Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

528

Kebiasaan Makan Makanan Tinggi Purin Pada Penderita Gout Arthritis


Rawat Jalan Di Puskesmas Tuminting
Stevyna Barangmanise1Yani Karundeng2Yulandari Latif3
1
RSJ. Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang Manado,
2
Jurusan Keperawatan Poltekkes Manado,
3
Jurusan Gizi Poltekkes Manado

ABSTRACT
Gout is a disease of purine metabolic abnormalities in which there is excessive production of
uric acid (hyperuricemia) or excessive buildup of uric acid in the body. This study aims to determine
the eating habits of high purine diet in patients with outpatient gout arthritis in the Tuminting public
health center.
The type of this research is descriptive observational research using food consumption survey
method. This research was conducted in June 2016. Place of research at Tumunting Health Center
Manado. The population in this study were all outpatient gout arthritis patients at Tuminting Health
Center who were determined using consecutive sampling with criteria that is: men and women aged
20-60 years, willing to be respondents, the sample size in this study was determined by proportion in
the limited population amounted to 30 samples.
The results of examination of uric acid levels of respondents in this study men have a mean of
uric acid levels 7.8 mg / dl lowest 7.3 mg / dl and highest 10.2 mg / dl and for women have a mean of
uric acid level 6.7 mg / dl lowest 6.3 mg / dl and highest 7.9 mg / dl. The frequency of eating most of
the respondents often ate foods high in purines and foods with moderate levels of purine content. The
most commonly eaten source of the most frequently consumed purine ingredients is beef liver and
sardines. While the food sources that contain the most frequently consumed purin are kale, tofu,
tempeh, tuna and beans. Suggestions to the respondents in this study were to select and consume food
that is low purine and avoid alcohol consumption.

Keywords: High Eating Habits Purin, Gout Arthritis

PENDAHULUAN
Penyakit asam urat disebut pula dengan istilah gout arthritis atau pirai dan termasuk
bagian-bagian dari reumatik. Penyakit ini akan muncul saat terjadi penumpukan kristal asam
urat (monosodium urat) pada sendi akibat kadar asam urat yang terlalu berlebihan di dalam
darah. Jika kadar asam urat didalam darah terlalu berlebihan maka ginjal tidak mampu lagi
mengatur kestabilannya (Noormindhawati, 2014).
Berdasarkan survei WHO tahun 2004, Indonesia merupakan negara terbesar ke 4 di
dunia yang penduduknya menderita asam urat dan berdasarkan sumber dari Buletin Natural,
di Indonesia penyakit asam urat 35% terjadi pada pria di bawah usia 34 tahun. Kadar asam
urat normal pada pria berkisar 3,5-7 mg/dl dan pada perempuan 2,6-6 mg/dl. Kadar asam urat
yang lebih dari 7mg/dl untuk laki-laki dan 6 mg/dl untuk perempuan disebut hiperurisemia.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan untuk prevalensi
penyakit sendi secara nasional berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (D) yaitu 11,9% dan
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala (D/G) yaitu 24,7%. Untuk prevalensi
529

penyakit sendi pada umur ≥15 tahun berdasarkan provinsi, prevalensi untuk Kota Manado
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (D) sebesar 7,2% dan berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan atau gejala (D/G) sebesar 14,2% (Riskesdas, 2013).
Prevalensi penyakit sendi berdasar diagnosis di provinsi Sulawesi Utara 10,3% dan
berdasar diagnosis dan gejala 19,1%. Prevalensi berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di
Bolaang Mongondow(18,0%), diikuti Bolaang Mongondow Selatan (12,7%), Bolaang
Mongondow Utara dan Kepulauan Talaud masing-masing 12,6%, dan Minahasa sebesar
11,8%. Prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosis dan gejala tertinggi di Bolaang
Mongondow Selatan (31,8%), diikuti Kepulauan Talaud (29,4%), Bolaang Mongondow
(27,5%), dan kota Tomohon sebesar 23,8% (Riskesdas, 2013).
Penderita asam urat yang datang berobat rutin di wilayah kerja Puskesmas
Tuminting dari bulan Januari sampai bulan April 2016 berjumlah 107 orang (Laporan
Puskesmas Tuminting, 2016). Rumusan masalah dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
lebih lanjut tentang “Bagaimana kebiasaan makan makanan tinggi purin pada penderita Gout
Arthritis rawat jalan di Puskesmas Tuminting. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
kebiasaan makan makanan tinggi purin pada penderita gout arthritis rawat jalan di Puskesmas
Tuminting. Manfaat Penelitian ini adalah Untuk memberikan informasi dan meningkatkan
pengetahuan bagi masyarakat agar mampu untuk mencegah secara mandiri penyakit gout dan
menjadi acuan bagi Puskesmas dalam peningkatan pelayanan bagi kesehatan masyarakat.
Uric acid atau asam urat merupakan produk akhir dari proses katabolisme purin.
Purin termasuk salah satu komponen asam nukleat dan terdapat pada inti sel semua makhluk
hidup. Purin menjadi salah satu struktur kimia pembentuk DNA dan termasuk kelompok
nonesensial dalam tubuh. Oleh karena itu, purin bisa ditemukan pada setiap sel-sel tubuh,
termasuk pada setiap bahan makanan yang berasal dari tumbuhan maupun hewan. Selain itu,
purin juga bisa terbentuk akibat perusakan sel-sel tubuh yang terjadi secara alami maupun
akibat suatu penyakit (Noormindhawati, 2014).
Gout adalah penyakit kelainan metabolisme purin dimana terjadi produksi asam
urat berlebihan (hiperurisemia) atau penumpukan asam urat dalam tubuh secara berlebihan.
Peningkatan produksi asam urat menyebabkan peradangan sendi dan pembengkakan sendi.
Penyakit gout di masyarakat lebih dikenal dengan istilah penyakit asam urat (Suiraoka,
2012).
Faktor yang berperan terhadap terjadinya gout yaitu faktor keturunan dengan adanya
riwayat gout dalam keluarga, pola makan dengan tinggi protein dan kaya senyawa purin
lainnya, konsumsi alkohol yang berlebihan, hambatan pembuangan asam urat karena
530

penyakit tertentu, penggunaan obat-obatan yang meningkatkan kadar asam urat, penggunaan
antibiotika secara berlebihan yang menyebabkan berkembangnya jamur, bakteri, dan virus
menjadi lebih ganas, penyakit tertentu pada darah yang menyebabkan terjadinya gangguan
metabolisme tubuh, obesitas, serta faktor lainnya seperti stress, cedera sendi, hipertensi, dan
olahraga berlebihan (Suiraoka, 2012).
Makanan yang perlu di hindari untuk mencegah penaikan kadar asam urat dalam
darah yaitu makanan yang banyak mengandung purin tinggi, penggolongan makanan
berdasarkan kandungan purin :
1. Tinggi Purin 150 – 1000 mg/100 g bahan pangan adalah otak, jeroan, daging angsa, daging
dara, burung dara, telur ikan, kaldu, sarden, alcohol, ragi dan makanan yang diawetkan.
2.Sedang purin 50 – 100 mg/100 g bahan pangan adalah ikan tongkol, tenggiri, bawal,ikan
teri, bandeng, daging sapi, daging ayam, kerang, asparagus, kacang-kacangan, jamur,
bayam, kembang kol, buncis, kapri, tahu, tempe. Bahan pangan ini sebaiknya dibatasi 50
g/hari.
3. Rendah purin 0 – 100 mg/100 g bahan pangan adalah kelompok serealia, sayuran dan
buah segar kecuali yang berada di golongan tinggi dan sedang.
Asam urat di dalam tubuh bisa berasal dari luar yaitu dari diet tinggi purin dan dari
dalam yang merupakan hasil akhir metabolisme purin. Umumnya karena pola makan yang
tidak seimbang (jumlah asupan protein sangat tinggi) (Utami,2009).
Asam urat juga terbentuk sebagai hasil metabolism protein, maka beberapa ahli juga
menyarankan agar si penderita juga melakukan diet rendah protein yang kaya akan asam
amino yang mengandung belerang. Oleh karena itu, diet yang diberikan kepada penderita
batu ginjal asam urat harus diet yang tinggi sisa basanya dan yang kandungan asam aminonya
mengandung belerang rendah. Umumnya sayuran dan buah-buahan dapat diberikan dalam
jumlah banyak. Namun ada beberapa sayuran yang sebaiknya dibatasi seperti asparagus,
bayam, kacang polong, kacang buncis, kembang kol dan jamur (Almatsier, 2008 : Mutia,
2010).
Asam urat terbentuk karena hiperurisemia, dehidrasi, atau kadar Ph urin yang rendah
(bersifat asam). Makanan yang mengandung purin tinggi umumnya menghasilkan urin yang
bersifat asam dan meningkatkan ekskresi asam urat melalui urin. Oleh sebab itu, disamping
meningkatkan asupan cairan dan menghindari makanan yang mengandung purin tinggi, perlu
di usahakan untuk meningkatkan Ph urin (Rina Yenna : Diah Krisnatuti, 2008).
Pengolahan pangan, terutama perebusan, dapat menurunkan kandungan purin karena
purin lepas kedalam air rebusan. Pada perebusan daging, ikan, maupun udang, nukleotida
531

protein akan keluar. Zat tersebut dikenal sebagai kaldu. Demikian juga pengolahan kedelai
mentah menjadi tempe atau tahu, akan menurunkan kandungan purin bahan pangan
(Apriyanti, 2014). Sumber makanan yang termasuk berkadar purin/pirimidin tinggi bisa
dilihat pada table berikut:
Tabel 1. Kandungan purin bahan makanan
Sumber makanan Kadar Purin (mg/100 gram)
Teobromin (kefein coklat) 2,3
Limpa kambing 773
Hati sapi 554
Ikan sarden 480
Jamur kuping 448
Limpa sapi 444
Daun melinjo 366
Paru sapi 339
Bayam, kangkung 290
Ginjal sapi 269
Jantung sapi 256
Hati ayam 243
Jantung kambing/domba 241
Ikan teri 239
Udang 234
Biji melinjo 222
Daging kuda 200
Kedelai dan kacang-kacangan 190
Dada ayam dengan kulitnya 175
Daging ayam 169
Daging angsa 165
Lidah sapi 160
Ikan kakap 160
Tempe 141
Daging bebek 138
Kerang 136
Udang lobster 118
Tahu 108
(sumber: penuntun DIET, Instansi Gizi RSCM dan Asosiasi Dietensien Indonesia)
Apabila kadar asam urat berlebihan dan ginjal tidak mampu mengatur
keseimbangannya, maka akan menumpuk pada jaringan dan sendi. Pada saat kadar asam urat
tinggi dan tidak segera diobati dapat menyebabkan penyakit batu ginjal. Tanda dan gejala
asam urat adalah terjadinya peningkatan asam urat serum, nyeri hebat yang datang tiba-tiba,
pergerakan kaku, mudah merasa letih dan lesu, kemerahan di kulit, sakit tenggorokan, nafsu
makan berkurang, lidah berwarna merah (gusi berdarah). Penyakit gout yang berkaitan
dengan peningkatan asam urat tidak begitu dikenal masyarakat, sebagian besar masyarakat
menyebutnya penyakit asam urat.
532

Tabel 2. Kandungan Purin Dalam 100 Gram Bahan Makanan


Golongan A (100-1000 Golongan C (0-9 mg)
Jenis Bahan Golongan B (10-100 mg)
mg) (Dapat Diabaikan)
Nasi, ubi, singkong,
Karbohidrat - - jagung, roti, mie, bihun,
dan tepung beras
Hati, ginjal, otak, jantung,
jeroan, ekstrak Ikan (selain Gol. A), daging
Protein
daging/kaldu, remis, sapi, ayam, udang, dan keju, susu, dan telur
Hewani
kerang, bebek, sarden, kerang
dan makarel
Protein Kacang kering dan
- -
Nabati olahannya, tahu serta tempe
Lemak - - Lemak dan minyak
Asparagus, bayam, daun
Sayuran - singkong, kangkung, serta Selain golongan B
daun dan biji melinjo
Buah-
- - Semua
buahan
Alkohol,ragi, dan Cake, kue kering, dan
Lain-lain -
makanan yang diawetkan puding
(Sumber : Almatsier, 2004)
Menurut Persagi, syarat diet bagi penderita gout yaitu sebagai berikut:
1. Pembatasan purin
Apabila terjadi pembengkakan sendi atau kadar asam urat serum lebih dari 10 mg/dl,
penderita harus diberikan diet bebas purin. Namun, kenyataannya tidak mungkin
merencanakan diet tanpa purin karena hampir semua bahan makanan sumber protein
mengandung nukleoprotein. Diet yang normal biasanya mengandung 600-1000 mg
purin/hari. Oleh karena itu diet bagi penderita gout harus dikurangi kandungan purinnya
hingga kira-kira hanya mengkonsumsi sekitar 100-150 mg purin/hari.
2. Kalori sesuai dengan kebutuhan
Jumlah konsumsi kalori harus betul-betul diperhatikan hingga sesuai dengan kebutuhan
tubuh yang didasarkan pada tinggi dan berat badan individu. Bagi penderita gout yang
kelebihan berat badan harus menurunkan berat badannya dengan memperhatikan jumlah
konsumsi kalori.
Jumlah kalori di sesuai kebutuhan dan dijaga agar berat badan tidak dibawah normal atau
kurang gizi. Kekurangan kalori akan meningkatkan asam urat serum dengan adanya keton
bodies yang dapat mengurangi pengeluaran asam urat melalui urin. Demikian juga halnya
yang akan terjadi jika penderita menjalani puasa atau diet yang ketat.
533

Pada penderita yang gemuk, konsumsi kalori perlu dikurangi 10-15% dari total konsumsi
kalori yang normal setiap harinya. Dengan demikian, kelebihan berat badan dapat
diturunkan secara bertahap. Untuk mengatasi rasa lapar akibat pembatasan kalori,
penderita dapat mengkonsumsi banyak sayuran dan buah-buahan segar, dengan
mengkonsumsi buah dan sayur, dapat memberikan rasa kenyang. Kadar airnya yang tinggi
sangat baik dalam membantu melarutkan kelebihan asam urat dalam serum.
3. Tinggi karbohidrat
Karbohidrat diberikan sesuai dengan kebutuhan kalori. Ada dua jenis karbohidrat yang
biasa dikonsumsi, yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat
kompleks, seperti nasi, singkong, ubi, sangat baik dikonsumsi oleh penderita gout karena
dapat meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin. Oleh karena itu konsumsi
karbohidrat kompleks disarankan tidak kurang dari 100 g/hari. Namun, penderita gout
harus mengurangi konsumsi karbohidrat sederhana jenis fruktosa seperti gula, permen,
arum manis, gulali, dan sirup. Konsumsi fruktosa tersebut dapat meningkatkan kadar asan
urat serum.
4. Rendah protein
Penderita gout diberikan diet rendah protein karena protein dapat meningkatkan produksi
asam urat, terutama protein yang berasal dari bahan makanan hewani. Sumber makanan
yang mengandung protein tinggi misalnya hati, ginjal, otak paru dan limpa. Sumber
protein yang dianjurkan adalah protein nabati yang berasal dari tumbuhan dan protein
yang berasal dari susu, keju dan telur.
5. Rendah lemak
Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Oleh karena itu penderita gout
sebaiknya diberi diet rendah lemak. Penderita harus membatasi makanan yang digoreng
dan bersantan serta menghindari penggunaan margarin (berasal dari produk nabati) atau
mentega (berasal dari produk hewani). Demikian pula dengan buah yang kandungan
lemaknya tinggi seperti avokad dan durian, konsumsinya dibatasi.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional dengan menggunakan metode
survey. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016. Tempat penelitian di Puskesmas
Tumunting Manado. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita gout Rawat
Jalan di Puskesmas Tuminting yang ditentukan menggunakan consecutif sampling dengan
kriteria yaitu : laki-laki dan perempuan berusia 20-60 tahun, bersedia untuk menjadi
534

responden, besar sampel untuk data proporsi pada populasi terbatas berjumlah 30 sampel.
Definisi Operasional variabel dalam penelitian ini antara lain :
1. Penderita gout adalah penderita yang di diagnosa dokter dengan kadar asam urat diatas
normal, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan rentang umur 20-60 tahun.
2. Kebiasaan makan adalah perilaku manusia untuk memenuhi kebutuhan individu yang
meliputi jumlah, jenis dan frekuensi makanan tinggi purin diperoleh dengan
menggunakan Formulir semi Food Frequency questionnaire (FFQ).
3. Frekuensi makan makanan tinggi purin adalah berapa kali dalam seminggu asupan purin
yang dimakan oleh penderita.
4. Jumlah makanan tinggi purin adalah berapa banyak bahan makan tinggi purin yang
dimakan oleh penderita gout dalam sekali makan yang diukur dalam satuan gram.
5. Jenis makanan tinggi purin adalah bahan makanan yang mengandung zat purin tinggi
yang sering dimakan oleh penderita yaitu kerang, daging bebek, daging angsa, burung
dara, ikan sarden, alkohol, ginjal sapi, otak sapi, hati sapi, jantung sapi, paru sapi dan
telur ikan.
6. Kadar asam urat adalah angka yang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium yang
di klasifikasikan normal untuk laki-laki ≤ 7 mg/dl, tinggi jika > 7 mg/dl dan untuk
perempuan ≤ 6 mg/dl, tinggi jika > 6 mg/dl.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Formulir pengambilan data identitas responden
2. Formulir Semi Food Frequncy questionnaire (FFQ)
3. Alat pengukur kadar asam urat (nesco multi check)
HASIL
Letak wilayah kerja Puskesmas Tuminting bervariasi selain didaerah dataran ada yang
tinggal di daerah dekat pesisir pantai sebagian kelurahan sindulang satu, sindulang dua,
karangria, maasing, tumumpa satu dan tumumpa dua ada yang di bantaran sungai sebagian
kelurahan mahawu dan daerah rawan longsor yaitu terdapat sebagian di kelurahan mahawu,
tuminting dan sindulang satu. Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh kepada seluruh masyarakat di wilayah kerjanya, untuk Puskesmas Tuminting
yaitu :
1. Upaya promosi kesehatan
2. Upaya kesehatan lingkungan
3. Upaya kesehatan gigi
4. Upaya kesehatan ibu dan anak (KIA) dan keluarga berencana (KB)
535

5. Upaya perbaikan gizi masyarakat


6. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular (P2M)
7. Upaya pengobatan dan laboratorium
Adapun 10 penyakit menonjol yang berada di Puskesmas Tuminting tahun 2015, yaitu :
1. ISPA
2. Hipertensi
3. Peradangan Rongga dan Mulut
4. Arthritis
5. Penyakit Kulit Alergi
6. Penyakit pada saluran pernafasan atas
7. Diare
8. Myalgia
9. Kecelakaan
10. Konjuntivitis

B. Karakteristik Responden
a. Umur
Umur responden lebih jelasnya dapat dilihat dari table berikut ini :
Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Umur
Jumlah
Umur Responden (tahun)
n %
31- 40 2 6.67
41-50 10 33.33
51-60 18 60
Jumlah 30 100
Tabel 3 menunjukkan sebagian responden da;am penelitian ini berada pada kisaran
51-60 tahun.
b. Tingkat Pendidikan
Berikut ini adalah Tingkat pendidikan responden selengkapnya dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Jumlah
Tingkat Pendidikan
n %
Tamat SD 8 26.67
Tamat SLTP 15 50
Tamat SLTA 7 23.33
Jumlah 30 100
Tabel 4 menunjukkan tingkat pendidikan terbanyak responden adalah tamat SLTP 15
orang (50%).
536

c. Jenis Pekerjaan
Distribusi responden pekerjaan dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan
Jumlah
Pekerjaan
n %
Swasta 6 20
Pedagang 3 10
Nelayan 2 6.67
IRT 19 63.33
Jumlah 30 100

Tabel 5 menunjukkan bahwa jenis pekerjaan responden yang paling banyak adalah
sebagai IRT yaitu 19 orang (63.33).
d. Kadar Asam Urat Responden menurut Jenis Kelamin
Secara umum semua responden dalam penelitian adalah pasien dengan diagnosa gout
arthritis yang berobat di Puskesmas Tuminting dan mempunyai kadar asam urat yang
dikategorikan tinggi selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 6. Kadar Asam Urat Responden
Variabel Mean Median SD Min Max p
Laki-laki 7.8 8 2.4 7.3 10.2 0.07
Perempuan 6.7 6.5 3.1 6.3 7.9 0.09

Tabel 6 menunjukkan hasil pemeriksaan kadar asam urat responden dalam penelitian ini
laki-laki mempunyai rerata kadar asam urat 7.8 mg/dl terendah 7.3 mg/dl dan tertinggi
10.2 mg/dl dan untuk perempuan mempunyai rerata kadar asam urat 6.7 mg/dl terendah
6.3 mg/dl dan tertinggi 7.9 mg/dl.
2. Kebiasaan Makan Makanan Tinggi Purin
a. Jenis dan frekuensi makan makanan sumber purin
Jenis makanan sumber purin di golongkan menjadi 3 yaitu purin tinggi (150-1000
mg/100 g makanan, purin sedang 50-150 mg/100 gr makanan. Penilaian frekuensi
makan makanan sumber purin tinggi dan sedang diperoleh dari data semi Food
Frequency Questionnaire (FFQ) yang di kategorikan sering, jarang atau tidak pernah
di konsumsi selama 1 minggu terakhir, selengkapnya dapat dilihat pada table berikut :
537

Tabel 7. Jenis dan Frekuensi Makan Makanan dengan Kandungan


Tinggi Purin Responden
Frequensi Makan
Golongan A Tinggi Purin (150-1000 mg/100 gram)
Jenis Sering Jarang Tidak Pernah Jumlah
n % n % n % n %
kerang 0 0,00 1 3,33 29 96,67 30 100
daging bebek 4 13,33 19 63,33 7 23,33 30 100
daging angsa 0 0,00 0 0,00 30 100 30 100
burung dara 0 0,00 0 0,00 30 100 30 100
ikan sarden 11 36,67 12 40,00 7 23,33 30 100
alkohol 0 0,00 6 20,00 24 80,00 30 100
ginjal sapi 0 0,00 10 33,33 20 66,67 30 100
otak sapi 0 0,00 10 33,33 20 66,67 30 100
hati sapi 10 33,33 12 40,00 8 26,67 30 100
jantung sapi 0 0,00 10 33,33 20 66,67 30 100
paru sapi 0 0,00 10 33,33 20 66,67 30 100
telur ikan 0 0,00 0 0,00 30 100 30 100

Tabel 7 diatas menunjukan beberapa jenis makanan sumber purin tinggi yang sering di
konsumsi oleh responden yaitu hati sapi, daging bebek dan ikan sarden yang di
konsumsi dalam satu minggu terakhir. Bahan makanan yang seharusnya di hindari
karena sangat berpengaruh dalam peningkatan kadar asam urat dalam darah. Kebiasaan
makan makanan yang bersumber dari jenis bahan makanan tinggi purin ataupun sedang
purin penderita gout arthritis sangat berpengaruh dengan peningkatan kadar asam urat
dalam darah penderita. Perlu adanya perhatian secara khusus dalam pemilihan jenis
bahan makan sumber purin juga dalam ukuran jumlah yang akan di makan oleh
penderita gout arthritis. Pada umumnya penderita gout arthritis memiliki kebiasaan
makan makanan tinggi yang tidak terkontrol baik dalam frekuensi, jenis dan jumlahnya.
Berikut ini adalah makanan dengan kategori sedang purin yang dikonsumsi oleh subjek
dalam penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel. 8 Jenis dan Frekuensi makanan Responden dengan kategori Purin sedang
Frequensi Konsumsi
Jenis Bahan Makanan Yang Mengandung Tinggi Purin
Jenis >1 hari 1 × sehari 4 × / minggu 3 × / minggu 1-2 × / minggu tak pernah Jumlah
n % n % n % n % n % n % n %
kerang - 0 - 0 - 0 - 0 1 3.33 29 96.67 30 100
daging bebek - 0 - 0 2 6.67 2 6.67 19 63.33 7 23.33 30 100
daging angsa - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 30 100 30 100
burung dara - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 30 100 30 100
ikan sarden - 0 - 0 6 20 5 16.67 12 40 7 23.33 30 100
alkohol - 0 - 0 - 0 - 0 6 20 24 80 30 100
ginjal sapi - 0 - 0 - 0 - 0 10 33.33 20 66.67 30 100
otak sapi - 0 - 0 - 0 - 0 10 33.33 20 66.67 30 100
hati sapi - 0 - 0 6 20 4 13.33 12 40 8 26.67 30 100
jantung sapi - 0 - 0 - 0 - 0 10 33.33 20 26.67 30 100
paru sapi - 0 - 0 - 0 - 0 10 33.33 20 26.67 30 100
telur ikan - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 30 100 30 100
538

Tabel 8 menunjukkan frekuensi konsumsi 4×/minggu paling tinggi yaitu terdapat 6


responden yang sering mengkonsumsi ikan sarden dan hati sapi yang memiliki
presentse 20%, frekuensi konsumsi 3×/minggu yang paling tinggi terdapat 5
responden yang mengkonsumsi ikan sarden dengan presentase 16.67, frekuensi
konsumsi 1-2×/minggu yang paling tinggi yaitu terdapat 19 responden yang
mengkonsumsi daging bebek dengan presentase 63.33, dan yang tidak pernah
mengkonsumsi jenis makanan daging angsa, burung dara, telur ikan terdapat 30
responden dengan presentase 100%. Kebiasaan makan makanan tinggi purin jika
dilihat dari frekuensi dan jenis bahan makanannya, untuk bahan makanan tinggi purin
dari 30 responden sebagian besar responden 50% sering makan makanan tinggi purin.
Untuk frekuensi dan jenis makanan sedang purin yang sering dimakan oleh responden
adalah sayur kangkung, seluruh responden menyatakan sering makan sayur kangkung
karena sayur tersebut mudah di dapat dan merupakan salah satu jenis bahan makanan
yang paling sering ada pada makanan khas yaitu bubur manado (tinutuan). Kemudian
tahu dan tempe yang biasanya sebagai tambahan saat makan tinutuan atau sebagai
cemilan. Jenis bahan makanan tersebut merupakan bahan makanan sedang purin yang
sering dimakan oleh responden hampir semuanya dalam jumlah >100 gr/hari
sedangkan anjuran untuk makanan sedang purin untuk penderita gout yaitu maksimal
50 gr/hari.
Tabel 8. Jenis dan Frekuensi Makan Makanan dengan Kandungan Purin Sedang
Frequensi Makan
Golongan B Sedang Purin (50-150 mg/100 gram)
Jenis Sering Jarang Tidak Pernah Jumlah
n % n % n % n %
ikan tuna 14 46,67 10 33,33 6 20,00 30 100
ikan putih 6 20,00 14 46,67 10 33,33 30 100
daging sapi 4 13,33 20 66,67 6 20,00 30 100
daging ayam 8 26,67 16 53,33 6 20,00 30 100
daging babi 1 3,33 3 10,00 26 86,67 30 100
tahu 20 66,67 6 20,00 4 13,33 30 100
tempe 17 56,67 7 23,33 6 20,00 30 100
kacangan 12 40,00 11 36,67 7 23,33 30 100
buncis 15 50,00 13 43,33 2 6,67 30 100
bayam 2 6,67 18 60,00 10 33,33 30 100
kangkung 18 60,00 12 40,00 0 0,00 30 100
daun pepaya 0 0,00 15 50,00 15 50,00 30 100
daun singkong 2 6,67 24 80,00 4 13,33 30 100
kembang kol 0 0,00 14 46,67 16 53,33 30
jamur 0 0,00 5 16,67 25 83,33 30 100
daun/biji melinjo 0 0,00 0 0,00 30 100 30 100
asparagus 0 0,00 1 3,33 29 96,67 30 100
udang 1 3,33 8 26.67 21 70 30 100

Tabel diatas menunjukan bahwa konsumsi makanan yang mengandung purin sedang
yang sering di konsumsi dalam satu minggu terakhir yaitu ikan tuna, tahu, tempe,
539

kacang-kacangan,buncis dan kangkung. Tahu, tempe dan kangkung merupakan bahan


makanan yang sering dimakan oleh responden karna bahan tersebut mudah di dapat
dan mudah di olah. Sedangkan bahan makanan yang banyak dimakan tapi dalam
kategori jarang yaitu daging sapi, daging ayam, bayam, dan daun singkong. Bahan
makanan ini merupakan bahan makanan yang perlu di batasi bagi penderita asam urat
karena dapat berpengaruh dalam peningkatan kadar asam urat dalam darah apabila
dimakan dalam jumlah yang berlebihan.
Asam urat adalah zat yang merupakan hasil akhir metabolisme purin dalam tubuh
yang berbentuk kristal-kristal. Asam urat merupakan salah satu senyawa basa organik
yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok asam
amino, unsur pembentuk protein Pada diet normal, asupan purin biasanya mencapai
600-1000 mg/hari. Namun pada penderita asam urat harus membatasi menjadi 120-
150 mg/hari. Purin merupakan salah satu bagian dari protein. Membatasi asupan purin
berarti juga mengurangi konsumsi makanan yang berprotein tinggi. Asupan protein
yang dianjurkan bagi penderita asam urat adalah sekitan 50-70 gram bahan mentah
per hari atau 0,8 – 1 gr/kg berat badan per hari (Syahrazad, 2010).

Tabel. 9 Jenis dan Frekuensi Asupan Responden terhadap Bahan Makanan dengan
Kandungan Purin sedang
Frequensi Konsumsi
Jenis Bahan Makanan Yang Mengandung Sedang Purin
Jenis >1 hari 1 × sehari 4 × / minggu 3 × / minggu 1-2 × / minggu tak pernah Jumlah
n % n % n % n % n % n % n %
ikan tuna - 0 - 0 6 20 8 26.67 10 33.33 6 20 30 100
ikan putih - 0 - 0 2 6.67 4 13.33 14 46.67 10 33.33 30 100
daging sapi - 0 - 0 2 6.67 2 6.67 19 63.33 7 23.33 30 100
daging ayam - 0 - 0 3 10 5 16.67 16 53.33 6 20 30 100
daging babi - 0 - 0 - 0 1 3.33 3 10 26 86.67 30 100
tahu - 0 - 0 12 40 8 26.67 6 20 4 13.33 30 100
tempe - 0 - 0 10 33.33 7 23.33 7 23.33 6 20 30 100
kacangan - 0 - 0 4 13.33 8 26.67 11 36.67 7 23.33 30 100
buncis - 0 - 0 6 20 9 30 13 43.33 2 6.67 30 100
bayam - 0 - 0 - 0 2 6.67 18 60 10 33.33 30 100
kangkung - 0 - 0 8 26.67 10 33.33 12 40 - 0 30 100
daun pepaya - 0 - 0 - 0 - 0 15 50 15 50 30 100
daun singkong - 0 - 0 - 0 2 6.67 24 80 4 13.33 30 100
kembang kol - 0 - 0 - 0 - 0 14 46.67 16 53.33 30 100
jamur - 0 - 0 - 0 - 0 5 16.67 25 83.33 30 100
daun/biji melinjo - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 30 100 30 100
asparagus - 0 - 0 - 0 - 0 1 3.33 29 96.67 30 100
udang - 0 - 0 - 0 1 3.33 8 26.67 21 70 30 100

Tabel 9 menunjukkan frekuensi konsumsi 4×/minggu responden yang mengkonsumsi


purin sedang cenderung pada bahan makanan antara lain tahu, tempe, buncis, ikan tuna,
kacang tanah dan daging. frekuensi konsumsi 3×/minggu yang paling tinggi terdapat 10
responden yang mengkonsumsi kangkung dengan presentase 33.33%, frekuensi
540

konsumsi 1-2×/minggu yang paling tinggi yaitu terdapat 19 responden yang


mengkonsumsi daging sapi dengan presentase 63.33, dan yang tidak pernah
mengkonsumsi jenis makanan daun/biji melinjo terdapat 30 responden dengan
presentase 100%.
Kadar asam urat dalam darah meningkat apabila asupan makanan tinggi purin dan
sedang purin masuk kedalam tubuh melebihi batas. Jenis makanan tinggi purin pada
penderita gout sebaiknya dihindari untuk dimakan karena akan meningkatkan kadar
asam urat dalam tubuh, sedangkan untuk jenis makanan sedang purin pada penderita
perlu adanya pembatasan makan makanan golongan tersebut karena jika makanan
sedang purin dimakan berlebihan dari batas yang di anjurkan maka kandungan purin
pun akan bertambah dalam tubuh.
b. Asupan Purin Berdasarkan Golongan
Tabel 10. Asupan Purin Responden Berdasarkan Kadar Purin
Golongan Jumlah per hari Jumlah
Makanan
< 50 gr 50-100 gr >100
n % n % n % n %
Tinggi Purin 18 60 11 36.67 1 3.33 30 100
Sedang Purin 2 6.67 13 43.33 15 50 30 100
Tabel 10 menunjukkan pada umumnya responden mengkonsumsi setiap hari
makanan tinggi purin walaupun <50 gram/hari dan antara 50-100 gram/hari.

KESIMPULAN
Jenis bahan makanan yang dimakan oleh responden merupakan bahan makanan yang masuk
dalam golongan tinggi dan sedang kadar purin dalam bahan makanan tersebut. Golongan
tinggi purin yang paling banyak di konsumsi adalah hati sapi, ikan sarden dan daging bebek
dan golongan sedang purin yang sering dikonsumsi adalah tahu, tempe, ikan tuna kacang-
kacangan dan kangkung.

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2008. Penuntun Diet (Edisi Baru). Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Apriyanti, 2014. Meracik Sendiri Obat & Menu Sehat bagi Penderita Asam Urat. Pustaka
Baru Press, Yogyakarta 2014
Kanbara, 2010.Analisis Kebiasaan Makan yang Menyebabkan Peningkatan Kadar Asam
Urat. Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia. Vol 10. No.2 September 2014
http://www.google.com/search?hl=jurnal+gout+berkaitan+dengan+kebiasaan+maka
n.pdf .accessed : 15 desember 2015, 21.30
Laporan Kinerja Pelaksanaan Pemerintah Kelurahan Tuminting, 2016.
Laporan Puskesmas Tuminting, 2016. Data Kunjungan Penderita Gout Arthritis.
Noormindhawati, 2014. Tahukah Anda? Makanan Berbahaya Untuk Asam Urat. Dunia
Sehat, Jakarta Timur 2014
541

Noviyanti, 2015. Hidup Sehat Tanpa Asam Urat. Notebook, Yogyakarta 2015
Persagi, Penuntun Diit (Jakarta : Gramedia : 1991)
Rina Yenna & Diah Krisnatuti, 2008. Diet Sehat Untuk Penderita Asam Urat. Penebar
Swadaya, Jakarta 2008
RISKESDAS, 2013. Riset Kesehatan Dasar Nasional Provinsi Sulawesi Utara
Suiraoka, I. 2012. Penyakit Degeneratif. Nuha Medika, Yogyakarta
Syahrazad Irawan, 2010. Cara Mudah Menaklukkan Asam Urat. Octopus, Yogyakarta.
Utami, 2009. Analisis Kebiasaan Makan yang Menyebabkan Peningkatan Kadar Asam
Urat. Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia. Vol 10. No.2 September 2014
http://www.google.com/search?hl=jurnal+gout+berkaitan+dengan+kebiasaan+maka
n.pdf. accessed : 15 desember 2015, 21.30
Wachjudi, 2006. Analisis Kebiasaan Makan yang Menyebabkan Peningkatan Kadar Asam
Urat. Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia. Vol 10. No.2 September 2014
http://www.google.com/search?hl=jurnal+gout+berkaitan+dengan+kebiasaan+maka
n.pdf .accessed : 15 desember 2015, 21.30

You might also like