Professional Documents
Culture Documents
79-90 Manuskrip Dwi Yunita
79-90 Manuskrip Dwi Yunita
ABSTRACT
81
Jurnal Akademika Baiturrahim Susilawati, Dwi Yunita, Elis Suryana
Vol.5 No.2, September 2016
penderita TB Paru terbanyak setelah dan tahun 2010 sebesar 65,87% dengan
India, China, Afrika Selatan dan variasi cakupan antara 51,59% sampai
Nigeria. Peringkat ini mengalami dengan 87,82% (Dinkes Provinsi Jambi,
peningkatan dibandingkan tahun 2007 2011)
yang menempatkan Indonesia pada Berdasarkan data dari Dinas
posisi ke-3 kasus TB Paru terbanyak Kesehatan Kota Jambi angka penemuan
setelah India dan China (Depkes RI, kasus baru penderita TB paru di Kota
2012). Jambi dari Tahun 2007 sampai dengan
Angka kematian dan kesakitan 2009 mengalami peningkatan, dimana
akibat kuman Mycobacterium pada tahun 2007 jumlah penderita
Tuberculosis, di Indonesia sangatlah sebanyak 53,63%, tahun 2008 sebanyak
tinggi. Tahun 2009, 1,7 juta orang 53,67% dan pada tahun 2009 sebanyak
meninggal karena TB Paru yang 61,6% (Dinkes Kota Jambi, 2010).
diantaranya 600.000 perempuan dan 1,1 Prevalensi penduduk Indonesia
juta laki-laki, sementara ada 9,4 juta yang di diagnosis TB paru oleh tenaga
kasus baru TB Paru yang diantaranya kesehatan tahun 2013 adalah 0,4 %,
3,3 juta perempuan dan 6,1 juta laki- tidak berbeda dengan 2007. Lima
laki. Kasus TB Paru lebih banyak provinsi dengan TB paru tertinggi
diderita oleh laki-laki dibandingkan adalah Jawa Barat (0,7%), Papua
perempuan dikarenakan laki-laki (0,6%), DKI Jakarta (0,6%), Gorontalo
mempunyai aktivitas yang tinggi bekerja (0,5%), Banten (0,4%) dan Papua Barat
di luar rumah dan merokok baik perokok (0,4%). Proporsi penduduk dengan
aktif maupun pasif sehingga lebih gejala TB paru batuk ≥ 2 minggu
mudah terpapar kuman TB Paru. Tahun sebesar 3,9 % dan batuk darah 2,8 %.
2010 Indonesia telah berhasil Berdasarkan karakteristik penduduk,
menurunkan insidens, prevalensi, dan prevalensi TB paru cenderung
angka kematian. Insidens berhasil meningkat dengan bertambahnya umur,
diturunkan sebesar 45% yaitu 343 pada pendidikan rendah, dan yang tidak
menjadi 189 per 100.000 penduduk, bekerja. Dari seluruh penduduk yang di
prevalensi dapat diturunkan sebesar 35% diagnosis TB paru oleh tenaga
yaitu 443 menjadi 289 per 100.000 kesehatan, hanya 44,4% diobati dengan
penduduk dan angka kematian obat program. Lima provinsi terbanyak
diturunkan sebesar 71% yaitu 92 yang mengobati TB Paru dengan obat
menjadi 27 per 100.000 penduduk. TB program adalah DKI Jakarta (68,9%).
Paru masih merupakan masalah DI Yogyakarta (67,3%), Jawa Barat
kesehatan penting di dunia dan di (56,2%), Sulawesi Barat (54,2%) dan
Indonesia. TB Paru juga merupakan Jawa Tengah (50,4%) (Riskesdas,
salah satu indikator keberhasilan MDGs 2013).
(Millennium Development Goals) yang Pencegahan penyakit merupakan
harus dicapai oleh Indonesia, yaitu komponen penting dalam pelayanan
menurunkan angka kesakitan dan angka kesehatan. Perawatan pencegahan
kematian menjadi setengahnya di tahun melibatkan aktivitas peningkatan
2015. (Depkes RI, 2011). kesehatan termasuk program pendidikan
Berdasarkan data Dinas Kesehatan kesehatan khusus, yang dibuat untuk
Propinsi Jambi diketahui cakupan membantu klien menurunkan resiko
penemuan penderita TB Paru di Provinsi sakit, mempertahankan fungsi yang
Jambi dalam dua tahun terakhir masih di maksimal, dan meningkatkan kebiasaan
bawah target (85%) yaitu tahun 2009 yang berhubungan dengan kesehatan
sebesar 58,48% dengan variasi cakupan yang baik (Perry & Potter, 2005). Upaya
antara 31,66% sampai dengan 84,04% pencegahan penyakit TB Paru dilakukan
82
Jurnal Akademika Baiturrahim Susilawati, Dwi Yunita, Elis Suryana
Vol.5 No.2, September 2016
83
Jurnal Akademika Baiturrahim Susilawati, Dwi Yunita, Elis Suryana
Vol.5 No.2, September 2016
84
Jurnal Akademika Baiturrahim Susilawati, Dwi Yunita, Elis Suryana
Vol.5 No.2, September 2016
periode awal masa dewasa (19 – 40 orang sakit dan akhirnya berakibat
tahun) jumlahnya lebih banyak dari menjadi sumber penular bagi orang di
periode yang lain yaitu sebanyak 34 sekelilingnya. Penularan penyakit TB
orang (58,62%), dan jumlah yang paling paru pada dasarnya disebabkan oleh
sedikit yaitu periode remaja (13 -18 penderita yang dahaknya mengandung
tahun) sebanyak 4 orang (6,90%). kuman mycobacterium tuberculosis.
2. Karakteristik Jenis Kelamin Penularan ini disebabkan oleh penderita
Karakteristik responden berdasarkan yang tidak menutup mulut saat batuk
jenis kelamin. Dapat diketahui dan bersin, meludah disembarang
responden yang lebih banyak laki- laki tempat, tidak membuka jendela maupun
sebanyak 41 orang (70,7 %) sedangkan ventilasi rumah sehingga cahaya
perempuan sebanyak 17 orang (29,3 %). matahari tidak bisa masuk, penderita
3. Karakteristik Status berbicara dengan orang lain sehingga
Pernikahan terdapat percikan dahak yang keluar,
Karakteristik responden berdasarkan menggunakan alat-alat makan dan
status pernikahan. Dari 58 responden kamar tidur secara bersamaan dengan
dapat diketahui yang menikah lebih anggota keluarga yang lain, dan tidak
banyak yaitu sebanyak 39 orang (67,2 pernah menjemur bantal, selimut dan
%) dan yang belum menikah sebanyak kasur (Hiswani, 2007).
19 orang (32,8 %). Berdasarkan tabel 4.12 didapatkan
4. Karakeristik Pendidikan analisis hubungan antara pengetahuan
Karakteristik responden berdasarkan dengan upaya pencegahan penularan TB
tingkat pendidikan. Dari 58 responden Paru diperoleh bahwa, responden yang
dapat diketahui, yang berpendidikan SD memiliki pengetahuan tinggi dengan
lebih banyak dari yang lain yaitu upaya pencegahan penularan TB Paru
sebanyak 29 orang (50,0%), dan yang baik sebanyak 15 orang (55,6 %) dan
jumlahnya sedikit yaitu pendidikan responden yang memiliki pengetahuan
Akademi/ Sarjana sebanyak 2 orang tinggi dengan upaya pencegahan
(3,4%). penularan TB Paru kurang baik
5. Karakteristik Pekerjaan sebanyak 12 (44,4%). Sedangkan
Karakteristik responden berdasarkan responden yang memiliki pengetahuan
pekerjaannya. Dari 58 responden dapat rendah dengan upaya pencegahan
diketahui, yang bekerja sebagai penularan TB Paru baik sebanyak 6
karyawan swasta/ buruh lebih banyak orang (19,4%), dan responden yang
dari pekerjaan yang lainnya yaitu memiliki pengetahuan rendah dengan
sebanyak 25 orang (43,1%), dan yang upaya pencegahan penularan TB Paru
paling sedikit yaitu yang masih sekolah kurang baik sebanyak 25 orang (80,6
(pelajar) sebanyak 1 orang (1,7%). %).
A. Analisa Bivariat Dari hasil uji statistik diketahui/
diperoleh nilai p-value 0,010 (p < 0,05)
a) Hubungan antara pengetahuan yang berarti bahwa ada hubungan antara
dengan upaya pencegahan pengetahuan dengan upaya pencegahan
penularan TB Paru di wilayah penularan TB Paru di wilayah kerja
kerja Puskesmas Muaro Kumpeh Puskesmas Muaro Kumpeh Tahun 2015.
Kabupaten Muaro Jambi Tahun Berdasarkan hasil analisa mengenai
2015 hubungan pengetahuan dengan upaya
Pengetahuan penderita TB Paru yang pencegahan penularan TB Paru pada
kurang tentang cara penularan, bahaya pasien di wilayah kerja Puskesmas
dan cara pengobatan akan berpengaruh Muaro Kumpeh dapat disimpulkan
terhadap sikap dan perilaku sebagai sesuai dengan teori dan penelitian
85
Jurnal Akademika Baiturrahim Susilawati, Dwi Yunita, Elis Suryana
Vol.5 No.2, September 2016
86
Jurnal Akademika Baiturrahim Susilawati, Dwi Yunita, Elis Suryana
Vol.5 No.2, September 2016
87
Jurnal Akademika Baiturrahim Susilawati, Dwi Yunita, Elis Suryana
Vol.5 No.2, September 2016
88
Jurnal Akademika Baiturrahim Susilawati, Dwi Yunita, Elis Suryana
Vol.5 No.2, September 2016
89
Jurnal Akademika Baiturrahim Susilawati, Dwi Yunita, Elis Suryana
Vol.5 No.2, September 2016
90