Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 88

PENGARUH RADIASI SINAR GAMMA TERHADAP PERTUMBUHAN

DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI


( Glycine max L. Merril) PADA GENERASI M1

SKRIPSI

Oleh :
RICI S. MANALU
040307033
BDP – PET

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Universitas Sumatera Utara


PENGARUH RADIASI SINAR GAMMA TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI
( Glycine max L. Merril) PADA GENERASI M1

SKRIPSI

Oleh :
RICI S. MANALU
040307033
BDP – PET

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana


di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
Medan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Universitas Sumatera Utara


Judul Skripsi : Pengaruh Radiasi sinar Gamma Terhadap Pertumbuhan Dan
Produksi Beberapa Varietas Kedelai ( glycine max L.) Pada
Generasi M1
Nama : Rici S Manalu
NIM : 040307033
Jurusan : Budidaya Pertanian
Program Studi : Pemuliaan Tanaman

Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing

Ir. Ir. Eva Sartini Bayu, MP. Ir. Isman Nuriadi.


Ketua Anggota

Mengetahui,

Ir. Edison Purba, Ph. D


Ketua Jurusan

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

This research proposed to increase production of some soya varieties


(Glycine max L.) in result gamma ray radiation treatment. The research started
from September 2008 until Desember 2008 was held in Agriculture Faculty of
University of North Sumatra. The design use randomized block design factorial
with 2 aspects and 3 replication. The first aspect as a mainframe is gamma ray
dozen radiation consist of three stages, those are R1 20krad, R2 30 krad and R0 as
controle. the second aspect as subplot is varieties of soya those are Kerinci,
Seulawah and Baluran. the result of this research showed that varieties was
different on height plant 2 week after planted (V3=11,74), 4 week after planted
(V3=30,47), 6 week after planted (V3=53,16), 8 week after planted (V1=76,58);
total of segment 8 week after planted (V2=16,00); age of flowering (V2=22,00);
age of harvesting (V2=14,22); total of branch per plant (V2=21,56); total of pod
per plant (V2=676,83); and 100 grain weight (V3=20,61). radiation perform
significant on height plant 4 week after planted (R2=24,92), 6 week after planted
(R2=46,38), until 8 week after planted (R1=65,64); total of segment 4 week after
planted (R1=5,44), 6 week after planted (R2=11,28), 8 week after planted
(R1=13,78); percentage of germination (R2=79,60), age of flowering (R2=20,00),
age of harvesting (R2=14,11) and total of branch (R2=20,67). interaction between
varieties and radiation not yet gave on all parameters. the finally result is applied
more radiation to plant can make influenced of growth and production of soya.

key word : soya bean, radiation dozen

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk meningkatkan produksi beberapa Varietas


tanaman kedelai (Glycine max L. Merril) dengan perlakuan radiasi sinar gamma
Penelitian dilaksanakan dari bulan september sampai desember 2008 di lahan
penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor dan 3 ulangan.
Faktor yang diteliti sebagai petak utama (Mainplot) adalah dosis penyinaran
radiasi sinar gamma dengan 3 taraf yaitu R1 20 krad, R2 30 krad dan R0 sebagai
kontrol. Faktor yang diteliti sebagai anak petak (Subplot) adalah Varietas (V),
yaitu Kerinci, Seulawah, Baluran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas
berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman 2 MST(V3 = 11,74), 4 MST
(V3 = 30,47), 6 MST (V3=53,16), 8 MST (V1=76,58) jumlah buku 8MST
( V2=16,00), umur berbunga(V2= 22,00), umur panen (V2= 14.22), jumlah
cabang per tanaman (V2= 21.56), jumlah polong per tanaman (V2=676,83), dan
bobot 100 biji (V3= 20.61). radiasi berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi
tanaman 4 MST (R2= 24,92), 6 MST (R2= 46,38) hingga 8 MST (R1= 65,64)
jumlah buku 4MST (R1=5,44) 6MST (R2= 11,28)8 MST(R1= 13,78), persentase
perkecambahan (R2= 79.60), umur berbunga (R2= 20,00), umur panen
(R2= 14.11) dan jumlah cabang (R2= 20.67). Interaksi perlakuan varietas dan
rasiasi belum berbeda nyata terhadap semua parameter yang diamati. Dari hasil
penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa semakin besar pengaruh radiasi
yang diberikan pada tanaman dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman kedelai.

Kata kunci : kacang kedelai, dosis radiasi

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Rici sandi manalu, lahir di P. Siantar pada tanggal 10 mei 1985. Anak

ke dua dari lima bersaudara dari pasangan bapak Alm T. Manalu dan ibu

T. Br. sirait

Selama mengenyam pendidikan, penulis bertempat tinggal di kota

P. Siantar Adapun riwayat pendidikan penulis adalah sebagai berikut :

- SD : SD 122394, P. Siantar Lulus Tahun 1997

- SLTP : SLTP RK. Bintang Timur P. Siantar Lulus Tahun 2000

- SMU : SMU N 3 P. Siantar Lulus Tahun 2003

Tahun 2003 penulis lulus dari tingkat SMU dan pada tahun yang 2004

lulus Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Universitas Sumatera

Utara (USU) melalui jalur SPMB-2004 Program Ilmu Pengetahuan Campuran

(IPC). Penulis memilih Program Studi Pemuliaan Tanaman Departemen Budidaya

Pertanian, Fakultas Pertanian

Selama perkuliahan penulis mengikuti kegiatan organisasi Himpunan

Mahasiswa Jurusan Budidaya Pertanian (HIMADITA) sebagai salah satu anggota

dan IMK ( ikatan mahasiswa katolik) dan menjadi asisten laboratorium Adaptasi

Dan Seleksi Tanaman Di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Pada

tahun 2008 Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN-IV

Kebun Pabatu, Tebing Tinggi dan tahun 2008 melaksanakan penelitian di lahan

pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Judul dari skripsi ini adalah ”Pengaruh radiasi sinar gamma terhadap

pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kedelai ( Glicine max L.) pada

generasi M1”

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

Ibu Ir.Eva sartini bayu MP selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak

Ir. Isman Nuriadi selaku anggota yang telah banyak memberikan arahan dan

masukan kepada penulis selama melakukan penelitian hingga penulisan skripsi

ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak

Prof.DR.Ir. Mugiono dan bapak prayetno selaku pemulia dari Badan Tenaga

Atom Nasional (BATAN) yang telah membantu penulis dalam meradiasi benih

kedelai yang digunakan untuk penelitian penulis serta arahan dan masukan dalam

penelitian yang dilakukan penulis. Terima kasih yang tulus dan sebesar-besarnya

juga penulis ucapkan kepada ayahku yang disurga dan ibunda tercinta, saudara

penulis yang tersayang (kakak ku lidia, dan adik adiku melki, junita, dan valentin)

atas segala doa, bantuan, perhatian, nasehat, dorongan, dan usaha kerja kerasnya

sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan ini dengan baik..

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada bang oy, goido (setia budi street),

liker, ipol, andar, couster 101 all stambuk atas segala inspirasinya seluruh teman-

teman BDP’04 yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak

membantu penulis dalam melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk

itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan skripsi ini di masa yang akan datang. Akhir kata penulis

mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi bidang

ilmu pengetahuan.

Medan, Januari 2009

Penulis

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Hal
ABSTRACK ........................................................................................................ i

ABSTRAK ........................................................................................................... ii

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii

PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................................... 1
Tujuan penelitian....................................................................................... 3
Hipotesa Penelitian ................................................................................... 3
Kegunaan Penelitian ................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani tanaman.......................................................................................... 4
Syarat Tumbuh .......................................................................................... 6
Iklim .............................................................................................. 6
Tanah ............................................................................................. 6
Mutasi........................................................................................................ 7
Pengaruh Radiasi Sinar gamma ................................................................ 9
Varietas ..................................................................................................... 14
Heritabilitas ............................................................................................... 19
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 16
Bahan dan Alat .......................................................................................... 16
Metode Penelitian ..................................................................................... 16
Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 19
Penyinaran Benih .......................................................................... 20
Persiapan areal Pertanaman .......................................................... 20
Penanaman........ ........................................................................... 20
Pemupukan ................................................................................... 20
Pemeliharaan Tanaman ............................................................................. 20
Penyiraman.................................................................................... 21
Penyulaman ................................................................................... 21
Penjarangan ................................................................................... 21
Penyiangan .................................................................................... 21
Pengendalian hama dan penyakit .................................................. 21

Universitas Sumatera Utara


Pemanenan .................................................................................... 21
Parameter Penelitian ................................................................................. 21
Persentase perkecambahan (%) ..................................................... 21
Tinggi tanaman (cm) ..................................................................... 22
Jumlah cabang (cabang) ................................................................ 22
Jumlah buku (buah) ....................................................................... 22
Umur berbunga (hari).................................................................... 22
Jumlah polong per tanaman ( polong) ........................................... 22
Jumlah polong hampa pertanaman (polong) ................................. 22
Umur panen (hari) ........................................................................ 23
Produksi per sampel (g) ................................................................ 23
Bobot 100 biji (g) .......................................................................... 23
Penghambatan pembungaan .......................................................... 23
Perubahan warna Daun ................................................................ 23

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil .......................................................................................................... 24
Persentase perkecambahan (%) ..................................................... 25
Tinggi tanaman (cm) ..................................................................... 25
Jumlah cabang (cabang) ................................................................ 27
Jumlah buku (buah) ....................................................................... 29
Umur berbunga (hari).................................................................... 31
Jumlah polong per tanaman ( polong) ........................................... 32
Jumlah polong hampa pertanaman (polong) ................................. 33
Umur panen (hari) ........................................................................ 34
Produksi per sampel (g) ................................................................ 35
Bobot 100 biji (g) .......................................................................... 36
Penghambatan pembungaan .......................................................... 37
Perubahan warna Daun ................................................................ 37
Pembahasan ............................................................................................... 40
Pengaruh Radiasi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
kedelai ........................................................................................... 43
Pengaruh Varietas Terhadap Pertumbuhan Produksi Tanaman
kedelai .......................................................................................... 46
Interaksi Antara Dosis Radiasi Varietas Terhadap Produksi
Tanaman kedelai ........................................................................... 48
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ................................................................................... 49
Saran.............................................................................................. 50

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Hal
1. Rataan persentase perkecambahan ( %) pada perlakuan

Radiasi dan Varietas..........................................................................................24

2.Rataan tinggi tanaman (cm) pada perlakuan Radiasi dan Varietas .................. 25

3. Rataan jumlah cabang ( cabang) pada perlakuan Radiasi dan Varietas .......... 26

4. Rataan jumlah buku (buah) pada perlakuan Radiasi dan Varietas.................. 27

5. Rataan umur berbunga (hari) pada perlakuan Radiasi dan Varietas ............... 29

6. Rataan jumlah polong per tanaman ( polong) pada perlakuan

Radiasi dan Varietas........................................................................................ 31

7. Rataan jumlah polong hampa per tanaman ( polong) pada perlakuan

Radiasi dan Varietas........................................................................................ 32

8. Rataan polong hampa (polong) pada perlakuan Radiasi dan Varietas............ 33

9. Rataan umur panen ( hari) pada perlakuan Radiasi dan Varietas ................... 34

10. Rataan produksi per sampel ( g) pada perlakuan Radiasi dan Varietas ........ 35

11. Rataan bobot 100 biji (g) pada perlakuan Radiasi dan Varietas ................... 36

12. Nilai heritabilitas masing masing parameter ................................................. 37

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Hal
1. Grafik pertumbuhan persentase perkecambahan (%) terhadap perlakuan
radiasi dan varietas .......................................................................................... 25

2. Histogram pertumbuhan tinggi tanaman (cm) pada perlakuan radiasi


dan varietas ...................................................................................................... 26

3.Garafik pertumbuhan tinggi tanaman (cm) pada perlakuan radiasi


dan varietas ...................................................................................................... 27

4.Histogram jumlah cabang ( cabang) pada perlakuan radiasi dan varietas ....... 28

5.Grafik jumlah cabang ( cabang) pada perlakuan radiasi dan varietas ............ 28

6.Histogaram jumlah buku (buah) pada perlakuan radiasi dan varietas ............. 30

7.Grafik jumlah buku (buah) pada perlakuan radiasi dan varietas..................... 30

8.Hitogaram umur berbunga (hari) pada perlakuan radiasi dan varietas ............ 31

9.Grafik umur berbunga (hari) pada perlakuan radiasi dan varietas ................... 32

10.Histogaram jumlah polong per tanaman ( polong) pada


perlakuan radiasi dan varietas .......................................................................... 33

11.Histogaram umur panen ( hari) pada perlakuan radiasi dan varietas ............. 34

12.Grafik umur panen ( hari) pada perlakuan radiasi dan varietas .................... 35

13.Histogram bobot 100 biji (g) pada perlakuan radiasi dan varietas................ 37

14.Gambar leaf colour chart................................................................................ 37

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Hal
1. Bagan Lahan Penelitian .................................................................................. 53

2. Bagan Letak Tanaman Sampel Per Plot .......................................................... 54

3. Rencana Kegiatan Penelitian........................................................................... 55

4. Deskripsi Tanaman kedelai varietas kerinci ................................................... 56

5. Deskripsi Tanaman kedelai varietas baluran .................................................. 57

6. Deskripsi Tanaman kedelai varietas seulawah................................................ 58

7. Rataan persentase perkecambahan(%) ............................................................ 59

8. Analisa Sidik Ragam persentase perkecambahan(%) ..................................... 59

9. Rataan pertumbuhan tinggi tanaman (cm). ..................................................... 60

10. Analisa Sidik Ragam pertumbuhan tinggi tanaman (cm) ............................. 60

11. Rataan jumlah cabang ( cabang) ................................................................... 61

12. Analisa Sidik Ragam jumlah cabang ( cabang) ............................................ 61

13. Rataan jumlah buku (buah) ........................................................................... 62

14. Analisa Sidik Ragam jumlah buku (buah) .................................................... 62

15. Rataan umur berbunga (hari) ........................................................................ 63

16. Analisa Sidik Ragam umur berbunga (hari).................................................. 63

17. Rataan jumlah polong per tanaman ( polong) ............................................... 64

18. Analisa Sidik Ragam jumlah polong per tanaman ( polong) ........................ 64

19. Rataan umur panen ( hari) ............................................................................. 65

20. Analisa Sidik Ragam umur panen ( hari) ...................................................... 65

21. Rataan produksi per sampel ( g).................................................................... 66

22. Analisa Sidik Ragam produksi per sampel ( g)............................................. 66

Universitas Sumatera Utara


23. Rataan bobot 100 biji (g)............................................................................... 67

24. Analisa Sidik Ragam bobot 100 biji (g)....................................................... 67

25. Gambar benih setiap kombinasi ................................................................... 72

26. Gambar ukuran benih .................................................................................... 73

27. Gambar lahan penelitian ............................................................................... 74

Universitas Sumatera Utara


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai merupakan salah satu bahan pangan yang paling penting selain

beras, karena hampir 90% digunakan sebagai pangan. Oleh karena itu, kedepan

kebutuhan kedelai akan meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran

masyarakat akan pangan sehat (Prosiding Ikakarya, 2005).

Penggunaan benih bermutu merupakan kunci sukses pertama dalam usaha

tani kedelai. Syarat benih bermutu adalah murni dan diketahui nama varietasnya,

memiliki daya tumbuh yang tinggi (>85%)dan vigor yang baik untuk tumbuh dan

berkembang. (balai penelitian Kacang kacangan dan umbi umbian Malang, 2006).

Salah satu upaya yang dilakukan agar produksi kedelai tetap tinggi adalah

melakukan rekayasa pada tanaman kedelai hingga menghasilkan varietas kedelai

unggul. Di Indonesia misalnya, upaya pemulian tanaman dilakukan Badan Tenaga

Atom Nasional (BATAN) hingga melahirkan varietas baru yang dapat di

kembangkan menjadi tanaman unggul (http://setjen.deptan.go.id., 2008).

Salah satu dari tujuan pemuliaan tanaman dengan mutasi adalah

mendapatkan benih yang baik dan stabil dari karakter agronomi tanaman

sebelumnya dari pemulian mutasi kita bisa mendapatkan bentuk polong yang

lebih besar, bertambahnya jumlah polong, bertambahnya jumlah cabang, tahan

terhadap hama dan penyakit dan stres abiotik yang terjadi pada lingkungan

sehingga meningkatkan jumlah produksi tanaman dan potensi hasil tanaman itu

sendiri. dengan dosis radiasi yang tepat sehingga terbentuk tanaman yang

memiliki karakter berbeda yang lebih baik dengan tanaman normal.

Universitas Sumatera Utara


Seiring dengan meningkatnya permintaan tanaman kedelai saat ini

dipasaran sangat di butuhkan bibit bibit unggul yang menghasilkan biji besar dan

memiliki kandungan protein yang tinggi untuk mendapatkan benih unggul itu

banyak teknik dilakukan dalam memodifikasi benih yaitu salah satunya adalah

teknik radiasi. Untuk itu ukuran benih adalah hal penting yang harus diperhatikan

untuk meningkatkan nilai produksi tanaman kedelai karena melihat kebutuhan

pasar. para konsumsi sangat memperhatikan hal tersebut, seperti halnya yang

dilakukan di Iowa state University (ISU), banyak penelitian telah dilakuan dalam

memodifikasi benih baik benih ukuran besar maupun kecil. Dengan teknik ini

mampu meningkatkan nilai produksi di pasar dan kebutuhan pasar tercukupi.

Dalam penelitian yang dilakukan dihasilkan benih yang besar yang dimanfaatkan

untuk kultivar baru dan benih yang kecil untuk kebutuhan masyarakat dan mampu

meninggkatkan nilai netto untuk produksi kedelai. ( Silvia, 2007).

Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada bahan genetik (DNA maupun

RNA), baik pada taraf urutan gen (disebut mutasi titik) maupun pada taraf

kromosom. Mutasi terjadi pada frekwensi yang rendah dialam, biasanya lebih

rendah dari 1: 10.000 indiviu. ( http://bebas.vlsm.org, 2008).

Tujuan mutasi adalah untuk memperbesar variasi suatu tanaman yng di

mutasi. Hal ini ditunjukkan misalnya oleh variasi kandungan gizi atau morfologi

dan penampilan tanaman. Semakin besar variasi, seorang pemulia atau orang yang

bekerja merakit kultivar unggul, semakin besar peluang untuk memilih tanaman

yang di kehendaki. Melalui tehnik peyinaran (radiasi) dapat menghasilkan mutan

atau tanaman yang mengalami mutasi dengan sifat sifat yang diharapkan setelah

Universitas Sumatera Utara


melakukan serangkaian pengujian, seleksi dan sertifikasi benih pada tanaman

(Amien dan Carsono, 2008).

Mutasi induksi dapat menggunakan mutagen fisik, yaitu sinar gamma yang

berasal dari Cobalt 60, karena mudah diaplikasikan dan menghasilkan frekuensi

mutasi yang tinggi. Pemuliaan mutasi adalah salah satu metode yang sudah

banyak berhasil untuk perbaikan genetik tanaman. Penggunaan sinar gamma

untuk pemuliaan mutasi telah berhasil mendapatkan mutan dengan warna-warna

baru pada tanaman krisan. Sementara pemuliaan untuk mendapatkan karakter

toleran terhadap fotoperiodisitas belum banyak dilakukan karena dalam pemuliaan

mutasi fisik hasil nya tidak dapat ditentukan bersifat gamblang.

(http://puslit.mercubuana.ac.id/file/4-ITA-ALIZAR-FTSP.pdf, 2009)

Seperti disebut di atas mutagen fisika bersifat sebagai radiasi pengion

(ionizing radiation) yang dapat melepas energi (ionisasi), begitu melewati atau

menembus materi. Mutagen fisika termasuk diantaranya sinar-X, radiasi Gamma,

radiasi beta, neutrons, dan partikel dari akselerator sudah umum digunakan dalam

pemuliaan tanaman. Begitu materi reproduksi tanaman diradiasi, proses ionisasi

akan terjadi dalam jaringan dan dapat menyebabkan perubahan pada jaringan itu

sendiri Perubahan yang ditimbulkan pada tingkat genom, kromosom, dan DNA

atau gen dikenal dengan istilah mutasi (mutation) (http://www.infonuklir.com).

Berdasarkan pembicaraan dengan Prof. DR. Ir. Mugiono, beliau

mengatakan bahwa mutasi dari radiasi sifatnya tidak bisa ditentukan, artinya

untuk merubah sifat tidak ada patokan dosis yang tepat. Penelitian yang pernah

dilakukan untuk tanaman kedelai dengan menggunakan sinar gamma adalah dosis

Universitas Sumatera Utara


antara 10 krad-40krad. Karena jika dosis lebih dari 40 krad maka tanaman akan

mati.

Hasil penelitian yang telah dilakukan di tanah masam dengan metode

teknik radisi sinar gamma menunjukkan adanya nomor kedelai yang berpotensi

memiliki daya hasil lebih tinggi, metode ini telah berhasil meningkatkan

produktivitas tanaman kedelai (http://www.indonesiatelenceter.net.,2008).

Dari uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui pengaruh radiasi sinar gamma terhadap pertumbuhan

dan produksi beberapa varietas kedelai ( Glicine max L.)

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh radiasi sinar gamma terhadap pertumbuhan

dan produksi beberapa varietas tanaman kedelai (Glycine max L. Merril)

Hipotesa penelitian

1. Diduga ada pengaruh radiasi sinar gamma terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman kedelai

2. Diduga ada pengaruh varietas terhadap pertumbuhan dan produksi

tanaman kedelai

3. Diduga ada interaksi sinar gamma dan varietas terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman kedelai

Universitas Sumatera Utara


Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan penelitian ilmiah dalam penyusunan skripsi yang

merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana di Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan

Universitas Sumatera Utara


TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Sharma (1993), tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Polypetales

Family : Leguminosae

Genus : Glycine

Species : Glycine max (L.)

Perakaran kedelai akar tunggangnya bercabang-cabang, panjangnya

mencapai 2 meter, akar-akar sampingnya menyebar mendatar sejauh 2,5 meter

pada kedalaman 10 sampai 15 cm, jika ada bakteri Rhizobium japonicum akan

terbentuk bintil-bintil akar (Somaatmadja, 1993).

Batang kedelai berasal dari poros janin. Bagian terpenting dari proses janin

ialah hipokotil dan bakal akar, yang merupakan sebagai dari poros hipokotil akar.

Bagian batang kecambah di atas kotiledon disebut epikotil. Semasa pertumbuhan

vegetatif, titik tumbuh dari epikotil membentuk primordial daun dan kuncup

ketiak, Plumula muncul kepermukaan tanah bersama dengan kotiledon, letaknya

diantara kedua kotiledon, jaringan batang dan daun terbentuk dari pertumbuhan

dan perkembangan plumula. Kuncup-kuncup ketiak tumbuh membentuk cabang

ordo pertama dari batang utama. Jumlah buku dan ruas yang membentuk batang

utama tergantung dari reaksi genetipa terhadap panjangnya hari dan dari tipe

Universitas Sumatera Utara


tumbuh, yaitu diterminat dan indeterminat. Panjang batang hanya sekitar 15 cm.

Apabila kultivar tipe interminat yang sesuai untuk daerah hari pendek ditanam

didaerah berhari panjang maka tanaman cenderung merambat dan batang dapat

mencapai panjang beberapa meter (Hidajat, 1985 dalam Somaatmadja,dkk, 1985).

Daunnya berselang-seling beranak daun tiga, licin atau berbulu, tangkai

daunn panjang terutama untuk daun-daun yang berada dibagian bawah, anak daun

bundar telur sampai bentuk lanset (3-10) cm x (2-6) cm, pinggirannya rata,

pangkal membulat, ujungnya lancip sampai tumpul

Bunga kedelai tergolong bunga sempurna, yaitu setiap bunga memiliki

alat kelamin jantan dan alat betina. Penyerbukan terjadi pada saat masih tetutup

(kleistogamus) sehingga kemungkinan penyerbukan silang amat kecil. Bunga

kedelai dapat berwarna ungu atau putih. Tangkai bunga yang tumbuh dari ketiak

daun bernama rasim, kuncup-kuncup ketiak daun bagian bawah batang

berkembang menjadi bunga. Jumlah bunga yang terbentuk pada ketiak daun amat

beragam. Saat bunga terbuka penuh merupakan saat pembuahan atau mungkin

satu hari setelah pembuahan (Hidajat, 1985 dalam Somaatmadja, dkk, 1985).

Umunya sebagian terbesar kultivar kedelai polongnya berisi 2 sampai 3

buah biji. Polong kedelai berbentuk rata atau agak melengkung dan panjangnya

berkisar antara 2 cm hingga 7 cm. Polong muda berwarna hijau dan ditumbuhi

trikhoma. Warna polong matang beragam antara kuning hingga kuning kelabu,

cokelat atau hitam. Warna polong disebakan oleh adanya pigmen karotin dan

santofil, oleh warna trikhona dan oleh ada atau tidaknya pigmen antosiani

(Hidajat, 1985 dalam Somaatmadja, 1985).

Universitas Sumatera Utara


Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis

dan sub tropis. Sebagian barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila

cocok bagi tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada

jagung. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di darah yang memiliki curah hujan

sekitar 100-400 mm/bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman

kedelai membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan. Suhu yang

dikehendaki antara 21-24 oC, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan

tanaman kedelai antara 23-27 oC. Pada proses perkecambahan benih kedelai
o
memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 C.

(http://warintek.ristek.go.idpertanian/kedelai.pdf, 2008).

Tanaman kedelai dapat tumbuh baik sampai ketinggian 1500 m. suhu

merupakan faktor terpenting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Perkecambahan optimal terjadi pada suhu 30oC. Pada lingkungan yang optimal,

biji kedelai berkecambah setelah 4 hari tanam, sedangkan pada suhu sekitar 10oC

biji baru berkecambah sekitar 2 minggu setelah tanam. Pertumbuhan terbaik

terjadi pada suhu 29,4oC dan menurun bila suhu lebih rendah.Pada tanaman

kedelai, radiasi matahari optimum untuk fotosintesis maksimal adalah sebesar 0,3-

0,8 kal/cm2/menit. Bardasarkan keragaman radiasi matahari, fotosintesis tertinggi

kedelai pada jam 10 pagi,(Baharsyah, dkk, 1985 dalam Somaatmadja,dkk, 1985).

Tanah

Pada dasarnya kedelai menghendaki kondisi tanah yang terlalu basah,

Tetapi air tetap tersedia, kedelai tidak menuntun struktur tanah yang khusus

Universitas Sumatera Utara


sebagai suatu persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur

dan agak asam pun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air

yang akar menyebabkan busuknya akar. Kedelai juga membutuhkan tanah yang

kaya akan humus atau bahan organik. Toleransi keasaman tanah sebagai syarat

tumbuh bagi kedelai adalah pH 5,8-7,0 tetapi pada pH 4,5 pun kedelai dapat

tumbuh. Dalam pembudidayaan tanaman kedelai, sebaiknya dipilih lokasi yang

topograpi tanahanya datar, sehingga tidak perlu dibuat teras-teras atau tanggul.

Kedelai biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl

(http://warintek.ristek.go.idpertanian/kedelai.pdf, 2008).

Mutasi

Mutasi adalah perubahan pada materi genetik suatu makhluk yang terjadi

secara tiba-tiba, acak, dan merupakan dasar bagi sumber variasi organisma hidup

yang bersifat terwariskan (heritable). Mutasi dapat terjadi secara sepontan di alam

(spontaneous mutation) dan dapat juga terjadi melalui induksi (induced mutation).

Secara mendasar tidak terdapat perbedaan antara mutasi yang terjadi secara alami

dan mutasi hasil induksi. Keduanya dapat menimbulkan variasi genetik untuk

dijadikan dasar seleksi tanaman, baik seleksi secara alami (evolusi) maupun

seleksi secara buatan (pemuliaan). ( http://www.infonuklir, 2008 )

Dalam bidang pemuliaan tanaman, teknik mutasi dapat meningkatkan

keragaman genetik tanaman sehingga memungkinkan pemulia melakukan seleksi

genotipe tanaman sesuai dengan tujuan pemuliaan yang dikehendaki. Mutasi

induksi dapat dilakukan pada tanaman dengan perlakuan bahan mutagen tertentu

terhadap organ reproduksi tanaman seperti biji, stek batang, serbuk sari, akar

Universitas Sumatera Utara


rhizome, kultur jaringan dan sebagainya. Apabila proses mutasi alami terjadi

secara sangat lambat maka percepatan, frekuensi dan spektrum mutasi tanaman

dapat diinduksi dengan perlakuan bahan mutagen tertentu. Pada umumnya bahan

mutagen bersifat radioaktif dan memiliki energi tinggi yang berasal dari hasil

reaksi nuklir.( www.indonesiatelenceter.net.,2008.)

Sesuai dengan konsep genetika, informasi genetik tersimpan dalam

rangkaian polinukliotida yang membentuk struktur pilitan ganda ( double helix )

disebut DNA (RNA dalam kasus beberapa virus). Empat nukliotida yang berbeda

terdiri dari basa purine (adenine dan gaunine) dan pyrimidine (thymine dan

cytosine), dihubungkan bersama melalui ikatan fosfat dan gula (deoxyribose).

Bahan mutagen tertentu dapat menginduksi perubahan spesifik susunan pasangan

basa dalam struktur DNA. Perubahan yang terjadi disebut mutasi gen yang

digolongkan menjadi dua katagori yaitu microlesions dan macrolesions

Microlesions adalah mutasi dimana terjadi substitusi pasangan basa, transisi atau

transversi pasangan basa, dan penyisipan baru pasangan basa. Macrolesions

adalah mutasi dimana terjadi penghapusan, duplikasi atau penyusunan kembali

pasangan basa. Mutasi microlesions sering juga disebut mutasi titik pada tanaman

atau di sebut dengan (Point Mutation) (http://www.infonuklir, 2008 ).

Faktor yang mempengaruhi terbentuknya mutan antara lain adalah

besarnya dosis radiasi . dosis radiasi di ukur dalam satuan gray (Gy). 1 Gy sama

dengan 0,10 krad yakni J energi per kilogram iradiasi yang dihasilkan. Dosi

radiasi di bagi tiga yaitu tinggi (<10 k Gy), sedang (1-10 k Gy), dan rendah (< 1k

Gy).perlakuan dosis tinggi akan mematikan bahan yang akan di mutasi atau akan

Universitas Sumatera Utara


mengakibatkan sterilitas ( kemandulan) dan pada umumnya dosis yang rendah

akan dapat mempertahankan daya hidup. (http://warintek.ristek go.id.2008)

Mutasi adalah perubahan susunan atau konstruksi dari gen maupun

kromosom suatu individu tanaman, sehingga memperlihatkan penyimpangan

(perubahan) dari individu asalnya dan bersifat baka (turun-temurun). Mutasi dapat

terjadi secara alamiah, tetapi frekuensinya sangat rendah, yaitu 10-6 pada setiap

generasi. Untuk mempercepat terjadinya mutasi dapat dilakukan secara buatan

dengan memberikan perlakuan-perlakuan sehingga terjadi mutasi.(induced

mutation). Mutasi pada tanaman dapat menyebabkan perubahan-perubahan pada

bagian-bagian tanaman baik bentuk maupun warnanya juga perubahan pada sifat-

sifat lainnya (Herawati dan Setiamihardja, 2000).

Tujuan mutasi adalah untuk memperbesar variasi suatu tanaman yang

dimutasi. Hal itu ditunjukkan misalnya oleh variasi kandungan gizi atau morfologi

dan penampilan tanaman. Semakin besar variasi, seorang pemulia semakin besar

peluang untuk memilih tanaman yang dikehendaki. Melalui tehnik ini tanaman

yang diradiasi dapat menghasilkan mutan atau tanaman yang mengalami mutasi

dengan sifat-sifat yang diharapkan setelah melalui serangkaian pengujian, seleksi

dan sertifikasi (Amien dan Carsono, 2008).

Penyerapan energi dari radiasi ke bahan biologik dapat menyebabkan

eksitasi atau ionisasi dalam suatu atom atau molekul pada tingkat energi yang

lebih tinggi tanpa pengusiran elektron. Jika radiasi memiliki cukup energi untuk

mengusir satu atau lebih elektron orbital dari atom atau molekul disebut ionisasi

dan radiasi tersebut disebut radiasi ionisasi (pengion) dimana karakteristiknya

Universitas Sumatera Utara


yang penting adalah pelepasan secara lokal sejumlah besar energi.Efek biologik

radiasi menghasilkan kerusakan pada sel yang secara lebih mendetail berupa

kerusakan DNA yang merupakan sasaran utama pajanan radiasi. Ketika suatu

bentuk radiasi, baik sinar-X, gamma atau partikel bermuatan maupun tidak

bermuatan mengenai atau berada dalam suatu jaringan tubuh organisme, maka ada

kemungkinan akan berinteraksi langsung dengan sel atau sub seluler dengan

sasaran kritis dalam sel seperti inti sel yang mengandung kromosom. Atom dalam

sasaran dapat tereksitasi atau terionisasi dan akan memulai serangkaian kejadian

yang mengarah ke perubahan biologik.

Radiasi juga dapat berinteraksi dengan atom atau molekul lain dalam sel

(terutama air) untuk menghasilkan radikal bebas yang dapat erdifusi lebih jauh

untuk mencapai dan melukai sasaran kritik dalam sel . Semua perubahan yang

terjadi akibat interaksinya dengan radiasi pengion dalam materi biologik dapat

digunakan untuk menentukan besarnya dosis radiasi yang diperlukan tanaman

(http://digilib.batan.go.id/e- PTAPB%20Juli%202006/Zubaidah%20I%2087-94)

Pengaruh Radiasi Sinar Gamma Terhadap Pertumbuhan kedelai

Tujuan pemuliaan mutasi adalah (1) untuk memperbaiki satu atau

beberapa karakter khusus dari suatu kultivar/galur, (2) untuk membentuk penanda

morfologi (warna, rambut, braktea, dan lain-lain) sebagai identitas pada galur-

galur harapan, (3) untuk membentuk galur mandul jantan yang berguna bagi

pembentukan kultivar hibrida, (4) untuk mendapatkan karakter khusus dalam

genotipe yang telah beradaptasi (Herawati dan Setiamihardja, 2000).

Universitas Sumatera Utara


Mutasi boleh disebabkan kesilapan penyalinan dalam bahan genetik

semasa pembahagian seldan oleh ledakan kepada ultra ungu atau radiasi mengion,

mutagen kimia, atau virus biologi atau boleh berlaku secara sengaja dibawah

kawalan selular semua proses meiosis atau hipermutasi. Dalam organisma

multiselular, mutasi boleh dibagikan kepada mutasi garis kuman (germline

mutation) yang boleh diwarisi dan mutasi somatik. Mutasi menghasilkan kelainan

dalam kolam gen dan mutasi yang tidak di ingini (melemahkan) akan disingkirkan

dari kolam gen melalui pilihan semulajadi, sementara yang lebih baik (membawa

kebaikan atau kelebihan) cenderung untuk terhimpun, menghasilkan pertukaran

evolusi (http://ms.wikipedia.org/wiki/Mutasi, 2008).

Dalam penentuan dosis, ditemui beberapa masalah antara lain

kemungkinan tingginya dosis radiasi yang menyebabkan berkurangnya jumlah

limfosit secara drastis sehingga perkiraan dosisnya kurang tepat. Hal ini dapat

diatasi dengan penggunaan teknik PCC. Masalah lain muncul yakni perlunya

memperoleh informasi dosis dalam waktu yang dapat diterima. Hal ini selain

dapat diatasi dengan teknik PCC, juga dapat diatasi dengan uji mekronuklei

Adalah merupakan hal yang penting untuk menetapkan dosis serap sebelum

munculnya tanda-tanda klinis yang selanjutnya dipergunakan untuk menentukan

pengobatan dan pengkajian proses kesembuhannya pada tanaman yang terkena

radiasi ( http://jurnal.sttn-batan.ac.id/wp-content/uploads/ 2009 ).

Mutasi tidak dapat diamati pada generasi M1, kecuali yang termutasi

adalah gamet haploid. Adanya mutasi dapat ditentukan pada generasi M2 dan

seterusnya. Semakin tinggi dosis, maka semakin banyak terjadi mutasi dan makin

banyak pula kerusakannya. Hubungan antara tinggi bibit dan kemampuan hidup

Universitas Sumatera Utara


tanaman M1 dengan frekuensi mutasi, membuktikan bahwa penilaian kuantitatif

terhadap kerusakan tanaman M1 dapat digunakan sebagai indikator dalam

permasalahan pengaruh dosis pada timbulnya mutasi (Mugiono, 2001).

Mutasi radiasi menyebabkan pecahnya benang kromosom. Pecahnya

kromosom menyebabkan terjadinya perubahan struktur kromosom yang dapat

berupa translokasi, inversi, duplikasi dan defisiensi. Kromosom terdiri dari gen-

gen yang bertanggung jawab atas pengendalian sifat-sifat yang diturunkan dari

tetua ke generasi selanjutnya. Translokasi terjadi apabila dua benang kromosom

patah setelah terkena energi radiasi, kemudian patahan benang kromosom

bergabung kembali dengan cara baru. Patahan kromosom yang satu berpindah

atau bertukar pada kromosom yang lain, sehingga terbentuk kromosom baru yang

berbeda dengan kromosom semula (Amien dan Carsono, 2008).

Mutan buatan dapat memperbaiki kekurangan tertentu pada kultivar yang

telah beradaptasi baik tanpa terjadi perubahan yang besar dalam susunan

genotipnya. Mutan tersebut selanjutnya digunakan sebagai tetua dari kultivar asal.

Sebagai contoh ; kultivar padi dengan daya hasil tinggi telah dikembangkan di

Filipina dengan dengan ciri-ciri batang pendek dan kokoh hasil mutasi spontan

dari kultivar Taiwan ”Deo-Geo-Woo-Gen” (Nasir, 2002).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan seseorang hanya akan

menemukan 2 buah kecambah yang bermutasi (misalnya menjadi hijau abnormal,

klorophil telah dipengaruhi), maka tingkat mutasi (mutatiton rate) pada mutasi

induksi jauh lebih besar, yaitu diantara 10.000 buah tanaman pada satu keturunan

berikutnya kita dapat mengharapkan menemukan 200 buah kecambah mutasi

(pada klorophilnya) (Darussalam, 1972).

Universitas Sumatera Utara


Stadler yang memperlihatkan mutasi buatan pada tanaman, menunjukkan

banyak akibat jelek (mutan klorofil, tanaman cacat, tidak dapat hidup terus,

kematian) karena perlakuan radiasi. Pendapatnya mungkin mempengaruhi para

pemulia tanaman dalam hal mencari pengaruh yang menguntungkan. Cara normal

bagi seorang pemulia tanaman yaitu mengirimkan satu kantong biji ke institut

nuklir minta agar biji diperlakukan, ditumbuhkan dan dicari mutasinya. Orang-

orang tersebut sering kecewa apabila mutan yang bermanfaat tidak timbul,

misalnya seorang pemulia alfalfa di Universitas Virginia di USA, menanam kira-

kira 500.000 bibit dari biji yang diradiasi. Dengan jarak tanam 3 x 1.5 kaki (90 x

45 cm) untuk tiap tanaman dia dapat memindahkan 10.000/acre, yaitu 50 acres

tanaman. Ia tidak mendapatkan satupun genotipe superior (Crowder, 1997).

Radiasi sinar gamma dapat menyebabkan perubahan pada tanaman yang

bersifat genetis, fisiologis dan morfologis. Perubahan fisiologis mungkin terjadi

karena kerusakan kromosom dan juga bagian sel diluar kromosom akibat

perlakuan radiasi tersebut (Nurtjahyo, dkk, 1975).

Penggunaan energi seperti sinar gamma pada tanaman akan memberikan

pengaruh yang baik dibidang pertanian. Dengan perlakuan dosis radiasi sinar

gamma yang tepat akan diperoleh tanaman yang memiliki sifat-sifat unggul

seperti hasil yang tinggi, umur panen yang singkat dan tahan terhadap serangan

hama dan penyakit. Tetapi kenyataan yang ditimbulkan tidak semuanya

memenuhi harapan (Suryowinoto, 1987).

Perlakuan dengan mutasi fisik atau kimia dapat dibedakan menjadi 4 efek

yang menarik dalam genetika atau pemuliaan tanaman, yaitu :

Universitas Sumatera Utara


1. Kerusakan fisiologis (kerusakan utama)

2. Mutasi gen (point mutation)

3. Mutasi kromosom (aberasi kromosom)

4. Mutasi diluar inti (mutasi sitoplasma)

Kerusakan fisiologis kemungkinan dapat disebabkan karena kerusakan kromosom

dan kerusakan sel diluar kromosom. Kedua kerusakan tersebut sukar dibedakan

karena keduanya terjadi pada generasi M1 sebagai akibat dari perlakuan mutagen.

Kerusakan tersebut merupakan gangguan fisiologis bagi pertumbuhan tanaman.

Besarnya kerusakan fisiologis tergantung pada besarnya dosis yang digunakan dan

semakin tinggi dosis yang digunakan makin tinggi kerusakan fisiologis yang

timbul dan berakhir kematian (lethalitas). (Mugiono, 2001).

Pengaruh kemampuan berbiak yang diakibatkan oleh mutagen mempunyai

bermacam-macam fenomena, diantaranya :

- Hambatan pertumbuhan yang menghalangi pembungaan

- Bunga terbentuk namun kurang memenuhi bentuk reproduksi yang diperlukan

- Bentuk reproduksinya terjadi, tetapi tepung sari mandul

- Biji terbentuk namun tidak mamapu berkecambah

(Herawati dan Setiamihardja, 2000).

Perlakuan radiasi akan meyebabkan kerusakan sel atau terhambatnya

metabolisme sel karena adanya gangguan sintesa RNA sehingga sintesis enzim

yang diperlukan untuk pertumbuhan terhambat. Dengan adanya gangguan struktur

DNA akan menyebabkan enzim yang dihasilkan kehilangan fungsinya. Perlakuan

Universitas Sumatera Utara


radiasi dapat menyebabkan enzim yang merangsang pertunasan menjadi tidak

aktif, sehingga pertumbuhan tanaman terhambat (Cassaret, 1968).

Semakin tinggi dosis radisi maka tingkat kerusakannya juga semakin

tinggi. Namun hal ini bisa juga disebabkan oleh faktor lain yaitu, akibat DNA

tanaman itu sendiri. 'Tanaman mutasi itu menghasilkan hormon penghambat

tumbuh dalam jumlah besar. Hormon itu menekan pertumbuhan cabang dan daun

sehingga urung membesar (Apriyanti, 2008).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, setelah perlakuan radiasi

dengan sinar gamma, tanaman ditumbuhkan di ruang tumbuh (ruang kultur),

rumah kaca, atau dapat langsung dikebun percobaan. Analisis pada tanaman hasil

radiasi (mutan) dapat diarahkan atau dibandingkan dengan tanaman kontrol pada

sifat-sifat yang dikehendaki seperti sifat genetik, morfologi, sifat agronomi (hasil

per hektar, jumlah biji, tinggi tanaman, dan lain sebagainya).

Varietas

Varietas adalah kelompok tanaman dalam jenis atau spesies tertentu yang

dapat dibedakan dari kelompok lain berdasarkan suatu sifat atau sifat-sifat tertentu

(Nurhayati, 2005).

Varietas-varietas kedelai yang dianjurkan mempunyai kriteria-kriteria

tertentu, misalnya umur panen, produksi per hektar, daya tahan terhadap hama dan

penyakit. Setelah ciri-ciri tanaman kedelai diketahui, akhirnya dapat dihasilkan

varietas-varietas yang dianjurkan. Varietas-varietas ini diharapkan sesuai dengan

keadaan tempat yang akan ditanami. Dengan ditemukannya varietas-varietas baru

(unggul) melalui seleksi galur atau persilangan (crossing), diharapkan sifat-sifat

Universitas Sumatera Utara


baru yang akan dihasilkan dapat dipertanggung jawabkan, baik dalam hal

produksi, umur produksi, maupun daya tahan terhadap hama dan penyakit

(Andrianto dan Indarto, 2004)

Menggunakan varietas unggul merupakan salah satu upaya yang mudah

dan murah untuk meningkatkan produksi kedelai. Mudah karena teknologinya

tidak rumit karena hanya mengganti varietas kedelai dengan varietas yang lebih

unggul dan murah karena tidak memerlukan tambahan biaya produksi.

Tersedianya varietas unggul yang beragam sangat penting artinya guna menjadi

banyak pilihan bagi petani baik untuk pergiliran varietas antar musim, mencegah

petani menanam satu varietas terus-menerus, mencegah timbulnya serangan hama

dan penyakit, dan menjadi pilihan petani sesuai kondisi lahan. Pengenalan atau

identifikasi varietas unggul adalah suatu teknik untuk menentukan apakah yang

dihadapi tersebut adalah benar varietas unggul yang dimaksudkan.

Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan mempergunakan alat pegangan berupa

deskripsi varietas (Gani, 2000).

Varietas atau klon introduksi perlu diuji adaptabilitasnya pada suatu

lingkungan untuk mendapatkan genotif unggul pada lingkungan tersebut. Pada

umumnya suatu daerah memiliki kondisi lingkungan yang berbeda terhadap

genotif. Respon genotif terhadap faktor lingkungan ini biasanya terlihat dalam

penampilan fenotipik dari tanaman bersangkutan (Darliah dkk, 2001).

Gen-gen tidak dapat menyebabkan berkembangnya karakter terkecuali jika

mereka berada pada lingkungan yang sesuai, dan sebaliknya tidak ada pengaruh

terhadap berkembangnya karakteristik dengan mengubah tingkat keadaan

Universitas Sumatera Utara


lingkungan terkecuali jika gen yang diperlukan ada. Namun, harus disadari bahwa

keragaman yang diamati terhadap sifat-sifat yang terutama disebabkan oleh

perbedaan gen yang dibawa oleh individu yang berlainan dan terhadap variabilitas

didalam sifat yang lain, pertama-tama disebabkan oleh perbedaan lingkungan

dimana individu berada (Allard, 2005).

Heritabilitas

Salah satu sifat yang paling penting dari suatu karakter yang tumbuh

(tumbuhan) adalah heritabilitas. Hal ini menunjukkan seperti yang telah kita lihat

proporsi dari jumlah perbedaan yang diakibatkan oleh efek dari gen rata-rata dan

inilah yang menentukan tingkat derajat kemiripan diantara famili. Hanya nilai

fenotip dari suatu individu yang dapat langsung diukur, tetapi nilai

pengembangbiakan itu sendirilah yang menentukan pengaruh mereka pada

generasi selanjutnya (Pai, 2000).

Proporsi dari seluruh variasi yang disebabkan oleh perubahan genetik

disebut Heritabilitas. Dan dapat dirumuskan sebagai :

h = Vg / (Vg + Ve).

Vg = Variasi genetik, Ve = Variasi lingkungan (komponen faktor lingkungan).

Heritabilitas dalam arti yang luas adalah semua aksi gen termasuk sifat dominan,

aditif, dan epistasis. Nilai heritabilitas secara teoritis berkisar dari 0 sampai 1.

Nilai 0 ialah bila seluruh variasi yang terjadi disebabkan oleh faktor lingkungan,

sedangkan nilai 1 ialah bila seluruh variasi disebabkan oleh faktor genetik. Yang

sering menjadikan hambatan ialah rendahnya nilai heritabilitas sebagian besar

produksi tanaman budidaya yang penting dan rendahnya ketahanan terhadap

Universitas Sumatera Utara


beberapa penyakit. Ini berarti pengaruh lingkungan terhadap ekspresi fenotip dan

terjadinya pengurangan karakter gen sangat besar (Welsh, 2005).

Dalam suatu populasi setiap individu tanaman terdapat perbedaan,

misalnya dalam hasil, tinggi tanaman, ketahanan terhadap lingkungan dan sifat-

sifat lain. Jika dilakukan seleksi secara acak dari dua tanaman dalam suatu

populasi dan diukur hasilnya maka terdapat perbedaan diantara kedua tanaman

tersebut yang diakibatkan oleh sebahagian pengaruh genetik dan sebahagian lagi

oleh faktor lingkungan. Heritabilitas dapat didefenisikan sebagai proporsi

keragaman yang disebabkan oleh faktor genetis terhadap keragaman penotip dari

suatu populasi. Keragaman dari suatu populasi disebabkan oleh faktor genetis

(V2g) dan faktor lingkungan (V2e) (Hasyim, 2005).

Universitas Sumatera Utara


BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25 m diatas permukaan laut,

penelitian ini dilaksanakan pada bulan september 2008 sampai desember 2008.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah benih kedelai, varietas

seulawah, varietas kerinci, Varietas baluran, sebagai objek yang diamati, tanah top

soil, kompos sebagai media tanam, pupuk urea, TSP dan KCL, insektisida decis

2,5EC, fungisida dithne M-4,5 dan bahan bahan lain yang mendukung

pelaksanaan penelitian ini.

Alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang,

meteran, handspryer,papan nama, papan perlakuan,pacak sample, timbangan,

buku tulis, kalkulator, penggaris, leaf color chart, serta alat alat lain yang

mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitiaan ini menggunakaan rancangan acak kelopmpok (RAK) faktorial

dengan dua faktor perlakuan yaitu:

1. faktor yang di teliti sebagai petak utama (Main Plot) adalah dosis

penyinaran sinar gamma (R), terdiri dari :

R0 = tanpa penyinaran ( kontrol)

R1 = 20 krad

R2 = 30 krad

Universitas Sumatera Utara


2. faktor yang diteliti sebagai anak petak ( sub plot ) adalah varietas tanaman

kedelai ( V) terdiri dari :

V1 = Kerinci

V2 = Seulawah

V3 = Baluran

Kombinsi peralakuan :

R0 V1 R0 V2 R0 V3

R1 V1 R1 V2 R0 V3

R2 V1 R2 V2 R0 V3

Jumlah ulangan (blok) : 3 ulangan

Jumlah plot : 27 plot

Ukuran plot : 70 x 50

Jumlah tanaman per plot : 6 tanaman

Jumlah sample per plot : 2 tanaman

Jumlah seluruh sample : 54 tanaman

Jumlah seluruh tanaman : 162 tanaman

Jarak antar plot : 30 cm

Jarak antar ulangan : 50 cm

Jarak tanam : 25 cm x 25 cm

Luas lahan seluruhnya : 7,5 m x 4,5 m

Dari hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan

model linier sebagai berikut :

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ) jk + εijk

Dimana :

Universitas Sumatera Utara


Yijk = hasil pengamatan yang disebutkan main plot ke-j dan sub plot

ke-k pada blok ke- i

µ = Nilai tengah

ρi = Pengaruh blok ke-i

αj = pengaruh main plot ke - j

βk = pengaruh sub plot ke- k

(αβ) jk = Pengaruh interaksi antara main plot ke- j dengn sub plot ke- k

εijk = Pengaruh galat percobaan, pada blok ke- i yang disebabkan

main plot ke- j dan sub plot ke- k

jika dari hasil penelitian berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji

BNJ pada taraf 5% ( Bangun, 1991).

Heritabilitas

Nilai heritabilitas dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

σ 2G
h = 2
2

σ P

σ2 P = σ2G + σ2E

σ 2G
h2 =
σ 2G + σ 2 E

dimana :

h2 = heritabilitas

σ2 G = varians genotipe

σ2 P = varians penotipe

σ2 E = varians lingkungan

Menurut Mangoendjojo (2003), heritabilitas dikatakan :

Universitas Sumatera Utara


- tinggi ------------------------------------- bila nilai H > 50%

- sedang ------------------------------------- bila nilai H terletak antara 20%-50%, dan

- rendah ------------------------------------- bila nilai H < 20%

Universitas Sumatera Utara


PELAKSANAAN PENELITIAN

Penyinaran benih

Benih di masukkan kedalam sumber radiasi sinar gamma yaitu Gamma

cell 220 kemudian pintu gamma cell di tutup. Dengan menggunakan saklar yang

terdapat di sebelah kanan alat iradiator tersebut, alat di hidupkan (switch on).

Bagian alat yang berada diatas alat iradiator ( yang berisi bahan untuk di radiasi)

turun ke bawah, setelah selesai alat dihentikan dan benih yang di radiasi dlam

wadah iradiator kan naik ke atas. Lamanya radisi tergantung dari besarnya dosis

yang digunakan untuk meradiasi dan laju dosis, makin besar dosis radiasi, makin

lama dosis di hidupkan. Dosis radiasi sinar gamma untuk tanaman kedelai.

Persiapan Lahan

Diukur areal pertanaman yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma

yang tumbuh pada areal tersebut. Kemudian dibuat plot percobaan dengan ukuran

70cm x 50 cm. Dibuat parit drainase dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak antar

ulangan 50 cm.

Penanaman

Penanaman dilakukan setelah benih di radiasi Dimana benih kacang

kedelai yang telah di radiasi dimasukkan kedalam lubang tanam sedalam 3 cm

sebanyak dua butir perlubang kemudian ditutup dengan tanah atau kompos.

Universitas Sumatera Utara


Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk dasar dengan dosis

anjuran dalam bentuk 100 kg/ha Urea ( 0.06g/tan), 200 kg/ha TSP (0.12g/tan)dan

100kg/ha KCL ( 0.06g/tan) dengan menggunakan sistem tugal, pemupukan urea

dilakukan dengan 2 tahap yaitu pada saat awal penanaman sebanyak setengah

dosis anjuran dan setengah dosis lagi pada saat tanaman berumur 30 hari setelah

tanam ( HST), sedangkan untuk pupuk TSP dan KCL dilakukan saat penanaman.

Pemeliharaan

Penyiraman

Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Penyiraman

dilakukan pagi atau sore hari. Apabila terjadi hujan maka tanaman tidak perlu

disiram.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati dengan

tanaman cadangan yang masih hidup. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman

berumur 2 minggu setelah tanam (MST).

Penjarangan

Penjarangan dilakukan dengan tujuan mengurangi tanaman yang lebih dari

satu pada setiap lobang tanam dengan mencabut tanaman tersebut. Penjarangan

dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (MST).

Universitas Sumatera Utara


Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan tujuan untuk menghindari persaingan antara

gulma dengan tanaman. Penyiangan gulma dilakukan secara manual atau

menggunakan cangkul dengan membersihkan gulma yang ada di lahan penelitian.

Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi lapangan.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis 2,5

EC dengan dosis 0,5 cc/liter air, sedangkan pengendalian penyakit dilakukan

dengan penyemprotan fungisida Dithane M-45 dengan dosis 1 cc/liter air. Masing-

masing disemprotkan pada tanaman yang terserang.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut batang tanaman tersebut

dengan menggunakan tangan. Adapun kriteria panennya adalah sebagian besar

daun telah menguning dan gugur, polong telah terisi penuh, umur tanaman 90-95

hari.

Pengamatan Parameter

Persentase Perkecambahan (%)

Persentase perkecambahan dihitung dengan membandingkan kecambah

yang tumbuh dengan jumlah contoh benih yang diuji. Persentase perkecambahan

dihitung setelah benih tampak berkecambah, untuk mengetahui daya

kecambahnya setelah perlakuan radiasi dilakukan setelah 5 hari setelah tanam.

Universitas Sumatera Utara


Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari pangkal sampai titik tumbuh

dengan menggunakan meteran, pengamatan tinggi tanaman kedelai ini di mulai

setelah tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (MST).

Jumlah Cabang pada Batang Utama (cabang)

Jumlah cabang pada batang utama dihitung pada saat stadia vegetatipe –

stadia matang penuh atau panen (V1-R8). Cabang yang dihitung adalah cabang

yang berasal dari batang utama pada tiap tanaman.

Jumlah Buku per Tanaman (buku)

Jumlah buku per tanaman dihitung pada saat stadia vegetatipe – stadia

matang penuh atau panen (V1-R8). Buku yang dihitung adalah buku yang terdapat

pada batang utama dan cabang.

Umur Berbunga ( hari)

Umur berbunga dihitung saat bunga pertama sudah muncul dalam satu

tanaman.

Jumlah Polong Pertanaman ( Polong)

Perhitungan jumlah polong dilakukan dengan menghitung semua polong

pada masing-masing tanaman sampel yang dilakukan setelah tanaman tersebut

dipanen.

Jumlah Polong Hampa Pertanaman ( Polong )

Di hitung jumlah polong hampa tiap tanaman, yaitu polong yang tidak

berisi biji, pada saat tanaman telah matang penuh, dihitung setelah panen.

Universitas Sumatera Utara


Umur Panen (mst)

Pengamatan umur panen dihitung ketika tanaman memasuki R8 yaitu

polong telah mencapai warna polong matang ± 95% yang ditandai dengan warna

kecokelatan pada polong.

Produksi per sampel

Perhitungan produksi per sampel dilakukan dengan cara menimbang bobot

buah per tanaman sampel setiap perlakuan dengan menggunakan timbangan

analitik.

Bobot 100 biji (gr)

Penimbangan dilakukan dengan menimbang 100 biji dari masing masing

perlakuan.

Penghambatan Pembungaan

Penghambatan pembungaan diamati setelah bunga pertama muncul,

diamati apakah ada pengaruh penghambatan pembungaan setelah perlakuan

radiasi.

Perubahan Warna Daun

Perubahan warna daun pada tanaman kedelai diamati setelah 5 MST

perubahan daun yang diamati adalah bentuk fisik daun akibat pengaruh mutasi.

Universitas Sumatera Utara


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa varietas berbeda nyata terhadap

parameter tinggi tanaman 2 mst, tinggi tanaman 4 mst, tinggi tanaman 6mst,

tinggi tanaman 8 mst, jumlah buku 8 mst, umur berbunga, bobot 100 biji, umur

panen, jumlah polong per tanaman, dan tidak berbeda nyata terhadap jumlah

buku 2 mst, polong hampa, dan persentase perkecambahan. Radiasi berbeda nyata

terhadap parameter tinggi tanaman 4 mst, tinggi tanaman 6 mst, tinggi tanaman 8

mst, jumlah buku 4 mst, jumlah buku 6 mst, jumlah buku 8 mst, persentase

perkecambahan, umur berbunga, umur panen, jumlah cabang dan tidak berbeda

nyata terhadap parameter tinggi tanaman 2 mst, jumlah buku 2 mst, bobot 100

biji, jumlah polong per tanaman dan polong hampa sedangkan interaksi antara

keduanya tidak berbeda nyata terhadap seluruh parameter yang diamati.

Persentase perkecambahan (%)

Dari hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa radiasi berbeda nyata

terhadap persentase perkecambahan sedangkan varietas dan interaksi antara

keduanya tidak berbeda nyata terhadap persentase perkecambahan.

Tabel 1. Rataan Presentase perkecambahan (%) Pada Perlakuan Varietas


dan radiasi
Dosis Radiasi
Perlakuan Total Rataan
R0 R1 R2
V1 = Kerinci 100,00 88.87 88.87 277.73 92.58
V2 = Seulawah 100,00 94.43 66.63 261.07 87.02
V3 = Baluran 94.43 94.43 83.30 272.17 90.72
Total 294.43 277.73 238.80 810.97
Rataan 98.14a 92.58a 79.60b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel 1. diketahui bahwa rataan persentase perkecambahan tertinggi

pada perlakuan varietas terdapat pada V1 (92.58 %) dan terendah pada

V2 (87.02 %). dari tabel 1. diketahui bahwa rataan persentase perkecambahan

tertinggi pada perlakuan dosis radiasi terdapat pada R0 (98.14) dan terendah pada

R2 (79.60).

Grafik pertumbuhan persentase perkecambahan pada beberapa dosis

radiasi dapat dilihat pada gambar berikut

120,00

100,00
% Perkecambahan

80,00

60,00

40,00

20,00

0,00
R0 R1 R2
Radiasi

Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Persentase perkecambahan pada beberapa


dosis radiasi

Tinggi Tanaman

Dari hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa varietas berbeda nyata

terhadap tinggi tanaman pada 2 mst, 4 mst, 6 mst, 8 mst , sedangkan radiasi

berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 4 mst, 6 mst dan 8 mst.

Sedangkan interaksi antara keduanya tidak berbeda nyata terhadap pengamatan

parameter tinggi tanaman.

Rataan tinggi tanaman dari perlakuan verietas dan radiasi dapat dilihat

pada tabel berikut.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2. Rataan Pertumbuhan Tinggi Tanaman (cm) Pada Perlakuan
Varietas dan radiasi
Minggu Setelah Tanam (MST)
Perlakuan 2 4 6 8
Varietas
V1 = Kerinci 11,27 a 27,54 b 52,76 a 76,58 a
V2 = Seulawah 9,46 b 25,07 b 47,17 b 75,17 a
V3 = Baluran 11,74 a 30,47 a 53,16 a 57,31 b

Radiasi
R0 = kontrol 11,34 32,07 a 59,57 a 77,68 a
R1= 20 krad 10,94 26,08 b 47,14 b 65,64 b
R2 = 30 krad 10,18 24,92 b 46,38 b 65,74 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %

Dari tabel 1. diketahui bahwa rataan tinggi tanaman tertinggi pada

perlakuan varietas terdapat pada V1 (76,58 cm) dan terendah pada

V3 (57,31 cm).

Histogram pertumbuhan tinggi tanaman pada berbagai varietas kedelai

dapat dilihat pada gambar berikut.

90,00
80,00
70,00
tinggi tanaman

60,00
50,00
40,00
V1 = kerinci
30,00 V2 = seulawah
20,00 V3 = baluran
10,00
0,00
2 4 6 8
minggu setelah tanam (MST)

Gambar 2. Histogram Pertumbuhan Tinggi Tanaman Beberapa Varietas


kedelai

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel 1. diketahui bahwa rataan tinggi tanaman tertinggi pada

perlakuan dosis radiasi terdapat pada R0 (77,68 cm) dan terendah pada R1 (65,64

cm).

Grafik pertumbuhan tinggi tanaman pada beberapa dosis radiasi dapat

dilihat pada gambar berikut.

100,00

80,00
tinggi tanaman

R0
60,00
R1
40,00
R2
20,00

0,00
2 4 6 8
minggu setelah tanam (MST)

Gambar 3. Grafik Pertumbuhan Tinggi Tanaman (cm) Pada Perlakuan


Dosis radiasi.

Jumlah cabang ( cabang)

Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa varietas dan radiasi berbeda nyata

terhadap jumlah cabang, sedangkan interaksi antara keduanya tidak berbeda nyata.

Rataan jumlah cabang dari perlakuan varietas dan radiasi dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 3. Rataan Jumlah cabang Pada Perlakuan Varietas dan Radiasi


Dosis radiasi
Perlakuan
R0 R1 R2 Total Rataan
V1 = kerinci 16.67 21.33 22.17 60.17 20.06a
V2 = seulawah 17.83 25.83 21,00 64.67 21.56a
V3 = baluran 8.67 13.83 18.83 41.33 13.78b
Total 43.17 60.11 62.00 166.17
Rataan 14.39 20.33a 20.67a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel 3. diketahui bahwa jumlah cabang tertinggi pada perlakuan varietas

terdapat pada V2 (21.56) dan terendah pada V3 (13.78).

Histogram pertumbuhan jumlah cabang pada beberapa varietas kedelai

dapat dilihat pada gambar berikut.

25,00

20,00
jumlah cabang

15,00

10,00

5,00

0,00
V1 V2 V3
varietas

Gambar 4. Histogram Jumlah cabang (cabang) Pada Beberapa Varietas


kedelai

Dari tabel 3. diketahui bahwa rataan jumlah cabang tertinggi pada

perlakuan dosis radiasi terdapat pada R2 (20.67) dan terendah pada R0 (14.39).

Grafik pertumbuhan jumlah cabang pada beberapa dosis radiasi dapat

dilihat pada gambar berikut.

25,00
jumlah cabang (cm)

20,00

15,00

10,00

5,00

0,00
R0 R1 R2
varietas

Gambar 5. Grafik jumlah cabang Pada Perlakuan Dosis radiasi.

Universitas Sumatera Utara


Jumlah Buku

Dari hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa varietas berbeda nyata

terhadap jumlah buku pada 4 mst, 8 mst , dan radiasi berpengaruh nyata

terhadap jumlah buku pada 4 mst, 6 mst dan 8 mst. Sedangkan interaksi antara

keduanya tidak berbeda nyata.

Rataan jumlah buku dari perlakuan verietas dan radiasi dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 4. Rataan Jumlah Buku Pada Perlakuan Varietas dan radiasi


Minggu Setelah Tanam (MST)
Perlakuan 2 4 6 8
Varietas
V1 = Kerinci 1,83 6,17 12,44 15,50 a
V2 = Seulawah 1,89 5,83 11,89 16,00 a
V3 = Baluran 1,78 6,28 11,61 12,50 b

Radiasi
R0 = kontrol 1,94 7,33 a 13,56 a 16,06 a
R1= 20 krad 1,83 5,44 b 11,28 b 13,78 b
R2 = 30 krad 1,72 5,50 a 11,11 b 14,17 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %

Dari tabel 4. diketahui bahwa rataan jumlah cabang tertinggi pada

perlakuan varietas terdapat pada V2 (16,00) dan terendah pada

V3 (12,50).

Histogram pertumbuhan jumlah buku pada berbagai varietas kedelai dapat

dilihat pada gambar berikut.

Universitas Sumatera Utara


18,00
16,00
14,00
12,00
jumlah buku

V1= kerinci
10,00
V2= seulawah
8,00
V3= baluran
6,00
4,00
2,00
0,00
2 4 6 8
minggu setelah tanam (MST)

Gambar 6. Histogram Jumlah Buku Beberapa Varietas kedelai

Dari tabel 4. diketahui bahwa rataan jumlah buku tertinggi pada perlakuan

dosis radiasi terdapat pada R0 (16,06) dan terendah pada R1 (13,78).

Grafik pertumbuhan jumlah buku pada beberapa dosis radiasi dapat dilihat

pada gambar berikut.

18,00
16,00
14,00
jumlah buku

12,00 R0= kerinci


10,00
R1= seulaw ah
8,00
6,00 R2= baluran
4,00
2,00
0,00
2 4 6 8
minggu setelah tanam (MST)

Gambar 7. Grafik jumlah buku Pada Perlakuan Dosis radiasi

Universitas Sumatera Utara


Umur berbunga ( hari)

Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa varietas dan radiasi berbeda nyata

terhadap umur berbunga, sedangkan interaksi antara keduanya tidak berbeda

nyata.

Rataan umur berbunga dari perlakuan varietas dan radiasi dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 5. Rataan Pertumbuhan umur berbunga Pada Perlakuan Varietas dan


radiasi
Dosis radiasi
Perlakuan R0 R1 R2 Total Rataan
V1 = kerinci 18,00 21,00 20,00 59,00 19,67a
V2 = seulawah 20,00 22,00 24,00 66,00 22,00a
V3 = baluran 15,00 15,00 16,00 46,00 15,33b
Total 53,00 58,00 60,00 171,00
Rataan 17,67b 19,33a 20,00a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %

Dari tabel 5. diketahui bahwa umur berbunga tertinggi pada perlakuan

varietas terdapat pada V2 (22,00) dan terendah pada V3 (15,33).

Histogram pertumbuhan umur berbunga pada beberapa varietas kedelai

dapat dilihat pada gambar berikut.

25,00

20,00
umur berbunga (hari)

15,00

10,00

5,00

0,00
V1 V2 V3
varietas

Gambar 8. Histogram umur berbunga Pada Beberapa Varietas kedelai

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel 5. diketahui bahwa rataan umur berbunga tertinggi pada

perlakuan dosis radiasi terdapat pada R2 (20,00) dan terendah pada R0 (17,67).

Grafik pertumbuhan umur berbunga pada beberapa dosis radiasi dapat

dilihat pada gambar berikut.

30,00

25,00
umur berbunga

20,00

15,00

10,00

5,00

0,00
R0 R1 R2
radiasi

Gambar 9. Grafik umur berbunga Pada Perlakuan Dosis radiasi.

Jumlah polong per tanaman ( polong)

Dari hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa varietas berbeda nyata

terhadap jumlah polong per tanaman sedangkan radiasi dan interaksi antara

keduanya tidak berbeda nyata terhadap jumlah polong pertanaman.

Rataan jumlah polong per tanaman dari perlakuan varietas dan radiasi

pada tabel berikut.

Tabel 6. Rataan jumlah polong per tanaman Pada Perlakuan Varietas dan
radiasi
Dosis radiasi
Perlakuan
R0 R1 R2 Total Rataan
V1 = kerinci 179.6 185.33 201.50 566.50 188.83a
V2 = seulawah 271.50 211.33 194,00 676.83 225.61a
V3 = baluran 113.33 94.67 108.83 316.83 105.61b
Total 564.50 491.33 504.33 1560.17
Rataan 188.17 163.78 168.11
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel 6. diketahui bahwa rataan jumlah polong per tanaman tertinggi

pada perlakuan varietas terdapat pada V2 (225.61) dan terendah pada V3 (105.61).

dari tabel 6. diketahui bahwa rataan jumlah polong per tanaman tertinggi pada

perlakuan dosis radiasi terdapat pada R0 (188.17) dan terendah pada R1 (163.78)

Histogram jumlah polong per tanaman pada beberapa varietas kedelai

dilihat pada gambar berikut

250,00
jumlah polong per tanaman

200,00

150,00

100,00

50,00

0,00
V1 V2 V3
varietas

Gambar 10. Histogram jumlah polong per tanaman Pada Beberapa Varietas
kedelai

Jumlah polong hampa ( polong)

Dari hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa varietas dan radiasi serta

interaksi tidak berbeda nyata terhadap jumlah polong hampa

Rataan jumlah polong hampa dari perlakuan varietas dan radiasi pada tabel

berikut.

Tabel 7. Rataan jumlah polong hampa Pada Perlakuan Varietas dan radiasi
Dosis radiasi
Perlakuan
R0 R1 R2 Total Rataan
V1 = kerinci 4,50 13,00 15,00 32,50 10,83
V2 = seulawah 5,00 8,50 24,00 37,50 12,50
V3 = baluran 10,00 4,00 9,00 23,00 7,67
Total 19,50 25,50 48,00 93,00
Rataan 6,50 8,50 16,00

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel 7. diketahui bahwa rataan jumlah polong hampa tertinggi pada

perlakuan varietas terdapat pada V2 (12,50) dan terendah pada V3 (7,67). dari

tabel 7. diketahui bahwa rataan jumlah polong hampa tertinggi pada perlakuan

dosis radiasi terdapat pada R2 (16,00) dan terendah pada R0 (6,50).

Umur panen ( hari )

Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa varietas dan radiasi berbeda nyata

terhadap umur panen, sedangkan interaksi antara keduanya tidak berbeda nyata.

Rataan umur panen dari perlakuan varietas dan radiasi dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 8. Rataan Umur Panen Pada Perlakuan Varietas dan radiasi


Dosis radiasi
Perlakuan
R0 R1 R2 Total Rataan
V1 = kerinci 13.33 14.67 14.00 42.00 14,00a
V2 = seulawah 13.33 14.67 14.67 42.67 14.22a
V3 = baluran 10.67 10.67 13.67 35.00 11.67b
Total 37.33 40.00 42.33 119.67
Rataan 12.44 b 13.33 a 14.11a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %

Dari tabel 8. diketahui bahwa umur panen tertinggi pada perlakuan

varietas terdapat pada V2 (14.22) dan terendah pada V3 (11.67).

Histogram umur panen pada beberapa varietas kedelai dapat dilihat pada

gambar berikut.

Universitas Sumatera Utara


16,00
14,00
12,00

umur panen
10,00
8,00
6,00
4,00
2,00
0,00
V1 V2 V3
varietas

Gambar 11. Histogram umur panen Pada Beberapa Varietas kedelai

Dari tabel 8. diketahui bahwa rataan umur panen tertinggi pada perlakuan

dosis radiasi terdapat pada R2 (14.11) dan terendah pada R0 (12.44). Grafik

pertumbuhan umur panen pada beberapa dosis radiasi dapat dilihat pada gambar

berikut.

50,00
45,00
40,00
35,00
umur panen

30,00
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
0,00
R0 R1 R2
varietas

Gambar 12. Grafik umur panen Pada Perlakuan Dosis radiasi.

Produksi per sampel

Dari hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa varietas dan radiasi serta

interaksi tidak berbeda nyata terhadap produksi per sample

Rataan jumlah produksi per sample dari perlakuan varietas dan radiasi

pada tabel berikut

Universitas Sumatera Utara


Tabel 9. Rataan produksi per sampel Pada Perlakuan Varietas dan radiasi
Dosis radiasi
Perlakuan
R0 R1 R2 Total Rataan
V1 = kerinci 44.17 49.93 45.62 139.72 46.57
V2 = seulawah 56.97 47.40 37.42 141.80 47.27
V3 = baluran 38.62 35.22 34.73 108.57 36.19
Total 139.75 132.55 117.78 390.08
Rataan 46.58 44.18 39.26

Dari tabel 9. diketahui bahwa rataan jumlah produksi per sampel tertinggi

pada perlakuan varietas terdapat pada V2 (47.27) dan terendah pada V3 (36.19)

dari tabel 9. diketahui bahwa rataan jumlah polong hampa tertinggi pada

perlakuan dosis radiasi terdapat pada R0 (46.58) dan terendah pada R2 (39.26).

Bobot 100 biji ( gram)

Dari hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa varietas berbeda nyata

terhadap bobot 100 biji sedangkan radiasi dan interaksi antara keduanya tidak

berbeda nyata terhadap bobot 100 biji.

Rataan bobot 100 biji dari perlakuan varietas dan radiasi pada tabel

berikut.

Tabel 10. Rataan bobot 100 biji Perlakuan Varietas dan Radiasi
Dosis radiasi
Perlakuan
R0 R1 R2 Total Rataan
V1 = kerinci 12.22 12.57 12.95 37.73 12.58b
V2 = seulawah 9.17 12.27 11.35 32.78 10.93b
V3 = baluran 18.67 25.43 17.73 61.83 20.61a
Total 40.05 50.27 42.03 132.35
Rataan 13.35 16.76 14.01
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %

Dari tabel 10. diketahui bahwa rataan bobot 100 biji tertinggi pada

perlakuan varietas terdapat pada V3 (20.61) dan terendah pada V2 (10.93). dari

Universitas Sumatera Utara


tabel 10. diketahui bahwa rataan bobot 100 biji tertinggi pada perlakuan dosis

radiasi terdapat pada R1 (16.76) dan terendah pada R0 (13.35)

Histogram bobot 100 biji pada beberapa varietas kedelai dilihat pada

gambar berikut

25,00

20,00
bobot 100 biji

15,00

10,00

5,00

0,00
V1 V2 V3
varietas

Gambar 13. Histogram bobot 100 biji Pada Beberapa Varietas kedelai

Penghambatan Pembungaan

Dari data umur berbunga dan pengamatan secara visual dapat dilihat

bahwa varietas dan radiasi berbeda nyata terhadap penghambatan pembungaan.

Perubahan warna daun

Dari hasil pengamatan secara visual dapat diketahui bahwa radiasi berbeda

nyata terhadap perubahan warna daun, dari hasil pengamatan secara visual dengan

menggunakan leaf colour chart.

Gambar 14. leaf color chart

Universitas Sumatera Utara


Tabel pengamatan perubahan warna daun 4 MST
KOMBINASI Blok I

I ket
R0V3 Hijau muda kekuning kuningan, bercak kuning 3
R2V3 hijau muda 2
R1V3 Hijau muda bercak kuning 3
R0V2 Hijau muda 2
R1V2 Hijau muda kekuning kuningan, bercak kuning 3
R2V1 Hijau muda 2
R0V1 Hijau muda 2
R1V1 Hijau muda kekuning kuningan, bercak kuning 3
R2V2 Hijau muda kekuning kuningan, bercak kuning 3

KOMBINASI Blok II

I ket
R1V1 Hijau muda kekuning kuningan, bercak kuning 3
R2V2 Hijau muda 2
R1V2 Hijau muda kekuning kuningan, bercak kuning 3
R0V1 Hijau muda 2
R2V3 Hijau muda kekuning kuningan, bercak kuning 3
R0V2 Hijau muda 2
R2V1 Hijau muda kekuning kuningan, bercak kuning 3
R1V3 Hijau muda 2
R0V3 Hijau muda 2

KOMBINASI Blok III

I ket
R1V3 Hijau muda 2
R0V3 Hijau muda kekuning kuningan, bercak kuning 3
R2V1 Hijau muda kekuning kuningan, bercak kuning 3
R1V1 Hijau muda 2
R0V2 Hijau muda 2
R2V3 Hijau muda kekuning kuningan, bercak kuning 3
R1V2 Hijau muda 2
R2V2 Hijau muda kekuning kuningan, bercak kuning 3
R0V1 Hijau muda 2

Tabel pengamatan perubahan warna daun 6 MST


KOMBINASI Blok I
I ket
R0V3 hijau muda 2
R2V3 hijau muda 2
R1V3 Hijau tua 5
R0V2 Hijau tua 5

Universitas Sumatera Utara


R1V2 Hijau tua bercak kuning 4
R2V1 Hijau muda 2
R0V1 Hijau tua 5
R1V1 Hijau muda 2
R2V2 Hijau muda 2

KOMBINASI Blok II
I ket
R1V1 Hijau muda 2
R2V2 Hijau tua kekuning kuningan bercak kuning 4
R1V2 Hijau tua kekuning kuningan, bercak kuning 4
R0V1 Hijau tua 5
R2V3 Hijau tua 5
R0V2 hijau tua bercak kuning/ kekuning kuningan 4
R2V1 Hijau muda 2
R1V3 Hijau muda 2
R0V3 Hijau tua 5

KOMBINASI Blok III


I ket
R1V3 Hijau muda 2
R0V3 Hijau muda 2
R2V1 Hijau tua 5
R1V1 Hijau muda 2
R0V2 Hijau muda 2
R2V3 Hijau muda 2
R1V2 Hijau muda 2
R2V2 Hijau tua bercak kuning, kekunign kuningan 4
R0V1 Hijau muda bercak kuning, kekuning kuningan 3

Tabel pengamatan perubahan warna daun 8 MST


Blok I
KOMBINASI
I ket
R0V3 hijau tua bercak kuning/ kekuning kuningan 4
R2V3 hijau tua 5
R1V3 hijau tua bercak kuning/ kekuning kuningan 4
R0V2 Hijau tua 5
R1V2 Hijau tua 5
R2V1 Hijau tua 5
R0V1 Hijau muda bercak kuning/ kekuning kuningan 4
R1V1 Hijau tua 5
R2V2 Hijau muda 5

KOMBINASI Blok II

Universitas Sumatera Utara


I ket
R1V1 Hijau tua bercak kuning/ kekuning kuningan 4
R2V2 Hijau tua 5
R1V2 Hijau tua 5
R0V1 Hijau tua 5
R2V3 Hijau tua 5
R0V2 Hijau tua 5
R2V1 Hijau tua 5
R1V3 Hijau muda 2
R0V3 Hijau tua 5

KOMBINASI Blok III


I ket
R1V3 Hijau tua bercak kuning/ kekuning kuningan 4
R0V3 Hijau tua 5
R2V1 Hijau tua 5
R1V1 Hijau tua bercak kuning/kekuning kuningan 4
R0V2 Hijau tua 5
R2V3 Hijau muda bercak kuning/ kekuning kuningan 4
R1V2 Hijau tua 5
R2V2 Hijau tua bercak kuning/ kekunign kuningan 4
R0V1 Hijau tua bercak kuning/kekuning kuningan 4

Keterangan dalam gambar:

2.Hijau muda
3.Hijau muda bercak kuning
4.Hijau tua bercak kuning/kekuning-kuningan
5.Hijau tua

Heritabilitas

Nilai duga heritabilitas (h2) untuk masing-masing parameter dapat

dievaluasi. Nilai duga heritabilitas (h2) dapat dilihat pada Tabel 12. Nilai

heritabilitas berkisar antara 0,15-1. Berdasarkan kriteria heritabilitas diperoleh 7

(tujuh) komponen yang mempunyai heritabilitas tinggi, 1 (satu) komponen hasil

yang mempunyai heritabilitas sedang dan 1 (satu) komponen hasil yang

mempunyai heritabilitas rendah

Universitas Sumatera Utara


Tabel 12. Nilai Duga Heritabilitas Untuk Masing-Masing Komponen Hasil
Komponen Hasil (h2)
Tinggi tanaman ( cm) 0.77 t
Jumlah cabang batang utama ( cabang) 0.81 t
Jumlah buku ( buah) 0.72 t
Umur berbunga ( hari ) 0.95 t
Jumlah polong per tanaman ( polong) 0.82 t
Jumlah polong hampa pertanaman ( polong) 0.15 r
Umur panen ( hari) 0.81 t
Produksi per sampel (gr) 0.42 s
Bobot 100 biji ( g) 1 t

Keterangan :
r = rendah
s = sedang
t = tinggi

Pembahasan

Pengaruh Radiasi Sinar Gamma Terhadap Pertumbuhan dan


Produksi Tanaman kedelai

Dari hasil analisis data secara statistik diperoleh bahwa perlakuan radiasi

berbeda nyata terhadap parameter persentase perkecambahan, tinggi tanaman

4 mst, tinggi tanaman 6 mst, tinggi tanaman 8 mst, jumlah buku 4 mst, jumlah

buku 6 mst, jumlah buku 8 mst, umur berbunga, umur panen, dan jumlah cabang.

Perlakuan radiasi akan menyebabkan kerusakan sel atau terhambatnya

metabolisme sel, semakin tinggi tingkat radiasi maka semakin tinggi tingkat

kerusakan dan penghambatan pertumbuhan tanaman. benih sebelum di radiasi

tampak utuh dan baik dan setelah di radiasi terlihat pengerutan dan semakin kecil

yang diakibatkan oleh radiasi, hal ini terlihat dengan jelas dari perlakuan R2= 30

krad benih mengalami kerusakan jaringan karena dosis penyinaran yang

Universitas Sumatera Utara


dilakukan hal ini sesuai dengan literatur Mugiono, 2001 yang menyatakan bahwa

Semakin tinggi dosis radisi yang diberikan, maka semakin banyak terjadi mutasi

dan makin banyak pula kerusakannya (seperti tingkat kehampaan yang tinggi).

Gambar Perkecambahan tanaman 1 MST dan 2 MST

Varietas Kerinci Varietas Seulawah Varietas Baluran

Dari data yang diperoleh dimana pada perlakuan R2 diperoleh rataan

presentase perkecambahan 79,60 %, pada R1 (92,58 %) dan R0 (98,14 %).

Terjadinya penghambatan metabolisme sel ini karena adanya gangguan sintesa

RNA sehingga sintesis enzim yang diperlukan untuk pertumbuhan terhambat.

Dengan adanya gangguan struktur DNA akan menyebabkan enzim yang

dihasilkan kehilangan fungsinya. Perlakuan radiasi dapat menyebabkan enzim

yang merangsang pertunasan menjadi tidak aktif, sehingga pertumbuhan tanaman

terhambat (Cassaret, 1968).

Universitas Sumatera Utara


Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerusakan atau kematian bibit tidak

terjadi sekaligus sesuai dengan meningkatnya dosis. Benih masih ada yang

tumbuh meskipun dosis radiasi yang diberikan semakin meningkat. Hal ini

menunjukkan bahwa suatu molekul atau sel mempunyai kepekaan yang berbeda

terhadap mutagen. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mugiono (2001) yang

menyatakan bahwa jika radiasi terjadi pada bagian molekul atau sel yang peka

maka molekul atau sel tersebut akan rusak atau mati. Sebaliknya, apabila yang

terkena radiasi adalah molekul atau sel yang tidak peka, maka molekul atau sel

tersebut tidak mati.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tinggi tanaman juga berbeda

nyata dengan radasi 4 mst 6 mst dan 8 mst dari data diatas dapat dilihat dari ( tabel 2)

bahwa semakin tinggi dosis radiasi yang diberikan maka dapat merusak dan

menghambat pertumbuhan pada tanaman hal ini sesuai dengan literatur Mugiono

(2001) yang menyatakan bahwa kerusakan fisiologis kemungkinan dapat

disebabkan karena kerusakan kromosom dan kerusakan sel di luar kromosom.

Pemisahan kedua penyebab tersebut sulit dilakukan, karena keduanya terjadi pada

generasi M1 sebagai akibat dari perlakuan mutagen. Kerusakan tersebut

merupakan gangguan fisiologis bagi pertumbuhan tanaman. Besarnya kerusakan

fisiologis tergantung pada besarnya dosis yang digunakan dan semakin tinggi

dosis yang digunakan maka semakin tinggi kerusakan fisiologis yang timbul.

Hasil penelitian juga menunjukkan jumlah buku berbeda nyata terhadap

perlakuan radiasi 4 mst 6 mst dan 8 mst, semakin tinggi dosis radiasi yang di

berikan pada tanaman maka semakin rendah pula jumlah buku pada tanaman hal

ini sesuai Hal ini sesuai dengan pernyataan Nurtjahyo, dkk (1975) yang

Universitas Sumatera Utara


menyatakan bahwa sinar gamma dapat menyebabkan perubahan yang bersifat

genetis, fisiologis dan morfologis pada tanaman hasil mutan Dosis radiasi yang

tinggi dapat mempengaruhi proses fisiologi tanaman yang berakibat terganggunya

proses fotosintesis, sehingga unsur-unsur yang diperlukan tanaman untuk tumbuh

dan berkembang terhambat. Bila fotosintesis terganggu dan unsur-unsur yang

diperlukan untuk tumbuh dan berkembang terhambat maka pembentukan buah

akan terhambat pula.

Perlakuan dosis radiasi menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap

umur berbunga, jumlah cabang dan umur panen. Dimana semakin tinggi dosis

radiasi maka umur berbunga dan umur panen semakin lambat dan jumlah cabang

semakin sedikit ataupun berkurang. Penggunaan energi seperti sinar gamma pada

tanaman akan memberikan pengaruh yang baik dibidang pertanian. Dengan

perlakuan dosis radiasi sinar gamma yang tepat akan diperoleh tanaman yang

memiliki sifat-sifat unggul seperti hasil yang tinggi, umur panen yang singkat dan

tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Tetapi kenyataan yang ditimbulkan

tidak semuanya memenuhi harapan (Suryowinoto, 1987) sebab mutasi/radiasi itu

sifatnya ’gambling’, artinya tidak pasti karena dapat bersifat positif (sifat unggul)

dan ada yang bersifat negatif (sifat yang tidak diinginkan) (Mugiono, 2001).

Dari hasil penelitian diketahui bahwa perlakuan radiasi menyebabkan

penyimpangan/kerusakan. Dimana semakin tinggi dosis radiasi maka tingkat

kerusakannya juga semakin tinggi. Namun hal ini bisa juga disebabkan oleh DNA

tanaman itu sendiri. Tanaman mutasi menghasilkan hormon penghambat tumbuh

dalam jumlah besar. Hormon itu menekan pertumbuhan cabang dan daun,

Universitas Sumatera Utara


sehingga urung membesar (Apriyanti, 2008) yang menyebabkan penurunan hasil

dan kerusakan fisiologis.

Dari hasil penelitian juga di ketahui bahwa perubahan warna daun dan

penghambatan pembungaan berpengaruh nyata dengan perlakuan radiasi dari hasil

pengamatan secara visual yang dilakukan pengaruh radiasi terhadap perubahan

warna daun mulai tampak pada saat berumur 4 mst sebagai pembanding

digunakan alat leaf colour sheet

Gambar perubahan warna daun 4. mst Varietas Kerinci

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3


Keterangan : 1 = R0V1 ( kontrol varietas Kerinci)
2 = R1V1 ( penyinaran 20 krad varietas kerinci)
3 = R2V1 ( penyinaran 30 krad varietas kerinci)
tipe daun : lancet / lanceolate

Varietas Seulawah

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3

Universitas Sumatera Utara


Keterangan : 1= R0V2 ( kontrol varietas seulawah)
2 = R1V2 ( penyinaran 20 krad Seulawah)
3 = R2V2 ( penyinaran 30 krad varietas seulawah)
Tipe daun : oval meruncing/ pointed ovale
Varietas Baluran

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3


Keterangan : 1 = R0V3 ( kontrol varietas baluran)
2 = R1V3 ( penyinaran 20 krad varietas baluran)
3 = R2V3 ( penyinaran 30 krad varietas baluran)
Tipe daun : segitiga / triangular

Gambar perubahan warna daun 6 mst Varietas Kerinci

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3

Keterangan : 1 = R0V1 ( kontrol varietas Kerinci)


2 = R2V1 ( penyinaran 20 krad varietas kerinci)
3 = R3V1 ( penyinaran 30 krad varietas kerinci)

Tipe daun : oval meruncing/ pointed ovale

Universitas Sumatera Utara


Varietas Seulawah

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3


Keterangan : 1= R0V2 ( kontrol varietas seulawah)
2= R1V2 ( penyinaran 20 krad Seulawah)
3= R2V2 ( penyinaran 30 krad varietas seulawah)
Tipe daun : oval meruncing/ pointed ovale

Varietas Baluran

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3


Keterangan : 1 = R0V3 ( kontrol krad varietas baluran)
2 = R1V3 ( penyinaran 30 krad Seulawah)
3 = R2V3 ( penyinaran 30 krad varietas Baluran)
Tipe daun : oval meruncing/ pointed ovale

Universitas Sumatera Utara


Perubahan warna daun 8 mst Varietas Kerinci

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3


Keterangan : 1 = R0V1 ( kontrol varietas Kerinci)
2= R1V1 ( penyinaran 20 krad varietas kerinci)
3= R2V1 ( penyinaran 30 krad varietas kerinci)

Tipe daun : oval meruncing/ pointed ovale

Varietas Seulawah

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3

Keterangan : 1 = R0V2 ( kontrol varietas seulawah)


2 = R1V2 ( penyinaran 20 krad Seulawah)
3 = R2V3 ( penyinaran 30 krad varietas seulawah)
Tipe daun : oval membulat/ rounded ovale

Universitas Sumatera Utara


Varietas Baluran

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3


Keterangan : 1 = R0V3 ( kontrol varietas baluran )
2 = R2V3 ( penyinaran 20 krad varietas baluran)
3 = R3V3 ( penyinaran 30 krad varietas Baluran)
Tipe daun : oval membulat/ rounded ovale

Dari pengamatan diatas dapat dilihat perbedaan warna daun dari 4 mst, 6

mst, dan 8 mst ini terjadi karena semakin besar dosis radiasi yang di berikan

kepada tanaman maka akan mengakibatkan kerusakan pada jaringan fisiologis

tanaman itu sendiri hal ini sesuai dengan literatur Mugiono ( 2001) yang

menyatakan bahwa varigeata disebabkan mutasi pada gen kloroplas yang terdapat

didalam sitoplasma. Itulah sebabnya kelainan itu disebut extranuclear mutation

alias mutasi di luar inti sel. Mutasi itu menyebabkan kerusakan gen mutan

sehingga mengganggu produksi klorofil yang berperan dalam fotosintesis,

tandanya muncul belang belang hijau. Mutasi itu menyebabkan berkurangnya

jumlah grana yang mengandung klorofil. Grana berperan menyerap sinar matahari

yang diperlukan untuk fotosintesis. Namun karena jumlah grana pada tanaman

varigeata terbatas, intensitas sinar matahari yang di perlukan pun hanya sedikit.

Universitas Sumatera Utara


Itulah sebabnya bila intensitas cahaya berlebihan dapat menyebabkan terbakarnya

jaringan daun.

Dari hasil penelitian juga didapat bahwa terjadi penghambatan

pembungaan akibat perlakuan radiasi dapat dilihat di daftar lampiran umur

berbunga dari data yang diperoleh bahwa tanaman yang diradiasi lebih lambat

berbunga dari pada tanaman kontrol terutama pada tanaman yang radiasinya lebih

besar Hal ini sesuai dengan pernyataan Dr Soeranto Hoeman, peneliti Bidang

Pertanian Kelompok Pemuliaan Tanaman Badan Tenaga Nuklir Nasional

(BATAN), variegata disebabkan mutasi pada gen kloroplas yang terdapat di

dalam sitoplasma. Itulah sebabnya kelainan itu juga disebut extranuclear mutation

alias mutasi di luar inti sel. Mutasi itu menyebabkan kerusakan gen mutan

sehingga mengganggu produksi Lain lagi yang terjadi pada Sansevieria

trifasciata hahnii 'twister'. Disebut demikian karena bentuk daun melintir

menyerupai angin puting beliung. Soeranto berpendapat kelainan seperti itu akibat

kromosom yang patah sehingga kehilangan satu atau lebih segmen gen dalam

kromosom. Akibatnya tanaman mengalami 'cacat', tanaman mengalami

kemandulan atau fertil secara genetis yang menyebabkan pertumbuhan menjadi

tak lazim.

Pengaruh Varietas Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman kedelai

Dari hasil analisis data secara statistik diperoleh bahwa varietas berbeda

nyata terhadap parameter, tinggi tanaman 2 mst, 4 mst, tinggi tanaman 6 mst,

tinggi tanaman 8 mst, jumlah buku 8 mst, umur berbunga, bobot 100 biji, jumlah

polong per tanaman, umur panen, dan jumlah cabang.

Universitas Sumatera Utara


Perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 2mst, 4mst,

6mst, 8 mst dan jumlah buku 8 mst, Hal ini diduga karena adanya pengaruh

genetik dari masing-masing varietas yang digunakan yang dapat menimbulkan

keragaman genotip dan fenotip, sehingga berbeda dalam tiap karakter yang

diamati, meskipun ada beberapa sifat dan ciri yang sama antar varietas. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Sitompul dan Guritno (1995) yang menyatakan bahwa

perbedaan varietas sangat besar mempengaruhi sifat tanaman, karena faktor

genetik yang berbeda dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman ang

mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang akhirnya akan menghasilkan beragam

pertumbuhan tanaman.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap

bobot 100 biji, jumlah polong per tanaman, dan jumlah cabang Hal ini diduga

karena adanya pengaruh perbedaan genetik dari ketiga varietas yang digunakan.

Setiap varietas memiliki ciri dan sifat khusus yang berbeda dengan varietas lain,

walaupun ada beberapa sifat dan ciri yang sama antar varietas. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Sitompul dan Guritno (1995) yang menyatakan bahwa

perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman

penampilan tanaman. Program genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase

pertumbuhan yang berbeda dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang

mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keragaman

pertumbuhan tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan

susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan

berasal dari jenis yang sama.

Universitas Sumatera Utara


Dari hasil penelitian di ketahui bahwa umur panen, umur berbunga dan

berpengaruh nyata terhadap varietas Varietas berbeda nyata terhadap umur

berbunga dan umur panen. Dari pengamatan dan sidik ragam (lampiran 9) dapat

dilihat dari rataan umur berbunga bahwa varietas yang paling cepat berbunga

adalah baluran (15,33) dan varietas yang paling lama berbunga adalah varietas

seulawah (22,00). Varietas yang paling cepat panen adalah baluran (14,22) dan

varietas yang paling lama panen adalah variets seulawah (11,67). Secara umum,

waktu yang digunakan ke tiga varietas untuk berbunga dan mencapai umur panen

sangat berbeda dari yang terdapat pada deskripsi masing-masing varietas kecuali

varietas baluran.Terjadinya perbedaan umur berbunga dan umur panen tersebut

diduga disebabkan oleh factor genetik dan juga lingkungan yang berbeda dari

daeeah asalnya. Hal ini sesuai dengan literatur Mangoendidjojo (2003) yang

menyatakan bahwa variasi yang terjadi untuk setiap golongan tanaman dapat

dijumpai berdasarkan faktor genetik atau lingkungan, misalnya kemampuan

beradaptasi akibat kondisi lingkungan yang berbeda.

Varietas baluran memiliki umur berbunga dan umur panen yang tidak jauh

berbeda dengan deskripsi asalnya. Diduga hal ini berasal dari genetik varietas

yang bersangkutan. Seperti yang dinyatakan oleh Sitompul dan Guritno (1995)

yang menyatakan bahwa jika ada dua jenis tanaman yang sama ditanam pada

lingkungan yang berbeda dan dari kedua jenis tanaman tersebut muncul variasi

yang sama, maka hal ini dapat disebabkan oleh genetik dari tanaman yang

bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara


Interaksi Antara Sinar Gamma Dan Varietas Terhadap Pertumbuhan Dan
Produksi Tanaman Kedelai

Dari hasil analisis statistik diketahui bahwa interkasi antara perlakuan

varietas dan radiasi sinar gamma belum berpengaruh nyata terhadap seluruh

parameter yang diamati.

Nilai Duga Heritabilitas

Nilai duga haritabilitas pada parameter pengamatan bernilai rendah sampai

tinggi. Parameter yang memiliki nilai heritabilitas rendah terdapat pada parameter

jumlah polong hampa (0.15). Hal ini menunjukkan bahwa penampilan (fenotip)

oleh faktor lingkungan, sedangkan faktor lingkungan sangat tidak mempengaruhi.

Adapun nilai heritabilitas yang bernilai sedang terdapat pada produksi per sampel

(0.42), Sedangkan nilai heritabilitas bernilai tinggi terdapat pada parameter tinggi

tanaman (0.77), jumlah cabang (0.81), jumlah buku (0.72), umur berbunga (0.95),

jumlah polong per tanaman (0.82), umur panen (0.81), dan bobot 100 biji ( 1 ).

Welsh (1997) menyatakan nilai 0 ialah bila seluruh variasi yang terjadi

disebabkan oleh faktor lingkungan, sedangkan nilai 1 ialah bila seluruh variasi

yang terjadi disebabkan oleh faktor genetik Dengan demikian parameter yang

memiliki nilai heritabilitas > 0.5 dikatakan bernilai tinggi, apabila memiliki nilai

antara 0.2 – 0.5, dikatan bernilai sedang. Sedangkan memiliki nilai < 0.2

dikatakan bernilai rendah.

Karakter dengan nilai duga heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa faktor

genetik lebih berperan dalam menentukan variasi fenotipik antar genotip

dibandingkan dengan faktor lingkungan Dari data nilai heritabilitas (tabel 13)

Universitas Sumatera Utara


didapat bahwa satu parameter pengamatan mempunyai nilai heritabilitas 1, yaitu

bobot 100 biji. Dari Nilai ini heritabilitas ini menunjukkan bahwa seluruh variasi

disebabkan oleh faktor genetik. Hal ini sesuai dengan literatur dari Welsh (2005)

yang menyatakan Nilai heritabilitas secara teoritis berkisar dari 0 sampai 1. Nilai

0 ialah bila seluruh variasi yang terjadi disebabkan oleh faktor lingkungan,

sedangkan nilai 1 ialah bila seluruh variasi disebabkan oleh faktor genetik.

Universitas Sumatera Utara


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa dosis Radisi berpengaruh nyata

terhadap parameter persentase perkecambahan, tinggi tanaman 4mst, tinggi

tanaman 6 mst, tinggi tanaman 8 mst, jumlah buku 4 mst, jumlah buku 6 mst,

jumlah buku 8 mst, umur berbunga, umur panen, dan jumlah cabang dan tidak

berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman 2 mst, jumlah buku 2 mst,

bobot 100 biji, jumlah polong per tanaman dan polong hampa.

2. Dari hasil penelitian diketahui bahwa varietas berbeda nyata terhadap

parameter tinggi tanaman 2 mst, tinggi tanaman 4 mst, tinggi tanaman 6mst,

tinggi tanaman 8 mst, jumlah buku 8 mst, umur berbunga, bobot 100 biji,

umur panen, jumlah polong per tanaman

3. nilai heritabilitas tertinggi terdapat pada parameter bobot 100 biji (1) dan

terendah pada parameter jumlah polong hampa ( 0,15).

4. Semakin tinggi dosis radiasi yang diberikan pada tanaman kedelai maka akan

semakin besar pula tingkat kerusakan dan penghambatan pertumbuhan

tanaman itu, terutama untuk fisiologis tanaman, seperti yang terjadi pada

penyinaran 30 krad banyak tanaman yang mengalami fertilitas atau

penghambatan pembungaan, terjadi kerusakan pada benih pada saat

berkecambah dan daun pada tanaman mengalami kerusakan yaitu daun

mengeriput terdapat bercak kuning di sekitar daun tanaman sehingga sangat

berpengaruh terhadap produksi tanaman.

Universitas Sumatera Utara


5. Belum di temukan dosis radiasi yang tepat untuk tanaman kedelai, karena dari

hasil penelitian yang dilakukan tanaman kontrol masih lebih baik dari segi

pertumbuhan dan produksi dari pada tanaman hasil radiasi.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk generasi M2, M3, dst untuk

dapat melihat pengaruh (morfologi dan fisiologi) radiasi sinar gamma yang

diberikan, sehingga dapat diperoleh hasil dan produksi yang maksimal dengan

pemuliaan tanaman kedelai melalui mutasi fisik (radiasi sinar gamma).

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Allard, R. W., 2005. Principles of Plant Breeding. Jhon Wiley and Sons, New
York. 485 pp

Amien, S dan N. karsono, 2008. Teknologi Nuklir guna merakit kultivar


baru.http:/www. Pikiran rakyat.com. diakses tanggal 21 april 2008.

Andrianto, T. T., dan Indarto, N., 2004. Budidaya Dan Analisis Usaha Tani
Kedelai. Penerbit Absolut, Yogyakarta

Bangun, M.K., 1991. Perancangan Percobaan. Fakultas Pertanian USU, Medan.

BATAN. 2006. Kelompok Pemuliaan Tanaman. Available at :


http://www.batan.go.id/ p3tir/pertanian/pemuliaan/pemuliaan.htm.
(02 Maret 2008).

BPS, 2008. Produksi Padi dan Palawija.http://www.Angka Sementara 2007 dan


Angka Ramalan 2008.ac.id (09 April 2008).

Balai penelitian kacang –kacangan dan umbi umbian malang, 2006. hasil utama
penelitian kacang kacangan dan umbi umbian tahun 2005. balitkabi Malang.

Cassaret, A.P.1968. Radiation Biology. Prestice hall Inc. Englewood Cliff.


New Jersey.

Crowder, L.V., 1997. Genetika Tumbuhan. Diterjemahkan oleh Ir. Lilik Kusdiarti,
M.Sc. UGM-Press, Yogjakarta.

Departemen Pertanian, 1996. Budidaya Tanaman Palawija. Pendukung Program


Makanan Tambahan Anak Sekolah. Departemen Pertanian, Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura, Jakarta. Hal II-1,II-2

Gani, J. A., 2000. Kedelai Varietas Unggul Baru. Penerbit Instlasi Penelitian Dan
Pengkajian Teknologi Pertanian Mataram, Mataram

Hetharie, H., 2003. Perbaikan Sifat Tanaman Melalui Pemuliaan Poliploidi.


http://www. Poliploidi.ac. id. (02 Maret 2008).

Hidajat. O. O., 1977. The inheritance and association of seedsize, fruiting period
and bacterial pustule in soybean (Glycine max. (L)
Merrill).Tesis.Miss.State.Unpublished dalam Somaatmadja, 1985.
Morfologi Tanaman Kedelai. Balai Penbelitian Tanaman Pangan
Sukamandi.

Herawati, T. dan Ridwan Setiamihardja. 2000. Diktat Kuliah Pemuliaan Tanaman


Lanjutan. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Bandung

Universitas Sumatera Utara


Hasyim, H., 2005. Ringkasan Bahan Kuliah Pengantar Pemuliaan Tanaman.
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

http://bebas.vslm.org.,2008. Mutasi. Diaskes tanggal 21 april 2008.

http://www.infonuklir.com.,2008. mutasi. Diaskes tanggal 25 maret 2008.

http://www.indonesiatelenceter.net.,2008.pemuliaan mutasi., diaskes tanggal


23 april 2008.

http://www.indonesia.go.id.2008. Pemerintah Mempercepat Program


Swasembada Kedelai. Diaskes tanggal 23 maret 2008.

http://Setjen.deptan.go.id.,2008.PS: peningkatan tanaman kedelai dengan cara


mutasi. Diaskes tanggal 12 maret 2008.

http://warintek.ristek go.id.2008 /pertanian/kedelai pdf kedelai (Glicine max L)


diaskes tanggal 03 maret 2008.

http://www.uncapsa.org/publication/cg17.pdf.,1987.sistem komoditas kedelai di


Indonesia . diaskes tanggal 04 februari 2008.

http://www.Jurnal agroBiogen. Bogor, 2008. uji pendahuluan genotipe genotype


kedelai hasil mutasi dan di seleksi melalui in Vitro terhadap cekaman
almunium dan PH rendah

http://aneka planta.wordpress.com.2008.endamame tanaman kedelai. Diaskes


tanggal 23 maret 2008.

http://www.Trubus.online.co.id/mod.php?mod=publisher&op=printarticle&artid

http://www.damandiri.or.id/file/abdulkadiripbbab3.pdf.

http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1166082098,32103

http://jurnal.sttn-batan.ac.id/wp-content/uploads/ 2009

http://puslit.mercubuana.ac.id/file/4-ITA-ALIZAR-FTSP.pdf, 2009

http://digilib.batan.go.id/e- PTAPB%20Juli%202006/Zubaidah%20I%2087-94

http://images.soemarno.multiply.com/attachment/0/RfuraQoKCpkAAE8SAjU1/k
kedelai5.doc?nmid=22330493, diakses Tanggal 14 februari 2009.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kedelai, diakses Tangal.24 februari 2009.

Joint FAO/IAEA divis Atomic Energy in Food and Agriculture, 1997. Manual
breeding on mutation. Second edition. International atomic egency, Viena.

Universitas Sumatera Utara


Mugiono, 2001. Pemuliaan Tanaman Dengan Teknik Mutasi. Puslitbag teknologi
isotop dan radiasi, Jakarta

Mangoendidjojo, 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta

Natsir, M.,2002. Bioteknologi Molekuler. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Nurhayati, T. K., 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Eska Media, Jakarta

Nurtjahyo, Sularto, Darti, A.S., M. Suryowinoto. 1975. Pengaruh Beberapa


Mutagen Terhadap Biji-biji Padi. Lokakarya Pemuliaan Tanaman BATAN.
Yogyakarta. Hal 58-64.

Pai, A. C., 2000. Genetics, It Concepts and Implications. Prentice-Hall, Inc.,


Englewood Cliffs, New Jersey.

Prosiding ikakarya., 2005. pengembangan tanaman kedelai di lahan Sub- Obtimal,


balitkabi Malang

Sharma, O. P., 1993. Plant Taxonimy. Tata McGraw Hill Poblishing Company
Limited, New Delhi

R.C. Silvia. , 2007. Soybean Breeding Achivements And Challenges in Breeding


Major Food Staples.Blackwell Publishing USA

Sitompul, S.M., dan B. Guritno., 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman.


UGM Press, Yogyakarta

Somaatmadja. S., 1993. Sumber Daya Nabati Asia Ternggara 1,Kacang-kacangan.


Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Suryowinoto, M. 1987. Tenaga Atom dan Manfaatnya dalam Biologi. Kanisius.


Yogyakarta.

Welsh, J. R., 2005. Fundamentals of Plant Genetics and Breeding. Jhon Wiley and
Sons, New York. 453 pp.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Bagan Penelitian

BLOK 1 BLOK 2 BLOK 3

ROV3 R1V1 R1V3

R2V3 R2V2 ROV3

R1V3 R1V2 R2V1

R0V2 R0V1 R1V1


U
R1V2 R2V3 R0V2

R2V1 R0V2 R2V3

R0V1 R2V1 R1V2

R1V1 R1V3 R2V2

R2V2 R0V3 R0V1

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2 Bagan Tanaman per Plot

Keterangan:
a. jarak antar blok = 50 cm
b. jarak antar plot = 30 cm
c. panjang plot = 70 cm
d. lebar plot = 50 cm

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3. Jadwal Kegiatan Penelitian

NO Kegiatan Minggu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Persiapan Lahan X
2 Persiapan Media Tanam X
3 Penyiapan Benih X
4 Penanaman X
5 Pemupukan X X
Pemeliharaan tanaman
- Penyiraman Disesuaikan dengan kondisi lapangan
- penyulaman X
- penjarangan X
- Penyiangan
- Pengendalian Hama dan penyakit Disesuaikan dengan kondisi lapangan
7 Panen X
8 Pengamatan Parameter
- persentase perkecambahan X
- tinggi tanaman (cm) X
- jumlah cabang ( cabang) X
-Jumlah buku (buah) X X X X
- Umur berbunga (hari) X
-umur panen (hari)
- penghambatan pembungaan X X
- perubahan warna daun X
- jumlah polong pertanaman ( polong) X
- jumlah polong hampa pertanaman X
- produksi per sampel X
- bobot 100 biji (gr) X

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4 . Deskripsi Varietas Kedelai

V 1 : Varietas Kerinci

Nomor galur : 1248/1682-IIR-14


Warna hipokotil : Ungu
Warna epikotil : Hijau
Warna daun : Hijau tua
Warna bulu : Coklat
Warna bunga : Ungu
Warna biji : Kuning
Warna kulit polong masak : Coklat tua
Warna hilum biji : Coklat kehitaman
Tipe tumbuh : Determinit
Umur mulai berbunga : Kurang lebih 38 hari
Umur polong masak : Kurang lebih 87 hari
Tinggi tanaman : 45-60 cm
Bobot 100 biji : Kurang lebih 93 gram
Kadar protein : 42%
Kadar lemak : 14%
Kerebahan : Tahan
Ketahanan terhadap penyakit : Agak tahan terhadap karat daun dan lalat kacang

Universitas Sumatera Utara


V 2 : Varietas Seulawah

Nomor galur : Galur W3898-14-3


Asal : Wilis x No. 3898
Warna Hipokotil : Ungu
Warna epikotil : Kuning
Warna daun : Hijau-hijau tua
Warna bulu : Coklat
Warna bunga : Ungu
Warna kulit biji : Kuning agak kehijauan
Warna polong masak : Coklat
Warna hilum : Coklat tua
Bentuk biji : Agak bulat
Tipe tumbuh : Determinate
Umur berbunga : 39 hari
Umur polong masak : 93 hari
Tinggi tanaman : 100 cm
Bobot 100 biji : 9,5 gr
Daya hasil : 1,6-2,5 t/ha
Kandungan protein : 45,9 %
Kandungan lemak : 12,1 %
Ketahanan terhadap penyakit : Tahan penyakit karat daun
(Phakospora pachyrizi Syd)
Ketahanan rebah : Agak tahan
Wilayah adaptasi : Lahan kering masam Sumatera Barat, Lampung,
dan Kalimantan Selatan
Pemulia : Darman M. Arsyad, Heru Kuswantoro,
M.Muchlis Adie, Purwantoro, Amin Nur,
Sri Hardaningsih, E.Yunawan
Mitra kerja : Asadi (Balitbiogen), Azran Tanjung,
Tasman Naira (BPTP Sumbar), Yustisia,
M.Syarif (BPTP Sumsel), Eddy William (Balitra)
Tahun dilepas : 2004

Universitas Sumatera Utara


V 3 : Varietas Baluran

Nomor galur : GC 88025-3-2


Asal : Persilangan AVRDC
Warna hipokotil : Ungu
Warna epikotil : Hijau
Warna daun : Hijau
Warna bulu : Coklat
Warna bunga : Ungu
Warna kulit biji : Kuning
Warna kulit polong masak : Coklat
Warna hilum : Coklat muda
Bentuk biji : Bulat telur
Tipe tumbuh : Determinate
Umur berbunga : 33 hari
Umur polong masak : 80 hari
Tinggi tanaman : 60-80 cm
Bobot 100 biji : 15-17 gram
Daya hasil : 2,5-3,5 t/ha
Kadar protein : 38-40%
Kadar lemak : 20-22%
Pemulia : Suyono, T.Adisarwanto, I.Hartana
Tahun dilepas : 2003

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 37. Photo benih setiap kombinasi

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 38. Foto ukuran benih

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 39. foto lahan penelitian

Universitas Sumatera Utara

You might also like