, Y. Pengetahuan, Sikap dan Sugiyono, 2005. Metode Penelitian
Perilaku Masyarakat Tentang Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

89
Jurnal Akademika Baiturrahim Susilawati, Dwi Yunita, Elis Suryana
Vol.5 No.2, September 2016

Sugiyono, 2013. Cara Mudah Menyusun


Skripsi, Tesis, dan Disertasi.
Bandung: Alfabeta.
WHO. Global Tuberculosis Report
[serial online]. WHO; 2012
[Diakses ]. Available from:
URL: HIPERLINK.
http://apps.who.int/iris/bitstream
/10665/75938/1/9789241564502
_eng.pdf . Diakses tanggal 10
februari 2015
Wahyuni, 2008. “Determinan Perilaku
Masyarakat dalam Pencegahan,
Penularan Penyakit TBC di
Wilayah Kerja Puskesmas
Bendosari”,
Widoyono, 2008. Penyakit Tropis:
Epidemiologi, Penularan,
Pencegahan dan
Pemberantasannya. Jakarta:
Erlangga.
Winardi, 2004. Motivasi dan
Pemotivasian dalam
Manajemen. Jakarta: Raja

90

You might also like